Anda di halaman 1dari 6

Jantung Berdegup Kencang, Mata Berkunang, Napas Tersengal, Kepala Pusinh, dan Mual Oleh : Amalia Nur Pratiwi,

0806323725

Jantung Berdegup Kencang Salah satu fungsi penting pengaturan saraf dalam sirkulasi adalah kemampuannya untuk menimbulkan peningkatan tekanan arteri secara cepat. Untuk tujuan ini, seluruh fungsi vasokonstriktor dan kardioakselerator sistem saraf simpatis dirangsang bersamaan. Pada saat yang sama tejadi inhibisi resiprokal dari sinyal penghambat vagal parasimpatis ke jantung. Akibatnya timbul tiga perubahan secara serentak yang meningkatkan tekanan arteri: 1. Seluruh arteriol sistemik berkonstriksi Hal ini akan meningkatkan resistensi perifer total dan dengan demikian akan meningkatkan tekanan arteri 2. Pembuluh besasr sirkulasi terutama vena berkonstriksi kuat Keadaan ini akan meningkatkan volume darah dalam ruang jantung. Peregangan jantung akan menyebabkan jantung berdenyut dengan kekuatan yang lebih besar sehingga memompa darah dalam jumlah yang lebih besar pula. Hal ini akan meningkatkan tekanan arteri. 3. Jantung dirangsang otonom yang selanjutnya akan memperkuat denyut jantung Keadaan ini disebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung. Sinyal saraf simpatis menmpunyai pengaruh langsung untuk meningkatkan kekuatan kontraktilitas otot jantung, hal ini juga akan meningkatkan kemampuan jantung untuk memompa volume darah yang lebih besar. Selama perangsangan simpatis yang kuat, jantung dapat memompa darah lebih banyak. Hal ini turut berperan dakan menimbulkan peningkatan akut tekanan arteri.

Ciri khas yang sangat penting dari pengaturan tekanan arteri oleh saraf adalah kecepatannya dalam memberi respons dalam waktu beberapa detik dan sering menimbulkan peningkatan tekanan dua kali normal. Sebaliknya penghambatan tiba-tiba pada perangsangan kardiovaskuler oelh saraf dapat menurunkan tekanan arteri sampai separuh nilai normal dalam waktu 10 sampai 40 detik. Maka, pengaturan tekanan arteri oleh saraf merupakan yang paling cepat dari seluruh mekanisme.

Contoh kemampuan sistem saraf untuk meningkatkan tekanan arteri adalah peningkatan tekanan selama kerja otot. Selama kerja berat, otot sangat membutuhkan aliran darah. Sebagian peningkatan ini akibat vasodilatasi lokal pada vaskularisasi otot yang disebabkan peningkatan metabolisme sel otot. Sebagian peningkatan lainnya akibat peningkatan serentak tekanan arteri yang disebabkan oleh perangsangan simpatis selama kerja fisik. Peningkatan tekanan arteri selama kerja fisik terutama disebabkan oleh efek yaitu ketika motorik otak teraktivasi pada saat bersamaan sebagian besar sistem pengaktivasi retikular pada batang otak juga teraktivasi yang melibatkan peningkatan perangsangan yang besar di area vasokonstriktor dan kardioakselerator di pusat vasomotor. Keadaan ini meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan peningkatan aktivitas otot.

Pada jenis stres lain, peningkatan tekanan darah juga dapat terjadi. Misalnya, selama terjadi rasa takut yang ekstrim tekanan arteri dapat meningkat. Keadaan ini disebut reaksi alarm dan hal ini meningkatkan tekanan arteri yang dapat menyediakan darah bagi setiap atau seluruh otot yang mungkin harus memberi respon segera untuk menimbulkan gerakan lari menjauh dari bahaya.

Selain itu, peningkatan tekanan darah pada arteri selama atau beberapa saat setelah olahraga diakibatkan oleh peningkatan darah yang kembali ke atrium melalui vena. Banyak dari vena besar di ekstrimitas terletak di antara otot rangka. Pada saat berlari, otot yang berkontraksi akan menekan vena tersebut. Kompresi ini menurunkan kapasitas vena (kemampuan vena untuk menampung darah) dan meningkatkan tekanan vena. Aktivitas memompa yang dilakukan oleh otot yang disebut pompa otot rangka merupakan salah satu cara untuk mengembalikan darah dari vena ke jantung dalam jumlah yang lebih banyak. Peningkatan aktivitas otot menekan lebih banyak dari dari vena menuju jantung.

Selain itu, pada saat berolahraga juga terjadi peningkatan aktivitas simpatis yang juga beperan dalam meningkatkan volume darah yang kembali ke jatung (venous return). Peningkatan venous return ini akan lebih mengembangkan ventrikel daripada venous return yang normal. Ibaratnya seperti balon yang diisi udara lebih banyak, maka balon tersebut akan lebih mengembang. Pengembangan ventrikel ini menyebkan posisi aktin miosin yang merupakan elemen kontraktil otot tersebut berada dalam posisi memungkinkan lebih banyak tempat ikatan antara aktin miosin.
2

Hal ini mengakibatkan peningkatan kontraksi otot jantung tersebut. Peningkatan kontraksi berakibat pada peningkatan volume darah yang keluar dari aorta menuju arteri-arteri. Peningkatan volume ini akan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah pada arteri tersebut. Sistem saraf simpatis mengontrol kerja jantung pada situasi-situasi darurat atau sewaktu berolahraga yaitu pada saat tejadi penignkatan kebutuhan akan aliran darah, mempercepat denyut jantung melalui efeknya pada jaringan pemacu.

Tabel.1.Perubahan Jantung akibat Olahraga


Variabel Kardiovaskuler Kecepatan Jantung Denyut Perbuhan Komentar

Meningkat

Terjadi akibat peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas para simpatis pada nodus SA Terjadi akibat Vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis serta peningkatan aktivitas pompa otot rangka dan pompa respirasi. Terjadi akibat Peningkatan aliran balik vena melalui mekanisme Frank Starling ( kecuali apabila waktu pengisian berkurang secara bermakna akibat tingginya kecepatan denyut jantung ) dan akibat peningkatan kontraktilitas miokardium yang distimulasi oleh saraf simpatis. Terjadi akibat Peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup. Terjadi akibat vasodilatasi arteriol yang dikontrol secara local, yang diperkuat oleh efek vasodilatasi epinefrin dan kalahnya efek vasokonstriksi simpatis yang lebih lemah. Terjadi karena stimulasi simpatis tidak berefek pada arteriol otak,; mekanisme control local mempertahankan aliran darah ke otak tetap konstan apapun keadaannya. Terjadi karena pusat control hipotalamus menginduksi vasodilatasi arteriol kulit; peningkatan aliran darah kulit membawa panas yang dihasilkan oleh otot yang berolahraga ke permukaan tubuh sehingga panas dapat disalurkan kelingkungan .luar Terjadi akibat vasokonstriksi arteriol yang diinduksi oleh saraf simpatis secara umum.

Aliran Balik Vena

Meningkat

Volume sekuncup

Meningkat

Curah Jantung

Meningkat

Aliran darah ke otot rangka aktif dan otot jantung Aliran darah ke otak

Meningkat

Tidak berubah

Aliran darah ke kulit

Meningkat

Aliran darah ke saluran pencernaan, ginjal, dan organ lain Resistensi perifer local Tekanan darah arteri rata-rata

Menurun

Menurun

Terjadi karena resistensi di otot-otot rangka, jantung dan kulit menurun dengan tingkat yang lebih besar daripada peningkatan resistensi di organ-organ lain. Terjadi karena curah jantung meningkat lebih besar daripada penurunan resistensi perifer total.

Meningkat ( sedang )

Selain berpengaruh terhadap venous return, peningkatan aktivitas simpatis juga berpengaruh terhadap peningkatan detak jantung (heart rate) sehingga lebih banyak darah yang dipasok ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Terjadinya peningkatan volume darah yang keluar dari ventrikel (stroke volume) akan meningkatkan tekanan darah arteri.

Hiperventilasi Sistem pernapasan penting untuk ventilasi dan pertukaran oksigen dan karbobdioksida antara udara dan darah di paru. Sistem sirkulasi diperlukan untuk menyalurkan oksigen ke otot yang bekerja. Manusia memiliki kontrol volunter yang cukup besar terhadap ventilasi. Kontrol bernapas secara volunter pada manusia dilakukan oleh korteks serebrum, yang tidak bekerja pada pusat pernapasan di otak, tetapo melalui impuls yang dikirim secara langsung ke neuron-neuron motorik di korda spinalis yang mempersarafi otot pernapasan.

Hiperventilasi terjadi pada saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolik tubuh untuk pengeluaran karbondioksida sehingga lebih banyak karbondioksida yang dikeluarkan didbanding yang diproduksi. Hiperventilasi ini dapat dipicu oleh keadaan cemas, demam, dan keracunan aspirin.

Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan tiga komponen : 1. Faktor yang bertanggung jawab untuk menghasilkan irama inspirasi dan ekspirasi berganti-ganti 2. Faktor yang mengatur kekuatan ventilasi sesuai kebutuhan tubuh 3. Faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk kebutuhan lain yang dapat bersifat volunter seperti berbicara ataupun involunter seperti saat batuk atau bersin.

Mual Mual merupakan gejala awal dari muntah. Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerah medula yang berhubungan dengan pusat muntah. Mual dapat disebabkan oleh impuls iritatif dari GI, impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan

dengan motion sickness, dan impuls dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah. Muntah kadang terjadi tanpa didahului mual.

Pusing Pusing/pening bisa dihasilkan dari gangguan yang mempengaruhi bagian tubuh manapun yang mempengaruhi keseimbangan (seperti telinga bagian dalam dan mata) atau dari obat-obatan tertentu. Otak kecil bertugas untuk mengontrol segala macam perintah atau impuls yang berasal dari mata, bagian tubuh lain, terutama alat kontrol organ keseimbangan yang terdapat di dalam telinga. Dengan ini, otak kecil berperan besar dalam menjaga postur dan keseimbangan tubuh manusia. Sehingga bila terjadi kelainan atau gangguan, terutama pada otak kecil atau organ pengatur keseimbagan yang terdapat di dalam telinga, akan menimbulkan pusing. pusing yang diakibatkan oleh gangguan pada otak disebabkan karena memburuknya aliran darah pada arteri yang bertugas untuk mengirim zat gizi dan unsur asam. Hal tersebut dapat disebabkan oleh stres atau penyempitan pada arteri. Keadaan ini dapat menjadi penyebab berbagai macam gangguan pada otak, misalnya pendarahan, infraksi, kanker, dan berbagai macam penyakit lain yang dapat mengancam keselamatan jiwa. Pada saat pusing, biasanya penderita akan merasakan sakit kepala yang hebat, terkadang sampai mual atau muntah. Selain itu tangan dan kaki penderita gemetar, dan objek di depan mata terlihat dobel. Pada kasus yang lebih serius, bahkan penderita sampai kehilangan kesadaran. Bila timbul gejala-gejala serius atau tidak biasa seperti itu, ada kemungkinan terjadi gangguan pada otak, misalnya pendarahan otak atau infraksi. Oleh karena itu, pada situasi demikian sangat disarankan untuk membawa penderita ke rumah sakit sesegera mungkin. Selain itu, pusing juga berhubungan dengan saraf otonom sehingga diperlukan gerakan-gerakan untuk melatih saraf otonom tersebut. Pening memiliki banyak penyebab karena banyak bagian tubuh bekerja bersama untuk menjaga keseimbangan. Mereka termasuk telinga bagian dalam, mata (yang menyediakan isyarat penglihatan diperlukan untuk menjaga keseimbangan), otot dan persendian, otak (terutama batang otak dan cerebelum), dan syaraf yang menghubungkan semua bagian. Setiap jenis pada pening cenderung mengalami penyebab khas. Misal, pusing dan sakit kepala ringan bisa terjadi dari mendadak jatuh pada tekanan darah atau dari gangguan lain yang
5

diakibatkan suplai darah menuju otak yang tidak tercukupi. Pada gangguan ini, jantung kemungkinan tidak cukup memompa ke otak, atau arteri menuju otak kemungkinan tersumbat atau menyempit. Kehilangan keseimbangan bisa diakibatkan dari gangguan penglihatan karena tubuh bergantung kepada isyarat penglihatan untuk menjaga keseimbangan. Kehilangan keseimbangan bisa juga diakibatkan gangguan musculoskeletal, yang menyebabkan kelemahan otot dan dengan demikian berhubungan dengan sulvant dan sedative) dan gangguan pada bagian dalam telinga.berjalan.

Mata Berkunang-kunang Seseorang yang mengalami anemia atau kapasitas darah untuk membawa oksigen menurun salah satunya adalah pusing berkunang-kunang. Pada umumnya anemia zat besi menunjukkan gejala awal berupa badan lemah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang. Pada anemia sangat berat dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah jantung.
Daftar Pustaka 1. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed.11. Jakarta : EGC. 2006. 2. L.Sherwood. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, ed.2. Jakarta : EGC. 1996. 3. W.F.Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed.22. Jakarta : EGC. 2005.

Anda mungkin juga menyukai