Anda di halaman 1dari 912

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI NO. 1 (REVISI 1998) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

KEUANGAN

Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold italic) adalah paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks dengan paragraf-paragraf penjelasan serta Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk hal-hal yang tidak material.
Pe n d a h u l u a n Pemahaman dan dapat dibandingkannya laporan keuangan antar perusahaan akan semakin meningkat apabila laporan keuangan disajikan dalam format yang seragam dan menggunakan deskripsi yang sama untuk pospos yang sejenis. Namun demikian dalam kenyataannya keseragaman tersebut mungkin sulit diterapkan bahkan dapat menghalangi perusahaan untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan. Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui: a) b) penerapan persyaratan dalam PSAK termasuk persyaratan pengungkapan; pemberian pedoman struktur laporan keuangan termasuk persyaratan minimum dari setiap komponen utama laporan, kebijakan akuntansi dan catatan atas laporan keuangan; penetapan persyaratan praktis untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan Materialitas, Kelangsungan Usaha, Pemilihan Kebijakan Akuntansi dalam hal tidak ada pengaturan oleh PSAK, Konsistensi dan Penyajian Informasi Komparatif.

c)

Tu j u a n Tujuan pernyataan ini adalah menetapkan dasar-dasar bagi penyajian

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.1

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut Laporan Keuangan agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan perusahaan lain. Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi terkait. Ruang Lingkup

01 Pernyataan ini diterapkan dalam penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
02 Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainya seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan konsolidasian. 03 Pernyataan ini menggunakan terminologi yang cocok bagi perusahaan yang berorientasi profit. Organisasi Nirlaba dan perusahaan lainnya yang akan menerapkan standar ini mungkin perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap deskripsi beberapa pos yang terdapat dalam laporan keuangan dan istilah laporan keuangan itu sendiri serta dapat pula menyajikan komponen-komponen tambahan dalam laporan keuangannya. 04 Pernyataan ini menggantikan PSAK 1 tentang Pengungkapan Kebijakan Akuntansi dan PSAK 9 tentang Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek. Tujuan Laporan Keuangan

05 Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-

1.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: a) aktiva; b) kewajiban; c) ekuitas; d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan e) arus kas. Informasi tersebut diatas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan

06 Manajemen perusahaan bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Komponen Laporan Keuangan

07 Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponenkomponen berikut ini: a) neraca, b) laporan laba-rugi, c) laporan perubahan ekuitas, d) laporan arus kas, dan e) catatan atas laporan keuangan.
Informasi Tambahan

08 Perusahaan dianjurkan untuk menyajikan telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan dan kondisi ketidakpastian 09 Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.3

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Penyajian Secara Wajar

10 Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapkan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK. 11 Apabila PSAK belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, maka penyajian secara wajar dapat dicapai melalui pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi yang sesuai dengan paragraf 14 serta menyajikan jumlah yang dihasilkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.
12 PSAK dimaksudkan agar laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja dan arus kas sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai. PSAK mungkin tidak mengatur pengungkapan informasi tertentu padahal pengungkapan informasi tersebut diperlukan guna menyajikan laporan keuangan secara wajar. Dalam hal tersebut maka perusahaan harus memberikan tambahan pengungkapan informasi yang relevan sehingga laporan keuangan dapat disajikan secara wajar. 13 Kecepatan inovasi dalam dunia bisnis sering mengakibatkan belum diaturnya suatu transaksi atau peristiwa dalam PSAK. Dalam kondisi tersebut, penyajian secara wajar laporan keuangan dapat dicapai dengan memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan paragraf 14 serta menyajikan informasi menggunakan konsep yang terdapat dalam kerangka dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Kebijakan Akuntansi

14

Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan akun-

1.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tansi agar laporan keuangan memenuhi ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jika belum diatur dalam PSAK, maka manajemen harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi: a) relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan; dan b) dapat diandalkan, dengan pengertian: i) mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan perusahaan; ii) menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya; iii) netral yaitu bebas dari keberpihakan; iv) mencerminkan kehati-hatian; dan v) mencakup semua hal yang material.
15 Kebijakan akuntansi adalah prinsip khusus, dasar, konvensi, peraturan dan praktik yang diterapkan perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan. 16 Apabila belum ada pengaturan oleh PSAK, maka manjemen menggunakan pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan akuntansi yang memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan: a) persyaratan dan pedoman Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah terkait; b) definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aktiva, kewajiban, penghasilan dan beban yang ditetapkan dalam kerangka dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan; dan c) pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan praktik industri yang lazim sepanjang konsisten dengan huruf a dan b paragraf ini. Kelangsungan Usaha

17 Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha. Apabila laporan keuangan tidak disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha maka kenyataan tersebut harus diungkapkan bersama dengan dasar lain yang digunakan dalam

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.5

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

penyusunan laporan keuangan serta alasan mengapa asumsi kelangsungan usaha perusahaan tidak dapat digunakan.
18 Manajemen bertanggung jawab untuk mempertimbangkan apakah asumsi kelangsungan usaha masih layak digunakan dalam menyiapkan laporan keuangan. Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha dapat digunakan, manajemen memperhatikan semua informasi masa depan yang relevan paling sedikit untuk jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca. Tingkat pertimbangan tergantung pada kasus demi kasus. Apabila selama ini perusahaan menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan maka asumsi kelangsungan usaha mungkin dapat disimpulkan tanpa melalui analisis rinci. Dalam kasus lain, manajemen perlu memperhatikan faktor yang mempengaruhi profitabilitas masa kini maupun masa yang akan datang, jadual pembayaran utang dan sumber potensial pembiayaan pengganti sebelum dapat menyimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha dapat digunakan. Dasar Akrual

19 Perusahaan harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
20 Dalam akuntansi akrual, aktiva, kewajiban, ekuiti, penghasilan dan beban diakui pada saat kejadian bukan saat kas atau setara kas diterima dan dicatat serta disajikan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dengan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengkaitan biaya dengan pendapatan (matching concept) melibatkan secara bersamaan atau gabungan penghasilan dan beban yang dihasilkan secara langsung dan bersamasama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama. Misalnya berbagai komponen beban yang membentuk harga pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan pengakuan penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang yang bersangkutan. Namun demikian penggunaan konsep matching tidak memperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi kriteria pengakuan aktiva dan kewajiban. Beban segera diakui dalam laporan laba-rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva.

1.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Konsistensi

Penyajian

21 Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali: a) terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi perusahaan atau perubahan penyajian akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu transaksi atau peristiwa; atau b) perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
22 Akusisi atau pelepasan yang signifikan atau kajian ulang terhadap penyajian laporan keuangan mungkin akan menghasilkan kesimpulan bahwa laporan keuangan harus disajikan secara berbeda. Namun demikian perubahan penyajian dapat dilaksanakan apabila manfaat perubahan tersebut jelas atau struktur yang baru mempunyai kecenderungan akan dipergunakan seterusnya. Apabila dilakukan perubahan penyajian laporan keuangan, perusahaan harus mengklasifikasi ulang informasi komparatif sesuai dengan paragraf 28. Materialitas dan Agregasi

23 Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.
24 Laporan keuangan merupakan hasil dari proses atas sejumlah transaksi yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan saldo dan pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan. Jika suatu klasifikasi pos tidak material maka dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi dianggap material jika dengan tidak diungkapkannya informasi tersebut dapat mempengaruhi pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Untuk menentukan materialitas suatu pos maka besaran dan sifat unsur tersebut harus dianalisis dimana masing-masing dapat menjadi faktor penentu.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.7

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Saling

Hapus

( Offsetting )

25 Aktiva, kewajiban, Pos-pos penghasilan dan beban disajikan secara terpisah kecuali saling hapus diperkenankan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
26 Saling hapus akan mempengaruhi pemahaman pengguna laporan terhadap suatu transaksi yang telah dilakukan dan mempengaruhi penilaian pengguna laporan atas arus kas perusahaan pada masa depan kecuali mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa,. Aktiva yang dilaporkan sebesar nilai setelah dikurangi dengan penyisihan tidak termasuk kategori saling hapus. 27 Dalam aktivitas normal, perusahaan juga melakukan transaksi-transaksi lain yang bukan merupakan penghasil utama pendapatan dan bersifat insidentil. Hasil dari transaksi tersebut disajikan dengan mengurangkan setiap pendapatan dengan beban yang berkaitan sepanjang penyajian tersebut menggambarkan substansi transaksi atau peristiwa tersebut. Contoh: a) keuntungan dan kerugian atas pelepasan aktiva tidak lancar termasuk investasi dan aktiva operasional dilaporkan dengan mengurangkan penerimaan dengan nilai tercatat dan beban yang timbul akibat pelepasan aktiva tersebut; b) pengeluaran yang diganti berdasarkan perjanjian kontrak dengan pihak ketiga disajikan sebesar nilai setelah dikurangi dengan penggantian yang diterima; dan c) pos luar biasa disajikan sebesar nilai setelah dikurangi pajak terkait dan hak minoritas sedangkan nilai bruto disajikan pada catatan atas laporan keuangan. Informasi Komparatif

28 Informasi kuantitatif harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

1.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

29 Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan pada laporan keuangan periode sebelumnya masih releven untuk diungkapkan pada periode berjalan. Misalnya rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi, dimana hasil akhirnya belum diketahui secara pasti pada periode sebelumnya dan masih dalam proses penyelesaian, perlu diungkapkan kembali pada periode berjalan. Pengguna laporan akan memperoleh manfaat dari informasi adanya ketidakpastian pada tanggal neraca sebelumnya dan langkah-langkah yang telah dilakukan pada periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut.

30 Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan diubah maka penyajian periode sebelumnya direklasifikasi untuk memastikan daya banding. Sifat, jumlah serta alasan reklasifikasi harus diungkapkan. Apabila reklasifikasi tersebut tidak praktis dilakukan maka alasannya harus diungkapkan.
31 Terdapat suatu keadaan dimana reklasifikasi guna menjaga daya banding informasi komparatif dengan informasi pada periode berjalan tidak praktis dilakukan, misalnya pada periode sebelumnya data dikumpulkan sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan dilakukan reklasifikasi serta tidak praktis untuk menciptakan kembali informasi tersebut. Dalam keadaan demikian maka sifat penyesuaian terhadap informasi komparatif yang seharusnya dilakukan harus diungkapkan. Identifikasi Laporan Keuangan

32 Laporan keuangan diidentifikasikan dan dibedakan secara jelas dari informasi lain dalam dokumen publikasi yang sama.
33 Laporan keuangan sering disajikan sebagai bagian dari suatu dokumen seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan hanya berlaku untuk laporan keuangan dan tidak berlaku untuk informasi lain yang disajikan dalam laporan tahunan atau dokumen lainnya. Oleh karena itu sangat penting bagi pengguna untuk mampu membedakan laporan yang disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dari informasi lain yang juga bermanfaat bagi pengguna laporan tetapi tidak perlu disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.9

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

34 Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara jelas. Disamping itu, informasi berikut ini disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap halaman laporan keuangan: a) nama perusahaan pelapor atau identitas lain; b) cakupan laporan keuangan, apakah mencakup hanya satu entitas atau beberapa entitas; c) tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih tepat bagi setiap komponen laporan keuangan; d) mata uang pelaporan; dan e) satuan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
35 Ketentuan paragraf 34 dapat dipenuhi dengan menyajikan judul halaman dan singkatan judul kolom pada setiap halaman laporan keuangan. Diperlukan pertimbangan dalam menentukan cara terbaik dalam menyajikan informasi tersebut diatas. Disamping itu, laporan keuangan sering lebih mudah dipahami dengan cara menyajikan informasi keuangan dalam ribuan, jutaan atau milyaran rupiah. Hal ini dapat diterima sepanjang tingkat ketepatan penyajian diungkapkan dan informasi yang relevan tidak hilang. Periode Pelaporan

36 Laporan keuangan setidaknya disajikan secara tahunan. Apabila tahun buku perusahaan berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau pendek dari periode satu tahun maka sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, perusahaan harus mengungkapkan: a) alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahunan; dan b) fakta bahwa jumlah komparatif dalam laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan.
37 Dalam keadaan sangat luar biasa, perusahaan mungkin terpaksa atau memutuskan untuk mengubah tanggal neracanya misalnya akibat di akuisisi oleh perusahaan lain yang mempunyai tanggal neraca yang berbeda. Dalam kasus seperti ini, pengguna laporan perlu mengetahui bahwa jumlah yang disajikan pada periode berjalan dan jumlah komparatif

1.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tidak dapat dibandingkan dan alasan perubahan tanggal neraca diungkapkan. Tepat Waktu

38 Manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 bulan setelah tanggal neraca. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi perusahaan tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidak mampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu. NERACA Pembagian Lancar dengan Tidak Lancar Pendek dengan Jangka Panjang. dan Jangka

39 Perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya. 40 Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap aktiva yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca.
41 Apabila perusahaan menyediakan barang atau jasa dalam siklus operasi perusahaan yang dapat diidentifikasi dengan jelas, maka klasifikasi aktiva lancar dan tidak lancar serta kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca memberikan informasi yang bermanfaat dengan membedakan aktiva bersih sebagai modal kerja dengan aktiva yang digunakan untuk operasi jangka panjang. Pengklasifikasian tersebut juga menonjolkan aktiva yang diharapkan akan direalisasi dalam siklus operasi berjalan dan kewajiban yang akan jatuh tempo pada periode yang sama. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aktiva dan kewajiban bermanfaat dalam menilai likuiditas dan solvabilitas perusahaan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.11

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Aktiva

Lancar

42 Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut: a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisisr dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi; Aktiva yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.
43 Siklus operasi perusahaan merupakan rata-rata jangka waktu antara perolehan bahan baku memasuki proses dan realisasinya menjadi kas atau instrumen yang siap dijadikan kas. Aktiva lancar termasuk persediaan dan piutang dagang yang dijual, dikonsumsi dan direalisasi sebagai bagian dari siklus normal operasi perusahaan walaupun aktiva tersebut tidak diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Surat berharga diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila surat berharga tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca dan jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Untuk tujuan pengklasifikasian ini, siklus operasi diasumsikan satu tahun kecuali untuk kegiatan atau industri tertentu dimana jangka waktu yang lebih panjang jelas lebih layak. Kewajiban Jangka Pendek

44 Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika: a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban

1.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

jangka panjang.
45 Kewajiban jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang serupa dengan aktiva lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek seperti utang dagang dan biaya pegawai serta biaya operasi lainnya membentuk sebagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal perusahaan. Pos-pos operasi seperti tersebut diatas diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek walaupun pos-pos tersebut diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari dua belas bulan dari tanggal neraca. 46 Kewajiban jangka pendek lainnya lebih sulit untuk dikaitan dengan siklus operasi berjalan meskipun akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca. Misalnya bagian dari kewajiban berbunga (interest-bearing liabilities) yang akan jatuh tempo dalam periode berjalan, cerukan, utang dividen, pajak penghasilan dan utang selain utang dagang. Kewajiban berbunga jangka panjang (interest-bearing liabilities) yang digunakan untuk membiayai modal kerja dan tidak jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan merupakan kewajiban jangka panjang.

47 Kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila: a) kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan; b) perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang; dan c) maksud tersebut pada huruf (b) didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali atau penjadualan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui. Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari penyajian dalam kelompok kewajiban jangka pendek sesuai dengan paragraf ini beserta informasi yang mendukung penyajian tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
48 Terdapat kewajiban yang akan jatuh tempo dalam siklus operasi tahun berikutnya, diharapkan dapat dibiayai kembali atau diperpanjang kembali sehingga tidak diharapkan adanya penggunaan modal kerja

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.13

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

lancar. Kewajiban seperti itu merupakan bagian dari pembiayaan jangka panjang perusahaan dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Dalam hal tidak terdapat perjanjian mengenai pembiayaan kembali, maka pembiayaan kembali tidak dapat di asumsikan akan terjadi secara otomatis sehingga kewajiban harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek. Perjanjian kembali harus secara resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui yang membuktikan bahwa pada tanggal neraca substansi kewajiban merupakan kewajiban jangka panjang. Informasi yang disajikan dalam Neraca

49 Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal mencakup pos-pos berikut: a) aktiva berwujud; b) aktiva tidak berwujud; c) aktiva keuangan; d) investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas; e) persediaan; f) piutang usaha dan piutang lainnya; g) kas dan setara kas; h) hutang usaha dan utang lainnya; i) kewajiban yang diestimasi; j) kewajiban berbunga jangka panjang; k) hak minoritas; dan l) modal saham dan pos ekuitas lainnya. Pos, judul, dan sub-jumlah lain disajikan dalam neraca apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan secara wajar.
50 Pernyataan ini tidak mengatur susunan atau format mengenai pos-pos yang harus disajikan dalam neraca. Paragraf 49 merupakan suatu daftar pos-pos yang berbeda dalam sifat maupun fungsinya sehingga layak disajikan di neraca secara terpisah. Penyesuaian terhadap pos-pos tersebut diatas meliputi: a) penambahan pos-pos dilakukan jika PSAK mewajibkan penyajian secara terpisah dalam neraca, atau apabila suatu pos sangat ma-

1.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

terial sehingga penyajian yang terpisah akan membantu penyajian posisi keuangan secara wajar; istilah yang digunakan dan urutan pos-pos dapat diubah sesuai dengan sifat perusahaan dan transaksinya guna memberikan informasi yang diperlukan bagi pemahaman posisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.

51 Pertimbangan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan atas penilaian dari: a) sifat, likuiditas dan materialitas aktiva. b) fungsi pos-pos tersebut dalam perusahaan. c) jumlah, sifat dan jangka waktu kewajiban. 52 Aktiva dan kewajiban yang berbeda dalam sifat dan fungsi kadang-kadang diukur dengan dasar pengukuran yang berbeda. Misalnya aktiva tertentu dicatat atas dasar biaya perolehan atau penilaian kembali, maka penggunaan dasar pengukuran yang berbeda untuk setiap aktiva mengindikasikan bahwa sifat dan fungsi aktiva tersebut juga berbeda sehingga aktiva tersebut harus disajikan secara terpisah. Informasi Laporan Disajikan di Keuangan Neraca atau di Catatan Atas

53 Perusahaan harus mengungkapkan, di neraca atau di catatan atas laporan keuangan, sub-klasifikasi pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang tepat sesuai dengan operasi perusahaan. Setiap pos di sub-klasifikasikan, jika memungkinkan, sesuai dengan sifatnya; dan jumlah terutang atau piutang pada perusahaan induk, anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa lainnya diungkapkan secara terpisah.
54 Rincian yang tercakup dalam sub-klasifikasi, di neraca atau di catatan atas laporan keuangan, tergantung pada persyaratan dari PSAK dan materialitas jumlah pos yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diuraikan pada paragraf 51 dapat digunakan dalam menentukan dasar bagi subklasifikasi.

55 Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut di neraca atau di catatan atas laporan keuangan:

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.15

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

a)

b) c) d)

untuk setiap jenis saham : i) jumlah saham modal dasar; ii) jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh; iii) nilai nominal saham; iv) ikhtisar perubahan jumlah saham beredar; v) hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham, termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal; vi) saham perusahaan yang dikuasai oleh perusahaan itu sendiri atau oleh anak perusahaan atau perusahaan asosiasi; dan vii) saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan kontrak penjualan, termasuk nilai dan persyaratannya; penjelasan mengenai sifat dan tujuan pos cadangan dalam ekuitas; penjelasan apakah dividen yang diusulkan tapi secara resmi belum disetujui untuk dibayarkan telah diakui atau tidak sebagai kewajiban; dan jumlah dividen saham preferen kumulatif yang belum diakui.

Perusahaan yang modalnya tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan, mengungkapkan informasi yang setara dengan persyaratan di atas, yang memperlihatkan perubahan dalam suatu periode dari setiap jenis penyertaan serta hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis penyertaan.
LAPORAN Informasi LABA Disajikan RUGI dalam Laporan Laba Rugi

56 Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut: a) pendapatan; b) laba rugi usaha; c) beban pinjaman; d) bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas;

1.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

e) f) g) h) i)

beban pajak; laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan; pos luar biasa; hak minoritas; dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan perusahaan secara wajar.
57 Berbagai kegiatan, transaksi dan peristiwa menghasilkan pengaruh berbeda terhadap stabilitas, risiko dan prediksi. Pengungkapan unsur-unsur kinerja membantu dalam memahami hasil yang dicapai dan dalam menilai hasil yang akan diperoleh pada masa akan datang. Dalam rangka menyajikan laporan laba rugi secara wajar maka dapat dilakukan penambahan pos-pos dan perubahan istilah-istilah yang dipakai serta perubahan urut-urutan dari pos-pos yang terdapat dalam laporan laba rugi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan penambahan dan perubahan tersebut meliputi materialitas, hakekat dan fungsi dari berbagai komponen pendapatan dan beban. Informasi Disajikan di Laporan Laba Rugi atau di Catatan Atas Laporan Keuangan

58 Perusahaan menyajikan, di laporan laba rugi atau di catatan atas laporan keuangan, rincian beban dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi beban di dalam perusahaan.
59 Perusahaan disarankan untuk menyajikan rincian seperti tersebut dalam paragraf 58 di atas pada laporan laba rugi. Pos-pos beban di sub-klasisifikasikan lebih lanjut dalam rangka menonjolkan cakupan komponen-komponen kinerja keuangan yang mungkin berbeda dalam hal stabilitas, potensi menghasilkan laba atau rugi dan prediksi. Informasi tersebut dapat disajikan dengan salah satu dari dua cara. 60 Rincian yang pertama disajikan dengan metode sifat beban. Beban disajikan dalam laporan laba rugi sesuai dengan sifatnya (contoh:

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.17

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

penyusutan, pembelian bahan baku, beban transportasi, gaji dan upah, beban iklan) dan tidak dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Metode ini sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan kecil sebab tidak perlu dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Contoh: Pendapatan Pendapatan operasi lain Perubahan persediaan barang jadi dan barang dalam proses Bahan baku yang digunakan Beban pegawai Beban penyusutan dan amortisasi Beban operasi lain Jumlah beban operasi Laba operasi X X X X X X X (X) X

61 Perubahan persediaan barang jadi dan barang dalam proses selama suatu periode menggambarkan penyesuaian terhadap beban produksi yang mencerminkan bahwa produksi meningkatkan jumlah persediaan atau penjualan menurunkan jumlah persediaan barang jadi karena jumlah penjualan melebihi jumlah produksi. 62 Rincian yang kedua disajikan dengan metode beban fungsional atau metode beban pokok penjualan yang mengklasifikasikan beban sesuai dengan fungsinya sebagai bagian dari harga pokok penjualan, kegiatan distribusi atau administrasi. Penyajian dengan metode ini memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna laporan, namun alokasi biaya ke masing-masing fungsi merupakan proses arbitrase dan membutuhkan banyak pertimbangan. Contoh klasifikasi yang menggunakan metode beban fungsional adalah sebagai berikut:

1.18

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pendapatan Beban pokok penjualan Laba kotor Pendapatan operasi lainnya Beban pemasaran Beban administrasi dan umum Beban operasi lain Laba operasi

X (X) X X (X) (X) (X) X

63 Perusahaan yang mengklasifikasikan beban menurut fungsinya harus mengungkapkan informasi tambahan mengenai sifat beban, termasuk beban penyusutan dan amortisasi serta biaya pegawai.
64 Pemilihan metode analisis antara metode harga pokok penjualan dan metode sifat beban tergantung pada faktor historis dan industri serta sifat organisasi. Kedua metode tersebut memberikan indikasi bahwa biaya-biaya dapat berubah, langsung atau tidak langsung, dengan tingkat penjualan atau produksi. Karena masing-masing metode mempunyai manfaat yang berbeda bagi setiap jenis perusahaan maka Pernyataan ini memberikan kebebasan memilih metode yang paling menghasilkan penyajian elemen laporan laba rugi secara wajar. Namun demikian, karena informasi yang disajikan dengan metode sifat beban berguna dalam memprediksi arus kas pada masa depan maka pengungkapan tambahan diperlukan apabila informasi disajikan dengan metode harga pokok penjualan.

65 Perusahaan mengungkapkan dalam laporan laba rugi atau dalam catatan atas laporan keuangan; jumlah dividen per saham yang diumumkan.
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

66 Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.19

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

a) b) c) d) e) f)

laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan; setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas; pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik; saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

67 Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan LAPORAN ARUS KAS

68 Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait. CATATAN Struktur ATAS LAPORAN KEUANGAN

69 Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: a) informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;

1.20

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b) c)

informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas ; informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

70 Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapanpengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. 71 Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan membandingkannya dengan laporan keuangan perusahaan lain, maka catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut: a) pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan; b) informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan; c) pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat nonkeuangan. Sistematika struktur dalam catatan atas laporan keuangan agar tetap dipertahankan sepanjang hal tersebut praktis untuk dilaksanakan Penyajian Kebijakan Akuntansi

72 Bagian kebijakan akuntansi dalam catatan atas laporan keuangan menjelaskan hal-hal sebagai berikut: a) dasar pengukuran dalam menyiapkan laporan keuangan; b) kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan guna memahami laporan keuangan secara benar.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.21

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

73 Pengguna laporan perlu mengetahui dasar pengukuran yang digunakan (nilai historis, nilai pasar, nilai realisasi, nilai wajar atau nilai sekarang) sebagai landasan dalam penyiapan laporan keuangan. Apabila lebih dari satu dasar pengukuran digunakan dalam laporan keuangan, maka informasi yang disajikan cukup memadai untuk dapat mengindikasikan aktiva dan kewajiban yang menggunakan dasar pengukuran tersebut. Selanjutnya, dalam menentukan apakah kebijakan akuntansi tertentu harus diungkapkan, manajemen mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut akan membantu pengguna laporan untuk memahami bagaimana transaksi dan peristiwa tercermin di laporan laba rugi dan neraca. Kebijakan akuntansi meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut: a) pengakuan pendapatan; b) prinsip-prinsip konsolidasi; c) penggabungan usaha; joint venture; d) e) pengakuan beban termasuk metode penyusutan atau amortisasi aktiva berwujud dan aktiva tidak berwujud; f) kapitalisasi biaya pinjaman dan pengeluaran lainnya; g) kontrak konstruksi; h) properti investasi; i) instrumen keuangan dan investasi; j) sewa guna usaha; k) biaya riset dan pengembangan; l) persediaan m) pajak termasuk pajak tangguhan; n) penyisihan; o) biaya manfaat pensiun; p) penjabaran mata uang asing dan hedging; q) definisi segmen usaha dan geografis dan dasar alokasi biaya antar segmen; r) definisi kas dan setara kas; s) akuntansi inflasi; dan t) hibah pemerintah. Pengungkapan Lain

74 Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut ini jika tidak diungkapkan dibagian manapun dari informasi yang dipublikasi-

1.22

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

kan bersama dengan laporan keuangan: a) domisili dan bentuk hukum perusahaan, negara tempat pendirian perusahaan, alamat kantor pusat perusahaan serta lokasi utama bisnis jika berbeda dari lokasi kantor pusat; b) keterangan mengenai hakekat operasi dan kegiatan utama perusahaan; c) nama perusahaan dalam grup, nama perusahaan asosiasi, nama perusahaan induk dan perusahaan holding; d) nama anggota direksi dan komisaris; dan e) jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah karyawan selama periode yang bersangkutan. 75 Untuk setiap jenis pinjaman atau penerbitan surat berharga yang bersifat utang dalam mata uang asing, perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut ini: a) karakteristik umum dari setiap pinjaman dan surat berharga yang bersifat utang termasuk informasi mengenai suku bunga dan nama kreditur; b) nilai nominal dalam mata uang asing, jangka waktu pinjaman, tanggal jatuh tempo, jadual angsuran atau pembayaran; c) dasar konversi utang menjadi efek lain jika pinjaman dapat di konversi; d) nilai kurs yang digunakan pada tanggal neraca; e) jaminan kredit; f) hal penting lain, misalnya persyaratan kredit tidak dipenuhi. 76 Apabila suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan diterapkan sebelum tanggal berlaku efektif dan penerapan lebih dini tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Pernyataan tersebut, maka fakta tersebut harus diungkapkan.
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

77 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ini berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai tanggal 1 Januari 1999. Penerapan lebih dini dianjurkan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.23

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Lampiran Ilustrasi Perubahan Ekuitas

Lampiran ini hanya ilustrasi dan bukan bagian dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ini. Tujuan lampiran ini adalah mengilustrasikan penerapan Pernyataan ini dalam rangka membantu memahami artinya. Urutan penyajian dan deskripsi, bila perlu, dapat diubah sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan agar tercapai penyajian laporan keuangan secara wajar, dengan memperhatikan PSAK terkait.

1.24

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENYAJIAN L APORAN K EUANGAN

PSAK N O . 1 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PT XYZ dan Anak Perusahaan Laporan Perubahan Ekuitas Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 19-2 (dalam ribuan rupiah)
Modal Saham Saldo per 31/12/19-0 Perubahan kebijakan akuntansi Saldo yang disajikan kembali Selisih revaluasi aktiva tetap Laba Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek Selisih kurs Keuntungan/kerugian neto yang tidak diakui pada laporan laba rugi Laba bersih periode berjalan Dividen Penempatan modal saham Saldo per 31/12/19-1 Selisih revaluasi aktiva tetap Laba Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek Selisih kurs Keuntungan/kerugian neto yang tidak diakui pada laporan laba rugi Laba bersih periode berjalan Dividen Penerbitan modal saham Saldo per 31/12/19-2 X X Agio Saham X X Selisih Revaluasi X X X (X) (X) Selisih Kurs (X) (X) Saldo Laba X (X) X Jumlah

X (X) X X (X) (X)

(X) X (X)

X X

X X X (X) X (X) (X) X

X X (X) X X (X) X (X)

(X)

(X) X (X)

X X

X X X (X) X

(X) X (X) X X

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1.25

PSAK no 02

Page 1 of 20

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 LAPORAN ARUS KAS

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 tentang Laporan Arus Kas disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Kegunaan Informasi Arus Kas Definisi Kas dan Setara Kas PENJELASAN Penyajian Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi Aktivitas Investasi Aktivitas Pendanaan Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan Pelaporan Arus Kas atas dasar Arus Kas Bersih Arus Kas dalam Mata Uang Asing Pos Luar Biasa

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02
Bunga dan Dividen Pajak Penghasilan Investasi pada Anak Perusahaan, Perusahaan Asosiasi dan Joint Venture Perolehan dan Pelepasan (Disposal) Anak Perusahaan dan Unit Bisnis Lainnya Transaksi Bukan Kas Komponen Kas dan Setara Kas Pengungkapan Lain PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 2 LAPORAN ARUS KAS Masa Transisi Tanggal Berlaku LAMPIRAN 1. Laporan Arus Kas untuk Perusahaan bukan Lembaga Keuangan 2. Laporan Arus Kas untuk Lembaga Keuangan

Page 2 of 20

PENDAHULUAN
Tujuan Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya . Tujuan Pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi. go top Ruang Lingkup 01 Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan . 02 Para pemakai laporan ingin mengetahui bagaimana perusahaan menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas. Hal tersebut bersifat umum dan tidak tergantung pada aktivitas perusahaan serta apakah kas dapat dipandang sebagai produk perusahaan, seperti yang berlaku di lembaga keuangan. Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan utama (revenue-producing activities). Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, untuk melunasi kewajiban, dan untuk membagikan dividen kepada para investor. Pernyataan ini mewajibkan semua perusahaan menyajikan laporan arus kas. go top Kegunaan Informasi Arus Kas 03 Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas dapat

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 3 of 20

memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. 04 Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga. go top Definisi 05 Beberapa istilah yang dipergunakan dalam Pernyataan-ini masing-masing didefinisikan sebagai berikut: Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan ( principal revenueproducing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan . go top Kas dan Setara Kas 06 Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Investasi dalam bentuk saham tidak termasuk setara kas, kecuali substansi investasi saham tersebut adalah setara kas. Sebagai contoh, saham preferen yang dibeli dan akan segera jatuh tempo serta tanggal penebusan (redemption date) telah ditentukan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 4 of 20

07 Pinjaman bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan . Namun demikian, cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan. Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan setara kas. Karakteristik dari pengaturan perbankan tersebut timbulnya fluktuasi saldo bank dari positif ke overdraft. 08 Arus kas tidak mencakupi mutasi di antara pos-pos yang termasuk dalam kas atau setara kas, karena komponen tersebut lebih merupakan bagian dari pengelolaan kas perusahaan dan bukan sebagai bagian dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan . go top

PENJELASAN
Penyajian Laporan Arus Kas 09 Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. 10 Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut. 11 Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasi ke dalam lebih dari satu aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan bunga, maka bunga merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan pokok pinjaman merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. go top Aktivitas operasi 12 Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. 13 Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 5 of 20

penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa; penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain; pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; pembayaran kas kepada karyawan; penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya; pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.

Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih. Arus kas yang menyangkut transaksi semacam itu merupakan arus kas dari aktivitas investasi. 14 Perusahaan sekuritas dapat memiliki sekuritas untuk diperdagangkan sehingga sama dengan persediaan yang dibeli untuk dijual kembali. Karenanya, arus kas yang berasal dari pembelian dan penjualan dalam transaksi atau perdagangan sekuritas tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Sama halnya dengan pemberian kredit oleh lembaga keuangan juga harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, karena berkaitan dengan aktivitas penghasil utama pendapatan lembaga keuangan tersebut. penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan. go top Aktivitas Investasi 15 Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri; penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lain; perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain; uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan); pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option contracts dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan;

Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk menangkal (hedge) suatu posisi yang dapat diidentifikasi, maka arus kas dari kontrak tersebut diklasifikasikan dengan cara yang sama seperti arus kas dari posisi yang ditangkalnya.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 6 of 20

go top Aktivitas Pendanaan 16 Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya pelunasan pinjaman pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease).

go top Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi 17 Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut ini: a. metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau b. metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan . 18 Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik: a. dari catatan akuntansi perusahaan; atau b. dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi untuk: perubahan persediaan, piutang usaha, dan hutang usaha selama periode berjalan; pos bukan kas lainnya; dan pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan. 19 Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh: a. perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan; b. pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02
c. semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.

Page 7 of 20

Sebagai alternatif, berdasarkan arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat dilaporkan (tidak langsung) dengan menyajikan pendapatan dan beban yang diungkapkan dalam laporan laba rugi serta perubahan dalam persediaan, piutang usaha dan hutang usaha selama periode. go top Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan 20 Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan, kecuali sebagaimana dijelaskan pada paragraf 21 dan 23 arus kas dilaporkan atas dasar arus kas bersih. go top Pelaporan Arus Kas atas Dasar Arus Kas Bersih 21 Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan berikut ini dapat disajikan menurut arus kas bersih: a. penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan para pelanggan apabila arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada aktivitas perusahaan; dan b. penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan perputaran cepat, dengan volume transaksi yang besar, dan dengan jangka waktu singkat (maturity short). 22 Beberapa contoh penerimaan dan pembayaran kas sebagaimana dijelaskan pada paragraf 21 (a) adalah: penerimaan dan pembayaran rekening giro; dana pelanggan yang dikelola oleh perusahaan investasi; dan sewa yang ditagih oleh pengelola dan selanjutnya disetor kepada pemilik properti.

Beberapa contoh penerimaan dan pengeluaran kas sebagaimana dijelaskan pada paragraf 21 (b) adalah pembayaran dan penerimaan untuk: transaksi kartu kredit para nasabah; pembelian dan penjualan surat-surat berharga; dan pinjaman jangka pendek lain dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan atau kurang.

23 Arus kas yang berasal dari aktivitas suatu lembaga keuangan berikut ini dapat dilaporkan dengan dasar arus kas bersih: penerimaan dan pembayaran kas sehubungan dengan deposito berjangka waktu tetap; penempatan dan penarikan deposit pada lembaga keuangan lainnya; dan pemberian dan pelunasan kredit.

go top

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 8 of 20

Arus Kas dalam Mata Uang Asing 24 Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata uang yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas. 25 Arus kas anak perusahaan di luar negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi pada tanggal arus kas. 26 Arus kas dalam mata uang asing dilaporkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing. Pernyataan tersebut memperkenankan digunakannya suatu kurs yang mendekati kurs sebenarnya. Sebagai contoh, kurs rata-rata untuk periode yang bersangkutan dapat digunakan untuk membukukan transaksi dalam mata uang asing atau penjabaran arus kas anak perusahaan luar negeri. Akan tetapi, tidak diperkenankan digunakannya kurs tanggal neraca untuk menjabarkan laporan arus kas anak perusahaan luar negeri. 27 Keuntungan dan kerugian yang belum d irealisasi yang timbul akibat perubahan kurs bukan merupakan arus kas. Namun demikian, pengaruh perubahan kurs terhadap kas dan setara kas dalam mata uang asing dilaporkan dalam laporan arus kas untuk merekonsiliasikan saldo awal dan akhir kas dan setara kas. Jumlah selisih kurs tersebut disajikan terpisah dari arus kas aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. go top Pos Luar Biasa 28 Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasi sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan secara terpisah. 29 Arus kas yang menyangkut pos luar biasa diungkapkan secara tersendiri pada arus kas aktivitas operasi, investasi atau pendanaan dalam laporan arus kas, agar para pemakai dapat memahami hakekat dan pengaruhnya terhadap arus kas saat ini dan masa mendatang. Pengungkapan tersebut dilakukan sebagai tambahan dari pengungkapan terpisah mengenai hakekat dan jumlah dari pos luar biasa yang dipersyaratkan dalam Pernyataan Akuntansi Keuangan No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. go top Bunga dan Dividen 30 Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-masing harus diungkapkan tersendiri. Masing-masing harus diklasifikasi secara konsisten antar periode sebagai aktivitas operasi, investasi atau pendanaan. 31 Jumlah bunga yang dibayar selama suatu periode diungkapkan dalam laporan arus kas baik yang telah diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi maupun yang dikapitalisasi menurut alternatif perlakuan yang diperkenankan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 18 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi. 32 Bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima oleh lembaga keuangan biasanya

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 9 of 20

diklasifikasikan sebagai arus kas operasi. Namun demikian, bagi perusahaan lain belum ada kesepakatan mengenai klasifikasi arus kas ini. Bunga yang dibayarkan dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasi sebagai arus kas operasi karena mempengaruhi laba atau rugi bersih. Sebagai alternatif, bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasi, masing-masing sebagai arus kas pendanaan dan arus kas investasi karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan atau sebagai hasil investasi (return on investments). 33 Dividen yang dibayar dapat diklasifikasi sebagai arus kas pendanaan karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan. Sebagai alternatif, dividen yang dibayar dapat diklasifikasi sebagai komponen arus kas dari aktivitas operasi dengan maksud untuk membantu para pengguna laporan arus kas dalam menilai kemampuan perusahaan membayar dividen dari arus kas operasi. go top Pajak Penghasilan 34 Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan tersendiri dan diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi. 35 Pajak penghasilan atas pendapatan yang diterima dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan dalam laporan arus kas. Walaupun beban pajak penghasilan (tax expense) dapat dengan mudah diidentifikasikan dengan aktivitas investasi atau pendanaan, arus kas yang bersangkutan seringkali tidak mudah diidentifikasikan dan dapat terjadi dalam periode yang berbeda dengan transaksi arus kas yang mendasarinya. Oleh karena itu, pajak yang dibayar biasanya diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi. Namun demikian, jika arus kas pajak tersebut dapat diidentifikasikan dengan transaksi individual yang menimbulkan arus kas yang bersangkutan, maka arus kas tersebut diklasifikasi sebagai aktivitas pendanaan atau investasi, sesuai dengan jenis aktivitas tersebut. Apabila arus kas pajak dialokasikan pada lebih dari satu jenis aktivitas, maka jumlah keseluruhan pajak yang dibayar harus diungkapkan. go top Investasi Pada Anak Perusahaan, Perusahaan Asosiasi dan Joint Venture 36 Apabila akuntansi untuk investasi pada perusahaan asosiasi atau anak perusahaan dibukukan dengan menggunakan metode ekuiti atau metode biaya perolehan, maka investor membatasi pelaporannya dalam laporan arus kas sejumlah arus kas yang terjadi antara investor dan investee, misalnya sejumlah dividen dan uang muka yang diterima. go top Perolehan dan Pelepasan (Disposal) Anak Perusahaan dan Unit Bisnis lainnya 37 Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan anak perusahaan atau unit bisnis lainnya harus diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi sebagai aktivitas investasi . 38 Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut secara keseluruhan, sehubungan dengan perolehan dan pelepasan anak perusahaan dan unit bisnis lainnya selama satu periode: a. jumlah harga perolehan atau pelepasan; b. bagian nilai perolehan atau pelepasan yang dibayarkan dengan kas dan setara kas.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 10 of 20

c. jumlah kas dan setara kas pada anak perusahaan atau unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan; dan d. jumlah aktiva dan kewajiban selain kas atau setara kas pada anak perusahaan atau unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan, diikhtisarkan berdasarkan kategori utamanya. 39 Penyajian tersendiri pengaruh arus kas dari akuisisi dan pelepasan anak perusahaan dan unit bisnis lainnya sebagai suatu pos tunggal, bersama -sama dengan pengungkapan tersendiri jumlah aktiva dan kewajiban yang diakuisisi akan membantu membedakan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan lainnya. Pengaruh arus kas dari pelepasan tidak boleh dikurangkan dari arus kas dalam rangka akuisisi. 40 Jumlah keseluruhan kas yang dibayarkan untuk pembelian atau diterima atas pelepasan tersebut dilaporkan dalam laporan arus kas setelah memperhitungkan dalam jumlah neto yaitu kas atau setara kas yang diperoleh atau dibayarkan. go top Transaksi bukan Kas 41 Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas harus dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam itu harus diungkapkan sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan tersebut. 42 Terdapat aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap arus kas periode berjalan meskipun mempengaruhi struktur aktiva serta modal perusahaan. Tidak dimasukannya transaksi bukan kas dalam laporan arus kas ini konsisten dengan tujuan laporan arus kas sebab transaksi tersebut tidak mempengaruhi arus kas dalam periode berjalan. Beberapa contoh transaksi non kas adalah: perolehan aktiva secara kredit atau melalui sewa guna usaha pembiayaan (finance lease); akuisisi perusahaan melalui emisi saham; dan konversi hutang menjadi modal.

go top Komponen Kas dan Setara kas 43 Perusahaan harus mengungkapkan komponen kas dan setara kas dan harus menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan di neraca. 44 Karena keanekaragaman praktek pengelolaan kas dan perbankan dan agar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, perusahaan harus mengungkapkan kebijaksanaan yang dianut dalam menentukan komponen kas dan setara kas. 45 Pengaruh setiap perubahan dalam kebijaksanaan untuk menentukan komponen kas dan setara kas seperti misalnya perubahan dalam klasifikasi instrumen keuangan yang sebelumnya diperlakukan sebagai bagian dari portofolio investasi perusahaan, dilaporkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 11 of 20

go top Pengungkapan Lain 46 Perusahaan harus mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara kas yang signifikan yang tidak dapat digunakan dengan bebas, oleh perusahaan atau group usaha tersebut. 47 Dalam keadaan tertentu saldo kas dan setara kas yang dimiliki oleh perusahaan tidak dapat digunakan dengan bebas oleh group perusahaan. Misalnya, saldo kas dan setara kas milik anak perusahaan yang beroperasi di suatu negara yang memberlakukan lalu lintas devisa atau memberlakukan pembatasan hukum lainnya sehingga saldo kas tersebut tidak dapat dialihkan oleh anak perusahaan kepada induk perusahaan. go top

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 2 LAPORAN ARUS KAS


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 terdiri dari paragraf 48-67. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-147. 48 Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan . Penyajian Laporan Arus Kas 49 Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas operasi 50 Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut ini: a. metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau b. metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan 51 Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan, kecuali sebagaimana dijelaskan pada paragraf 21 dan 23 arus kas dilaporkan atas dasar arus kas bersih. Pelaporan Arus Kas atas Dasar Arus Kas Bersih 52 Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan berikut ini dapat

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02
disajikan menurut arus kas bersih:

Page 12 of 20

a. penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan para pelanggan apabila arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada aktivitas perusahaan; dan b. penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan perputaran cepat, dengan volume transaksi yang besar, dan dengan jangka waktu singkat (maturity short). 53 Arus kas yang berasal dari aktivitas suatu lembaga keuangan berikut ini dapat dilaporkan dengan dasar arus kas bersih: penerimaan dan pembayaran kas sehubungan dengan deposito berjangka waktu tetap; penempatan dan penarikan deposit pada lembaga keuangan lainnya; dan pemberian dan pelunasan kredit.

Arus Kas dalam Mata Uang Asing 54 Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata uang yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas. 55 Arus kas anak perusahaan di luar negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi pada tanggal arus kas. Pos Luar Biasa 56 Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasi sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan secara terpisah. Bunga dan Dividen 57 Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-masing harus diungkapkan tersendiri. Masing-masing harus diklasifikasi secara konsisten antar periode sebagai aktivitas operasi, investasi atau pendanaan. Pajak Penghasilan 58 Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan tersendiri dan diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi. Perolehan dan Pelepasan (Disposal) Anak perusahaan dan Unit Bisnis lainnya 59 Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan anak perusahaan atau unit bisnis lainnya harus diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi sebagai aktivitas investasi . 60 Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut secara keseluruhan, sehubungan dengan perolehan dan pelepasan anak perusahaan dan unit bisnis lainnya selama satu periode: a. jumlah harga perolehan atau pelepasan; b. bagian nilai perolehan atau pelepasan yang dibayarkan dengan kas dan setara kas. c. jumlah kas dan setara kas pada anak perusahaan atau unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan; dan d. jumlah aktiva dan kewajiban selain kas atau setara kas pada anak perusahaan atau unit

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 13 of 20

bisnis yang diperoleh atau dilepaskan, diikhtisarkan berdasarkan kategori utamanya. Transaksi bukan Kas 61 Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas harus dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam itu harus diungkapkan sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan tersebut. Komponen Kas atau Setara Kas 62 Perusahaan harus mengungkapkan komponen kas dan setara kas dan harus menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan di neraca . Pengungkapan Lain 63 Perusahaan harus mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara kas yang signifikan yang tidak dapat digunakan dengan bebas, oleh perusahaan atau grup usaha tersebut. go top Masa Transisi 64 Pernyataan ini berlaku secara prospektif dan pada saat permulaan pelaksanaan Pernyataan ini bila disusun laporan keuangan komparatif, maka Laporan Arus Kas tidak wajib disusun secara komparatif. go top Tanggal Efektif 65 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan. go top

LAMPIRAN 1 LAPORAN ARUS KAS UNTUK PERUSAHAAN BUKAN LEMBAGA KEUANGAN Lampiran ini hanya merupakan suatu ilustrasi dan bukan merupakan bagian dari Pernyataan. Tujuan lampiran ini adalah untuk mengilustrasikan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 tentang Laporan Arus Kas. 01 Contoh-contoh ini hanya menunjukkan jumlah pada periode berjalan. 02 Informasi dalam laporan laba rugi dan neraca disajikan untuk memperlihatkan penyusunan laporan arus kas dengan metode langsung dan tidak langsung. Untuk menyederhanakan, contoh

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 14 of 20

neraca maupun laporan laba rugi terlampir tidak disajikan menurut persyaratan pengungkapan dan penyajian menurut standar akuntansi keuangan. 03 Informasi tambahan berikut juga relevan untuk menyusun laporan arus kas:
l

semua saham anak perusahaan diperoleh dengan Rp. 590. Nilai wajar aktiva yang diperoleh dan hutang diasumsikan sebagai berikut: - persediaan Rp. 100 - piutang dagang - kas - tanah, bangunan dan peralatan - hutang dagang - hutang jangka panjang Rp. 100 Rp. 40 Rp. 650 Rp. 100 Rp. 200

l l

l l

Rp. 250 diperoleh dari penerbitan modal saham dan Rp. 250 diperoleh dari pinjaman jangka panjang beban bunga Rp. 400, dan telah dibayar sebesar Rp. 170 selama periode tersebut, Rp. 100 yang merupakan beban bunga periode sebelumnya juga dibayar pada periode tersebut. dividen yang dibayarkan Rp. 1.200 hutang pajak pada awal dan akhir periode masing-masing sebesar Rp. 400 dan Rp. 1000. Selama periode disisihkan Rp. 200 untuk tambahan pajak. Pajak yang terutang dari dividen yang diterima berjumlah Rp. 100 selama periode, perusahaan memperoleh tanah, bangunan dan peralatan dengan harga total Rp. 1.250, Rp. 900 diperoleh dari sewa guna usaha keuangan. Pembayaran kas sebesar Rp. 350 untuk pembelian tanah, bangunan dan peralatan. pabrik dengan nilai buku Rp. 80 dan akumulasi penyusutan Rp. 60 dijual dengan harga Rp. 20 piutang dagang pada akhir 19-2 termasuk bunga piutang sebesar Rp. 100

PT ABC Neraca Konsolidasi Per 31 Desember 19-2 dan 19-1 dalam rupiah Aktiva Kas dan setara kas Piutang Dagang Persediaan Investasi Portfolio Tanah, Bangunan & Peralatan Akumulasi Penyusutan Tanah, Bangunan & Peralatan (neto) Jumlah Aktiva 3.730 (1.450) 2.280 8.090 19-2 410 1.900 1.000 2.500 1.910 (1.060) 850 6.660 19-1 160 1.200 1.950 2.500

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02
Kewajiban Hutang Dagang Hutang Bunga Hutang Pajak Penghasilan Hutang Jangka Panjang Jumlah Kewajiban Ekuitas Modal Saham Saldo Laba Jumlah Ekuitas Jumlah Kewajiban dan Ekuitas PT ABC Laporan Laba Rugi Konsolidasi Tahun yang berakhir 31 Desember 19-2 1.500 3.410 4.910 8.090 250 230 400 2.300 3.180

Page 15 of 20

1.890 100 1.000 1.040 4.030 1.250 1.380 2.630 6.660

dalam rupiah Penjualan Beban Pokok Penjualan Laba Bruto Penyusutan Beban Administrasi dan Penjualan Beban Bunga Penghasilan Investasi Kerugian Selisih Kurs Laba Bersih Sebelum Pajak dan Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa - hasil penyelesaian asuransi gempa bumi Laba Bersih Setelah Pos Luar Biasa Pajak Penghasilan Laba Bersih PT ABC Laporan Arus Kas (Metode Langsung) Tahun yang Berakhir 31 Desember 19-2 dalam rupiah Arus Kas dari Aktivitas Operasi Penerimaan kas dari pelanggan Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan Kas yang dihasilkan operasi Pembayaran bunga 30.150 (27.600) 2.550 (270) 30.650 (26.000) 4.650 (450) (910) (400) 500 (40) 3.350 180 3.530 (300) 3.230

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02
Pembayaran pajak penghasilan Arus kas sebelum pos luar biasa Hasil dari asuransi karena gempa bumi Arus kas bersih dari aktivitas operasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi Perolehan anak perusahaan X dengan kas (Catatan A) Pembelian tanah, bangunan dan peralatan (Catatan B) Hasil dari penjualan peralatan Penerimaan bunga Penerimaan dividen Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham Hasil dari pinjaman jangka panjang Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan Pembayaran dividen * Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode (Catatan C) Kas dan setara kas pada akhir periode * Dapat juga dilaporkan sebagai arus kas operasi. Lihat paragraf 33. 250 250 (90) (1.200) (550) (350) 20 200 200 (900) 1.380 180

Page 16 of 20

1.560

(480)

(790) 290 120 410

PT ABC Laporan Arus Kas (Metode Tidak Langsung) Tahun yang Berakhir 31 Desember 19-2 dalam rupiah Arus Kas dari Aktivitas Operasi Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa Penyesuaian untuk: Penyusutan Kerugian selisih kurs Penghasilan investasi Beban bunga Laba operasi sebelum perubahan modal kerja Kenaikan piutang dagang dan piutang lain Penurunan persediaan Penurunan hutang dagang Kas dihasilkan dari operasi 450 40 (500) 400 3.740 (500) 1.050 (1.740) 2.550 3.350

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02
Kas dihasilkan dari operasi Pembayaran bunga Pembayaran pajak penghasilan Arus kas sebelum pos luar biasa Hasil dari penyelesaian asuransi gempa bumi Arus kas bersih dari aktivitas operasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi Perolehan anak perusahaan X dengan kas (Catatan A) Pembelian tanah, bangunan dan peralatan (Catatan B) Hasil dari penjualan peralatan Penerimaan bunga Penerimaan dividen Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham Hasil dari pinjaman jangka panjang Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan Pembayaran dividen * Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode (Catatan C) Kas dan setara kas pada akhir periode 250 250 (90) (1.200) (550) (350) 20 200 200 2.550 (270) (900) 1.380 180

Page 17 of 20

1.560

(480)

(790) 290 120 410

Catatan atas Laporan Arus Kas (metode langsung dan metode tidak langsung) A. Perolehan Anak Perusahaan Selama periode ini perusahaan membeli anak perusahaan X. Nilai wajar dari aktiva yang diperoleh dan kewajiban diasumsikan sebagai berikut: dalam rupiah Kas Persediaan Piutang dagang Tanah, Bangunan dan Peralatan Hutang Dagang Hutang Jangka Panjang Total harga beli Dikurangi: kas dari X 40 100 100 650 (100) (200) 590 (40)

Arus kas dari perolehan anak perusahaan 550 B. Tanah, Bangunan dan Peralatan Selama periode ini, perusahaan memperoleh tanah, bangunan dan peralatan dengan nilai total Rp. 1.250 di mana Rp. 900 diantaranya diperoleh melalui sewa guna usaha keuangan. Pembayaran kas untuk perolehan ini adalah Rp. 350. C. Kas dan setara Kas Kas dan setara kas terdiri dari kas di tangan dan saldo bank, serta investasi dalam instrumen pasar uang. Kas dan setara kas dalam laporan arus kas meliputi jumlah-jumlah dalam neraca berikut ini:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02
19-2 Kas dan Bank Investasi Jangka Pendek Kas dan setara kas yang dilaporkan sebelumnya Pengaruh perubahan nilai tukar valuta Kas dan setara kas setelah dinyatakan kembali 40 370 410 ____ 410 19-1 25 135 160 (40) 120

Page 18 of 20

Kas dan setara kas pada akhir periode meliputi rekening deposito bank sebanyak Rp.100 yang dipegang oleh anak perusahaan dan tidak dapat digunakan dengan bebas oleh holding company karena adanya pembatasan arus valuta. Kelompok perusahaan ini mempunyai fasilitas pinjaman sebesar Rp. 2.000, Rp. 700 diantaranya hanya dapat digunakan untuk ekspansi di masa depan. D. Informasi segmen dalam rupiah Segmen A Arus kas dari: Aktivitas Operasi Aktivitas Investasi Aktivitas Pendanaan 1.700 (640) (570) 490 Alternatif penyajian (metode tidak langsung) Sebagai alternatif, dalam laporan arus kas dengan metode tidak langsung, laba operasi sebelum perubahan modal kerja kadang kadang disajikan sebagai berikut (dalam rupiah): Pendapatan di luar pendapatan investasi Biaya operasi di luar penyusutan Laba operasi sebelum perubahan modal kerja go top 30.650 (26.910) 3.740 (140) 160 (220) (200) 1.560 (480) (790) 290 Segmen B Total

LAMPIRAN 2 LAPORAN ARUS KAS UNTUK LEMBAGA KEUANGAN Lampiran ini hanya ilustratif dan bukan merupakan bagian dari Pernyataan ini. Tujuan lampiran ini untuk mengilustrasikan penerapan Pernyataan untuk membantu dalam memperjelas artinya. 01 Contoh ini memperlihatkan jumlah periode berjalan. Jumlah yang menyangkut periode sebelumnya harus disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berkaitan. 02 Contoh disajikan dengan menggunakan metode langsung.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 19 of 20

BANK ABC Laporan Arus Kas (Metode Langsung) Tahun yang Berakhir 31 Desember 19-2 dalam rupiah Arus Kas dari Aktivitas Operasi Penerimaan bunga dan komisi Pembayaran bunga Pembayaran piutang yang telah dihapus Pembayaran kas pada karyawan dan pemasok Laba operasi sebelum perubahan dalam aktiva operasi (Kenaikan) Penurunan dalam Aktiva Operasi: Dana jangka pendek Deposito untuk tujuan pengendalian moneter Dana uang muka pada langganan Kenaikan bersih dalam piutang kartu kredit Surat berharga jangka pendek yang diperjualbelikan Kenaikan (Penurunan) dalam Hutang Operasi: Deposito dari pelanggan Sertifikat deposito yang diperjualbelikan Kas bersih dari aktivitas operasi sebelum pajak penghasilan Pajak penghasilan Arus kas bersih dari aktivitas operasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi Pelepasan anak perusahaan Y Dividen yang diterima Bunga yang diterima Hasil penjualan surat berharga yang tidak diperjualbelikan Pembelian surat berharga yang tidak diperjualbelikan Pembelian tanah, bangunan dan peralatan Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Penerbitan modal pinjaman Penerbitan saham prioritas oleh anak perusahaan Pembayaran kembali pinjaman jangka panjang Penurunan bersih pinjaman lain Pembayaran dividen Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan Pengaruh perubahan kurs valuta kas dan setara kas Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode Kas dan setara kas pada akhir periode 1.000 800 (200) (1.000) (400) 200 600 4.790 4.050 8.840 50 200 300 1.200 (600) (500) 650 600 (200) 3.440 (100) 3.340 (650) 234 (288) (360) (120) 28.447 (23.463) 237 (997) 4.224

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 02

Page 20 of 20

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 02 Laporan Arus Kas.htm

10/16/03

PSAK no 03

Page 1 of 7

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 3 LAPORAN KEUANGAN INTERIM

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 3 tentang Laporan Keuangan Interim disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Definisi PENJELASAN Pandangan Sehubungan Dengan Laporan Keuangan Interim Pelaporan dan Pengungkapan Biaya dan Beban Pendapatan dan Beban Musiman Penyisihan Pajak Penghasilan Penghapusan Segmen Usaha, Pos Luar Biasa, Transaksi Tidak Biasa dan Tidak Sering Terjadi serta Kewajiban Kontinjen Perubahan Akuntansi PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 3 LAPORAN KEUANGAN INTERIM Penyajian Laporan Keuangan Interim

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 03 Laporan Keuangan Interim.htm

10/16/03

PSAK no 03
Pengungkapan Ringkasan Data Keuangan Interim Tanggal Efektif

Page 2 of 7

PENDAHULUAN
Tujuan Salah satu karakteristik kualitatif informasi keuangan adalah tepat waktu. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari kelambatan pengambilan keputusan tersebut. Dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual surat berharga di pasar modal, laporan keuangan interim menjadi semakin diperlukan. Pemakai laporan keuangan membutuhkan laporan keuangan perusahaan secepat mungkin untuk memberikan gambaran tentang kegiatan perusahaan. go top Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini berlaku untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan interim oleh peraturan perundangan yang berlaku, misalnya pasar modal, dan lain-lain. Untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan industri yang bersangkutan secara khusus, misalnya perbankan, maka harus mengikuti standar khusus tersebut. go top Definisi 02 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan Laporan keuangan interim:
l l

Harus dipandang sebagai bagian yang integral dari periode tahunan. Dapat disusun secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari setahun dan mencakupi seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan.

go top

PENJELASAN
Pandangan Sehubungan Dengan Laporan Keuangan Interim 03 Dua pandangan sehubungan dengan laporan keuangan interim adalah sebagai berikut: a. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai dasar periode akuntansi dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 03 Laporan Keuangan Interim.htm

10/16/03

PSAK no 03

Page 3 of 7

menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode ditentukan dengan cara yang sama seperti pada periode tahunan. b. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai bagian yang integral dengan periode tahunan. 04 Pernyataan ini dikembangkan berdasarkan pandangan kedua yang menganggap laporan keuangan interim sebagai bagian integral dengan periode tahunan. go top Pelaporan dan Pengungkapan 05 Unsur yang sama antara pelaporan keuangan interim dengan pelaporan keuangan tahunan adalah:
l l

Dasar pengakuan pendapatan. Kebijakan akuntansi dasar pelaporan pada periode interim, kecuali jika ada perubahan dalam standar akuntansi. Penyajian penggolongan aktiva sebagai lancar dan tidak lancar, dan kewajiban sebagai jangka pendek dan jangka panjang.

go top Biaya dan Beban 06 Pelaporan biaya dan beban diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu: a. Beban yang dapat dihubungkan dengan pendapatan ditentukan atas dasar yang sama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan kecuali untuk persediaan dengan modifikasi sebagai berikut: Perusahaan yang dalam periode interim menggunakan estimasi laba kotor dalam menentukan nilai persediaan atau metode lain yang berbeda dengan metode yang digunakan dalam penilaian persediaan akhir tahun, harus mengungkapkan hal tersebut dalam laporan keuangan interim. Perusahaan yang melakukan penilaian persediaan berdasarkan biaya standar tidak perlu melaporkan penyimpangan atau selisih dengan biaya aktual yang terjadi, jika selisih biaya tersebut tidak material atau diharapkan bisa diselesaikan pada akhir tahun. Pengaruh dari penyimpangan yang tidak direncanakan dan tidak diperkirakan harus dilaporkan pada akhir periode interim dengan prosedur yang sama seperti yang digunakan pada akhir tahun. Kerugian yang disebabkan penurunan harga pasar tidak boleh ditangguhkan untuk dibebankan ke periode di luar periode penurunan harga tersebut. Pemulihan harga yang sama boleh diakui sebagai keuntungan pada periode interim selanjutnya, keuntungan yang diakui tidak boleh melebihi kerugian yang telah dibebankan pada periode sebelumnya. b. Biaya dan beban lain-lain Untuk periode pelaporan interim, biaya dan beban lain-lain termasuk biaya produksi dibebankan atas dasar yang sama seperti periode tahunan. go top Pendapatan dan Beban Musiman

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 03 Laporan Keuangan Interim.htm

10/16/03

PSAK no 03

Page 4 of 7

07 Laporan keuangan interim memberi gambaran pendapatan dan beban periode interim tersebut. Laporan keuangan interim tertentu diperbandingkan dengan periode sebelumnya memberi manfaat yang lebih besar bagi para pemakai laporan dalam contoh kondisi-kondisi sebagai berikut:
l

Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan interim periode sebelumnya, untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan interim yang sama dalam periode akuntansi yang lalu, untuk mengetahui kecenderungan berulang (cyclical) musiman dari kegiatan usaha. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan kumulatif dari awal tahun buku sampai dengan tanggal laporan keuangan interim untuk mengetahui kontribusi atau pengaruh periode interim yang dilaporkan pada periode berjalan. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun buku yang lalu, untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja interim tersebut terhadap posisi keuangan, kinerja dan arus kas periode akuntansi yang lalu.

go top Penyisihan Pajak Penghasilan 08 Pada akhir tiap periode interim, perusahaan harus membuat taksiran pajak penghasilan untuk dibebankan pada periode interim. Perhitungan pajak penghasilan periode interim harus sesuai dengan kebijakan akuntansi tentang pajak penghasilan yang dianut pada akhir tahun. go top Penghapusan segmen Usaha, Pos Luar Biasa, Transaksi Tidak Biasa atau Tidak Sering Terjadi serta Kewajiban Kontinjen 09 Penghapusan segmen usaha, penggabungan usaha, pos luar biasa, dan kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi harus dibebankan pada periode interim saat terjadinya dan tidak boleh dibebankan pada periode lain. 10 Pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dan dimasukkan dalam laporan laba rugi periode interim saat pos luar biasa terjadi. Dalam menentukan materialitas, pos luar biasa harus dihubungkan langsung dengan estimasi pendapatan tahunan. 11 Peristiwa atau kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi dan berpengaruh material terhadap hasil operasi tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa juga harus dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi periode interim. 12 Kewajiban kontinjen dan ketidakpastian lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi kewajaran penyajian data keuangan pada tanggal neraca harus diungkapkan dalam laporan keuangan interim dengan cara yang sama seperti dalam laporan keuangan tahunan. Pengungkapan tersebut harus diulang dalam laporan keuangan interim berikutnya dan dalam laporan keuangan tahunan sampai kewajiban kontinjen itu terselesaikan. go top Perubahan Akuntansi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 03 Laporan Keuangan Interim.htm

10/16/03

PSAK no 03

Page 5 of 7

13 Perubahan akuntansi dalam periode interim yang memerlukan penyesuaian harus dilaporkan dalam periode interim saat perubahan itu terjadi dengan cara yang sama seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan tahunan sebagaimana yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. 14 Perusahaan berkewajiban mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan bila mengetahui akan ada perubahan akuntansi dalam periode laporan keuangan interim berikutnya. 15 Laporan keuangan interim harus menunjukkan perubahan akuntansi; a. yang terjadi pada periode interim yang dilaporkan, b. yang terjadi pada periode interim sebelumnya dalam tahun buku yang sama, bila berpengaruh material pada periode interim yang dilaporkan. 16 Bila dimungkinkan, perusahaan sebaiknya melakukan perubahan akuntansi dalam periode interim pertama dari suatu tahun buku. Perubahan akuntansi yang dilakukan setelah periode interim pertama dalam satu tahun buku cenderung mengaburkan hasil usaha dan menyulitkan pengungkapan informasi keuangan. 17 Dalam menentukan materialitas pelaporan pengaruh kumulatif dari perubahan akuntansi atau koreksi kesalahan, jumlah yang ada harus dihubungkan dengan estimasi pendapatan setahun penuh dan kecenderungan laba pada periode interim berikutnya dalam tahun buku yang sama. Perubahan yang material bila dikaitkan dengan suatu periode interim tetapi tidak material bila dikaitkan dengan estimasi pendapatan setahun penuh atau dengan kecenderungan laba harus diungkapkan secara tersendiri dalam periode interim tersebut. go top

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 3 LAPORAN KEUANGAN INTERIM


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 3 terdiri dari paragraf 18-24. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1- 17. Penyajian Laporan Keuangan Interim 18 Pernyataan ini berlaku untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan interim oleh peraturan perundangan yang berlaku, misalnya pasar modal, dan lain-lain. Untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan industri yang bersangkutan secara khusus, misalnya perbankan, maka harus mengikuti standar khusus tersebut. 19 Laporan keuangan interim meliputi neraca, laporan laba rugi dan saldo laba interim, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan interim harus disajikan secara komparatif dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Perhitungan laba-rugi interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan periode interim terakhir yang dilaporkan (year-to-date). 20 Laporan keuangan interim harus menggolongkan aktiva sebagai kelompok lancar dan tidak lancar, dan kewajiban sebagai kelompok jangka pendek dan jangka panjang sesuai laporan keuangan tahunan. Kalau suatu aktiva dan kewajiban dapat atau harus direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca interim, maka aktiva tersebut digolongkan sebagai

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 03 Laporan Keuangan Interim.htm

10/16/03

PSAK no 03

Page 6 of 7

lancar; atau kewajiban tersebut digolongkan sebagai jangka pendek; kalau tidak aktiva tersebut digolongkan sebagai tidak lancar atau kewajiban tersebut digolongkan sebagai jangka panjang. Khusus untuk perusahaan tertentu seperti bank dan asuransi yang mempunyai metode khusus dalam penggolongan aktiva, maka penggolongan aktiva harus dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. go top Pengungkapan Ringkasan Data Keuangan Interim 21 Apabila perusahaan melaporkan ringkasan informasi keuangan pada tanggal laporan keuangan interim, data berikut merupakan data minimum yang harus dilaporkan:
l

l l l l

l l l

pendapatan atau penjualan kotor, beban, estimasi pajak penghasilan, pos luar biasa (termasuk pengaruh terhadap pajak penghasilan yang terkait), pengaruh kumulatif perubahan akuntansi, perubahan akuntansi dan laba bersih; data laba bersih per saham untuk setiap periode interim yang disajikan; pendapatan dan beban musiman; perubahan yang penting dalam taksiran pajak penghasilan; pelepasan suatu segmen usaha, pos luar biasa, transaksi tidak biasa dan tidak sering terjadi; kewajiban kontinjen; perubahan akuntansi; dan perubahan yang material pada unsur laporan arus kas.

22 Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara retrospektif dengan melaporkan jumlah setiap penyesuaian yang terjadi yang berhubungan dengan periode sebelumnya sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode (retained earnings), kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis. Pengaruh perubahan akuntansi terhadap hasil keuangan untuk periode interim pada periode interim berikutnya harus diungkapkan . 23 Laporan keuangan interim terakhir, misalnya triwulan keempat tidak perlu disusun karena pada dasarnya laporan keuangan tersebut dapat digantikan dengan laporan keuangan tahunan. Dalam hal laporan keuangan interim triwulan keempat hendak diterbitkan, maka penerbitannya dilakukan bersamaan dengan penerbitan laporan keuangan tahunan. Di samping itu, isi dari laporan keuangan interim triwulan keempat harus merupakan selisih dari laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan interim sebelumnya tahun yang bersangkutan. go top Tanggal Efektif 24 Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan laporan keuangan interim yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan. go top

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 03 Laporan Keuangan Interim.htm

10/16/03

PSAK no 03

Page 7 of 7

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 03 Laporan Keuangan Interim.htm

10/16/03

PSAK no 04

Page 1 of 8

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 4 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Definisi PENJELASAN Kriteria Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi Prosedur Konsolidasi Penyajian Tersendiri Laporan Keuangan Induk Perusahaan Pengungkapan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 4 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Kriteria Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi Prosedur Konsolidasi Penyajian Tersendiri Laporan Keuangan Induk Perusahaan Pengungkapan Tanggal Efektif

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 04 Laporan Keuangan Konsolidasi.htm

10/16/03

PSAK no 04

Page 2 of 8

PENDAHULUAN
Tujuan Pernyataan ini mengatur penyajian laporan keuangan konsolidasi suatu kelompok perusahaan yang berada di bawah pengendalian suatu induk perusahaan. Laporan keuangan konsolidasi disajikan untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan yang meliputi posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas dari suatu kelompok perusahaan, yang secara ekonomis dianggap merupakan satu kesatuan usaha. go top Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini tidak mengatur: a. Metode akuntansi untuk penggabungan usaha serta pengaruhnya terhadap konsolidasi, termasuk goodwill yang timbul dalam penggabungan usaha; b. Akuntansi untuk investasi pada perusahaan asosiasi; dan c. Akuntansi untuk investasi pada pengendalian bersama operasi dan aktiva. 02 Pernyataan ini diberlakukan untuk semua induk perusahaan sepanjang belum ada pengaturan khusus dalam Pernyataan tersendiri mengenai penyusunan laporan keuangan konsolidasi . go top Definisi 03 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Pengendalian (Control) adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan finansial dan operasional dari suatu perusahaan untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan perusahaan tersebut. Anak perusahaan (Subsidiary) adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang disebut induk perusahaan). Induk perusahaan (Parent company) adalah perusahaan yang memiliki satu atau lebih anak perusahaan. Kelompok (group) perusahaannya. perusahaan adalah kumpulan induk perusahaan dan seluruh anak

Laporan keuangan konsolidasi adalah suatu laporan keuangan dari suatu group perusahaan yang disajikan sebagai satu kesatuan ekonomi . Hak minoritas adalah bagian hasil usaha dan bagian aktiva neto dari anak perusahaan yang tidak dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh induk perusahaan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 04 Laporan Keuangan Konsolidasi.htm

10/16/03

PSAK no 04

Page 3 of 8

go top

PENJELASAN
04 Para pengguna laporan keuangan pada umumnya ingin mengetahui dan mendapatkan informasi tentang posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas dari suatu kelompok perusahaan secara keseluruhan. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui penyajian laporan keuangan konsolidasi yang menyajikan informasi keuangan dari suatu kelompok perusahaan sebagai satu kesatuan ekonomi meskipun masing-masing perusahaan dalam kelompok tersebut merupakan suatu entitas hukum yang terpisah satu sama lain. go top Kriteria Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi 05 Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan seluruh perusahaan yang dikendalikan oleh induk perusahaan, kecuali anak perusahaan sebagaimana dimaksud dalam paragraf 6. Pengendalian (control) dianggap ada apabila induk perusahaan memiliki baik secara langsung atau tidak langsung (melalui anak perusahaan), Iebih dari 50% hak suara pada suatu perusahaan. Walaupun suatu perusahaan memiliki hak suara 50% atau kurang, pengendalian tetap dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut: a. Mempunyai hak suara yang lebih dari 50% berdasarkan suatu perjanjian dengan investor lainnya; b. Mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; c. Mampu menunjuk atau memberhentikan mayoritas pengurus perusahaan; d. Mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus. 06 Anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila: a. Pengendalian dimaksudkan, untuk sementara karena saham anak perusahaan dibeli dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan dalam jangka pendek. b. Anak perusahaan dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana kepada induk perusahaan. Anak perusahaan yang tidak dikonsolidasikan tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh induk perusahaan sebagaimana anak perusahaan lainnya, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi. 07 Anak perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha yang berbeda dengan kegiatan perusahaan lainnya dalam kelompok perusahaan tersebut, harus tetap dikonsolidasikan. Dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi harus diungkapkan kegiatan usaha khusus dari anak perusahaan tersebut. go top Prosedur Konsolidasi 08 Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, laporan keuangan induk perusahaan dan anak perusahaan digabungkan satu persatu dengan menjumlahkan unsur-unsur yang sejenis dari aktiva,

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 04 Laporan Keuangan Konsolidasi.htm

10/16/03

PSAK no 04

Page 4 of 8

kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban. Agar laporan keuangan konsolidasi dapat menyajikan informasi keuangan dari kelompok perusahaan tersebut sebagai satu kesatuan ekonomi, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut: a. Saldo nilai tercatat (carrying amount) penyertaan induk perusahaan pada masing-masing anak perusahaan dieliminasi dengan ekuitas anak perusahaan yang menjadi bagian induk perusahaan. b. Saldo antar perusahaan dan transaksi antar perusahaan dalam kelompok perusahaan tersebut, termasuk penjualan, beban dan dividen harus dieliminasi seluruhnya. c. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi (unrealized profits) yang berasal dari transaksi antar perusahaan harus dieliminasi. d. Hak minoritas dalam laba bersih disajikan sebagai pengurang dari laba bersih konsolidasi untuk mendapatkan jumlah laba bersih yang menjadi hak pemegang saham induk perusahaan. e. Hak minoritas dalam aktiva bersih disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi, di antara ekuitas dan kewajiban. Hak minoritas dalam aktiva bersih terdiri dari: i. Suatu jumlah pada saat terjadinya penggabungan usaha, yang dihitung dengan cara yang ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha; dan ii. Bagian pemegang saham minoritas atas perubahan ekuitas yang terjadi setelah tanggal penggabungan usaha. 09 Laporan keuangan induk perusahaan dan anak perusahaan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi lazimnya adalah laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama. Apabila ternyata tanggal pelaporannya berbeda, anak perusahaan biasanya menyusun laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama dengan induk perusahaan. Apabila penyesuaian tanggal tersebut tidak dapat dilakukan, laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat juga digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan. Sesuai dengan asas konsistensi, baik jangka waktu periode laporan maupun perbedaan dalam tanggal pelaporan harus selalu sama dari waktu ke waktu. 10 Apabila laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda digunakan untuk tujuan konsolidasi, maka penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan untuk pengaruh yang material dari setiap peristiwa atau transaksi antar perusahaan, yang terjadi antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dengan tanggal pelaporan laporan keuangan konsolidasi. 11 Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila suatu perusahaan dalam kelompok tersebut menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Apabila penyesuaian yang diperlukan tersebut tidak dapat dihitung, maka fakta tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi, beserta proporsi unsur tersebut terhadap unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasi . 12 Bila akuisisi dilakukan dalam tahun berjalan, maka hasil usaha anak perusahaan yang disajikan dalam laporan keuangan konsolidasi adalah hasil usaha yang terhitung sejak tanggal akuisisi, yaitu sejak pengendalian secara efektif terjadi. Apabila dilakukan pengalihan/penjualan penyertaan atau pengurangan penyertaan pada anak perusahaan yang menyebabkan induk perusahaan kehilangan kendali terhadap anak perusahaan, maka hasil usaha anak perusahaan yang dikonsolidasikan adalah hasil usaha sampai dengan tanggal penjualan/pengalihan penyertaan tersebut. Selisih antara saldo penyertaan induk perusahaan dan saldo aktiva dan kewajiban anak perusahaan pada saat pengalihan/penjualan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada laporan keuangan konsolidasi. Untuk menjamin daya banding laporan keuangan antar periode, maka dalam informasi tambahan diungkapkan mengenai pengaruh dari akuisisi anak perusahaan dan pengalihan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 04 Laporan Keuangan Konsolidasi.htm

10/16/03

PSAK no 04

Page 5 of 8

penyertaan terhadap posisi keuangan dan hasil usaha periode berjalan dan periode sebelumnya. 13 Terhitung sejak suatu perusahaan tidak memenuhi syarat sebagai anak perusahaan dan juga tidak merupakan perusahaan asosiasi sebagaimana diatur pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang Akuntansi Untuk Investasi Dalam Perusahaan Asosiasi, maka perlakuan akuntansi atas investasi tersebut harus mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi Untuk Investasi. 14 Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menJadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan pada pemegang saham mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya. Apabila pada periode selanjutnya, anak memenuhi kewajibannya. Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup. 15 Apabila anak perusahaan mengeluarkan saham preferen kumulatif yang dimiliki oleh pemegang saham di luar group, maka induk perusahaan menghitung bagiannya atas laba atau rugi anak perusahaan setelah dilakukan penyesuaian terhadap dividen preferen, walaupun dividen tersebut belum dideklarasikan. go top Penyajian Tersendiri Laporan Keuangan Induk Perusahaan 16 Apabila dipenuhi kriteria konsolidasi maka laporan keuangan konsolidasi wajib disusun. Untuk tujuan pelaporan keuangan, induk perusahaan yang memenuhi kriteria konsolidasi tidak boleh menyajikan tersendiri laporan keuangannya (tanpa konsolidasi) karena hanya ada satu laporan keuangan yang berlaku umum (general purpose financial statement) yaitu laporan keuangan konsolidasi. Akan tetapi laporan keuangan tersendiri boleh disajikan apabila bertujuan untuk memberikan informasi tambahan bagi pengguna laporan keuangan konsolidasi. Dalam laporan keuangan induk perusahaan yang disajikan tersendiri tersebut, penyertaan pada anak perusahaan harus dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode ekuitas. go top Pengungkapan (Disclosure) 17 Agar para pengguna laporan keuangan konsolidasi dapat memahami hubungan antara perusahaan-perusahaan dalam suatu group, maka pengungkapan atas hal-hal berikut harus dilakukan: a. Daftar anak perusahaan (yang signifikan) yang antara lain mencakup: nama, tempat kedudukan, persentase pemilikan dan persentase hak suara (apabila berbeda dengan persentase pemilikan). b. Alasan untuk tidak mengkonsolidasikan suatu anak perusahaan. c. Sifat hubungan antara induk perusahaan dan anak perusahaan yang menyebabkan induk perusahaan dapat melakukan pengendalian terhadap anak perusahaan meskipun hak suara induk perusahaan, baik langsung maupun tidak langsung, 50% atau kurang. 18 Apabila laporan keuangan induk perusahaan disajikan tersendiri dengan tujuan untuk

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 04 Laporan Keuangan Konsolidasi.htm

10/16/03

PSAK no 04

Page 6 of 8

memberikan informasi tambahan (bukan sebagai laporan keuangan pokok), metode yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan penyertaan pada anak perusahaan, harus diungkapkan. go top

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 4 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 terdiri dari paragraf 19-29. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 -18 Ruang Lingkup Laporan Keuangan Konsolidasi 19 Suatu induk perusahaan yang memiliki baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50% saham berhak suara pada perusahaan lain, harus menyajikan laporan keuangan konsolidasi. Suatu perusahaan yang memiliki 50% atau kurang saham berhak suara pada perusahaan lain, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi apabila dapat dibuktikan bahwa pengendalian tetap ada. Laporan keuangan konsolidasi harus mengkonsolidasikan seluruh anak perusahaan baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. 20 Anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila: a. Pengendalian pada anak perusahaan bersifat sementara karena anak perusahaan khusus diakuisisi dengan tujuan untuk dijual kembali atau dialihkan dalam jangka pendek. b. Anak perusahaan dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga tidak mampu mengalihkan dananya kepada induk perusahaan. Penyertaan induk perusahaan pada anak perusahaan yang memenuhi salah satu kriteria di atas harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi. go top Prosedur Konsolidasi 21 Transaksi dan saldo resiprokal antara induk perusahaan dan anak perusahaan harus dieliminasi. 22 Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi, yang timbul dari transaksi antara induk perusahaan dan anak perusahaan, harus dieliminasi. 23 Untuk tujuan konsolidasi, tanggal pelaporan keuangan anak perusahaan pada dasarnya harus sama dengan tanggal pelaporan keuangan perusahaan induk. Apabila tanggal pelaporan tersebut berbeda maka laporan keuangan anak perusahaan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang: a. Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan. b. Peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal pelaporan tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi. Apabila laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda (yang lebih dari tiga bulan) digunakan untuk tujuan konsolidasi, maka penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan untuk pengaruh dari setiap peristiwa atau transaksi antar perusahaan yang signifikan, yang terjadi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 04 Laporan Keuangan Konsolidasi.htm

10/16/03

PSAK no 04
antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut.

Page 7 of 8

24 Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis. Apabila tidak mungkin digunakan kebijakan akuntansi yang sama dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, maka harus diungkapkan penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda tersebut dan proporsi unsur yang terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut terhadap unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasi. 25 Hak minoritas ( minority interest) harus disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi antara kewajiban dan modal. Hak minoritas dalam laba disajikan tersendiri dalam laporan laba rugi konsolidasi. 26 Investasi pada anak perusahaan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi, terhitung sejak investasi tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagai anak perusahaan dan juga bukan perusahaan asosiasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi pada Perusahaan Asosiasi. go top Penyajian Tersendiri Laporan Keuangan Induk Perusahaan 27 Induk perusahaan yang memenuhi kriteria konsolidasi, tidak boleh menyajikan tersendiri laporan keuangannya (tanpa konsolidasi) sebagai laporan keuangan untuk tujuan pelaporan keuangan (general purpose financial statement). Laporan keuangan tersendiri induk perusahaan hanya dapat disajikan sebagai informasi tambahan dalam laporan keuangan konsolidasi. Dalam laporan keuangan tersendiri tersebut penyertaan pada anak perusahaan harus menggunakan metode ekuitas. go top Pengungkapan 28 Pengungkapan berikut harus disajikan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi: a. Daftar anak perusahaan (yang signifikan), yang antara lain mencakup: nama anak perusahaan, tempat domisili, bidang usaha dan persentase pemilikan dan persentase hak suara (apabila berbeda dengan persentase pemilikan). b. Alasan untuk tidak mengkonsolidasikan anak perusahaan, sebagaimana diatur pada paragraf 20. c. Sifat hubungan antara induk perusahaan dan anak perusahaan yang menyebabkan induk perusahaan dapat melakukan pengendalian terhadap anak perusahaan meskipun hak suara induk perusahaan, baik langsung maupun tidak langsung, 50% atau kurang. d. Pengaruh dari akuisisi dan penjualan atau pengalihan penyertaan pada anak perusahaan terhadap posisi keuangan dan hasil usaha konsolidasi tahun berjalan dan tahun sebelumnya. go top Tanggal Efektif 29 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan konsolidasi yang mencakupi periode yang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 04 Laporan Keuangan Konsolidasi.htm

10/16/03

PSAK no 04
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan. go top

Page 8 of 8

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 04 Laporan Keuangan Konsolidasi.htm

10/16/03

PSAK no 05

Page 1 of 6

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 5 PELAPORAN INFORMASI KEUANGAN MENURUT SEGMEN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 5 tentang Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Pernyataan ini menjelaskan pelaporan informasi keuangan menurut segmen dari suatu perusahaan - khususnya yang beroperasi dalam industri dan wilayah geografis yang berbeda. Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini berlaku bagi perusahaan yang menerbitkan surat-surat berharga yang diperdagangkan kepada publik. Dalam Pernyataan ini, yang dimaksud dengan entitas yang secara ekonomi signifikan, termasuk anak perusahaan, adalah entitas dengan tingkat pendapatan, laba,

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 05 Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen.htm 10/16/03

PSAK no 05

Page 2 of 6

aktiva atau jumlah tenaga kerja yang signifikan di negara tempat operasi utama perusahaan dilaksanakan. 02 Apabila yang disajikan meliputi baik laporan keuangan induk perusahaan maupun laporan keuangan konsolidasi, maka informasi yang dimaksud dalam Pernyataan ini hanya perlu disajikan dalam bentuk informasi yang dikonsolidasikan. Apabila laporan keuangan anak perusahaan juga diterbitkan, maka informasi menurut segmen juga perlu disajikan untuk anak perusahaan . Definisi 03 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Segmen perusahaan adalah komponen suatu entitas yang aktivitasnya mewakili kegiatan usaha utama atau kelompok pelanggan. Suatu segmen dapat berbentuk sebuah anak perusahaan, suatu divisi, suatu departemen, dalam beberapa hal sebuah joint venture atau anak perusahaan lain bukan investasi. Aktiva, kinerja dan aktivitas segmen tersebut secara jelas dapat dipisahkan secara fisik dan operasional dari aktiva, kinerja dan aktivitas yang lain dalam entitas yang sama. Segmen Industri adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan (distinguishable components) dan menghasilkan suatu produk atau jasa yang berbeda menurut pembagian industri, atau sekelompok produk atau jasa sejenis yang berbeda, terutama untuk para pelanggan di luar perusahaan. Sebagai misal, industri dapat dikelompokkan menjadi industri perhotelan dan pariwisata, industri transpor, industri pertambangan, industri jasa profesional dan lain-lain. Segmen Geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dan mempunyai usaha di suatu atau sekelompok negara dalam suatu wilayah geografis tertentu. Pendapatan Segmen adalah pendapatan yang dapat diatribusikan atau dikaitkan secara langsung pada suatu segmen, atau bagian yang relevan dari pendapatan yang dapat dialokasikan secara layak pada suatu segmen. Pendapatan ini merupakan hasil transaksi baik dengan pihak luar perusahaan maupun dengan segmen lain dalam perusahaan yang sama. Beban Segmen adalah beban yang dapat diatribusikan secara langsung pada suatu segmen atau bagian yang relevan dari suatu beban yang dapat dialokasikan secara layak sebagai beban suatu segmen . PENJELASAN 04 Tingkat profitabilitas, kesempatan berkembang, prospek masa depan dan risiko investasi sangat berbeda di antara segmen-segmen industri dan geografis. Dengan demikian para pemakai laporan keuangan memerlukan informasi segmen untuk mengkaji prospek dan risiko suatu perusahaan yang didiversifikasi, suatu informasi yang tidak dapat diperoleh dari data yang diagregasikan. Tujuan penyajian informasi menurut segmen adalah menyediakan informasi bagi para pemakai laporan keuangan mengenai skala relatif, kontribusi laba, dan trend pertumbuhan dari berbagai industri dan wilayah geografis perusahaan yang didiversifikasi untuk memungkinkan para pemakai laporan keuangan membuat pertimbangan yang lebih baik terhadap perusahaan secara keseluruhan. 05 Pelaporan informasi segmen tidak dimaksudkan untuk memberi kesan bahwa segmen semacam itu dipandang sebagai bisnis yang independen atau perbandingan antar segmen yang serupa dari perusahaan yang berbeda dapat dilakukan. 06 Pelaporan informasi segmen melibatkan keputusan yang sebagian berdasar pertimbangan pelapor. Keputusan semacam itu meliputi pengidentifikasian segmen dan pengalokasian

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 05 Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen.htm 10/16/03

PSAK no 05

Page 3 of 6

pendapatan dan beban pada segmen tersebut. Informasi tentang dasar yang dipakai dalam penyusunan laporan menurut segmen dapat meningkatkan pemahaman para pemakai tentang data yang dihasilkan. 07 Kadang-kadang timbul kekhawatiran bahwa pengungkapan informasi segmen akan melemahkan posisi daya saing suatu perusahaan karena informasi yang lebih rinci tersedia bagi pesaing, pelanggan, pemasok dan pihak lain. Dengan alasan ini, ada yang berpendapat merupakan hal yang wajar jika perusahaan diperkenankan untuk tidak mengungkapkan informasi segmen tertentu kalau pengungkapannya dianggap merugikan. Pendapat lain menyatakan bahwa pengungkapan bagi perusahaan yang didiversifikasi tidak lebih merugikan daripada pengungkapan informasi yang dipersyaratkan bagi suatu perusahaan yang hanya beroperasi dalam satu industri atau wilayah geografis, apalagi informasi yang relevan juga tersedia dari sumber lain. Selanjutnya, analisis informasi keuangan yang diagregasikan menurut segmen dipandang dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai melakukan pengkajian lebih baik terhadap kinerja perusahaan masa lalu serta prospek perusahaan di masa depan. Metode Pelaporan Informasi Segmen Identifikasi Pelaporan Segmen 08 Segmen industri dan segmen geografis merupakan dasar yang biasanya digunakan dalam penyajian informasi operasi menurut segmen. Suatu perusahaan akan menyediakan informasi dengan dua dasar ini sepanjang dapat diterapkan pada operasinya. 09 Informasi segmen industri biasanya disajikan menurut pengelompokan umum dari produk atau jasa yang terkait atau menurut jenis pelanggan. Informasi segmen geografis kadang-kadang disajikan menurut lokasi operasi perusahaan, menurut pasar, atau kedua-duanya. Operasi perusahaan di dalam negeri umumnya dipandang sebagai segmen tersendiri. Beberapa negara mengharuskan pengungkapan terpisah penjualan ekspor dari operasi dalam negeri. 10 Untuk tujuan pelaporan, segmen industri dan geografis dapat ditentukan dengan berbagai cara. Pengelompokan aktivitas perusahaan menurut segmen untuk tujuan ini merupakan tanggung jawab manajemen. Dalam keputusannya, manajemen biasanya mempertimbangkan banyak faktor, antara lain kesamaan dan perbedaan produk serta aktivitas perusahaan; profitabilitas, risiko dan pertumbuhan produk serta aktivitas perusahaan; dan bidang-bidang operasi serta pemasaran dan kepentingan relatif masing-masing bidang terhadap perusahaan secara keseluruhan. Adanya ketentuan-ketentuan khusus yang harus dipenuhi dan karakteristik dari industri tertentu seperti industri perbankan dan asuransi merupakan faktor tambahan yang harus dipertimbangkan dalam penentuan segmen yang harus dilaporkan. 11 Pengelompokan organisasi seperti divisi, anak perusahaan, atau cabang biasanya dibentuk sesuai dengan kebutuhan manajemen. Pengelompokan semacam itu seringkali sesuai dengan penetapan segmen perusahaan, sehingga mempermudah pelaporan segmen. Jika tidak demikian, pelaporan segmen membutuhkan reklasifikasi data. 12 Dalam menentukan segmen, adalah relevan untuk mempertimbangkan kaitan antar aktivitas perusahaan. Misalnya, penyajian bagian-bagian aktivitas perusahaan yang sangat terintegrasi dan tergantung satu sama lain sebagai segmen-segmen yang terpisah mungkin menyesatkan. Pertimbangan yang sama tidak perlu harus berlaku dalam menentukan segmen geografis yang ingin dilaporkan. 13 Beberapa pendapat mempertimbangkan kebutuhan untuk memberikan petunjuk mengenai bagaimana menentukan materialitas suatu segmen sebelum dilaporkan secara terpisah dan membatasi segmen sampai pada jumlah secukupnya agar tidak menjadi terlalu rumit. Petunjuk tersebut adalah 10 persen dari pendapatan atau laba usaha atau total aktiva yang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 05 Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen.htm 10/16/03

PSAK no 05

Page 4 of 6

dikonsolidasikan, meskipun petunjuk kuantitatif semacam itu bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan segmen pelaporan. Sebagai pertimbangan dan pengujian pilihan dasar segmentasi, dapat dipertimbangkan tiga dasar segmentasi sebagai berikut: (a) Penjualan kepada pelanggan yang tak mempunyai hubungan istimewa, memberi peluang dasar segmentasi dasar segmentasi jenis-jenis pendapatan sebesar 10 persen ke atas, (b) Apabila laba operasi merupakan hal yang penting, maka laba operasi atau rugi operasi 10 persen ke atas disajikan terpisah, (c) Apabila penggunaan aktiva adalah penting, maka aktiva segmen berjumlah 10 persen ke atas dari Jumlah aktiva entitas dilaporkan terpisah. 14 Penjualan antar segmen dan pendapatan antar segmen lainnya tidak selalu dapat ditentukan secara obyektif (arm's length basis). Karena alasan ini, pengungkapan jumlah pendapatan semacam itu dan penjelasan dasar penetapan harga antar segmen (seperti harga pasar, biaya, atau harga pasar dikurangi diskonto) sangat bermanfaat. Hasil Segmen 15 Tolak ukur profitabilitas suatu segmen diungkapkan sebagai hasil segmen. Hasil segmen adalah selisih antara pendapatan segmen dan beban segmen dan umumnya mencerminkan laba usaha, meskipun dasar yang lain sering lebih cocok. Penghasilan bunga dan beban bunga biasanya tidak termasuk dalam hasil segmen kecuali kalau operasi segmen terutama bersifat finansial. Juga pajak penghasilan, hak minoritas (minority interest) dan pos luar biasa (extraordinary item) lazimnya tidak dimasukkan sebagai hasil segmen. 16 Kalau pendapatan dan beban tidak dapat langsung diatribusikan pada suatu segmen tetapi terdapat dasar alokasi yang layak, maka pendapatan dan beban tersebut dapat dialokasikan dengan menggunakan dasar yang layak tersebut. Namun demikian, beban bersama pada banyak perusahaan seperti beban kantor pusat tidak dialokasikan pada masing-masing segmen karena beban tersebut dimanfaatkan bersama sedemikian rupa sehingga alokasi di antara segmen dipandang tidak bermanfaat. Aktiva dan Kewajiban Segmen 17 Pengungkapan aktiva segmen memberikan indikasi penggunaan sumber daya untuk mencapai hasil operasi segmen. Aktiva semacam itu termasuk semua aktiva berwujud dan tak berwujud yang dapat diidentifikasi pada segmen tertentu. Aktiva yang dimanfaatkan oleh dua atau lebih segmen harus dialokasikan di antara segmen-segmen tersebut dengan dasar alokasi yang layak. Kewajiban biasanya tidak dialokasikan karena dianggap berkaitan dengan perusahaan secara keseluruhan atau karena dipandang meningkatkan hasil pembelanjaan dan bukan hasil operasi . Informasi yang Dilaporkan 18 Informasi untuk setiap segmen yang dilaporkan berikut ini pada umumnya diperlukan: (a) uraian kegiatan setiap segmen industri yang dilaporkan dan indikasi mengenai komposisi setiap wilayah geografis yang dilaporkan, (b) penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dengan pemisahan antara pendapatan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan dari segmen lain,

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 05 Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen.htm 10/16/03

PSAK no 05

Page 5 of 6

(c) hasil segmen, dan (d) aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan baik dalam jumlah uang atau sebagai persentase dari jumlah yang dikonsolidasikan. Hubungan antara jumlah dari informasi pada segmen-segmen individual dan informasi agregat dalam laporan keuangan diperjelas dengan menyajikan rekonsiliasi. Mungkin juga berguna untuk mengungkapkan informasi lain seperti jumlah pendapatan setiap segmen dari investasi yang dibukukan dengan metode equity, hak minoritasnya, atau pos luar biasa. Penyusutan, deplesi, amortisasi, riset dan pengembangan serta pengeluaran modal selama periode kadang-kadang diungkapkan untuk setiap segmen yang dilaporkan. Kadang-kadang informasi non keuangan seperti jumlah karyawan untuk setiap segmen yang dilaporkan juga diungkapkan.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 5 PELAPORAN INFORMASI KEUANGAN MENURUT SEGMEN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan NO.5 terdiri dari paragraf 19-25. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-18. 19 Perusahaan yang menerbitkan surat berharga yang diperdagangkan pada publik, harus melaporkan informasi keuangan yang dijelaskan dalam paragraf 20-23 untuk segmen industri dan untuk segmen geografis yang dianggap signifikan bagi perusahaan. Kalau yang disajikan meliputi baik laporan keuangan induk perusahaan maupun laporan keuangan konsolidasi, inforMasi segmen yang perlu disajikan hanya terbatas pada laporan keuangan konsolidasi. 20 Perusahaan harus menggambarkan aktivitas masing-masing segmen industri dan menunjukkan komposisi masing-masing wilayah geografis yang dilaporkan. 21 Untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan, informasi keuangan berikut ini harus diungkapkan: (a) penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dibedakan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan dari segmen lain, (b) hasil segmen, (c) aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan dalam jumlah uang atau sebagai persentase dari jumlah yang dikonsolidasikan, dan (d) dasar penetapan harga antar segmen. 22 Perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual dan informasi keseluruhan dalam laporan keuangan. 23 Perubahan dalam penentuan segmen dan perubahan dalam praktek akuntansi yang digunakan dalam pelaporan informasi segmen yang membawa pengaruh material terhadap informasi segmen harus diungkapkan. Pengungkapan tersebut harus mencakupi uraian mengenai hakekat perubahan, penjelasan mengenai alasan perubahan dan pengaruh dari perubahan sepanjang informasi dapat ditentukan secara wajar.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 05 Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen.htm 10/16/03

PSAK no 05

Page 6 of 6

Masa Transisi 24 Tidak ada angka-angka komparatif yang perlu disajikan pada periode pertama penerapan Pernyataan ini kalau informasi yang diperlukan tidak tersedia. Tanggal Efektif 25 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 05 Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen.htm 10/16/03

PSAK no 06

Page 1 of 4

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 6 AKUNTANSI DAN PELAPORAN BAGI PERUSAHAAN DALAM TAHAP PENGEMBANGAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 6 tentang Akuntansi dan Pelaporan Bagi Perusahaan Dalam Tahap Pengembangan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Pada masa lalu banyak perusahaan dalam tahap pengembangan sering mengikuti praktek-praktek akuntansi dan pelaporan keuangan khusus yang berbeda dengan perusahaan yang telah berjalan. Praktek-praktek tersebut antara lain dilakukan dengan mengkapitalisasi atau menunda pembebanan semua jenis biaya yang terjadi tanpa mempertimbangkan kemungkinan pemulihannya atau mengurangkan biaya-biaya tersebut pada pendapatan. Di samping itu sebagai alternatif lain beberapa perusahaan dalam tahap pengembangan menyajikan laporan keuangan dengan cara yang tidak berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang telah beroperasi, sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku.

file://C:\P.S....\PSAK 06 Akuntansi dan Pelaporan Bagi Perusahaan dalam Tahap Pengembangan.ht

10/17/03

PSAK no 06

Page 2 of 4

Tujuan Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan bagi perusahaan dalam tahap pengembangan. Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini berlaku bagi setiap laporan keuangan yang disajikan secara terpisah baik oleh perusahaan baru, anak perusahaan dari perusahaan yang telah berjalan maupun oleh unit investasi lain yang sedang berada dalam tahap pengembangan. Pernyataan ini tidak berlaku dan tidak mengubah standar akuntansi keuangan berlaku bagi laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan berjalan yang sedang melakukan program perluasan, perusahaan dalam industri ekstraktif yang sedang melakukan aktivitas eksplorasi dan pengembangan dan perusahaan dalam industri real estate yang melakukan pengembangan properti. Identifikasi Perusahaan dalam Tahap Pengembangan 02 Untuk mengidentifikasikan perusahaan sebagai perusahaan dalam tahap pengembangan dalam pernyataan ini, diperlukan dua persyaratan: (a) perusahaan sedang mencurahkan semua kegiatan untuk mendirikan perusahaan baru; dan (b) memenuhi salah satu dari dua persyaratan yang diuraikan dalam paragraf 4. 03 Kegiatan perusahaan yang sedang mencurahkan semua kegiatannya untuk mendirikan usaha baru lazimnya meliputi aktivitas-aktivitas seperti perencanaan keuangan; pencarian dana; penelitian dan pengembangan; pencarian sumber pasok; pembelian aktiva tetap dan aktiva operasi yang lain seperti hak pengelolaan sumber daya alam; rekrutmen dan pelatihan personalia; pengembangan pasar; dan percobaan produksi. 04 Salah satu dari dua persyaratan lain yang harus dipenuhi adalah: (a) kegiatan utama belum dimulai; atau (b) kegiatan utama telah dimulai tetapi belum menghasilkan pendapatan dalam jumlah yang material.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 6 AKUNTANSI DAN PELAPORAN BAGI PERUSAHAAN DALAM TAHAP PENGEMBANGAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 6 terdiri dari paragraf 5 -10. Pernyataan Ini harus dibaca dalam konteks paragraf 14. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 05 Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam tahap pengembangan menyajikan: (a) posisi keuangan, arus kas serta hasil kegiatan pra operasi sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia bagi perusahaan yang telah beroperasi; dan

file://C:\P.S....\PSAK 06 Akuntansi dan Pelaporan Bagi Perusahaan dalam Tahap Pengembangan.ht

10/17/03

PSAK no 06

Page 3 of 4

(b) informasi lainnya yang dipersyaratkan dalam paragraf 6. Prinsip akuntansi yang berlaku umum berlaku bagi setiap perusahaan dalam tahap pengembangan baik dalam pengakuan pendapatan maupun dalam menentukan apakah biaya dibukukan sebagai beban pada periode berjalan, atau ditangguhkan pembebanannya (dikapitalisasi) untuk disusutkan/diamortisasi selama beberapa periode sesuai dengan pemulihan manfaatnya di masa depan. Penangguhan pembebanan tersebut hanya terbatas pada biaya-biaya yang memiliki manfaat di masa depan yang antara lain meliputi beban pendirian perusahaan . 06 Laporan keuangan pokok dan informasi lainnya yang perlu disajikan meliputi: (a) Neraca, termasuk kerugian kumulatif yang dilaporkan dengan judul yang jelas seperti "kerugian kumulatif selama tahap pengembangan" dalam kelompok ekuitas. (b) Laporan Laba Rugi yang menunjukkan jumlah pendapatan dan beban selama periode, termasuk jumlah kumulatif sejak pendirian perusahaan. (c) Laporan Arus Kas yang menunjukkan sumber dan penggunaan kas dan setara kas setiap periode, termasuk jumlah kumulatif sejak pendirian perusahaan. (d) Untuk setiap emisi, suatu Laporan Ekuitas yang menunjukkan (sejak pendirian perusahaan): (i) tanggal dan jumlah saham atau instrumen-instrumen permodalan lainnya. (ii) jumlah uang (per lembar dan total) baik kas maupun nonkas sebagai penukar dari saham atau instrumen permodalan lainnya yang dikeluarkan perusahaan. (iii) jumlah yang dibayar dengan aktiva non kas, hakekat dari aktiva non kas dan dasar penjabarannya. 07 Laporan keuangan harus diidentifikasikan sebagai laporan keuangan perusahaan dalam tahap pengembangan, termasuk penjelasan mengenai hakekat aktivitas tahap pengembangan yang dilaksanakan. 08 Laporan keuangan pada tahun pertama setelah perusahaan tidak lagi berada dalam tahap pengembangan harus mengungkapkan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan masih berada dalam tahap pengembangan. Kalau laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya disajikan untuk tujuan perbandingan, jumlah kumulatif dan informasi tambahan lainnya yang dipersyaratkan dalam paragraf 6-7 tidak perlu diungkapkan. Masa Transisi 09 Bagi perusahaan yang telah mengkapitalisasi biaya pra operasi sebelum diberlakukannya Pernyataan ini dapat membebankan sekaligus saldo biaya pra-operasi tersebut pada tahun berjalan atau mengarmortisasikannya paling lama dalam waktu 3 (tiga) tahun. Perubahan kebijakan akuntansi tersebut harus diterapkan secara prospektif. Tanggal Efektif 10 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

file://C:\P.S....\PSAK 06 Akuntansi dan Pelaporan Bagi Perusahaan dalam Tahap Pengembangan.ht

10/17/03

PSAK no 06

Page 4 of 4

Navigation

file://C:\P.S....\PSAK 06 Akuntansi dan Pelaporan Bagi Perusahaan dalam Tahap Pengembangan.ht

10/17/03

PSAK no 07

Page 1 of 6

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 tentang Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Pernyataan ini berhubungan dengan pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan transaksi antara perusahaan pelapor dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Ruang Lingkup 01 Persyaratan Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan dari setiap perusahaan pelapor.

file://C:\P.S.A.K\I...\PSAK 07 Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.ht

10/16/03

PSAK no 07

Page 2 of 6

02 Pengungkapan transaksi tidak diperlukan: - dalam laporan keuangan konsolidasi sehubungan dengan transaksi intra-kelompok. - dalam laporan keuangan induk perusahaan bila laporan itu tersedia atau ikut diterbitkan bersama dengan laporan keuangan konsolidasi. - dalam laporan keuangan anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya oleh induk perusahaan dan telah disusun laporan keuangan konsolidasinya, dan dalam laporan keuangan badan usaha milik negara/daerah mengenai transaksi dengan badan usaha milik negara/daerah lainnya. Definisi 03 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Transaksi antara Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan. Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau suatu kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian. Pengaruh Signifikan (untuk tujuan Pernyataan ini) adalah penyertaan dalam pengambilan keputusan kebijakan keuangan dan operasi suatu perusahaan, tetapi tidak mengendalikan kebijakan itu. Pengaruh signifikan dapat dijalankan dengan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan dalam dewan komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan kebijakan, transaksi antar perusahaan yang material, pertukaran karyawan manajerial atau ketergantungan pada informasi teknis. Pengaruh signifikan dapat diperoleh berdasarkan kepemilikan bersama, anggaran dasar atau perjanjian. Dengan kepemilikan bersama, pengaruh signifikan dianggap sesuai dengan definisi yang dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi. PENJELASAN 04 Pernyataan ini hanya berlaku untuk pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang digambarkan sebagai berikut: (a) perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries); (b) perusahaan asosiasi (associated company); (c) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang

file://C:\P.S.A.K\I...\PSAK 07 Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.ht

10/16/03

PSAK no 07

Page 3 of 6

dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor); (d) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; (e) perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam (c) atau (d), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor. Dalam mempertimbangkan setiap kemungkinan hubungan istimewa, perhatian diarahkan pada substansi hubungan, bukan hanya pada bentuk hukumnya. 05 Pihak-pihak berikut tidak dianggap sebagai pihak-pihak yang mempunyai hubungan Istimewa: (a) (i) penyandang dana (ii) serikat dagang; (iii) perusahaan pelayanan umum (public utilities); (iv) departemen dan instansi pemerintah; dalam pelaksanaan urusan normal dengan perusahaan pelapor (meskipun pihak-pihak tersebut dapat membatasi kebebasan suatu perusahaan atau ikut serta dalam proses pengambilan keputusan). (b) satu-satunya pelanggan, pemasok, pemegang hak franchise, distributor atau perwakilan/agen umum dengan siapa suatu perusahaan mengadakan transaksi usaha dengan volume yang signifikan, semata-mata karena ketergantungan ekonomis yang diakibatkan oleh keadaan. Persoalan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa 06 Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan gejala normal dalam perniagaan dan usaha. Misalnya, perusahaan seringkali melaksanakan kegiatannya secara terpisah-pisah melalui anak perusahaan dan atau perusahaan afiliasi, memperoleh kepentingan dalam perusahaan lain - untuk tujuan investasi atau untuk alasan perniagaan - dalam proporsi yang cukup untuk mengendalikan atau melaksanakan pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan keuangan dan operasi perusahaan penerima investasi (investee). 07 Hubungan istimewa dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan pelapor. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat melakukan transaksi yang tidak akan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa juga dapat dilakukan dengan harga yang berbeda dengan transaksi serupa yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. 08 Posisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh hubungan istimewa dengan suatu pihak walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi dengan pihak tersebut.

file://C:\P.S.A.K\I...\PSAK 07 Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.ht

10/16/03

PSAK no 07

Page 4 of 6

Suatu hubungan istimewa dapat mempengaruhi transaksi perusahaan pelapor dengan pihak lain. Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat mengakhiri hubungan dengan suatu mitra dagangnya karena induk perusahaan telah mengakuisisi suatu perusahaan lain yang berusaha dalam bidang perdagangan yang sama dengan mitra dagang terdahulu. Di samping itu, suatu tindakan dapat tertunda karena pengaruh yang signifikan dari pihak lain. Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat diinstruksikan oleh induknya untuk tidak ikut serta dalam riset dan pengembangan . 09 Karena terdapat kesulitan yang melekat bagi manajemen untuk menentukan dampak dari pengaruh tidak terjadinya suatu transaksi, maka pengungkapan dampak semacam itu tidak diharuskan oleh Pernyataan ini. 10 Pengakuan akuntansi suatu pengalihan sumber daya secara normal didasarkan pada suatu harga yang disepakati pihak yang bersangkutan. Harga yang berlaku antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa adalah harga pertukaran antara pihak yang independen (arm's length price). Pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin mempunyai suatu tingkat keluwesan dalam proses penentuan harga, yang tidak terdapat dalam transaksi antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. 11 Berbagai macam metode digunakan untuk menentukan harga dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 12 Suatu cara untuk menentukan harga dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah dengan metode harga pasar bebas yang dapat diperbandingkan. Bila barang atau jasa dipasok dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan keadaan yang bersangkutan itu adalah serupa dengan keadaan dalam transaksi perdagangan normal, metode ini sering digunakan. Metode ini juga sering digunakan untuk menentukan biaya pembelanjaan . 13 Bila barang dialihkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebelum dijual kepada pihak yang independen, metode harga penjualan kembali (resale price) sering digunakan. Metode ini mengurangi harga penjualan kembali dengan suatu margin yang wajar. Metode ini juga digunakan untuk pengalihan/transfer sumber daya lain, seperti hak dan jasa. 14 Pendekatan lain adalah metode biaya-plus (cost-plus method), yang menambahkan suatu kenaikan (mark-up) tertentu pada biaya pemasok. Kesulitan-kesulitan mungkin dialami baik dalam menentukan unsur biaya yang dapat diatribusikan maupun kenaikan (mark-up) tersebut. Di antara ukuran-ukuran yang dapat membantu menentukan harga transfer adalah hasil (return) yang dapat dibandingkan dalam industri sejenis atas volume penjualan atau modal yang digunakan. 15 Adakalanya harga transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa tidak ditentukan menurut salah satu dari metode yang diuraikan dalam paragraf 13 sampai dengan paragraf 15 di atas. Kadang-kadang bahkan sama sekali tidak ada harga yang diperhitungkan, misalnya pemberian jasa manajemen tanpa memperhitungkan imbalan dan pemberian pinjaman tanpa bunga . 16 Kadangkala, transaksi tidak terjadi jika tidak terdapat hubungan istimewa. Misalnya, suatu perusahaan yang biasanya menjual sebagian besar produksinya dengan harga pokok kepada induk perusahaannya akan mengalami kesulitan mendapatkan pelanggan lain apabila suatu saat induk perusahaannya tidak membeli produk tersebut. Pengungkapan 17 Berikut ini adalah contoh situasi transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin memerlukan pengungkapan oleh suatu perusahaan pelapor:

file://C:\P.S.A.K\I...\PSAK 07 Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.ht

10/16/03

PSAK no 07

Page 5 of 6

- pembelian atau penjualan barang, - pembelian atau penjualan properti dan aktiva lain, - pemberian atau penerimaan jasa, - pengalihan riset dan pengembangan, - pendanaan (termasuk pemberian pinjaman dan penyetoran modal baik secara tunai maupun dalam bentuk natura), - garansi dan penjaminan (collateral), dan - kontrak manajemen. 18 Agar pembaca laporan keuangan dapat mendapatkan gambaran tentang pengaruh hubungan istimewa, perusahaan pelapor wajib mengungkapkan adanya hubungan istimewa bila terdapat pengendalian (control), sehubungan dengan transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 19 Jika terdapat transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perlu diungkapkan hakekat transaksi dan unsur-unsur transaksi yang diperlukan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Unsur-unsur ini biasanya mencakup: - suatu petunjuk mengenai volume transaksi, baik jumlahnya maupun proporsinya, jumlah atau proporsi pos-pos terbuka (outstanding items), dan - kebijakan harga. 20 Pos-pos serupa biasanya diagregasikan kecuali jika pengungkapan terpisah diperlukan agar pengaruh dari transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada laporan keuangan perusahaan pelopor dapat dimengerti. 21 Pengungkapan transaksi-transaksi antar perusahaan yang laporan keuangannya telah dikonsolidasikan tidak diperlukan dalam laporan keuangan konsolidasi karena laporan keuangan konsolidasi telah menyajikan informasi mengenai induk perusahaan dan anak perusahaan sebagai satu kesatuan ekonomi.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 7 PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7 terdiri dari paragraf 22-25. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 21. 22 Pernyataan ini diterapkan hanya pada hubungan istimewa yang dijelaskan dalam paragraf dengan pengecualian sebagaimana diuraikan dalam paragraf 1.

file://C:\P.S.A.K\I...\PSAK 07 Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.ht

10/16/03

PSAK no 07

Page 6 of 6

23 Jika telah terjadi transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perusahaan pelapor harus mengungkapkan hakekat hubungan istimewa, jenis dan unsur transaksi yang diperlukan untuk pemahaman laporan keuangan tersebut. 24 Pos-pos yang berhakekat sama dapat diungkapkan secara agregatif kecuali bila pengungkapan terpisah diperlukan untuk memahami dampak transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada laporan keuangan perusahaan pelapor. Tanggal Efektif 25 Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan yang lebih dini sangat dianjurkan .

Navigation

file://C:\P.S.A.K\I...\PSAK 07 Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.ht

10/16/03

PSAK no 08

Page 1 of 7

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 KONTINJENSI DAN PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Pernyataan ini mengatur perlakuan dalam laporan keuangan mengenai: (a) kontinjensi, dan (b) peristiwa setelah tanggal neraca. Ruang Lingkup

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 08 Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.htm 10/16/03

PSAK no 08

Page 2 of 7

01 Tidak termasuk dalam masalah kontinjensi adalah: (a) kewajiban perusahaan asuransi jiwa yang timbul dari penerbitan polis; (b) kewajiban menyangkut dana pensiun; (c) komitmen yang timbul dari perjanjian sewa guna usaha Jangka panjang; (d) pajak penghasilan. Definisi 02 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Kontinjensi merupakan suatu kondisi atau situasi, dengan hasil akhir berupa keuntungan atau kerugian, yang baru dapat dikonfirmasikan setelah terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa yang tidak pasti terjadi di masa depan. Peristiwa-peristiwa setelah tanggal neraca, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, adalah peristiwa yang terjadi antara tanggal neraca dan tanggal penerbitan laporan keuangan. Dua jenis peristiwa dapat diidentifikasi: (1) peristiwa yang menyediakan bukti lebih lanjut mengenai kondisi yang telah ada pada tanggal neraca dan (2) peristiwa yang mengindikasikan kondisi yang timbul setelah tanggal neraca.

PENJELASAN Kontinjensi 03 Istilah kontinjensi yang digunakan dalam Pernyataan ini dibatasi pada kondisi atau situasi pada tanggal neraca yang dampak keuangannya harus ditentukan oleh peristiwa-peristiwa di masa depan baik yang dapat maupun yang tidak dapat terjadi. Banyak di antara kondisi atau situasi semacam itu direfleksikan sebagai akrual dalam laporan keuangan sesuai dengan konsep dasar akuntansi mengenai akrual. 04 Estimasi terhadap banyak aktivitas perusahaan yang sedang berjalan dan terjadi berulangulang dibutuhkan dalam penyusunan laporan keuangan. Tetapi fakta bahwa estimasi diperlukan dalam hubungan ini tidak dengan sendirinya menciptakan jenis ketidakpastian yang dapat diidentifikasikan sebagai kontinjensi, meskipun untuk menentukan jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan dipergunakan prosedur yang sama. Misalnya, fakta bahwa estimasi masa manfaat digunakan untuk menentukan penyusutan tidak dengan sendirinya membuat penyusutan dapat disebut sebagai kontinjensi; masa manfaat dari suatu aktiva yang lambat laun habis bukan merupakan peristiwa yang tidak pasti. Jumlah terhutang yang berasal dari jasa yang telah diterima juga bukan merupakan kontinjensi seperti yang didefinisikan dalam paragraf 2, meskipun jumlah tersebut mungkin telah diestimasi; tidak ada hal yang tidak pasti mengenai fakta bahwa kewajiban ini telah terjadi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 08 Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.htm 10/16/03

PSAK no 08

Page 3 of 7

05 Ketidakpastian mengenai peristiwa-peristiwa di masa depan dapat dinyatakan dalam serangkaian hasil akhir (outcomes). Rangkaian ini dapat disajikan dalam angka-angka probabilitas yang pada umumnya menunjukkan tingkat kecermatan yang tidak didukung oleh informasi yang tersedia. Rangkaian hasil akhir juga dapat disajikan dalam bentuk penjelasan umum, dengan menggunakan terminologi seperti dari tingkat besar kemungkinan terjadi (probable) sampai dengan tingkat tipis kemungkinan terjadi (remote) . 06 Estimasi hasil akhir dan dampak keuangan dari kontinjensi ditentukan oleh pertimbangan (judgement) manajemen perusahaan. Pertimbangan ini didasarkan pada informasi yang tersedia sampai pada tanggal laporan keuangan mendapat persetujuan formal untuk diterbitkan dan akan mencakup peninjauan kembali (review) terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca, dilengkapi dengan pengalaman dari transaksi serupa dan dalam beberapa kasus, laporan dari para ahli yang independen. Perlakuan Akuntansi Kerugian Kontinjensi 07 Perlakuan akuntansi kerugian kontinjen ditentukan oleh akibat yang diharapkan dari kontinjensi. Jika besar kemungkinan terjadi suatu kontinjensi akan berakhir dengan kerugian bagi perusahaan, maka kerugian itu wajib diakui dalam laporan keuangan . 08 Estimasi jumlah kerugian kontinjensi yang harus diakui dalam laporan keuangan dapat didasarkan atas informasi yang menyediakan serangkaian angka-angka kerugian yang dapat ditimbulkan oleh kontinjensi. Estimasi terbaik dari kerugian di dalam rangkaian angka-angka itu diakru. Kalau di dalam rangkaian tersebut tidak dapat dipilih suatu estimasi yang terbaik, maka setidak-tidaknya jumlah minimum dari rangkaian tersebut yang diakru. Pengungkapan diperlukan bila terdapat kemungkinan kerugian tambahan di atas jumlah kerugian yang diakru. 09 Bila terdapat bukti yang bertentangan atau yang tidak mencukupi sebagai dasar untuk mengestimasi jumlah kerugian kontinjensi, maka pengungkapan mengenai eksistensi serta bentuk kontinjensi perlu dilakukan. 10 Kerugian potensial bagi perusahaan dapat dikurangi atau dihindari karena kewajiban kontinjensi dipertemukan (matched) dengan tuntutan (klaim) balasan atau tuntutan terhadap pihak ketiga. Dalam kasus semacam itu jumlah dari setiap akrual dapat ditentukan setelah memperhitungkan kemungkinan ganti rugi (probable recovery) yang dapat diklaim. 11 Eksistensi dan jumlah jaminan (guarantees), kewajiban yang timbul dari pendiskontoan wesel dan kewajiban serupa yang dipikul perusahaan pada umumnya diungkapkan dalam laporan keuangan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan, meskipun tipis kemungkinan timbulnya kerugian bagi perusahaan (remote) . 12 Karena risiko bisnis yang bersifat umum atau yang tidak dapat dispesifikasikan yang diakui tidak terkait dengan kondisi atau situasi yang ada pada tanggal neraca, maka tidak dibenarkan untuk membentuk penyisihan (provision) untuk kontinjensi . Perlakuan Akuntansi Keuntungan Kontinjensi 13 Keuntungan kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena dapat mengakibatkan pengakuan pendapatan (revenue) yang mungkin tidak akan pernah direalisasi. Tetapi bila realisasi suatu keuntungan dapat dipastikan, maka keuntungan semacam itu bukan kontinjensi dan pengakruan keuntungan dapat dibenarkan . Penentuan Jumlah Kontinjensi dalam Laporan Keuangan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 08 Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.htm 10/16/03

PSAK no 08

Page 4 of 7

14 Jumlah kontinjensi yang dinyatakan dalam laporan keuangan didasarkan pada informasi yang tersedia pada tanggal laporan keuangan yang telah mendapat persetujuan formal untuk diterbitkan. Oleh karena itu, peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca yang menunjukkan bahwa suatu aktiva mungkin telah berkurang atau suatu kewajiban mungkin telah terjadi pada tanggal neraca diperhitungkan dalam mengidentifikasi kontinjensi dan dalam menentukan jumlah di mana kontinjensi semacam itu dicantumkan dalam laporan keuangan. 15 Dalam beberapa kasus setiap kontinjensi dapat diidentifikasi secara terpisah dan keadaan khusus dari setiap situasi dipertimbangkan dalam penentuan jumlah kontinjensi. Tuntutan hukum yang substansial terhadap perusahaan merupakan contoh dari kontinjensi semacam ini. Diantara faktor-faktor yang harus dipertimbangkan manajemen dalam mengevaluasi kontinjensi adalah kemajuan dalam proses penuntutan pada tanggal laporan keuangan mendapat persetujuan secara formal untuk diterbitkan, pendapat ahli hukum atau para penasehat lain, pengalaman perusahaan dalam kasus serupa, dan pengalaman perusahaan-perusahaan lain dalam situasi serupa. 16 Kalau ketidakpastian yang menciptakan kontinjensi menyangkut suatu transaksi individual tidak berbeda dengan sejumlah besar transaksi yang serupa, maka jumlah kontinjensi tidak perlu ditentukan secara individual, tetapi dapat didasarkan atas sekelompok transaksi yang sama. Contoh dari kontinjensi semacam ini adalah jaminan untuk produk yang telah dijual, dan estimasi bagian dari piutang-piutang yang tidak dapat ditagih. Biaya ini pada umumnya sering terjadi dan jumlah kewajiban atau kerugian dapat ditaksir dengan cukup cermat berdasarkan pengalaman, meskipun transaksi-transaksi tertentu yang mengakibatkan kerugian tidak dapat diidentifikasikan. Akrual biaya-biaya ini dapat dilakukan dalam periode yang sama dengan periode terjadinya transaksi. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca 17 Peristiwa antara tanggal neraca dan tanggal penerbitan laporan keuangan yang telah mendapat persetujuan formal dapat mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan penyesuaian terhadap aktiva dan kewajiban atau mewajibkan perusahaan untuk melakukan pengungkapan. 18 Proses yang terjadi untuk menyetujui penerbitan laporan keuangan akan berbeda tergantung pada struktur manajemen dan prosedur yang ditempuh dalam penyusunan dan finalisasi laporan keuangan, tetapi tanggal persetujuan penerbitan tersebut biasanya adalah tanggal laporan keuangan yang telah mendapat persetujuan formal untuk diterbitkan di luar perusahaan. 19 Penyesuaian aktiva dan kewajiban diperlukan untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca yang memberi informasi tambahan untuk menentukan jumlah-jumlah yang berkaitan dengan kondisi yang berlaku pada tanggal neraca. Misalnya, penyesuaian dapat dilakukan terhadap kerugian piutang dagang setelah adanya konfirmasi mengenai bangkrutnya pelanggan yang terjadi setelah tanggal neraca. 20 Penyesuaian aktiva dan kewajiban tidak perlu dilakukan untuk peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca, jika peristiwa tersebut tidak berkaitan dengan kondisi yang berlaku pada tanggal neraca. Contohnya adalah penurunan harga pasar dari investasi antara tanggal neraca dan tanggal penerbitan laporan keuangan yang telah mendapat persetujuan formal. Penurunan harga pasar biasanya tidak ada kaitannya dengan kondisi investasi pada tanggal neraca, tetapi merefleksikan keadaan yang terjadi pada periode berikutnya. Tetapi, pengungkapan pada umumnya dilakukan terhadap peristiwa yang terjadi pada periode berikutnya yang menunjukkan perubahan kondisi aktiva atau kewajiban yang tidak biasa pada tanggal neraca; misalnya, musnahnya suatu pabrik akibat kebakaran yang terjadi setelah tanggal neraca. 21 Peristiwa setelah tanggal neraca yang menunjukkan kondisi yang terjadi setelah tanggal neraca perlu diungkapkan kalau tanpa pengungkapan tersebut akan mempengaruhi kemampuan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 08 Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.htm 10/16/03

PSAK no 08

Page 5 of 7

pembaca laporan keuangan untuk melakukan evaluasi dan keputusan yang tepat. Contoh dari peristiwa semacam itu adalah akuisisi perusahaan lain. 22 Ada peristiwa yang meskipun terjadi setelah tanggal neraca, kadang-kadang direfleksikan dalam laporan keuangan karena persyaratan peraturan perundangan atau karena kekhususannya. Pos-pos khusus ini antara lain meliputi jumlah dividen yang diusulkan atau diumukan setelah tanggal neraca sehubungan dengan periode yang dicakup oleh laporan keuangan. 23 Peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca dapat memberi petunjuk bahwa seluruh atau sebagian usaha perusahaan tidak lagi menjadi usaha yang berkesinambungan. Deteriorasi hasil operasi dan posisi keuangan setelah tanggal neraca memberi petunjuk adanya kebutuhan untuk mempertimbangkan apakah masih tepat untuk menggunakan asumsi kelangsungan usaha (going concern) dalam penyusunan laporan keuangan. Pengungkapan - Kontinjensi 24 Jika kerugian kontinjensi tidak diakui, sifat dan estimasi dampak keuangannya pada umumnya diungkapkan melalui catatan atas laporan keuangan, kecuali kalau tipis kemungkinan terjadinya kerugian. Namun demikian, kalau estimasi dampak keuangan yang dapat diandalkan tidak dapat dilakukan, fakta ini perlu diungkapkan. Kontinjensi yang diakui memerlukan pengungkapan secara terpisah. Keberadaan dan jenis dari keuntungan kontinjen biasanya diungkapkan melalui catatan atas laporan keuangan kalau besar kemungkinan terjadi bahwa perusahaan akan dapat merealisasi keuntungan yang diharapkan. Yang penting dalam hubungan ini adalah bahwa pengungkapan dapat mencegah timbulnya implikasi yang menyesatkan mengenai kemungkinan realisasinya. Pengungkapan - Peristiwa Setelah Tanggal Neraca 25 Kalau dampak dari peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, untuk memungkinkan para pemakai laporan keuangan membuat evaluasi dan keputusan sebagaimana mestinya, informasi yang diberikan mencakup uraian mengenai peristiwa yang bersangkutan dan, kalau mungkin, estimasi mengenai dampak keuangannya. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 8 KONTINJENSI DAN PERISTIWA SETELAH TANGGAL Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.8 terdiri dari paragraf 26-34. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-25. Kontinjensi 26 Jumlah kerugian kontinjen (setelah memperhitungkan setiap kemungkinan untuk memperoleh probable recovery) h arus diakui melalui suatu pembebanan dalam laporan laba/rugi jika: (a) besar Kemungkinan terjadi (probable) peristiwa di waktu mendatang akan memberikan penegasan bahwa suatu aktiva telah berkurang atau suatu kewajiban telah terjadi pada tanggal neraca; dan (b) dapat dilakukan estimasi yang layak terhadap jumlah kerugian yang ditimbulkan. 27 Keberadaan kerugian kontinjensi harus diungkapkan dalam laporan keuangan jika salah satu dari kondisi dalam paragraf 26 tidak dipenuhi, kecuali kalau kemungkinan terjadinya kerugian sangat tipis (remote).

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 08 Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.htm 10/16/03

PSAK no 08

Page 6 of 7

28 Keuntungan kontinjen tidak dapat diakui dalam laporan keuangan. Keberadaan keuntungan kontinjen harus diungkapkan jika besar kemungkinan terjadi (probable) bahwa keuntungan itu akan dapat direalisasi. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca 29 Aktiva dan kewajiban harus disesuaikan untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca yang dapat memberi bukti tambahan untuk membantu estimasi terhadap jumlah yang berkaitan dengan kondisi yang telah ada pada tanggal neraca atau yang dapat memberikan petunjuk tidak berlakunya asumsi kelangsungan usaha (going concern) yang menyangkut baik keseluruhan ataupun sebagian perusahaan. 30 Dividen yang berkaitan dengan periode yang dicakup oleh laporan keuangan dan yang diusulkan atau diumumkan setelah tanggal neraca tetapi sebelum laporan keuangan disetujui harus disesuaikan atau diungkapkan. 31 Aktiva dan kewajiban tidak disesuaikan, tetapi pengungkapan harus dilakukan, mengenai peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca yang tidak mempengaruhi kondisi aktiva atau kewajiban pada tanggal neraca. Pengungkapan ini penting, karena jika tidak diungkapkan dapat mempengaruhi kemampuan para pembaca laporan keuangan dalam melakukan evaluasi dan keputusan yang benar. Pengungkapan 32 Pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam paragraf 27 atau 28 harus mencakup informasi berikut: (a) jenis kontinjensi. (b) faktor ketidakpastian yang dapat mempengaruhi hasil akhir dimasa depan. (c) estimasi mengenai dampak keuangan atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu tidak dapat dibuat. 33 Bila pengungkapan dari kejadian setelah tanggal neraca diharuskan oleh paragraf 31 dalam pernyataan ini, informasi berikut ini harus diberikan: (a) jenis peristiwa (b) estimasi mengenai dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu tidak dapat dibuat. Tanggal Efektif 34 Pernyataan ini mulai berlaku untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 08 Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.htm 10/16/03

PSAK no 08

Page 7 of 7

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 08 Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.htm 10/16/03

PSAK no 09

Page 1 of 8

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 tentang Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 01 Pernyataan ini menjelaskan tentang pengertian dan penyajian aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek dalam laporan keuangan. Pernyataan ini tidak menjelaskan tentang dasar penilaian aktiva dan kewaiiban tersebut. PENJELASAN 02 Pengidentifikasian aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek dianggap berguna untuk membantu pemakai laporan keuangan dalam menganalisis posisi keuangan suatu perusahaan. 03 Selisih lebih aktiva lancar dari kewajiban jangka pendek sering disebut sebagai aktiva lancar

file://C:\P.S.A.K\Indonesia...\PSAK 09 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek.ht

10/16/03

PSAK no 09
bersih (net current assets) atau modal kerja bersih (net working capital). Beberapa Pandangan tentang Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek

Page 2 of 8

04 Terdapat anggapan bahwa pengklasifikasian aktiva dan kewajiban menjadi "lancar" dan "tak lancar" dimaksudkan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan. Likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan untuk melanjutkan aktivitas usahanya sehari-hari tanpa mengalami kesulitan pendanaan/keuangan. Anggapan lain adalah bahwa pengklasifikasian tersebut memberikan identifikasi tentang sumber dana dan kewajiban suatu perusahaan yang terus menerus berputar (continuously circulating). 05 Tujuan tersebut sampai suatu batas tertentu menjadi tidak selaras, berhubung dalam mengukur tingkat likuiditas, kriteria untuk pengklasifikasian aktiva dan kewajiban menjadi lancar dan tidak lancar adalah apakah aktiva atau kewajiban tersebut dapat dicairkan atau direalisasikan dalam jangka pendek, sedangkan kriteria untuk pengklasifikasian aktiva dan kewajiban sebagai suatu perputaran (circulating), adalah apakah aktiva atau kewajiban tersebut digunakan atau diselesaikan dalam rangka menghasilkan pendapatan selama siklus operasi normal dari suatu perusahaan. Misalnya, pekerjaan kontstruksi dalam proses, dengan kriteria pertama, sebagian besar akan dikeluarkan dari klasifikasi aktiva lancar, sementara dengan kriteria kedua termasuk dalam aktiva lancar. Praktek Yang Berlaku saat Ini 06 Dalam praktek, yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar adalah aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam waktu satu tahun atau dalam siklus operasi normal perusahaan, yang mana yang lebih lama; yang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditur atau yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun. Meskipun pendekatan ini digunakan sebagai peraturan umum, tidak menutup kemungkinan bahwa ada aktiva atau kewajiban tertentu yang dimasukkan ke dalam atau dikeluarkan dari aktiva lancar atau kewajiban jangka pendek berdasarkan kriteria yang berbeda. Oleh sebab itu, klasifikasi lancar dan tak lancar di dalam praktek lebih berdasarkan pada konvensi dan bukan pada suatu konsep tertentu. Paragraf 7-12 di bawah ini menggambarkan cakupan aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek yang berlaku dalam praktek saat ini. Cakupan Aktiva Lancar 07 Aktiva lancar antara lain meliputi: (a) Kas dan bank. (i) Yang dimaksud dengan kas ialah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. (ii) Yang dimaksud dengan bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. (iii) Pos-pos berikut ini tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan bank pada neraca: dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu; - persediaan perangko, - cek mundur, - cek kosong dari pihak ketiga,

file://C:\P.S.A.K\Indonesia...\PSAK 09 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek.ht

10/16/03

PSAK no 09

Page 3 of 8

- rekening giro pada bank di luar negeri yang tidak dapat segera dipakai. (iv) Kas dan bank yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukkan dalam aktiva lancar hanya jika pembatasan tersebut dilakukan untuk menyisihkan dana untuk melunasi kewajiban jangka pendek atau jika pembatasan tersebut hanya berlaku selama satu tahun. (v) Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek. Saldo kredit dan debit rekening giro pada bank yang sama dapat digabung dan disajikan pada neraca sebagai satu kesatuan. (b) Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak dimaksudkan untuk ditahan. (i) Surat berharga yang mudah dijual merupakan bentukpenyertaan sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang tidak digunakan. (ii) Bentuk penyertaan sementara ini harus mempunyai sifat sebagai berikut: - Mempunyai pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan segera. - Dimaksudkan untuk dijual dalam jangka waktu dekat bila terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan umum perusahaan, - Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain. (c) Deposito jangka pendek. (d) Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. (e) Piutang. (i) Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Piutang usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan dapat tertagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal, diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kadang-kadang seluruh piutang usaha diklasifikasikan sebagai aktiva lancar tanpa memandang jangka waktu tertagihnya. Dalam kasus demikian, jumlah piutang usaha yang jangka waktu penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (ii) Piutang yang diperkuat dengan promes disebut wesel. (iii) Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas. (iv) Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih . (v) Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok

file://C:\P.S.A.K\Indonesia...\PSAK 09 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek.ht

10/16/03

PSAK no 09
kewajiban.

Page 4 of 8

(vi) Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (vii) Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali (sale of accounts receivable/notes receivable discounted with recourse) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan secukupnya. (g) Persediaan. (h) Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar. (i) Pembayaran pajak di muka (j) Biaya dibayar di muka. (i) Biaya dibayar di muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang, misalnya: premi asuransi, bunga, alat tulis dan keperluan kantor dan lain sebagainya. (ii) Bagian dari biaya dibayar di muka yang akan memberikan manfaat untuk beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai aktiva tak lancar. 08 Pos-pos berikut ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar: (a) Kas/bank maupun sumber lain yang dibatasi penggunaannya, seperti dana yang disisihkan untuk perolehan aktiva tetap atau pelunasan kewajiban jangka panjang. (b) Pernyertaan dalam surat berharga atau pembayaran uang muka dengan makud untuk menguasai atau melakukan afiliasi dengan perusahaan lain; (c) Piutang lain-lain yang timbul dari transaksi di luar kegiatan utama perusahaan yang tidak diharapkan pencairannya dalam jangka waktu satu tahun, seperti uang muka pada pemegang saham atau direksi; (d) Aktiva yang dapat disusutkan maupun aktiva tetap lainnya. Cakupan Kewajiban Jangka Pendek 09 Kewajiban Jangka Pendek meliputi antara lain: (a) Pinjaman bank dan pinjaman lainnya. Jika suatu pinjaman dilunasi sesuai dengan jadual yang disetujui oleh kreditur, maka pinjaman tersebut diklasifikasikan sesuai dengan jadual pelunasannya, dengan mengabaikan bahwa hak kreditur sesungguhnya memiliki hak untuk meminta pelunasan sewaktu-waktu. (b) Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca, dengan pengecualian seperti tersebut pada paragraf 11. (c) Hutang usaha dan biaya yang masih harus dibayar. (d) Uang muka penjualan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia...\PSAK 09 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek.ht

10/16/03

PSAK no 09

Page 5 of 8

(e) Hutang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank dan rupa-rupa hutang lainnya yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun. (f) Penyisihan kewajiban pajak (g) Hutang dividen. (h) Pendapatan yang ditangguhkan dan uang muka dari pelanggan. (i) Kewajiban kontinjen (sehubungan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca). 10 Pinjaman yang dinyatakan dapat dilunasi sewaktu-waktu sesuai permintaan kreditur biasanya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek. Akan tetapi, jika kreditur telah menyetujui suatu jadual pelunasan atas suatu pinjaman, maka pinjaman tersebut diklasifikasikan sesuai dengan jadual pelunasannya, dengan mengabaikan bahwa kreditur memiliki hak untuk meminta pelunasan sewaktu-waktu. 11 Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek, kecuali jika perusahaan bermaksud melunasinya dengan cara menimbulkan kewajiban jangka panjang baru. Begitupun, bagian dari kewajiban jangka panjang yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun seringkali diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang bila aktiva yang akan digunakan untuk pelunasan kewajiban tersebut pada tanggal neraca telah dikeluarkan dari aktiva lancar. 12 Apabila suatu perusahaan mengeluarkan suatu kewajiban dari klasifikasi jangka pendek sehubungan dengan paragraf 11, maka jumlah dan keterangan lain yang relevan harus diungkapkan secukupnya. Penyajian Dalam Laporan Keuangan 13 Dengan adanya pengelompokan dan penjumlahan aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek di neraca, maka akan meningkatkan kegunaan informasi yang disajikan. 14 Untuk memungkinkan pengidentifikasian secukupnya atas pemisahan aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, jumlah aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek yang tersajikan lazimnya tidak dikurangkan dengan aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek lainnya. Akan tetapi saling menghapuskan (offsetting) demikian mungkin benar, bila dibenarkan menurut hukum dan saling menghapuskan (offsetting) tersebut merupakan realisasi atau penyelesaian aktiva atau kewajiban yang diharapkan. Keterbatasan Pengklasifikasian Lancar dan Tidak Lancar 15 Klasifikasi lancar dan tidak lancar pada umumnya dipercaya dapat memberikan identifikasi tentang bagian modal perusahaan yang relatif likuid yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan dalam siklus operasi yang normal. Akan tetapi selama usaha perusahaan tetap berlangsung, maka perusahaan harus secara terus-menerus menggantikan persediaan yang sudah direalisasi dengan persediaan baru agar terjadi kesinambungan usaha. Aktiva lancar juga mungkin mencakup persediaan yang diperkirakan tidak dapat direalisasi dalam jangka waktu dekat. Sebaliknya, banyak perusahaan membiayai operasinya dengan pinjaman bank yang dinyatakan dapat dilunasi sewaktu-waktu sesuai dengan permintaan bank dan karenanya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, walaupun pada kenyataannya persyaratan pelunasan sesuai permintaan bank tersebut merupakan proteksi bagi bank, dan kenyataannya telah merupakan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia...\PSAK 09 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek.ht

10/16/03

PSAK no 09

Page 6 of 8

kesepakatan antara peminjam dan pemberi pinjaman bahwa pinjaman tersebut akan berlangsung untuk jangka waktu yang cukup lama. 16 Banyak pihak yang berpendapat bahwa adanya selisih lebih aktiva lancar atas kewajiban jangka pendek merupakan indikasi bahwa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam keadaan baik, sedangkan selisih lebih kewajiban jangka pendek atas aktiva lancar dipandang sebagai indikasi adanya masalah keuangan. Pengambilan kesimpulan yang demikian tidak tepat tanpa mempertimbangkan karakteristik usaha perusahaan tersebut dan setiap komponen aktiva lancar dan kewajiban jangka pendeknya. 17 Pengklasifikasian lancar dan tidak lancar untuk aktiva dan kewajiban biasanya tidak dipandang tepat untuk laporan keuangan dari perusahaan yang periode siklus operasi normalnya tidak dapat ditentukan atau sangat panjang. 18 Sementara banyak pihak yang berpendapat bahwa identifikasi aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek adalah sarana yang berguna untuk melakukan analisis keuangan, pihak lain menganggap pengklasifikasian tersebut kurang kegunaannya bahkan dapat menyesatkan. Untuk mengurangi kekaburan, Pernyataan ini dimaksudkan untuk mengharmonisasikan praktek perusahaan yang memilih menyajikan aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek dalam laporan keuangannya.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 9 terdiri dari paragraf 19-26. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-18. 19 Perusahaan wajib menyajikan aktiva dan kewajibannya berdasarkan klasifikasi lancar dan tidak lancar pada waktu menyusun laporan keuangan, kecuali pengklasifikasian lancar dan tidak lancar untuk aktiva dan kewajiban biasanya tidak dipandang tepat untuk laporan keuangan dari perusahaan yang periode siklus operasi normalnya tidak dapat ditentukan atau sangat panjang dan yang diatur secara khusus untuk jenis industri tertentu. Paragraf 20-25 dari Pernyataan ini diterapkan apabila perusahaan memilih melakukan pengklasifikasian tersebut. Penerapan Klasifikasi Lancar dan Tidak Lancar Aktiva Lancar 20 Aktiva lancar adalah aktiva yang dapat direalisasikan dalam satu tahun atau dalam siklus operasi normal perusahaan, mana yang lebih lama, antara lain meliputi: (a) Kas dan bank. (b) Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak dimaksudkan untuk ditahan. (c) Deposito jangka pendek. (d) Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. (e) Piutang usaha.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia...\PSAK 09 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek.ht

10/16/03

PSAK no 09

Page 7 of 8

Piutang usaha dapat seluruhnya dimasukkan sebagai aktiva lancar, bila jumlah yang jangka waktu penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (f) Piutang lain-lain yang diharapkan akan direalisasikan dalam waktu satu tahun. (g) Persediaan. (h) Pembayaran uang muka pembelian aktiva lancar. (i) Pembayaran pajak di muka. (j) Biaya dibayar di muka yang akan menjadi beban dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca. Kewajiban Jangka Pendek 21 Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan, mana yang lebih lama, antara lain meliputi: (a) Pinjaman bank dan pinjaman lainnya. Jika suatu pinjaman dilunasi sesuai dengan jadual yang disetujui oleh kreditur, maka pinjaman tersebut diklasifikasikan sesuai dengan jadual pelunasannya, dengan mengabaikan hak kreditur untuk meminta pembayaran sewaktu waktu. (b) Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca, dengan pengecualian seperti tersebut pada paragraf 22. (c) Hutang usaha dan biaya yang masih harus dibayar. (d) Uang muka penjualan. (e) Hutang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank dan rupa-rupa hutang lainnya yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun . (f) Penyisihan kewajiban pajak. (g) Hutang dividen. (h) Pendapatan yang ditangguhkan dan uang muka dari pelanggan. (i) Kewajiban kontinjen (sehubungan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca). 22 Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca dapat tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika perusahaan bermaksud untuk membiayai kembali (refinance) kewajiban tersebut dengan pendanaan jangka panjang dan terdapat jaminan bahwa perusahaan akan mampu melakukannya. Kemampuan perusahaan tersebut ditunjukkan dengan adanya: (a) penerbitan modal saham atau kewajiban (obligation) jangka panjang baru setelah tanggal neraca; atau

file://C:\P.S.A.K\Indonesia...\PSAK 09 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek.ht

10/16/03

PSAK no 09

Page 8 of 8

(b) perjanjian pendanaan yang tidak dapat dibatalkan dan tidak akan jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal neraca serta kreditur atau investor yang bersangkutan mempunyai kemampuan keuangan untuk memenuhi perjanjian tersebut. 23 Jika bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun setelah tanggal neraca tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek sehubungan dengan paragraf 22, maka jumlah kewajiban tersebut dan persyaratan pendanaan kembali harus diungkapkan. Penyajian Dalam Laporan Keuangan 24 Jumlah aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat saling menghapus (offset), kecuali dimungkinkan menurut hukum. 25 Jumlah aktiva lancar yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Tanggal Efektif 26 Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan .

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia...\PSAK 09 Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek.ht

10/16/03

PSAK no 10

Page 1 of 8

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing Asing disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan perusahaan. Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs vaiuta asing dalam laporan keuangan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 10 Transaksi dalam Mata Uang Asing.htm

10/17/03

PSAK no 10

Page 2 of 8

Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk transaksi dalam valuta asing. 02 Pernyataan ini mengatur akuntansi hedge sebatas selisih kurs dalam transaksi hedge. Aspek lain dari akuntansi hedge diatur dalam standar akuntansi keuangan terkait. 03 Pernyataan ini tidak mengatur tentang penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri untuk tujuan konsolidasi, atau konsolidasi parsial, atau melalui penerapan dengan metode ekuitas (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing). 04 Pernyataan ini tidak mengatur penyajian laporan arus kas tentang arus kas yang bersumber dari transaksi valuta asing (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 tentang Laporan Arus Kas). Definisi 05 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha patungan (joint venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Kegiatan usaha tersebut dapat merupakan suatu bagian integral dari suatu perusahaan pelapor atau suatu entitas asing. Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha luar negeri (foreign operation), yang aktivitasnya bukan merupakan suatu bagian integral dari perusahaan pelapor. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan suatu perusahaan. Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda. Kurs penutup (closing rate) adalah nilai tukar spot pada tanggal neraca. Investasi neto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor dalam aktiva neto suatu entitas asing. Pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). PENJELASAN

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 10 Transaksi dalam Mata Uang Asing.htm

10/17/03

PSAK no 10

Page 3 of 8

Pengakuan Awal 06 Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang. asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan: (a) membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing. (b) meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. (c) menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau (d) memperoleh atau melepaskan aktiva, didenominasi dalam suatu mata uang asing. menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang

07 Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. 08 Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering digunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan mungkin digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode itu. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk satu periode tidak dapat diandalkan. Pelaporan Pada Tanggal Neraca Berikutnya 09 Pada setiap tanggal neraca: (a) pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang obyektif; (b) pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan (c) pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. 10 Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan. Misalnya, instrumen keuangan dan properti tertentu (investasi yang dilakukan Dana Pensiun), mungkin dinilai pada nilai wajar atau pada biaya historis. Apakah nilai tercatat ditentukan berdasarkan biaya historis atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan Pernyataan ini. Pengakuan Selisih Kurs (Recognition of Exchange Differences) 11 Paragraf 13 hingga 17 menjelaskan perlakuan akuntansi yang diharuskan Pernyataan ini sehubungan dengan selisih kurs atas transaksi dalam mata uang asing. Paragraf tersebut juga mencakup perlakuan wajib (benchmark treatment) untuk selisih kurs sebagai akibat devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang yang tidak memungkinkan dilakukannya hedging dan yang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 10 Transaksi dalam Mata Uang Asing.htm

10/17/03

PSAK no 10

Page 4 of 8

menimbulkan kewajiban tak terselesaikan sehubungan dengan perolehan aktiva dalam mata uang asing. Perlakuan alternatif yang diijinkan untuk selisih kurs seperti itu dijelaskan dalam paragraf 20. 12 Pernyataan ini mengatur akuntansi hedge sebatas selisih kurs dalam transaksi hedge. Aspek lain dari akuntansi hedge diatur dalam standar akuntansi keuangan terkait. 13 Kecuali untuk hal-hal yang diuraikan dalam paragraf 16 dan 18, selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mate uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan. 14 Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode. Transaksi Valuta Berjangka 15a Salah satu transaksi valuta berjangka SWAP adalah transaksi pertukaran dua valuta asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka atau penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka. Pada hakekatnya transaksi tersebut dilakukan untuk lebih mendapatkan kepastian tentang kurs penjabaran yang bersifat tetap selama dalam kontrak sehingga pembuat transaksi terhindar dari kerugian akibat perubahan kurs. Dalam transaksi SWAP pembuat transaksi umumnya memperhitungkan premi yang ditetapkan terlebih dahulu . b. Perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan hedging hutang adalah sebagai berikut: (i) Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan (forward rate) dicatat sebagai diskonto atau premi yang arus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak valuta berjangka. (ii) Setiap akhir periode harus dihitung selisih kurs untuk hutang dalam mata uang asing (yang diproteksi melalui hedging), forward receivable dan forward payable dalam mata uang asing. Selisih kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan antara kurs tanggal neraca dengan kurs tunai pada saat terjadinya transaksi diakui sebagai keuntungan atau kerugian kurs periode berjalan. (iii) Dalam neraca, forward receivable atau forward payable, dan diskonto atau premi yang belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang berhubungan harus dijadikan satu di bagian aktiva atau kewajiban, tergantung pada posisi neto dari seluruh pos tersebut. Investasi Neto dalam suatu Entitas Asing 16 Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya membentuk bagian investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga saat pelepasan (disposal) investasi neto dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing). 17 Suatu perusahaan mungkin memiliki suatu pos moneter berupa hutang piutang dengan suatu entitas asing. Apabila timbulnya dan penyelesaian pos moneter tersebut tidak terencana, dalam

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 10 Transaksi dalam Mata Uang Asing.htm

10/17/03

PSAK no 10

Page 5 of 8

substansinya merupakan suatu perluasan, atau pengurangan dari, investasi neto perusahaan dalam entitas asing tersebut. Pos moneter itu mungkin mencakup piutang jangka panjang atau pinjaman tetapi tidak mencakup piutang dagang atau hutang dagang. 18 Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang diperhitungkan sebagai suatu hedging dari investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga pelepasan (disposal) investasi neto, dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau sebagai beban (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing) . Perlakuan Alternatif yang Diijinkan 19 Perlakuan wajib (benchmark treatment) untuk selisih kurs pada paragraf 20 dijelaskan pada paragraf 13. 20 Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat-perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam mata uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang telah disesuaikan tidak melebihi jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih harus diungkapkan secukupnya. 21 Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva jika tersedia fasilitas hedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva. Tetapi, kerugian akibat perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat diatribusikan pada biaya perolehan aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat praktis untuk hedging, contohnya, jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing terdapat penundaan dalam memperoleh mata uang asing. Maka dalam keadaan demikian biaya perolehan aktiva termasuk selisih kurs. Pengungkapan 22 Perusahaan harus mengungkapkan: (a) jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periode tersebut; (b) selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode; dan (c) jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diijinkan dalam paragraf 20. 23 Perusahaan mengungkapkan dampak atas pos-pos moneter mata uang asing sehubungan dengan suatu perubahan dalam kurs yang terjadi setelah tanggal neraca jika perubahan tersebut sedemikian besar sehingga bila tidak diungkapkan akan mempengaruhi kemampuan pembaca laporan keuangan untuk membuat evaluasi dan keputusan yang tepat (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca). 24 Pengungkapan juga diperlukan sehubungan dengan kebijakan manajemen risiko mata uang asing.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 10 Transaksi dalam Mata Uang Asing.htm

10/17/03

PSAK no 10

Page 6 of 8

PERSYARATAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 10 TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 terdiri dari paragraf 25 - 35. Pernyataan Ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 24. 25 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk transaksi dalam valuta asing. Pengakuan Awal 26 Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Pelaporan Pada Tanggal Neraca Berikutnya 27 Pada setiap tanggal neraca: (a) pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca; (b) pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan (c) pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan. Pengakuan Selisih Kurs (Recognition of Exchange Differences) 28 Kecuali untuk hal-hal yang diatur dalam paragraf 31 dan 32, selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan. Transaksi Valuta Berjangka 29a. Salah satu transaksi valuta berjangka SWAP adalah transaksi pertukaran dua valuta asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka atau penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka. Pada hakikatnya transaksi tersebut dilakukan untuk lebih mendapatkan kepastian tentang kurs penjabaran yang bersifat tetap selama dalam kontrak sehingga pembuat transaksi terhindar dari kerugian akibat perubahan kurs. Dalam transaksi SWAP pembuat transaksi umumnya memperhitungkan premi yang ditetapkan terlebih dahulu. b. Perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan hedging hutang adalah sebagai berikut: (i) Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan (forward rate) dicatat sebagai diskonto atau premi yang harus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak valuta berjangka . (ii) Setiap akhir periode harus dihitung selisih kurs untuk hutang dalam mata uang asing (yang diproteksi melalui hedging), forward receivable dan forward payable dalam mata uang asing. Selisih kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan antara kurs tanggal neraca dengan kurs tunai

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 10 Transaksi dalam Mata Uang Asing.htm

10/17/03

PSAK no 10

Page 7 of 8

pada saat terjadinya transaksi diakui sebagai keuntungan atau kerugian kurs periode berjalan. (iii) Dalam neraca, forward receivable atau forward payable, dan diskonto atau premi yang belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang berhubungan harus dijadikan satu di bagian aktiva atau kewajiban, tergantung pada posisi neto dari seluruh pos tersebut. Investasi Neto dalam suatu Entitas Asing 30 Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya membentuk bagian investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga saat pelepasan (disposal) investasi neto dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing). 31 Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang diperhitungkan sebagai suatu hedging dari investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga pelepasan (disposal) investasi neto, dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau sebagai beban (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing). Perlakuan Alternatif yang Diijinkan 32 Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang di mana tidak mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat perolehan aktiva yang harus dibayar dalam suatu mata uang asing . Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang bersangkutan dengan pengertian nilai tercatat yang disesuaikan tersebut tidak melampaui jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang mungkin diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut Alternatif yang dipilih harus diungkapkan secukupnya. Pengungkapan 33 Perusahaan harus mengungkapkan: (a) jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periode tersebut; (b) selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode; dan (c) jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diijinkan dalam paragraf 32. Masa Transisi 34 Pada saat Pernyataan ini pertama kali diterapkan, perusahaan harus mengklasifikasikan secara terpisah dan mengungkapkan saldo kumulatif, pada awal periode, selisih kurs yang ditangguhkan dan diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam periode sebelumnya, kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Dalam hal tersebut maka perlu dijelaskan alasannya . Tanggal Efektif 35 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 10 Transaksi dalam Mata Uang Asing.htm

10/17/03

PSAK no 10

Page 8 of 8

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 10 Transaksi dalam Mata Uang Asing.htm

10/17/03

PSAK no 11

Page 1 of 9

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 11 PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara; melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Untuk memasukkan kegiatan usaha luar negeri pada laporan keuangan suatu perusahaan, laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri harus dijabarkan ke dalam mata uang pelaporan perusahaan. Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia ...\PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.ht

10/17/03

PSAK no 11
kurs valuta asing dalam laporan keuangan. Ruang Lingkup

Page 2 of 9

01 Pernyataan ini harus diterapkan dalam penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri untuk tujuan konsolidasi, atau konsolidasi parsial atau melalui penerapan dengan metode ekuitas. 02 Pernyataan ini tidak mengatur akuntansi untuk transaksi dalam valuta asing (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing) . 03 Pernyataan ini tidak menspesifikasi mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyajikan laporan keuangannya. Suatu perusahaan biasanya menggunakan mata uang resmi negara tempat perusahaan berdomisili. Jika perusahaan menggunakan mata uang lainnya, Pernyataan ini mewajibkan pengungkapan alasan penggunaan mata uang tersebut Pernyataan ini juga mewajibkan pengungkapan alasan perubahan mata uang pelaporan. 04 Pernyataan ini tidak mengatur pelaporan kembali laporan keuangan dalam mata uang pelaporan ke mata uang lain. 05 Pernyataan ini tidak mengatur penyajian laporan arus kas tentang arus kas yang bersumber dari penjabaran arus kas suatu kegiatan usaha luar negeri (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nos 2 tentang Laporan Arus Kas). Definisi 06 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha patungan (joint venture) atau cabang dari perusahaan pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Kegiatan usaha tersebut dapat merupakan suatu bagian integral dari suatu perusahaan pelapor atau suatu entitas asing. Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha luar negeri (foreign operation), yang aktivitasnya bukan merupakan suatu bagian integral dari perusahaan pelapor. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan suatu perusahaan. Nilai tukar (kurs) adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beda nilai tukar (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada nilai tukar yang berbeda. Kurs penutup (closing rare) adalah nilai tukar spot pada tanggal neraca. Investasi neto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor dalam aktiva neto suatu entitas asing. Pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia ...\PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.ht

10/17/03

PSAK no 11

Page 3 of 9

Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). PENJELASAN Klasifikasi Kegiatan Usaha Luar Negeri 07 Metode yang digunakan untuk menjabarkan laporan keuangan suatu kegiatan usaha luar negeri tergantung pada cara pendanaan dan operasi perusahaan pelapor. Untuk tujuan ini, kegiatan usaha luar negeri diklasifikasikan baik sebagai "kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dengan operasi perusahaan pelapor" atau sebagai "entitas asing". 08 Suatu kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dengan operasi perusahaan pelapor menjalankan usahanya seolah-olah suatu perluasan dari operasi perusahaan pelapor. Sebagai contoh, suatu kegiatan usaha luar negeri semacam itu mungkin hanya menjual barangbarang yang diimpor dari perusahaan pelapor dan mengirimkan hasilnya ke perusahaan pelapor. Dalam keadaan tersebut, suatu perubahan dalam nilai tukar antara mata uang pelaporan (reporting currency) dengan mata uang kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) memiliki dampak langsung pada arus kas dari operasi perusahaan pelapor. Karenanya, perubahan dalam nilai tukar mempengaruhi masing-masing pos moneter pada kegiatan usaha luar negeri daripada investasi neto perusahaan pelapor dalam operasi tersebut. 09 Sebaliknya, suatu entitas asing mengakumulasikan kas dan pos moneter lainnya, mengadakan pengeluaran, menghasilkan pendapatan atau berhutang, dalam mata uang setempat. Entitas asing mungkin juga melakukan transaksi dalam mata uang asing, termasuk transaksi dalam mata uang perusahaan pelapor. Perubahan dalam nilai tukar hanya sedikit atau bahkan tidak berdampak atas arus kas dari operasi baik sekarang maupun yang akan datang untuk entitas asing maupun perusahaan pelapor. Perubahan dalam nilai tukar mempengaruhi investasi neto perusahaan pelapor dalam entitas asing ketimbang pos-pos moneter dan non-moneter secara individual yang dipegang oleh entitas asing. 10 Indikasi entitas asing (foreign entity) (a) walaupun perusahaan pelapor mungkin mengendalikan kegiatan usaha luar negeri, tetapi masih terdapat tingkat otonomi yang memadai; (b) transaksi-transaksi dengan perusahaan pelapor bukan suatu proporsi besar bagi kegiatan usaha luar negeri; (c) aktivitas operasi luar negeri dibiayai terutama dari operasinya sendiri atau pinjaman lokal, bukan dari perusahaan pelapor; (d) biaya tenaga kerja, bahan baku dan komponen lainnya dari produk atau jasa kegiatan usaha luar negeri terutama dibayar atau diselesaikan dalam mata uang lokal daripada dalam mata uang pelaporan; (e) penjualan kegiatan usaha luar negeri terutama dalam mata uang yang berbeda dengan mata uang pelaporan; dan (f) pengelolaan arus kas mandiri. Penggolongan yang tepat untuk setiap kegiatan usaha pada prinsipnya dapat ditentukan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia ...\PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.ht

10/17/03

PSAK no 11

Page 4 of 9

berdasarkan informasi yang berkaitan dengan indikator tersebut di atas. Kadang-kadang pembedaan suatu kegiatan usaha luar negeri {foreign operation) sebagai suatu entitas asing atau kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dari perusahaan pelapor mungkin tidak jelas, dan memerlukan pertimbangan. Kegiatan Usaha Luar Negeri (Foreign Operation) yang Merupakan Bagian Integral dari Perusahaan Pelapor 11 Laporan keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dari perusahaan pelapor harus dijabarkan dengan menggunakan prosedur sebagaimana dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing, seolah-olah transaksi kegiatan usaha luar negeri tersebut merupakan transaksi perusahaan pelapor sendiri. 12 Masing-masing pos dalam laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri dijabarkan seolah-olah seluruh transaksi telah dilaksanakan sendiri oleh perusahaan pelapor. (a) Biaya perolehan dan beban penyusutan aktiva tetap berwujud, dijabarkan menggunakan kurs tanggal transaksi atau, jika aktiva dinilai dengan nilai wajar, menggunakan kurs pada tanggal penilaian. (b) Biaya persediaan (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 tentang Persediaan) dijabarkan dengan menggunakan kurs pada saat biaya terjadi. (c) Jumlah yang dapat dipulihkan (recoverable amount) atau nilai yang dapat direalisasikan (realisable value) dari suatu aktiva dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat penilaian. Contohnya, apabila nilai realisasi neto dari suatu pos persediaan ditentukan dalam suatu mata uang asing maka jumlah tersebut dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal nilai realisasi neto ditentukan, atau kurs penutup (closing rate) karena biasanya penilaian dilakukan pada saat tanggal neraca. Suatu penyesuaian mungkin diperlukan untuk mengurangi nilai tercatat suatu aktiva dalam laporan keuangan perusahaan pelapor sehingga menjadi jumlah yang terpulihkan atau nilai realisasi neto, meskipun penyesuaian tersebut tidak diperlukan dalam laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri. Sebaliknya, penyesuaian dalam laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri perlu dieliminasi balik (reverse) dalam laporan keuangan perusahaan pelapor. 13 Untuk tujuan praktis, apabila kurs yang sebenarnya sulit diketahui, maka seringkali digunakan kurs rata-rata selama periode yang bersangkutan sebagai dasar penjabaran. Entitas Asing 14 Dalam menjabarkan laporan keuangan suatu entitas asing untuk disatukan/diinkorporasi dengan laporan keuangan perusahaan pelapor, digunakan prosedur sebagai berikut: (a) Aktiva dan kewajiban entitas asing, baik moneter maupun non moneter dijabarkan dengan menggunakan kurs penutup (closing rate). (b) Pendapatan dan beban entitas asing dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. (c) Beda nilai tukar yang terjadi disajikan sebagai "selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan" dan disajikan sebagai bagian dari ekuitas sampai pelepasan investasi neto yang bersangkutan . 15 Berdasarkan pertimbangan praktis, suatu kurs yang mendekati nilai tukar sebenarnya, misalnya

file://C:\P.S.A.K\Indonesia ...\PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.ht

10/17/03

PSAK no 11

Page 5 of 9

kurs rata-rata selama suatu periode, sering kali digunakan untuk menjabarkan pendapatan dan beban suatu entitas asing. 16 Penjabaran laporan keuangan suatu entitas asing mengakibatkan pengakuan beda nilai tukar yang timbul dari: (a) penjabaran pendapatan dan beban dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi dan aktiva serta kewajiban dengan menggunakan kurs penutup; (b) penjabaran saldo awal investasi neto dalam entitas asing dengan kurs yang berbeda dari yang dilaporkan sebelumnya; dan (c) perubahan lain atas ekuitas dalam entitas asing. Beda nilai tukar ini tidak diakui sebagai pendapatan atau beban untuk periode yang bersangkutan, karena perubahan dalam nilai tukar hanya sedikit atau bahkan tidak berdampak atas arus kas dari operasi baik sekarang maupun yang akan datang untuk entitas asing maupun perusahaan pelapor. Bila suatu entitas asing dikonsolidasikan tapi tidak dimiliki seluruhnya, akumulasi beda nilai tukar yang ditimbulkan penjabaran dan teratribusi untuk kepentingan minoritas, dialokasikan dan dilaporkan sebagai suatu bagian dari kepentingan minoritas dalam neraca konsolidasi. 17 Setiap goodwill yang timbul dari akuisisi suatu entitas asing dan setiap penyesuaian nilai wajar terhadap nilai tercatat (carrying value) aktiva dan kewajiban yang timbul sehubungan akuisisi suatu entitas asing diperlakukan dengan salah satu cara sebagai: (a) aktiva dan kewajiban dari entitas asing dan dijabarkan dengan kurs penutup (closing rate) sesuai dengan paragraf 14; atau (b) aktiva dan kewajiban perusahaan pelapor yang telah dinyatakan dalam mata uang pelaporan atau sebagai pos non moneter dalam mata uang asing yang dilaporkan dengan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing paragraf 27 (b). 18 Penyatuan/inkorporasi laporan keuangan entitas asing dalam perusahaan pelapor mengikuti prosedur normal, misalnya pengeliminasian saldo intragroup dan transaksi intragroup dari satu anak perusahaan (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 12 tentang Pelaporan Keuangan mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset). Akan tetapi beda nilai tukar yang timbul pada suatu pos moneter intragroup, baik jangka pendek atau jangka panjang, tidak dapat dieliminasi terhadap saldo intragroup lainnya karena pos moneter menunjukkan suatu komitmen untuk menukar satu mata uang ke mata uang lainnya dan memberikan dampak pada perusahaan pelapor tentang keuntungan atau kerugian karena fluktuasi kurs mata uang. Sehubungan dengan itu, dalam laporan keuangan konsolidasi perusahaan pelapor beda nilai tukar diakui sebagai penghasilan atau beban atau jika timbul karena keadaan seperti dijelaskan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing, paragraf 31, diklasifikasikan sebagai ekuitas hingga pelepasan investasi neto. 19 Jika laporan keuangan suatu entitas asing disusun pada tanggal pelaporan yang berbeda dengan tanggal laporan perusahaan pelapor, untuk tujuan penyatuan laporan keuangan entitas asing seringkali menyusun laporan pada tanggal yang sama dengan perusahaan pelapor. Jika penyesuaian tersebut tidak praktis, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi, laporan keuangan dapat disusun pada tanggal pelaporan yang berbeda selama perbedaan tidak lebih dari tiga bulan. Dalam keadaan tersebut, aktiva dan kewajiban entitas asing dijabarkan dengan nilai tukar pada tanggal neraca entitas asing.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia ...\PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.ht

10/17/03

PSAK no 11

Page 6 of 9

Penyesuaian dilakukan untuk mengungkapkan perubahan nilai tukar yang signifikan yang terjadi sampai dengan tanggal neraca perusahaan pelapor. Pelepasan (Disposal) Suatu Entitas Asing 20 Pada pelepasan (disposal) suatu entitas asing, jumlah kumulatif beda nilai tukar yang telah ditangguhkan dan berkaitan dengan entitas asing tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau sebagai beban dalam periode yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian pelepasan (disposal) diakui. 21 Suatu perusahaan mungkin melepas kepentingannya dalam suatu entitas asing melalui penjualan, likuidasi, pembayaran kembali modal saham, pembebasan seluruh, atau sebagian, dari entitas. Pembayaran dividen hanya dianggap sebagai suatu pelepasan (disposal) jika sebenarnya merupakan pengembalian atas investasi. Dalam keadaan pelepasan sebagian (partial disposal), hanya bagian proporsional akumulasi beda nilai tukar yang diperhitungkan sebagai keuntungan atau kerugian. Penurunan (write down) nilai tercatat suatu entitas asing tidak merupakan suatu pelepasan (disposal) sebagian. Dengan demikian, tidak ada bagian dari keuntungan atau kerugian beda nilai tukar yang ditangguhkan diakui pada waktu pencatatan. Perubahan dalam Klasifikasi Kegiatan Usaha Luar Negeri (Foreign Operation) 22 Jika terdapat perubahan klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri, prosedur penjabaran yang dapat diterapkan pada klasifikasi yang direvisi harus diterapkan sejak tanggal perubahan klasifikasi. 23 Suatu perubahan dalam cara pembiayaan dan operasi suatu kegiatan usaha luar negeri sehubungan dengan perusahaan pelapor dapat menyebabkan perubahan klasifikasi kegiatan usaha luar negeri itu. Jika suatu kegiatan usaha luar negeri yang integral dengan operasi perusahaan pelapor diklasifikasikan kembali sebagai suatu entitas asing, beda nilai tukar yang timbul pada penjabaran aktiva non-moneter pada tanggal pengklasifikasian ulang diklasifikasikan sebagai ekuitas. Jika suatu entitas asing diklasifikasikan ulang sebagai suatu kegiatan usaha luar negeri yang integral dengan operasi perusahaan pelapor, jumlah yang dijabarkan dari pos non moneter pada tanggal perubahan diperlakukan sebagai biaya historis untuk pos-pos tersebut pada tanggal perubahan dan periode berikutnya. Beda nilai tukar yang telah ditangguhkan tidak diakui sebagai pendapatan atau beban hingga pelepasan (disposal) operasi. Pengungkapan 24 Perusahaan harus mengungkapkan beda nilai tukar bersih yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah, dan rekonsiliasi beda nilai tukar tersebut pada awal dan akhir periode. 25 Jika mata uang pelaporan berbeda dengan mata uang negara tempat perusahaan berdomisili, alasan untuk menggunakan mata uang yang berbeda harus diungkapkan. Alasan untuk setiap perubahan dalam mata uang pelaporan juga harus diungkapkan. 26 Jika terdapat suatu perubahan dalam klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, perusahaan harus mengungkapkan: (a) sifat perubahan dalam klasifikasi; (b) alasan perubahan; (c) dampak perubahan atas klasifikasi modal pemegang saham; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia ...\PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.ht

10/17/03

PSAK no 11

Page 7 of 9

(d) dampak pada laba bersih atau kerugian untuk setiap periode sebelumnya jika perubahan klasifikasi terjadi pada periode sebelumnya yang paling awal . 27 Suatu perusahaan harus mengungkapkan metode yang dipilih sesuai dengan paragraf 17 untuk menjabarkan goodwill dan penyesuaian nilai wajar yang timbul pada akuisisi suatu entitas asing. 28 Perusahaan mengungkapkan dampak atas pos-pos moneter mata uang asing atau atas laporan keuangan suatu kegiatan usaha luar negeri sehubungan dengan suatu perubahan dalam nilai tukar yang terjadi setelah tanggal neraca jika perubahan tersebut adalah sedemikian besar sehingga bila tidak diungkapkan akan mempengaruhi kemampuan pembaca laporan keuangan untuk membuat evaluasi dan keputusan yang tepat (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tangga/ Neraca). 29 Pengungkapan juga diperlukan sehubungan dengan kebijakan manajemen risiko mata uang asing.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 11 PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 terdiri i dari paragraf 30 40. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 29. 30 Pernyataan ini harus diterapkan dalam penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri untuk tujuan konsolidasi, atau konsolidasi parsial atau melalui penerapan dengan metode ekuitas. Kegiatan Usaha Luar Negeri yang merupakan bagian dari Perusahaan Pelapor 31 Laporan keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dengan operasi dari perusahaan pelapor harus dijabarkan dengan menggunakan prosedur sebagaimana dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing, seolah-olah transaksi kegiatan usaha luar negeri tersebut merupakan transaksi perusahaan pelapor sendiri. Entitas Asing 32 Dalam menjabarkan laporan keuangan suatu entitas asing untuk disatukan/diinkorporasi dengan laporan keuangan perusahaan pelapor, digunakan prosedur sebagai berikut: (a) Aktiva dan kewajiban entitas asing, baik moneter maupun non moneter dijabarkan dengan menggunakan kurs penutup (closing rate). (b) Pendapatan dan beban entitas asing dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. (c) Beda nilai tukar yang terjadi disajikan sebagai "selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan" dan disajikan sebagai bagian dari ekuitas sampai pelepasan investasi neto yang bersangkutan .

file://C:\P.S.A.K\Indonesia ...\PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.ht

10/17/03

PSAK no 11

Page 8 of 9

Pelepasan (Disposal) Suatu Entitas Asing 33 Pada pelepasan (disposal) suatu entitas asing, jumlah kumulatif beda nilai tukar yang telah ditangguhkan dan berkaitan dengan entitas asing tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau sebagai beban dalam periode yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian pelepasan (disposal) diakui. Perubahan dalam Klasifikasi Kegiatan Usaha Luar Negeri (Foreign Operation) 34 Jika terdapat perubahan klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri, prosedur penjabaran yang dapat diterapkan pada klasifikasi yang direvisi harus diterapkan sejak tanggal perubahan klasifikasi. Pengungkapan 35 Perusahaan harus mengungkapkan beda nilai tukar bersih yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah, dan rekonsiliasi beda nilai tukar tersebut pada awal dan akhir periode. 36 Jika mata uang pelaporan berbeda dengan mata uang negara tempat perusahaan berdomisili, alasan untuk menggunakan mata uang yang berbeda harus diungkapkan. Alasan untuk setiap perubahan dalam mata uang pelaporan juga harus diungkapkan. 37 Jika terdapat suatu perubahan dalam klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, perusahaan harus mengungkapkan: (a) sifat perubahan dalam klasifikasi; (b) alasan perubahan; (c) dampak perubahan atas klasifikasi modal pemegang saham; dan (d) dampak pada laba bersih atau kerugian untuk setiap periode sebelumnya jika perubahan klasifikasi terjadi pada periode sebelumnya yang paling awal . 38 Suatu perusahaan harus mengungkapkan metode yang dipilih sesuai dengan paragraf 17 untuk menjabarkan goodwill dan penyesuaian nilai wajar yang timbul pada akuisisi suatu entitas asing. Masa Transaksi 39 Pada saat Pernyataan ini pertama kali diterapkan, perusahaan harus mengklasifikasikan secara terpisah dan mengungkapkan saldo kumulatif, pada awal periode, beda nilai tukar yang ditangguhkan dan diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam periode sebelumnya, kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Dalam hal tersebut maka perlu dijelaskan alasannya. Tanggal Efektif 40 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia ...\PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.ht

10/17/03

PSAK no 11

Page 9 of 9

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia ...\PSAK 11 Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.ht

10/17/03

PSAK no 12

Page 1 of 8

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 12 PELAPORAN KEUANGAN MENGENAI BAGIAN PARTISIPASI DALAM PENGENDALIAN BERSAMA OPERASI DAN ASET

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 12 tentang Pelaporan Keuangan Mengenai Partisipasi (Interest) Dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset (Jointly Controlled Operations And Jointly Controlled Assets) disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi untuk bagian partisipasi (interest) pada joint ventures, dan pelaporan aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban dalam laporan keuangan para venturer dan para investor. Ruang Lingkup

...\PSAK 12 Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi 10/17/03 d

PSAK no 12

Page 2 of 8

01 Pernyataan ini mengatur: (a) Perlakuan akuntansi atas bagian partisipasi (interest) pada pengendalian bersama operasi (PBO) dan pelaporan pendapatan bersama; (b) Perlakuan akuntansi atas bagian partisipasi (interest) pada pengendalian bersama aset (PBA) dan pelaporan aktiva, kewajiban, beban dan pendapatan bersama. 02 Pernyataan ini tidak mengatur perlakuan akuntansi atas bagian partisipasi (interest) pada pengendalian bersama entitas hukum (jointly controlled entities). Definisi 03 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Joint Ventures adalah perjanjian kontraktual antara dua atau lebih pihak untuk melaksanakan kegiatan ekonomi yang dikendalikan bersama. Pengendalian (Control) adalah wewenang (power) untuk mengatur dan menentukan kebijakan keuangan dan operasi dari suatu kegiatan usaha dengan tujuan untuk mendapat manfaat dari kegiatan tersebut. Pengendalian bersama (joint control) adalah pengendalian bersama oleh para venturer atas suatu kegiatan usaha yang didasarkan pada perjanjian kontraktual. Pengaruh signifikan adalah wewenang untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan keuangan dan operasi, walaupun tidak dapat melakukan pengendalian atau pengendalian bersama terhadap kebijakan tersebut. Venturer adalah salah satu pihak dalam joint ventures yang ikut melakukan pengendalian bersama terhadap joint ventures tersebut. Investor dalam suatu joint ventures adalah salah satu pihak dalam joint ventures yang tidak ikut melakukan pengendalian bersama terhadap joint ventures tersebut. Proportionate consolidation adalah suatu metode akuntansi dan pelaporan keuangan dimana atas setiap aset, kewajiban, pendapatan dan beban dari suatu joint ventures digabungkan satu persatu (line-by-line) dengan unsur yang sama dengan laporan keuangan venturer. Metode ekuitas adalah metode akuntansi dan pelaporan keuangan dimana bagian partisipasi (interest) pada suatu joint ventures pada awalnya dibukukan sebesar biaya perolehan (cost) dan selanjutnya disesuaikan terhadap perubahan dalam bagian venturer atas aset bersih (net asset) dari joint ventures yang terjadi setelah perolehan (post acquisition). Laporan laba rugi mencerminkan bagian venturer atas hasil usaha joint venture. PENJELASAN 04 Joint ventures dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (forms) dan struktur (structures). Pernyataan ini hanya mengatur dua jenis umum joint ventures, yaitu pengendalian bersama operasi (jointly controlled operation), dan pengendalian bersama aset (jointly controlled asset), yang secara umum memenuhi definisi joint ventures. Ciri-ciri umum dari suatu joint ventures adalah sebagai berikut:

...\PSAK 12 Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi 10/17/03

PSAK no 12

Page 3 of 8

(a) dua atau lebih venturer diikat oleh suatu perjanjian kontraktual (contractual arrangement); dan (b) perjanjian kontraktual tersebut menciptakan pengendalian bersama (joint control). Walaupun suatu entitas hukum yang dikendalikan bersama (jointly controlled entity) memenuhi definisi joint ventures, akan tetapi perlakuan akuntansinya bagi para venturer dan investors di luar cakupan Pernyataan ini. Perjanjian Kontraktual (Contractual Arrangement) 05 Keberadaan perjanjian kontraktual membedakan joint ventures dengan investasi dalam perusahaan asosiasi yang investornya mempunyai pengaruh signifikan (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang Akuntansi Untuk Investasi Dalam Perusahaan Asosiasi). Aktivitas yang tidak disertai dengan perjanjian kontraktual yang menciptakan pengendalian bersama (joint control) tidak merupakan joint ventures menurut Pernyataan ini. 06 Perjanjian kontraktual dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya dengan suatu kontrak antara para venturer atau dengan notulen rapat antara para venturer. Apapun bentuknya, perjanjian kontraktual biasanya tertulis dan mengatur hal-hal tertentu seperti: (a) aktivitas, jangka waktu dan kewajiban pelaporan dari joint ventures tersebut; (b) penunjukan pengurus joint ventures dan hak suara para venturer; (c) partisipasi finansial masing-masing venturer; (d) cara pembagian output, pendapatan, beban atau hasil usaha joint ventures kepada para venturer. 07 Perjanjian kontraktual menciptakan pengendalian bersama terhadap joint ventures. Persyaratan tersebut menghendaki agar tidak ada satupun venturer yang dapat mengendalikan sendiri aktivitas tersebut. Perjanjian tersebut mengatur pengambilan keputusan penting yang memerlukan persetujuan dari seluruh venturer dan pengambilan keputusan yang cukup mendapat persetujuan mayoritas para venturer. 08 Perjanjian kontraktual tersebut dapat menunjuk salah satu venturer sebagai operator atau manager joint ventures. Operator tersebut tidak mengendalikan joint ventures, tetapi melaksanakan kebijakan keuangan dan operasi yang telah disetujui oleh seluruh venturer sesuai dengan perjanjian kontraktual. Pengendalian Bersama Operasi (Jointly Controled Operation ) 09 Dalam Pengendalian Bersama Operasi (PBO) kegiatan joint ventures meliputi pemanfaatan aset dan sumber daya lainnya dari para venturer dan tidak memerlukan pembentukan suatu perseroan terbatas, firma, atau badan usaha lain atau suatu pengelolaan keuangan yang terlepas dari ventures. Masing-masing venturer menggunakan aktiva tetapnya, dan mengelola sendiri persediaannya. Masing-masing venturer juga memikul pengeluarannya, menyelesaikan kewajibannya serta mencari sumber pendanaan untuk aktivitasnya sendiri. Aktivitas joint ventures dapat dilakukan oleh karyawan venturer yang juga melakukan aktivitas lainnya dari venturer sendiri. Perjanjian joint ventures biasanya mengatur cara pembagian pendapatan dari penjualan produk bersama (joint product) dan pembagian beban bersama lainnya yang terjadi.

...\PSAK 12 Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi 10/17/03

PSAK no 12

Page 4 of 8

10 Contoh dari PBO adalah bila dua atau lebih venturer menggabungkan operasi, sumber daya dan keahliannya dalam rangka memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan bersama suatu produk tertentu, misalnya pesawat terbang. Proses produksi komponen pesawat tertentu dilakukan oleh masing-masing venturer. Setiap venturer memikul biayanya sendiri dan memperoleh bagian dari hasil penjualan pesawat terbang sesuai dengan cara pembagian yang telah disepakati dalam perjanjian kontraktual. 11 Sehubungan dengan bagian partisipasi (interest) venturer pada PBO, setiap venturer membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya masing-masing: (a) aktiva yang dikendalikannya sendiri dan kewajiban yang timbul atas aktivitasnya sendiri; dan (b) beban (expenses) yang terjadi atas aktivitasnya sendiri dan bagiannya (its share) atas pendapatan bersama dari penjualan barang dan jasa oleh joint ventures tersebut. 12 Laporan keuangan tersendiri untuk joint venture wajib disusun apabila jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktual . Pengendalian Bersama Aset (Jointly Controlled Assets) 13 Dalam Pengendalian Bersama Aset (PBA), para venturer melakukan pengendalian bersama dan kepemilikan bersama atas satu atau lebih aset yang diserahkan oleh venturer, atau dibeli untuk digunakan dalam melaksanakan kegiatan joint venture. Aset tersebut digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi para venturer. Masing-masing venturer dapat mengambil bagiannya (its share) atas output yang dihasilkan oleh aset tersebut dan masing-masing memikul bagiannya atas beban yang terjadi . 14 Dalam pelaksanaan joint ventures semacam ini; tidak perlu didirikan suatu perseroan terbatas, firma, atau bagian usaha lain. Masing-masing venturer dapat menikmati bagiannya atas hasil pemanfaatan aset tersebut pada masa mendatang melalui bagiannya dalam pengendalian bersama aset tersebut. 15 Banyak aktivitas dalam industri penambangan minyak, gas dan mineral yang dilaksanakan melalui PBA; misalnya, beberapa perusahaan minyak dapat mengendalikan dan mengoperasikan bersama saluran minyak (oil pipeline). Masing-masing venturer menggunakan saluran tersebut untuk mengangkut produknya dan memikul bagiannya atas beban pengoperasian saluran tersebut dalam proporsi yang telah disetujui. Contoh lain pengendalian bersama aset adalah bila dua perusahaan mengendalikan bersama suatu properti, masing-masing venturer mendapat bagian atas pendapatan sewa dan memikul bagiannya atas beban yang terjadi. 16 Sehubungan dengan bagian partisipasi (interest) venturer dalam pengendalian bersama aset, setiap venturer membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya masing-masing: (a) bagiannya (share) atas aset yang dikendalikan bersama, diklasifikasikan menurut sifat dari aset tersebut, bukan sebagai investasi. Sebagai contoh bagiannya atas saluran minyak diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. (b) setiap kewajiban yang menjadi tanggungannya sendiri, misalnya pinjaman bank yang digunakannya untuk membiayai partisipasinya pada joint venture; (c) bagiannya (share) atas setiap kewajiban bersama yang ditanggung bersama oleh para para venturer sehubungan dengan joint ventures;

...\PSAK 12 Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi 10/17/03

PSAK no 12

Page 5 of 8

(d) bagiannya (share) atas output joint ventures, dan bagiannya atas beban bersama yang terjadi pada joint ventures tersebut; dan (e) beban yang menjadi tanggungannya sendiri sehubungan dengan partisipasinya dalam joint ventures, misalnya bunga atas pinjaman bank yang digunakan untuk membiayai partisipasinya pada joint venture. 17 Perlakuan akuntansi PBA mencerminkan substansi dan realitas ekonomi dan bentuk formal joint ventures. Pembukuan tersendiri untuk joint ventures tersebut dapat dibatasi misalnya pada beban bersama yang terjadi yang akhirnya harus ditanggung bersama oleh para para venturer sesuai dengan pembagian yang telah disepakati. Laporan keuangan tersendiri wajib disusun untuk joint ventures tersebut apabila jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktual. Transaksi antara venturer dan Joint Ventures 18 Apabila venturer menyerahkan atau menjual suatu aset kepada joint ventures, pengakuan keuntungan atau kerugian harus merefleksikan substansi dari transaksi tersebut. Apabila aset tersebut masih dalam penguasaan joint venture, dan venturer telah mentransfer resiko dan manfaat yang signifikan atas aset tersebut, maka venturer tersebut hanya mengakui keuntungan penjualan sebesar bagian partisipasi (interest) venturer lainnya. Venturer harus mengakui seluruh kerugian apabila akibat penyerahan atau penjualan aset tersebut terdapat bukti terjadinya penurunan nilai realisasi neto (net realisable value) aktiva lancar atau penurunan yang tidak bersifat sementara (other than temporary) nilai tercatat (carrying amount) aset jangka panjang. 19 Apabila venturer membeli aset dari suatu joint ventures, venturer tidak boleh mengakui bagiannya baik atas keuntungan maupun kerugian joint ventures dari transaksi tersebut sampai saat aset tersebut dijual oleh venturer kepada pihak lain yang independen. Apabila akibat pembelian aset tersebut terdapat bukti bahwa terjadi penurunan nilai realisasi neto (net realisable value) aktiva lancar atau penurunan yang tidak bersifat sementara (other than temporary) nilai tercatat (carrying amount} aset jangka panjang, maka venturer harus mengakui segera bagiannya atas kerugian tersebut. Pelaporan Bagian Partisipasi (Interest) dalam laporan Keuangan Investor 20 Bagian partisipasi (interest) investor dalam suatu joint venture, yang tidak ikut melakukan joint control, diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi, atau jika investor mempunyai pengaruh signifikan, diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi. Operator Joint Ventures 21 Satu atau lebih venturer dapat bertindak sebagai operator atau manajer dari suatu joint ventures. Kepada operator biasanya dibayarkan suatu imbalan (management fee) untuk pelaksanaan tugas tersebut. Imbalan tersebut dipertanggungjawabkan joint ventures sebagai beban dan sebaliknya diakui oleh operator sebagai pendapatan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 tentang Pendapatan. Pengungkapan 22 Venturer harus mengungkapkan jumlah agregat dari kontinjensi berikut ini, terpisah dari

...\PSAK 12 Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi 10/17/03

PSAK no 12
kontinjensi lainnya dari venturer:

Page 6 of 8

(a) setiap kontinjensi yang timbul akibat bagian partisipasi (interest) venturer pada joint ventures dan bagiannya atas kontinjensi yang timbul akibat tindakannya yang dilakukan secara bersama sama dengan para venturer lainnya; (b) bagiannya atas kontinjensi joint ventures apabila venturer tersebut ikut bertanggung jawab atas kontinjensi tersebut; dan (c) kontinjensi yang timbul karena venturer ikut menanggung kewajiban venturer lainnya. 23 Venturer harus mengungkapkan jumlah agregat komitmen berikut ini, terpisah dari komitmen lainnya dari venturer: (a) komitmen modal/finansial venturer sehubungan dengan bagian partisipasinya (interest) pada joint ventures dan penyetoran atau penyetoran modal yang telah dilakukannya pada joint ventures; (b) bagiannya atas komitmen modal/finansial yang dibuat oleh joint ventures. 24 Agar pemakai laporan keuangan venturer memperoleh pemahaman yang jelas mengenai aktivitasnya; venturer harus mengungkapkan daftar dan deskripsi bagian partisipasinya (interest) yang signifikan pada joint ventures.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 12 PELAPORAN KEUANGAN MENGENAI BAGIAN PARTISIPASI (INTEREST) DALAM PENGENDALIAN BERSAMA OPERASI DAN ASET (JOINTLY CONTROLLED OPERATIONS AND JOINTLY CONTROLLED ASSET) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 12 terdiri dari paragraf 25-34. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-24. Pelaporan Badan Partisipasi (Interest) pada Pengendalian Bersama Operasi (Jointly Controlled Operations) 25 Sehubungan dengan bagian partisipasinya pada PBO, venturer harus membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya: (a) aset yang dikendalikannya sendiri dan kewajiban yang timbul atas aktivitasnya sendiri; dan (b) beban yang terjadi oleh venturer sendiri dan bagiannya atas pendapatan yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa oleh joint ventures. 26 Laporan keuangan tersendiri untuk joint venture wajib disusun apabila jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktual . Pelaporan Bagian Partisipasi (Interest) pada Pengendalian Bersama Aset 27 Sehubungan dengan bagian partisipasinya pada PBA, venturer harus membukukan dan

...\PSAK 12 Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi 10/17/03

PSAK no 12
menyajikan dalam laporan keuangannya:

Page 7 of 8

(a) bagiannya (interest) atas aset yang dikendalikan bersama, diklasifikasikan menurut sifat dari aset tersebut; (b) kewajiban yang timbul dan menjadi kewajiban venturer sendiri; (c) bagiannya atas kewajiban bersama yang timbul bersama sama dengan venturer lain sehubungan dengan joint ventures; (d) bagiannya atas output joint ventures, dan bagiannya atas beban bersama joint ventures tersebut; dan (e) beban yang terjadi yang menjadi tanggungan venturer sendiri yang berkaitan dengan bagian partisipasinya (interest) dalam joint ventures. Apabila penerapan metode proportionate consolidation tersebut di atas tidak praktis untuk diterapkan, maka venturer dapat menggunakan metode ekuitas (equity method) untuk membukukan dan menyajikan partisipasinya pada PBA. 28 Laporan keuangan tersendiri wajib disusun untuk joint ventures tersebut apabila jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktual. Transaksi antara Venturer dan Joint Ventures 29 Apabila venturer menyerahkan atau menjual suatu dengan kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktual. aset kepada joint ventures, pengakuan keuntungan atau kerugian harus merefleksikan substansi dari transaksi tersebut. Apabila aset tersebut masih dalam penguasaan joint venture, dan venturer telah mentransfer risiko dan manfaat yang signifikan atas aset tersebut, maka venturer tersebut hanya mengakui keuntungan penjualan sebesar bagian partisipasi (interest) venturer lainnya. Venturer harus mengakui seluruh kerugian apabila akibat penyerahan atau penjualan aset tersebut terdapat bukti terjadinya penurunan nilai realisasi neto (net realisable value) aktiva lancar atau penurunan yang tidak bersifat sementara (other than temporary) nilai tercatat (carrying amount) aset jangka panjang. 30 Apabila venturer membeli aset dari suatu joint ventures, venturer tidak boleh mengakui bagiannya baik atas keuntungan maupun kerugian joint ventures dari transaksi tersebut sampai saat aset tersebut dijual oleh venturer kepada pihak lain yang independen. Apabila akibat pembelian aset tersebut terdapat bukti bahwa terjadi penurunan nilai realisasi neto (net realisable value) aktiva lancar atau penurunan yang tidak bersifat sementara (other than temporary) nilai tercatat (carrying amount) aset jangka panjang, maka venturer harus mengakui segera bagiannya atas kerugian tersebut. Pelaporan Bagian Partisipasi (Interest) dalam Laporan Keuangan Investor 31 Bagian partisipasi (interest) investor dalam suatu joint venture, yang tidak ikut melakukan joint control, diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi, atau jika investor mempunyai pengaruh signifikan, diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi. Operator Joint Ventures

...\PSAK 12 Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi 10/17/03

PSAK no 12

Page 8 of 8

32 Operator atau manajer suatu joint ventures mempertanggungjawabkan imbalan (management fee) yang diterimanya sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 tentang Pendapatan. Pengungkapan 33 Venturer harus mengungkapkan jumlah agregat dari kontinjensi berikut ini, terpisah dari kontinjensi lainnya dari venturer: (a) setiap kontinjensi yang timbul akibat bagian partisipasi (interest) venturer pada joint ventures dan bagiannya atas kontinjensi yang timbul akibat tindakannya yang dilakukan secara bersama sama dengan para venturer lainnya; (b) bagiannya atas kontinjensi joint ventures dimana venturer tersebut ikut bertanggung jawab; dan (c) kontinjensi yang timbul karena venturer ikut menanggung kewajiban venturer lainnya. 34 Venturer harus mengungkapkan jumlah agregat komitmen berikut ini, terpisah dari komitmen lainnya dari venturer: (a) komitmen modal/finansial venturer sehubungan dengan bagian partisipasinya (interest) pada joint ventures dan penyetoran atau penyetoran modal yang telah dilakukannya pada joint ventures; (b) bagiannya atas komitmen modal/finansial yang dibuat oleh joint ventures. 35 Agar pemakai laporan keuangan venturer memperoleh pemahaman yang jelas mengenai aktivitasnya, venturer harus mengungkapkan daftar dan deskripsi bagian partisipasinya (interest) yang signifikan pada joint ventures. Tanggal Efektif 36 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

Navigation

...\PSAK 12 Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi 10/17/03

PSAK no 13

Page 1 of 10

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 tentang Akuntansi Untuk Investasi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk investasi dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya . Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini mengatur perlakuan akuntansi untuk investasi dalam laporan keuangan perusahaan dan persyaratan pengungkapan yang berhubungan. 02 Pernyataan ini tidak mengatur:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 13

Page 2 of 10

(a) dasar pengakuan atas bunga, royalti, dividen dan sewa yang dihasilkan oleh investasi, yang telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 tentang Pendapatan, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha; (b) investasi pada anak perusahaan; (c) investasi pada perusahaan asosiasi dan joint venture; (d) goodwill, hak paten, trademarks dan aktiva yang serupa; (e) finance leases sebagaimana yang didefinisikan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha; dan (f) investasi Dana Pensiun dan perusahaan asuransi jiwa. Definisi 03 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi. Investasi Lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang. Investasi Jangka Panjang adalah investasi selain investasi lancar. Investasi Properti adalah investasi pada tanah atau bangunan yang tidak digunakan atau dioperasikan oleh perusahaan yang berinvestasi atau perusahaan lain dalam grup yang sama dengan perusahaan yang berinvestasi. Investasi Dagang adalah investasi yang ditujukan untuk mempermudah atau mempertahankan bisnis atau hubungan perdagangan. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam pasar yang aktif. Dapat dipasarkan berarti terdapat suatu pasar yang aktif darimana suatu nilai pasar (atau beberapa indikator yang memungkinkan nilai pasar dihitung) tersedia. PENJELASAN Bentuk Investasi 04 Perusahaan melakukan investasi dengan alasan yang berbeda-beda. Bagi beberapa

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 13

Page 3 of 10

perusahaan, aktivitas investasi merupakan unsur penting dari operasi perusahaan, dan penilaian kinerja perusahaan mungkin sebagian besar, atau seluruhnya bergantung pada hasil yang dilaporkan mengenai aktivitas ini. Beberapa perusahaan melakukan investasi sebagai cara untuk menempatkan kelebihan dana dan beberapa perusahaan lain melakukan perdagangan investasi untuk mempererat hubungan bisnis atau memperoleh suatu keuntungan perdagangan. 05 Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakekat suatu investasi dapat berupa hutang, selain hutang jangka pendek atau hutang dagang, atau instrumen ekuitas. Pada umumnya investasi memiliki hak finansial, sebagian berwujud seperti investasi tanah, bangunan, emas, berlian atau komoditi lain yang dapat dipasarkan. 06 Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar yang aktif yang dapat membentuk nilai pasar. Untuk jenis investasi tersebut, nilai pasar digunakan sebagai indikator penetapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif, cara lain digunakan untuk menentukan nilai wajar. Pengklasifikasian Investasi 07 Kebanyakan perusahaan menyajikan neraca yang membedakan aktiva lancar dengan aktiva jangka panjang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 9 tentang Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek. Investasi lancar termasuk dalam aktiva lancar. Kenyataan bahwa investasi yang dapat dipasarkan telah dimiliki lebih dari satu tahun tidak membatasi penyajiannya sebagai aktiva lancar. 08 Investasi yang dimiliki terutama untuk melindungi, mempermudah atau mempertahankan bisnis atau hubungan perdagangan, sering disebut investasi dagang, tidak dilakukan dengan maksud bahwa investasi tersebut akan tersedia sebagai sumber kas tambahan sehingga digolongkan sebagai aktiva jangka panjang. Investasi lain, seperti investasi pada properti, dimaksudkan untuk dimiliki selama beberapa tahun untuk mendapatkan penghasilan dan capital gain. Oleh karena itu investasi tersebut digolongkan sebagai aktiva jangka panjang meskipun dapat dipasarkan . 09 Beberapa perusahaan tidak membedakan antara aktiva lancar dan jangka panjang, dan perusahaan lain mungkin disyaratkan oleh peraturan untuk mengadopsi format neraca yang tidak diklasifikasikan (unclassified). Banyak perusahaan seperti itu bergerak dalam bidang keuangan, seperti bank dan perusahaan asuransi . Biaya Investasi 10 Biaya perolehan suatu investasi mencakup biaya perolehan lain di samping harga beli, seperti komisi broker, jasa bank dan pungutan oleh bursa efek. 11 Jika suatu atau sebagian investasi diperoleh dengan penerbitan saham atau surat berharga lain, maka biaya perolehannya adalah nilai wajar dari surat berharga yang diterbitkan dan bukan nilai nominal atau par value. Jika suatu atau sebagian investasi diperoleh dengan pertukaran dengan aktiva yang lain, biaya perolehan investasi tersebut ditentukan dengan mengacu pada nilai wajar dari aktiva yang diserahkan. Dapat juga digunakan nilai wajar dari aktiva yang diperoleh apabila dianggap lebih andal berdasarkan data/bukti yang tersedia. 12 Piutang bunga, royalti, dividen dan sewa sehubungan dengan suatu investasi secara umum dianggap sebagai penghasilan (return) investasi tersebut. Tetapi, dalam keadaan tertentu, arus masuk seperti itu dapat merupakan suatu pemulihan biaya dan tidak merupakan penghasilan. Misalnya, jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian investasi yang berbunga dan oleh karena itu dimasukkan dalam biaya perolehan yang dibayar untuk investasi tersebut, penerimaan berikutnya dari bunga dialokasikan antara periode sebelum dan sesudah pembelian;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 13

Page 4 of 10

bagian sebelum pembelian dikurangi dari biaya perolehan. Jika dividen dideklarasikan dari laba pra akuisisi, maka dividen pra akuisisi tersebut dikurangkan dari biaya perolehan. Jika sulit untuk membuat alokasi semacam itu, kecuali dengan dasar arbitrer, biaya suatu investasi biasanya dikurangi dengan piutang dividen apabila dapat diyakinkan bahwa dividen tersebut merupakan pemulihan biaya (cost recovery). 13 Perbedaan antara biaya perolehan dan nilai penebusan (redemption value) suatu investasi dalam sekuritas hutang (diskonto atau premi pada pembelian) biasanya diamortisasi oleh investor selama periode dari pembelian sampai saat jatuh tempo sehingga hasil yang konstan (constant yield) diperoleh dari investasi tersebut. Diskonto atau premi yang diamortisasi tersebut dikreditkan atau dibebankan pada penghasilan bunga, dan sehingga merupakan penambahan atau pengurangan dari nilai tercatat sekuritas (carrying value) tersebut. Nilai tercatat yang dihasilkan, selanjutnya dianggap sebagai harga perolehan. Nilai Tercatat Investasi (Carrying Amount of Investment) Investasi Lancar 14 Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai nilai tercatat yang tepat untuk investasi lancar. Sebagian pendapat menekankan bahwa, untuk laporan keuangan yang dipersiapkan menurut biaya perolehan, aturan umum tentang biaya dan nilai bersih yang direalisasi yang mana yang lebih rendah dapat diterapkan pada investasi; dan karena kebanyakan investasi lancar dapat dipasarkan, nilai tercatatnya adalah biaya atau nilai pasar yang mana yang lebih rendah. Pendukung metode penentuan nilai tercatat ini berpendapat bahwa metode tersebut memberikan nilai neraca yang wajar (prudent) dan tidak menyebabkan pengakuan keuntungan yang tidak direalisasi dalam penghasilan. 15 Pendapat lain mengatakan bahwa, karena investasi lancar merupakan kekayaan yang siap direalisasikan, atau suatu substitusi kas, maka adalah tepat untuk menilai mereka pada nilai wajar, biasanya pada nilai pasar. Perusahaan tidak memperhatikan unsur harga perolehan melainkan kas yang dapat diperoleh dengan menjualnya kembali. Investasi lancar dibedakan dari persediaan karena investasi lancar pada umumnya dapat dijual dengan mudah, sedangkan biasanya tidak tepat untuk mengakui laba pada penjualan persediaan sebelum penjualan tersebut dipastikan. Setiap investasi dapat dilepaskan oleh bisnis tersebut - misalnya sebuah investasi ekuitas dapat dijual dan hasilnya diinvestasikan kembali dalam deposito- bank tanpa menimbulkan kerugian bagi bisnis tersebut - dan oleh karena itu adalah pantas untuk melaporkan investasi tersebut pada nilai pasar. 16 Pada umumnya, perhatian suatu perusahaan adalah pada nilai keseluruhan dari portofolio investasi lancar, dan bukan pada investasi individual, karena investasi tersebut dimiliki secara kolektif sebagai tempat penyimpanan kekayaan . Konsisten dengan pandangan ini, investasi yang dicatat pada biaya atau nilai pasar yang mana yang lebih rendah dinilai pada suatu dasar portofolio agregat, dalam total atau dengan kategori investasi, dan tidak pada basis investasi individual. Namun, yang lain berpendapat bahwa penggunaan dasar portofolio menghasilkan kerugian yang dikompensasi dengan keuntungan yang tidak direalisasi. Investasi Jangka Panjang 17 Investasi jangka panjang biasanya dicatat pada biaya perolehan. Namun, jika terdapat penurunan yang tidak bersifat sementara dalam penilaian investasi jangka panjang tersebut, nilai tercatat dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut. Indikator nilai suatu investasi dapat diperoleh dengan mengacu pada nilai pasarnya, aktiva dan kinerja investee serta arus kas yang diharapkan dari investasi tersebut. Risiko dan jenis serta penyertaan (stake) investor pada investee juga diperhitungkan. Pembatasan distribusi oleh (misalnya: pembayaran dividen atau pembayaran kembali investasi) investee tersebut atau pelepasan investasi oleh investor mungkin

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 13
mempengaruhi investasi.

Page 5 of 10

18 Banyak investasi jangka panjang yang secara individual penting bagi perusahaan yang melakukan investasi. Nilai tercatat dari investasi jangka panjang karenanya, biasanya ditentukan secara individual. Namun, dari beberapa negara, sekuritas ekuitas mudah dipasarkan yang diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang dapat dinilai menurut yang terendah antara biaya dan nilai pasar yang ditentukan pada basis portofolio. Dalam hal ini, penurunan sementara dan pemulihan atas penurunan tersebut dimasukkan dalam ekuitas. 19 Penurunan selain penurunan sementara dalam nilai tercatat investasi jangka panjang dibebankan pada laporan laba rugi. Penurunan nilai tercatat dapat dipulihkan jika selanjutnya terdapat kenaikan dalam nilai investasi tersebut, atau jika alasan penurunan tersebut tidak relevan lagi. Pemulihan tersebut tidak boleh menyebabkan nilai investasi melebihi biaya perolehannya semula (original cost). 20 Investasi properti lazimnya dicatat sebagai investasi jangka panjang, kecuali apabila dimaksudkan untuk dimiliki dalam waktu 1 (satu) tahun atau kurang. Investasi properti tidak boleh disajikan sebagai bagian dari aktiva tetap dan tidak boleh disusutkan. Pelepasan Investasi (Disposal of Investment) 21 Pelepasan investasi dapat terjadi karena penjualan, kerusakan, bencana, peraturan pemerintah dan sebagainya sehingga tidak dapat digunakan lagi oleh perusahaan. Pada penjualan suatu investasi, selisih antara nilai tercatat dan hasil neto, diakui pada laporan laba rugi sebagai keuntungan atau kerugian penjualan. 22 Setiap penurunan nilai pasar investasi lancar yang dicatat pada yang terendah antara biaya dan nilai pasar pada dasar portofolio dilakukan terhadap biaya perolehan secara agregat; investasi individual tetap dicatat pada biaya. Dengan demikian, laba atau rugi penjualan suatu investasi individual didasarkan pada biaya perolehan; namun penurunan agregat pada nilai pasar dari portofolio tersebut perlu ditentukan. 23 Bila pelepasan sebagian dari investasi tertentu yang dimiliki suatu perusahaan nilai tercatat harus dialokasikan pada bagian yang dijual. Nilai tercatat ini biasanya ditentukan dari nilai tercatat rata-rata dari total investasi. Pemindahan Investasi 24 Kadang-kadang investasi jangka panjang direklasifikasi sebagai investasi lancar. Pemindahan tersebut dilakukan berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dari nilai tercatat jika investasi lancar dicatat pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar. 25 Investasi yang direklasifikasi dari lancar ke jangka panjang masing-masing dipindahkan berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar. Perubahan Investasi dalam Suatu Portfolio 26 Suatu perusahaan dengan aktivitas investasi yang signifikan biasanya selalu mempunyai suatu portofolio investasi yang diperdagangkan secara tetap. Dalam melakukan perdagangan, perusahaan tersebut berusaha meningkatkan kualitas dan hasil portofolio investasi. Dalam pelepasan investasi tertentu dana yang diperoleh tersedia untuk reinvestasi atau mungkin tetap sebagai unsur kas dalam portofolio tersebut. Laporan Laba Rugi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 13

Page 6 of 10

27 Beberapa perusahaan yang mencatat investasi lancar berdasarkan nilai pasar dengan alasan bahwa investasi tersebut adalah tempat penyimpanan kekayaan bersih mengakui setiap keuntungan dan kerugian akibat fluktuasi nilai pasar sebagai unsur penghasilan yang dipertanggungjawabkan dalam laporan laba rugi bersama -sama dengan laba dan rugi pada pelepasan. Namun, di beberapa negara keuntungan semacam itu tidak dibolehkan untuk dimasukkan dalam penghasilan melainkan dikredit langsung ke modal pemilik dan dipertanggungjawabkan dengan jalan yang sama dengan surplus revaluasi pada investasi jangka panjang. 28 Jika investasi lancar dicatat pada metode terendah antara biaya dan nilai pasar, setiap penurunan nilai pasar dan setiap kebalikan dari penurunan tersebut dimasukkan dalam laporan laba rugi bersama dengan laba dan rugi pelepasan. 29 Setiap penurunan nilai tercatat secara permanen dalam nilai investasi jangka panjang, dan pemulihan dari penurunan tersebut, dan laba dan rugi pada pelepasan investasi jangka panjang, dimasukkan dalam penghasilan dan disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. Perusahaan yang Berspesialisasi pada Investasi 30 Ada perusahaan yang berspesialisasi pada investasi yang bisnis utamanya adalah memiliki suatu portofolio dari sekuritas yang dapat dipasarkan sebagai alat investasi bagi pemegang sahamnya. Perusahaan-perusahaan ini mencatat investasinya pada nilai wajar, biasanya nilai pasar, karena merupakan dasar yang paling tepat dalam keadaan tersebut. Perusahaan menganggap laba dan rugi yang belum direalisasi pada investasi mereka merupakan hal yang sama substansinya dengan keuntungan dan rugi yang belum direalisasi dan karenanya mempertanggungjawabkannya dengan cara yang sama. Perusahaan-perusahaan tersebut mengungkapkan ikhtisar semua mutasi dalam nilai investasi untuk periode tertentu. 31 Anggaran Dasar perusahaan-perusahaan ini melarang distribusi seperti dividen dari laba pada pelepasan investasi dan mensyaratkan suatu pembedaan yang tegas antara penghasilan yang timbul dari bunga dan dividen dan keuntungan atau rugi yang timbul dari pelepasan investasi. Karenanya, perusahaan-perusahaan ini mengeluarkan semua perubahan nilai investasi baik yang direalisasi maupun yang tidak dari penghasilan . Pengungkapan 32 Pengungkapan berikut adalah tepat: (a) kebijakan akuntansi untuk: (i) penentuan nilai tercatat dari investasi, (ii) perlakuan perubahan dalam nilai pasar investasi lancar yang dicatat pada nilai pasar, dan (b) jumlah signifikan yang dilaporkan sebagai penghasilan investasi untuk: (i) bunga, royalti, dividen dan sewa pada investasi jangka panjang dan lancar, dan (ii) laba dan rugi pada pelepasan investasi lancar dan perubahan dalam nilai investasi tersebut; (c) nilai pasar dari investasi yang dapat dipasarkan jika tidak dicatat dalam nilai pasar;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 13

Page 7 of 10

(d) nilai wajar dari investasi properti jika dipertanggungjawabkan sebagai investasi jangka panjang dan tidak dicatat pada nilai wajar; (e) pembatasan yang signifikan pada kemampuan realisasi investasi atau pengiriman uang dari penghasilan dan hasil pelepasan; (f) untuk investasi jangka panjang yang dinyatakan pada jumlah yang dinilai kembali: (i) kebijakan untuk kekerapan revaluasi, (ii) tanggal revaluasi yang terakhir, (g) untuk perusahaan yang bisnis utamanya adalah mengelola investasi analisa portofolio investasi. 33 Pengungkapan berikut dapat diberikan untuk membantu pemahaman pembaca mengenai laporan keuangan: (a) suatu analisa investasi jangka panjang menurut kategorinya; (b) penilaian mengenai nilai wajar investasi yang tidak dapat dipasarkan; (c) bilamana investasi tidak dapat dipasarkan, metode perbandingan dengan biaya, yang dapat diterapkan; perkiraan nilai digunakan untuk

(d) jumlah setiap surplus revaluasi sebelumnya yang berhubungan dengan investasi yang dilepas selama tahun tersebut dan yang telah didistribusikan sebelumnya atau dikonversikan ke dalam modal saham; dan (e) rincian dari setiap investasi tunggal yang menunjukkan proporsi yang signifikan dalam pelaporan aktiva perusahaan.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 terdiri dari paragraf 34 - 46. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 33. 34 Perusahaan harus mempertanggungjawabkan investasi sesuai dengan paragraf 35 - 43. Pengklasifikasian Investasi 35 Sebuah perusahaan yang membedakan antara aktiva lancar dan tak lancar dalam laporan keuangannya harus menyajikan investasi lancar sebagai aktiva lancar dan investasi jangka panjang sebagai aktiva tak lancar. 36 Perusahaan yang tidak membedakan antara investasi lancar dan jangka panjang dalam neracanya harus membuat suatu perbedaan untuk tujuan pengukuran dan menentukan nilai tercatat untuk investasi sesuai dengan paragraf 38 - 39.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 13

Page 8 of 10

Investasi Properti 37 Investasi berupa properti dapat merupakan investasi lancar atau investasi jangka panjang. Perlakuan akuntansinya harus sesuai dengan hakekat investasi tersebut. Nilai Tercatat dari Investasi 38 Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar: Biaya (cost) dapat ditentukan berdasarkan FIFO, rata-rata tertimbang atau LIFO. Nilai pasar dapat ditentukan berdasarkan portofolio agregat, dalam total atau menurut kategori investasi, atau pada dasar investasi individual, yang ditetapkan secara konsisten. 39 Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva tak lancar harus dicatat dalam neraca berdasarkan biaya perolehan, kecuali jika harga pasar investasi jangka panjang menunjukkan penurunan nilai di bawah biaya perolehan secara signifikan dan permanen, perlu dilakukan penyesuaian atas nilai investasi tersebut. Penilaian dalam hal ini dilakukan untuk masing-masing investasi secara individual. Pelepasan Investasi 40 Pada pelepasan suatu investasi perbedaan antara hasil pelepasan bersih dengan nilai tercatatnya harus dibebankan atau dikreditkan kepada penghasilan. Jika investasi tersebut merupakan aktiva lancar yang ditangani secara agregat dengan metode yang terendah antara biaya atau nilai pasar, laba rugi penjualan masing-masing investasi ditentukan atas dasar biaya perolehannya. Pemindahan Investasi 41 Untuk investasi jangka panjang yang direklasifikasi sebagai investasi lancar, pemindahan harus dilakukan berdasarkan nilai tercatat. 42 Investasi yang direklasifikasi dari lancar ke jangka panjang masing-masing harus dipindahkan pada metode terendah antara biaya dan nilai pasar, atau pada nilai pasar jika investasi tersebut sebelumnya dinyatakan pada nilai tersebut. Laporan Laba Rugi 43 Hal-hal berikut ini harus masuk dalam penghasilan: (a) penghasilan investasi berupa: (i) bunga, royalti, dividen dan sewa pada investasi lancar dan jangka panjang, (ii) laba dan rugi pada pelepasan investasi lancar, (iii) penurunan nilai pasar dan pemulihan penurunan tersebut disyaratkan untuk menyatakan investasi lancar pada yang lebih rendah biaya dan nilai pasar; (b) penurunan secara signifikan dan permanen nilai tercatat investasi jangka panjang, dan pemulihannya; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 13

Page 9 of 10

(c) laba dan rugi pelepasan investasi jangka panjang, dihitung sesuai dengan paragraf 40. Pengungkapan 44 Pengungkapan berikut adalah tepat: (a) kebijakan akuntansi untuk: (i) penentuan nilai tercatat dari investasi. (ii) perlakuan perubahan dalam nilai pasar investasi lancar yang dicatat pada nilai pasar, dan (b) jumlah signifikan yang dilaporkan sebagai penghasilan investasi untuk: (i) bunga, royalti, dividen dan sewa pada investasi jangka panjang dan lancar, dan (ii) laba dan rugi pada pelepasan investasi lancar dan perubahan dalam nilai investasi tersebut; (c) nilai pasar dari investasi yang dapat dipasarkan jika tidak dicatat dalam nilai pasar; (d) nilai wajar dari investasi properti jika dipertanggungjawabkan sebagai investasi jangka panjang dan tidak dicatat pada nilai wajar; (e) pembatasan yang signifikan pada kemampuan realisasi investasi atau pengiriman uang dari penghasilan dan hasil pelepasan; (f) untuk investasi jangka panjang yang dinyatakan pada jumlah yang dinilai kembali: (i) kebijakan untuk kekerapan revaluasi, (ii) tanggal revaluasi yang terakhir, (g) untuk perusahaan yang bisnis utamanya adalah mengelola investasi analisa portofolio investasi. Masa Transisi 45 Perubahan kebijakan akuntansi yang timbul pada saat permulaan pelaksanaan pernyataan diterapkan secara prospektif. Tanggal Efektif 46 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 13

Page 10 of 10

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi.htm

10/17/03

PSAK no 14

Page 1 of 9

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 PERSEDIAAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 tentang Persediaan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Tujuan Pernyataan ini adalah untuk merumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut sistem biaya historis. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah jumlah biaya yang harus diakui sebagai aktiva dan konversi selanjutnya sampai pendapatan yang bersangkutan diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman praktis dalam penentuan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunannya menjadi nilai realisasi bersih (net realisable value). Pernyataan ini juga menyediakan pedoman rumus biaya yang digunakan untuk membebankan biaya pada persediaan. Ruang Lingkup

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 14 Persediaan.htm

10/17/03

PSAK no 14

Page 2 of 9

01 Pernyataan ini harus diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan dalam konteks sistem biaya historis tentang akuntansi persediaan selain: (a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi (construction contracts) (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 tentang Kontrak Konstruksi); (b) instrumen keuangan; dan (c) persediaan yang dimiliki oleh produsen peternakan, produk pertanian dan kehutanan, dan hasil tambang sepanjang persediaan tersebut dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih sesuai dengan kelaziman praktek yang berlaku dalam industri tertentu. 02 Persediaan yang dirujuk dalam paragraf 1 (c) diukur dengan nilai realisasi bersih pada tahap produksi tertentu. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika hasil pertanian telah dipanen atau hasil tambang telah ditambang dan penjualan telah dijamin berdasarkan kontrak berjangka atau jaminan pemerintah, atau bila terdapat suatu pasar homogen dan risiko kegagalan pemasaran tidak berarti. Persediaan tersebut tidak termasuk dalam lingkup Pernyataan ini. Definisi 03 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Persediaan adalah aktiva: (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan. 04 Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya, barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam paragraf 16, di mana pendapatan yang bersangkutan belum diakui perusahaan. (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 tentang Pendapatan). PENJELASAN Pengukuran Persediaan 05 Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value). Biaya Persediaan 06 Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 14 Persediaan.htm

10/17/03

PSAK no 14

Page 3 of 9

timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition). Biaya Pembelian 07 Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang (trade discount), rabat dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. 08 Dalam keadaan yang jarang terjadi, biaya pembelian yang meliputi selisih valuta asing yang timbul secara langsung dalam perolehan persediaan yang ditagih dalam valuta asing, diperkenankan sebagai perlakuan alternatif seperti yang diuraikan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing. Selisih valuta asing tersebut terbatas pada yang ditimbulkan dari devaluasi atau depresiasi suatu mata uang yang cukup besar dan terhadap peristiwa tersebut tidak mungkin dilakukan hedging, dan membawa dampak pada hutang yang tidak dapat diselesaikan dan timbul dari perolehan persediaan yang baru saja dilakukan.(Namun, apabila tersedia kesempatan hedging sebelum devaluasi terjadi akan tetapi kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan maka selisih kurs yang timbul akibat devaluasi tidak boleh diperhitungkan sebagai bagian dari biaya pembelian). Biaya Konversi 09 Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi barang jadi. Biaya overhead produksi tetap adalah biaya produksi tak langsung yang relatif konstan, tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Biaya overhead produksi variabel adalah biaya yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tak langsung dan upah tak langsung. 10 Pengalokasian biaya overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas normal fasilitas produksi. Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan memperhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produksi aktual dapat digunakan bila mendekati kapasitas normal. Pembebanan biaya overhead produksi tetap pada setiap unit produk tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak terpakainya kapasitas pabrik. Biaya overhead yang tidak teralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi luar biasa tinggi, biaya overhead yang dialokasikan pada unit produk diturunkan, agar persediaan tidak dinilai di atas biaya. Biaya overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produk atas dasar penggunaan fasilitas produksi yang sebenarnya. 11 Proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara serentak. Hal tersebut terjadi, misalnya, bila dihasilkan produk bersama (joint product) atau bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Bila biaya konversi tidak dapat diidentifikasikan secara terpisah, biaya tersebut dialokasikan antar produk secara rasional dan konsisten. Pengalokasian misalnya dapat dilakukan berdasarkan perbandingan harga jual untuk masing masing produk, baik pada tahap proses produksi pada waktu produk telah dapat diidentifikasikan secara terpisah, atau pada saat produksi telah selesai. Sebagian besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak material. Kalau kasusnya demikian, produk sampingan sering kali dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih dan nilai tersebut dapat dikurangkan pada biaya produk utama. Dengan demikian, nilai produk utama tidak berbeda secara material dari biayanya.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 14 Persediaan.htm

10/17/03

PSAK no 14

Page 4 of 9

Biaya Lain-Lain 12 Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya overhead non produksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan khusus sebagai biaya persediaan. 13 Beberapa contoh biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah: (a) jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal; (b) biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya; (c) biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan sumbangan untuk membuat persediaan berada dalam lokasi dan kondisi sekarang; dan (d) biaya penjualan. 14 Dalam keadaan tertentu, biaya pinjaman (borrowing costs) dimasukkan sebagai biaya persediaan sesuai dengan Pernyataan akuntansi keuangan tentang hal tersebut. Biaya Persediaan Pemberian Jasa 15 Biaya persediaan perusahaan jasa terutama meliputi upah dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk tenaga penyelia, dan overhead yang diatribusikan. Upah dan biaya lainnya yang menyangkut personalia penjualan serta administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan, tapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya . Teknik Pengukuran Biaya 16 Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran (retail method), demi kemudahan, dapat digunakan bila hasilnya mendekati biaya historis. Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan (supplies), upah, efisiensi dan pemanfaatan kapasitas. Biaya standar ditelaah secara berkala dan, bila perlu, direvisi sesuai dengan kondisi terakhir. 17 Metode eceran sering kali digunakan dalam perdagangan eceran untuk menilai persediaan sejumlah besar barang yang berubah dengan cepat, dan memiliki margin yang tidak jauh berbeda sehingga tidak praktis kalau digunakan metode penetapan biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi harga jual persediaan dengan persentase margin bruto yang sesuai. Persentase tersebut digunakan dengan memperhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya (marked down) di bawah harga jual normal. Persentasi rata-rata sering digunakan untuk setiap departemen penjualan eceran yang menjual kelompok barang yang berbeda. Rumus Biaya 18 Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing masing.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 14 Persediaan.htm

10/17/03

PSAK no 14

Page 5 of 9

19 Yang dimaksud dengan identifikasi khusus biaya adalah atribusi biaya ke barang tertentu yang dapat diidentifikasikan dalam persediaan. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi barang yang dipisahkan untuk proyek khusus, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian identifikasi khusus biaya tidak tepat bagi sejumlah besar barang homogen yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily interchangeable). Dalam keadaan demikian, metode pemilihan barang yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan untuk menentukan di muka dampaknya terhadap laba rugi periode berjalan. 20 Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 19, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata tertimbang (weighted average cost method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO). 21 Formula MPKP/FIFO mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala, atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan perusahaan. Rumus MTKP/LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu. Nilai Realisasi Bersih 22 Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali (recoverable) bila barang rusak, seluruh atau sebagian barang telah usang atau bila harga penjualan menurun. Biaya persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya penjualan meningkat. Praktek penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih konsisten dengan pandangan bahwa aktiva seharusnya tidak dinyatakan melebihi jumlah yang mungkin dapat direalisasi melalui penjualan atau penggunaan. 23 Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi bersih secara terpisah untuk setiap barang dalam persediaan. Namun demikian, dalam beberapa kondisi, penurunan nilai persediaan mungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok barang serupa atau yang berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasuk dalam lini produk dengan tujuan atau penggunaan akhir yang serupa, diproduksi dan dipasarkan di wilayah yang sama, dan tidak dapat dievaluasi terpisah dari barang-barang lain dalam lini produk tersebut. Penurunan nilai persediaan tidak tepat jika dihitung berdasarkan klasifikasi persediaan, misalnya, barang jadi, atau seluruh persediaan dalam suatu industri atau segmen geografis tertentu. Perusahaan jasa pada umumnya mengakumulasikan biaya dalam hubungannya dengan setiap jasa agar dapat menetapkan harga jual jasa tersebut. Dengan demikian, masing-masing jenis jasa tersebut dibukukan tersendiri. 24 Estimasi nilai realisasi bersih didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan (confirm) kondisi yang ada pada akhir periode. 25 Estimasi nilai realisasi bersih juga mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan yang bersangkutan. Misalnya, nilai realisasi bersih kuantitas persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrak penjualan produk atau jasa didasarkan pada harga kontrak. Bila kontrak penjualan adalah untuk kuantitas barang yang lebih kecil daripada persediaan, nilai realisasi bersih untuk kelebihannya harus didasarkan pada harga penjualan umum. Kerugian kontinjen dari kontrak pembelian yang melebihi kuantitas persediaan yang dimiliki dan kerugian kontinjen dari kontrak

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 14 Persediaan.htm

10/17/03

PSAK no 14

Page 6 of 9

pembelian diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca. 26 Nilai bahan baku dan perlengkapan (supplies) lain yang diadakan untuk digunakan dalam produksi persediaan tidak diturunkan di bawah biaya bila barang jadi yang dihasilkan diharapkan dapat dijual sebesar atau di atas biaya. Namun demikian, bila penurunan harga bahan baku mengindikasikan biaya barang jadi yang dihasilkan akan melebihi nilai realisasi bersih, maka nilai bahan diturunkan ke nilai realisasi bersih. Dalam kondisi semacam itu, biaya ganti (Replacement cost) merupakan tolak ukur terbaik yang tersedia bagi nilai realisasi bersih 27 Nilai realisasi bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periode berikutnya. Apabila kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan di bawah biaya ternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan nilai harus dieliminasi balik (reversed) sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru persediaan adalah yang terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul misalnya, jika suatu barang dalam persediaan, yang dicantumkan sebesar nilai realisasi bersih karena harga jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga jualnya telah meningkat. Pengakuan Sebagai Beban 28 Jika barang dalam persediaan dijual maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. 29 Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan pengaitan (matching) beban dengan pendapatan. 30 Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke rekening aktiva lainnya seperti misalnya persediaan yang digunakan sebagai komponen aktiva tetap yang dibangun sendiri, pabrik atau peralatan. Persediaan yang dialokasikan ke aktiva lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aktiva tersebut. Pengungkapan 31 Laporan keuangan harus mengungkapkan: (a) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang dipakai; (b) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan; (c) jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih (d) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28; (e) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 14 Persediaan.htm

10/17/03

PSAK no 14

Page 7 of 9

(f) nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban. 32 Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan dan tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagang, perlengkapan produksi, bahan baku, pekerjaan dalam penyelesaian dan barang jadi. Persediaan dalam perusahaan jasa biasanya disebut pekerjaan dalam penyelesaian. 33 Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini: (a) biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau (b) biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan, diakui sebagai beban selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya. 34 Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode meliputi biaya yang sebelumnya termasuk dalam pengukuran barang dalam persediaan yang telah dijual dan biaya overhead produksi yang tidak teralokasikan serta jumlah abnormal biaya produksi persediaan. Kondisi perusahaan juga membuka peluang untuk memasukkan biaya lainnya, seperti biaya distribusi. 35 Beberapa perusahaan menggunakan format laporan laba rugi yang berbeda, yang mengakibatkan diungkapkannya berbagai jumlah sebagai pengganti biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode yang bersangkutan. Dengan format yang berbeda ini, perusahaan mengungkapkan jumlah biaya operasi yang dapat diaplikasikan pada pendapatan periode tersebut, dan diklasifikasikan menurut hakekatnya. Dalam kasus ini, perusahaan mengungkapkan biaya yang diakui sebagai beban untuk bahan baku dan barang-barang habis terpakai (consumables), tenaga kerja dan biaya operasi lainnya bersama -sama dengan jumlah perubahan bersih persediaan pada periode tersebut. 36 Skala, insiden dan hakekat penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi bersih mungkin sedemikian materialnya sehingga memerlukan pengungkapan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 14 PERSEDIAAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 terdiri dari paragraf 7-45. Pernyataan Ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-36. 37 Pernyataan ini harus diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan dalam konteks sistem biaya historis tentang akuntansi persediaan selain: (a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi (construction contracts) (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 tentang Kontrak Konstruksl); (b) instrumen keuangan; dan (c) persediaan produsen peternakan, produk pertanian dan kehutanan, dan hasil tambang sepanjang persediaan tersebut dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih sesuai dengan kelaziman praktek yang berlaku dalam industri tertentu.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 14 Persediaan.htm

10/17/03

PSAK no 14

Page 8 of 9

38 Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of costant net realizable value). 39 Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition). 40 Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain (not ordinary interchangeable} dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing masing. 41 Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 40, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata tertimbang (weighted average cost method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO). 42 Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode di mana pendapatan atas penjualan tersebut diakui. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. 43 Laporan keuangan harus mengungkapkan: (a) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang dipakai; (b) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan; (c) jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih (d) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode sesuai dengan paragraf 42; (e) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sesuai dengan paragraf 42; dan (f) nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban. 44 Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini: (a) biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau (b) biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan, diakui sebagai beban selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya. Tanggal Efektif 45 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 14 Persediaan.htm

10/17/03

PSAK no 14

Page 9 of 9

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 14 Persediaan.htm

10/17/03

PSAK no 15

Page 1 of 6

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 15 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI DALAM PERUSAHAAN ASOSIASI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 15 tentang Akuntansi Untuk Investasi Dalam Perusahaan Asosiasi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Pernyataan ini mengatur perlakuan akuntansi untuk investor yang melakukan investasi dalam perusahaan asosiasi (associates). Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini tidak mengatur: (a) investasi pada anak perusahaan;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Ve...\PSAK 15 Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.ht

10/17/03

PSAK no 15

Page 2 of 6

(b) investasi pada joint venture; (c) goodwill, hak paten, trademarks dan aktiva yang serupa; (d) finance leases sebagaimana didefinisikan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha; dan (e) investasi Dana Pensiun dan perusahaan asuransi jiwa. Definisi 02 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Perusahaan Asosiasi adalah suatu perusahaan yang investornya mempunyai pengaruh yang signifikan dan bukan merupakan anak perusahaan maupun joint venture dari investornya. Joint Venture adalah perjanjian kontraktual yang melibatkan dua atau lebih pihak-pihak untuk melaksanakan kegiatan ekonomi yang dikendalikan bersama. Pengaruh Signifikan adalah wewenang untuk berpartisipasi dalam keputusan yang menyangkut kebijakan keuangan serta operasi investee tapi bukan merupakan pengendalian terhadap kebijakan tersebut. Pengendalian (dalam Pernyataan ini) adalah kekuatan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi dari sebuah perusahaan untuk mendapat manfaat dari aktivitasnya. Anak Perusahaan (Subsidiary) adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang disebut induk perusahaan). Metode Ekuitas (Equity Method) adalah metode akuntansi yang mencatat investasi pada mulanya sebesar biaya perolehan {cost) dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan dalam bagian pemilikan investor atas aktiva bersih investee yang terjadi setelah perolehan. Laporan laba rugi investor merefleksikan bagian laba atau rugi investor atas hasil usaha investee. Metode Biaya (Cost Method) adalah metode akuntansi yang mencatat investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan baru diakui oleh investor apabila investee mendistribusikan laba bersih (kecuali dividen saham) yang berasal dari laba setelah tanggal perolehan. PENJELASAN Pengaruh Signifikan 03 Istilah "perusahaan asosiasi" digunakan untuk menggambarkan suatu perusahaan dimana investor mempunyai pengaruh signifikan. 04 Jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, 20% atau lebih dari hak suara pada perusahaan investee, maka investor dipandang mempunyai pengaruh signifikan. Sebaliknya, jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, kurang dari 20% hak suara, dianggap investor tidak memiliki pengaruh signifikan. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak perlu menghalangi investor memiliki pengaruh signifikan. Apabila investor mempunyai pengaruh yang signifikan maka investasi pada investee dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Sebaliknya apabila investor tidak

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Ve...\PSAK 15 Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.ht

10/17/03

PSAK no 15

Page 3 of 6

mempunyai pengaruh yang signifikan maka investasi dicatat dengan menggunakan metode biaya. Metode Akuntansi Metode Ekuitas 05 Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya perolehan dan nilai tercatat ditambahkan atau dikurangi untuk mengakui bagian investor atas laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan. Distribusi laba (kecuali dividen saham) yang diterima dari investee mengurangi nilai tercatat (carrying amount) investasi. Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan untuk mengubah hak kepemilikan proporsional investor pada investee yang timbul dari perubahan dalam ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi. Perubahan semacam itu meliputi perubahan yang timbul sebagai akibat dari revaluasi aktiva tetap, perbedaan dalam penjabaran valuta asing, dan dari penyesuaian selisih yang timbul dari penggabungan usaha. Metode Biaya 06 Menurut metode biaya, investor mencatat investasinya pada perusahaan investee sebesar biaya perolehan. Investor mengakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba (kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang diakumulasikan oleh investee setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya investasi sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi. Pilihan Metode Akuntansi dalam Laporan Keuangan Konsolidasi 07 Pengakuan penghasilan berdasarkan dividen yang diterima tidak dapat digunakan sebagai ukuran yang memadai untuk merefleksikan penghasilan yang diperoleh investor dari investasi dalam suatu perusahaan asosiasi karena distribusi yang diterima tersebut hampir tidak ada hubungannya dengan kinerja perusahaan asosiasi. Mengingat pengaruhnya yang signifikan terhadap perusahaan asosiasi, investor memiliki tolok ukur atas kinerja perusahaan asosiasi, yaitu imbalan investasi {return on investment}. Investor melaksanakan tanggungjawab ini dengan memperluas lingkup laporan keuangan konsolidasi sehingga mencakup bagiannya atas hasil usaha perusahaan asosiasi dan dengan demikian menyediakan analisis terhadap penghasilan serta investasi sehingga rasio yang lebih relevan dapat dihitung. Dengan demikian, penerapan metode ekuitas memungkinkan pelaporan aktiva bersih dan penghasilan bersih oleh investor dengan lebih informatif . 08 Investasi di perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode biaya jika perusahaan asosiasi beroperasi dengan pembatasan yang ketat dalam jangka panjang sehingga secara signifikan mempengaruhi kemampuannya untuk mengalihkan dana kepada investor. Investasi di perusahaan asosiasi juga dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode biaya jika investasi diperoleh dan dimiliki secara khusus dengan tujuan untuk dijual dalam jangka pendek. 09 Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal dimana: (a) investor tidak lagi memiliki pengaruh signifikan dalam perusahaan asosiasi tetapi menahan, seluruh atau sebagian, investasinya; atau (b) penggunaan metode ekuitas tidak lagi sesuai karena beberapa alasan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 8.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Ve...\PSAK 15 Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.ht

10/17/03

PSAK no 15

Page 4 of 6

Pada saat penghentian penggunaan metode ekuitas, jumlah investasi yang terbawa pada tanggal tersebut diperlakukan sebagai biaya (cost). Penerapan Metode Ekuitas 10 Terdapat beberapa prosedur dalam penerapan metode ekuitas yang tidak berbeda dengan prosedur konsolidasi sebagaimana dijelaskan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi. Selanjutnya, konsep yang mendasari prosedur konsolidasi yang digunakan dalam perolehan anak perusahaan digunakan dalam perolehan investasi dalam perusahaan asosiasi. 11 Investasi dalam perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas sejak tanggal pada saat investasi tersebut memenuhi definisi perusahaan asosiasi. Selisih (baik positif maupun negatif) antara biaya perolehan (acquisition cost} dengan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi {net identificable asset) pada tanggal akuisisi harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha. Penyesuaian yang diperlukan terhadap bagian investor atas laba rugi setelah akuisisi harus dilakukan untuk hal-hal berikut: (a) Penyusutan aktiva tetap berdasarkan nilai wajarnya. (b) Amortisasi atas selisih antara biaya perolehan dan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi (investor's share of the fair value of net identifiable assets). 12 Laporan keuangan perusahaan asosiasi yang paling akhir digunakan oleh investor dalam penerapan metode ekuitas; laporan tersebut biasanya disajikan pada tanggal yang sama dengan laporan keuangan investor. Jika tanggal pelaporan tersebut berbeda, perusahaan asosiasi sering menyajikan, untuk digunakan oleh investor, laporan pada tanggal yang sama dengan laporan keuangan investor. Jika penyamaan tanggal tidak mungkin dilakukan, dapat digunakan laporan keuangan yang disusun pada tanggal pelaporan yang berbeda, akan tetapi prinsip konsistensi mempersyaratkan bahwa jangka waktu penggunaan tanggal tersebut konsisten dari periode ke periode. 13 Jika digunakan laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda, penyesuaian dilakukan terhadap dampak dari setiap transaksi atau peristiwa signifikan yang terjadi antara investor dan perusahaan asosiasi antara tanggal laporan keuangan perusahaan asosiasi dan tanggal laporan keuangan investor. 14 Laporan keuangan investor lazimnya disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi untuk transaksi dan peristiwa yang sama dalam keadaan yang serupa. Apabila perusahaan asosiasi menggunakan kebijakan akuntansi yang lain daripada yang digunakan investor untuk transaksi dan peristiwa yang sama, maka penyesuaian tertentu dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan asosiasi apabila laporan tersebut digunakan oleh investor dalam penerapan metode ekuitas. Jika penyesuaian semacam itu tidak dapat dilakukan, fakta adanya perbedaan tersebut harus diungkapkan. 15 Jika perusahaan asosiasi memiliki saham preferen kumulatif yang dimiliki oleh pihak luar, investor menghitung bagiannya atas laba atau rugi setelah penyesuaian untuk dividen saham prioritas dengan mengabaikan apakah dividen tersebut telah atau belum dideklarasikan. 16 Jika, berdasarkan metode ekuitas, bagian investor atas kerugian perusahaan asosiasi sama

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Ve...\PSAK 15 Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.ht

10/17/03

PSAK no 15

Page 5 of 6

atau melebihi nilai tercatat dari investasi, maka investasi dilaporkan nihil. Kerugian selanjutnya diakru oleh investor apabila telah timbul kewajiban atau investor melakukan pembayaran kewajiban perusahaan asosiasi yang dijaminnya. Jika perusahaan asosiasi selanjutnya laba, investor akan mengakui penghasilan apabila setelah bagiannya atas laba menyamai bagiannya atas kerugian bersih yang belum diakui. 17 Jika terjadi penurunan permanen atas nilai investasi dalam perusahaan asosiasi, nilai tercatat dikurangkan untuk mengakui penurunan tersebut. Karena investasi pada perusahaan asosiasi secara individual penting bagi investor, maka nilai tercatat ditentukan untuk setiap perusahaan asosiasi secara individual. Kontinjensi 18 Sesuai dengan paragraf 12 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca, investor mengungkapkan: (a) bagiannya atas kontinjensi dan komitmen modal dari perusahaan asosiasi di mana investor secara kontinjen ikut bertanggungjawab; dan (b) kontinjensi yang timbul karena investor ikut bertanggung jawab terhadap semua kewajiban perusahaan asosiasi. Pengungkapan 19 Agar para pemakai laporan keuangan memahami dengan jelas, investor mengungkapkan nama perusahaan asosiasi yang signifikan termasuk proporsi hak kepemilikannya. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 15 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI DAN PERUSAHAAN ASOSIASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 terdiri dari paragraf 20-26. Pernyataan Ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-19. Laporan Keuangan Konsolidasi 20 Investasi dalam perusahaan asosiasi harus dipertanggungjawabkan dalam laporan keuangan konsolidasi menurut metode ekuitas, apabila investor mempunyai pengaruh signifikan dan menurut metode biaya, apabila investor tidak mempunyai pengaruh signifikan. 21 Investor harus menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal pada saat: (a) investor tidak lagi memiliki pengaruh signifikan dalam perusahaan asosiasi; atau (b) penggunaan metode ekuitas tidak lagi sesuai karena perusahaan asosiasi beroperasi di bawah pembatasan ketat dalam jangka panjang yang secara signifikan mempengaruhi kemampuannya untuk memindahkan dana kepada investor. Nilai tercatat dari investasi pada tanggal tersebut untuk selanjutnya harus diperlakukan sebagai biaya. Penerapan Metode Ekuitas 22 Nilai tercatat dari investasi dalam perusahaan asosiasi harus dikurangi untuk mengakui penurunan permanen, dalam nilai investasi. Pengurangan tersebut harus ditentukan dan dibuat

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Ve...\PSAK 15 Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.ht

10/17/03

PSAK no 15
untuk setiap investasi secara individual.

Page 6 of 6

23 Selisih (baik positif maupun negatif) antara biaya perolehan laquisition cost) dengan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi (net identificable asset) pada tanggal akuisisi harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha. Penyesuaian yang diperlukan terhadap bagian investor atas laba rugi setelah akuisisi harus dilakukan untuk hal-hal berikut: (a) Penyusutan aktiva tetap berdasarkan nilai wajarnya. (b) Amortisasi atas selisih antara biaya perolehan dan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi (investor's share of the fair value of net identificable assets) . Pengungkapan 24 Pengungkapan berikut harus dibuat: (a) daftar dan penjelasan dari perusahaan asosiasi yang signifikan yang meliputi: nama, tempat, kedudukan, persentase kepemilikan dan persentase hak suara (apabila berbeda dengan persentase kepemilikan). (b) metode yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan investasi tersebut. 25 Investasi dalam perusahaan asosiasi yang dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas, harus diklasifikasikan sebagai aktiva jangka panjang dan diungkapkan sebagai pos terpisah dalam neraca. Bagian investor atas pos luar biasa atau pos masa lalu (prior period items) yang berasal dari investee harus diungkapkan secara terpisah. Tanggal Efektif 26 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Ve...\PSAK 15 Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.ht

10/17/03

PSAK no 16

Page 1 of 15

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 AKTIVA TETAP DAN AKTIVA LAIN-LAIN

AKTIVA TETAP DAN AKTIVA LAIN-LAIN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aktiva tetap. Masalah utama dalam akuntansi untuk aktiva tetap adalah saat (timing) pengakuan aktiva, penentuan jumlah tercatat, dan pembebanan penyusutan, serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai tercatat (carrying value). Pernyataan ini mensyaratkan bahwa aktiva tetap dapat diakui sebagai aktiva jika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan suatu aktiva dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16
Laporan Keuangan. Pernyataan ini juga mengatur kriteria penggolongan aktiva lain-lain Ruang Lingkup

Page 2 of 15

01 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi aktiva tetap dan aktiva lain-lain kecuali bila standar akuntansi keuangan lainnya mensyaratkan suatu perlakuan akuntansi yang berbeda . 02 Pernyataan ini tidak berlaku untuk: (a) hutan dan sumber daya alam serupa yang dapat diperbaharui; (b) kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui. Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aktiva tetap yang digunakan untuk mengembangkan atau memelihara aktivitas atau aktiva yang tercakup dalam (a) dan (b) di atas, tetapi dapat dipisahkan dari aktivitas atau aktiva tersebut. 03 Dalam keadaan tertentu, standar akuntansi keuangan mengijinkan pengakuan awal jumlah tercatat aktiva tetap menggunakan pendekatan yang berbeda dari yang dijelaskan dalam Pernyataan ini. Contohnya, dalam perlakuan alternatif yang diijinkan untuk goodwill negatif, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.22 tentang Penggabungan Usaha, mensyaratkan aktiva tetap yang diperoleh dalam penggabungan usaha diukur pada awalnya dengan nilai wajar sekalipun nilai tersebut melebihi biayanya. Tetapi, dalam keadaan tersebut, seluruh aspek perlakuan akuntansi untuk aktiva tersebut, termasuk penyusutan, ditentukan oleh ketentuan dalam Pernyataan ini. 04 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk investasi, mengijinkan suatu perusahaan untuk memperlakukan investasi properti sebagai properti, sesuai dengan Pernyataan ini, atau sebagai investasi jangka panjang, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.13 tentang Akuntansi untuk Investasi. Definisi 05 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai sisanya. Masa manfaat adalah: (a) periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 3 of 15

(b) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan. Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aktiva setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan. Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar {arm's length transaction). Jumlah tercatat {carrying amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aktiva setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Jumlah yang dapat diperoleh kembali {recoverable amount) adalah jumlah yang diharapkan dapat diperoleh kembali dari penggunaan suatu aktiva di masa yang akan datang, termasuk nilai sisanya atas pelepasan aktiva. PENJELASAN Pengakuan Aktiva Tetap 06 Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap bila: (a) besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan; dan (b) biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal. 07 Aktiva tetap sering merupakan suatu bagian utama aktiva perusahaan, dan karenanya signifikan dalam penyajian posisi keuangan. Lebih jauh lagi, penentuan apakah suatu pengeluaran merupakan suatu aktiva atau beban dapat berpengaruh signifikan pada hasil operasi yang dilaporkan perusahaan . 08 Dalam menentukan apakah suatu pos memenuhi kriteria pertama untuk pengakuan, suatu perusahaan harus menilai tingkat kepastian aliran manfaat keekonomian masa yang akan datang berdasarkan bukti yang tersedia pada waktu pengakuan awal. Adanya kepastian yang cukup bahwa manfaat keekonomian masa yang akan datang akan mengalir ke perusahaan membutuhkan suatu kepastian bahwa perusahaan akan menerima imbalan dan menerima risiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika risiko dan imbalan telah diterima perusahaan. Sebelum hal ini terjadi, transaksi untuk memperoleh aktiva biasanya dapat dibatalkan tanpa sanksi yang signifikan, dan karenanya aktiva tidak diakui. 09 Kriteria kedua untuk pengakuan biasanya dapat dipenuhi langsung karena transaksi pertukaran mempunyai bukti pembelian aktiva mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat dibuat dari transaksi dengan pihak eksternal dan perusahaan untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan input lain yang digunakan dalam proses konstruksi . 10 Dalam mengidentifikasikan suatu pos terpisah dari aktiva tetap, pertimbangan dibutuhkan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 4 of 15

dalam mengaplikasikan kriteria dalam definisi untuk keadaaan khusus atau jenis perusahaan khusus. Mungkin tepat untuk mengagregatkan pos individu yang tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas, dan untuk menerapkan kriteria untuk nilai agregat. Kebanyakan suku cadang dan peralatan pemeliharaan dan reparasi (servicing) biasanya dianggap sebagai persediaan dan diakui sebagai suatu beban pada saat dikonsumsi. Tetapi, suku cadang utama dan peralatan siap pakai dikualifikasi sebagai aktiva tetap jika perusahaan mengharapkan untuk menggunakannya selama lebih dari satu periode. Demikian pula jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan dan reparasi (servicing) dapat digunakan hanya dalam hubungan dengan suatu pos aktiva tetap dan penggunaannya diharapkan tidak teratur, dibukukan sebagai aktiva tetap dan disusutkan sepanjang suatu periode waktu yang tidak melebihi masa manfaat dari aktiva yang berhubungan. 11 Dalam keadaan tertentu, adalah tepat untuk mengalokasikan pengeluaran total pada suatu aktiva pada komponennya dan membukukan setiap komponen secara terpisah apabila harga perolehan masing-masing komponen dapat diperoleh dari pemasok atau pembuat. Hal ini adalah keadaan di mana komponen aktiva memiliki masa manfaat berbeda atau menyediakan manfaat bagi perusahaan dengan pola berbeda dan karenanya memerlukan penggunaan tarif dan metode penyusutan berbeda. Contohnya, suatu pesawat terbang dan mesinnya harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah jika memiliki masa manfaat berbeda . 12 Aktiva tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aktiva tetap semacam itu, di mana tidak secara langsung meningkatkan manfaat keekonomian masa yang akan datang dari suatu aktiva tetap tertentu yang ada dapat diperlukan bagi perusahaan untuk memperoleh manfaat keekonomian masa yang akan datang dari aktiva yang lain. Dalam keadaan ini, perolehan aktiva tetap semacam itu memenuhi kualifikasi pengakuan aktiva, karena memungkinkan manfaat keekonomian masa yang akan datang dari aktiva yang berkaitan untuk diperoleh perusahaan dalam kelebihan apa yang dapat diperoleh jika aktiva tetap tersebut tidak diperoleh. Tetapi, aktiva tersebut hanya diakui sepanjang hasil jumlah tercatat aktiva tersebut dan aktiva yang berkaitan tidak melebihi jumlah total yang mungkin diperoleh kembali (recoverable amount) dari aktiva. Misalnya, suatu perusahaan yang memproduksi bahan kimia harus dapat memasang sarana pengendali zat kimia (chemical handling processes} tertentu yang baru untuk memenuhi persyaratan lingkungan hidup pada produksi dan penyimpanan bahan kimia yang berbahaya; peninggian pabrik yang berkaitan diakui sebagai suatu aktiva sepanjang dapat diperoleh kembali (recoverable) karena, tanpanya, perusahaan tidak dapat memproduksi dan menjual bahan kimia. Pengakuan Awal Aktiva tetap 13 Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan . Komponen Biaya 14 Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan; setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: (a) Biaya persiapan tempat; (b) biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar-muat (handling costs); (c) biaya pemasangan (installation costs); dan (d) biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 5 of 15

15 Jika pembayaran untuk suatu aktiva tetap ditangguhkan melampaui jangka waktu kredit normal, biayanya adalah yang disamakan dengan harga tunai; perbedaan antara jumlah ini dan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit selama tidak dikapitalisasi menurut perlakuan alternatif Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 26 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi. 16 Biaya administrasi dan overhead umum lainnya bukan merupakan suatu komponen biaya aktiva tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aktiva atau membawa aktiva ke kondisi kerjanya. Demikian pula biaya permulaan (start-up costs) dan pra-produksi serupa tidak merupakan bagian biaya suatu aktiva kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aktiva ke kondisi kerjanya. Rugi operasi awal yang terjadi sebelum suatu aktiva mencapai kinerja yang direncanakan diakui sebagai suatu beban. 17 Biaya perolehan suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang diperoleh. Jika suatu perusahaan membuat aktiva serupa untuk dijual dalam keadaan usaha normal, biaya perolehan aktiva biasanya sama dengan biaya memproduksi aktiva untuk dijual (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 tentang Persediaan). Karenanya, setiap laba internal dieliminasi dalam menetapkan biaya tersebut. Demikian pula biaya dari jumlah yang abnormal dari bahan baku yang tak terpakai, tenaga kerja, atau sumber daya lain yang terjadi dalam-memproduksi suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri tidak dimasukkan dalam biaya perolehan aktiva. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 26 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi, membuat kriteria yang harus dipenuhi sebelum biaya bunga dapat diakui sebagai suatu komponen biaya aktiva tetap. 18 Biaya perolehan suatu aktiva yang digunakan oleh lessee dalam suatu lease keuangan ditentukan menggunakan prinsip dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha. Perolehan secara Gabungan 19 Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masingmasing aktiva yang bersangkutan. Pertukaran Aktiva 20 Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam itu diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. 21 Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu nilai wajar serupa. Suatu aktiva tetap juga dapat dijual dalam pertukaran dengan kepemilikan aktiva yang serupa. Dalam kedua keadaan tersebut, karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak lengkap, tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui dalam transaksi. Sebaliknya, biaya perolehan aktiva baru adalah jumlah tercatat dari aktiva yang dilepaskan. Tetapi, nilai wajar aktiva yang diterima dapat menyediakan bukti dari suatu pengurangan (impairment) aktiva yang dilepaskan.-Dalam keadaan ini aktiva yang dilepaskan diturun-nilai buku-kan (written down) dan nilai turun nilai buku (written down) ini ditetapkan untuk aktiva baru. Contoh dari pertukaran aktiva serupa termasuk pertukaran pesawat terbang, hotel, bengkel dan properti real estate lainnya. Jika aktiva lain seperti kas termasuk sebagai bagian transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 6 of 15

Aktiva Donasi 22 Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun "Modal Donasi. " Pengeluaran Sebelah Perolehan (Subsequent Expenditures) 23 Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan. 24 Pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditures) pada properti, pabrik dan peralatan hanya diakui sebagai suatu aktiva jika pengeluaran meningkatkan kondisi aktiva melebihi standar kinerja semula. Contoh peningkatan yang menghasilkan peningkatan manfaat keekonomian masa yang akan datang mencakup: (a) modifikasi suatu pos sarana pabrik untuk memperpanjang usia manfaatnya, termasuk suatu peningkatan kapasitasnya; (b) peningkatan kemampuan mesin (upgrading machine parts)untuk mencapai peningkatan besar dalam kualitas output; dan (c) penerapan proses produksi baru yang memungkinkan suatu pengurangan besar biaya operasi. 25 Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat keekonomian masa yang akan datang yang dapat diharapkan perusahaan, untuk mempertahankan standar kinerja semula atas suatu aktiva, biasanya diakui sebagai beban saat terjadi. Contohnya, biaya pemeliharaan dan reparasi (servicing) atau turun mesin (overhauling) pabrik dan peralatan biasanya merupakan beban, karena memelihara, daripada meningkatkan, standar kinerja semula. 26 Perlakuan akuntansi yang tepat untuk pengeluaran yang terjadi setelah perolehan suatu aktiva tetap tergantung pada keadaan yang diperhitungkan pada pengukuran awal dan pengakuan pos yang berkaitan dari aktiva tetap dan apakah pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditures) dapat pulang pokok. Contohnya, jika jumlah tercatat aktiva tetap telah memperhitungkan suatu kerugian dalam manfaat keekonomian, pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditures) untuk memelihara manfaat keekonomian masa yang akan datang yang diharapkan dari aktiva dikapitalisasi asalkan saja jumlah tercatat tidak melebihi jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva. Ini juga keadaan di mana harga pembelian suatu aktiva telah mencerminkan kewajiban perusahaan untuk membuat pengeluaran dalam masa yang akan datang yang perlu untuk membawa aktiva ke kondisi kerjanya. Contohnya adalah perolehan suatu gedung membutuhkan renovasi. Dalam keadaan tersebut, pengeluaran setelah perolehan ditambahkan ke jumlah tercatat aktiva sepanjang dapat diperoleh kembali dari manfaat masa yang akan datang dari aktiva . 27 Komponen utama dari beberapa aktiva tetap dapat membutuhkan penggantian pada jangka waktu yang teratur. Misalnya, suatu tungku pembakaran butuh untuk pelapisan-dalamulang (relining) setelah beberapa jam tertentu dari penggunaannya atau interior pesawat terbang seperti tempat duduk dan dapur mungkin membutuhkan penggantian beberapa kali sepanjang usia pesawat. Komponen dibukukan sebagai aktiva terpisah karena memiliki masa manfaat yang berbeda dari aktiva tetap yang berhubungan. Karenanya, asalkan kriteria pengakuan dalam paragraf 6 dipenuhi, pengeluaran yang terjadi dalam mengganti atau memperbaharui komponen dibukukan sebagai perolehan suatu aktiva terpisah dan aktiva yang diganti dihapus.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 7 of 15

Pengaturan Berikutnya (Subsequent Measurement) terhadap Pengakuan Awal 28 Aktiva tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. 29 Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama "Selisih penilaian kembali aktiva tetap." Penyusutan 30 Jumlah dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap harus dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode penyusutan harus mencerminkan pola pemanfaatan keekonomian aktiva (the pattern in which the asset's economic benefits are consumed by the enterprise) oleh perusahaan. Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang bersangkutan, kecuali termasuk sebagai jumlah tercatat aktiva lain. 31 Bersamaan dengan manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam suatu aktiva dikonsumsi oleh perusahaan, jumlah tercatat aktiva berkurang untuk mencerminkan konsumsi ini, biasanya dalam bentuk beban penyusutan. Suatu beban penyusutan tetap diadakan walaupun nilai pasar aktiva melebihi jumlah tercatatnya. 32 Manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam suatu pos aktiva tetap dikonsumsi oleh perusahaan sepanjang masa manfaat aktiva. Tetapi, faktor lain seperti keusangan teknis dan aus serta rusak (wear and tear) saat suatu aktiva menganggur (idle), juga dapat mengurangi manfaat keekonomiannya yang mungkin telah diharapkan tersedia dari aktiva. Karenanya, seluruh faktor berikut harus dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat suatu aktiva: (a) penggunaan aktiva yang diharapkan oleh perusahaan. Penggunaan dinilai dengan pedoman kapasitas aktiva yang diharapkan atau output fisik; (b) keusangan fisik yang diharapkan, yang tergantung pada faktor operasional seperti jumlah pergantian kelompok kerja (shifts) di mana aktiva digunakan dan program perbaikan dan perawatan dari perusahaan, dan perawatan aktiva pada saat menganggur (idle); (c) keusangan teknis yang timbul dari perubahan atau perbaikan produksi, atau dari perubahan permintaan pasar untuk produk atau jasa yang dihasilkan oleh aktiva; dan (d) pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aktiva, seperti habisnya waktu dari sewa guna usaha yang berkaitan . 33 Masa manfaat aktiva ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh perusahaan. Kebijakan manajemen aktiva suatu perusahaan mempengaruhi jumlah penyusutan aktiva setelah suatu waktu yang ditentukan atau setelah konsumsi dari proporsi tertentu atas manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam aktiva. Karenanya, masa manfaat suatu aktiva dapat lebih pendek daripada usia keekonomiannya. Estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap merupakan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 8 of 15

masalah pertimbangan yang berdasarkan pada pengalaman perusahaan dengan aktiva serupa. 34 Tanah dan bangunan harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah untuk tujuan akuntansi, walaupun diperoleh secara sekaligus. Tanah biasanya memiliki usia tak terbatas, oleh karena itu tidak disusutkan. Bangunan memiliki usia terbatas, oleh karena itu disusutkan. Peningkatan nilai tanah tempat bangunan didirikan tidak mempengaruhi masa manfaat bangunan. 35 Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva ditentukan setelah mengurangi nilai sisa aktiva. Dalam prakteknya, nilai sisa suatu aktiva sering tidak signifikan dan karenanya tidak material dalam penghitungan jumlah yang dapat disusutkan. Jika benchmark treatment digunakan dan nilai sisa signifikan, nilai sisa diestimasi pada tanggal perolehan dan berikutnya tidak meningkat untuk perubahan harga. Tetapi, jika perlakuan alternatif yang diijinkan yang digunakan, suatu estimasi harus dibuat pada tanggal penilaian kembali berikutnya atas aktiva. Estimasi berdasarkan pada nilai sisa pada tanggal estimasi aktiva serupa yang telah mencapai akhir masa manfaatnya dan telah beroperasi dalam kondisi yang serupa dengan kondisi di mana aktiva akan digunakan . 36 Jika pembelian suatu aktiva mengakibatkan perusahaan mengeluarkan biaya membongkar, memindahkan, memperbaiki, pada akhir masa manfaat aktiva, biaya tersebut diakui sebagai suatu beban sepanjang usia aktiva, dengan cara: (a) mengurangi biaya yang diestimasi dalam menentukan nilai sisa aktiva dan dengan cara demikian meningkatkan beban penyusutan tahunan. Setiap jumlah tercatat negatif yang dihasilkan, diakui sebagai suatu hutang; atau (b) jika biaya yang diestimasi tidak dikurangkan dalam menetapkan nilai sisa, dengan mengakui biaya sebagai suatu beban terpisah sepanjang usia aktiva sedemikian rupa sehingga hutang untuk biaya ini tersedia penuh pada akhir masa manfaat aktiva. 37 Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva pada suatu dasar sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode ini mencakup metode penyusutan berdasarkan waktu, penggunaan dan kriteria lainnya (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.17 tentang Akuntansi Penyusutan). Metode yang digunakan untuk suatu aktiva dipilih berdasarkan pola yang diharapkan atas manfaat keekonomian dan secara konsisten digunakan dari periode ke periode kecuali terdapat perubahan dalam pola yang diharapkan atas manfaat keekonomian aktiva tersebut. 38 Beban penyusutan untuk suatu periode biasanya diakui sebagai suatu beban. Tetapi, dalam keadaan tertentu, manfaat keekonomian yang terwujud dalam suatu aktiva diserap perusahaan dalam memproduksi aktiva lain bukan memberikan kenaikan pada suatu beban. Dalam keadaan ini, beban penyusutan mencakup bagian biaya perolehan aktiva lain dan termasuk dalam jumlah tercatatnya. Sebagai contoh, penyusutan pabrik dan peralatan pabrik termasuk dalam biaya proses produksi persediaan (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 tentang Persediaan). Demikian pula, penyusutan aktiva tetap yang digunakan untuk aktivitas pengembangan dapat dimasukkan dalam biaya pengembangan yang dikapitalisasi sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan. Telaah Ulang Masa Manfaat (Review of Useful Life) 39 Masa manfaat suatu aktiva tetap harus ditelaah ulang secara periodik dan, jika harapan berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya, beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan. 40 Sepanjang usia suatu aktiva dapat menjadi jelas bahwa estimasi masa manfaat adalah tidak tepat. Sebagai contoh, masa manfaat dapat diperpanjang oleh pengeluaran setelah perolehan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 9 of 15

(subsequent expenditures) pada aktiva yang meningkatkan kondisi aktiva melampaui standar kinerja yang dinilai pada mulanya. Alternatif lain, perubahan teknologi atau perubahan dalam pasar produk dapat mengurangi masa manfaat aktiva. Dalam keadaan tersebut, masa manfaat dan, karenanya, tarif penyusutan disesuaikan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang. 41 Kebijakan perbaikan dan perawatan perusahaan juga dapat mempengaruhi masa manfaat suatu aktiva Kebijakan dapat menghasilkan suatu perpanjangan masa manfaat aktiva atau suatu peningkatan dalam nilai sisanya. Tetapi, penggunaan kebijakan tersebut tidak meniadakan kebutuhan untuk membebankan penyusutan . Telaah Ulang Metode Penyusutan 42 Metode penyusutan yang digunakan untuk aktiva tetap ditelaah ulang secara periodik dan jika terdapat suatu perubahan signifikan dalam pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut, metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu perubahan kebijakan akuntansi dan dilaporkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi dan beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan. Penurunan Nilai Manfaat Keekonomian 43 Apabila manfaat keekonomian suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar jumlah tercatat, maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat keekonomian yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tetap tersebut dilaporkan sebagai kerugian. Penghentian dan Pelepasan 44 Suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aktiva secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat keekonomian masa yang akan datang diharapkan dari pelepasannya. 45 Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi. 46 Jika suatu aktiva tetap dipertukarkan untuk suatu aktiva yang serupa, dalam keadaan yang dijelaskan dalam paragraf 21, biaya perolehan aktiva yang diperoleh adalah sama dengan jumlah tercatat aktiva yang dilepaskan dan tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan. 47 Transaksi jual dan sewa guna usaha balik (sale and leaseback) dibukukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha. 48 Aktiva tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan ditahan untuk dilepaskan dinilai pada yang terendah antara jumlah tercatatnya dan nilai realisasi neto. Pengungkapan 49 Laporan keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan dengan setiap jenis aktiva tetap: (a) dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto. Jika lebih dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap kategori harus diungkapkan; (b) metode penyusutan yang digunakan;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 10 of 15

(c) masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; (d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode; (e) suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan: (i) penambahan; (ii) pelepasan; (iii) akuisisi melalui penggabungan usaha; (iv) revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah; (v) penurunan nilai tercatat sesuai dengan paragraf 43; (vi) penyusutan; (vii) beda nilai tukar neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan suatu entitas asing; dan (viii)setiap pengklasifikasian kembali. 50 Laporan keuangan juga harus mengungkapkan: (a) eksistensi dan batasan atas hak milik, dan aktiva tetap yang dijaminkan untuk hutang; (b) kebijakan akuntansi untuk biaya perbaikan yang berkaitan dengan aktiva tetap; dan (c) jumlah pengeluaran pada akun aktiva tetap dalam konstruksi; dan (d) jumlah komitmen untuk akuisisi aktiva tetap. 51 Pemilihan metode penyusutan dan estimasi masa manfaat aktiva adalah masalah pertimbangan. Karenanya, pengungkapan metode yang digunakan dan usia manfaat yang diestimasi atau tarif penyusutan menyediakan pemakai laporan keuangan dengan informasi yang mengijinkan mereka meninjau kebijakan yang dipilih oleh manajemen dan memungkinkan perbandingan dibuat dengan perusahaan lain. Untuk alasan serupa, adalah perlu untuk mengungkapkan penyusutan yang dialokasikan dalam suatu periode dan akumulasi penyusutan pada akhir periode tersebut. 52 Suatu perusahaan mengungkapkan hakekat dan pengaruh suatu perubahan dalam suatu estimasi akuntansi yang memiliki pengaruh material dalam periode sekarang atau yang mana diharapkan untuk miliki suatu pengaruh material dalam periode berikutnya sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. Pengungkapan tersebut dapat timbul dari perubahan estimasi dalam: (a) nilai sisa; (b) biaya pembongkaran, pemindahan dan perbaikan;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 11 of 15

(c) masa manfaat; dan (d) metode penyusutan. 53 Jika aktiva tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali hal berikut harus diungkapkan: (a) dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva; (b) tanggal efektif penilaian kembali; (c) nama penilai independen, bila ada; (d) hakekat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti; (e) jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap; (f) surplus penilaian kembali aktiva tetap. 54 Para pemakai laporan keuangan juga menemui bahwa informasi berikut adalah relevan dengan kebutuhan mereka; (a) jumlah tercatat aktiva tetap yang menganggur secara temporer; (b) jumlah tercatat bruto dari setiap aktiva tetap yang disusutkan penuh yang masih dalam penggunaan; (c) jumlah tercatat aktiva tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan ditahan untuk dihentikan; dan (d) jika benchmark treatment digunakan, nilai wajar aktiva tetap jika secara material berbeda dari jumlah tercatatnya. Karena itu, perusahaan dianjurkan untuk mengungkapkan jumlah jumlah di atas. Aktiva Lain-lain 55 Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap, dan juga tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/penyertaan maupun aktiva tak berwujud, seperti : aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kepada pemegang saham, beban yang ditangguhkan dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain 56 Biaya yang tidak dilaporkan sebagai beban pada periode terjadinya karena dianggap memberikan manfaat bagi periode-periode selanjutnya digolongkan sebagai beban yang ditangguhkan . Pos-pos yang termasuk dalam golongkan ini antara lain: a. Biaya pendirian perusahaan yang timbul pada perusahaan dalam tahap pengembangan. (Lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 6 tentang Akuntansi Dan Pelaporan Bagi Perusahaan Dalam Tahap Pengembangan) b. Biaya emisi saham, yaitu biaya yang terjadi dalam rangka pemasyarakatan saham perusahaan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 12 of 15

yang meliputi biaya notaris/penasihat hukum, penilai, biaya percetakan efek dan prospektus, biaya pendaftaran, penjamin emisi dan lain sebagainya . 57 Selisih hutang pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan laba kena pajak dengan perhitungan pajak penghasilan berdasarkan laba akuntansi yang disebabkan oleh pos tidak lancar (saldo debit) disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 16 AKTIVA TETAP DAN AKTIVA LAIN-LAIN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 terdiri dari paragraf 58 - 76. Pernyataan Ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 57. 58 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi aktiva tetap dan aktiva lain-lain kecuali bila standar akuntansi keuangan lainnya mensyaratkan suatu perlakuan akuntansi yang berbeda . Pengakuan Aktiva tetap 59 Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap bila: (a) besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan; dan (b) biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal. Pengakuan Awal Aktiva tetap 60 Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan . 61 Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masingmasing aktiva yang bersangkutan. 62 Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam itu diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepas atau yang diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. 63 Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun Modal yang Berasal dari Sumbangan. Pengeluaran Setelah Perolehan (Subsequent Expenditures) 64 Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan. Pengukuran Berikutnya (Subsequent Measurement) terhadap Pengakuan Awal

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 13 of 15

65 Aktiva tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. 66 Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap . Penyusutan 67 Jumlah dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap harus dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode penyusutan harus mencerminkan pola pemanfaatan ekonomi aktiva (the pattern in which the asset's economic benefits are consumed by the enterprise) oleh perusahaan. Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai beban untuk periode yang bersangkutan, kecuali termasuk sebagai jumlah tercatat aktiva lain. 68 Masa manfaat suatu aktiva tetap harus ditelaah ulang secara periodik dan, jika harapan berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya, beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan. 69 Metode penyusutan yang digunakan untuk aktiva tetap ditelaah ulang secara periodik dan jika terdapat suatu perubahan signifikan dalam pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut, metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu perubahan kebijakan akuntansi dan dilaporkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi dan beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan. 70 Apabila manfaat keekonomian suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar jumlah tercatatnya maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat keekonomian yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tetap tersebut dilaporkan sebagai kerugian. Penghentian dan Pelepasan 71 Suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aktiva secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada manfaat keekonomian masa yang akan datang diharapkan dari pelepasannya. 72 Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi. Pengungkapan 73 Laporan keuangan harus mengungkapkan, dalam hubungan dengan setiap jenis aktiva tetap: (a) dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto. Jika lebih dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar dalam setiap kategori harus diungkapkan;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 14 of 15

(b) metode penyusutan yang digunakan; (c) masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; (d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode; (e) suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan: (i) penambahan; (ii) pelepasan; (iii) akuisisi melalui penggabungan usaha; (iv) revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah; (v) penurunan nilai tercatat sesuai dengan paragraf 66; (vi) penyusutan; (vii) perbedaan pertukaran neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan suatu entitas asing; dan (viii) setiap pengklasifikasian kembali. 74 Laporan keuangan juga harus mengungkapkan: (a) eksistensi dan batasan atas hak milik, dan aktiva tetap yang dijaminkan untuk hutang; (b) kebijakan akuntansi untuk biaya perbaikan yang berkaitan dengan aktiva tetap; dan (c) jumlah pengeluaran pada akun aktiva tetap dalam konstruksi; dan (d) jumlah komitmen untuk akuisisi aktiva tetap. 75 Jika aktiva tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali hal berikut harus diungkapkan: (a) dasar yang digunakan untuk menilai kembali aktiva; (b) tanggal efektif penilaian kembali; (c) nama penilai independen, bila ada; (d) hakekat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti; (e) jumlah tercatat setiap jenis aktiva tetap; (f) surplus penilaian kembali aktiva tetap. Aktiva lain-lain

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 16

Page 15 of 15

76 Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap, dan juga tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/penyertaan maupun aktiva tak berwujud, seperti: aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kepada pemegang saham, beban yang ditangguhkan dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain. 77 Apabila perusahaan memilih untuk menghitung pajak penghasilan menurut laba akuntansi, selisih perhitungan tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba kena pajak), yang disebabkan "perbedaan waktu" pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak, ditampung dalam akun "pajak penghasilan yang ditangguhkan", dikelompokkan sebagai bagian dari aktiva lain-lain dan dialokasikan pada beban kena pajak penghasilan tahuntahun mendatang. Tanggal Aktif 78 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal Januari 1 995. Penerapan lebih dini dianjurkan .

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 16 Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.htm

10/17/03

PSAK no 17

Page 1 of 5

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 17 AKUNTANSI PENYUSUTAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 17 tentang Akuntansi Penyusutan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Alokasi biaya yang tepat harus dilakukan di antara berbagai pos aktiva dan beban (misalnya dalam penetapan unsur harga perolehan properti, pabrik dan peralatan atau biaya pemeliharaan), karena akan mempengaruhi perhitungan laba untuk serangkaian periode akuntansi. Demikian pula, biaya umum (common cost) yang berkenaan dengan lebih dari satu aktivitas harus didistribusikan dengan tepat menurut dasar pembebanan yang layak, seperti faktor waktu atau faktor penggunaan. Tujuan dari Pernyataan ini adalah mengatur tentang pembebanan penyusutan aktiva yang dapat disusutkan. Masalah utama dalam akuntansi penyusutan suatu aktiva adalah penentuan jumlah

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 17 Akuntansi Penyusutan.htm

10/17/03

PSAK no 17
yang dapat disusutkan, metode penyusutan dan penentuan masa manfaat keekonomian. Ruang Lingkup

Page 2 of 5

01 Pernyataan ini menyangkut akuntansi penyusutan dan diterapkan untuk seluruh aktiva yang dapat disusutkan kecuali: (a) hutan dan sumber daya alam serupa yang dapat diperbaharui (b) pengeluaran eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui; (c) pengeluaran riset dan pengembangan; (d) goodwill. Definisi 02 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini: Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva yang: (a) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi, dan (b) memiliki suatu manfaat yang terbaatas, dan (c) ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi. Masa manfaat adalah: (a) periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau (b) jumlah produksi unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya. Penghapusan aktiva adalah penghapusan nilai buku suatu aktiva yang dilakukan apabila nilai buku yang tercantum tidak lagi menggambarkan manfaat dari aktiva yang bersangkutan. Penghapusan aktiva berbeda dengan penyusutan. Penjelasan 03 Aktiva yang dapat disusutkan seringkali merupakan begian signifikan aktiva perusahaan. Penyusutan karenanya dapat berpengaruh secara signifikan dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. 04 Pandangan pertama menyatakan bahwa jika nilai dari suatu aktiva telah meningkat melampaui

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 17 Akuntansi Penyusutan.htm

10/17/03

PSAK no 17

Page 3 of 5

jumlah tercatat (carrying amount) dalam laporan keuangan, adalah tidak perlu untuk membebankan penyusutan. Pandangan kedua menyatakan bahwa penyusutan harus dibebankan pada setiap periode akuntansi berdasarkan jumlah yang dapat disusutkan tanpa memandang kenaikan nilai jual kembali aktiva. Masa Manfaat 05 Estimasi dari masa manfaat suatu aktiva yang dapat disusutkan atau suatu kelompok aktiva serupa yang dapat disusutkan adalah suatu masalah pertimbangan yang biasanya berdasarkan pengalaman dengan jenis aktiva yang serupa. Untuk suatu aktiva yang menggunakan teknologi baru atau yang digunakan dalam produksi suatu produk baru atau yang digunakan dalam pemberian suatu jasa baru dan hanya sedikit pengalaman mengenai jasa tersebut, estimasi masa manfaat lebih sulit namun tetap dibutuhkan. 06 Masa manfaat dari suatu aktiva yang dapat disusutkan untuk suatu perusahaan mungkin lebih pendek daripada usia fisiknya. Sebagai tambahan terhadap aus atau kerusakan fisik (physical wear and tear) yang tergantung pada faktor operasional (seperti frekuensi penggunaan aktiva, program perbaikan dan pemeliharaan), faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut termasuk keusangan yang timbul dari perubahan teknologi atau perbaikan dalam produksi, keusangan yang timbul dari perubahan dalam permintaan pasar terhadap output produk atau jasa dari aktiva, dan pembatasan hukum seperti tanggal batas penggunaan. Nilai sisa 07 Nilai sisa suatu aktiva seringkali tidak signifikan dan dapat diabaikan dalam penghitungan jumlah yang dapat disusutkan. Jika nilai sisa signifikan, nilai tersebut diestimasi pada tanggal perolehan atau pada tanggal dilakukannnya revaluasi aktiva (hanya mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah), berdasarkan nilai yang dapat direalisasikan pada tanggal tersebut untuk aktiva yang sama yang telah mencapai akhir masa manfaatnYa dan beroperasi dalam kondisi yang hampir sama dengan aktiva yang akan digunakan. Nilai sisa kotor selalu dikurangi dengan harapan biaya pelepasan pada akhir masa manfaat suatu aktiva. Metode Penyusutan 08 Jumlah yang dapat disusutkan dialokasi ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. 09 Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut: (a) berdasarkan waktu: (i) metode garis lurus (straight-line method) (ii) metode pembebanan yang menurun: - metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the years-digit method) - metode saldo-menurun/saldo-menurun-ganda (declining/double-declining balance method) (b) berdasarkan penggunaan:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 17 Akuntansi Penyusutan.htm

10/17/03

PSAK no 17

Page 4 of 5

(i) metode jam-jasa (service-hours method) (ii) metode jumlah unit produksi (productive-output method). (c) berdasarkan kriteria lainnya: (i) metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method) (ii) metode anuitas (annuity method) (iii) sistem persediaan (inventory systems) Tanah dan Bangunan 10 Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya tidak dianggap sebagai suatu aktiva yang dapat disusutkan. Namun, tanah yang memiliki masa manfaat terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aktiva yang dapat disusutkan. 11 Bangunan merupakan aktiva yang dapat disusutkan sesuai definisi dalam paragraf 2. Pengungkapan 12 Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu aktiva yang dapat disusutkan adalah merupakan masalah pertimbangan. Pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi masa manfaat atau tingkat penyusutan yang digunakan menyediakan bagi para pemakai laporan keuangan informasi yang membuat mereka dapat menelaah kebijakan yang dipilih manajemen dan dapat membuat perbandingan dengan perusahaan lain. Untuk alasan serupa, adalah perlu untuk mengungkapkan jumlah yang dapat disusutkan yang dialokasikan dalam suatu periode dan akumulasi penyusutan pada akhir periode tersebut. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 17 AKUNTANSI PENYUSUTAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 17 terdiri dari paragraf 13-18. Standar ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-12. 13 Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva dialokasi berdasar suatu dasar sistematis dan beralasan selama masa manfaat tersebut. 14 Metode penyusutan yang dipilih harus digunakan secara konsisten dari periode ke periode kecuali perubahan keadaan yang memberi alasan atau dasar suatu perubahan metode. Dalam suatu periode akuntansi di mana metode penyusutan berubah, pengaruh perubahan harus dikuantifikasikan dan harus diungkapkan. Alasan perubahan harus diungkapkan. 15 Masa manfaat dari suatu aktiva mempertimbangkan faktor berikut: yang dapat disusutkan harus diestimasi setelah

(a) taksiran aus dan kerusakan fisik (physical wear and tear) (b) keusangan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 17 Akuntansi Penyusutan.htm

10/17/03

PSAK no 17

Page 5 of 5

(c) pembatasan hukum atau lainnya atas penggunaan aktiva. 16 Masa manfaat dari aktiva yang dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik dan persentase penyusutan disesuaikan untuk periode sekarang dan yang akan datang jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya. Pengaruh perubahan harus diungkapkan dalam periode akuntansi di mana perubahan terjadi . 17 Pengungkapan tentang penyusutan merujuk kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.16 tentang Aktiva Tetap. Tanggal Efektif 18 Standar Akuntansi Keuangan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 17 Akuntansi Penyusutan.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 1 of 12

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 18 AKUNTANSI DANA PENSIUN

DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN Dana Pensiun berperan sangat penting dalam pembangunan baik dari segi ekonomi maupun kesejahteraan sosial. Dalam periode Pembangunan Jangka Panjang Tahap II peran swasta dan dana non APBN diharapkan semakin meningkat dan semakin penting. Melalui program pensiun diharapkan tabungan masyarakat dapat terakumulasi dan dikelola secara bijak dan aman agar kesejahteraan pensiunan terjamin dan kebutuhan pembiayaan pembangunan dapat terpenuhi secara berkesinambungan. Sehubungan dengan itu maka telah diberlakukan Undang-Undang Nomor: 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dana Pensiun sebagai suatu lembaga yang mandiri dan mendapatkan kepercayaan untuk mengelola dana milik peserta program pensiun haruslah dikelola secara profesional. Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, pengurus Dana Pensiun secara berkala berkewajiban untuk membuat laporan tertentu sehubungan dengan pertanggung-jawabannya. Salah satu laporan penting adalah laporan keuangan. Mengingat bahwa misi dan kegiatan Dana Pensiun adalah berlainan dengan perusahaan, maka sudah jelas perlu disusun standar akuntansi secara khusus sebagai pedoman bagi Dana Pensiun dalam penyusunan laporan keuangan. Kami sangat gembira bahwa ikatan Akuntan Indonesia dengan tanggap telah mengisi kebutuhan tersebut dengan berhasil menyusun Standar Akuntansi Keuangan untuk Dana Pensiun. Dengan berlakunya Standar Akuntansi Keuangan tersebut diharapkan agar laporan keuangan Dana Pensiun dapat menyajikan informasi keuangan yang signifikan secara lebih andal dan dapat diperbandingkan sehingga dapat meningkatkan keamanan dan kredibilitas Dana Pensiun. Sehubungan dengan itu kami memberikan penghargaan dan berterima kasih kepada Komite Prinsip Akuntansi Indonesia - Ikatan Akuntan Indonesia yang telah berhasil menyusun Standar Akuntansi Keuangan Dana Pensiun tepat pada waktunya. Jakarta, 9 September 1994 Direktur Jenderal Lembaga Keuangan

DR. Ir. Bambang Subianto, MBA KATA PENGANTAR Dana Pensiun sebagai lembaga yang mendapatkan kepercayaan untuk mengelola dana peserta program pensiun adalah sangat penting dipandang dari sudut ekonomi dan sosial. Kebijakan manajemen dana pensiun sangat menentukan portofolio investasi dana peserta. Arah investasi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 2 of 12

Dana Pensiun yang jumlahnya diantisipasikan semakin lama semakin signifikan akan sangat menentukan pilihan prioritas pendanaan sektor industri dalam pembangunan. Nasib para pensiunan juga tergantung pada keberhasilan Dana Pensiun. Sehubungan dengan itu maka sebagaimana layaknya suatu lembaga yang didalamnya tersangkut kepentingan publik manajemen Dana Pensiun haruslah transparan. Laporan keuangan adalah cermin manajemen, dan oleh karena itu Dana Pensiun harus menyusun laporan keuangan sedemikian rupa agar para pembaca yang berkepentingan tidak tersesat. Di tinjau dari misi dan kegiatan usahanya, Dana Pensiun mempunyai kekhususan yang berlainan dengan suatu perusahaan. Maka informasi keuangan pokok yang perlu disajikan dalam laporan keuangan juga mempunyai kekhususan. Pihak yang paling utama harus dilindungi kepentingannya adalah para peserta program pensiun yang telah mempercayakan hari tuanya kepada Dana Pensiun, dan mereka sangat berkepentingan untuk mengetahui setiap saat apakah jumlah aktiva bersih cukup tersedia untuk membayar manfaat pensiun pada saatnya, di samping itu juga diperlukan informasi tentang perubahan yang terjadi atas aktiva bersih tersebut serta penyebab perubahan. Oleh karena itu Laporan Aktiva Bersih dan Laporan Perubahan Aktiva Bersih menjadi sangat penting bagi Dana Pensiun. Untuk tujuan perpajakan dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta masukan yang diterima baik dari akademisi maupun praktisi selama public hearing; di samping kedua laporan tersebut di atas, untuk Dana Pensiun juga perlu disusun neraca, laporan hasil usaha, dan laporan arus kas. Sehubungan dengan kekhususan jenis informasi yang diperlukan, maka menyimpang dari kelaziman, di samping harga perolehan digunakan juga nilai wajar dalam penilaian aktiva tertentu. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 18 tentang Akuntansi Dana Pensiun ini disusun dengan mengadaptasi IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans dengan memperhatikan peraturan perundangan tentang Dana Pensiun yang berlaku di Indonesia, khususnya Undang Undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun serta peraturan pelaksanaannya. Akuntansi Dana Pensiun merupakan sesuatu yang baru, yang memerlukan ketekunan semua pihak terkait untuk selalu menyempurnakan. Pada kesempatan ini Komite PAI ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, DR. Bambang Soebianto yang telah menaruh perhatian khusus atas Dana Pensiun termasuk masalah akuntansinya, Direktur Dana Pensiun, Drs. Indomen Saragih, Direktur Pembinaan Jasa Akuntan dan Penilai, Drs. Kartomo Wiryobroto, beserta staf Departemen Keuangan lainnya, Asosiasi Dana Pensiun Indonesia, Persatuan Aktuaris Indonesia yang telah banyak memberikan masukan yang berharga. Kepada Dra. Yosepha Sayekti M.Com, Dra. Merliyana Syamsul dan Dra. Rosita Sinaga yang telah bersedia melakukan penelitian tentang Akuntansi Dana Pensiun, Komite PAI ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan; tanpa bantuan mereka mungkin Pernyataan ini belum dapat diterbitkan. Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Ketua Jusuf Halim Sekretaris Hein G. Surjaatmadja Anggota Katjep K. Abdoelkadir Anggota

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 3 of 12

Wahjudi Prakarsa Anggota Jan Hoesada Anggota M. Ashadi Anggota Mirza Mochtar Anggota IPG. Ary Suta Anggota Sobo Sitorus Anggota Timoty Marnandus Anggota Mirawati Soedjono Anggota

DAFTAR ISI paragraf SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Definisi PENJELASAN Akuntansi dan Pelaporan Dana Pensiun Program Pensiun luran Pasti Program Pensiun Manfaat Pasti Kewajiban Aktuaria Frekuensi Penilaian Aktuarial Laporan Keuangan Dana Pensiun Penilaian Aktiva Dana Pensiun

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 4 of 12

Penyajian Informasi dalam Laporan Keuangan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.18 AKUNTANSI DANA PENSIUN Laporan Keuangan Dana Pensiun Laporan Aktiva Bersih Laporan Perubahan Aktiva Bersih Neraca, Perhitungan Hasil Usaha dan Laporan Arus Kas Penilaian Aktiva Dana Pensiun Pengungkapan Masa Transisi Tanggal Efektif

PENDAHULUAN Tujuan Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang berdiri sendiri dan terpisah dari Pemberi Kerja, yang berfungsi untuk mengelola dan menjalankan program pensiun sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Mengingat bahwa Dana Pensiun mempunyai tujuan dan kegiatan usaha yang berlainan dengan perusahaan pada umumnya, maka perlu disusun Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku khusus untuk Dana Pensiun sebagai pedoman proses akuntansi serta proses penyusunan laporan keuangan. Kekhususan Standar Akuntansi Keuangan Dana Pensiun terutama mengenai isi laporan keuangan, penilaian aktiva dan penentuan kewajiban manfaat pensiun. Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi dan pelaporan Dana Pensiun. 02 Pernyataan ini mengatur tentang akuntansi dan pelaporan oleh Dana Pensiun kepada pihak yang berkepentingan. Pernyataan ini tidak mengatur pelaporan kepada masing-masing peserta program pensiun tentang hak manfaat pensiun mereka masing-masing. 03 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24 tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun, mengatur tentang penentuan biaya pensiun dan aktiva/kewajiban sehubungan program pensiun yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan Pemberi Kerja. Dengan demikian pernyataan ini perlu dikaji dalam kaitannya dengan Standar Akuntansi Keuangan tersebut. 04 Standar Akuntansi Keuangan lainnya juga berlaku dalam penyusunan laporan keuangan Dana

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18
Pensiun sepanjang tidak diatur dalam Pernyataan ini.

Page 5 of 12

05 Pernyataan ini berlaku untuk Program Pensiun luran Pasti (PPIP) dan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundangan yang berlaku di bidang Dana Pensiun. 06 Pernyataan ini tidak mengatur tentang kesejahteraan karyawan dalam bentuk lainnya, misalnya kewajiban pemberian pesangon, pengaturan kompensasi yang ditangguhkan (deferred compensation management), tunjangan kesehatan dan kesejahteraan program bonus dan lainlain. Program jaminan kesejahteraan sosial yang diwajibkan pemerintah (jamsostek) juga di luar lingkup Pernyataan ini. Definisi 07 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun luran Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya, sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban bagi pemberi kerja. Dana Pensiun Lembaga Keuangan {DPLK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun Pekerja Mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Peraturan Dana Pensiun adalah penyelenggaraan program pensiun. peraturan yang berisi ketentuan yang menjadi dasar

Program Pensiun adalah setiap program yang mengupayakan manfaat pensiun bagi Peserta. Program Pensiun luran Pasti (PPIP) adalah Program Pensiun yang iurannya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah Program Pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun atau Program Pensiun lain yang bukan merupakan Program Pensiun luran Pasti. Manfaat Pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Peserta adalah setiap orang yang memenuhi persyaratan Peraturan Dana Pensiun untuk menjadi penerima manfaat pensiun. Pemberi Kerja adalah badan usaha yang memiliki program pensiun bagi karyawannya. Pemberi Kerja dapat merupakan pendiri atau mitra pendiri. Pendiri adalah: (a) orang atau badan yang membentuk Dana Pensiun Pemberi Kerja;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 6 of 12

(b) bank/perusahaan asuransi jiwa yang membentuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan Mitra Pendiri adalah pemberi kerja yang ikut serta dalam suatu Dana Pensiun Pemberi Kerja Pendiri untuk kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya. Kewajiban Aktuaria (Present Value of Accumulated Pension Benefit /Actuarial Present Value of Promised Retirement Benefit) adalah nilai sekarang pembayaran manfaat pensiun yang akan dilakukan Dana Pensiun kepada karyawan yang masih bekerja dan yang sudah pensiun, yang dihitung berdasarkan jasa yang telah diberikan. Pendanaan adalah pembayaran iuran oleh pemberi kerja atau pemberi kerja dan peserta atau peserta yang sifatnya tidak dapat ditarik kembali, dalam rangka menyiapkan dana untuk memenuhi kewajiban membayar manfaat pensiun. Aktiva Bersih adalah total seluruh aktiva Dana Pensiun tidak termasuk piutang jasa lalu (past service) yang belum jatuh tempo, dikurangi dengan seluruh kewajiban kecuali kewajiban aktuaria yang dihitung oleh aktuaris. Selisih Kewajiban Aktuaria adalah selisih Kewajiban Aktuaria dan Aktiva Bersih. Nilai Wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar {arm's length transaction). Pihak adalah perorangan, perusahaan, usaha bersama atau setiap kelompok yang terorganisasi. PENJELASAN Akuntansi dan Pelaporan Dana Pensiun 08 Program Pensiun dapat dibedakan menjadi dua yaitu Program Pensiun luran Pasti (PPIP) dan Program Pensiun Manfaat Pasti ( PPM P) . 09 Dana Pensiun dapat berupa Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Dana Pensiun Pemberi Kerja dapat menyelenggarakan PPIP atau PPMP, sedangkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menyelenggarakan PPIP. 10 Pembentukan dan pengelolaan Dana Pensiun harus didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku. Program Pensiun Iuran Pasti 11 Dalam PPIP, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan pemberi kerja atau iuran peserta, dan hasil usaha. Kewajiban dari pemberi kerja adalah membayar iuran sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Bantuan aktuaris biasanya tidak diperlukan, meskipun nasehat aktuaris kadang-kadang digunakan untuk memperkirakan manfaat pensiun yang akan diterima peserta pada saat pensiun, berdasarkan jumlah iuran saat ini dan dimasa datang serta estimasi hasil investasi Dana Pensiun. 12 Peserta berkepentingan untuk mengetahui kegiatan investasi Dana Pensiun karena sangat menentukan manfaat pensiun yang diterima. Baik peserta maupun pemberi kerja berkepentingan untuk mengetahui apakah iuran telah dilakukan sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun,

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 7 of 12

pengawasan atas kekayaan Dana Pensiun telah dilakukan secara tepat kegiatan operasional Dana Pensiun telah dilaksanakan secara efisien dan wajar. Sedangkan Pemerintah berkepentingan untuk mengetahui apakah Dana Pensiun telah dikelola sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 13 Tujuan dari pelaporan Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPIP adalah untuk menyediakan informasi secara periodik mengenai penyelenggaraan program pensiun, posisi keuangan serta kinerja investasinya. Tujuan tersebut lazimnya dapat dipenuhi dengan menyusun laporan yang antara lain terdiri dari: a. penjelasan atas kegiatan penting Dana Pensiun selama suatu periode pelaporan dan dampak setiap perubahan Peraturan Dana Pensiun; b. Iaporan tentang transaksi dan kinerja investasi selama periode pelaporan dan posisi keuangan Dana Pensiun pada akhir periode pelaporan; dan c. penjelasan mengenai kebijakan/arahan investasi. Program Pensiun Manfaat Pasti 14 Dalam PPMP, besarnya pembayaran manfaat pensiun yang diJanJikan kepada peserta ditentukan dengan rumus manfaat pensiun yang telah ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Rumus tersebut dipengaruhi oleh masa kerja, faktor penghargaan per tahun masa kerja dan penghasilan dasar pensiun. 15 PPMP membutuhkan bantuan aktuaris secara periodik untuk menentukan besarnya nilai kewajiban aktuaria, mengkaji kembali asumsi aktuarial yang digunakan dan merekomendasikan tingkat iuran yang seharusnya. 16 Tujuan pelaporan Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP adalah menyediakan informasi secara periodik mengenai penyelenggaraan program pensiun, posisi keuangan serta kinerja investasinya yang berguna untuk menentukan besarnya kekayaan Dana Pensiun dihubungkan dengan besarnya kewajibannya membayar manfaat pensiun kepada peserta pada saat tertentu. Tujuan ini lazimnya dapat dipenuhi dengan menyusun laporan yang antara lain terdiri dari: a. penjelasan mengenai kegiatan penting selama suatu periode pelaporan dan dampak dari setiap perubahan peraturan Dana Pensiun; b. Iaporan tentang transaksi dan kinerja investasi selama periode pelaporan dan posisi keuangan Dana Pensiun pada akhir periode pelaporan; c. penjelasan mengenai kebijakan/arahan investasi; dan d. perhitungan kewajiban aktuaria berdasarkan laporan aktuaris yang terakhir. Kewajiban Aktuaria 17 Dalam laporan keuangan Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, perlu diungkapkan penjelasan yang memadai mengenai sumber perhitungan kewajiban aktuaria seperti metode penilaian dan asumsi aktuarial yang digunakan aktuaris, nama aktuaris dan tanggal laporan aktuaris yang terakhir. Frekuensi Penilaian Aktuarial

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 8 of 12

18 Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP wajib memiliki laporan aktuaris sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam laporan keuangan Dana Pensiun harus disebutkan tanggal laporan aktuaris terakhir yang digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan yang bersangkutan. Laporan Keuangan Dana Pensiun 19 Laporan keuangan Dana Pensiun terdiri dari laporan aktiva bersih, laporan perubahan aktiva bersih, neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan . 20 Khusus untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, laporan mengenai kewajiban aktuaria dan perubahannya perlu disusun sebagai lampiran laporan keuangan. 21 Sebagai informasi tambahan atas laporan keuangan perlu disajikan antara lain portofolio investasi, rincian biaya yang merupakan beban Dana Pensiun selama satu periode sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun (untuk Dana Pensiun Pemberi Kerja) atau rincian biaya yang dapat dipungut dari Peserta atau dibebankan pada rekening Peserta selama satu periode sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun (untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan) . Penilaian Aktiva Dana Pensiun 22 Aktiva Dana Pensiun dinilai sesuai dengan SAK yang berlaku, namun mengingat tujuan Dana Pensiun dan kekhususan informasi yang diperlukan maka dalam neraca, untuk aktiva tertentu disamping nilai historis perlu ditentukan pula nilai wajarnya. Selisih antara nilai historis dan nilai wajar disajikan sebagai Selisih Penilaian Investasi. Untuk tujuan penyusunan laporan aktiva bersih dan laporan perubahan aktiva bersih, investasi Dana Pensiun dinilai berdasarkan nilai wajar (fair value). Surat-surat berharga dinilai berdasarkan harga pasar karena dianggap sebagai nilai yang paling tepat untuk mengukur nilai surat berharga pada tanggal laporan dan hasil investasi selama periode tersebut. Surat-surat berharga yang nilai jatuh temponya sudah ditetapkan dan memang dimaksudkan untuk membayar manfaat pensiun dinilai berdasarkan nilai jatuh temponya dengan asumsi tingkat pengembalian yang tetap. Jika suatu investasi tidak mempunyai nilai wajar maka perlu diungkapkan alasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan. Aktiva operasional dinilai berdasarkan nilai buku. Penyajian Informasi dalam Laporan Keuangan 23 Laporan keuangan Dana Pensiun perlu mengungkapkan informasi relevan antara lain sebagai berikut: (a) laporan aktiva bersih: (i) nilai aktiva pada akhir periode dengan klasifikasi yang tepat, (ii) dasar penilaian aktiva, (iii) investasi sesuai dengan rincian jumlah investasi menurut jenis, (iv) kewajiban selain daripada kewajiban aktuaria; (b) laporan perubahan aktiva bersih:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 9 of 12

(i) biaya jasa kini (iuran normal) yang jatuh tempo baik yang berasal dari pemberi kerja atau pemberi kerja dan peserta atau peserta, (ii) biaya jasa lalu (iuran tambahan) yang jatuh tempo, (iii) hasil investasi antara lain bunga, dividen, dan sewa, (iv) pendapatan lain-lain, (v) manfaat yang sudah dibayarkan dan yang masih terhutang, dirinci untuk peserta yang pensiun, yang meninggal atau yang cacat, juga untuk pembayaran manfaat secara sekaligus, (vi) beban administrasi, (vii) beban investasi, (viii) beban lain-lain (ix) pajak penghasilan, (x) keuntungan atau kerugian dari pelepasan investasi dan penurunan atau kenaikan nilai investasi, dan (xi) pengalihan dana ke/dan dari Dana Pensiun lain; (c) neraca: (i) posisi keuangan Dana Pensiun, (ii) nilai historis, khusus untuk investasi ditentukan juga nilai wajarnya; (d) perhitungan hasil usaha: (i) pendapatan dan beban investasi, (ii) beban administrasi, (iii) pendapatan lain-lain; (e) laporan arus kas: laporan arus kas disajikan sesuai dengan sifat kegiatan usaha Dana Pensiun selama periode pelaporan; (f) catatan atas laporan keuangan, mencakup: (i) penjelasan mengenai program pensiun serta perubahan yang terjadi selama periode laporan, antara lain: - nama pendiri Dana Pensiun dan mitra pendiri (jika ada),

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 10 of 12

- kelompok karyawan yang menjadi peserta program pensiun, - jumlah peserta program pensiun dan jumlah pensiunan, - jenis program pensiun, - iuran yang berasal dari peserta, jika ada, - untuk PPMP, penjelasan mengenai manfaat pensiun yang dijanjikan, - penjelasan mengenai rencana penggabungan, pemisahan, pemindahan kelompok peserta dan pembubaran Dana Pensiun (jika besar kemungkinannya terjadi); (ii) penjelasan singkat mengenai kebijakan akuntansi yang penting, (iii) penjelasan mengenai kebijakan pendanaan, (iv) rincian portofolio investasi, dan (v) perhitungan kewajiban aktuaria, metode penilaian, asumsi aktuarial, nama dan tanggal laporan aktuaris terakhir (dalam hal PPMP).

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 18 AKUNTANSI DANA PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 18 terdiri dari paragraf 24-31 Standar Ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-23. Laporan Keuangan Dana Pensiun 24 Laporan keuangan Dana Pensiun, baik yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) maupun Program Pensiun luran Pasti (PPIP) mencakup: (a) Laporan Aktiva Bersih (b) Laporan Perubahan Aktiva Bersih (c) Neraca (d) Perhitungan Hasil Usaha (e) Laporan Arus Kas (f) Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan Aktiva Bersih 25 Laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang jumlah aktiva bersih yang tersedia

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18
untuk membayar kewajiban manfaat pensiun kepada peserta pada tanggal laporan.

Page 11 of 12

Total seluruh aktiva Dana Pensiun tidak termasuk piutang jasa lalu (past service) yang belum jatuh tempo, dikurangi seluruh kewajiban kecuali kewajiban aktuaria, menunjukkan jumlah aktiva bersih yang tersedia untuk manfaat pensiun pada tanggal laporan. Aktiva untuk tujuan penyusunan laporan ini, dinilai sesuai dengan penjelasan pada butir 28. Laporan Perubahan Aktiva Bersih 26 Laporan ini berisi informasi tentang perubahan atas jumlah aktiva bersih yang tersedia untuk manfaat pensiun, serta menguraikan penyebab perubahan tersebut yang diperinci atas pertambahan dan atau pengurangan yang terjadi selama suatu periode tertentu. Neraca, Perhitungan Hasil Usaha dan Laporan Arus Kas 27 Neraca, laporan hasil usaha dan laporan arus kas disusun berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Pelaporan Laporan Keuangan yang berazas utama biaya historis. Khusus untuk investasi, ditentukan juga nilai wajarnya. Selisih antara nilai historis dan nilai wajar disajikan sebagai Selisih Penilaian Investasi. Selisih Penilaian Investasi bukan merupakan unsur hasil usaha, tetapi akan mengoreksi nilai historis menjadi nilai wajar. Untuk penyusunan laporan keuangan Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, penentuan kewajiban aktuaria berdasarkan laporan aktuaris terakhir. Di dalam Neraca, selisih antara nilai kewajiban aktuaria dan aktiva bersih disajikan sebagai Selisih Kewajiban Aktuaria. Dalam Neraca Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, piutang kepada pemberi kerja sehubungan dengan jasa masa lalu karyawan diakui sebesar jumlah yang telah jatuh tempo pada tanggal laporan. Penilaian Aktiva Dana Pensiun 28 Untuk tujuan penyusunan laporan aktiva bersih dan laporan perubahan aktiva bersih, aktiva dinilai sebagai berikut: (a) uang tunai, rekening giro dan deposito di bank dinilai menurut nilai nominal; (b) sertifikat deposito, Surat Berharga Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang dan surat pengakuan hutang lebih dari setahun dinilai berdasarkan nilai tunai; (c) surat berharga berupa saham dan obligasi yang diperjualbelikan di bursa efek, dinilai menurut nilai pasar yang wajar pada tanggal laporan; (d) penyertaan pada perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaporkan berdasarkan nilai appraisal sebagai hasil penilaian independen; (e) investasi pada tanah dan bangunan dilaporkan berdasarkan nilai appraisal sebagai hasil penilaian independen; (f) piutang dilaporkan berdasarkan jumlah yang dapat ditagih, setelah memperhitungkan penyisihan piutang tak tertagih; dan (g) aktiva operasional antara lain komputer, peralatan kantor dan peralatan lainnya dilaporkan berdasarkan nilai buku.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 18

Page 12 of 12

Bila suatu aktiva, misalnya gedung digunakan sebagian untuk investasi dan sebagian untuk kegiatan operasional, maka penggolongan aktiva sebagai investasi atau aktiva operasional ditentukan berdasarkan yang mana yang lebih signifikan. Pengungkapan 29 Informasi tentang hal tersebut di bawah ini perlu diungkapkan secukupnya dalam catatan atas laporan keuangan, antara lain: (a) penjelasan mengenai program pensiun serta perubahan yang terjadi selama periode laporan, nama pendiri Dana Pensiun dan mitra pendiri (jika ada); - kelompok karyawan yang menjadi peserta program pensiun; - jumlah peserta program pensiun dan jumlah pensiunan; - jenis program pensiun; - iuran yang berasal dari peserta, jika ada; - untuk PPMP, penjelasan mengenai manfaat pensiun yang dijanjikan; - penjelasan mengenai rencana penggabungan, pemisahan, pemindahan kelompok peserta dan pembubaran Dana Pensiun (jika besar kemungkinannya terjadi); (b) penjelasan singkat mengenai kebijakan akuntansi yang penting, (c) penjelasan mengenai kebijakan pendanaan, (d) rincian portofolio investasi, (e) perhitungan kewajiban aktuaria, metode penilaian, asumsi aktuarial, nama dan tanggal laporan aktuaris terakhir (dalam hal PPMP). Masa Transisi 30 Jika penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan tersebut dilaporkan secara prospektif. Tanggal Efektif 31 Pernyataan ini mulai berlaku untuk laporan keuangan Dana Pensiun yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan .

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 18 Akuntansi Dana Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 19

Page 1 of 7

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 AKTIVA TAK BERWUJUD

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 tentang Aktiva Tak Berwujud disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Pernyataan ini mengatur pengungkapannya. Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini tidak mengatur perlakuan akuntansi untuk: (a) biaya riset dan pengembangan; dan mengatur akuntansi untuk aktiva tak berwujud beserta

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 19 Aktiva tak Berwujud.htm

10/17/03

PSAK no 19

Page 2 of 7

(b) goodwill. Definisi 02 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Aktiva tak berwujud (in tangible asset) adalah aktiva tak lancar (noncurrent asset) dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain. Salah satu karakteristik aktiva tak berwujud yang paling penting adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian hari. Dalam banyak kasus, nilai aktiva tak berwujud berkisar antara nihil sampai dengan jumlah yang besar. Aktiva tak berwujud antara lain dapat berbentuk hak paten, hak cipta, franchise, merk dagang dan goodwill. PENJELASAN 03 Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah penentuan nilai perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva tak berwujud yang material dan permanen. Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada umumnya disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya kabur, dan kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomiannya. 04 Aktiva tak berwujud dibedakan menurut sifat kekhususannya, masa manfaatnya, hubungannya dengan kegiatan usaha, dan penghapusannya. Dasar penggolongan aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut: - Kemampuan untuk diidentifikasikan: dapat atau tidak dapat diidentifikasikan secara khusus. - Cara perolehan: diperoleh secara individual, secara kelompok, melalui penggabungan badan usaha atau dikembangkan sendiri. - Masa manfaat yang diharapkan: tergantung pada pembatasan yang diatur oleh hukum/perjanjian, pada faktor keekonomian atau manusia, atau pada jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak dapat ditentukan di masa depan. - Kemampuan untuk dipisahkan dari keseluruhan perusahaan: hak yang dapat dialihkan tanpa bukti pemilikan, dapat dijual atau tidak dapat dipisahkan dari perusahaan atau dari bagian pokoknya. 05 Perusahaan harus mencatat nilai perolehan aktiva tak berwujud yang diperoleh dari individu atau badan usaha lain sebagai aktiva. Biaya pemeliharaan atau penyimpanan aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan secara khusus, tidak dapat ditentukan masa manfaatnya/umurnya, atau tidak dapat dihindarkan dalam suatu kegiatan usaha harus dibebankan dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan. 06 Aktiva tak berwujud yang diperoleh harus dicatat sebesar harga perolehan pada tanggal akuisisi. Harga perolehan tersebut dinilai sebesar jumlah yang dibayar, nilai wajar dari aktiva lain yang diperoleh, nilai tunai dari kewajiban yang ada atau nilai wajar dari aktiva yang diterima untuk saham yang dikeluarkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 19 Aktiva tak Berwujud.htm

10/17/03

PSAK no 19

Page 3 of 7

07 Aktiva tak berwujud yang diperoleh secara kelompok atau sebagai bagian dari perusahaan yang diakuisisi, harus dicatat sebesar harga perolehan pada tanggal akuisisi. Penilaian harga perolehan ini tergantung pada- apakah aktiva tak berwujud tersebut dapat diidentifikasikan secara khusus atau tidak. Harga perolehan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasikan adalah sebagian dari harga perolehan sekelompok aktiva atau perusahaan yang diakuisisi yang biasanya ditentukan dari nilai wajar masing-masing aktiva tersebut. 08 Nilai aktiva tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu, sehingga harga perolehan aktiva tak berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama taksiran masa manfaatnya dan tidak boleh dibebankan seluruhnya pada periode perolehan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menaksir masa manfaat suatu aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut: - Ketentuan hukum, peraturan, perjanjian yang membatasi masa manfaat maksimum. - Kemungkinan untuk memperbarui atau memperpanjang batas masa manfaat yang telah ditentukan. - Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan faktor perubahan ekonomi dan teknologi yang mempengaruhi masa manfaat. - Prakiraan tindakan yang akan dilakukan oleh pesaing, pelaksana hukum/peraturan dan lainnya yang membatasi keunggulan dalam daya saing (competitive advantage). - Adanya suatu masa manfaat yang tidak terbatas, dan masa manfaat yang diharapkan tidak dapat ditaksir secara wajar. - Kemungkinan aktiva tak berwujud terdiri dari beberapa jenis/faktor yang mempunyai masa manfaat yang berbeda. Untuk menentukan masa manfaat aktiva tak berwujud secara wajar maka hal-hal tersebut di atas harus dianalisa terlebih dahulu. Taksiran masa manfaat yang wajar biasanya ditentukan dengan membuat batas atas dan batas bawah karena taksiran masa manfaat yang sesungguhnya sulit untuk ditentukan. 09 Periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 (duapuluh) tahun berdasarkan pertimbangan bahwa dalam 20 (duapuluh) tahun sudah banyak perkembangan yang terjadi sehingga untuk tenggang waktu selebihnya aktiva tak berwujud diperkiraan tidak lagi memiliki manfaat keekonomian. Oleh karena itu, meskipun analisa pada saat perolehan suatu aktiva tak berwujud menunjukan masa manfaat yang melebihi 20 (duapuluh) tahun, periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 (duapuluh) tahun. 10 Metode amortisasi aktiva tak berwujud adalah metode garis lurus (straight line method), kecuali jika ada metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Laporan keuangan harus mengungkapkan metode dan periode amortisasi yang digunakan. 11 Perusahaan harus mengevaluasi periode amortisasi aktiva tak berwujud secara teratur untuk memutuskan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan. Jika taksiran masa manfaat berubah, maka jumlah harga perolehan yang belum diamortisasi harus dibebankan pada sisa masa manfaat yang baru, dengan syarat tidak boleh melebihi 20 (duapuluh) tahun dari tanggal perolehan. Taksiran nilai dan manfaat masa depan suatu aktiva tak berwujud yang belum diamortisasi tersebut harus dikurangi dengan jumlah tertentu sebagai beban usaha dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan. Meskipun demikian, kerugian pada satu atau beberapa tahun tertentu secara berurutan tidak

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 19 Aktiva tak Berwujud.htm

10/17/03

PSAK no 19

Page 4 of 7

dapat dijadikan alasan untuk membebankan semua atau sebagian harga perolehan aktiva tak berwujud yang belum diamortisasi sebagai pembebanan luar biasa pada periode yang bersangkutan. Jika ada pembebanan luar biasa, maka alasan pembebanannya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 19 AKTIVA TAK BERWUJUD Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19 terdiri dari paragraf 12 - 20. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 -11. 12 Pengertian dan sifat aktiva tak berwujud: - Aktiva tak berwujud adalah aktiva tidak lancar (noncurrent atau capital asset) yang tidak berwujud dan nilainya tergantung pada hak-hak yang dinikmati pemiliknya. - Ciri khas aktiva tak berwujud yang paling utama adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian hari. - Aktiva tak berwujud ada dan mempunyai nilai karena eksistensinya yang berkaitan dengan aktiva berwujud perusahaan . Perlakuan Akuntansi 13 Klasifikasi aktiva tak berwujud: - Aktiva tak berwujud dibedakan menurut sifat kekhususan, masa manfaat, metode amortisasi dan hubungannya dengan kegiatan usaha. - Berdasarkan eksistensinya, aktiva tak berwujud dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori: a. Aktiva tak berwujud yang eksistensinya dibatasi oleh ketentuan perundang-undangan, peraturan pemerintah, perjanjian yang dibuat antara para pihak atau sifat dari aktiva tersebut, misalnya hak paten, hak sewa, hak cipta, franchise yang terbatas, lisensi. b. Aktiva tak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas dan tidak dapat dipastikan masa berakhir nya, misalnya merk dagang, proses dan formula rahasia, perpetual franchise, goodwill. 14 Penilaian aktiva tak berwujud tergantung pada tujuan pelaporan: - Kalau tujuannya adalah untuk mengukur dan melaporkan aktiva tak berwujud secara keseluruhan dalam rangka penggabungan usaha, maka biasanya digunakan cara dengan menilai perusahaan secara keseluruhan dan kemudian mengurangi jumlah tersebut dengan nilai aktiva lain yang dapat diukur secara langsung. Cara seperti ini sifatnya subyektif, kecuali kalau nilai perusahaan dapat ditentukan secara obyektif di bursa saham. - Kalau tujuannya untuk melaporkan aktiva tertentu, maka pengukuran secara independen akan lebih bermanfaat. 15 Perolehan aktiva tak berwujud: - Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara membeli dari pihak luar atau dikembangkan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 19 Aktiva tak Berwujud.htm

10/17/03

PSAK no 19

Page 5 of 7

sendiri oleh perusahaan. Biaya yang terjadi sehubungan dengan aktiva tak berwujud yang dikembangkan sendiri dicatat sebagai beban usaha, kecuali aktiva tak berwujud tersebut dapat diidentifikasikan secara spesifik. - Perusahaan harus mencatat nilai perolehan aktiva tak berwujud yang diperoleh baik secara satuan maupun dari akuisisi perusahaan lain sebagai aktiva. - Biaya pemeliharaan, atau penyimpanan aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan secara khusus, atau biaya yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu kegiatan usaha dan merupakan bagian dari perusahaan secara keseluruhan, harus dibebankan dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan. 16 Harga perolehan aktiva tak berwujud: - Aktiva tak berwujud yang diperoleh secara satuan harus dicatat sebesar harga perolehan pada tanggal perolehannya. - Harga perolehan tersebut dinilai berdasarkan jumlah pembayaran yang dilakukan, nilai wajar dari aktiva lain yang diperoleh, nilai tunai dari kewajiban yang ada atau nilai wajar dari aktiva yang diterima untuk saham yang dikeluarkan . - Aktiva tak berwujud yang diperoleh secara kelompok atau sebagai bagian dari perusahaan yang diakuisisi, harus dicatat sebesar harga perolehan pada tanggal perolehannya. - Penilaian atas harga perolehan tergantung pada apakah aktiva tak berwujud tersebut dapat diidentifikasikan secara khusus atau tidak. - Harga perolehan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasikan adalah merupakan bagian dari jumlah harga perolehan sekelompok aktiva dari perusahaan yang diakuisisi . - Harga perolehan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasikan tidak boleh dimasukkan dalam goodwill. 17 Amortisasi aktiva tak berwujud: - Nilai aktiva tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu, sehingga harga perolehan aktiva tak berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama taksiran masa manfaatnya. - Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menaksir masa manfaat suatu aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut: a. Ketentuan hukum atau perjanjian yang membatasi masa manfaat maksimum. b. Kemungkinan untuk memperpanjang atau memperbaharui batas masa manfaat yang semula telah ditentukan. c. Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan faktor keekonomian lain dapat mengurangi masa manfaat. d. Perkiraan tindakan yang akan dilakukan oleh saingan yang dapat mempengaruhi keunggulan komparatif perusahaan tersebut.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 19 Aktiva tak Berwujud.htm

10/17/03

PSAK no 19

Page 6 of 7

e. Adanya suatu masa manfaat yang tidak terbatas dan manfaat yang diharapkan tidak dapat ditaksir secara wajar. f. Suatu aktiva tak berwujud mungkin terdiri dari beberapa unsur yang mempunyai masa manfaat yang berbeda satu dengan yang lainnya. - Harga perolehan untuk setiap aktiva tak berwujud harus diamortisasi berdasarkan taksiran masa manfaat aktiva tersebut dan tidak boleh dibebankan seluruhnya pada periode perolehan. - Untuk menentukan masa manfaat aktiva tak berwujud secara wajar, hal-hal yang dikemukakan sebelumnya harus dianalisa terlebih dahulu. - Periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 (dua puluh) tahun. Periode 20 tahun ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa dalam jangka waktu 20 tahun sudah banyak perkembangan yang terjadi sehingga setelah lewat waktu 20 tahun aktiva tak berwujud tersebut diperkirakan tidak ada manfaat keekonomiannya lagi. - Apabila analisa pada saat perolehan suatu aktiva tak berwujud dapat menunjukkan bahwa sesungguhnya aktiva tak berwujud tersebut mempunyai masa manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun, masa manfaat sebagai dasar amortisasi setinggi-tingginya adalah 20 (dua puluh) tahun. 18 Metode amortisasi: - Metode amortisasi aktiva tidak tetap berwujud adalah metode garis lurus (straight line), kecuali jika suatu perusahaan mempunyai metode lain yang lebih sesuai dengan, kondisi perusahaan yang bersangkutan. - Laporan keuangan harus mengungkapkan metode dan periode amortisasi aktiva tak berwujud yang digunakan. 19 Evaluasi atas amortisasi: - Perusahaan harus dapat mengevaluasi periode amortisasinya secara teratur untuk menentukan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan tersebut. - Jika taksiran masa manfaat berubah, maka jumlah harga perolehan yang belum diamortisasi harus dibebankan pada sisa manfaat setelah kenaikan/penurunan masa manfaat tersebut dengan syarat jumlah masa manfaat tidak boleh melebihi 20 (dua puluh) tahun dari tanggal perolehan. - Taksiran nilai dan manfaat di masa akan datang atas suatu aktiva tak berwujud dapat menunjukkan bahwa nilai aktiva tak berwujud yang belum diamortisasikan tersebut harus dikurangi sejumlah tertentu (write-down) sebagai beban usaha dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan. - Kerugian pada satu atau beberapa tahun tertentu secara berurutan tidak dapat dijadikan alasan untuk membebankan semua atau sebagian harga perolehan yang belum diamortisasi sebagai pembebanan luar biasa, dan jika ada, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Tanggal Efektif 20 Pernyataan ini mulai berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 19 Aktiva tak Berwujud.htm

10/17/03

PSAK no 19

Page 7 of 7

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 19 Aktiva tak Berwujud.htm

10/17/03

PSAK no 20

Page 1 of 9

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 20 BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN Tujuan Tujuan Pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan. Permasalahan pokok dalam akuntansi untuk biaya dari kegiatan riset dan pengembangan adalah apakah biaya seperti itu harus diakui sebagai aktiva atau beban. Pernyataan ini menggunakan kriteria pengakuan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan untuk menentukan kapan biaya riset dan pengembangan harus diakui sebagai beban dan kapan harus diakui sebagai aset. Pernyataan ini juga menyediakan pedoman praktis untuk penerapan kriteria-kriteria tersebut. Ruang Lingkup

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 20 Biaya Riset dan Pengembangan.htm

10/17/03

PSAK no 20

Page 2 of 9

01 Pernyataan ini harus diterapkan pada akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan. 02 Pernyataan ini tidak diterapkan pada biaya eksplorasi dan pengembangan cadangan minyak, gas, mineral, dan sumber daya alam lain dalam industri ekstraktif. Akan tetapi, Pernyataan ini berlaku untuk kegiatan riset dan pengembangan lain dalam industri tersebut. Kegiatan Riset dan Pengembangan untuk Kepentingan Pihak Lain Berdasarkan Kontrak 03 Suatu perusahaan mungkin melakukan kegiatan riset dan pengembangan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan kontrak. Bila substansi kontrak sedemikian rupa sehingga risiko dan manfaat dari kegiatan tersebut merupakan, atau akan dialihkan kepada pihak lain, maka biaya-biaya yang timbul dari kegiatan riset dan pengembangan tersebut diperlakukan sama dengan perlakuan terhadap persediaan atau kontrak konstruksi. Pemberi kerja yang menerima risiko dan manfaat sehubungan dengan biaya riset dan pengembangan ini mempertanggungjawabkan biaya yang terjadi sesuai dengan Pernyataan ini. 04 Bila substansi kontrak tersebut sedemikian rupa sehingga risiko dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan tersebut bukan merupakan, dan tidak akan, dialihkan kepada pihak lain, maka biaya yang timbul diperlakukan sesuai dengan Pernyataan ini. Faktorfaktor yang mengindikasikan risiko dan manfaat kegiatan riset dan pengembangan tidak dialihkan ke pihak lain meliputi: (a) perusahaan secara kontraktual diwajibkan untuk membayar kembali setiap dana yang diberikan oleh pihak lain, tanpa memperhatikan hasil dari kegiatan riset dan pengembangan tersebut; dan (b) walaupun kontrak tidak mengharuskan perusahaan untuk membayar kembali dana yang diberikan oleh pihak lain, namun pembayaran kembali dapat diharuskan sebagai opsi pihak lain tersebut atau kondisi yang ada menunjukkan pembayaran kembali tersebut besar kemungkinannya dilakukan . Definisi 05 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Riset adalah penelitian yang orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau ilmiah yang baru. Pengembangan adalah penerapan hasil riset atau pengetahuan lain ke dalam suatu rencana atau desain untuk menghasilkan, bahan, alat, produk, proses, sistem atau jasa, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian. 06 Walaupun hakekat kegiatan yang tercakup dalam riset dan pengembangan secara umum dapat dipahami, tetapi pada prakteknya sulit untuk mengidentifikasikannya secara khusus. Walaupun definisi tersebut di atas dapat membantu perusahaan, seringkali identifikasi kegiatan riset dan pengembangan tergantung pada jenis bisnis, bagaimana bisnis diorganisasi dan jenis proyek yang dilakukan. 07 Contoh kegiatan riset adalah: (a) kegiatan yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru; (b) penelitian lebih lanjut terhadap kemungkinan penerapan hasil riset atau pengetahuan lainnya;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 20 Biaya Riset dan Pengembangan.htm

10/17/03

PSAK no 20

Page 3 of 9

(c) penelitian untuk menemukan alternatif produk dan proses; dan (d) formulasi dan desain kemungkinan alternatif-alternatif produk dan proses baru atau disempurnakan. 08 Contoh kegiatan pengembangan adalah: (a) evaluasi alternatif produk atau proses produksi; (b) rancangan, konstruksi, dan pengujian prototipe dan model sebelum diproduksi; (c) rancangan peralatan dan cetakan yang melibatkan teknologi baru; (d) rancangan, konstruksi dan operasi pabrik percontohan (pilot plant) yang skala ekonominya tidak layak untuk produksi komersial . 09 Contoh kegiatan yang mungkin berhubungan dekat dengan kegiatan riset dan pengembangan tetapi tidak merupakan kegiatan riset ataupun pengembangan antara lain: (a) penerapan rekayasa sepenuhnya dalam kegiatan produksi pada tahap awal produksi komersial; (b) kendali mutu selama produksi komersial, meliputi pengujian rutin terhadap hasil produksi; (c) perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi selama produksi komersial; (d) usaha rutin untuk meningkatkan, memperkaya atau menyempurnakan kualitas produk yang telah ada; (e) penyesuaian dari kemampuan yang ada terhadap permintaan khusus atau kebutuhan pelanggan sebagai bagian dari kegiatan komersial ,yang berkesinambungan; (f) perubahan rancangan secara musiman ataupun periodik dari produk yang telah ada; (g) rancangan rutin dari peralatan dan cetakan; dan (h) kegiatan-kegiatan yang mencakup rekayasa konstruksi dan rancang bangun sehubungan dengan konstruksi, relokasi, pengaturan kembali, atau fasilitas permulaan yang digunakan (startup of facilities) dan peralatan selain fasilitas dan peralatan yang digunakan semata-mata untuk proyek riset dan pengembangan tertentu. (i) riset pasar.

PENJELASAN Komponen Biaya Riset dan Pengembangan 10 Biaya riset dan pengembangan harus mencakup semua biaya yang secara langsung dapat diatribusikan ke kegiatan riset dan pengembangan atau yang dapat dialokasikan menurut dasar yang wajar pada kegiatan tersebut.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 20 Biaya Riset dan Pengembangan.htm

10/17/03

PSAK no 20

Page 4 of 9

11 Biaya riset dan pengembangan meliputi: (a) upah, gaji dan biaya pegawai lainnya yang terlibat dalam kegiatan riset dan pengembangan; (b) biaya bahan dan jasa yang dikonsumsi dalam kegiatan riset dan pengembangan; (c) penyusutan properti, pabrik dan peralatan yang digunakan untuk kegiatan riset dan pengembangan; (d) biaya overhead, di luar biaya administrasi umum, yang berhubungan dengan kegiatan riset dan pengembangan. Biaya biaya ini dialokasikan dengan menggunakan dasar yang sama dengan yang digunakan pada persediaan (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No . 14 tentang Persediaan); dan (e) biaya-biaya lain, seperti amortisasi paten dan lisensi, bila aktiva-aktiva tersebut digunakan dalam kegiatan riset dan pengembangan. 12 Biaya penjualan tidak termasuk dalam biaya riset dan pengembangan. Pengakuan Biaya Riset dan Pengembangan 13 Alokasi biaya riset dan pengembangan pada periode yang berbeda ditentukan dengan melihat hubungan antara biaya dan manfaat keekonomian yang diharapkan perusahaan akan diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan tersebut. Bila besar kemungkinan biaya tersebut akan meningkatkan manfaat keekonomian masa depan dan biaya tersebut dapat diukur secara andal, maka biaya-biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva. Sifat riset adalah sedemikian rupa sehingga terdapat ketidakpastian (insufficient certainty) bahwa manfaat keekonomian masa depan akan direalisasi sebagai hasil dari pengeluaran riset tertentu. Oleh karena itu, biaya riset diakui sebagai beban dalam periode terjadinya. Kegiatan pengembangan merupakan tindak lanjut fase riset dalam kegiatan riset dan pengembangan. Dalam beberapa hal, perusahaan dapat menentukan probabilitas penerimaan manfaat keekonomian di masa mendatang. Oleh karena itu biaya pengembangan diakui sebagai aktiva bila memenuhi kriteria tertentu yang mengindikasikan bahwa besar kemungkinan biaya-biaya tersebut akan meningkatkan manfaat keekonomian masa depan. Biaya Riset 14 Biaya riset harus diakui sebagai beban dalam periode terjadinya dan tidak boleh diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya . Biaya Pengembangan 15 Biaya pengembangan suatu proyek diakui sebagai beban dalam periode terjadinya kecuali apabila dipenuhi kriteria untuk pengakuan sebagai aktiva sebagaimana dijelaskan pada paragraf 16. Biaya pengembangan yang semula telah diakui sebagai beban tidak boleh diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya . 16 Biaya pengembangan diakui sebagai aktiva bila memenuhi semua kriteria berikut: (a) produk atau proses didefinisikan dengan jelas dan biaya biaya yang dapat diatribusikan kepada produk atau proses dapat diidentifikasi secara terpisah dan diukur secara andal; (b) kelayakan teknis dari produk atau proses dapat ditunjukkan;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 20 Biaya Riset dan Pengembangan.htm

10/17/03

PSAK no 20

Page 5 of 9

(c) perusahaan bermaksud untuk memproduksi dan memasarkan, atau menggunakan produk atau proses tersebut; (d) adanya pasar untuk produk atau proses tersebut, atau jika akan digunakan sendiri, kegunaannya untuk perusahaan dapat ditunjukkan. (e) terdapat sumber daya yang cukup, atau ketersediaannya dapat ditunjukkan, untuk menyelesaikan proyek dan memasarkan atau menggunakan produk atau proses tersebut. Biaya pengembangan suatu proyek yang diakui sebagai aktiva tidak boleh melebihi jumlah yang mungkin dipulihkan oleh manfaat keekonomian masa depan yang berhubungan, setelah dikurangi dengan biaya pengembangan lebih lanjut, biaya produksi yang bersangkutan, dan biaya penjualan dan administrasi yang terjadi secara langsung dalam memasarkan produk tersebut. 17 Biaya pengembangan suatu proyek dapat memenuhi definisi suatu aktiva, namun mungkin tidak memenuhi kriteria pengakuan aktiva karena terdapat ketidakpastian (insufficient certainty) bahwa manfaat keekonomian masa depan akan diperoleh perusahaan sebagai hasil dari biaya pengembangan. Dalam keadaan tersebut, biaya pengembangan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya dan tidak diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya. 18 Manfaat keekonomian yang diharapkan diperoleh dari kegiatan pengembangan meliputi pendapatan dari penjualan produk atau proses, dan penghematan biaya atau manfaat lain yang diakibatkan dari penggunaan produk atau proses oleh perusahaan itu sendiri. Estimasi pendapatan dan penghematan biaya didasarkan pada harga dan biaya masa depan jika besar kemungkinan harga penjualan masa depan akan lebih rendah daripada yang harga yang lazim pada akhir periode, dan harga jual yang lebih rendah itu tidak akan sepenuhnya dikompensasi dengan tambahan penghematan biaya. Dalam hal sebaliknya, estimasi pendapatan dan penghematan biaya didasarkan pada harga atau kondisi yang lazim pada akhir periode. 19 Penerapan kriteria pengakuan aktiva dalam paragraf 16 melibatkan penilaian ketidakpastian yang melingkupi kegiatan pengembangan. Ketidakpastian tersebut diperhitungkan dengan hati-hati dalam membuat pertimbangan dan keputusan (judgement) sehubungan dengan penentuan jumlah biaya pengembangan untuk diakui sebagai aktiva. Penerapan prinsip kehati-hatian tidak boleh menyebabkan pengakuan aktiva yang secara sengaja diperendah (understatement). Amortisasi Biaya Pengembangan 20 Jumlah biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva harus diamortisasi dan diakui sebagai beban menurut dasar yang sistematik untuk mencerminkan pola di mana manfaat keekonomian yang berhubungan diakui. 21 Hubungan antara biaya pengembangan dan manfaat keekonomian yang diharapkan perusahaan biasanya dapat ditentukan secara umum dan tidak langsung karena sifat kegiatan pengembangan tersebut. Ketika mengamortisasi biaya pengembangan menurut dasar yang sistematis untuk mencerminkan pola dimana manfaat keekonomian yang berhubungan diakui, perusahaan memperhatikan: (a) pendapatan atau manfaat lain dari penjualan atau penggunaan produk atau proses; atau (b) jangka waktu selama produk atau proses diharapkan dijual atau digunakan. Amortisasi dimulai ketika produk atau proses tersedia untuk dijual atau digunakan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 20 Biaya Riset dan Pengembangan.htm

10/17/03

PSAK no 20

Page 6 of 9

22 Keusangan teknologi dan ekonomi menimbulkan ketidakpastian yang membatasi jumlah unit dan jangka waktu terhadap biaya pengembangan yang diamortisasi. Oleh karena itu, biasanya sulit untuk mengestimasi biaya selanjutnya dan pendapatan di masa depan dari produk atau proses yang baru dalam periode yang pendek. Dengan alasan tersebut, biaya pengembangan biasanya diamortisasi dalam periode yang tidak lebih dari lima tahun. 23 Dalam beberapa Keadaan, manfaat keekonomian yang diperoleh dari biaya pengembangan digunakan untuk memproduksi aktiva yang lain daripada suatu beban. Dalam hal ini, amortisasi biaya pengembangan mencakup bagian biaya aktiva lain dan dimasukkan dalam nilai tercatat dari aktiva lain tersebut. Misalnya, biaya pengembangan yang sebelumnya diakui sebagai aktiva mungkin termasuk dalam biaya pabrikasi persediaan. Biaya pengembangan yang termasuk dalam nilai tercatat aktiva lain dengan cara ini diakui sebagai beban pada saat yang sama dengan biaya lain dari aktiva tersebut. Penurunan Nilai (Impairment) Biaya Pengembangan 24 Biaya pengembangan suatu proyek harus diturunkan nilainya apabila saldo yang belum diamortisasi, tidak mungkin lagi akan dipulihkan dengan manfaat keekonomian masa depan yang diharapkan. Saldo yang belum diamortisasi dari biaya pengembangan suatu proyek harus dihapusbukukan segera setelah setiap kriteria dalam paragraf 16 untuk pengakuan biaya pengembangan sebagai aktiva tidak lagi dipenuhi. Jumlah penurunan nilai atau penghapusan tersebut harus diakui sebagai beban dalam periode di mana penurunan nilai atau penghapusan itu terjadi. 25 Saldo yang belum diamortisasi dari biaya pengembangan suatu proyek yang diakui sebagai aktiva ditelaah pada akhir setiap periode. Keadaan atau peristiwa sekarang mungkin mengindikasikan saldo yang belum diamortisasi tersebut, bersama -sama dengan biaya-biaya lain yang relevan, melebihi manfaat keekonomian masa depan yang relevan. Atau kemungkinan lain, saldo yang belum diamortisasi tersebut tidak lagi memenuhi kriteria pengakuan sebagai suatu aktiva. 26 Jumlah biaya pengembangan yang diturunkan nilainya atau dihapus-bukukan sesuai dengan paragraf 24 harus dipulihkan kembali bila tidak terdapat lagi keadaan dan peristiwa yang mendorong penurunan nilai atau penghapusan tersebut tidak lagi ada dan terdapat bukti yang meyakinkan bahwa keadaan dan peristiwa yang baru akan memperkokoh ramalan masa depan. Jumlah yang dipulihkan kembali dikurangi dengan jumlah yang seharusnya telah diakui sebagai amortisasi sebagaimana diatur dalam paragraf 20 seandainya penurunan nilai dan penghapusan tersebut tidak terjadi. Jumlah yang dipulihkan kembali tersebut harus dikompensasi dengan jumlah biaya pengembangan yang diakui sebagai beban untuk periode tersebut. 27 Jumlah penurunan nilai atau penghapusan yang dipulihkan kembali dikurangi dengan jumlah amortisasi yang seharusnya diakui sebagai beban selama periode dimana aktiva tersebut diturunkan nilainya atau dihapus-bukukan. Hal ini perlu dilakukan apabila misalnya perusahaan telah mengakui pendapatan atau manfaat lain dari penjualan atau penggunaan produk atau proses selama periode di mana aktiva diturunkan nilainya atau dihapus-bukukan. 28 Keadaan atau peristiwa yang mendorong penurunan nilai atau penghapusan biaya pengembangan seperti yang diatur dalam paragraf 25 mungkin berubah sehingga jumlah yang diturunkan nilainya {write-down) atau dihapus-bukukan (write-off) memenuhi syarat pengakuan sebagai aktiva kembali. Dalam hal ini, jumlah yang diturunkan nilainya atau dihapus-bukukan dipulihkan kembali. PengungKapan 29 Laporan keuangan harus mengungkapkan:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 20 Biaya Riset dan Pengembangan.htm

10/17/03

PSAK no 20

Page 7 of 9

(a) kebijakan akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan; (b) jumlah biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan; (c) metode amortisasi yang digunakan; (d) masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan; dan (e) rekonsiliasi saldo biaya pengembangan yang belum di amortisasi pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: (i) biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva sesuai dengan paragraf 16; (ii) biaya pengembangan yang diakui sebagai beban sesuai dengan paragraf 20 atau 24; (iii) biaya pengembangan yang dialokasikan ke akun aktiva lain; dan (iv) biaya pengembangan yang dipulihkan kembali sesuai dengan paragraf 26. 30 Perusahaan dianjurkan untuk memasukkan baik dilaporan keuangan atau di laporan tahunan; penjelasan tentang aktivitas riset dan pengembangan. Dianjurkan pula untuk mengungkapkan kondisi atau peristiwa yang menyebabkan pengakuan suatu biaya untuk penurunan biaya perolehan pengembangan terkait dengan paragraf 24 dan pemulihannya terkait pada paragraf 26. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 20 BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN Pernyataan Pernyataan Akuntansi Keuangan No. 20 terdiri dari paragraf 31 - 40. Pernyataan ini harus dibaca dalam Konteks paragraf 1 - 30. Komponen Biaya Riset dan Pengembangan 31 Biaya riset dan pengembangan harus mencakupi semua biaya yang secara langsung dapat diatribusikan ke kegiatan riset dan pengembangan atau yang dapat dialokasikan menurut dasar yang wajar pada kegiatan tersebut. Pengakuan Biaya Riset dan Pengembangan 32 Biaya riset harus diakui sebagai beban dalam periode terjadinya dan tidak boleh diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya . 33 Biaya pengembangan suatu proyek diakui sebagai beban dalam periode terjadinya kecuali apabila dipenuhi kriteria untuk pengakuan sebagai aktiva sebagaimana dijelaskan pada paragraf 34. Biaya pengembangan yang semula telah diakui sebagai beban tidak boleh diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya . 34 Biaya pengembangan diakui sebagai aktiva bila memenuhi semua kriteria berikut: (a) produk atau proses didefinisikan dengan jelas dan biaya biaya yang dapat diatribusikan kepada produk atau proses dapat diidentifikasi secara terpisah dan diukur secara andal;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 20 Biaya Riset dan Pengembangan.htm

10/17/03

PSAK no 20

Page 8 of 9

(b) kelayakan teknis dari produk atau proses dapat ditunjukkan; (c) perusahaan bermaksud untuk memproduksi dan memasarkan, atau menggunakan produk atau proses tersebut; (d) adanya pasar untuk produk atau proses tersebut, atau jika akan digunakan sendiri kegunaannya untuk perusahaan dapat ditunjukkan. (e) terdapat sumber daya yang cukup, atau ketersediaannya dapat ditunjukkan, untuk menyelesaikan proyek dan memasarkan atau menggunakan produk atau proses tersebut. Biaya pengembangan suatu proyek yang diakui sebagai aktiva tidak boleh melebihi jumlah yang mungkin dipulihkan oleh manfaat keekonomian masa depan yang berhubungan, setelah dikurangi dengan biaya pengembangan lebih lanjut, biaya produksi yang bersangkutan, dan biaya penjualan dan administrasi yang terjadi secara langsung dalam memasarkan produk tersebut. 35 Jumlah biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva harus diamortisasi dan diakui sebagai beban menurut dasar yang sistematik untuk mencerminkan pola di mana manfaat keekonomian yang berhubungan diakui. Penurunan Nilai (Impairment) Biaya Pengembangan 36 Biaya pengembangan suatu proyek harus diturunkan nilainya apabila saldo yang belum diamortisasi, tidak mungkin lagi akan dipulihkan dengan manfaat keekonomian masa depan yang diharapkan. Saldo yang belum diamortisasi dari biaya pengembangan suatu proyek harus dihapusbukukan segera setelah setiap kriteria dalam paragraf 34 untuk pengakuan biaya pengembangan sebagai aktiva tidak lagi dipenuhi. Jumlah penurunan nilai atau penghapusan tersebut harus diakui sebagai beban dalam periode di mana penurunan nilai atau penghapusan itu terjadi. 37 Jumlah biaya pengembangan yang diturunkan nilainya atau dihapus-bukukan sesuai dengan paragraf 36 harus dipulihkan kembali bila tidak terdapat lagi keadaan dan peristiwa yang mendorong penurunan nilai atau penghapusan tersebut tidak lagi ada dan terdapat bukti yang meyakinkan bahwa keadaan dan peristiwa yang baru akan memperkokoh ramalan masa depan. Jumlah yang dipulihkan kembali dikurangi dengan jumlah yang seharusnya telah diakui sebagai amortisasi sebagaimana diatur dalam paragraf 35 seandainya penurunan nilai dan penghapusan tersebut tidak terjadi. Jumlah yang dipulihkan kembali tersebut harus dikompensasi dengan jumlah biaya pengembangan yang diakui sebagai beban untuk periode tersebut. Pengungkapan 38 Laporan keuangan harus mengungkapkan: (a) kebijakan akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan; (b) jumlah biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan; (c) metode amortisasi yang digunakan; (d) masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan; dan (e) rekonsiliasi saldo biaya pengembangan yang belum di amortisasi pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 20 Biaya Riset dan Pengembangan.htm

10/17/03

PSAK no 20

Page 9 of 9

(i) biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva sesuai dengan paragraf 34; (ii) biaya pengembangan yang diakui sebagai beban sesuai dengan paragraf 35 atau 36; (iii) biaya pengembangan yang dialokasikan ke akun aktiva lain; dan (iv) biaya pengembangan yang dipulihkan kembali sesuai dengan paragraf 37. Masa Transisi 39 Bila penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan dalam kebijakan akuntansi, suatu perusahaan diharuskan untuk mengakui sebagai aktiva hanya biaya pengembangan yang terjadi setelah tanggal efektif Pernyataan ini dan memenuhi kriteria dalam paragraf 34. Tanggal Efektif 40 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 20 Biaya Riset dan Pengembangan.htm

10/17/03

PSAK no 21

Page 1 of 12

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 21 AKUNTANSI EKUITAS

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 21 tentang Akuntansi Ekuitas disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Definisi PENJELASAN Bentuk Hukum Perusahaan dan Ekuitas Klasifikasi Instrumen Keuangan Kewajiban Ekuitas PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No 21 AKUNTANSI EKUITAS AKUNTANSI EKUITAS UNTUK BADAN USAHA BUKAN PT AKUNTANSI EKUITAS UNTUK BADAN USAHA BERBENTUK PT Unsur Penambah Modal Disetor PT Pencatatan Penambah Modal Disetor PT Pencatatan Pengurangan Modal Disetor PT

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21
Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method Perolehan Kembali Saham Sumbangan Dividen PT Bentuk Pembagian Dividen Dividen Saham Konversi Agio Menjadi Saham Penyajian dan Pengungkapan Penyajian Modal Penyajian dan Pengungkapan Saldo Laba Pengungkapan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca Pengungkapan per Jenis Saham Pengungkapan Kerugian PT 50% dari Modal Pengungkapan Kerugian PT 75% dari Modal Pengungkapan Dividen Pengungkapan Saham Beredar Yang Diperoleh Kembali Pengungkapan Bagian Lain Ekuitas Reorganisasi Selisih Penilaian Kembali Tanggal Efektif

Page 2 of 12

PENDAHULUAN
Tujuan Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku. go top Ruang Lingkup 01 Ruang lingkup ekuitas yang diatur disini adalah untuk 1. perusahaan BUMN, 2. perusahaan swasta, dan 3. koperasi sesuai UU-RI. go top Definisi 02 Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. 03 Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan atau karena kerugian.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21

Page 3 of 12

04 Ekuitas terdiri atas setoran pemilik yang seringkali disebut modal atau simpanan pokok anggota untuk badan hukum koperasi, saldo laba, dan unsur lain. go top

PENJELASAN
Bentuk Hukum Perusahaan dan Ekuitas 05 Bentuk hukum perusahaan dan ekuitas adalah sebagai berikut: 1. Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D) Ditinjau dari bentuk hukum dan ekuitas, BUMN/D dapat dibedakan menjadi: a. Perusahaan Jawatan (Perjan) Sebagai BUMN, modal Perusahaan Jawatan tidak terpisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). b. Perusahaan Umum (Perum) Sebagai BUMN, modal Perusahaan Umum yang disetor merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dari APBN dan tidak terdiri atas saham. Dari sudut akuntansi ekuitas, kecuali modal yang tidak terdiri dari saham, pada prinsipnya cara pengklasifikasian dan penyajian adalah sama dengan PT (Persero). c. PT (Persero) PT (Persero) adalah BUMN berbentuk perseroan terbatas yang mayoritas sahamnya dimiliki negara. Dari sudut akuntansi ekuitas, tidak ada perbedaan antara suatu PT (Persero) dengan Perseroan Terbatas. d. Disamping BUMN tersebut di atas, terdapat Perusahaan Negara (PN) yang secara khusus dibentuk berdasarkan suatu peraturan perundangan pendirian, yang di dalamnya mengatur juga mengenai modal. e. Modal suatu Perusahaan Daerah adalah kekayaan yang terpisah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah . 2. Perusahaan Swasta Ditinjau dari sudut bentuk hukum dan ekuitas, perusahaan swasta dapat berbentuk: a. Perusahaan Perorangan Perusahaan Perorangan bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak terbagi atas saham. Harta kekayaan pribadi pemilik perusahaan terikat pada hutang piutang usaha perorangan. b. Persekutuan Perdata Persekutuan Perdata bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak terdiri atas saham. c. Firma Modal Firma tidak terbagi atas saham dan para anggota Firma bertanggungjawab renteng atas kewajiban Firma sebagai suatu persekutuan orang. d. Commanditaire Vennootschap (C.V.) Modal suatu persekutuan C.V. harus dipisahkan antara Modal Pesero Aktif dan Modal Pesero Komanditer. Pesero aktif adalah pesero yang bertindak aktif sebagai pengurus C.V. Pesero Komanditer adalah pesero tidak aktif sebagai pengurus C.V. dan hanya bertanggung-jawab sebatas modal C.V. yang menjadi bagiannya. e. Perseroan Terbatas (PT) Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggung jawab persero terbatas pada jumlah modal saham yang disetor apabila PT telah disahkan Menteri Kehakiman. 3. Koperasi Koperasi adalah badan hukum. Modal pokok koperasi adalah simpanan pokok anggota, mirip saham atas nama, tak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil kembali bila anggota keluar dari keanggotaan koperasi. Ekuitas koperasi atau kekayaan bersih koperasi adalah

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21

Page 4 of 12

simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk cadangan. go top
Klasifikasi Instrumen Keuangan

Kewajiban 06 Klasifikasi instrumen keuangan ditentukan berdasarkan substansi pengakuan awal transaksi (contractual arrangement on initial recognition). Apabila pada awal transaksi penyerahan suatu instrumen keuangan mengandung kewajiban kontraktual untuk menyerahkan uang tunai atau sejenisnya di masa yang akan datang, maka instrumen keuangan tersebut digolongkan sebagai kewajiban . Ekuitas 07 Apabila pemegang instrumen keuangan tak mempunyai hak keuangan masa depan pada penerbit instrumen, namun berhak secara proporsional atas dividen atau distribusi berlandas ekuitas, maka instrumen tersebut digolongkan sebagai ekuitas. Instrumen keuangan yang tak mengandung pemaksaan pelaksanaan kewajiban keuangan pada saat perusahaan dalam kondisi kurang menggembirakan, digolongkan sebagai instrumen ekuitas. 08 Instrumen keuangan yang tergolong bukan kelompok kewajiban dikelompokkan di bawah judul Ekuitas. go top

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 21 AKUNTANSI EKUITAS


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 21 terdiri dari Paragraf 9-45. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-8. 09 Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku. Pada pokoknya, pengungkapan unsur ekuitas diharapkan secara jelas mengelompokkan modal disetor, saldo laba, selisih penilaian kembali aktiva tetap, dan modal sumbangan. Rincian tiap kelompok diperkenankan, selama tak bertentangan dengan Pernyataan ini. go top

AKUNTANSI EKUITAS UNTUK BADAN USAHA BUKAN PT


10 Akuntansi untuk ekuitas Badan Usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya Koperasi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21

Page 5 of 12

go top

AKUNTANSI EKUITAS UNTUK BADAN USAHA BERBENTUK PT


11 Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun Tambahan Modal Disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor. go top Unsur Penambahan Modal Disetor PT 12 Akun Tambahan Modal Disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambah modal, seperti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya . Akun Tambahan Modal Disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa . go top Pencatatan Penambahan Modal Disetor PT 13 Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan: a. Jumlah uang yang diterima. b. Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk jenis saham yang diatur dalam bentuk Rupiah dalam akta pendirian, setoran saham tunai dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan kurs berlaku tanggal setoran. Untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang asing dalam akta pendiriannya, setoran tunai baik Rupiah atau mata uang asing lain harus dikonversi ke mata uang asing dalam akta pendirian sesuai kurs resmi yang berlaku pada tanggal setoran, kecuali akta pendirian atau keputusan Pemerintah menentukan kurs tetap. Selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal, harus dibukukan sebagai bagian dari modal dalam akun Selisih Kurs atas Modal Disetor dan bukan merupakan unsur laba rugi. c. Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi menjadi modal. d. Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham, yaitu harga pasar tanggal transaksi untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai wajar yang disepakati Rapat Umum Pemegang Saham untuk saham yang tidak ada harga pasarnya. e. Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima. f. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai kesepakatan Dewan Komisaris dan penyetor bentuk barang. go top Pencatatan Pengurangan Modal Disetor PT 14 Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21

Page 6 of 12

a. jumlah uang yang dibayarkan; atau b. besarnya hutang yang timbul; atau c. nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan. 15 Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari pada nilai nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun Agio Saham. 16 Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan kembali saham yang telah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebet akun Modal Saham dan mengkredit Modal Saham Yang Diperoleh Kembali sebesar jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan. 17 Saham yang dikeluarkan sehubungan dengan penyertaan modal dalam bentuk penyerahan aktiva bukan kas atau pemberian jasa umumnya dinilai sebesar nilai wajar aktiva/jasa tersebut atau nilai wajar saham yang bersangkutan, tergantung mana yang lebih jelas. go top Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method 18 Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan menggunakan cost atau par value method. Dengan cost method, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan kembali dan disajikan sebagai pengurang atas jumlah modal. 19 Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga perolehan kembali, disajikan sebagai pengurang akun Modal Saham, untuk saham sejenis, disajikan dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih harga perolehan kembali dengan nilai nominal disajikan sebagai pengurang atau penambah akun Agio Saham, disajikan per jenis saham dan Rupiah, dengan judul Tambahan (Pengurang) Agio Modal Dari Perolehan Kembali Saham. Apabila agio saham menjadi defisit (disagio) karena transaksi perolehan kembali, defisit tersebut dibebankan pada saldo laba. go top Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method 20 Metode nilai nominal atau par value method lazimnya digunakan dalam hal saham yang diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari. Dengan metode nilai nominal (par value method), saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nominal saham yang bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akun Modal Saham. Apabila saham yang diperoleh kembali tersebut semula dikeluarkan dengan harga di atas pari, akun Agio Saham akan didebit dengan agio saham yang bersangkutan. Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebet akun Saldo Laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun Tambahan Modal dari Perolehan Kembali Saham. Metode ini

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21
lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam rangka penarikan saham. go top Perolehan Kembali Saham Sumbangan

Page 7 of 12

21 Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya dengan mendebet akun Modal Saham Yang Diperoleh Kembali dan mengkredit akun Modal Yang Berasal Dari Sumbangan. Pada saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan harga jualnya ditambahkan pada akun Modal Yang Berasal Dari Sumbangan. go top Dividen PT Bentuk Pembagian Dividen 22 Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi dividen, dan dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan dibebani dengan jumlah dividen termaksud. Kewajiban yang timbul lazimnya disajikan dalam kelompok kewajiban lancar. Bila dividen dibagikan dalam bentuk aktiva bukan kas, maka saldo laba akan didebit sebesar nilai wajar aktiva yang diserahkan. Dasar pencatatan untuk pembagian dividen dalam bentuk aktiva bukan kas dan saham harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. go top Dividen Saham 23 Pembagian dividen termasuk dividen saham berasal dari saldo laba. Pembagian dividen saham adalah pembagian saldo laba kepada pemegang saham, yang diinvestasikan kembali oleh mereka dalam bentuk modal disetor. Pembagian dividen saham dicatat berdasarkan nilai wajar saham. Termasuk dalam pengertian nilai wajar adalah harga pasar saham PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek atau harga sesuai peraturan dalam Akta Pendirian PT yang sahamnya tidak terdaftar di Bursa Efek, dengan syarat telah disetujui Rapat Umum Pemegang Saham serta tak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. go top Konversi Agio Menjadi Saham 24 Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai Modal Disetor sebesar nilai nominal. Konversi agio menjadi saham tak boleh digolongkan sebagai pembagian dividen. go top Penyajian dan Pengungkapan Penyajian Modal

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21

Page 8 of 12

25 Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. 26 Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. 27 Bila terdapat lebih dari satu jenis saham, hak preferen dari suatu golongan saham atas dividen dan pelunasan modal pada saat likuidasi harus dicantumkan dalam laporan keuangan. 28 Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan jumlah keseluruhan dividen periode sebelumnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 29 Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 30 Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk penyajiannya sesuai Akta Pendirian Badan Usaha tersebut, misalnya: saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan Perseroan Terbatas. 31 Pada perusahaan yang terdaftar pada bursa efek, saham dapat ditempatkan dengan dasar pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan telah membayar penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan saham dicatat dengan mendebet akun Piutang Kepada Pemesan Saham dan mengkredit akun Modal Saham Yang Dipesan. Akun Modal Saham Yang Dipesan disajikan dalam kelompok modal di bawah akun Modal Saham. Akun Piutang kepada Pemesan Saham sebesar sisa harga saham yang belum dilunasi dalam transaksi semacam ini lazimnya disajikan dalam kelompok aktiva lancar. Apabila piutang ini tidak dimaksudkan untuk ditagih dalam waktu dekat, akun ini dapat disajikan dalam kelompok mengurangi akun Modal Saham Yang Dipesan. Pada saat harga saham sudah dibayar penuh, akun Modal Saham Yang Dipesan akan didebit dan akun Modal Saham dikredit. Dalam hal pemesan gagal melunasi sisa pembayarannya, maka tergantung pada kebijakan perusahaan dan dilandaskan pada peraturan hukum yang berlaku, perusahaan dapat mengambil salah satu tindakan di bawah ini: a. mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan; b. mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan dikurangi dengan jumlah tertentu; c. jumlah pembayaran yang telah dilakukan diakui sebagai unsur penambah modal dan disajikan sebagai tambahan modal dari pembatalan penjualan saham; d. mengeluarkan saham yang sebanding dengan jumlah pembayaran yang telah dilakukan. go top Penyajian dan Pengungkapan Saldo Laba 32 Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba-rugi periode lalu. Akun ini harus dinyatakan terpisah dari akun Modal Saham. Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba, misalnya; dicadangkan untuk perluasan pabrik, atau untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang maupun ikatan tertentu.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21

Page 9 of 12

Saldo laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen karena pembatasan-pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangan termaksud; pembatasan-pembatasan yang ada harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 33 Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi tahun berjalan. 34 Pengungkapan saldo laba harus meliputi: a. Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba, menjelaskan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan pemisahan saldo laba, serta jumlahnya. Perubahan akun-akun penjatahan atau pemisahan saldo laba, harus pula diungkapkan. b. Peraturan, perikatan, batasan dan jumlah batasan di sekitar saldo laba, harus diungkapkan. Misalnya, selama perjanjian kredit berlangsung, perusahaan tak diizinkan membagi saldo laba tanpa seijin kreditur. c. Perubahan saldo laba karena penggabungan usaha dengan metode penyatuan kepentingan (pooling of interests). d. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak. Pengungkapan harus dilakukan dengan penjelasan bentuk kesalahan laporan keuangan terdahulu, dampak koreksi terhadap laba usaha, laba bersih dan nilai saham perlembar. e. Pengungkapan jumlah dividen dan dividen per lembar saham, pengungkapan keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen. f. Tunggakan dividen, baik jumlah maupun tunggakan perlembar saham. g. Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca, sebelum tanggal penerbitan laporan keuangan. h. Pengungkapan dividen saham dan pecah-saham, pengungkapan jumlah yang dikapitalisasi dan saji ulang laba persaham (EPS) agar laporan keuangan berdaya banding. go top Pengungkapan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca 35 Kewajiban pengungkapan kejadian penting setelah tanggal laporan keuangan dalam catatan atas laporan keuangan, seperti penjualan saham besar-besaran, deklarasi dividen setelah tanggal neraca sebelum tanggal Pendapat Akuntan Independen, rekapitalisasi dan transaksi modal yang lain. go top Pengungkapan Per Jenis Saham 36 Informasi tiap jenis saham harus diungkap terpisah dalam catatan atas laporan keuangan, meliputi:
l l l l l

modal dasar; modal ditempatkan atau dipesan belum disetor; modal disetor; harga pari, harga nominal per lembar; perubahan lembar saham tiap jenis saham dan saldo nilai Rupiah per jenis saham selama periode akuntansi; hak istimewa atau hak mendahului;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21
l l

Page 10 of 12

batasan khusus; dan penjelasan bila dapat konversi, tarif konversi.

go top Pengungkapan Kerugian PT 50 % dari Modal 37 Apabila perseroan menderita kerugian sebesar lima puluh persen dari modalnya, kewajiban untuk diumumkan dalam register kepaniteraan Pengadilan Negeri dan dalam Berita Negara, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, selama Undang-Undang yang terkait masih berlaku. go top Pengungkapan Kerugian PT 75 % dari Modal 38 Apabila perseroan mencapai akumulasi kerugian sebesar tujuh puluh lima persen dari modal, penjelasan bahwa demi hukum PT tersebut bubar, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, selama Undang-Undang yang terkait masih berlaku. 39 Bila persyaratan modal minimum yang ditentukan oleh peraturan perundangan yang berlaku atau akta pendirian tidak atau belum dipenuhi, maka harus diungkapkan. Misalnya batas minimum modal disetor dan jumlah pemegang saham PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek. go top Pengungkapan Dividen 40 Pengungkapan dividen meliputi:
l l l l l l l

l l

jumlah dividen; dividen per lembar saham; bentuk dividen; batasan saldo laba minimum dalam kaitan dengan ketersediaan dividen; hutang dividen; hutang dividen per lembar saham; pengumuman pembagian dividen, setelah tanggal neraca, sebelum tanggal Pendapat Akuntan Independen; jumlah kapitalisasi dividen saham dan pecah-saham, perlembar dan jumlah keseluruhan; dan laba per saham perlu disaji ulang (restated) berdasarkan jumlah saham yang setara setelah pecah-saham agar dapat diperbandingkan.

go top Pengungkapan Saham Beredar Yang Diperoleh Kembali 41 Pengungkapan saham beredar yang diperoleh kembali meliputi:
l

Saham beredar yang diperoleh kembali, metode cost, disajikan sebagai pengurang jumlah

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21

Page 11 of 12

Modal. Lembar saham yang diperoleh kembali dan dipegang perusahaan harus diungkapkan. Saham beredar yang diperoleh kembali, metode nilai pari (par value), sebagai pengurang saham beredar (yaitu modal disetor) sejenis. Selisih nilai perolehan kembali dan nilai pari dijumlahkan atau dikurangkan pada Agio Saham sejenis. Lembar saham yang diperoleh kembali dan dipegang perusahaan harus diungkapkan.

go top Pengungkapan Bagian Lain Ekuitas 42 Pengungkapan bagian lain Ekuitas (seperti saldo laba, agio, selisih penilaian kembali aktiva tetap dan cadangan) harus dilakukan secara terpisah, meliputi:
l l

perubahan selama periode akuntansi; dan batasan distribusi.

go top Reorganisasi 43 Kuasi reorganisasi merupakan prosedur penataan kembali ekuitas yang dilakukan dalam hal perusahaan menderita kerugian terus menerus dan terdapat defisit dalam jumlah yang sangat material. Tindakan ini harus didasarkan atas keputusan formal para pemegang saham. Dengan kuasi reorganisasi, perusahaan menyelenggarakan dasar pembukuan baru yang membukukan aktiva tertentu sebesar nilai wajar yang lebih rendah dari nilai bukunya dengan mendebet akun Defisit dan menurunkan nilai nominal saham. Penyesuaian ekuitas berkenaan dengan tindakan termaksud harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. go top Selisih Penilaian Kembali 44 Sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lainlain, penilaian atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian berdasarkan harga perolehan. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam kelompok modal di antara tambahan modal disetor dan saldo laba dengan nama akun Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap. go top Tanggal Efektif 45 Pernyataan ini mulai berlaku untuk penyusunan laporan keuangan yang mencakupi periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan. go top

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 21

Page 12 of 12

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 21 Akuntansi Ekuitas.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 1 of 21

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 AKUNTANSI PENGGABUNGAN USAHA

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Definisi PENJELASAN Sifat dari Penggabungan Usaha Akuisisi (Acquisition) Reverse Acquisition Penyatuan Kepemilikan (Uniting of Interest) Akuisisi (Acquisition) Akuntansi untuk Akuisisi Tanggal Akuisisi Biaya perolehan (Cost of Acquisition) Pengakuan Aktiva dan Kewajiban Teridentifikasi Alokasi Biaya Perolehan (Allocation of Cost of Acquisition)

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22
Pembelian Saham Secara Bertahap (Successive Share Purchases) Penentuan Nilai Wajar Aktiva dan Kewajiban yang Diakuisisi Goodwill yang Timbul dari Suatu Akuisisi Goodwill Negatif yang Timbul dari Akuisisi Penyesuaian atas Harga Beli (Purchase Consideration) tergantung pada Peristiwa Mendatang Perubahan Kemudian pada Biaya Perolehan (Acquisition Cost) Identifikasi Kemudian atau Perubahan Nilai aktiva dan Kewajiban Penyatuan Kepemilikan Pengungkapan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.22 AKUNTANSI PENGGABUNGAN USAHA Akuisisi Penyatuan Kepemilikan Pengungkapan Masa Transisi Tanggal Efektif

Page 2 of 21

PENDAHULUAN Tujuan Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk penggabungan usaha (business combination). Pernyataan ini mengatur akuisisi (acquisition) suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya dan juga penyatuan kepemilikan (uniting/pooling of interest) apabila pengakuisisi tidak dapat diidentifikasi. Akuntansi untuk akuisisi mencakup penentuan biaya perolehan (cost of acquisition), alokasi biaya perolehan (cost) pada aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi, dan akuntansi untuk goodwill yang timbul pada saat dan setelah akuisisi. Masalah akuntansi lain sehubungan dengan penggabungan usaha adalah penentuan jumlah kepemilikan minoritas, akuntansi untuk serangkaian akuisisi selama suatu periode tertentu, perubahan yang terjadi atas biaya perolehan, identifikasi terhadap aktiva dan kewajiban, dan pengungkapan yang diperlukan. Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi penggabungan usaha (business combinations). 02 Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau pembelian_aktiva neto_suatu perusahaan. Penggabungan usaha~dapat dilakukan dengan penerbitan saham atau dengan penyerahan kas, aktiva setara kas atau aktiva lainnya. Transaksi dapat terjadi antar pemegang saham perusahaan yang bergabung atau antara suatu perusahaan dengan pemegang saham perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa pembentukan suatu badan usaha baru (new enterprise) untuk mengendalikan perusahaan yang bergabung, pengalihan aktiva neto dari satu atau lebih badan usaha yang bergabung kepada badan usaha lain atau pembubaran satu atau lebih badan usaha yang bergabung. Apabila substansi dari transaksi konsisten dengan definisi penggabungan usaha dalam Pernyataan ini, maka perlakuan akuntansinya harus mengacu pada Pernyataan ini, terlepas dari bentuk hukum yang dipilih dalam melakukan penggabungan usaha. 03 Penggabungan usaha dapat menyebabkan timbulnya hubungan induk dan anak perusahaan. Dalam keadaan demikian, induk perusahaan menerapkan Pernyataan ini dalam

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 3 of 21

laporan keuangan konsolidasinya. Kepemilikannya pada anak perusahaan dicatat sebagai investasi (penyertaan) pada anak perusahaan. 04 Penggabungan usaha (business combination) dapat dilakukan melalui pembelian aktiva neto, termasuk goodwill, dari badan usaha lain dan bukan pembelian saham badan usaha lain tersebut. Penggabungan usaha tersebut tidak menyebabkan timbulnya hubungan induk dan anak perusahaan. Dalam keadaan tersebut, perusahaan pengakuisisi menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan laporan keuangannya sendiri, serta dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. 05 Penggabungan usaha (business combination) dapat mengakibatkan terjadinya legal merger. Suatu legal merger biasanya merupakan merger dua badan usaha melalui salah satu cara berikut: (a) aktiva dan kewajiban dari suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain dan perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan, atau (b) aktiva dan kewajiban dari dua atau lebih perusahaan dialihkan ke perusahaan baru dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan. Seringkali legal merger terjadi dalam rangka restrukturisasi atau reorganisasi dari suatu group. Transaksi demikian cakupan Pernyataan ini karena merupakan transaksi antar perusahaan dibawah pengendalian yang sama (under common control). 06 Pernyataan ini tidak mengatur tentang laporan keuangan tersendiri (separate financial statements) suatu induk perusahaan selain dalam situasi seperti yang dijelaskan pada paragraf 4. 07 Pernyataan ini tidak mengatur: (a) Transaksi antara perusahaan yang berada di bawah pengendalian yang sama (under common control); dan (b) Bagian partisipasi dalam pengendalian bersama operasi dan aset (diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 12 tentang Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset) Definisi 08 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Penggabungan Usaha (Business Combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Akuisisi (Acquisition) adalah suatu penggabungan usaha di mana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquirer), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Penyatuan Kepemilikan (Uniting of Interest/Pooling of Interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama -sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 4 of 21

perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak pengakuisisi (acquirer). ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan

Pengendalian (Control) adalah kekuatan (power) untuk menentukan kebijakan keuangan dan operasi suatu badan usaha agar dapat menikmati manfaat dari kegiatan perusahaan tersebut. Induk Perusahaan adalah perusahaan yang memiliki satu atau lebih anak perusahaan. Anak Perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang dikenal sebagai induk perusahaan). Kepemilikan Minoritas (Minority interest) adalah bagian hasil usaha dan bagian aktiva neto anak perusahaan, yang tidak dimiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, oleh induk perusahaan. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). Tanggal akuisisi adalah tanggal pada saat kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree) secara efektif beralih ke perusahaan pengakuisisi (acquirer).

PENJELASAN Sifat Penggabungan Usaha 09 Dalam akuntansi penggabungan usaha, substansi dari suatu akuisisi berbeda dengan penyatuan kepemilikan dan substansi transaksi tersebut perlu direfleksikan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, metode akuntansi yang berbeda digunakan untuk masing-masing jenis penggabungan usaha tersebut di atas. Akuisisi (Acquisition) 10 Pada dasarnya, pada semua penggabungan usaha, salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh kendali atas perusahaan lain. Pengendalian (control) diasumsikan diperoleh apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50%. Meskipun salah satu dari perusahaan yang bergabung tidak memiliki lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, perusahaan pengakuisisi mungkin tetap dapat diidentifikasi apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh: (a) kekuasaan (power) lebih dari 50% hak suara atas perusahaan yang lain tersebut berdasarkan perjanjian dengan investor lain; (b) kekuasaan (power) untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan lain tersebut berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 5 of 21

(c) kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan sebagian besar anggota pengurus perusahaan yang lain tersebut; (d) kekuasaan untuk mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi perusahaan yang lain tersebut. 11 Walaupun kadangkala sulit untuk mengidentifikasi perusahaan pengakuisisi, akan tetapi terdapat salah satu indikasi berikut untuk menentukan pengakuisisi (acquirer). Sebagai contoh: (a) nilai wajar suatu perusahaan yang bergabung lebih besar secara signifikan daripada perusahaan lainnya. Dalam hal ini, perusahaan yang lebih besar tersebut adalah pengakuisisi . (b) penggabungan usaha dilaksanakan melalui pertukaran saham berhak suara (voting common shares) dengan uang kas. Dalam hal ini, perusahaan yang membayar tunai tersebut adalah perusahaan pengakuisisi; atau (c) penggabungan usaha mengakibatkan manajemen suatu perusahaan mendominasi penentuan anggota manajemen perusahaan gabungan. Dalam hal ini, perusahaan yang dominan tersebut adalah perusahaan pengakuisisi. Reverse Acquisition 12 Kadangkala suatu perusahaan memperoleh saham perusahaan lain tetapi, sebagai bagian dari suatu transaksi pertukaran, perusahaan tersebut mengeluarkan sahamnya yang berhak suara (voting shares) dalam jumlah tertentu sehingga menyebabkan pengendalian perusahaan atas perusahaan gabungan beralih ke pemegang saham perusahaan yang sahamnya telah diakuisisi. Akuisisi ini disebut Reverse Acquisition. Meskipun secara formal perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut dapat disebut sebagai induk perusahaan, akan tetapi perusahaan yang pemegang sahamnya sekarang mengendalikan perusahaan gabungan adalah perusahaan pengakuisisi yang menikmati hak suara tersebut atau kekuasaan lainnya seperti dijelaskan pada paragraf 10. Perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut dianggap telah diakuisisi oleh perusahaan lain yang bergabung, dan perusahaan lain tersebut dianggap sebagai perusahaan pengakuisisi dan dengan demikian harus menerapkan metode pembelian atas aktiva dan kewajiban perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Penyatuan Kepemilikan (Uniting of Interest) 13 Dalam keadaan tertentu, mungkin sulit sekali mengidentifikasi pengakuisisi. Tidak ada pihak dominan yang timbul dari penggabungan tersebut, akan tetapi para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama -sama mengendalikan seluruh (atau secara efektif seluruh) aktiva neto dan operasi. Di samping itu, manajemen perusahaan-perusahaan yang bergabung menjadi bagian dari manajemen perusahaan gabungan. Akibatnya, para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama -sama berbagi risiko dan manfaat atas perusahaan gabungan tersebut. Penggabungan usaha demikian diperlakukan sebagai penyatuan kepemilikan (uniting of interest). 14 Pembagian bersama risiko dan manfaat secara seimbang biasanya tidak mungkin tanpa adanya pertukaran hak suara yang seimbang antar perusahaan-perusahaan yang bergabung. Pertukaran tersebut menjamin bahwa porsi pemilikan perusahaan yang bergabung, dan juga risiko serta manfaat pada perusahaan gabungan dapat dipertahankan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 6 of 21

dan wewenang kedua belah pihak dalam pengambilan keputusan tetap terlindungi. Meskipun demikian, agar keseimbangan pertukaran menjadi efektif, tidak boleh terjadi penurunan signifikan atas hak suara pada salah satu dari perusahaan yang bergabung, agar tidak ada salah satu pihak yang pengaruhnya berkurang. 15 Untuk mencapai pembagian risiko dan manfaat secara seimbang antar perusahaan yang bergabung maka: (a) mayoritas dari saham berhak suara perusahaan yang bergabung dipertukarkan atau digabungkan; (b) nilai wajar suatu perusahaan tidak berbeda secara signifikan dengan nilai wajar perusahaan lainnya; (c) para pemegang saham setiap perusahaan tetap mempertahankan hak suara dan kepemilikan yang seimbang dalam perusahaan gabungan, relatif sama dengan sebelum perusahaan bergabung. 16 Pembagian risiko dan manfaat secara seimbang pada perusahaan gabungan semakin berkurang dan perusahaan pengakuisisi semakin dapat diidentifikasi bila: (a) keseimbangan nilai wajar perusahaan yang bergabung menurun dan persentase saham berhak suara yang dipertukarkan berkurang. (b) kesepakatan finansial secara relatif menguntungkan sekelompok pemegang saham dari suatu perusahaan dibandingkan dengan kelompok pemegang saham lainnya. Kesepakatan finansial tersebut dapat terjadi baik sebelum maupun setelah penggabungan usaha; dan (c) bagian ekuitas salah satu pihak pada perusahaan gabungan tergantung pada kinerja yang akan dicapai oleh perusahaan setelah penggabungan terjadi.

Akuisisi (Acquisition) Akuntansi untuk Akuisisi 17 Penggabungan usaha melalui akuisisi harus dipertanggungjawabkan dengan menggunakan sebagaimana diatur pada paragraf 19 - 56. 18 Penggunaan metode pembelian untuk akuisisi suatu perusahaan dibukukan seperti halnya pembelian aktiva lainnya. Hal ini dilakukan karena dalam akuisisi terjadi transaksi pengalihan aktiva, timbulnya kewajiban atau penerbitan saham dalam rangka memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan lain. Metode pembelian menggunakan biaya perolehan (cost) sebagai dasar untuk mencatat akuisisi tersebut. Tanggal Akuisisi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 7 of 21

19 Sejak tanggal akuisisi, perusahaan pengakuisisi harus: (a) melaporkan hasil usaha perusahaan yang diakuisisi dalam laporan laba ruginya; dan (b) melaporkan aktiva dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi dalam neracanya serta goodwill yang timbul dari akuisisi tersebut. 20 Tanggal akusisi adalah tanggal pada saat kendali atas aktiva dan operasi suatu perusahaan yang diakuisisi secara efektif dialihkan kepada perusahaan pengakuisisi dan tanggal pada saat penerapan metode pembelian dimulai. Hasil usaha dari perusahaan yang diakuisisi dimasukkan ke dalam laporan keuangan perusahaan pengakuisisi dimulai sejak tanggal akuisisi. Pada hakekatnya, tanggal akuisisi adalah tanggal sejak perusahaan pengakuisisi mempunyai wewenang untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi suatu perusahaan untuk mendapatkan manfaat dari kegiatannya. Pengendalian dianggap belum dialihkan kepada perusahaan pengakuisisi sebelum semua kondisi yang diperlukan untuk melindungi kepentingan pihak yang terkait dilaksanakan. Namun, hal ini tidak berarti bahwa suatu transaksi harus diselesaikan secara hukum sebelum kendali secara efektif beralih kepada perusahaan pengakuisisi. Dalam menentukan apakah kendali secara efektif telah dialihkan, substansi akuisisi perlu dipertimbangkan . Biaya Perolehan (Cost of Acquisition) 21 Suatu akuisisi harus dibukukan sebesar biaya ' perolehan, yaitu jumlah kas atau aktiva setara kas yang dibayar atau nilai wajar (pada tanggal pertukaran) aktiva lain yang diberikan oleh perusahaan pengakuisisi, sebagai imbalan atas perolehan kendali atas aktiva neto perusahaan lain, ditambah biaya-biaya lain yang secara langsung dapat diatribusikan pada akuisisi tersebut. 22 Jika dalam suatu akuisisi terdapat lebih dari satu transaksi pertukaran, maka biaya perolehannya adalah penjumlahan dari seluruh transaksi. Apabila akuisisi dilakukan secara bertahap, maka pembedaan antara tanggal akuisisi dan tanggal transaksi pertukaran sangat penting. Karena akuntansi akuisisi dimulai sejak tanggal akuisisi, maka digunakan informasi biaya perolehan dan nilai wajar yang ditentukan pada setiap tanggal transaksi pertukaran. 23 Aktiva moneter yang diberikan dan kewajiban yang timbul dinilai berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal pertukarkan. Jika penyelesaian (settlement) harga pembelian ditangguhkan, maka biaya perolehannya bukan nilai nominal kewajiban akan tetapi nilai sekarang (present value) dari harga pembelian tersebut, dengan memperhitungkan premi atau diskonto yang mungkin timbul pada saat penyelesaian. 24 Dalam menentukan biaya perolehan, surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan pengakuisisi dinilai berdasarkan nilai wajar yaitu harga pasar pada tanggal transaksi pertukaran. Bila harga pasar pada suatu tanggal tertentu tidak dapat digunakan sebagai indikator yang tepat, pergerakan harga pada suatu periode tertentu sebelum dan sesudah diumumkannya syarat-syarat akuisisi perlu dipertimbangkan . Bila pasar tidak dapat dipercaya (unreliable) atau bila tidak terdapat penawaran harga, maka nilai wajar surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan pengakuisisi diestimasi secara proporsional dengan nilai wajar perusahaan pengakuisisi atau secara proporsional dengan nilai wajar perusahaan yang diakuisisi, tergantung mana yang lebih dapat ditentukan. Harga pembelian yang dibayar tunai kepada para pemegang saham perusahaan yang diakuisisi sebagai alternatif pembayaran dengan surat berharga, juga dapat menjadi bukti tentang total nilai wajar yang dibayarkan. Semua aspek akuisisi, termasuk faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi negosiasi, perlu dipertimbangkan, dan penilaian independen dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan nilai wajar surat berharga yang dikeluarkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 8 of 21

25 Di samping harga pembelian, perusahaan pengakuisisi dapat mengeluarkan biaya langsung (direct cost) sehubungan dengan akuisisi tersebut. Biaya ini dapat terdiri dari biaya registrasi dan emisi saham, dan honorarium tenaga profesional seperti akuntan, penasehat hukum, penilai dan konsultan lainnya sehubungan dengan akuisisi. Biaya administrasi umum, termasuk biaya divisi akuisisi, dan biaya lain yang tidak dapat secara langsung diatribusikan pada akuisisi tertentu, tidak diakui sebagai biaya perolehan tetapi dibebankan pada saat terjadi pada periode berjalan. Pengakuan Aktiva dan Kewajiban yang Dapat Diidentifikasi 26 Aktiva dan kewajiban yang diperoleh harus dibukukan secara terpisah pada tanggal akuisisi jika: (a) besar kemungkinan (probable) bahwa segala manfaat terkait pada masa yang akan datang akan mengalir ke atau dari perusahaan pengakuisisi; dan (b) tersedia suatu ukuran yang andal sehubungan dengan biaya perolehan atau nilai wajarnya. 27 Aktiva dan kewajiban yang diakuisisi yang memenuhi kriteria pengakuan tersebut pada paragraf 26 dinyatakan dalam Pernyataan ini sebagai aktiva dan kewajiban teridentifikasi (identifiable assets and liabilities). Apabila aktiva dan kewajiban yang diperoleh tidak memenuhi kriteria pengakuan di atas, maka hal tersebut dapat mempengaruhi penentuan nilai goodwill, sebab goodwill merupakan selisih antara perolehan dengan jumlah aktiva dan kewajiban teridentifikasi tersebut 28 Aktiva dan kewajiban teridentifikasi yang diperoleh oleh perusahaan pengakuisisi dapat meliputi aktiva dan kewajiban yang tidak pernah dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan yang diakuisisi. Hal ini mungkin disebabkan karena aktiva dan kewajiban tersebut memang belum memenuhi syarat untuk dibukukan sebelum tanggal akuisisi. 29 Aktiva dan kewajiban yang harus dibukukan pada tanggal akuisisi dapat juga meliputi aktiva dan kewajiban yang timbul karena akuisisi tersebut. Sebagai contoh, dalam melakukan akuisisi perusahaan pengakuisisi meminjam uang untuk memberikan kompensasi kepada para karyawan perusahaan yang diakuisisi atas jasa yang diberikan sebelum akuisisi. Akan tetapi, penerapan kriteria pengakuan (recognition criteria) tidak memperkenankan diciptakannya suatu penyisihan untuk menutup kerugian operasi masa mendatang. Alokasi Biaya Perolehan (Allocation of Cost of Acquisition) 30 Aktiva dan kewajiban yang diakui sesuai dengan paragraf 26 harus diukur dengan menjumlahkan: (a) nilai wajar aktiva dan kewajiban teridentifikasi yang di peroleh pada tanggal transaksi pertukaran sepanjang kepemilikan (interest) perusahaan pengakuisisi diperoleh melalui transaksi pertukaran; dan (b) hak minoritas atas Nilai tercatat aktiva dan kewajiban anak perusahaan sebelum tanggal akuisisi. Goodwill yang timbul harus diakui sesuai dengan Pernyataan ini. 31 Biaya perolehan dialokasikan pada aktiva dan kewajiban sesuai dengan paragraf 26

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 9 of 21

berdasarkan nilai wajar aktiva dan kewajiban pada tanggal pertukaran. Namun, biaya perolehan tersebut hanya berkaitan dengan persentase aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diperoleh oleh perusahaan pengakuisisi. Oleh karena itu, jika perusahaan pengakuisisi tidak membeli seluruh saham perusahaan yang diakuisisi, maka kepemilikan minoritas yang ada ditetapkan berdasarkan proporsi minoritas atas nilai tercatat aktiva dan kewajiban anak perusahaan sebelum tanggal akuisisi. Hal ini karena hak minoritas tidak menjadi bagian dari transaksi pertukaran dalam akuisisi tersebut. Pembelian Saham Secara Bertahap (Successive Share Purchases) 32 Suatu akuisisi mungkin terdiri serangkaian transaksi pertukaran, misalnya dengan pembelian secara bertahap (successive purchase) di bursa efek. Bila hal ini terjadi, setiap transaksi signifikan harus diperlakukan tersendiri untuk menentukan nilai wajar aktiva dan kewajiban teridentifikasi yang diakuisisi dan dalam menentukan jumlah goodwill pada transaksi tersebut. Hal ini mengakibatkan adanya perbandingan bertahap biaya perolehan masing-masing investasi dengan persentase pemilikan pengakuisisi terhadap nilai wajar aktiva dan kewajiban teridentifikasi yang diperoleh pada setiap tahap pembelian. 33 Jika akuisisi dilakukan secara bertahap (successive purchases), nilai wajar aktiva dan kewajiban teridentifikasi dapat berbeda-beda pada setiap tanggal transaksi pertukaran. Jika seluruh aktiva dan kewajiban teridentifikasi yang berhubungan dengan akuisisi dinyatakan kembali (restated) berdasarkan nilai wajarnya pada saat pembelian masing-masing tahap, maka penyesuaian terhadap kepemilikan yang telah diperoleh sebelumnya merupakan suatu revaluasi dan oleh karena itu harus diperlakukan sebagai revaluasi. 34 Sebelum memenuhi persyaratan sebagai suatu akuisisi, suatu transaksi mungkin memenuhi persyaratan sebagai investasi pada perusahaan asosiasi dan dibukukan dengan menggunakan metode ekuiti sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi. Dalam hal demikian, penentuan nilai wajar aktiva dan kewajiban teridentifikasi yang diperoleh dan pengakuan goodwill dianggap terjadi pada tanggal metode ekuiti diterapkan. Jika investasi sebelumnya tidak memenuhi persyaratan sebagai investasi pada perusahaan asosiasi, maka nilai wajar aktiva dan kewajiban teridentifikasi ditentukan pada setiap tahap transaksi pembelian sedangkan goodwill ditentukan pada tanggal akuisisi. Penentuan Nilai Wajar Aktiva dan Kewajiban yang Diakuisisi 35 Nilai wajar aktiva dan kewajiban yang diakuisisi ditentukan berdasarkan tujuan penggunaannya oleh perusahaan pengakuisisi. Tujuan penggunaan aktiva biasanya tidak berbeda dengan tujuan semula penggunaannya kecuali aktiva tersebut akan digunakan untuk tujuan lain. Jika suatu aktiva dimaksudkan digunakan untuk tujuan lain dan penilaiannya dilakukan berdasarkan tujuan baru tersebut, maka penilaian aktiva lain yang terkait harus dilakukan dengan dasar yang konsisten. Jika suatu aktiva atau segmen usaha dari perusahaan yang diakuisisi dihentikan, maka hal ini harus dipertimbangkan dalam penentuan nilai wajarnya. 36 Pedoman umum dalam menentukan nilai wajar aktiva dan kewajiban yang diakuisisi adalah sebagai berikut: (a) surat berharga yang diperjualbelikan (marketable securities) dinilai berdasarkan harga pasar yang berlaku; (b) surat berharga yang tidak diperjualbelikan (non marketable securities) dinilai berdasarkan nilai estimasi dengan mempertimbangkan ukuran seperti price earnings ratio, pembagian dividen dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan dengan memperbandingkan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22
perusahaan yang mempunyai karakteristik yang sama;

Page 10 of 21

(c) piutang dinilai berdasarkan nilai sekarang dari jumlah yang akan diterima dengan menggunakan tingkat bunga yang sesuai, dikurangi penyisihan piutang sangsi dan biaya penagihan, sesuai keadaan. Tapi piutang jangka pendek tidak perlu dihitung nilai sekarangnya jika selisih antara nilai nominal dan nilai sekarang tidak material; (d) persediaan: (i) barang jadi dan barang dagangan dinilai berdasarkan harga jual dikurangi: (a) penjumlahan biaya penjualan (cost of disposal) dan (b) taksiran keuntungan yang wajar atas penjualan yang ditentukan berdasarkan tingkat keuntungan barang sejenis; (ii) barang dalam proses dinilai berdasarkan harga jual barang jadi dikurangi: (a) penjumlahan biaya untuk penyelesaian, (b) biaya penjualan dan (c) taksiran keuntungan yang wajar atas penjualan yang ditentukan berdasarkan tingkat keuntungan barang sejenis; (iii) bahan baku dinilai berdasarkan biaya pengganti saat itu (current replacement cost); (e) tanah dan bangunan: (i) apabila akan digunakan sesuai dengan tujuan penggunaan berdasarkan nilai pasar untuk tujuan penggunaan tersebut; sebelumnya, dinilai

(ii) apabila akan digunakan untuk tujuan yang_berbeda dengan tujuan penggunaan sebelumnya, dinilai berdasarkan nilai pasar sesuai dengan tujuan penggunaan yang diharapkan; (iii)apabila akan dijual atau sementara ditahan dan selanjutnya akan dijual kembali, dinilai berdasarkan nilai realisasi neto (net realisable value);

(f) pabrik dan peralatan (plant and equipment) (i) jika akan digunakan, dinilai berdasarkan nilai pasar yang ditentukan oleh perusahaan penilai. Jika sulit untuk menentukan harga pasar, karena pabrik atau peralatan tersebut sangat khusus sifatnya, dinilai berdasarkan biaya pengganti saat ini setelah memperhitungkan jumlah penyusutan (depreciated replacement cost); (ii) jika akan digunakan untuk sementara waktu (temporer), dinilai berdasarkan harga terendah antara biaya pengganti saat itu (current replacement cost) untuk kapasitas yang sebanding dan nilai realisasi neto (net realisable value); dan (iii) apabila akan dijual atau sementara ditahan untuk selanjutnya akan dijual kembali, dinilai

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22
berdasarkan nilai realisasi netonya;

Page 11 of 21

(g) Aktiva tak berwujud, seperti hak paten dan lisensi, dinilai berdasarkan nilai taksiran; (h) Aktiva neto atau kewajiban program pensiun manfaat pasti, ditentukan berdasarkan nilai sekarang aktuaria (actuarial present value) dari manfaat pensiun yang dijanjikan dikurangi nilai wajar aktiva yang tersedia untuk program pensiun; (i) tagihan dan kewajiban pajak, ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku berkenaan dengan terjadinya penggabungan usaha; (j) hutang usaha, wesel bayar, hutang jangka panjang, kewajiban, akrual dan hutang lainnya dinilai berdasarkan nilai sekarang (present value) jumlah yang akan dibayar yang didiskontokan dengan menggunakan tingkat wajar saat itu. Akan tetapi hutang jangka pendek tidak perlu didiskontokan apabila selisih antara nilai nominal dan nilai sekarang tidak material; dan (k) kewajiban sehubungan dengan penutupan pabrik dan pemutusan kontrak akibat akuisisi, dinilai berdasarkan nilai sekarang jumlah yang akan dibayar dan didiskontokan berdasarkan tingkat bunga wajar saat itu. Beberapa pedoman tersebut di atas mengasumsikan bahwa nilai wajar akan ditentukan dengan menggunakan pendiskontoan (discounting). Bila pedoman tersebut tidak menyatakan digunakannya pendiskontoan, maka pendiskontoan tidak wajib digunakan dalam menentukan nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi . GoodwilI yang timbul dari Suatu Akuisisi 37 Selisih lebih antara biaya wajar dan bagian (interest) perusahaan pengakuisisi atas nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi pada tanggal transaksi pertukaran diakui sebagai goodwill dan disajikan sebagai aktiva. 38 Goodwill yang timbul akibat akuisisi mencerminkan pembayaran yang dilakukan oleh pengakuisisi untuk mengantisipasi manfaat keekonomian yang akan diperoleh di masa mendatang. Manfaat keekonomian tersebut mungkin dihasilkan dari suatu sinergi antar aktiva yang diakuisisi, atau dari aktiva yang tidak memenuhi persyaratan untuk diakui dalam laporan keuangan, namun perusahaan pengakuisisi bersedia membayarnya dalam akuisisi tersebut. 39 Goodwill harus diamortisasi sebagai beban selama masa manfaatnya. Dalam mengamortisasi goodwill, harus digunakan metode garis lurus, kecuali terdapat metode lain yang dianggap lebih tepat pada keadaan tertentu. Periode amortisasi goodwill tidak boleh lebih dari lima tahun, kecuali periode yang lebih panjang tetapi tidak lebih dari 20 tahun dapat digunakan apabila terdapat dasar yang tepat (justifiable). 40 Dengan berlalunya waktu, manfaat goodwill berkurang, yang mencerminkan menurunnya kemampuan untuk memberikan kontribusi pada laba perusahaan di masa mendatang (future income). Oleh karena itu, sewajarnya goodwill diamortisasi dan dibukukan sebagai beban secara sistematis selama masa manfaatnya . 41 Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi masa manfaat good will meliputi: (a) ramalan umur bisnis atau industri yang bersangkutan;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 12 of 21

(b) pengaruh keusangan produk, perubahan dalam permintaan dan faktor ekonomi lainnya; (c) ekspektasi sisa masa kerja para manajer, atau kelompok karyawan yang menjalankan tugas penting; (d) antisipasi tindakan para pesaing atau calon pesaing; dan (e) ketentuan hukum, peraturan yang mempengaruhi masa manfaat goodwill. berlaku atau ketentuan kontraktual yang

42 Karena goodwill merupakan manfaat keekonomian masa yang akan datang sebagai hasil sinergi atau sebagai hasil suatu aktiva tidak mungkin diakui, maka seringkali sulit untuk mengestimasi masa manfaatnya. Karenanya, untuk tujuan akuntansi, Pernyataan ini menentukan secara arbitrer batas maksimum periode amortisasi. Anggapan yang digunakan dalam Pernyataan ini adalah bahwa goodwill biasanya tidak mempunyai masa manfaat melebihi lima tahun. Namun, dalam keadaan tertentu dapat terjadi bahwa goodwill secara jelas berkaitan dengan suatu aktiva tertentu sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi selama masa manfaat aktiva yang bersangkutan. Sebagai contoh, keadaan tersebut dapat timbul jika aktiva utama yang diperoleh dalam akuisisi adalah lisensi penyiaran (broadcasting license) yang lebih dari lima tahun. Setelah membukukan nilai wajar lisensi penyiaran sebagai suatu aktiva, maka goodwill yang timbul dalam akuisisi diamortisasikan selama masa berlaku lisensi penyiaran tersebut. Namun, karena kurun waktu perencanaan atas kegiatan operasional perusahaan secara keseluruhan tidak akan lebih dari dua puluh tahun, maka sulit dipercaya untuk membuat proyeksi masa manfaat goodwill melebihi dua puluh tahun. 43 Pada saat permulaan dibukukannya suatu akuisisi, mungkin goodwill yang diakui tidak merefleksikan manfaat keekonomian mendatang yang akan mengalir ke perusahaan pengakuisisi. Hal tersebut dapat terjadi karena sejak dilakukannya negosiasi harga pembelian telah terjadi penurunan terhadap ekspektasi arus kas mendatang (future cash flows) dari aktiva yang diakuisisi. Contoh lainnya adalah dalam hal ditemukannya kesalahan (error) pada akun perusahaan yang diakuisisi akibat suatu kecurangan (fraud) yang telah terjadi pada saat akuisisi sehingga goodwill tidak merefleksikan manfaat masa mendatang. 44 Saldo goodwill yang belum diamortisasi harus dievaluasi pada setiap tanggal neraca, dan apabila terdapat indikasi bahwa jumlah tersebut tidak dapat sepenuhnya atau sebagian dipulihkan (recovered) dari ekspektasi manfaat keekonomian di masa mendatang, maka bagian jumlah yang tidak dipulihkan tersebut langsung dibukukan sebagai beban pada periode yang bersangkutan. Setiap penurunan nilai (write-down) goodwill tidak boleh dinaikkan (write-up) kembali pada periode selanjutnya. 45 Penurunan (impairment) nilai goodwill dapat disebabkan berbagai faktor seperti trendekonomi yang tidak menguntungkan, perubahan situasi persaingan dan hukum, dan peraturan perundangan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penurunan jumlah arus kas yang dihasilkan. Dalam keadaan tersebut, saldo goodwill segera diturunkan (write-down) dan diakui sebagai beban. Goodwill Negatif Yang Timbul Dari Akuisisi 46 Jika biaya perolehan (cost of the acquisition) lebih rendah dari bagian (interest) pengakuisisi atas nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakuisisi pada tanggal transaksi, maka nilai wajar aktiva non moneter yang diakuisisi harus diturunkan secara proporsional, sampai seluruh selisih tersebut dieliminasi. Apabila setelah nilai wajar aktiva non moneter sudah diturunkan seluruhnya, ternyata masih terdapat sisa selisih yang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 13 of 21

belum dieliminasi, maka sisa selisih tersebut diakui sebagai goodwill negatif dan diperlakukan sebagai pendapatan ditangguhkan (detterred income) dan diakui sebagai pendapatan secara sistematis selama suatu periode yang tidak kurang dari 20 tahun. 47 Jika bagian kepemilikan perusahaan pengakuisisi atas nilai wajar agregat aktiva neto yang diakuisisi melebihi biaya perolehan, secara efektif aktiva neto telah diperoleh dengan harga yang lebih rendah (at discount). Karenanya, nilai wajar aktiva non moneter yang diperoleh harus dikurangi dengan pengurangan (diskon) tersebut agar akuisisi tersebut tidak dibukukan melebihi biaya perolehannya. Total diskon, yang disebar ke aktiva non moneter tersebut, akan direalisasikan sebagai penghasilan pada saat aktiva tersebut dijual atau pada saat manfaat keekonomian mendatang yang terkandung pada aktiva tersebut dikonsumsi. Untuk aktiva lancar, seperti persediaan, proses realisasi selesai saat persediaan dijual. Dalam hal aktiva jangka panjang, seperti pabrik dan peralatan, diskon tersebut direalisasi melalui beban depresiasi yang lebih rendah selama masa manfaat aktiva tersebut. Penyesuaian Mendatang atas Harga Beli (Purchase Consideration) tergantung pada Peristiwa

48 Apabila perjanjian akuisisi memungkinkan dilakukannya penyesuaian atas harga beli yang tergantung pada terjadi tidaknya satu atau lebih peristiwa tertentu di masa yang akan datang, maka jumlah penyesuaian tersebut harus diperhitungkan dalam menentukan biaya perolehan pada tanggal akuisisi, jika penyesuaian tersebut besar kemungkinannya (probable) akan terjadi dan jumlahnya dapat diperkirakan secara layak pada tanggal akuisisi. 49 Perjanjian akuisisi dapat memperbolehkan dilakukannya penyesuaian harga beli jika peristiwa tertentu terjadi di masa yang akan datang. Penyesuaian tersebut dapat tergantung pada tercapainya suatu tingkat penghasilan tertentu di masa yang akan datang atau tergantung pada stabilitas harga pasar surat berharga yang diterbitkan yang dibayar sebagai bagian harga beli. 50 Pada saat permulaan membukukan suatu akuisisi, biasanya memungkinkan untuk mengestimasi jumlah setiap penyesuaian harga beli, walaupun terdapat beberapa ketidakpastian, tanpa mengurangi keandalan informasi. Jika peristiwa masa yang akan datang tidak terjadi, atau estimasi perlu direvisi, maka biaya perolehan harus disesuaikan yang tentunya dapat mempengaruhi jumlah goodwill atau goodwill negatif. Perubahan Kemudian Biaya Perolehan (Acquisition Cost) 51 Biaya perolehan harus disesuaikan apabila kontinjensi yang mempengaruhi harga beli terselesaikan setelah tanggal akusisi, sehingga pembayaran atas jumlah tersebut besar kemungkinan (probable) terjadi dan jumlahnya dapat diestimasi secara layak . 52 Klausul akuisisi dapat mengatur suatu penyesuaian harga beli jika kegiatan perusahaan yang diakuisisi ternyata setelah akuisisi lebih besar atau lebih kecil dari tingkat yang disetujui. Jika penyesuaian tersebut kemudian ternyata menjadi sangat mungkin (probable) dan estimasi layak jumlahnya dapat dilakukan, maka pengakuisisi memperlakukan jumlahnya sebagai penyesuaian terhadap biaya perolehan yang tentunya dapat mempengaruhi jumlah goodwill atau goodwill negatif. 53 Dalam keadaan tertentu, pengakuisisi mungkin diharuskan melakukan pembayaran tambahan kepada penjual sebagai kompensasi atas turunnya harga beli. Hal ini dapat terjadi bila pengakuisisi telah menjamin harga pasar saham atau obligasi yang diterbitkan sebagai pembayaran harga beli dan harus menerbitkan lagi saham atau obligasi dengan tujuan untuk menutupi kekurangan harga beli akibat penurunan harga pasar saham dan obligasi tersebut. Dalam hal ini, tidak terjadi kenaikan biaya perolehan, sehingga tidak perlu dilakukan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 14 of 21

penyesuaian terhadap goodwill atau goodwill negatif. Akan tetapi, tambahan saham atau obligasi yang diterbitkan akan menurunkan agio saham atau menaikkan disagio saham atau obligasi yang diterbitkan pada saat akuisisi. Identifikasi Kemudian atau Perubahan Nilai atas Aktiva dan Kewajiban 54 Aktiva dan kewajiban yang diakuisisi tetapi tidak memenuhi kriteria pada paragraf 26 untuk diakui secara terpisah pada saat akuisisi dibukukan harus diakui kemudian apabila kriteria tersebut telah dipenuhi . Nilai tercatat (carrying amount) aktiva dan kewajiban yang diperoleh harus disesuaikan, jika setelah akuisisi, terdapat bukti tambahan yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai aktiva dan kewajiban yang telah dibukukan pada saat akuisisi terjadi. Dengan demikian, goodwill atau goodwill negatif juga harus disesuaikan sepanjang jumlah penyesuaian tersebut besar kemungkinannya (probable) dapat dipulihkan dari manfaat keekonomian masa depan yang diharapkan dan penyesuaian tersebut dilakukan pada akhir tahun buku pertama setelah tahun akuisisi; penyesuaian yang timbul setelah periode tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban. 55 Aktiva dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi mungkin belum diakui pada saat akuisisi karena tidak memenuhi kriteria aktiva dan kewajiban atau karena perusahaan pengakuisisi memang belum menyadari tentang eksistensinya. Demikian pula nilai wajar yang ditentukan pada tanggal akuisisi untuk aktiva dan kewajiban yang diperoleh mungkin perlu disesuaikan karena tersedianya bukti tambahan untuk membantu penaksiran nilai aktiva atau kewajiban pada tanggal akuisisi. Bila aktiva atau kewajiban diakui atau saldonya disesuaikan setelah akhir tahun buku pertama (di luar periode interim) setelah akuisisi, penyesuaian tersebut harus diakui sebagai beban atau pendapatan dan tidak diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap goodwill atau goodwill negatif. Pembatasan waktu ini, walaupun bersifat arbitrer, dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penilaian kembali goodwill atau goodwill negatif dalam jangka waktu yang tidak terbatas. 56 Jika setelah akuisisi tetapi sebelum akhir tahun buku pertama (tidak termasuk periode interim) setelah akuisisi, perusahaan pengakuisisi baru menyadari adanya kewajiban yang sebenarnya telah ada pada tanggal akuisisi, goodwill tidak dapat dinaikkan begitu saja tanpa menilai apakah dapat diharapkan adanya tambahan manfaat keekonomian masa mendatang. Bila tambahan manfaat keekonomian masa mendatang tidak dapat diharapkan, maka jumlah penyesuaian tersebut diperlakukan sebagai beban. Penyatuan Kepemilikan 57 Suatu penyatuan kepemilikan (uniting of interests) harus dibukukan dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method), yang akan dijelaskan pada paragraf 58, 59 dan 62. 58 Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang bergabung untuk periode terjadinya penggabungan tersebut dan untuk periode perbandingan yang diungkapkan, harus dimasukkan dalam laporan keuangan gabungan seolah-olah perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut. Laporan keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir yang disajikan. 59 Selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah modal saham yang diperoleh, harus disesuaikan terhadap ekuitas atau modal sendiri.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 15 of 21

60 Makna penyatuan kepemilikan adalah tidak terjadi akuisisi dan telah terjadi kesinambungan dalam pembagian bersama risiko dan manfaat, yang telah ada sebelum penggabungan usaha. Penggunaan metode penyatuan kepemilikan mengakui hal tersebut dengan menggabungkan perusahaan seolah-olah masing-masing usaha tetap berjalan seperti semula, meskipun telah dimiliki dan dikelola bersama. Oleh karena itu, perubahan yang dilakukan sangat minimal dalam menjumlahkan laporan keuangan perusahaan yang bergabung. 61 Karena penyatuan kepemilikan menghasilkan satu unit tunggal entitas gabungan, maka kebijakan akuntansi yang seragam diterapkan dalam unit usaha gabungan tersebut. Karenanya, unit usaha gabungan mengakui aktiva, kewajiban dan modal dari masing-masing perusahaan yang bergabung berdasarkan nilai tercatatnya. Penyesuaian atas nilai tercatat hanya dilakukan untuk menyesuaikan kebijakan akuntansi perusahaan yang bergabung dengan kebijakan akuntansi yang dianut oleh unit usaha gabungan dan menerapkannya pada semua periode yang disajikan. Dalam penyatuan kepemilikan tidak terdapat pengakuan goodwill atau goodwill negatif. Demikian juga, pengaruh yang timbul sebagai akibat transaksi antar perusahaan yang bergabung yang timbul baik sebelum atau setelah penyatuan kepemilikan, eliminasi dalam menyusun laporan keuangan unit usaha gabungan . 62 Pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan penyatuan kepemilikan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya . 63 Pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan penyatuan kepemilikan mencakupi biaya pendaftaran dan penerbitan saham, biaya yang timbul dalam usaha memberikan informasi kepada pemegang saham, biaya konsultan, gaji dan biaya lain untuk karyawan yang terlibat dalam penggabungan usaha. Pengeluaran ini juga termasuk biaya atau kerugian yang timbul akibat penggabungan kegiatan perusahaan-perusahaan yang tadinya merupakan usaha yang terpisah satu sama lain. Pengungkapan 64 Untuk semua penggabungan usaha, pengungkapan berikut harus dibuat dalam laporan keuangan pada periode terjadinya penggabungan usaha: (a) nama dan penjelasan tentang perusahaan yang bergabung; (b) metode akuntansi yang digunakan untuk penggabungan usaha tersebut; (c) tanggal efektif penggabungan usaha untuk tujuan akuntansi; (d) operasi atau kegiatan usaha yang telah diputuskan untuk dijual atau dihentikan akibat penggabungan usaha tersebut. 65 Untuk penggabungan usaha yang merupakan akuisisi, pengungkapan tambahan berikut dalam laporan keuangan harus dibuat pada periode terjadinya akuisisi: (a) persentase saham berhak suara yang diperoleh; (b) biaya perolehan (acquisition cost) dan penjelasan tentang harga beli yang telah dibayar atau terhutang secara kontinjen (contingently payable); dan (c) sifat dan jumlah penyisihan untuk beban restrukturisasi dan beban penutupan pabrik yang timbul akibat akuisisi dan diakui pada tanggal akuisisi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 16 of 21

66 Laporan keuangan harus mengungkapkan: (a) perlakuan akuntansi goodwill termasuk periode amortisasinya (b) apabila masa manfaat goodwill lebih dari lima tahun penjelasan tentang alasan dan pertimbangan yang digunakan; (c) apabila goodwill tidak diamortisasikan dengan metode garis lurus, metode yang digunakan serta alasan kenapa metode tersebut dianggap lebih tepat daripada metode garis lurus; (d) rekonsiliasi goodwill pada saat awal dan akhir periode yang menunjukkan: (i) jumlah bruto goodwill dan akumulasi amortisasinya pada awal periode; (ii) tambahan goodwill yang dibukukan selama periode berjalan; (iii) jumlah selama periode berjalan; (iv)pernyesuaian yang dilakukan akibat adanya identifikasi susulan atau perubahan nilai aktiva dan kewajiban setelah tanggal akuisisi; (v) penghapusbukuan goodwill yang dilakukan selama periode berjalan; dan (vi)jumlah bruto goodwill dan akumulasi amortisasinya pada akhir periode. 67 Dalam suatu akuisisi, jika nilai wajar aktiva dan kewajiban atau harga beli (purchase consideration) hanya akan dapat ditentukan pada akhir periode akuisisi dilaksanakan, hal tersebut harus diungkapkan beserta alasannya. Jika setelah tanggal akuisisi terdapat penyesuaian atas taksiran nilai wajar tersebut, penyesuaian tersebut harus diungkapkan dan dijelaskan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. 68 Untuk suatu penggabungan usaha yang merupakan penyatuan kepemilikan (uniting of interest), pengungkapan tambahan berikut harus dibuat dalam laporan keuangan pada periode terjadinya: (a) penjelasan dan jumlah saham yang diterbitkan, serta persentase saham berhak suara setiap perusahaan yang dipertukarkan untuk melaksanakan penyatuan kepemilikan tersebut; (b) jumlah aktiva dan kewajiban yang diserahkan oleh setiap perusahaan; dan (c) pendapatan penjualan, pendapatan operasional lainnya, pos luar biasa dan laba bersih (rugi) dari masing-masing perusahaan untuk periode sebelum penggabungan, yang termasuk dalam laba bersih (rugi) yang disajikan dalam laporan keuangan gabungan. 69 Pengungkapan umum lainnya yang perlu dibuat dalam laporan konsolidasi diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi. 70 Untuk penggabungan usaha yang terjadi setelah tanggal neraca, harus dibuat pengungkapan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 64- 68. Jika pengungkapan tersebut tidak mungkin dibuat maka fakta tersebut harus diungkapkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 17 of 21

71 Penggabungan usaha yang terjadi setelah tanggal neraca dan sebelum laporan keuangan salah satu perusahaan yang bergabung diterbitkan secara resmi, harus diungkapkan jika informasi tersebut demikian pentingnya sehingga tanpa adanya pengungkapan tersebut dapat mempengaruhi kemampuan pengguna laporan keuangan untuk melakukan evaluasi dan mengambil keputusan yang layak (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca). 72 Dalam keadaan tertentu, pengaruh penggabungan usaha mungkin memperbolehkan laporan keuangan perusahaan gabungan disusun berdasarkan asumsi kesinambungan usaha (going concern). Namun hal tersebut mungkin saja tidak berlaku pada salah satu atau kedua perusahaan yang bergabung. Hal ini bisa terjadi, misalnya karena perusahaan yang mempunyai kesulitan dana (cash flow) bergabung dengan perusahaan yang mempunyai akses terhadap dana yang dapat digunakan oleh perusahaan lainnya yang kekurangan dana. Dalam hal demikian informasi ini relevan diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan yang mempunyai kesulitan dana tersebut.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 22 AKUNTANSI PENGGABUNGAN USAHA Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 terdiri dari paragraf 73 - 97. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 72. 73 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi penggabungan usaha (business combinations). Akuisisi 74 Penggabungan usaha melalui akuisisi harus dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode pembelian, sebagaimana diatur pada paragraf 75 -85. 75 Sejak tanggal akuisisi, perusahaan pengakuisisi harus: (a) melaporkan hasil usaha perusahaan yang diakuisisi dalam laporan laba ruginya; dan (b) melaporkan aktiva dan kewajiban perusahaan yang diakui sisi dalam neracanya serta goodwill yang timbul dari akuisisi tersebut. 76 Suatu akuisisi harus dibukukan sebesar biaya perolehan, yaitu jumlah kas atau aktiva setara kas yang dibayar atau nilai wajar (pada tanggal pertukaran) aktiva lain yang diberikan oleh perusahaan pengakuisisi, sebagai imbalan atas perolehan kendali atas aktiva neto perusahaan lain, ditambah biaya-biaya lain yang secara langsung dapat diatribusikan pada akuisisi tersebut. 77 Aktiva dan kewajiban yang diperoleh harus dibukukan secara terpisah pada tanggal akuisisi jika:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 18 of 21

(a) besar kemungkinan (probable) bahwa segala manfaat terkait pada masa yang akan datang akan mengalir ke atau dari perusahaan pengakuisisi; dan (b) tersedia suatu ukuran yang andal sehubungan dengan biaya perolehan atau nilai wajarnya. 78 Aktiva dan kewajiban yang diakui sesuai dengan paragraf 26 harus diukur dengan menjumlahkan: (a) nilai wajar aktiva dan kewajiban teridentifikasi yang diperoleh pada tanggal transaksi pertukaran sepanjang kepemilikan (interest) perusahaan pengakuisisi diperoleh melalui transaksi pertukaran; dan (b) hak minoritas atas nilai tercatat aktiva dan kewajiban anak perusahaan sebelum tanggal akuisisi. Goodwill yang timbul harus diakui sesuai dengan Pernyataan ini. 79 Selisih lebih antara biaya perolehan dan bagian (interest) perusahaan pengakuisisi atas nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi pada tanggal transaksi pertukaran diakui sebagai goodwill dan disajikan sebagai aktiva. 80 Goodwill harus diamortisasi sebagai beban selama masa manfaatnya. Dalam mengamortisasi goodwill, harus digunakan metode garis lurus, kecuali terdapat metode lain yang dianggap lebih tepat pada keadaan tertentu. Periode amortisasi goodwill tidak boleh lebih dari lima tahun kecuali periode yang lebih panjang tetapi tidak lebih dari 20 tahun dapat digunakan apabila terdapat dasar yang tepat (justifiable). 81 Saldo goodwill yang belum diamortisasi harus dievaluasi pada setiap tanggal neraca, dan apabila terdapat indikasi bahwa jumlah tersebut tidak dapat sepenuhnya atau sebagian dipulihkan (recovered) dari ekspektasi manfaat keekonomian di masa mendatang, maka bagian jumlah yang tidak dipulihkan tersebut langsung dibukukan sebagai beban pada periode yang bersangkutan. Setiap penurunan nilai (write-down) goodwill tidak boleh dinaikkan (write-up) kembali pada periode selanjutnya. 82 Jika biaya perolehan (cost of the acquisition) lebih rendah dari bagian (interest) pengakuisisi atas nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakuisisi pada tanggal transaksi, maka nilai wajar aktiva non moneter yang diakuisisi harus diturunkan secara proporsional, sampai seluruh selisih tersebut dieliminasi. Apabila setelah nilai wajar aktiva non moneter sudah diturunkan seluruhnya, ternyata masih terdapat sisa selisih yang belum dieliminasi, maka sisa selisih tersebut diakui sebagai goodwill negatif dan diperlakukan sebagai pendapatan ditangguhkan (deferred income) dan diakui sebagai pendapatan secara sistematis selama suatu periode yang tidak kurang dari 20 tahun. 83 Apabila perjanjian akuisisi memungkinkan dilakukannya penyesuaian atas harga beli yang tergantung pada terjadi tidaknya satu atau lebih peristiwa tertentu di masa yang akan datang, maka jumlah penyesuaian tersebut harus diperhitungkan dalam menentukan biaya perolehan pada tanggal akuisisi, jika penyesuaian tersebut besar kemungkinannya (probable) akan terjadi dan jumlahnya dapat diperkirakan secara. layak pada tanggal akuisisi. 84 Biaya perolehan harus disesuaikan apabila kontinjensi yang mempengaruhi harga beli terselesaikan setelah tanggal akusisi, sehingga pembayaran atas jumlah tersebut besar

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22
kemungkinan (probable) terjadi dan jumlahnya dapat diestimasi secara layak.

Page 19 of 21

85 Aktiva dan kewajiban yang diakuisisi tetapi tidak memenuhi kriteria pada paragraf 26 untuk diakui secara terpisah pada saat akuisisi dibukukan harus diakui kemudian apabila kriteria tersebut telah dipenuhi. Nilai tercatat carrying amount) aktiva dan kewajiban yang diperoleh harus disesuaikan, jika setelah akuisisi, terdapat bukti tambahan yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai aktiva dan kewajiban yang telah dibukukan pada saat akuisisi terjadi. Dengan demikian, goodwill atau goodwill negatif juga harus disesuaikan sepanjang jumlah penyesuaian tersebut besar kemungkinannya (probable) dapat dipulihkan dari manfaat keekonomian masa depan yang diharapkan dan penyesuaian tersebut dilakukan pada akhir tahun buku pertama setelah tahun akuisisi; penyesuaian yang timbul setelah periode tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban. Penyatuan Kepemilikan 86 Suatu penyatuan kepemilikan (uniting of interests) harus dibukukan dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method), yang akan dijelaskan pada paragraf 87, 88 dan 89. 87 Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang bergabung untuk periode terjadinya penggabungan tersebut dan untuk periode perbandingan yang diungkapkan, harus dimasukkan dalam laporan keuangan gabungan seolah-olah perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut. Laporan keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir yang disajikan 88 Selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah modal saham yang diperoleh, harus disesuaikan terhadap ekuitas atau modal sendiri. 89 Pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan penyatuan kepemilikan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya . Pengungkapan 90 Untuk semua penggabungan usaha, pengungkapan berikut harus dibuat dalam laporan keuangan pada periode terjadinya penggabungan usaha: (a) nama dan penjelasan tentang perusahaan yang bergabung; (b) metode akuntansi yang digunakan untuk penggabungan usaha tersebut; (c) tanggal efektif penggabungan usaha untuk tujuan akuntansi; (d) operasi atau kegiatan usaha yang telah diputuskan untuk dijual atau dihentikan akibat penggabungan usaha tersebut. 91 Untuk penggabungan usaha yang merupakan akuisisi, pengungkapan tambahan berikut dalam laporan keuangan harus dibuat pada periode terjadinya akuisisi: (a) persentase saham berhak suara yang diperoleh;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 20 of 21

(b) biaya perolehan (acquisition cost) dan penjelasan tentang harga beli yang telah dibayar atau terhutang secara kontinjen (contingently payable); dan (c) sifat dan jumlah penyisihan untuk beban restrukturisasi dan beban penutupan pabrik yang timbul akibat akuisisi dan diakui pada tanggal akuisisi. 92 Laporan keuangan harus mengungkapkan: (a) perlakuan akuntansi goodwill termasuk periode amortisasinya; (b) apabila masa manfaat goodwill lebih dari lima tahun penjelasan tentang alasan dan pertimbangan yang digunakan; (c) apabila goodwill tidak diamortisasikan dengan metode garis lurus, metode yang digunakan serta alasan kenapa metode tersebut dianggap lebih tepat daripada metode garis lurus; (d) rekonsiliasi goodwill pada saat awal dan akhir periode yang menunjukkan: (i) jumlah bruto goodwill dan akumulasi amortisasinya pada awal periode; (ii) tambahan goodwill yang dibukukan selama periode berjalan; (iii)jumlah amortisasi selama periode berjalan; (iv)pernyesuaian yang dilakukan akibat adanya identifikasi susulan atau perubahan nilai aktiva dan kewajiban setelah tanggal akuisisi; (v) penghapusbukuan goodwill yang dilakukan selama periode berjalan; dan (vi)jumlah bruto goodwill dan akumulasi amortisasinya pada akhir periode. 93 Dalam suatu akuisisi, jika nilai wajar aktiva dan kewajiban atau harga beli (purchase consideration) hanya akan dapat ditentukan pada akhir periode akuisisi dilaksanakan, hal tersebut harus diungkapkan beserta alasannya. Jika setelah tanggal akuisisi terdapat penyesuaian atas taksiran nilai wajar tersebut, penyesuaian tersebut harus diungkapkan dan dijelaskan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. 94 Untuk suatu penggabungan usaha yang merupakan penyatuan kepemilikan (uniting of interest), pengungkapan tambahan berikut harus dibuat dalam laporan keuangan pada periode terjadinya: (a) penjelasan dan jumlah saham yang diterbitkan, serta persentase saham berhak suara setiap perusahaan yang dipertukarkan untuk melaksanakan penyatuan kepemilikan tersebut; (b) jumlah aktiva dan kewajiban yang diserahkan oleh setiap perusahaan; dan (c) pendapatan penjualan, pendapatan operasional lainnya, pos luar biasa dan laba bersih (rugi) dari masing-masing perusahaan untuk periode sebelum penggabungan, yang termasuk dalam laba bersih (rugi) yang disajikan dalam laporan keuangan gabungan. 95 Untuk penggabungan usaha yang terjadi setelah tanggal neraca, harus dibuat

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 22

Page 21 of 21

pengungkapan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 90 - 94. Jika pengungkapan tersebut tidak mungkin dibuat maka fakta tersebut harus diungkapkan. Masa Transisi 96 Penerapan standar ini secara retrospektif dianjurkan tetapi tidak diwajibkan. Jika standar ini diterapkan secara retrospektif, saldo goodwill sebelum akuisisi dilaksanakan (jika ada) harus ditentukan dengan layak dan diperlakukan sesuai dengan Pernyataan ini. Periode amortisasi goodwill harus lebih pendek dari sisa masa manfaatnya seperti digambarkan pada kebijakan amortisasi dan periode amortisasi yang digambarkan pada Pernyataan ini. Tanggal Efektif 97 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 23

Page 1 of 10

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang Pendapatan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Definisi PENJELASAN Pengukuran Pendapatan Pengidentifikasian Transaksi Penjualan Barang Penjualan Jasa Bunga, Royalti dan Dividen Pengungkapan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.23 PENDAPATAN Pengukuran Pendapatan Penjualan Barang Penjualan Jasa

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 23
Bunga, Royalti dan Dividen Pengungkapan Tanggal Efektif

Page 2 of 10

PENDAHULUAN Tujuan Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa. Tujuan Pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi tertentu. Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pernyataan ini mengidentifikasikan keadaan yang memenuhi kriteria tersebut agar pendapatan dapat diakui. Pernyataan ini juga memberikan pedoman praktis dalam penerapan kriteria tersebut. Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini: (a) penjualan barang; (b) penjualan jasa; dan (c) penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen. 02 Barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. 03 Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu periode atau selama lebih dari satu periode. Beberapa kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya, kontrak penjualan jasa mengenai manajer proyek dan arsitek, tidak dibahas dalam Pernyataan ini. 04 Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk: (a) bunga - pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau jumlah terhutang kepada perusahaan; (b) royalti - pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misalnya, paten, merek dagang, hak cipta, dan perangkat lunak komputer; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 23

Page 3 of 10

(c) dividen - distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. 05 Pendapatan berikut ini telah atau akan diatur dalam standar akuntansi keuangan tersendiri sehingga tidak dibahas dalam Pernyataan ini: (a) perjanjian sewa guna usaha (diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha); (b) dividen yang timbul dari investasi yang dipertanggungjawabkan menurut metode ekuitas (diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi Untuk Investasi); (c) kontrak asuransi dari perusahaan asuransi (untuk jenis asuransi kerugian, diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian); (d) perubahan dalam nilai wajar dari aktiva dan kewajiban finansial atau pelepasannya; (e) perubahan dalam nilai aktiva lancar lain; (f) pertumbuhan alami dari ternak dan hasil pertanian; (g) hasil hutan (diatur dalam Pernyataan 32tentangAkuntansiPengusahaanHutan); dan Standar Akuntansi Keuangan No.

(h) ekstraksi hasil tambang (diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 33 tentang Akuntansi Pertambangan Umum). Definisi 06 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Nilai wajar adalah suatu jumLah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). 07 Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal. PENJELASAN Pengukuran Pendapatan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 23

Page 4 of 10

08 Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. 09 Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. 10 Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Bila perjanjian tersebut secara efektif merupakan suatu transaksi finansial, nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan suatu tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat tersebut adalah yang paling mudah ditentukan dari: (a) tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu penerbit (issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang sama; atau (b) suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal instrumen tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa. Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga sebagaimana dijelaskan paragraf 28 dan 29. 11 Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai suatu transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditi seperti minyak atau susu di mana penyalur menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi tertentu. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer. 12 Kriteria pengakuan dalam Pernyataan ini biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Misalnya, bila harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat diidentifikasi untuk jasa purna jual, jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama periode di mana jasa tersebut dilakukan. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama -sama bila transaksi-transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat kepada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan. Misalnya, suatu perusahaan dapat menjual barang dan, pada saat yang sama, menyetujui perjanjian yang terpisah untuk membeli kembali barang tersebut di kemudian hari, sehingga meniadakan pengaruh yang sesungguhnya dari transaksi tersebut; dalam hal ini, kedua transaksi tersebut diperlakukan bersamaan. Penjualan Barang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 23

Page 5 of 10

13 Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi: (a) perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli; (b) perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual; (c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal; (d) besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan (e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal 14 Penentuan kapan suatu perusahaan telah memindahkan risiko signifikan dan manfaat kepemilikan kepada pembeli memerlukan pengujian keadaan transaksi tersebut. Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan bersamaan waktunya dengan pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Hal ini terjadi pada kebanyakan penjualan eceran. Dalam hal lain, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan atas barang tersebut. 15 Jika perusahaan tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan, transaksi tersebut bukanlah suatu penjualan dan pendapatan tidak diakui. Suatu perusahaan dapat menahan risiko kepemilikan yang signifikan dengan berbagai cara. Misalnya: (a) bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana lazimnya; (b) bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan; (c) bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan; dan (d) bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi retur. 16 Jika perusahaan hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan, transaksi tersebut adalah suatu penjualan dan pendapatan diakui. Misalnya, penjual mungkin menahan hak milik atas barang semata-mata untuk melindungi kolektibilitas dari jumlah yang jatuh tempo. Dalam hal seperti itu, jika perusahaan telah memindahkan manfaat kepemilikan dan risiko yang signifikan transaksi tersebut adalah suatu penjualan dan pendapatan harus diakui. Contoh lain perusahaan yang hanya menahan risiko yang tidak signifikan dari kepemilikan adalah dalam penjualan eceran dengan syarat dapat dikembalikan bila pelanggan tidak puas. Pendapatan dalam hal ini diakui pada waktu penjualan dilakukan jika penjual dapat mengestimasi secara andal retur yang akan terjadi dan mengakui suatu kewajiban untuk retur berdasarkan pengalaman sebelumnya dan faktor-faktor lain yang relevan. 17 Pendapatan diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan. Kadang-kadang, kemungkinan hal

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 23

Page 6 of 10

tersebut terjadi sangat kecil, sampai imbalan diterima atau sampai suatu ketidakpastian dihilangkan. Misalnya, belum ada kepastian bahwa pemerintahan asing akan memberi ijin untuk pengiriman imbalan untuk suatu penjualan di suatu negara asing. Bila ijin diberikan, ketidakpastian tersebut dihilangkan dan pendapatan diakui. Namun, bila suatu ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sejumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih atau jumlah yang pemulihannya tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai beban, menggantikan penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula. 18 Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau peristiwa tertentu diakui secara bersamaan; proses ini biasanya mengacu pada pengaitan pendapatan dengan beban (matching revenue and expose). 8eban, termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi, pendapatan tidak dapat diakui bila beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian, setiap imbalan yang telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai suatu kewajiban. PENJUALAN JASA 19 Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi: (a) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal; (b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; (c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan (d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. 20 Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu perusahaan dalam suatu periode. 21 Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. Namun, bila suatu ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas suatu jumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih, atau jumlah yang pemulihannya (recovery) tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai suatu beban dari pada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula. 22 Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi tersebut: (a) hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak-pihak tersebut;

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 23

Page 7 of 10

(b) imbalan yang harus dipertukarkan; dan (c) cara dan persyaratan penyelesaian. Biasanya perusahaan perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan keuangan intern yang efektif. Perusahaan tersebut menelaah dan bila perlu merevisi estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan revisi tersebut tidak perlu mengindikasikan bahwa hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal. 23 Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Tergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi: (a) survei pekerjaan yang telah dilaksanakan; (b) jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang harus dilakukan; (c) proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan, atau yang harus dilakukan dimasukkan kedalam estimasi total biaya transaksi tersebut. Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pelanggan sering tidak mencerminkan jasa yang dilakukan. 24 Untuk tujuan praktis, bila jasa dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan selama suatu periode tertentu, pendapatan diakui atas dasar garis lurus selama periode tertentu kecuali jika ada bukti bahwa ada metode lain yang lebih baik yang dapat mencerminkan tingkat penyelesaian. Bila kegiatan tertentu jauh lebih signifikan daripada kegiatan yang lain, pengakuan pendapatan ditunda sampai kegiatan yang signifikan tersebut dilakukan. 25 Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali. 26 Selama tahap awal suatu transaksi, seringkali terjadi bahwa hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal. Namun demikian, besar kemungkinan terjadi bahwa perusahaan tersebut akan memperoleh kembali biaya transaksi yang terjadi. Oleh karena itu, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yang diharapkan dapat diperoleh kembali. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal, tidak ada laba yang diakui. 27 Jika hasil dari suatu transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kecil kemungkinan biaya yang terjadi akan diperoleh kembali, pendapatan tidak diakui dan biaya yang terjadi diakui sebagai beban. Bila kondisi yang semula mengakibatkan estimasi hasil kontrak tidak dapat dilakukan dengan andal tidak lagi ada, pendapatan diakui sesuai dengan paragraf 19, menggantikan paragraf 25. Bunga, Royalti dan Dividen

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 23

Page 8 of 10

28 Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf 29 bila: (a) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; dan

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN NO. 23 PENDAPATAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Pernyataan No. 23 terdiri dari paragraf 56 - 44. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1-35. 36 Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini: (a) penjualan barang; (b) penjualan jasa; dan (c) penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga royalti dan dividen. Pengukuran Pendapatan 37 Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Penjualan Barang 38 Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi: (a) perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli; (b) perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual; (c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal; (d) besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 23

Page 9 of 10

(e) biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Penjualan Jasa 39 Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi: (a) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal; (b) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; (c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan (d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. 40 Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali. Bunga, Royalti dan Dividen 41 Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui atas dasar yang diatur dalam paragraf 42 bila: (a) besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; dan (b) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. 42 Pendapatan harus diakui dengan dasar sebaqai berikut: (a) bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut; (b} royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan (c) dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan. Pengungkapan 43 Perusahaan harus mengungkapkan: (a) kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 23
dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa;

Page 10 of 10

(b) jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari: (i) penjualan barang (ii) penjualan jasa (iii) bunga (iv) royalti (v) dividen (c) jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan; (d) pendapatan yang ditunda pengakuannya. Tanggal Efektif 44 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 23 Pendapatan.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 1 of 15

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Definisi Jenis-Jenis Program Pensiun Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun PENJELASAN Program Pensiun luran Pasti Pengakuan Beban Manfaat Pensiun Pengungkapan Program Pensiun Manfaat Pasti Beban Manfaat Pensiun Pengakuan Biaya Jasa Kini Pengakuan Biaya Manfaat Pensiun selain Biaya Jasa Kini (i) Untuk Peserta Yang Masih Aktif Bekerja

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24
(ii) Pembubaran Program (Plan Termination) dan Pengurangan Peserta(Curtailments) (iii) Untuk Peserta Yang Sudah Pensiun Metode Penilaian Aktuarial Pengungkapan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Program Pensiun luran Pasti Pengakuan Biaya Manfaat Pensiun Pengungkapan Program Pensiun Manfaat Pasti Pengakuan Biaya Jasa Kini Pengakuan Biaya Manfaat Pensiun selain Biaya Jasa Kini Metode Penilaian Aktuarial Pengungkapan Masa Transisi Tanggal Efektif LAMPIRAN Asumsi Aktuarial dan Metode Penilaian Aktuarial

Page 2 of 15

PENDAHULUAN Tujuan Program pensiun merupakan salah satu bagian penting dari program balas jasa yang diselenggarakan pemberi kerja untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Permasalahan pokok akuntansi program pensiun bagi pemberi kerja adalah tentang pengukuran biaya manfaat pensiun yang wajar dan pengungkapan yang memadai mengenai program pensiun di dalam laporan keuangan pemberi kerja. Pernyataan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang kapan biaya manfaat pensiun harus diakui sebagai beban, berapa jumlahnya dan informasi apa yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemberi kerja sehubungan dengan program pensiun. Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini harus diterapkan sehubungan dengan akuntansi tentang biaya manfaat pensiun bagi pemberi kerja. 02 Pernyataan ini tidak mengatur tentang kesejahteraan karyawan dalam bentuk lainnya, misalnya kewajiban pemberian pesangon, pengaturan kompensasi yang ditangguhkan (deferred compensation management), tunjangan kesehatan dan kesejahteraan program bonus dan lain-lain. Program jaminan kesejahteraan sosial yang diwajibkan pemerintah (astek, jamsostek) juga di luar lingkup Pernyataan ini. 03 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 18 tentang Akuntansi Dana Pensiun, mengatur tentang akuntansi dan pelaporan Dana Pensiun sebagai suatu lembaga. Dengan demikian Pernyataan ini perlu dikaji dalam kaitannya dengan Standar Akuntansi Keuangan tersebut. 04 Pernyataan ini berlaku untuk Program Pensiun luran Pasti (PPIP) dan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundangan yang berlaku.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 3 of 15

Definisi 05 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Program Pensiun adalah setiap program yang mengupayakan manfaat pensiun bagi peserta. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Peraturan Dana Pensiun adalah peraturan yang berisi ketentuan yang menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun. Program Pensiun luran Pasti (Defined Contribution Plans) adalah program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun . Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit Plans) adalah program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun atau Program Pensiun lain yang bukan merupakan Program Pensiun luran Pasti. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun luran Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya, sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban bagi pemberi kerja. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarkan Program Pensiun luran Pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Manfaat Pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Peserta adalah setiap orang yang memenuhi persyaratan Peraturan Dana Pensiun untuk menjadi penerima manfaat pensiun. Pemberi Kerja adalah badan usaha atau perusahaan perorangan yang memiliki program pensiun bagi karyawannya. Pemberi kerja dapat merupakan pendiri, mitra pendiri atau badan usaha/perusahaan perorangan yang mengikutsertakan karyawan pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Pendiri adalah: (a) orang atau badan yang membentuk Dana Pensiun Pemberi Kerja; (b) bank/perusahaan asuransi jiwa yang membentuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Mitra Pendiri adalah pemberi kerja yang ikut serta dalam suatu Dana Pensiun Pemberi Kerja Pendiri untuk kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 4 of 15

Pendanaan adalah penyerahan aktiva oleh pemberi kerja atau pemberi kerja dan peserta atau peserta kepada Dana Pensiun yang sifatnya tidak dapat ditarik kembali dalam rangka menyiapkan dana untuk memenuhi kewajiban membayar manfaat pensiun di masa yang akan datang. Penilaian Aktuarial adalah proses yang digunakan oleh profesi aktuaris untuk mengestimasi nilai sekarang manfaat pensiun yang harus dibayar dan sisa masa kerja rata-rata para peserta program pensiun serta merekomendasikan biaya jasa kini dan angsuran kekurangan dana yang harus dibayar kepada Dana Pensiun. Metode Penilaian Accrued Benefit adalah metode penilaian aktuarial yang menunjukkan nilai manfaat pensiun berdasarkan jasa yang telah diberikan karyawan sampai dengan tanggal penilaian. Metode ini dapat memasukkan asumsi proyeksi tingkat gaji sampai dengan tanggal pensiun. Metode Penilaian Projected Benefit adalah metode penilaian aktuarial yang menunjukkan nilai manfaat pensiun berdasarkan jasa yang telah diberikan maupun yang akan diberikan oleh karyawan pada tanggal penilaian. Metode ini dapat memasukkan asumsi proyeksi tingkat gaji sampai dengan tanggal pensiun. Biaya Jasa Kini (Current Service Cost) adalah biaya pemberi kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti untuk jasa yang telah diberikan oleh peserta yang masih aktif bekerja selama suatu periode berjalan. Biaya Jasa Lalu (Past Service Cost) adalah biaya pemberi kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti untuk jasa yang telah diberikan peserta sampai dengan tanggal penilaian aktuarial akibat adanya: (a) pembentukan program pensiun; atau (b) perubahan program pensiun. Kewajiban Aktuaria (Present Value of Accumulated Pension Benefit /Actuarial Present Value of Promised Retirement Benefit) adalah nilai sekarang pembayaran manfaat pensiun yang akan dilakukan Dana Pensiun kepada kayawan yang masih bekerja dan yang sudah pensiun, yang dihitung berdasarkan jasa yang telah diberikan . Koreksi Aktuarial (Experience Adjustment) adalah koreksi atas nilai manfaat pensiun akibat perbedaan antara asumsi aktuarial yang dipakai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Jenis-Jenis Program Pensiun 06 Untuk tujuan Pernyataan ini, program pensiun diklasifikasikan menjadi Program Pensiun luran Pasti atau Program Pensiun Manfaat Pasti. 07 Dalam Program Pensiun luran Pasti, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran yang dibayarkan oleh pemberi kerja dan peserta serta hasil pengembangan dana. Kewajiban dari pemberi kerja adalah membayarkan iuran seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Bantuan profesi aktuaris tidak mutlak diperlukan, kecuali untuk mengestimasi jumlah manfaat pensiun yang akan diterima peserta pada saat pensiun berdasarkan besarnya iuran saat ini dan estimasi hasil pengembangan dana. 08 Dalam Program Pensiun Manfaat Pasti, besarnya manfaat pensiun yang akan diterima

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 5 of 15

oleh peserta pada saat pensiun ditentukan berdasarkan suatu rumusan manfaat pensiun yang biasanya mempunyai variabel masa kerja dan penghasilan dasar pensiun. Kewajiban pemberi kerja adalah untuk menyediakan manfaat pensiun yang akan dibayarkan kepada peserta pada saat pensiun. Bantuan profesi aktuaris mutlak diperlukan untuk mengestimasi besarnya kewajiban aktuaria, mengkaji kembali asumsi aktuaris yang digunakan dan merekomendasikan besarnya iuran yang harus dibayar. Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun 09 Pengakuan beban manfaat pensiun oleh pemberi kerja adalah sebagai akibat dari jasa yang telah diterima dari peserta, yang akan menjadi penerima manfaat pensiun. Sebagai konsekuensi, biaya manfaat pensiun harus diakui sebagai beban pada periode dimana jasa tersebut diterima. Pengakuan beban manfaat pensiun hanya pada saat peserta memasuki masa pensiun atau pada saat peserta menerima manfaat pensiun tidak mencerminkan alokasi biaya manfaat pensiun ke periode jasa tersebut diterima. 10 Jumlah biaya manfaat pensiun yang diakui sebagai beban pada suatu periode tidak perlu sama dengan jumlah iuran yang dibayarkan pemberi kerja kepada Dana Pensiun. Terdapat perbedaan yang jelas antara pendanaan manfaat pensiun dan alokasi biaya manfaat pensiun untuk tujuan pengakuan beban. Pendanaan adalah suatu prosedur keuangan. Dalam menentukan jumlah iuran yang dibayarkan setiap periode, keputusan pemberi kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersediaan dana/kondisi keuangan dan pertimbangan perpajakan. Sedangkan tujuan akuntansi biaya manfaat pensiun adalah untuk memastikan bahwa biaya manfaat pensiun diakui sebagai beban sesuai dengan jasa yang telah diberikan peserta.

PENJELASAN Program Pensiun luran Pasti Pengakuan Beban Manfaat Pensiun 11 Dalam Program Pensiun luran Pasti, iuran pemberi kerja untuk jasa suatu periode tertentu harus diakui sebagai beban pada periode tersebut. 12 luran pemberi kerja dalam Program Pensiun luran Pasti biasanya dinyatakan dalam Peraturan Dana Pensiun dengan suatu rumusan tertentu. Dengan demikian, beban manfaat pensiun yang diakui adalah jumlah iuran yang jatuh tempo untuk periode tertentu. 13 Apabila pemberi kerja memberikan tambahan iuran pada suatu periode tertentu, maka tambahan iuran tersebut harus diakui sebagai beban sesuai dengan periode jasa yang dipengaruhi. Jika tambahan iuran diberikan kepada peserta yang masih aktif bekerja, untuk jasa yang telah diberikan peserta pada masa yang lalu dan sebagai kompensasi atas jasa yang diberikan pada periode berjalan dan periode yang akan datang, maka tambahan iuran tersebut diakui sebagai beban secara sistematis selama harapan sisa masa kerja rata-rata para peserta tersebut. Jika tambahan iuran diberikan kepada peserta yang telah pensiun, maka tambahan iuran tersebut diakui sekaligus sebagai beban pada periode janji pemberian tambahan iuran tersebut ditetapkan, karena tidak ada lagi jasa yang akan diterima pemberi kerja dari peserta tersebut. 14 luran pemberi kerja menentukan jumlah beban manfaat pensiun dan kewajiban yang harus diakui pemberi kerja setiap periode. Dengan demikian, biasanya apabila terjadi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 6 of 15

pembubaran program pensiun, tidak perlu lagi dilakukan penyesuaian untuk mengakui adanya beban dan kewajiban tambahan. Akan tetapi, apabila terdapat tambahan iuran yang sudah disetujui tetapi belum dibebankan, pemberi kerja harus membebankan seluruh tambahan iuran yang belum diakui tersebut dan mengakuinya sebagai kewajiban pada saat diketahui bahwa pembubaran program pensiun besar kemungkinannya terjadi. Pengungkapan 15 Laporan keuangan pemberi kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti harus mengungkapkan informasi berikut: (a) Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat perbedaan antara jumlah pendanaan yang telah dilakukan oleh pemberi kerja sejak pembentukan program dengan jumlah yang diakui sebagai beban selama periode yang sama. (b) Di dalam laporan laba rugi, jumlah yang diakui sebagai beban pensiun selama periode yang bersangkutan; (c) Di dalam catatan atas laporan keuangan, (i) gambaran umum tentang program pensiun termasuk karyawan atau kelompok karyawan yang ikut menjadi peserta program pensiun; (ii) hal-hal penting lainnya yang berhubungan dengan program pensiun yang dapat mempengaruhi daya banding laporan keuangan periode tersebut dengan periode sebelumnya. 16 Apabila pemberi kerja menyelenggarakan lebih dari satu Program Pensiun luran Pasti, pengungkapannya dalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan hanya total dari seluruh program pensiun atau mengungkapkan setiap program pensiun secara terpisah atau membaginya dalam beberapa kelompok, yang mana yang dianggap paling informatif. Program Pensiun Manfaat Pasti Beban Manfaat Pensiun 17 Dalam Program Pensiun Manfaat Pasti, beban manfaat pensiun periodik terdiri dari: (a) biaya jasa kini (current service cost), (b) jumlah yang diakui pada periode berjalan untuk biaya jasa lalu (past service cost) dari peserta aktif maupun peserta yang telah pensiun, koreksi aktuarial (experience adjustment) dan perubahan asumsi aktuarial, dan (c) biaya akibat terjadinya pembubaran program (termination) dan pengurangan peserta (curtailment). Pengakuan Biaya Jasa Kini 18 Dalam Program Pensiun Manfaat Pasti, biaya jasa kini harus diakui sebagai beban periode berjalan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 7 of 15

19 Biaya manfaat pensiun pada Program Pensiun Manfaat Pasti, terutama program yang menjanjikan manfaat pensiun berdasarkan tingkat penghasilan akhir sebelum pensiun, sulit diestimasi. Jumlah kewajiban pemberi kerja pada jenis program ini biasanya tidak pasti karena banyaknya variabel yang mempengaruhi jumlah manfaat pensiun dan karenanya biaya atas manfaat pensiun tersebut juga sulit ditentukan. Ketidakpastian ini berlangsung terus untuk jangka waktu yang panjang sampai manfaat pensiun diterima oleh peserta. Sebagai contoh, jumlah manfaat pensiun yang harus dibayarkan pada masa yang akan datang ditentukan berdasarkan tingkat penghasilan peserta pada saat pensiun dan masa kerja peserta tersebut, yang keduanya tidak pasti. Disamping itu, dalam mengestimasi kewajiban, perlu dibuat asumsi-asumsi tertentu tentang kondisi dan kejadian di masa yang akan datang yang berada di luar kendali pemberi kerja, seperti tingkat perputaran karyawan dan tingkat pengembangan dana pensiun. Lebih jauh lagi, kondisi ketidakpastian jangka panjang ini seringkali menimbulkan koreksi estimasi yang dapat mempengaruhi biaya jasa kini secara sangat berarti. 20 Mengingat besar kemungkinannya kondisi yang diasumsikan berbeda dengan kondisi yang sebenarnya terjadi, maka perlu dilakukan penilaian aktuarial dalam jangka waktu yang Pengakuan Biaya Manfaat Pensiun selain Biaya Jasa Kini (i) Untuk Peserta Yang Masih Aktif Bekerja 21 Biaya jasa lalu, koreksi aktuarial, dampak perubahan asumsi aktuarial dan dampak perubahan program pensiun sehubungan dengan peserta yang masih aktif bekerja harus diakui sebagai beban atau pendapatan secara sistematis selama estimasi sisa masa kerja rata-rata para peserta tersebut kecuali untuk kondisi yang tercakup pada paragraf 26 dan kecuali dalam kasus perubahan program tertentu yang memerlukan periode pengakuan beban atau pendapatan yang lebih pendek untuk mencerminkan manfaat keekonomian yang diterima pemberi kerja. 22 Biaya jasa lalu timbul pada saat pembentukan program pensiun atas jasa yang telah diberikan peserta sebelum pembentukan, atau pada saat dilakukan perubahan program pensiun atas jasa yang telah diberikan peserta sebelum perubahan. Suatu program pensiun dapat memberikan peningkatan manfaat pensiun kepada peserta yang masih aktif bekerja apabila manfaat pensiun dianggap sudah tidak memadai lagi, misalnya karena tingkat inflasi yang tinggi atau sebab lainnya, asalkan peningkatan tersebut tidak melebihi jumlah manfaat maksimum yang diperkenankan peraturan perundangan yang berlaku. Peningkatan manfaat pensiun semacam itu adalah sebagai kompensasi atas jasa yang akan diberikan oleh peserta tersebut di masa yang akan datang. Oleh karenanya, biaya jasa lalu sehubungan dengan peserta yang masih aktif bekerja dialokasi selama periode berjalan dan periode yang akan datang selama masa diberikan oleh peserta, dengan mengabaikan fakta bahwa biaya jasa dihitung berdasarkan masa kerja sebelumnya. 23 Koreksi aktuarial timbul karena kondisi aktual berbeda dengan asumsi aktuarial. Sebagai contoh, hasil pengembangan dana berbeda dari tingkat pengembangan dana jangka panjang yang diasumsikan aktuaris pada penilaian aktuarial terakhir. Koreksi aktuarial dapat menghasilkan beban atau pendapatan. Penentuan biaya secara aktuarial bertujuan untuk memberikan pengukuran beban periodik yang lebih andal daripada beban yang ditentukan berdasarkan kondisi aktual. Disamping itu, dalam jangka panjang, koreksi aktuarial akan saling menghapus (offset) satu sama lain. Oleh karena itu, koreksi aktuarial biasanya dialokasikan selama estimasi sisa masa kerja rata-rata dari para peserta yang masih aktif bekerja. 24 Perubahan asumsi aktuarial hanya dilakukan jika diperkirakan kondisi aktual dalam jangka

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 8 of 15

panjang, secara konsisten akan berbeda dengan asumsi aktuarial yang berlaku. Perubahan ini dapat menghasilkan beban atau pendapatan yang perlakuannya sama seperti jika terjadi perubahan estimasi akuntansi (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi). Oleh karena itu, dampak perubahan asumsi aktuarial dialokasikan selama estimsasi sisa masa kerja rata-rata para peserta yang masih aktif bekerja. 25 Biaya manfaat pensiun untuk peserta yang masih aktif selain biaya jasa kini, dapat pula memberikan manfaat keekonomian yang jangka waktunya lebih pendek dari estimsasi sisa masa kerja rata-rata para peserta tersebut. Biaya semacam itu diakui sebagai beban selama periode yang lebih pendek tersebut. Sebagai contoh, jika perubahan program pensiun dilakukan secara teratur, biaya tambahan akibat perubahan tersebut diakui sebagai beban atau pendapatan secara sistematis selama periode sampai dengan dilaksanakannya rencana perubahan program pensiun yang berikutnya. (ii) Pembubaran Program (Plan Termination) dan Pengurangan Peserta (Curtailments) 26 Apabila besar kemungkinannya suatu Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti akan dibubarkan atau terdapat pengurangan peserta yang signifikan, maka: (a) setiap tambahan biaya manfaat pensiun yang terjadi harus segera diakui sebagai beban; dan (b) setiap surplus yang terjadi harus diakui sebagai pendapatan pada periode dimana pembubaran Dana Pensiun terjadi dan pengurangan peserta program pensiun terjadi, dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. 27 Pengurangan peserta (curtailment) terjadi jika terdapat pengurangan jumlah peserta program pensiun yang cukup besar atau jika suatu elemen selama masa kerja yang akan datang sehubungan dengan karyawan yang masih aktif bekerja tidak lagi memenuhi kualifikasi untuk diberikan manfaat pensiun. Pengurangan peserta tersebut dapat timbul dari kejadian khusus, misalnya penutupan salah satu pabrik atau penghentian suatu segmen usaha, yang mengakibatkan berkurangnya jumlah karyawan secara signifikan. 28 Keuntungan atau kerugian yang timbul karena pembubaran program dan pengurangan peserta program meliputi bagian dari biaya jasa lalu, koreksi aktuarial, dampak perubahan asumsi aktuarial dan dampak perubahan program pensiun, yang belum diakui sebagai penghasilan atau beban. (iii) Untuk Peserta Yang Sudah Pensiun 29 Dengan memperhatikan kewajiban pemberi kerja terhadap peserta yang telah pensiun sebagaimana diatur dalam Peraturan Dana Pensiun, nilai sekarang aktuarial dari suatu perubahan manfaat pensiun yang terjadi sehubungan dengan peserta yang telah pensiun, diakui sebagai beban atau pendapatan pada periode terjadinya perubahan. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, harus diungkapkan alasannya. 30 Dampak perubahan manfaat pensiun untuk peserta yang telah pensiun harus diakui sebagai beban atau pendapatan pada periode terjadinya perubahan, mengingat tidak ada lagi jasa yang diharapkan diterima dari peserta tersebut di masa yang akan datang, dengan tetap memperhatikan kewajiban pemberi kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Dana Pensiun.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 9 of 15

Metode Penilaian Aktuarial 31 Sejumlah metode aktuarial telah dikembangkan untuk mengestimasi kewajiban pemberi kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti. Walaupun pada dasarnya metode ini dirancang untuk tujuan pendanaan, seringkali metode ini digunakan juga untuk keperluan akuntansi dalam menentukan beban manfaat pensiun yang harus diakui setiap periode. Penjelasan mengenai beberapa metode aktuarial diberikan pada Lampiran dari Pernyataan ini. 32 Biaya manfaat pensiun ditentukan dengan menggunakan suatu metode penilaian aktuarial yang diterapkan secara konsisten setiap periode. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, harus diungkapkan alasannya. 33 Dampak perubahan metode aktuarial dari suatu metode ke metode lainnya harus diperlakukan dan diungkapkan sama seperti jika terjadi perubahan kebijakan akuntansi sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. Pengungkapan 34 Laporan keuangan pemberi kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti harus mengungkapkan informasi berikut: (a) Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat perbedaan antara jumlah pendanaan yang telah dilakukan oleh pemberi kerja sejak pembentukan program dengan jumlah yang diakui sebagai beban (atau yang diperhitungkan ke saldo laba akibat perubahan kebijakan akuntansi) selama periode yang sama. (b) Di dalam laporan laba rugi, jumlah yang diakui sebagai beban manfaat pensiun selama periode yang bersangkutan; (c) Di dalam catatan atas laporan keuangan, (i) gambaran umum tentang program pensiun, termasuk karyawan atau kelompok karyawan yang ikut menjadi peserta program pensiun; (ii) kebijakan akuntansi yang digunakan pemberi kerja untuk biaya manfaat pensiun, termasuk metode amortisasi biaya jasa lalu, koreksi aktuarial, dampak perubahan asumsi aktuarial dan dampak perubahan program pensiun dan metode penilaian aktuarial yang digunakan aktuaris (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 tentang Pengungkapan Kebijakan Akuntansi); (iii) kebijakan pendanaan yang digunakan; (iv) asumsi aktuarial utama yang digunakan dalam menentukan biaya manfaat pensiun dan perubahan asumsi yang terjadi (jika ada); (v) kewajiban aktuaria, nilai wajar aktiva bersih Dana Pensiun dan selisih lebih (kurang) antara kewajiban aktuaria dan nilai wajar aktiva bersih Dana Pensiun (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 18 tentang Akuntansi Dana Pensiun); (vi) tanggal penilaian aktuarial terakhir, nama aktuaris dan frekuensi penilaian dilakukan; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 10 of 15

(vii) hal-hal penting lain yang berhubungan dengan manfaat pensiun, termasuk dampak pembubaran program dan pengurangan peserta , yang dapat mempengaruhi daya banding laporan keuangan periode tersebut dengan periode-periode sebelumnya. 35 Apabila pemberi kerja menyelenggarakan lebih dari satu Program Pensiun Manfaat Pasti, pengungkapannya dalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan hanya total dari seluruh program pensiun atau mengungkapkan setiap program pensiun secara terpisah atau membaginya dalam beberapa kelompok, yang mana yang dianggap paling informatif. Akan tetapi, nilai informasi akan berkurang jika jumlah surplus dari suatu program atau beberapa program saling menghapuskan (offset) dengan jumlah defisit dari program lainnya, oleh karena itu pengungkapan demikian tidak tepat. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24 terdiri dari paragraf 36 - 47. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 35 36 Pernyataan ini harus diterapkan sehubungan dengan akuntansi tentang biaya manfaat pensiun bagi pemberi kerja. Program Pensiun luran Pasti Pengakuan Beban Manfaat Pensiun 37 Dalam Program Pensiun luran Pasti, iuran pemberi kerja untuk jasa periode tertentu harus diakui sebagai beban pada periode tersebut. Pengungkapan 38 Laporan keuangan pemberi kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti harus mengungkapkan informasi berikut: (a) Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat perbedaan antara jumlah pendanaan yang telah dilakukan oleh pemberi kerja sejak pembentukan program dengan jumlah yang diakui sebagai beban selama periode yang sama. (b) Di dalam laporan laba rugi, jumlah yang diakui sebagai beban pensiun selama periode yang bersangkutan; (c) Di dalam catatan atas laporan keuangan, (i) gambaran umum tentang program pensiun, termasuk karyawan atau kelompok karyawan yang ikut menjadi peserta program pensiun; (ii) hal-hal penting lainnya yang berhubungan dengan program pensiun yang dapat mempengaruhi daya banding laporan keuangan periode

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24
tersebut dengan periode sebelumnya. Program Pensiun Manfaat Pasti Pengakuan Biaya Jasa Kini

Page 11 of 15

39 Dalam Program Pensiun Manfaat Pasti, biaya jasa kini harus diakui sebagai beban periode berjalan. Pengakuan Biaya Manfaat Pensiun selain Biaya Jasa Kini 40 Biaya jasa lalu, koreksi aktuarial, dampak perubahan asumsi aktuarial dan dampak perubahan program pensiun sehubungan dengan peserta yang masih aktif bekerja harus diakui sebagai beban atau pendapatan secara sistematis selama estimsasi sisa masa kerja rata-rata para peserta tersebut kecuali untuk kondisi yang tercakup pada paragraf 42 dan kecuali dalam kasus perubahan program tertentu yang memerlukan periode pengakuan beban atau pendapatan yang lebih pendek untuk mencerminkan manfaat keekonomian yang diterima pemberi kerja. 41 Apabila besar kemungkinannya suatu Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti akan dibubarkan atau terdapat pengurangan peserta yang signifikan, maka: (a) setiap tambahan biaya manfaat pensiun yang terjadi harus segera diakui sebagai beban; dan (b) setiap surplus yang terjadi harus diakui sebagai pendapatan pada periode dimana pembubaran Dana Pensiun terjadi dan pengurangan peserta program pensiun terjadi, dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. 42 Dengan memperhatikan kewajiban pemberi kerja terhadap peserta yang telah pensiun sebagaimana diatur dalam Peraturan Dana Pensiun, nilai sekarang aktuarial dari suatu perubahan manfaat pensiun yang terjadi sehubungan dengan peserta yang telah pensiun, diakui sebagai beban atau pendapatan pada periode terjadinya perubahan. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, harus diungkapkan alasannya. Metode Penilaian Aktuarial 43 Biaya manfaat pensiun ditentukan dengan menggunakan suatu metode penilaian aktuarial yang diterapkan secara konsisten setiap periode. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, harus diungkapkan alasannya. 44 Dampak perubahan metode aktuarial dari suatu metode ke metode lainnya harus diperlakukan dan diungkapkan sama seperti jika terjadi perubahan kebijakan akuntansi sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. Pengungkapan 45 Laporan keuangan pemberi kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti harus mengungkapkan informasi berikut: (a) Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat dari adanya perbedaan antara jumlah pendanaan yang telah dilakukan oleh pemberi kerja sejak pembentukan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 12 of 15

program dengan jumlah yang diakui sebagai beban (atau yang diperhitungkan ke saldo laba akibat perubahan kebijakan akuntansi) selama periode yang sama. (b) Di dalam laporan laba rugi, jumlah yang diakui sebagai beban atau pendapatan manfaat pensiun selama periode yang bersangkutan; (c) Di dalam catatan atas laporan keuangan, (i) gambaran umum tentang program pensiun, termasuk karyawan atau kelompok karyawan yang ikut menjadi peserta program pensiun; (ii) kebijakan akuntansi yang digunakan pemberi kerja untuk biaya manfaat pensiun, termasuk metode amortisasi biaya jasa lalu, koreksi aktuarial, dampak perubahan asumsi aktuarial dan dampak perubahan program pensiun dan metode penilaian aktuarial yang digunakan aktuaris (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 tentang Pengungkapan Kebijakan Akuntansi); (iii) kebijakan pendanaan yang digunakan; (iv) asumsi aktuarial utama yang digunakan dalam menentukan biaya manfaat pensiun dan perubahan asumsi yang terjadi (jika ada); (v) kewajiban aktuaria, nilai wajar aktiva bersih Dana Pensiun dan selisih lebih (kurang) antara kewajiban aktuaria dan nilai wajar aktiva bersih Dana Pensiun (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 18 tentang Akuntansi Dana Pensiun); (vi) tanggal penilaian aktuarial terakhir, nama aktuaris dan frekuensi penilaian dilakukan; dan (vii)hal-hal penting lain yang berhubungan dengan manfaat pensiun, termasuk dampak pembubaran program dan pengurangan peserta, yang dapat mempengaruhi daya banding laporan keuangan periode tersebut dengan periode-periode sebelumnya. Masa Transisi 46 Jika penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan tersebut dilaporkan secara prospektif. Tanggal Efektif 47 Pernyataan ini mulai berlaku untuk laporan keuangan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan. LAMPIRAN Lampiran ini hanya ilustrasi dan bukan merupakan bagian dari Pernyataan ini. Tujuan dari lampiran ini adalah mengilustrasikan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun. Lampiran ini menjelaskan secara ringkas tentang beberapa asumsi aktuarial dan metode penilaian aktuarial yang biasa digunakan aktuaris dalam menentukan biaya manfaat pensiun. Aspek tertentu dari beberapa metode penilaian aktuarial yang dijelaskan dalam lampiran ini, yaitu metode Individual Level Premium dan metode Aggregate, tidak konsisten dengan yang dibutuhkan Pernyataan ini karena tidak mengidentifikasikan Biaya Jasa Lalu terpisah dari Biaya Jasa Kini.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 13 of 15

ASUMSI AKTUARIAL DAN METODE PENILAIAN AKTUARIAL Dalam mengalokasikan biaya manfaat pensiun ke periode masa kerja peserta, biasanya nilai sekarang aktuarial dari manfaat pensiun yang dijanjikan ditentukan berdasarkan metode dan asumsi yang dapat menghasilkan biaya jasa kini yang mempunyai hubungan yang sistematis dengan tingkat penghasilan peserta. Selanjutnya, nilai sekarang aktuarial dari manfaat pensiun yang dijanjikan atau nilai sekarang dari estimasi akumulasi pembayaran manfaat pensiun di masa yang akan datang baik untuk peserta yang telah pensiun maupun untuk peserta yang masih aktif bekerja, diatribusikan ke jasa yang telah diberikan. Biaya manfaat pensiun yang diakui sebagai beban dapat berbeda-beda secara signifikan tergantung dari metode penilaian aktuarial yang dipakai dan asumsi aktuarial yang diterapkan. A. ASUMSI AKTUARIAL Ketidakpastian yang terkandung dalam memproyeksikan kecenderungan tingkat inlasi, tingkat gaji dan tingkat pengembangan dana dipertimbangkan dalam penilaian aktuarial dengan menggunakan seperangkat asumsi aktuarial. Asumsi aktuarial ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan hubungan keekonomian yang bersifat jangka panjang antara tingkat inflasi, tingkat kenaikan gaji, tingkat pengembangan dana dan tingkat diskonto, walaupun nilai absolut beberapa asumsi yang digunakan mungkin tidak mencerminkan kondisi aktual jangka pendek. Asumsi-asumsi ini diproyeksikan untuk jangka waktu yang panjang, yaitu sampai dengan tanggal pada saat mana peserta terakhir diperkirakan meninggal. Berikut ini adalah beberapa asumsi aktuarial yang biasanya digunakan dalam menentukan biaya manfaat pensiun: (a) tingkat diskonto jangka panjang yang diasumsikan dalam menentukan nilai sekarang aktuarial dari manfaat pensiun yang dijanjikan dalam hubungannya dengan jasa yang telah diberikan sampai dengan tanggal penilaian; (b) aktiva pensiun dinilai dengan nilai wajar. Pada saat nilai wajar diestimasi dengan mendiskontokan arus kas di masa yang akan datang, asumsi tingkat pengembangan dana jangka panjang digunakan untuk mencerminkan rata-rata seluruh hasil investasi (bunga, dividen dan apresiasi nilai) yang diharapkan selama periode sampai dengan manfaat pensiun dibayarkan; (c) jika manfaat pensiun didasarkan pada tingkat gaji di masa yang akan datang atau tingkat gaji akhir sebelum pensiun, atau tingkat gaji rata-rata para peserta (career average plans), peningkatan tingkat gaji mencerminkan faktor faktor seperti inflasi, promosi dan penghargaan atas prestasi peserta; dan (d) peningkatan manfaat pensiun secara otomatis, seperti adanya penyesuaian biaya hidup, juga diperhitungkan. Jika pemberi kerja menjanjikan peningkatan manfaat pensiun secara periodik, maka diasumsikan peningkatan akan terjadi seperti yang dijanjikan. Asumsi-asumsi aktuarial yang digunakan dalam menentukan biaya manfaat pensiun didasarkan pada pertimbangan jangka panjang. Akan tetapi asumsi-asumsi aktuarial tersebut tetap perlu ditinjau kembali dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, jika tingkat kenaikan gaji aktual dalam suatu periode lebih besar dari yang diasumsikan dan diperkirakan kecenderungan ini akan berlangsung terus, aktuaris perlu menyesuaikan asumsi tingkat gaji yang dipakai. Akan tetapi, jika perbedaan tingkat gaji tersebut bersifat sementara dan merupakan fluktuasi normal, maka aktuaris tidak perlu menyesuaikan asumsi tingkat gaji yang dipakai.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 14 of 15

B. METODE PENILAIAN AKTUARIAL Metode penilaian aktuaria umumnya dibagi dalam dua kategori besar: metode penilaian accrued benefit dan metode penilaian projected benefit. Metode Penilaian Accrued Benefit Dalam metode ini: (a) biaya jasa kini adalah nilai sekarang dari kewajiban manfaat pensiun di masa mendatang sehubungan dengan jasa yang diberikan pada periode berjalan, (b) biaya jasa lalu adalah nilai sekarang aktuarial dari manfaat pensiun yang harus dibayarkan di masa yang akan datang yang timbul akibat pembentukan program pensiun, perubahan program dan penyelesaian masa kerja minimum sebagai syarat kepesertaan dalam suatu program pensiun, yang dihubungkan oleh suatu rumusan manfaat pensiun ke jasa yang telah diberikan karyawan sampai dengan tanggal terjadinya satu atau lebih kejadian tersebut diatas, (c) accrued actuarial liability adalah nilai sekarang dari kewajiban manfaat pensiun di masa mendatang sehubungan dengan jasa sampai dengan tanggal tertentu. Metode ini, dengan asumsi tidak ada inflasi maupun deflasi, menghasilkan suatu biaya jasa kini yang akan meningkat tiap tahun sesuai dengan makin dekatnya periode pensiun, makin sedikitnya hasil investasi yang dapat diakumulasikan dari iuran dan makin tingginya kemungkinan kelangsungan hidup karyawan sampai tiba periode pensiun. Akan tetapi untuk program pensiun secara keseluruhan, biaya jasa kini tahunan kira-kira akan sama setiap tahun karena jumlah dan distribusi umur dari karyawan yang aktif relatif tidak berubah. Untuk program pensiun yang manfaatnya dihubungkan dengan tingkat gaji, inflasi akan mempertinggi tingkat kenaikan biaya jasa kini setiap tahun. Untuk program pensiun manfaat pasti dengan pembayaran final, metode ini dimodifikasi dengan memasukkan asumsi proyeksi tingkat gaji akhir dan nilai manfaat yang diperoleh dialokasikan ke periode-periode dimana jasa diberikan oleh karyawan untuk menentukan biaya jasa kini per tahun. METODE Penilaian Projected Benefit Metode penilaian projected benefit adalah metode penilaian aktuarial yang menunjukkan nilai manfaat pensiun berdasarkan jasa yang telah diberikan karyawan sampai dengan tanggal penilaian. Metode ini mengalokasikan biaya dari manfaat pensiun secara merata (dinyatakan dalam jumlah tertentu atau sebagai persentase dari gaji) selama masa kerja karyawan. Ada empat bentuk utama dari metode penilaian projected benefit: (a) Metode Entry Age Normal Dalam metode ini, setiap karyawan diasumsikan telah menjadi peserta program pensiun ketika pertama kali dipekerjakan atau segera setelah karyawan tersebut memenuhi syarat. Biaya jasa kini adalah tingkat jumlah tahunan atau persentase tetap dari gaji, yang jika diinvestasikan pada tingkat bunga yang diasumsikan, cukup untuk membayar manfaat pensiun sesuai dengan yang ditetapkan. Biaya jasa lalu adalah nilai sekarang dari kelebihan proyeksi manfaat pensiun terhadap jumlah yang diharapkan tersedia dari iuran di masa mendatang berdasarkan biaya jasa kini.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 24

Page 15 of 15

Walaupun secara konseptual perhitungan dalam metode ini harus dibuat per individu, akan tetapi dalam prakteknya sering kali digunakan kelompok karyawan dan aplikasi dari metode ini sering dibuat lebih sederhana dengan mengasumsikan semua karyawan masuk menjadi peserta pada tanggal yang sama. (b) Metode Individual Level Premium Metode ini mengalokasikan biaya dari manfaat pensiun setiap karyawan ke periode dari tanggal pertama kali menjadi peserta sampai dengan tanggal pensiun dengan menggunakan suatu tingkat jumlah tahunan atau persentase tetap dari gajinya. Dalam metode ini, biaya jasa lalu tidak dihitung terpisah seperti metode lainnya karena seluruh biaya dari manfaat akhir telah disebarkan antara tanggal karyawan itu menjadi peserta program pensiun dan tanggal dia menjalani masa pensiun. Dalam metode ini, biaya jasa kini tahunan akan lebih tinggi dari yang dihasilkan metode entry age normal, karena di dalam biaya jasa kini tahunan terkandung juga unsur biaya jasa lalu. (c) Metode Aggregate Prinsip dasar metode ini tidak berbeda dengan metode individual level premium, namun dalam penerapannya seluruh peserta program pensiun dianggap sebagai satu kesatuan dan bukan dilihat secara individual. Biaya atas manfaat pensiun dialokasikan selama estimasi sisa masa kerja rata-rata karyawan yang aktif. Akibatnya, kecenderungan biaya jasa kini tahunan yang relatif lebih tinggi pada awal masa kerja berkurang jika dibandingkan apabila menggunakan metode individual level premium. Dalam metode ini, biaya jasa lalu dan koreksi aktuarial tidak diidentifikasikan secara terpisah tetapi disebarkan ke periode-periode di masa yang akan datang. (d) Metode Attained Age Normal Metode ini mirip dengan metode agregat dan metode individual level premium kecuali bahwa dalam metode ini, biaya jasa lalu dihitung dan diidentifikasikan dengan menggunakan metode accrued benefit. Jadi, biaya jasa kini ditentukan dengan menggunakan metode agregat namun hanya diterapkan untuk sisa jasa yang akan diberikan di masa yang akan datang.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.htm

10/17/03

PSAK no 25

Page 1 of 13

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 25 LABA ATAU RUGI BERSIH UNTUK PERIODE BERJALAN, KESALAHAN MENDASAR DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 25 tentang Laba Atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Definisi PENJELASAN Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan Pos Luar Biasa Laba atau Rugi dari Aktivitas Normal Operasi Yang Tidak Dilanjutkan Perubahan Estimasi Akuntansi Kesalahan Mendasar Perubahan Kebijakan Akuntansi Penerapan Suatu Standar Akuntansi Keuangan

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Keb10/17/03

PSAK no 25

Page 2 of 13

Perubahan Kebijakan Akuntansi Yang Lain PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 25 LABA ATAU RUGI BERSIH UNTUK PERIODE BERJALAN, KESALAHAN MENDASAR DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan Pos Luar Biasa Laba atau Rugi dari Aktivitas Normal Operasi Yang Tidak Dilanjutkan Perubahan Estimasi Akuntansi Kesalahan Mendasar Perubahan Kebijakan Akuntansi Tanggal Efektif

PENDAHULUAN Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa- yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini. Tujuan Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk menjelaskan penggolongan, pengungkapan dan perlakuan akuntansi atas unsur tertentu dalam laporan laba rugi sehingga semua perusahaan menyusun dan menyajikan laporan laba rugi berlandaskan pada suatu basis yang konsisten. Hal tersebut akan meningkatkan daya banding laporan keuangan antar periode suatu perusahaan dan laporan keuangan antar perusahaan. Sehubungan dengan itu, Pernyataan ini menetapkan standar tentang penggolongan dan pengungkapan pos luar biasa (extraordinary items), pengungkapan tentang unsur-unsur tertentu sehubungan dengan laba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi {accounting estimates), kebijakan akuntansi (accounting policies) dan perlakuan akuntansi atas kesalahan yang mendasar fundamental errors). RUANG LINGKUP 01 Pernyataan ini harus diterapkan oleh semua perusahaan dalam menyajikan laba atau rugi dari aktivitas normal dan pos luar biasa dalam laporan laba rugi, dan dalam pertanggungjawaban perubahan estimasi akuntansi, perubahan kebijakan akuntansi, dan kesalahan mendasar. 02 Pernyataan ini mengatur tentang penetapan laba atau rugi bersih selama periode dan pengungkapan pos-pos tertentu yang tercakup dalam laba atau rugi bersih. Pengungkapan tersebut dilakukan sebagai pelengkap pengungkapan yang disyaratkan dalam standar akuntansi keuangan tentang masing-masing topik yang bersangkutan. 03. Pernyataan ini mengatur antara lain tentang pengungkapan unsur laba atau rugi bersih tertentu sebagai pelengkap pengungkapan yang diatur pada standar akuntansi keuangan lainnya. 04 Pernyataan ini mengatur tentang pengungkapan tertentu yang perlu dibuat sehubungan dengan operasi yang tidak dilanjutkan. Pernyataan ini tidak mengatur pengakuan dan

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 3 of 13

pengukuran masalah-masalah yang berhubungan dengan operasi yang tidak dilanjutkan. 05 Dampak pajak dari pos luar biasa, kesalahan yang mendasar dan perubahan kebijakan akuntansi dipertanggungjawabkan dan diungkapkan sesuai dengan standar akuntansi perpajakan yang berlaku. Definisi 06Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Pos luar biasa adalah penghasilan atau beban yang timbul dari kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak diharapkan untuk seringkali terjadi atau terjadi secara teratur. Aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai bagian dari usahanya dan aktivitas aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha utama perusahaan tersebut. Suatu operasi yang tidak dilanjutkan terjadi sebagai akibat dari penjualan atau penghentian suatu lini usaha utama yang terpisah di mana aktiva, laba atau rugi bersih dan aktivitas dapat dipisahkan baik secara fisik, secara operasional maupun untuk tujuan pelaporan keuangan. Kesalahan mendasar (Fundamental Error) adalah kesalahan yang cukup signifikan yang ditemukan pada periode berjalan sehingga laporan keuangan dari satu atau lebih periodeperiode sebelumnya tidak dapat diandalkan lagi pada tanggal penerbitannya. Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan, dan praktek tertentu yang dipakai oleh suatu perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya. PENJELASAN Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan 07 Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya. 08 Biasanya semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut, termasuk juga pos luar biasa dan dampak perubahan estimasi akuntansi. Tetapi dalam keadaan tertentu mungkin diperlukan untuk mengeluarkan unsur-unsur tertentu dari laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Pernyataan ini menyangkut dua kondisi tertentu: koreksi atas kesalahan yang mendasar dan dampak perubahan kebijakan akuntansi. 09 Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba rugi: (a) laba atau rugi dari aktivitas normal; dan (b) pos luar biasa. Pos Luar Biasa

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 4 of 13

10 Hakekat dan jumlah dari setiap pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah. 11 Sebenarnya semua unsur pendapatan dan beban yang tercakup dalam perhitungan laba rugi bersih untuk periode tertentu timbul dari aktivitas normal perusahaan tersebut. Karenanya, jarang sekali suatu kejadian atau transaksi menimbulkan suatu pos luar biasa. 12 Apakah suatu kejadian atau transaksi secara jelas berbeda dengan aktivitas normal suatu perusahaan ditentukan oleh hakekat dari kejadian atau transaksi tersebut sehubungan dengan usaha yang biasanya dilakukan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu, suatu kejadian atau transaksi mungkin luar biasa bagi satu perusahaan, namun tidak luar biasa bagi perusahaan lain, karena perbedaan-perbedaan aktivitas normal masingmasing perusahaan. Sebagai contoh, kerugian karena gempa bumi pada kebanyakan perusahaan dapat dianggap sebagai kerugian luar biasa. Akan tetapi, tuntutan ganti rugi oleh pemegang polis asuransi kerugian karena gempa bumi tidak dapat dianggap sebagai pos luar biasa untuk perusahaan asuransi yang menanggung kerugian tersebut. Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi dua kriteria berikut: (a) Bersifat tidak normal Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan. (b) Tidak sering terjadi Kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan. Penerapan kedua kriteria di atas harus selalu dihubungkan dengan sifat dan karakteristik dari kegiatan perusahaan serta faktor geografis perusahaan. Bila hanya salah satu kriteria tersebut terpenuhi, maka transaksi atau kejadian tersebut dikelompokkan sebagai penghasilan atau beban lain-lain. 13 Contoh kejadian atau transaksi yang pada umumnya menimbulkan kerugian luar biasa bagi perusahaan adalah: - Kerugian sebagai akibat gempa bumi, kebakaran atau banjir. Kerugian tersebut setelah dikurangi dengan klaim asuransi, jika ada, disajikan sebagai unsur pos luar biasa dalam laporan laba rugi. Contoh kejadian atau transaksi yang tidak dapat dikelompokkan sebagai pos luar biasa antara lain: - Perusahaan manufaktur yang membeli tanah untuk tujuan ekspansi. Namun karena sesuatu hal, proyek ekspansi tidak dapat dilaksanakan sehingga perusahaan bermaksud menjual kembali tanah tersebut. Keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari penjualan tanah tersebut tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa karena walaupun tidak termasuk dalam kegiatan utama perusahaan dan tidak diharapkan terjadi, namun kejadian ini tidak mempunyai tingkat abnormalitas yang tinggi. Adalah hal yang wajar jika perusahaan menjual kembali aktiva tetap yang dimilikinya, yang tidak dipergunakan lagi.

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 5 of 13

- Penghapusbukuan write-off aktiva tetap karena aktiva tetap tersebut sudah mengalami keusangan teknologi. 14 Pos luar biasa dalam laporan laba rugi disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Hakekat dari pos luar biasa dan pertimbangan yang mendasari pengelompokan kejadian atau transaksi tersebut sebagai pos luar biasa harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian pemakai laporan keuangan tetap dapat melakukan evaluasi mengenai kinerja perusahaan yang berasal dari kegiatan-normal selama periode tersebut sekaligus juga melihat pengaruh dari pos luar biasa terhadap perhitungan laba rugi perusahaan untuk periode yang bersangkutan. Laba atau Rugi dari Aktivitas Normal 15 Bila dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan/atau beban yang pengungkapan tentang ukuran, hakekat atau terjadinya dianggap relevan untuk menjelaskan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakekat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara terpisah. 16 Walaupun unsur penghasilan dan beban dari aktivitas normal seperti yang dijelaskan pada paragraf 15 bukan pos luar biasa, tetapi jika hakekat dan jumlahnya dianggap relevan bagi pemakai laporan keuangan untuk memahami dan memproyeksi posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan, maka pengungkapannya perlu dibuat. Pengungkapan tersebut biasanya dibuat dalam catatan atas laporan keuangan. 17 Kondisi-kondisi yang menimbulkan unsur-unsur penghasilan dan beban seperti yang dinyatakan dalam paragraf 15 mencakup antara lain: (a) penurunan nilai (write-down) persediaan sampai jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi (net realizable value), maupun pemulihan kembali penurunan nilai tersebut; (b) restrukturisasi (restructuring) aktivitas-aktivitas suatu perusahaan dan pembalikan (reversal) setiap penyisihan untuk biaya restrukturisasi; (c) pelepasan (disposal) aktiva tetap; (d) pelepasan investasi jangka panjang; (e) operasi yang tidak dilanjutkan; (f) penyelesaian gugatan hukum. Operasi Yang Tidak Dilanjutkan 18 Pelepasan suatu investasi jangka panjang atau aktiva utama lainnya adalah penting sehingga memerlukan pengungkapan atas unsur suatu penghasilan dan beban yang berkaitan. Adakalanya suatu perusahaan tidak melanjutkan suatu lini usaha utama yang terpisah yang dapat dibedakan dari aktivitas usaha lain sebagai contoh suatu segmen usaha yang diatur sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5 tentang Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen. Jika pelepasan tersebut merupakan operasi yang tidak dilanjutkan seperti yang didefinisikan dalam Pernyataan pengungkapanpengungkapan yang dimuat dalam paragraf 15 adalah relevan pemakai laporan keuangan. 19 Pengungkapan berikut ini harus dibuat untuk setiap operasi yang tidak dilanjutkan:

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 6 of 13

(a) hakekat dari operasi yang tidak dilanjutkan tersebut; (b) segmen industri dan geografis dari operasi yang tidak dilanjutkan tersebut dilaporkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5 tentang Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen; (c) tanggal efektif penghentian operasi tersebut untuk tujuan akuntansi; (d) cara penghentian (penjualan atau penutupan); (e) untung atau rugi atas penghentian dan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk menghitung untung atau rugi tersebut; dan (f) pendapatan dan laba atau rugi dari aktivitas normal operasi tersebut selama periode laporan, bersamaan dengan jumlah periode sebelumnya yang disajikan dalam laporan keuangan. 20 Hasil dari suatu operasi yang tidak dilanjutkan secara umum dimasukkan dalam laba atau rugi dari aktivitas normal. Namun, dalam kondisi yang jarang terjadi di mana tidak dilanjutkannya operasi adalah hasil dari kejadian atau transaksi yang secara jelas terpisah dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak diharapkan untuk sering terjadi kembali atau terjadi kembali secara teratur, penghasilan atau beban yang timbul dari tidak dilanjutkannya operasi diperlakukan sebagai pos luar biasa. Contohnya, jika suatu anak perusahaan diambil alih oleh pemerintah asing, maka penghasilan atau beban yang timbul dari pengambilalihan tersebut dapat dikualifikasikan sebagai suatu pos luar biasa. Persyaratan pengungkapan dalam paragraf 19 digunakan untuk seluruh operasi yang tidak dilanjutkan termasuk yang menimbulkan pos luar biasa. 21 Bila pada tanggal dimana suatu laporan keuangan disetujui untuk diterbitkan diketahui bahwa suatu operasi telah atau akan dihentikan setelah tanggal neraca, kejadian tersebut diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca. Persyaratan pengungkapan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 19 diterapkan sepanjang informasinya diketahui dan estimasinya dapat dilakukan dengan andal. Perubahan Estimasi Akuntansi 22 Sebagai akibat ketidakpastian aktivitas usaha, banyak unsur laporan keuangan yang tidak dapat diukur dengan tepat tetapi hanya dapat diestimasi. Proses estimasi mempertimbangkan informasi terakhir yang tersedia. Estimasi diperlukan, sebagai contoh, untuk penyisihan piutang sangsi (bad debts), keusangan persediaan dan masa manfaat dari aktiva-yang dapat disusutkan. Penggunaan estimasi yang wajar adalah bagian yang esensial dari penyusunan laporan keuangan dan tidak melemahkan keandalannya. 23 Suatu estimasi mungkin harus direvisi jika ada perubahan kondisi yang mendasari estimasi tersebut, atau karena adanya informasi baru, bertambahnya pengalaman atau perkembangan lebih lanjut. Revisi atas estimasi tersebut, pada hakekatnya tidak menyebabkan perlunya penyesuaian dalam batasan pengertian dari suatu pos luar biasa atau kesalahan mendasar. 24 Apabila sulit untuk memisahkan antara perubahan kebijakan akuntansi dan perubahan estimasi akuntansi, perubahan tersebut diperlakukan sebagai suatu perubahan estimasi akuntansi, dengan pengungkapan yang layak.

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 7 of 13

25 Pengaruh perubahan estimasi akuntansi harus dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih dalam: (a) periode perubahan tersebut, jika perubahan tersebut hanya mempengaruhi periode tersebut; atau (b) periode perubahan tersebut dan periode-periode yang akan datang, jika perubahan tersebut mempengaruhi keduanya. 26 Suatu perubahan dalam estimasi akuntansi dapat hanya mempengaruhi periode berjalan ataupun mempengaruhi baik periode berjalan maupun periode-periode yang akan datang. Sebagai contoh, perubahan dalam estimasi masa manfaat aktiva yang dapat disusutkan akan mempengaruhi beban penyusutan pada periode berjalan dan pada setiap periode selama masa manfaat yang tersisa dari aktiva tersebut. Dalam kedua hal tersebut diatas, pengaruh dari perubahan yang berhubungan dengan periode berjalan diakui sebagai pendapatan atau beban pada periode berjalan. Pengaruhnya pada periode-periode yang akan datang, jika ada, diakui pada periode-periode yang akan datang . 27 Pengaruh perubahan estimasi akuntansi harus dimasukkan dalam klasifikasi laporan laba rugi yang sama dengan yang digunakan sebelumnya untuk estimasi tersebut. 28 Untuk mempertahankan daya banding laporan keuangan dari periode-periode yang berbeda, pengaruh perubahan estimasi akuntansi yang sebelumnya tercakup dalam laba atau rugi dari aktivitas normal harus tercakup dalam unsur laba atau rugi bersih tersebut; pengaruh perubahan estimasi akuntansi yang sebelumnya dimasukkan pada pos luar biasa harus dilaporkan sebagai unsur pos luar biasa. 29 Hakekat dan jumlah suatu perubahan estimasi akuntansi yang mempunyai pengaruh material dalam periode berjalan, atau yang diharapkan akan mempunyai pengaruh material dalam periode-periode berikutnya harus diungkapkan. Jika untuk menghitung jumlahnya dianggap tidak praktis, kenyataan ini harus diungkapkan. Kesalahan Mendasar 30 Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau lebih periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Koreksi atas kesalahan tersebut biasanya dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. 31 Suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi pada tanggal penerbitannya. Contoh suatu kesalahan yang mendasar adalah penemuan bahwa laporan keuangan periode sebelumnya memasukkan jumlah pekerjaan dalam proses dan piutang yang fiktif dan nilainya material. Pertanggungjawaban atas kesalahan mendasar yang terjadi dapat dilakukan dengan menyatakan kembali informasi yang berkaitan secara komparatif untuk mengoreksi kesalahan mendasar tersebut atau dengan menyajikan informasi tambahan secara proforma. 32 Koreksi kesalahan yang mendasar dapat dibedakan dari perubahan estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi pada hakekatnya adalah suatu taksiran (approximations) yang mungkin perlu direvisi dengan adanya informasi tambahan yang diketahui dalam periode berikutnya. Misalnya, untung atau rugi yang diakui sebagai akibat suatu kontinjensi, yang sebelumnya

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 8 of 13

tidak dapat diperkirakan secara akurat, atau perubahan dalam taksiran masa manfaat dan nilai sisa aktiva tetap yang disusutkan bukan merupakan koreksi atas kesalahan mendasar. 33 Dalam mengkoreksi suatu kesalahan yang mendasar, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan saldo laba awal periode. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis. 34 Laporan keuangan yang menyajikan informasi komparatif untuk periode sebelumnya, disajikan seolah-olah kesalahan yang mendasar telah dikoreksi dalam periode di mana kesalahan tersebut dibuat. Oleh karena itu, jumlah koreksi yang berhubungan dengan setiap periode dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan. Jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif, disesuaikan pada saldo laba awal periode dalam periode yang paling awal. Informasi-informasi lain yang dilaporkan mengenai periode sebelumnya, seperti ikhtisar data keuangan historis, juga dinyatakan kembali. 35 Penyataan kembali informasi komparatif tidak perlu mengubah laporan keuangan yang telah disetujui oleh para pemegang saham atau yang telah tercatat atau disimpan oleh pihak-pihak yang berwenang, sepanjang persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundangan telah diperhatikan. 36 Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut: (a) hakekat kesalahan mendasar; (b) jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya; (c) jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif; dan (d) kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk dinyatakan kembali. Perubahan Kebijakan Akuntansi 37 Pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan suatu perusahaan selama beberapa periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode. 38 Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya jika penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan yang berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu perusahaan. 39 Penyajian suatu kejadian atau transaksi akan lebih tepat jika kebijakan akuntansi yang baru menghasilkan informasi yang lebih relevan atau dapat dipercaya mengenai posisi keuangan,-kinerja atau arus kas suatu perusahaan. 40 Hal-hal berikut bukan merupakan perubahan dalam kebijakan akuntansi:

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 9 of 13

(a) penerapan suatu kebijakan akuntansi atas suatu kejadian atau transaksi yang berbeda substansinya dengan kejadian atau transaksi yang sebelumnya terjadi; dan (b) penerapan suatu kebijakan akuntansi baru atas suatu kejadian atau transaksi yang belum pernah terjadi sebelum nya, atau yang dampaknya tidak material. 41 Suatu perubahan kebijakan akuntansi dapat diterapkan secara retrospektif ataupun secara prospektif, sesuai dengan yang diatur dalam Pernyataan ini. Penerapan yang retrospektif berarti bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya. Karena itu, kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada kejadian atau transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Penerapan yang prospektif berarti bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan. Tidak ada penyesuaian yang berhubungan dengan periode sebelumnya yang dilakukan baik pada saldo laba awal periode (retained earnings) atau dalam pelaporan laba atau rugi bersih untuk periode sekarang, karena saldo yang ada tidak dihitung kembali. Penerapan Suatu Standar Akuntansi Keuangan 42 Suatu perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan sehubungan dengan penerapan suatu standar akuntansi keuangan yang diberlakukan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan masa transisi yang ditentukan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan tersebut. Jika tidak ada ketentuan masa transisi dan ,untuk semua perubahan kebijakan akuntansi yang lain, perubahan kebijakan akuntansi tersebut harus diterapkan sesuai dengan perlakuan akuntansi dalam paragraf 45, 48 dan 49 dari Pernyataan ini. 43 Ketentuan masa transisi dalam standar akuntansi keuangan dapat mensyaratkan apakah perubahan kebijakan akuntansi yang terjadi harus diterapkan secara retrospektif atau prospektif . 44 Jika suatu perusahaan belum menerapkan suatu standar akuntansi keuangan baru yang telah diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tapi masih belum berlaku resmi, perusahaan dianjurkan untuk mengungkapkan hakekat dari perubahan kebijakan akuntansi tersebut di masa yang akan datang dan melakukan estimasi atas pengaruh perubahan tersebut pada laba atau rugi bersih dan posisi keuangan perusahaan tersebut. Perubahan Kebijakan Akuntansi yang Lain 45 Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara retrospektif dengan melaporkan jumlah setiap penyesuaian yang terjadi yang berhubungan dengan periode sebelumnya sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode (retained earnings), kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis. 46 Laporan keuangan yang menyajikan informasi komparatif untuk periode sebelumnya, disajikan seolah-olah kebijakan akuntansi yang baru tersebut telah digunakan. Oleh karena itu, informasi komparatif dinyatakan kembali untuk mencerminkan kebijakan akuntansi yang baru tersebut. Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan periode-periode sebelum laporan keuangan tersebut disesuaikan pada saldo laba awal periode- /retained earnings) dari periode yang paling awal. Informasi-informasi lain yang dilaporkan mengenai periode sebelumnya, seperti ikhtisar data keuangan historis, juga dinyatakan kembali. 47 Penyataan kembali informasi komparatif tidak perlu mengubah laporan keuangan yang

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 10 of 13

telah disetujui oleh para pemegang saham atau yang telah tercatat atau disimpan oleh pihak yang berwenang, sepanjang persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundangan telah diperhatikan. 48 Perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara prospektif jika jumlah penyesuaian terhadap saldo laba awal periode (retained earnings) yang dijelaskan dalam paragraf 45 tidak dapat ditentukan secara wajar. 49 Jika suatu perubahan kebijakan akuntansi mempunyai pengaruh material terhadap periode sekarang atau sebelumnya, atau mungkin juga mempunyai pengaruh material terhadap periode berikutnya, perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut: (a) alasan dilakukannya perubahan; (b) jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan periode sebelumnya; (c) jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan masa sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif; dan (d) kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa untuk menyatakan kembali informasi komparatif dianggap tidak praktis. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 25 LABA ATAU RUGI BERSIH UNTUK PERIODE BERJALAN, KESALAHAN MENDASAR DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 21 terdiri dari paragraf 50-66 Pernyataan Ini harus dibaca dalam konteks paragraf 149. 50 Pernyataan ini harus diterapkan oleh semua perusahaan dalam menyajikan laba atau rugi dari aktivitas normal dan pos luar biasa dalam laporan laba rugi, dan dalam pertanggungjawaban perubahan estimasi akuntansi, perubahan kebijakan akuntansi, dan kesalahan mendasar. Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan 51 Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mewajibkan atau memperbolehkan sebaliknya. 52 Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsur-unsur berikut, yang masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba rugi: (a) laba atau rugi dari aktivitas normal; dan (b) pos luar biasa. Pos Luar Biasa 53 Hakekat dan jumlah dari setiap pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah. Laba atau Rugi dari Aktivitas Normal

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 11 of 13

54 Bila dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan/atau beban yang pengungkapan tentang ukuran, hakekat atau terjadinya dianggap relevan untuk menjelaskan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakekat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara terpisah. Operasi Yang Tidak Dilanjutkan 55 Pengungkapan berikut ini harus dibuat untuk setiap operasi yang tidak dilanjutkan: (a) hakekat dari operasi yang tidak dilanjutkan tersebut; (b) segmen industri dan geografis dari operasi yang tidak dilanjutkan tersebut dilaporkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 5 tentang Pelaporan Informasi Menurut Segmen; (c) tanggal efektif penghentian operasi tersebut untuk tujuan akuntansi; (d) cara penghentian (penjualan atau penutupan); (e) untung atau rugi atas penghentian dan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk menghitung untung atau rugi tersebut; dan (f) pendapatan dan laba atau rugi dari aktivitas normal operasi tersebut selama periode laporan, bersamaan dengan jumlah periode sebelumnya yang disajikan dalam laporan keuangan. Perubahan Estimasi Akuntansi 56 Pengaruh perubahan estimasi akuntansi harus dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih dalam: (a) periode perubahan tersebut, jika perubahan tersebut hanya mempengaruhi periode tersebut; atau (b) periode perubahan tersebut dan periode-periode yang akan datang, jika perubahan tersebut mempengaruhi keduanya. 57 Pengaruh perubahan estimasi akuntansi harus dimasukkan dalam klasifikasi laporan laba rugi yang sama dengan yang digunakan sebelumnya untuk estimasi tersebut. 58 Hakekat dan jumlah suatu perubahan estimasi akuntansi yang mempunyai pengaruh material dalam periode berjalan, atau yang diharapkan akan mempunyai pengaruh material dalam periode-periode berikutnya harus diungkapkan. Jika untuk menghitung jumlahnya dianggap tidak praktis, kenyataan ini harus diungkapkan. Kesalahan Mendasar 59 Dalam mengkoreksi suatu kesalahan yang mendasar, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan saldo laba awal periode. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis.

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 12 of 13

60 Perusahaan pelapor harus mengungkapkan hal-hal berikut: (a) hakekat kesalahan mendasar; (b) jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya; (c) jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif; dan (d) kenyataan- bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk dinyatakan kembali. Perubahan Kebijakan Akuntansi 61 Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya jika penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan yang berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu perusahaan. 62 Suatu perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan sehubungan dengan penerapan suatu standar akuntansi keuangan yang diberlakukan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan masa transisi yang ditentukan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan tersebut. Jika tidak ada ketentuan masa transisi dan untuk semua perubahan kebijakan akuntansi yang lain, perubahan kebijakan akuntansi tersebut harus diterapkan sesuai dengan perlakuan akuntansi dalam paragraf 63, 64 dan 65 dari Pernyataan ini. 63 Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara retrospektif dengan melaporkan jumlah setiap penyesuaian yang terjadi yang berhubungan dengan periode sebelumnya sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode {retained earnings), kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis. 64 Perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara prospektif jika jumlah penyesuaian terhadap saldo laba awal periode (retained earnings) yang diwajibkan dalam paragraf 63 tidak dapat ditentukan secara wajar. 65 Jika suatu perubahan kebijakan akuntansi mempunyai pengaruh material terhadap periode sekarang atau sebelumnya atau mungkin juga mempunyai pengaruh material terhadap periode berikutnya perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut: (a) alasan dilakukannya perubahan; (b) jumlah penyesuaian periode berjalan dan periode sebelumnya; (c) jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan masa sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif; dan (d) kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa untuk menyatakan kembali informasi komparatif dianggap tidak praktis. Tanggal Efektif

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 25

Page 13 of 13

66 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

Navigation

...\PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Ke 10/17/03

PSAK no 26

Page 1 of 6

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 26 AKUNTANSI BUNGA UNTUK PERIODE KONSTRUKSI

Dalam rangka pengembangan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK), maka Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia No. 2 tentang Akuntansi Bunga Untuk Periode Konstruksi telah disesuaikan seperlunya menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 26 tentang Akuntansi Bunga Untuk Periode Konstruksi, yang telah disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR Pernyataan ini menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan untuk biaya bunga dalam periode konstruksi. Dalam praktek, beberapa perusahaan membebankan bunga langsung pada saat terjadinya sementara lainnya menangguhkan biaya tersebut baik dengan cara kapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva ataupun melalui perkiraan Beban yang Ditangguhkan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti termuat dalam Pernyataan ini, diputuskan bahwa bunga dalam periode konstruksi selayaknya dikapitalisasi bila dipenuhi kriteria tertentu.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 26

Page 2 of 6

Jakarta 15 Pebruari 1988 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Prinsip Akuntansi Indonesia-Pernyataan No. 2 berjudul Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi telah disetujui dalam rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 5 Pebruari 1988 dan telah disahkan oleh rapat Pengurus Ikatan Indonesia pada tanggal 15 Pebruari 1988 Jakarta, 15 Pebruari 1988 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntan Indonesia Hans Kartikahadi, Ketua Jusuf Halim, Sekretaris Soebagjo Malimar Hein Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Drs. M. Ashadhi Insyaf

DAFTAR ISI halaman KATA PENGANTAR PENDAHULUAN PERTIMBANGAN TEORETlKAL KESIMPULAN

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 26

Page 3 of 6

PENDAHULUAN Untuk membiayai usahanya, perusahaan seringkali memerlukan pinjaman dari pihak ketiga yang disertai balas jasa berupa bunga. Bila pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari, bunga yang terjadi langsung dibebankan pada laporan laba rugi pada kelompok beban-beban lain. Timbul masalah bila pinjaman digunakan untuk membiayai pembangunan aktiva tetap. Ada tiga alternatif perlakuan akuntansi untuk menampung bunga selama periode konstruksi: 1 Bunga dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. 2 Bunga dibebankan pada pendapatan sebagai beban finansial pada periode yang bersangkutan. 3 Bunga ditangguhkan untuk diamortisasi selama beberapa periode akuntansi. Beberapa pendapat sehubungan dengan perlakuan akuntansi atas bunga selama periode konstruksi disajikan di bawah ini: 1. Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 Buku PAI 1973 halaman 68 menyatakan bahwa: ". . . juga menjadi praktek yang lazim untuk membebankan bunga dari dana-dana yang dipinjam untuk keperluan konstruksi itu, yang berarti bunga tadi ikut dikapitalisasi dalam cost dari konstruksi". 2. Konsep Perubahan PAI No. 2 Dalam Konsep Perubahan PAI No.2 yang dikeluarkan bulan Agustus 1978 ditegaskan bahwa bunga merupakan beban keuangan sehingga selayaknya disajikan dalam laporan laba rugi sebagai beban lain-lain, dan tidak dikapitalisasikan kedalam harga perolehan aktiva. 3. PAI 1984 Dalam buku PAI 1984 bunga dalam periode konstruksi sengaja belum ditampung berdasarkan kesepakatan bahwa topik yang sangat kontroversial ini akan ditampung tersendiri dalam suatu Pernyataan PAI. 4. Exposure Draft PAI Pernyataan No.2, 1983 Dalam exposure draft ini juga diusulkan untuk mengkapitalisasi bunga dalam periode konstruksi. Tanggapan publik dan profesi akuntansi antara yang setuju dan yang menolak kurang lebih seimbang. 5. International Accounting Standards No. 16 Pada pasal 11 dinyatakan bahwa biaya keuangan yang berhubungan langsung dengan pembangunan suatu proyek dan yang terjadi sampai selesainya konstruksi dapat diperhitungkan dalam harga aktiva yang bersangkutan. 6. Statement of Financial Accounting Standards No. 34 Pasal 9 SFAS No. 34 memuat ketentuan bahwa bunga harus dikapitalisasi untuk aktiva yang dibangun atau diproduksi sendiri, termasuk aktiva yang dibangun pihak lain dengan disertai pembayaran uang muka atau pembayaran termin sesuai dengan tahap kemajuan pekerjaannya.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 26

Page 4 of 6

Pertimbangan yang diajukan oleh para pendukung masing-masing alternatif tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Argumentasi untuk memilih alternatif pertama (perlakuan untuk mengkapitalisasi bunga) adalah sebagai berikut: a. Harga perolehan suatu aktiva sebaiknya mencakup biaya yang diperlukan untuk menempatkan aktiva tersebut pada kondisi dan lokasi yang diinginkan, termasuk bunga selama periode konstruksi. b. Bila aktiva diperoleh dengan cara membeli dan bukan dibangun sendiri, maka dalam harga perolehan tersebut telah ditampung biaya bunga selama periode konstruksi. c. Bunga dalam periode konstruksi ikut memberikan manfaat ekonomi untuk masa-masa mendatang, karenanya untuk mengaitkan biaya dengan pendapatan (matching costs against revenues) sebagaimana mestinya, bunga harus dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan aktiva. 2. Argumentasi untuk memilih alternatif yang kedua (membebankan bunga pada pendapatan sebagai beban finansial pada periode yang bersangkutan) adalah sebagai berikut: a. Bunga merupakan beban keuangan yang timbul sebagai akibat kebijaksanaan keuangan yang dilakukan perusahaan. Dengan demikian secara teoretikal biaya bunga seharusnya dapat dihindarkan, yaitu dengan membiayai pembangunan aktiva dengan modal sendiri. b. Pembebanan bunga pada periode berjalan mencegah timbulnya harga aktiva yang berbeda antara perusahaan yang membelanjai pembangunan aktivanya dari modal sendiri dengan perusahaan yang membelanjai pembangunan aktivanya dari pinjaman. c. Dalam entity theory, bunga dianggap sebagai distribusi pendapatan, bukan sebagai biaya. Dengan demikian kapitalisasi biaya bunga secara implisit berarti kecenderungan pada proprietary theory. 3. Argumentasi untuk memilih alternatif yang ketiga (penangguhan bunga untuk diamortisasi selama beberapa periode akuntansi) adalah bahwa, di satu pihak, bunga merupakan beban keuangan dan bukan biaya konstruksi; sedang di lain pihak, pembebanan langsung pada laporan laba rugi akan mengakibatkan distorsi pada hasil usaha untuk periode yang bersangkutan. Oleh karena itu, bunga tersebut sebaiknya ditampung dalam perkiraan Beban yang Ditangguhkan dan diamortisasi selama beberapa periode akuntansi. KESIMPULAN Setelah memperhatikan dan menimbang faktor-faktor berikut ini: 1. Beberapa argumentasi yang mendukung ketiga alternatif yang telah diuraikan di atas. 2. Pembangunan aktiva di Indonesia pada umumnya memerlukan dana pinjaman dalam jumlah besar yang dalam praktek tidak dapat dihindarkan. 3. Kelemahan yang mungkin timbul sebagai akibat dari keputusan ini, yaitu hilangnya data bunga sebagai beban keuangan seutuhnya yang mungkin diperlukan dalam analisa keuangan, sudah ditampung melalui pengungkapan yang jelas sebagaimana yang dijelaskan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 26

Page 5 of 6

dalam Butir 8 di bawah, maka diputuskan bahwa biaya bunga sehubungan dengan pembangunan suatu aktiva boleh dikapitalisasi bila dipenuhi persyaratan berikut ini: 1. Biaya pembangunan aktiva tersebut dapat diakumulasi secara terpisah. 2. Diperlukan jangka waktu yang cukup lama untuk membangun atau memproduksi aktiva yang bersangkutan. 3. Pembangunan atau produksi tersebut memerlukan biaya yang besar, sehingga melibatkan perusahaan dengan biaya bunga yang tinggi. 4. Sepanjang ketiga persyaratan tersebut di atas telah dipenuhi, maka bunga yang dapat dikapitalisasi adalah untuk aktiva (qualifying assets) berikut: a. Aktiva yang dibangun atau diproduksi untuk digunakan sendiri, termasuk aktiva yang dibangun atau diproduksi oleh pihak lain dengan disertai pembayaran uang muka atau pembayaran termin sesuai dengan tahap kemajuan pekerjaan; atau b. Aktiva yang dimaksudkan untuk dijual atau disewakan, yang dibangun atau diproduksi sebagai proyek proyek tersendiri. 5. Aktiva yang tidak memenuhi persyaratan kapitalisasi bunga (non qualifying assets) adalah sebagai berikut: a. Persediaan barang yang diproduksi secara rutin atau berulang-ulang; b. Aktiva yang sedang digunakan atau telah siap untuk digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan; atau c. Aktiva yang tidak sedang digunakan dalam kegiatan perolehan laba perusahaan dan tidak sedang dilakukan kegiatan untuk membuat aktiva tersebut siap untuk dipakai atau, dengan perkataan lain, kegiatan yang diperlukan untuk penyelesaiannya terhenti. 6. Jumlah biaya bunga yang dikapitalisasi adalah bagian dari biaya bunga selama periode konstruksi yang secara teoretis

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 26

Page 6 of 6

dapat dihindarkan bila pembangunan aktiva tidak dilakukan . Jumlah bunga yang dikapitalisasi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menerapkan tingkat bunga atas jumlah akumulasi pengeluaran rata-rata untuk aktiva selama periode yang bersangkutan:

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 26 rev. 1997

Page 1 of 6

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 26 Revisi tahun 1997 Biaya Pinjaman

Pendahuluan
Tujuan 01. Tujuan Standar ini adalah untuk menentukan perlakukan akuntansi atas biaya pinjaman. Secara umum standar ini mengharuskan pembebanan segera biaya pinjaman pada saat terjadinya. Akan tetapi untuk biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi dari suatu qualifying asset, standar ini mengharuskan kapitalisasi biaya pinjaman tersebut.

Ruang lingkup
02. Standar ini harus diterapkan untuk perlakukan akuntansi atas biaya pinjaman. 03. Standar ini menggantikan PSAK No. 26, Akuntansi Bunga Untuk Periode Konstruksi, yang diberlakukan sejak tahun 1988. 04. Standar ini tidak mengatur biaya atas ekuitas (actual or imputed cost of equity).

Definisi
05. Istilah-istilah berikut dipergunakan dalam Standar ini, dengan pengertian sebagaimana dijelaskan: Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya harus ditanggung oleh suatu perusahaan sehubungan dengan peminjaman dana. Aktiva Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying assets)- selanjutnya disebut Aktiva Tertentu adalah suatu aktiva yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap untuk dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya.

Penjelasan
06. Biaya pinjaman meliputi antara lain: a. Bunga atas penggunaan dana pinjaman baik pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang. b. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman (borrowings). c. Amortisasi atas biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee dan sebagainya. d. Selisih kurs atas pinjaman dalam valuta asing (sepanjang bunga) atau amortisasi premi kontrak valuta berjangka dalam rangka hedging dana yang dipinjam dalam valuta asing.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Revisi (97) Biaya Pinjaman.htm

10/17/03

PSAK no 26 rev. 1997

Page 2 of 6

07. Yang dimaksud dengan Aktiva Tertentu antara lain adalah persediaan barang tertentu, pabrik dan pembangkit tenaga listrik. Sedangkan aktiva yang pada saat diperoleh sudah dalam keadaan siap untuk digunakan atau dijual bukan merupakan Aktiva Tertentu. 08. Yang dimaksud dengan persediaan barang tertentu adalah persediaan yang untuk memproduksi sampai siap untuk dijual membutuhkan waktu yang cukup lama sesuai dengan bidang usahanya. Yang dimaksud dengan waktu yang cukup lama adalah 12 bulan atau lebih. Persediaan yang pada saat diperoleh sudah dalam keadaan siap dijual bukan merupakan Aktiva Tertentu.

Pengakuan
09 Biaya pinjaman harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya pinjaman tersebut, kecuali untuk biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi sesuai dengan paragraf 10. 10. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi suatu Aktiva Tertentu harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan Aktiva Tertentu tersebut. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tersebut harus ditentukan sesuai dengan standar ini.

Biaya Pinjaman yang Dikapitalisasi


11 Apabila bulan pinjaman dapat diatribusikan secara langsung dengan Aktiva Tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap Aktiva Tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung dengan Aktiva Tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman ditentukan berdasarkan penjelasan pada paragraf 15. 12 Dalam keadaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan adanya hubungan langsung antara pinjaman terntentu dengan perolehan suatu Aktiva Tertentu dan untuk menentukan bahwa pinjaman tertentu sebenarnya tidak perlu ada apabila perolehan Aktiva Tertentu tidak terjadi. Misalnya: apabila terdapat sentralisasi pendanaan untuk semua kegiatan usaha. Kesulitan juga dapat terjadi bila suatu perusahaan menggunakan beberapa jenis instrumen hutang dengan tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal ini, sulit untuk menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat secara langsung diatribusikan, sehingga diperlukan pertimbangan profesional (profesional judgement). 13. Apabila pinjaman hanya digunakan untuk memperoleh suatu Aktiva Tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh biaya pinjaman yang timbul selama peminjaman dana tersebut dikurangi dengan pendapatan bunga yang diperoleh dari investasi sementara atas dana hasil pinjaman yang belum digunakan. 14. Pengaturan pendanaan untuk perolehan suatu Aktiva Tertentu dapat menyebabkan suatu perusahaan memperoleh pinjaman dan menanggung biaya pinjamannya sebelum seluruh atau sebagian dana yang diperoleh tersebut digunakan untuk membiayai perolehan Aktiva Tertentu. Dalam keadaan tersebut perusahaan umumnya menginvestasikan untuk sementara dana yang belum terpakai. Untuk menentukan jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam periode tertentu, jumlah biaya pinjaman harus dikurangi terlebih dahulu dengan hasil investasi atas dana yang belum terpakai tersebut. 15. Apabila suatu dana berasal dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan untuk perolehan suatu Aktiva Tertentu tetapi pinjaman tersebut digunakan juga untuk perolehan Aktiva Tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi ditentukan dengan mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh Aktiva Tertentu. Tingkat kapitalisasi dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya pinjaman dibagi dengan jumlah

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Revisi (97) Biaya Pinjaman.htm

10/17/03

PSAK no 26 rev. 1997

Page 3 of 6

pinjaman dari suatu periode, (tidak termasuk jumlah pinjaman yang secara khusus digunakan untuk perolehan Aktiva Tertentu) jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam periode tertentu tidak boleh melebihi jumlah biaya pinjaman yang terjadi selama periode tersebut.

Selisih antara Nilai Tercatat suatu Aktiva Tertentu dengan Jumlah yang Dapat Dipulihkan
16. Apabila nilai tercatat atau jumlah keseluruhan biaya yang diperkirakan atas suatu Aktiva Tertentu melebihi jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau nilai realisasi bersih, maka nilai tercatat tersebut harus disesuaikan dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan lain yang berlaku.

Saat Dimulainya Kapitalisasi


17. Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan suatu aktiva dimulai apabila: a. Pengeluaran untuk aktiva tersebut telah mulai dilakukan. b. Biaya pinjaman sedang terjadi. c. Aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pembangunan atau memproduksi Aktiva Tertentu sedang berlangsung. 18. Pengeluaran untuk Aktiva Tertentu hanya meliputi pengeluaran yang menimbulkan pembayaran tunai, transfer aktiva lain, atau timbulnya kewajiban yang dikenakan bunga. Perhitungan kapitalisasi Biaya Pinjaman berdasarkan asas proporsional jumlah pinjaman dikurangi penerimaan pendapatan yang berkaitan dengan Aktiva Tertentu tersebut. Nilai tercatat rata-rata suatu Aktiva Tertentu dalam suatu periode, termasuk jumlah biaya pinjaman yang telah dikapitalisasi sebelumnya, biasanya merupakan taksiran yang layak dari pengeluaran yang dihitung dengan menggunakan tingkat kapitalisasi dalam periode tersebut. 19. Pengertian mengenai aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pembangunan atau memproduksi Aktiva Tertentu tidak terbatas pada aktivitas konstruksi fisik, tetapi termasuk juga aktivitas teknik dan administrasi yang dibutuhkan sebelum dimulainya konstruksi fisik, seperti kegiatan untuk memperoleh perizinan yang dibutuhkan untuk membangun Aktiva Tertentu. Akan tetapi, dianggap tidak terdapat aktivitas apapun, apabila perusahaan hanya mendiamkan suatu aktiva tanpa kegiatan pembangunan atau produksi yang dapat mengubah kondisi aktiva tersebut. Misalnya, biaya pinjaman yang terjadi pada periode dimana tanah tertentu sedang dikembangkan harus dikapitalisasi. Akan tetapi apabila perusahaan membeli tanah tertentu untuk dibangun dan hanya mendiamkannya tanpa kegiatan apapun, maka biaya pinjaman yang timbul tidka boleh dikapitalisasi.

Penghentian Kapitalisasi
20. Kapitalisasi biaya pinjaman harus dihentikan apabila dalam sautu periode yang cukup lama perusahaan menangguhkan atau menunda aktivitas perolehan, pembangunan ataupun produksi. 21. Biaya pinjaman mungkin saja tetap ada selama perusahaan menunda atau memberhentikan untuk sementara waktu aktivitas untuk memperoleh, membangun atau memproduksi Aktiva Tertentu, biaya pinjaman selama masa ini tidak boleh dikapitalisasi. Pada keadaan tertentu, dapat saja terjadi penundaan atau pemberhentian sementara dar aktivitas konstruksi fisik karena menunggu penyelesaian dari pekerjaan teknik atau administrasi yang sedang berlangsung. Dalam keadaan ini kapitalisasi biaya pinjaman tetap berlangsung. Keadaan lainnya dimana kapitalisasi biaya pinjaman tetap berlangsung walaupun ada penundaan/pemberhentian sementara aktivitas untuk memperoleh, membangun atau memproduksi Aktiva Tertentu, yaitu dimana dalam proses memperoleh, membangun atau memproduksi secara teknik diharuskan atau dibutuhkan penundaan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Revisi (97) Biaya Pinjaman.htm

10/17/03

PSAK no 26 rev. 1997

Page 4 of 6

aktivitas. Misalnya, dalam proses pembangunan jembatan, kegiatan konstruksi fisik harus dihentikan sementara karena permukaan air sungai sedang pasang, dalam keadaan ini kapitalisasi biaya pinjaman tetap berlangsung hanya apabila di daerah tersebut naiknya permukaan air merupakan hal yang wajar.

Berakhirnya Kapitalisasi Biaya Pinjaman


22. Kapitalisasi biaya pinjaman harus diakhiri apabila aktivitas untuk memperoleh, membangun atau memproduksi Aktiva Tertentu sesuai dengan tujuannya secara substansial telah selesai. 23. Satu aktiva biasanya siap untuk digunakan atau dijual sesuai tujuannya apabila kegiatan konstruksi fisik yang dibutuhkan telah selesai, walaupun mungkin masih dibutuhkan kegiatan admisitratif tertentu yang berkaitan dengan aktiva tersebut. Dalam keadaan ini biaya pinjaman tidak lagi boleh dikapitalisasi. 24. Apabila pembangunan atau konstruksi suatu aktiva dapat diselesaikan perbagian dimana bagian yang telah selesai dapat segera digunakan sementara bagian lainnya masih dalam penyelesaian, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah untuk bagian yang belum selesai saja. 25. Untuk suatu area perkantoran yang didalamnya terdapat beberapa gedung, maka masingmasing gedung dapat dianggap sebagai Aktiva Tertentu tersendiri, karena apabila gedung pertama telah selesai dapat langsung digunakan, dijual atau disewakan sesuai dengan tujuannya tanpa harus tergantung dengan penyelesaian gedung kedua. Hal ini berbeda dengan pembangunan suatu pabrik yang melibatkan beberapa tahapan proses produksi, pembangunan pabrik ini baru dapat dianggap selesai, bila seluruhnya selesai karena bagian yang lebih dulu secara fisik telah selesai tetap tidak dapat digunakan apabila bagian terakhir dari pembangunan pabrik selesai.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 26 (Revisi 1997)


Biaya Pinjaman
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ini terdiri dari Paragraf 26-37. Pernyataan ini harus dibaca dalam Konteks Paragraf 01-25. 26. Istilah-istilah berikut dipergunakan dalam standar ini, dengan pengertian sebagaimana dijelaskan: Biaya Pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung oleh suatu perusahaan sehubungan dengan peminjaman dana. Aktiva Tertentu yang memenuhi syarat (Qualifying assets) - selanjutnya disebut Aktiva Tertentuadalah suatu aktiva yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap untuk dipergunakan atau dijual sesuai dengan tujuannya. 27. Biaya pinjaman harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya pinjaman tersebut, kecuali untuk biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi sesuai dengan paragraf 28. 28. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi suatu Aktiva Tertentu harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan Aktiva Tertentu tersebut. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tersebut harus ditentukan sesuai dengan standar ini.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Revisi (97) Biaya Pinjaman.htm

10/17/03

PSAK no 26 rev. 1997

Page 5 of 6

29. Apabila pinjaman hanya digunakan untuk memperoleh suatu Aktiva Tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh biaya pinjaman yang timbul selama peminjaman dana tersebut dikurangi dengan pendapatan bunga yang diperoleh dari investasi sementara atas dana hasil pinjaman yang belum digunakan. 30. Apabila suatu dana berasal dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan untuk perolehan suatu Aktiva Tertentu tetapi pinjaman tersebut digunakan juga untuk perolehan Aktiva Tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi ditentukan dengan mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh Aktiva Tertentu. Tingkat Kapitalisasi dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya pinjaman dibagi dengan jumlah pinjaman dari suatu periode, (tidak termasuk jumlah pinjaman yang secara khusus digunakan untuk perolehan Aktiva Tertentu) jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam periode tertentu tidak boleh melebihi jumlah biaya pinjaman yang terjadi selama periode tersebut. 31. Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan suatu aktiva dimulai apabila: a. Pengeluaran untuk aktiva tersebut telah mulai dilakukan. b. Biaya pinjaman sedang terjadi. c. Aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pembangunan atau memproduksi Aktiva Tertentu sedang berlangsung. 32. Kapitalisasi biaya pinjaman harus dihentikan apabila dalam suatu periode yang cukup lama perusahaan menangguhkan atau menunda aktivitas perolehan, pembangunan ataupun produksi. 33. Kapitalisasi biaya pinjaman harus diakhiri apabila aktivitas untuk memperoleh, membangun atau memproduksi Aktiva Tertentu sesuai degan tujuannya secara substansial telah selesai. 34. Apabila pembangunan atau konstruksi suatu aktiva dapat diselesaikan perbagian dimana bagian yang telah selesai dapat segera digunakan sementara bagian lainnya masih dalam penyelesaian, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah untuk bagian yang belum selesai saja.

Pengungkapan
35. Laporan keuangan harus mengungkapkan: a. Akuntansi untuk biaya pinjaman. b. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi untuk periode yang bersangkutan. c. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

Masa Transisi
36. Penerapan standar ini harus dilakukan secara prospektif. Laporan keuangan untuk periode sebelum diberlakukannya standar ini tidak perlu dinyatakan kembali (restated).

Tanggal Efektif
37. Standar ini diberlakukan untuk tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 1997. Penerapan lebih dini dianjurkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Revisi (97) Biaya Pinjaman.htm

10/17/03

PSAK no 26 rev. 1997

Page 6 of 6

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 26 Revisi (97) Biaya Pinjaman.htm

10/17/03

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI NO. 27 (REVISI 1998) AKUTANSI PERKOPERASIAN

KEUANGAN

Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks dengan paragraf-paragraf penjelasan dan panduan implementasi yang dicetak dalam huruf biasa. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Perkoperasian (Pernyataan) ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
PENDAHULUAN Karakteristik Koperasi

01 Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. 02 Prinsip-prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari: kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi. 03 Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Oleh karena itu: a. b. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.1

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan dan demokrasi. Selain itu anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain. c. d. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota (promotion of the members welfare). Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang nonanggota koperasi.

e.

04 Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, koperasi tidak hanya dituntut mempromosikan usaha-usaha ekonomi anggota, tetapi juga mengembangkan sumber daya anggota melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan sehingga anggota semakin profesional dan mampu mengikuti perkembangan bidang usahanya. 05 Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional, pemerintah sangat berkepentingan terhadap keberhasilan koperasi. Oleh karena itu pemerintah berperan dalam memberikan pembinaan, perlindungan dan peluang usaha pada koperasi. Dalam pelaksanaan pembinaan, perlindungan dan peluang usaha tersebut koperasi perlu berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Ketentuan-ketentuan tersebut juga berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi pada koperasi. Struktur Pengorganisasian Koperasi

06 Koperasi terbagi ke dalam Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder. Koperasi Primer adalah koperasi yang beranggotakan orang seseorang. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum koperasi.

27.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

07 Jumlah pemilikan anggota pada koperasi, baik pada Koperasi Primer maupun Koperasi Sekunder pada prinsipnya adalah sama, dengan demikian tidak terdapat pemilikan mayoritas dan minoritas dalam koperasi. Oleh karena itu laporan keuangan Koperasi Primer dan Sekunder tidak dikonsolidasikan. Usaha dan Jenis Koperasi 08 Koperasi dapat melakukan usaha-usaha sebagaimana badan usaha lain, seperti di sektor perdagangan, industri manufaktur, jasa keuangan dan pembiayaan, jasa asuransi, jasa transportasi, jasa profesi dan jasa lainnya. Perlakuan akuntansi koperasi ini mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur perlakuan akuntansi dalam setiap sektor industri tersebut. 09 Koperasi dapat digolongkan dalam beberapa jenis, namun berdasarkan kepentingan anggota dan usaha utama koperasi, koperasi digolongkan ke dalam empat jenis, yakni Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Simpan Pinjam, dan Koperasi Pemasaran. Tu j u a n 10 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi yang timbul dari hubungan transaksi antara koperasi dengan anggotanya dan transaksi lain yang spesifik pada koperasi. Pernyataan ini mencakup pengaturan mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Ruang Lingkup

11 Pernyataan ini mengatur akuntansi bagi badan usaha koperasi atas transaksi yang timbul dari hubungan koperasi bagi anggotanya, yaitu meliputi transaksi setoran anggota koperasi dan transaksi usaha koperasi dengan anggotanya; dan transaksi yang spesifik pada badan usaha koperasi, di antaranya cadangan, modal penyertaan, modal sumbangan, beban-beban perkoperasian; serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan. 12 Pernyataan ini tidak mengatur akuntansi transaksi yang

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.3

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

timbul dari hubungan koperasi dengan non-anggota. Transaksi tersebut diperlakukan sama dengan transaksi yang terjadi pada badan usaha lainnya. 13 Hal-hal yang bersifat umum atau yang tidak secara khusus diatur dalam Pernyataan ini, termasuk akuntansi untuk transaksi unit usaha otonom koperasi, harus diperlakukan dengan mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang lain. 14 Pernyataan ini berlaku bagi laporan keuangan untuk disajikan kepada pihak eksternal yaitu anggota koperasi, pemerintah, kreditur dan pihak lain yang berkepentingan. 15 Pemerintah sebagai salah satu pihak pemakai laporan keuangan koperasi, mungkin memerlukan informasi khusus untuk tujuan tertentu. Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan untuk kepentingan pemerintah tersebut. Penyajian informasi khusus ini diatur dalam pedoman akuntansi tersendiri yang mengacu pada pernyataan ini. 16 Bermacam-macam jenis koperasi, misalnya Koperasi Konsumen, dan Koperasi Produsen, Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Pemasaran dalam penyajian laporan keuangannya dapat menampakkan kekhususan masing-masing, dan untuk itu dapat diatur dalam pedoman akuntansi tersendiri dengan mengacu pada Pernyataan ini. Definisi Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini.

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang17 seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna 18 jasa koperasi, dan telah membayar penuh simpanan pokok yang ditetapkan.

27.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

19 Koperasi Konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa, dan kegiatan atau jasa utama melakukan pembelian bersama. Contoh Koperasi Konsumen adalah koperasi yang kegiatan utamanya mengelola warung serba ada atau supermarket.

Koperasi Produsen adalah koperasi yang anggotanya tidak 20 memiliki rumah tangga usaha atau perusahaan sendiri-sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa, dan kegiatan utamanya menyediakan, mengoperasikan, atau mengelola sarana produksi bersama. Contoh Koperasi Produsen adalah Koperasi Jasa Konsultasi. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatan 21 atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya. Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang anggotanya 22 para produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa dan kegiatan atau jasa utamanya melakukan pemasaran bersama. Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama 23 banyaknya dan atau sama nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota. Simpanan Wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang 24 tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota. Modal Anggota adalah simpanan pokok dan simpanan 25 wajib yang harus dibayar anggota kepada koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada koperasi. Tiap anggota memiliki hak suara yang sama, tidak tergantung pada besarnya modal anggota pada koperasi. Modal Sumbangan adalah sejumlah uang atau barang 26 modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat. Modal sumbangan tidak dapat dibagikan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.5

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan. 27 Modal Penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi.

Cadangan adalah bagian dari sisa hasil usaha yang disisih28 kan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota. Partisipasi Bruto adalah kontribusi anggota kepada 29 koperasi sebagai imbalan penyerahan barang dan jasa kepada anggota, yang mencakup harga pokok dan partisipasi neto. Partisipasi Neto adalah kontribusi anggota terhadap hasil 30 usaha koperasi yang merupakan selisih antara partisipasi bruto dengan beban pokok. Pendapatan dari non-anggota adalah penjualan barang/ 31 jasa kepada non-anggota.
32 Beban Perkoperasian adalah beban sehubungan dengan gerakan perkoperasian dan tidak berhubungan dengan kegiatan usaha. 33 Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah gabungan dari hasil partisipasi neto dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota, ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi.

Promosi Ekonomi Anggota adalah peningkatan pelayan34 an koperasi kepada anggotanya dalam bentuk manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota koperasi. Unit Usaha Otonom adalah bagian organisasi yang mandiri 35 berkegiatan dan beranggota khusus dalam sebuah koperasi, sehingga unit usaha otonom tersebut setara dengan sebuah entitas akuntansi. Contoh: sebuah KUD memiliki unit usaha otonom simpan pinjam, unit usaha otonom konsumen dan unit usaha otonom distribusi.

27.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENJELASAN E K U I TA S 36 Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan dan sisa hasil usaha belum dibagi. Modal Anggota

37 Simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib diakui sebagai ekuitas koperasi dan dicatat sebesar nilai nominalnya.
38 Secara formal, anggota dapat diakui sebagai anggota koperasi jika ia telah menyetor uang sejumlah tertentu sebagai simpanan pokok pada saat pertama menjadi anggota. Di samping itu ia juga harus menyetor uang sejumlah tertentu secara berkala sebagai simpanan wajib. 39 Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat menjadi anggota. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. 40 Simpanan pokok dan simpanan wajib berfungsi sebagai penutup risiko dan karena itu tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. Simpanan wajib yang terkait dengan pinjaman anggota dan jenis simpanan wajib lain yang dalam prakteknya justru dapat diambil setelah pinjaman yang bersangkutan lunas atau pada waktu-waktu tertentu, tidak dapat diakui sebagai ekuitas. 41 Walaupun simpanan pokok dan simpanan wajib dapat diambil kembali jika yang bersangkutan keluar dari anggota koperasi, namun diasumsikan bahwa anggota koperasi akan tetap menjadi anggota dalam waktu yang tidak terbatas. Dengan demikian simpanan pokok dan simpanan wajib tersebut bersifat permanen.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.7

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

42 Simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib.
43 Pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib dapat dilakukan dengan cara angsuran yang jumlah dan lamanya ditetapkan dalam anggaran dasar atau ketentuan lain. Penyajian nilai simpanan pokok dan simpanan wajib di neraca adalah dengan menyajikan nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib. Jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima dari anggota disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib.

44 Kelebihan setoran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota baru di atas nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri diakui sebagai Modal Penyetaraan Partisipasi Anggota.
45 Rapat anggota dapat menetapkan jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib bagi anggota baru yang masuk kemudian yang jumlahnya setara dengan jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri. Jika terdapat kelebihan nilai setoran simpanan tersebut di atas nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri, maka kelebihan tersebut diakui sebagai modal penyetaraan partisipasi anggota. Modal ini bukan milik anggota penyetor, karena itu tidak dapat diambil kembali pada saat anggota keluar dari keanggotaan koperasi. 46 Apabila koperasi juga menetapkan simpanan lain selain simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai ekuitas, maka bila terdapat penyetoran lebih dari nilai nominal simpanan oleh anggota baru, maka kelebihan tersebut juga diakui sebagai modal penyetaraan partisipasi anggota. Modal Penyertaan

47 Modal penyertaan diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar jumlah nominal setoran. Dalam hal modal penyertaan yang diterima selain uang tunai, maka modal penyertaan tersebut dinilai sebesar harga pasar yang berlaku pada saat diterima.
48 Modal penyertaan ikut menutup risiko kerugian dan memiliki

27.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

sifat relatif permanen, dan imbalan atas pemodal didasarkan atas hasil usaha yang diperoleh. Oleh karena itu modal pernyertaan tersebut diakui sebagai ekuitas. 49 Modal penyertaan dicatat dengan nilai nominal, dan dalam hal modal penyertaan diterima dalam bentuk selain uang tunai, maka modal penyertaan tersebut dicatat sebesar nilai pasar yang berlaku pada saat diterima. Apabila nilai pasar tidak tersedia dapat digunakan nilai taksiran. Penjelasan yang cukup harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan atas penilaian yang dilakukan.

50 Ketentuan mengenai perjanjian dengan pemodal yang menyangkut pembagian keuntungan atau hasil usaha, tanggungan kerugian, jangka waktu dan hak-hak pemodal harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
Modal Sumbangan

51 Modal sumbangan yang diterima oleh koperasi yang dapat menutup risiko kerugian diakui sebagai ekuitas, sedangkan modal sumbangan yang substansinya merupakan pinjaman diakui sebagai kewajiban jangka panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
52 Oleh karena koperasi mengemban misi nasional untuk menggerakkan ekonomi rakyat dan menjadi soko guru perekonomian nasional, maka dimungkinkan koperasi memperoleh sumbangan dari pemerintah dan pihak lain. Sumbangan tersebut dapat diakui sebagai ekuitas jika ia dapat menanggung risiko atas kerugian. 53 Kadangkala sumbangan diterima oleh koperasi dengan persyaratan tertentu yang mengikat, sehingga hakekat sumbangan tersebut adalah pinjaman. Sumbangan ini tidak dapat diakui sebagai ekuitas, tetapi harus diakui sebagai kewajiban lain-lain jangka panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Cadangan

54

Cadangan dan tujuan penggunaannya dijelaskan dalam

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.9

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

catatan atas laporan keuangan.


55 Pembentukan cadangan dapat ditujukan antara lain untuk pengembangan usaha koperasi, menutup risiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi. Cadangan yang dibentuk dari sisa hasil usaha dicatat dalam akun Cadangan. Tujuan penggunaan cadangan tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

56 Pembayaran tambahan kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi di atas jumlah simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain-lain dibebankan pada cadangan.
57 Cadangan yang dibentuk dari sisa hasil usaha yang diperoleh setiap tahun buku yang dimaksudkan untuk pemupukan modal untuk pengembangan usaha dan untuk menutup risiko kerugian merupakan bagian dari ekuitas. Sebagai bagian dari ekuitas, cadangan berpengaruh terhadap total nilai kekayaan bersih koperasi yang mencerminkan nilai pemilikan anggota dalam koperasi. Oleh karena itu anggota yang keluar dalam tahun berjalan, selain menerima pengembalian simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain sebesar nilai nominalnya, koperasi dapat menetapkan pembayaran tambahan dalam jumlah yang proporsional dengan nilai kekayaan bersih koperasi atau jumlah tertentu yang ditetapkan rapat anggota. Pembayaran tambahan tersebut dibebankan pada cadangan koperasi. Sisa Hasil Usaha

58 Sisa hasil usaha tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada koperasi. Dalam hal jenis dan jumlah pembagian sisa hasil telah diatur secara jelas maka bagian yang tidak menjadi hak koperasi diakui sebagai kewajiban. Apabila jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
59 Suatu kebiasaan dalam koperasi, bahwa sisa hasil usaha yang diperoleh dalam tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga. Keharusan pembagian sisa

27.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

hasil usaha tersebut juga dinyatakan dalam undang-undang perkoperasian. Penggunaan sisa hasil usaha yang dibagikan tersebut diantaranya adalah untuk anggota, dana pendidikan dan untuk koperasi sendiri. Jumlah yang merupakan hak Koperasi diakui sebagai cadangan. 60 Pembagian sisa usaha tersebut harus dilakukan pada akhir periode pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan karena jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat anggota, maka sisa hasil usaha tersebut dicacat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. K E WA J I BA N

61 Simpanan anggota yang tidak berkarakteristik sebagai ekuitas diakui sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh temponya dan dicatat sebesar nilai nominalnya.
62 Simpanan anggota yang berkarakteristik sebagai ekuitas adalah sejumlah tertentu dalam nilai uang yang diserahkan oleh anggota pada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan dan dapat diambil sewaktu-waktu sesuai perjanjian. Simpanan ini tidak menanggung risiko kerugian dan sifatnya sementara karenanya diakui sebagai kewajiban. A K T I VA

63 Aktiva yang diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaannya dan tidak dapat dijual untuk menutup kerugian koperasi diakui sebagai aktiva lain-lain. Sifat keterikatan penggunaan tersebut dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
64 Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sebagai soko guru perekonomian nasional, koperasi sering mendapat dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk bantuan atau sumbangan barang modal untuk menjalankan usahanya. Barang modal tersebut dapat diakui sebagai aktiva tetap milik koperasi walaupun aktiva tetap tersebut tidak dapat dijual untuk menutup risiko kerugian. Dalam hal aktiva tetap tersebut tidak dapat menu-

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.11

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tup risiko kerugian sebagaimana disyaratkan oleh penyumbangnya atau ditetapkan dalam perjanjian (akta penerimaan) sumbangan, maka aktiva tetap tersebut dikelompokkan dalam aktiva lain-lain. Sifat pembatasan aktiva tetap dijelaskan dalam catatan laporan keuangan.

65 Aktiva-aktiva yang dikelola oleh koperasi, tetapi bukan milik koperasi, tidak diakui sebagai aktiva dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
66 Rapat anggota koperasi dapat menetapkan pengumpulan dana tertentu dari anggota yang digunakan untuk tujuan khusus sesuai kepentingan anggota. Dana tersebut merupakan milik anggota yang pengelolaannya dikuasakan kepada koperasi, misalnya dana pemeliharaan jalan dan peremajaan kebun pada koperasi perkebunan kelapa sawit. Dana tersebut tidak diakui sebagai aktiva koperasi. Namun sebagai pengelola koperasi harus membuat pertanggung-jawaban tersendiri dan keberadaan dana tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. PENDAPATAN Transaksi DAN BEBAN Dengan Anggota

Usaha

Koperasi

67 Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui sebesar partisipasi bruto.
68 Partisipasi bruto pada dasarnya adalah penjualan barang/ jasa kepada anggota. Dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa untuk anggota, partisipasi bruto dihitung dari harga pelayanan yang diterima atau dibayar oleh anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi neto. Dalam kegiatan pemasaran hasil produksi anggota, partisipasi bruto dihitung dari beban jual hasil produksi anggota baik kepada non-anggota maupun kepada anggota.

Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi de69 ngan non-anggota diakui sebagai pendapatan (penjualan) dan dilaporkan terpisah dari partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil usaha sebesar nilai transaksi. Selisih antara pendapatan dan beban pokok transaksi dengan non-anggota diakui sebagai laba atau rugi kotor dengan non-anggota.

27.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

70 Dalam hal koperasi memiliki kelebihan kapasitas setelah pelayanan kepada anggota, koperasi dapat memanfaatkan kelebihan kapasitas tersebut kepada non-anggota. Dalam hal ini, berarti koperasi memasuki pasar bebas dan kedudukan koperasi adalah sama seperti badan usaha lain. Koperasi boleh menggunakan motivasi mencari laba sebesar-besarnya sejauh pelanggan adalah pasar bebas. 71 Oleh karena laporan keuangan koperasi harus dapat mencerminkan tujuan koperasi, maka perhitungan hasil usaha harus menonjolkan secara jelas kegiatan usaha koperasi dengan anggotanya, karena itu pendapatan dari anggota disajikan terpisah dari pendapatan yang berasal dari transaksi non-anggota. Penyajian ini lebih mencerminkan bahwa usaha koperasi lebih mementingkan transaksi atau pelayanan kepada anggotanya daripada non-anggota.

Beban usaha dan beban-beban perkoperasian harus 72 disajikan terpisah dalam laporan perhitungan hasil usaha.
73 Dalam meningkatkan kesejahteraan anggota, koperasi tidak hanya berfungsi menjalankan usaha-usaha bisnis yang memberikan manfaatkan atau keuntungan ekonomi kepada anggota, tetapi juga harus menjalankan fungsi lain untuk meningkatkan kemampuan sumber daya anggota, baik secara khusus maupun sumber daya koperasi secara nasional. Kegiatan ini tidak dilakukan oleh badan usaha lain. Beban-beban yang dikeluarkan untuk kegiatan ini disebut dengan beban perkoperasian. Termasuk dalam beban ini antara lain adalah beban pelatihan anggota, beban pengembangan usaha anggota, dan beban iuran untuk gerakan koperasi (Dewan Koperasi Indonesia). LAPORAN KEUANGAN KOPERASI

74 Laporan keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Neraca 75 Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.13

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Perhitungan

Hasil

Usaha

(PHU)

76 Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota. 77 Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota. Laporan Arus Kas 78 Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas dan saldo akhir kas pada periode tertentu. Laporan Promosi Ekonomi Anggota

79 Dalam hal sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi, maka manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dari pembagian sisa hasil usaha pada akhir tahun buku dapat dicatat sebesar taksiran jumlah sisa hasil usaha yang akan dibagi untuk anggota.
80 Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan tersebut mencakup empat unsur, yaitu: a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama. b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama. c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi. d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha. 81 Manfaat tersebut mencakup manfaat yang diperoleh selama tahun berjalan dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan manfaat yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian

27.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

sisa hasil usaha tahun berjalan. Laporan promosi ekonomi anggota ini disesuaikan dengan jenis koperasi dan usaha yang dijalankannya. 82 Sisa hasil usaha tahun berjalan harus dibagi sesuai dengan ketentuan anggaran dan anggaran rumah tangga koperasi. Bagian sisa hasil usaha untuk anggota merupakan manfaat ekonomi yang diterima anggota pada akhir tahun buku. Dalam hal pembagian sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi karena tidak diatur secara tegas pembagiannya dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga dan harus menunggu keputusan rapat anggota, maka manfaat ekonomi yang diterima dari pembagian sisa hasil usaha dapat dicatat atas dasar taksiran jumlah bagian sisa hasil usaha yang akan diterima oleh anggota. Catatan atas Laporan Keuangan

83 Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan (disclosures) yang memuat: a. Perlakuan akuntansi antara lain mengenai: 1) Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota 2) Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian persediaan, piutang dan sebagainya. 3) Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan nonanggota Pengungkapan informasi lain antara lain: 1) Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun dalam praktek, atau yang telah dicapai oleh koperasi. 2) Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan perkoperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota dan penciptaan lapangan usaha baru untuk anggota. 3) Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dan transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota. 4) Pengklasifikasian piutang dan hutang yang timbul dari

b.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.15

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

5) 6) 7) 8) 9) 10)

transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota. Pembatasan penggunaan dan risiko atas aktiva tetap yang diperoleh atas dasar hibah atau sumbangan. Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi. Aktiva yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham dari perusahaan swasta. Pembagian sisa hasil usaha dan penggunaan cadangan. Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan. Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan. BERLAKU EFEKTIF

TANGGAL

84 Pernyataan ini mulai berlaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1999.

27.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

LAMPIRAN Lampiran ini hanya ilustrasi dan bukan bagian dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ini. Tujuan lampiran ini adalah mengilustrasikan penerapan Pernyataan ini dalam rangka membantu memahami artinya. Urutan penyajian dan deskripsi, bila perlu, dapat diubah sesuai dengan kondisi masing-masing koperasi agar tercapai penyajian laporan keuangan secara wajar.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.17

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT NERACA 31 Desember 19X1 dan 19X0 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Bank Investasi Jangka Pendek Piutang Usaha Piutang Pinjaman Anggota Piutang Pinjaman NonAnggota Piutang Lain-lain Peny. Piutang Tak Tertagih Persediaan Pendapatan Akan Diterima Jumlah Aktiva Lancar 19X1 Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx (xxxxx) xxxxx xxxxx Rp xxxxx 19X0 Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx (xxxxx) xxxxx xxxxx Rp xxxxx KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Hutang Bank Rp xxxxx Hutang Jangka Panjang lainnya xxxxx Jumlah Kewajiban Jangka Panjang Rp xxxxx EKUITAS Simpanan Wajib Simpanan Pokok Modal Penyetaraan Partisipasi Anggota Modal Penyertaan Modal Sumbangan Cadangan SHU Belum Dibagi Jumlah Ekuitas KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Hutang Usaha Hutang Bank Hutang Pajak Hutang Simpanan Anggota Hutang Dana Bagian SHU Hutang Jangka Panjang Akan Jatuh Tempo Biaya Harus Dibayar Jml. Kwj. Jangka Pendek 19X1 Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx Rp xxxxx 19X0 Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx Rp xxxxx

INVESTASI JANGKA PANJANG Penyertaan Pada Koperasi Rp xxxxx Penyertaan Pada Non- Kop. xxxxx Jumlah Investasi Jangka Panjang Rp xxxxx AKTIVA TETAP Tanah/Hak atas Tanah Bangunan Mesin Iventaris Akumulasi Penyusutan Jumlah Aktiva Tetap AKTIVA LAIN-LAIN Ak. Tetap Dalam Konstruksi Beban Ditangguhkan Jumlah Aktiva Lain-lain JUMLAH AKTIVA

Rp xxxxx xxxxx Rp xxxxx

Rp xxxxx xxxxx Rp xxxxx

Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx

Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx (xxxxx) Rp xxxxx

Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx Rp xxxxx

Rp xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx xxxxx Rp xxxxx

Rp xxxxx xxxxx Rp xxxxx Rp xxxxx

Rp xxxxx xxxxx Rp xxxxx Rp xxxxx

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Rp xxxxx

Rp xxxxx

27.18

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT PERHITUNGAN HASIL USAHA Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 19X1 dan 19X0

PARTISIPASI ANGGOTA Partisipasi Bruto Anggota Beban Pokok Partisipasi Neto Anggota PENDAPATAN DARI NON-ANGGOTA Penjualan Harga Pokok Laba(Rugi) Kotor Dengan Non-Anggota Sisa Hasil Usaha Kotor BEBAN OPERASI: Beban Usaha Sisa Hasil Usaha Koperasi Beban Perkoperasian Sisa Hasil Usaha Setelah Beban Perkoperasian Pendapatan dan Beban Lain-lain Sisa Hasil Usaha Sebelum Pos-pos Luar Biasa Pendapatan Dan Beban Luar Biasa Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak Pajak Penghasilan Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak

19X1 Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

19X0 Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

Rp Rp Rp

xxxxxx (xxxxxx) xxxxxx xxxxxx

Rp Rp Rp

xxxxxx (xxxxxx) xxxxxx xxxxxx

(xxxxxx) Rp Rp Rp Rp Rp xxxxxx (xxxxxx) xxxxxx xxxxxx xxxxxx xxxxxx xxxxxx (xxxxxx) xxxxxx Rp Rp Rp Rp Rp

(xxxxxx) xxxxxx (xxxxxx) xxxxxx xxxxxx xxxxxx xxxxxx xxxxxx (xxxxxx) xxxxxx

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.19

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT LAPORAN PROMOSI EKONOMI ANGGOTA Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 19X1 dan 19X0 (Koperasi Konsumen) 19X1 PROMOSI EKONOMI SELAMA TAHUN BERJALAN MANFAAT EKONOMI DARI PEMASARAN PRODUK ANGGOTA: - Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Koperasi - Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Pasar Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Pemasaran Produk Anggota 19X0

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

MANFAAT EKONOMI DARI PENGADAAN BARANG UNTUK ANGGOTA: - Pengadaan Barang Atas Dasar Harga Pasar Rp xxxxxx - Pengadaan Barang Atas Dasar Harga Koperasi (xxxxxx) Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Pengadaan Barang Untuk Anggota Rp xxxxxx MANFAAT EKONOMI DARI SIMPAN PINJAM LEWAT KOPERASI: - Penghematan Beban Pinjaman Anggota - Kelebihan Balas Jasa Simpanan Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Dari Transaksi Penyediaan Jasa Untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota Selama Tahun Berjalan PROMOSI EKONOMI PADA AKHIR TAHUN Pembagian Sisa Hasil Usaha Tahun Berjalan Untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

Rp xxxxxx

Rp xxxxxx

Rp xxxxxx Rp xxxxxx

Rp xxxxxx Rp xxxxxx

27.20

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERKOPERASIAN

PSAK N O . 27 (R EVISI 1998)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

KOPERASI PEMBANGUNAN RAKYAT LAPORAN PROMOSI EKONOMI ANGGOTA Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 19X1 dan 19X0 (Koperasi Produsen) 19X1 PROMOSI EKONOMI SELAMA TAHUN BERJALAN MANFAAT EKONOMI DARI PEMASARAN PRODUK ANGGOTA: - Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Pasar - Pemasaran Produk Anggota Atas Dasar Harga Koperasi Jumlah Promosi Ekonomi Dari Transaksi Pemasaran Produk Anggota 19X0

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

MANFAAT EKONOMI DARI PENGADAAN BARANG UNTUK ANGGOTA: - Pengadaan Barang Atas Dasar Harga Pasar Rp xxxxxx - Pengadaan Barang Atas Dasar Harga Koperasi (xxxxxx) Jumlah Promosi Ekonomi Dari Transaksi Pengadaan Barang Untuk Anggota Rp xxxxxx MANFAAT EKONOMI DARI PENYEDIAAN JASA UNTUK ANGGOTA: - Penyediaan Jasa Atas Dasar Harga Pasar - Penyediaan Jasa Atas Dasar Harga Koperasi Jumlah Promosi Ekonomi dari Transaksi Penyediaan Jasa Untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota Selama Tahun Berjalan PROMOSI EKONOMI PADA AKHIR TAHUN Pembagian Sisa Hasil Usaha Tahun Berjalan Untuk Anggota Jumlah Promosi Ekonomi Anggota

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

Rp xxxxxx (xxxxxx) Rp xxxxxx

Rp xxxxxx

Rp xxxxxx

Rp xxxxxx Rp xxxxxx

Rp xxxxxx Rp xxxxxx

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

27.21

PSAK no 28

Page 1 of 25

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN

Dalam rangka pengembangan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK), maka Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia No. 4 tentang Standar Khusus Akuntansi untuk Asuransi Kerugian telah disesuaikan seperlunya, sehingga menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 30 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian, yang telah disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1 994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

SAMBUTAN KETUA IKATAN AKUNTAN INDONESIA Standar Khusus Akuntansi untuk Asuransi Kerugian merupakan standar akuntansi kedua yang khusus mengatur jenis badan usaha tertentu setelah dikeluarkannya Standar Khusus Akuntansi untuk Koperasi. Standar Khusus ini disusun atas dasar kerja sama antara Ikatan Akuntan Indonesia dan PT. Asuransi Jasa Indonesia. Standar ini diharapkan dapat turut menunjang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28
pertumbuhan industri asuransi secara keseluruhan.

Page 2 of 25

Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan penghargaan kepada Tim Penyusun Standar Khusus Akuntansi untuk Asuransi Kerugian dan Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang telah berjerihpayah menyusun Standar ini. Akhirnya, kepada PT Asuransi Jasa Indonesia, kami menghaturkan terima kasih atas kerja sama yang telah dijalin. Kiranya kerja sama seperti ini akan dapat terus berlanjut untuk pengembangan akuntansi dan industri asuransi di Indonesia. Jakarta, 18 Agustus 1990 Ikatan Akuntan Indonesia Subekti Ismaun Ketua

SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA PT ASURANSI JASA INDONESIA Asuransi sebagai suatu sistem proteksi atas risiko yang dihadapi masyarakat dari kerugian yang bersifat finansial, membutuhkan profesionalisme dari perusahaan asuransi yang mengelolanya. Yaitu dengan menjaga kondisi keuangannya sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepercayaan yang tinggi kepada masyarakat. Keadaan keuangan tersebut hanya dapat diketahui dari ikhtisar/ laporan keuangan yang didasarkan pada suatu prinsip akuntansi serta standar akuntansi asuransi yang berlaku umum. Peranan asuransi dalam pembangunan nasional tidak hanya dapat dilihat dari jumlah dana yang dapat di"himpun" dari masyarakat, tetapi juga dari banyaknya pembayaran klaim yang dilakukan oleh perusahaan asuransi. Antara lain seperti penggantian kerugian Satelit Palapa B -2, Kapal Tampomas, Pesawat Terbang Garuda, Pabrik Pupuk Kaltim dan sebagainya. Untuk dapat mengelola risiko-risiko besar dengan baik, industri asuransi harus memperlihatkan kemampuan keuangan yang baik dan wajar. Industri Asuransi Indonesia dalam tahun 1983 sampai dengan 1985 mengalami kesulitan karena antara lain: - Menderita kerugian yang cukup besar karena hasil underwriting tidak memadai bahkan minus. - Stabilitas keuangan perusahaan asuransi tidak terjamin. - Di dalam pasar reasuransi internasional tidak mempunyai reputasi yang cukup baik. Untuk meningkatkan reputasi industri asuransi Indonesia, diperlukan: - Peningkatan mutu produk dan pasar - Adanya accounting standard yang berlaku di dalam industri asuransi .

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 3 of 25

Perusahaan asuransi di Indonesia relatif mengalami kelambatan dalam perkembangan permodalan. Hal ini disebabkan berbagai keadaan yang belum memadai untuk memungkinkan pengembangan permodalan tersebut. Dengan adanya suatu Accounting Standard maka perhitungan hasil usaha menjadi lebih jelas, sehingga Neraca secara fiskal mendapkan manfaat dan perusahaan asuransi dapat berkembang secara sehat serta sempurna. Secara umum dapat dikatakan bahwa adanya suatu accounting standard akan memberikan value added bagi industri asuransi dan masyarakat yang akan memberikan dampak positip terhadap pembangunan nasional. Menyadari hal-hal tersebut, PT. Asuransi Jasa Indonesia telah berpartisipasi menyusun suatu standar akuntansi asuransi kerugian bersama -sama dengan suatu Tim Penyusun dan penyempurnaan yang mendapat pengarahan dari Komite Prinsip Akuntansi Indonesia. Diharapkan Standar Akuntansi Asuransi Kerugian tersebut yang telah disusun dalam bentuk buku dapat merupakan kontribusi PT Asuransi Jasa Indonesia terhadap perkembangan akuntansi dan industri asuransi di Indonesia. Jakarta, Agustus 1990 PT ASURANSI JASA INDONESIA Drs. Iwa Sewaka Direktur Utama

KATA PENGANTAR Disadari bahwa peranan asuransi dalam masyarakat Indonesia dewasa ini semakin besar. Hal ini terlihat antara lain dari pertumbuhan industri asuransi yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Melihat pada kenyataan tersebut dan mengingat fungsi perusahaan asuransi adalah memberikan perlindungan atas resiko yang dihadapi masyarakat dari kerugian yang bersifat finansial, maka kebutuhan akan adanya suatu standar khusus akuntansi bagi perusahaan asuransi dirasakan semakin diperlukan, agar perusahaan asuransi dapat secara mantap menyajikan laporan keuangan. Sebagaimana diketahui bahwa laporan keuangan diperlukan selain sebagai alat pertanggungjawaban juga sebagai sumber informasi untuk bahan pengambilan keputusan berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan asuransi. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang berlaku saat ini belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan industri. Menyadari hal tersebut pada tahun 1987 yang lalu telah terbentuk suatu tim yang disponsori oleh PT. Asuransi Jasa Indonesia dengan tugas menyusun konsep Standar Akuntansi Asuransi Kerugian. Tim penyusun terdiri dari: Ketua: Drs. Hadori Junus

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 4 of 25

Anggota: Drs. Amiruddin Riayat Drs. Amir Abadi Jusuf, M. Acc. Drs. Bambang Heryanto Drs. Brata Antakusuma Drs. Cut Saskia Amitra Sekretaris: Drs. Sutarman, MBA Konsep Standar Akuntansi Asuransi Kerugian yang telah disusun oleh Tim kemudian diserahkan secara resmi kepada Pengurus Pusat IAI untuk diproses lebih lanjut. Setelah diadakan rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia dengan Tim Penyusun dibentuk Tim Penyempurnaan Konsep Standar Khusus Akuntansi Asuransi Kerugian yang terdiri dari Ketua Komite Prinsip Akuntansi Indonesia sebagai pengarah, Tim Penyusun dan bebarapa anggota baru, yang terdiri dari: Ketua : Drs. Hadori Junus Wakil Ketua : Drs. Amiruddin Riayat Sekretaris : Drs. Nenden Soekanto Wakil Sekretaris: Dra. Cut Saskia Amitra Anggota : Drs. Amir Abadi Jusuf, M. Acc. Drs. Bambang Heryanto Drs. Ackmal Husin Drs. Soeprijono Setelah melalui berbagai tahapan pembahasan dan penyempurnaan konsep berdasarkan masukanmasukan dari berbagai pihak yang diperoleh melalui dengar pendapat Iyang diadakan pada tanggal 30 November 1989), maka dalam rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia tanggal 1 Februari 1990 telah disetujui Prinsip Akuntansi Indonesia - Pernyataan No. 4 berjudul Standar Khusus Akuntansi untuk Asuransi Kerugian, dan selanjutnya disahkan dalam rapat Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 4 Agustus 1 990. Dengan dikeluarkannya Pernyataan ini diharapkan profesionalisme dunia usaha asuransi di Indonesia. Jakarta, 4 Agustus 1990 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Prinsip Akuntansi Indonesia - Pernyataan No. 4 berjudul STANDAR KHUSUS AKUNTANSI UNTUK ASURANSI KERUGIAN telah disetujui dalam rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 1 Februari 1990 dan telah disahkan oleh rapat Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 4 Agustus 1990. Jakarta, 4 Agustus 1990 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia dapat mendorong perkembangan dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 5 of 25

Hans Kartikahadi Ketua Jusuf Halim Sekretaris Hein G. Surjaatmadja Anggota Katjep K. Abdoelkadir Anggota Wahjudi Prakarsa Anggota Sunaria Tadjudin Anggota M. Ashadi Anggota IPG Ary Suta Anggota Bambang Heryanto Anggota

DAFTAR ISI halaman SAMBUTAN KETUA IKATAN AKUNTAN INDONESIA SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA PT ASURANSI JASA INDONESIA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Karakteristik Akuntansi Asuransi Ruang Lingkup dan Penerapan BAB II LAPORAN KEUANGAN A. Struktur Laporan B. Neraca C. Laporan Laba Rugi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 6 of 25

D. Pengungkapan E. Informasi Tambahan BAB III PENDAPATAN DAN BIAYA A. Pendapatan B. Beban BAB IV AKTIVA A. Investasi B. Piutang BAB V KEWAJIBAN BAB Vl TANGGAL BERLAKU LAMPIRAN A. Daftar Istilah B. Contoh Bentuk Laporan Keuangan 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi C. Analisa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN Karakteristik Akuntansi Asuransi 01 Asuransi kerugian pada hakekatnya adalah suatu sistem proteksi menghadapi risiko kerugian finansial, dengan cara pengalihan (transfer) risiko kepada pihak lain, baik secara perorangan maupun secara kelompok dalam masyarakat. Digolongkan ke dalam asuransi kerugian antara lain Asuransi Kebakaran, Asuransi Pengangkutan, Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Rangka Kapal Laut, Asuransi Rangka Kapal Udara, Asuransi Rekayasa (Engineering) dan Asuransi Aneka seperti asuransi kecelakaan diri, asuransi pengiriman dan penyimpanan surat berharga, dan lain-lain. 02 Usaha asuransi kerugian mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda dengan jenis usaha di bidang jasa pada umumnya Karena usaha asuransi mengambil alih berbagai risiko dari pihak lain

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 7 of 25

sehingga perusahaan asuransi menjadi padat risiko apabila tidak dikelola dengan baik. Di samping itu perusahaan asuransi juga padat informasi dengan berbagai informasi yang harus diolah untuk pengambilan keputusan underwriting, keuangan dan lain-lain. Dasar usaha asuransi adalah kepercayaan masyarakat, terutama dalam hal kemampuan keuangan (bonafiditas) perusahaan untuk memenuhi kewajiban klaim dan kewajiban lain-lain tepat pada waktunya. Untuk itu usaha asuransi harus dikelola secara profesional, baik dalam pengelolaan risiko maupun dalam pengelolaan keuangan. 03 Beberapa karakteristik dari akuntansi perusahaan asuransi kerugian antara lain: Pertanggungjawaban perusahaan asuransi yang besar kepada para tertanggung mempengaruhi penyajian laporan keuangan khususnya neraca. - Penentuan beban tidak dapat sepenuhnya dihubungkan dengan pendapatan premi, karena timbulnya beban klaim tidak selalu bersamaan dengan pengakuan pendapatan premix. - Laporan laba rugi sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya: estimasi mengenai besarnya premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium income) dan estimasi mengenai besarnya klaim yang menjadi beban pada periode berjalan (estimasi klaim tanggungan sendiri). - Perusahaan asuransi harus memenuhi ketentuan pemerintah dalam hal batas tingkat solvabilitas (solvency margin). 04 Kemajuan pesat industri asuransi di Indonesia sampai saat ini belum diimbangi dengan kemampuan dalam bidang akuntansinya, hal ini ditandai dengan belum adanya keseragaman dalam peristilahan dan pelaksanaan. Sehubungan dengan berbagai hal tersebut di atas dipandang perlu adanya suatu Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Asuransi yang berlaku umum khususnya di dalam usaha asuransi kerugian. 05 Di dalam prakteknya, perusahaan-perusahaan asuransi banyak dipengaruhi oleh peraturanperaturan atau ketentuan-ketentuan pemerintah yang kadang-kadang berbeda dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Ketentuan-ketentuan tersebut dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka perlindungan yang lebih luas dan menyeluruh bagi kepentingan tertanggung dan masyarakat pada umumnya. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Asuransi Kerugian ini dimaksudkan untuk menjembatani antara standar akuntansi keuangan lainnya dengan praktek akuntansi asuransi. Ruang Lingkup dan Penerapan 06 Pernyataan ini berpedoman pada Asumsi Dasar sebagaimana dicantumkan pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Di samping itu standar ini disesuaikan pula dengan sifat dan karakteristik usaha asuransi yang tercermin di dalam peraturan- peraturan/perundangan yang berlaku dalam bidang asuransi kerugian. 07 Pernyataan ini dimaksudkan untuk digunakan dalam penyajian laporan keuangan untuk pihak ekstern. Dalam hal ini dianggap bahwa semua pemakai laporan keuangan memerlukan pengklasifikasian dan pengukuran yang sama dalam pelaporan hasil-hasil keuangan perusahaan. 08 Pemerintah sebagai pengawas dan pembina industri asuransi memerlukan informasi keuangan yang didasari serangkaian praktek akuntansi asuransi yang menekankan pada segi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. 09 Pembahasan pada Pernyataan ini meliputi laporan keuangan, pengungkapan dan penjelasan yang diperlukan, pendapatan dan beban, aktiva serta kewajiban.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 8 of 25

BAB II LAPORAN KEUANGAN A Struktur Laporan 01 Laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian disusun menurut Pernyataan ini, disesuaikan dengan praktek akuntansi berdasarkan peraturan/perundangan yang berlaku, dalam rangka memenuhi kepentingan berbagai pihak. Berikut ini uraian mengenai neraca, laporan laba rugi dan pengungkapan. B. Neraca 02 Komponen-komponen neraca dikelompokkan menjadi dua bagian yakni: kelompok aktiva serta kelompok kewajiban dan ekuitas. Kelompok aktiva digolongkan menjadi: - Investasi - Kas dan Bank - Piutang Premi - Piutang Reasuransi - Piutang Lainnya - Tanah/Hak atas Tanah, Bangunan dan lain-lain - Aktiva Lain-lain Kelompok kewajiban dan ekuitas digolongkan menjadi: Kewajiban: - Hutang Klaim - Hutang Reasuransi - Hutang Komisi - Hutang Pajak - Hutang lain-lain - Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Premi Belum Merupakan Pendapatan Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri Hutang Jangka Panjang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 9 of 25

Ekuitas: - Modal Disetor - Saldo Laba 03 Dalam penyajian akun-akun neraca dipergunakan pendekatan unclassified balance sheet (tidak dirinci atas kelompok lancar dan tidak lancar). Cara penyajian ini merupakan kelaziman dalam bidang usaha asuransi kerugian. C. Laporan Laba Rugi 04 Komponen-komponen pada laporan laba rugi perusahaan asuransi kerugian diperinci sebagai berikut: a. Pendapatan underwriting; komponen perhitungannya terdiri dari: - Premi Bruto - Dikurangi: Premi Reasuransi - Dikurangi/Ditambah: Kenaikan/Penurunan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan b. Beban Underwriting terdiri dari: - Komisi Tanggungan Sendiri - Klaim Tanggungan Sendiri - Kenaikan/Penurunan Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri - Beban Underwriting Rupa- rupa c. Pendapatan Investasi d. Pendapatan dan Beban Non Underwriting 05 Cara penyajian laporan laba rugi adalah sebagai berikut: a. Harus memuat secara terperinci pendapatan/beban non underwriting. unsur-unsur pendapatan/beban underwriting,

b. Harus dipisahkan antara hasil dari bidang usaha asuransi, hasil investasi dan hasil-hasil lain. 06 Laporan laba rugi disusun dalam bentuk urutan ke bawah dengan susunan sebagai berikut: - Pendapatan Underwriting - Beban Underwriting - Pendapatan Investasi - Pendapatan/Beban Non Underwriting D. Pengungkapan 07 Kebijakan akuntansi yang penting (yang dianut perusahaan), harus disajikan tersendiri sebelum catatan atas laporan keuangan atau sebagai bagian dari catatan atas laporan keuangan. Laporan tersebut memuat penjelasan mengenai kebijakan-kebijakan akuntansi yang mempengaruhi posisi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 10 of 25

keuangan dan hasil usaha perusahaan asuransi. Hal-hal khusus mengenai asuransi kerugian yang perlu diungkapkan dinyatakan di bawah ini. Pengungkapan Akun-akun Neraca 08 Pengungkapan mengenai Investasi: - Deskripsi mengenai jenis-jenis investasi, persentase pemilikan, dan penjelasan penting lainnya - Metode penilaian atas setiap jenis investasi yang ada 09 Pengungkapan Piutang: - Deskripsi mengenai piutang langsung dan tidak langsung - Deskripsi mengenai umur piutang, diperkenankan dan tidak diperkenankan sehubungan dengan ketentuan atas aktiva yang

10 Pengungkapan Aktiva yang Tidak Diperkenankan - Deskripsi mengenai aktiva yang tidak diperkenankan untuk perhitungan batas tingkat solvabilitas (solvency margin), sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku. 11 Pengungkapan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan dan Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri antara lain: - Dasar penetapannya - Komponen perhitungan estimasi klaim tanggungan sendiri, seperti: incurred-but-not-reported (IBNR) claim, estimasi atas klaim yang telah dilaporkan, cadangan bencana (catastrophe reserve). Pengungkapan Laporan Laba Rugi 12 Pengungkapan pada Laporan Laba Rugi antara lain meliputi: Perhitungan pendapatan underwriting secara terperinci sesuai dengan penggolongan yang lazim Pendapatan yang diperoleh dari pertanggungan yang jumlahnya substansial Jenis pendapatan investasi INFORMASI TAMBAHAN 14 Jika diperlukan informasi tambahan rasio keuangan, dapat diungkapkan analisa batas tingkat solvabilitas yang merupakan salah satu indikator untuk menetapkan tingkat kesehatan suatu perusahaan asuransi kerugian sesuai dengan peraturan/perundangan yang berlaku.

BAB III

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 11 of 25

PENDAPATAN DAN BEBAN A. Pendapatan Pendapatan Underwriting 01 Pendapatan underwriting adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas pokok perusahaan asuransi. Komponen-komponen pendapatan underwriting (premi tanggungan sendiri) terdiri dari: Premi Bruto, dikurangi: Premi Reasuransi dan dikurangi/ditambah: kenaikan/penurunan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan. Premi Bruto 02 Premi bruto adalah premi yang diperoleh dari tertanggung, agen, broker maupun dari perusahaan asuransi lain dan perusahaan reasuransi. Premi bruto yang berasal pertanggungan langsung (direct business) dinamakan premi langsung. Sedangkan premi yang berasal dari pertanggungan tidak langsung (indirect business), yaitu yang diterima dari perusahaan asuransi lain atau perusahaan reasuransi dinamakan premi tidak langsung. Premi yang diperoleh diakui sebagai pendapatan berdasarkan accrual basis yang dialokasikan secara merata selama masa pertanggungan. Pendapatan koasuransi diakui sebesar pangsa (share) premi yang akan diterima oleh perusahaan. Premi Reasuransi 03 Premi reasuransi adalah bagian dari premi bruto yang dikeluarkan atau merupakan kewajiban kepada pihak reasuradur berdasarkan treaty maupun non treaty. Premi reasuransi diakui dan dicatat pada periode yang sama dengan periode pengakuan pendapatan premi yang bersangkutan. Premi reasuransi dalam laporan laba rugi dikurangkan langsung dari premi bruto. Kenaikan/Penurunan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan (Unearned Premium) 04 Premi yang belum merupakan pendapatan diakui pada tanggal neraca. Kenaikan/penurunan premi yang belum merupakan pendapatan adalah selisih dari premi yang belum merupakan pendapatan periode berjalan dan periode lalu. Perhitungan dari premi yang belum merupakan pendapatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: a. Dihitung secara agregatif tanpa memperhatikan tanggal penutupannya. Besarnya dihitung berdasarkan persentase (%) tertentu dari jumlah premi tanggungan sendiri, tiap jenis pertanggungan/asuransi. b. Dihitung secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan pendapatan ditetapkan secara prorata untuk tiap tahun yang bersangkutan .

B. Beban Beban Underwriting 05 Beban underwriting adalah beban yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi untuk mendapatkan, memelihara dan menyelesaikan kerugian suatu pertanggungan. Komponenkomponen beban underwriting terdiri dari:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 12 of 25

Komisi tanggungan sendiri Klaim tanggungan sendiri Kenaikan/penurunan estimasi klaim tanggungan sendiri Beban underwriting rupa-rupa Komisi 06 Komisi adalah bagian dari premi bruto yang menjadi hak agen/broker atau perusahaan asuransi lain sehubungan dengan jasa yang diberikannya dalam penutupan pertanggungan, baik langsung maupun tidak langsung. Komisi tanggungan sendiri adalah selisih komisi yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan penutupan pertanggungan dengan komisi yang diterima dari reasuradur. Discount yang diberikan kepada tertanggung sehubungan dengan pertanggungan langsung diperlakukan sama dengan komisi. Komisi/discount diakui dan dicatat sekaligus pada saat timbulnya kewajiban/beban tersebut, tanpa memperhatikan jangka waktu pertanggungan. Klaim 07 Klaim adalah ganti rugi yang dibayarkan atau yang menjadi kewajiban kepada tertanggung atau perusahaan asuransi (ceding company) sehubungan dengan telah terjadinya kerugian. Bagian klaim yang diterima dari reasuradur merupakan salah satu bentuk "pemulihan klaim" (claim recovery). Beban klaim diakui dan dicatat bersamaan dengan timbulnya kewajiban kepada tertanggung/perusahaan asuransi (ceding company) yaitu pada periode tercapainya persetujuan ganti rugi kepada tertanggung. 08 Beban klaim lainnya (survei klaim dan lain-lain) diakui dan dicatat pada saat dikeluarkannya beban tersebut dan diperlakukan sebagai bagian dari beban klaim. Dalam hal ganti rugi belum dapat ditentukan secara definitif, maka pengakuan beban klaim adalah sebesar kewajiban yang diperkirakan (estimasi) dan dibukukan sebagai estimasi klaim tanggungan sendiri. Beban survei klaim dan lain-lain serta penggantian klaim dari hak subrogasi diakui dan dilaporkan sebagai penambah atau pengurang klaim. Klaim tanggungan sendiri adalah selisih antara klaim yang dibayarkan dengan klaim yang diterima perusahaan asuransi dari reasuradur. Pemulihan (Recovery) Klaim 09 Pemulihan (recovery) klaim setelah dikurangi beban pemulihan dan bagian reasuradur/retrosesioner diakui dan dicatat sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi. Barang-barang eks klaim (scraps) diakui dan dibukukan pada saat realisasi penjualannya. Kenaikan/Penurunan Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri 10 Estimasi klaim tanggungan sendiri diakui dan dicatat sekaligus pada akhir tahun sebesar jumlah taksiran ganti rugi yang belum diselesaikan. Dalam pengertian ganti rugi yang belum diselesaikan termasuk klaim-klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (Incurred-But-Not-Reported/lBNR). Saat membukukan estimasi klaim tanggungan sendiri yang baru, bersamaan dengan pencairan kembali estimasi klaim tanggungan sendiri yang lalu. Antara jumlah estimasi klaim tanggungan sendiri yang dibentuk baru dan yang dicairkan terdapat selisih yang disebut kenaikan/ penurunan estimasi klaim tanggungan sendiri. Jumlah kenaikan kewajiban teknis tersebut merupakan beban laba/rugi tahun berjalan. Beban Underwriting Rupa-rupa

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 13 of 25

11 Beban underwriting rupa-rupa diakui langsung pada saat timbulnya beban-beban yang bersangkutan setelah dikurangi dengan hasil yang diperoleh sehubungan dengan beban tersebut, yang diakui pada saat diperolehnya hasil tersebut. Penentuan Beban Dihubungkan Dengan Pendapatan Premi 12 Istilah beban dapat dinyatakan sebagai pengeluaran yang secara langsung atau tidak langsung di dalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu periode, atau yang sudah tidak memberikan manfaat keekonomian untuk masa berikutnya. Yang dimaksud dengan beban adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa. Untuk penetapan laba periodik yang wajar, seyogyanya dilakukan pisah batas yang layak atas beban pada awal dan akhir periode yang bersangkutan. Secara umum beban dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Beban underwriting Beban yang dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan usaha asuransi. Beban yang termasuk dalam kelompok ini harus dilaporkan dalam periode diakuinya pendapatan, yaitu: komisi, klaim, kenaikan/penurunan estimasi klaim tanggungan sendiri dan beban underwriting rupa-rupa. b. Beban Non Underwriting Beban non underwriting yakni beban yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pendapatan usaha asuransi. Pengakuan beban non underwriting adalah pada periode terjadinya mengingat beban tersebut memberikan manfaat pada periode berjalan atau karena beban tersebut sudah tidak memberikan manfaat untuk masa-masa mendatang. Termasuk dalam kelompok ini adalah beban yang timbul dari alokasi beban secara sistematis sepanjang periode yang memperoleh manfaat, seperti beban penyusutan hak atas tanah, bangunan dan peralatan, amortisasi aktiva tak berwujud, dan sebagainya, kecuali terhadap aktiva yang dipergunakan secara langsung dalam operasi.

BAB IV AKTIVA 01 Perlakuan akun-akun aktiva pada perusahaan asuransi kerugian mengacu pada standar akuntansi keuangan yang berlaku. A. Investasi 02 Lazimnya dalam bidang usaha asuransi kerugian, investasi (penyertaan) merupakan salah satu kegiatan pengelolaan keuangan yang utama di luar usaha asuransi. Dengan demikian, akun ini disajikan pada urutan pertama pada aktiva, namun demikian bukanlah merupakan suatu keharusan. Investasi ditujukan antara lain untuk: - memperoleh keuntungan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 14 of 25

- menjamin solvabilitas perusahaan - menunjang kegiatan operasional asuransi Investasi dapat merupakan investasi jangka pendek maupun jangka panjang B. piutang 03 Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang underwriting dan piutang non underwriting (piutang lain-lain). Piutang underwriting terdiri dari piutang premi dan piutang reasuransi. Piutang Underwriting a. Piutang Premi Piutang premi meliputi, tagihan premi kepada tertanggung/agen/ broker, dan perusahaan asuransi (ceding company) sebagai akibat adanya transaksi asuransi. Piutang dicatat sebesar jumlah nominalnya dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima (piutang ragu-ragu). Dalam hal perusahaan memberikan discount premi kepada tertanggung, maka discount tersebut langsung dikurangkan dari piutang preminya. b. Piutang Reasuransi Piutang reasuransi timbul dari kompensasi hutang-piutang kepada reasuradur sehubungan dengan kewajiban membayar premi reasuransi setelah dikurangi komisi dan klaim reasuransi. Dalam hal terdapat uang muka pembayaran klaim dari/ke pihak reasuradur (cash loss), maka jumlah tersebut langsung dikurangkan /ditambahkan pada piutang reasuransi. Saldo kredit piutang reasuransi harus disajikan dalam kelompok hutang sebagai hutang reasuransi . Piutang Non Underwriting 04 Piutang non underwriting (piutang lain-lain) adalah piutang yang timbul di luar transaksi operasi asuransi seperti piutang pegawai, piutang bunga dan lainnya. BAB V KEWAJIBAN 01 Perlakuan akun-akun kewajiban pada perusahaan asuransi kerugian mengacu pada standar akuntansi keuangan yang berlaku. Hutang Klaim 02 Hutang klaim adalah hutang yang timbul sehubungan dengan adanya persetujuan atas klaim yang diajukan oleh tertanggung/perusahaan asuransi (ceding company) yang belum dibayar oleh perusahaan. Hutang klaim diakui dan dicatat pada saat klaim disetujui untuk dibayar (claim settled). Dalam hal perusahaan membayar uang muka klaim langsung dikompensasikan dengan hutang klaim yang bersangkutan. Hutang Reasuransi 03 Hutang reasuransi adalah hutang kepada reasuradur yang timbul sehubungan dengan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 15 of 25

kewajiban membayar premi reasuransi setelah dikurangi dengan komisi reasuransi dan klaim reasuransi. Saldo debet hutang reasuransi harus disajikan pada kelompok aktiva sebagai piutang reasuransi. Hutang Komisi 04 Hutang komisi adalah hutang yang timbul sehubungan dengan terjadinya penutupan asuransi. Hutang komisi yang disajikan dalam neraca adalah hutang komisi yang merupakan kewajiban kepada agen dan broker. Premi yang Belum Merupakan Pendapatan (Unearned premium) 05 Premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium), diakui dan dicatat pada tanggal neraca yang besarnya ditetapkan berdasarkan estimasi sesuai dengan metode yang digunakan. Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri 06 Estimasi klaim tanggungan sendiri diakui dan dicatat pada tanggal neraca yang besarnya berdasarkan estimasi jumlah kerugian yang menjadi kewajiban perusahaan.

BAB Vl TANGGAL EFEKTIF Pernyataan ini berlaku efektif mulai tahun buku yang berakhir tanggal 31 Desember 1991. Namun demikian penerapan lebih dini dianjurkan. LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH Lampiran ini berisi penjelasan istilah-istilah yang dipergunakan dalam Pernyataan ini. AGGREGATE BASIS Metode perhitungan cadangan premi berdasarkan persentase tertentu dari jumlah premi tanggungan sendiri secara keseluruhan untuk tiap jenis pertanggungan. AKTIVA YANG DIPERKENANKAN/TIDAK DIPERKENANKAN (ADMITTED/NON ADMITTED ASSETS) Aktiva yang diperkenankan/tidak diperkenankan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku untuk perhitungan batas tingkat solvabilitas (solvency margin ratio) pada perusahaan asuransi/reasuransi. ASURANSI ANEKA Pertanggungan atas kerugian finansial dari obyek-obyek pertanggungan di luar kebakaran, pengangkutan, rangka kapal laut, rangka kapal udara, engineering dan kendaraan bermotor. Termasuk asuransi aneka antara lain asuransi kecelakaan pribadi (personal accident), asuransi pengangkutan uang (cash in transit), asuransi penyimpanan uang/surat berharga (cash in safe), asuransi kebongkaran (burglary), asuransi tanggung gugat (liability) dan asuransi-asuransi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28
lainnya. ASURANSI REKAYASA

Page 16 of 25

Pertanggungan atas kerugian finansial dari obyek-obyek pekerjaan teknik seperti pekerjaan konstruksi, penggunaan alat-alat berat, pemasangan mesin-mesin, peralatan elektronik, kerusakan mesin-mesin, gangguna usaha akibat kerusakan mesin, dan pembusukan stock {deterioration of stock) ASURANSI KEBAKARAN Pertanggungan atas kerusakan/berkurangnya secara finansial obyek yang dipertanggungkan yang disebabkan karena kebakaran, akibat kebakaran, sambaran petir, kejatuhan pesawat terbang, dan peledakan yang bukan disebabkan karena nuklir. Resiko ini dapat diperluas dengan jaminan lainnya seperti gangguan usaha akibat terjadinya kebakaran, gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir dan lain-lain. ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR Pertanggungan atas kerugian/berkurangnya nilai secara finansial atas obyek pertanggungan kendaraan bermotor yang disebabkan karena menabrak, ditabrak, dicuri, terbakar dan tergelincir. ASURANSI PENGANGKUTAN Pertanggungan atas kerugian/berkurangnya nilai finansial dari obyek pertanggungan rangka kapal baik pada saat dibangun, saat berlabuh, maupun saat berlayar. Kecelakaan tersebut antara lain, kebakaran, tabrakan, tenggelam, kandas. ASURANSI RANGKA KAPAL UDARA Pertanggungan atas kerugian/berkurangnya nilai finansial dari obyek pertanggungan (pesawat terbang/satelit) baik pada saat pembangunan, saat diparkir (on the ground), saat tinggal landas/ peluncuran maupun saat terbang (in orbit). Kecelakaan tersebut seperti ditabrak, tenggelam, tergelincir, jatuh, tidak mencapai orbit. BATAS TINGKAT SOLVABILITAS SOLVENCY MARGIN RATIO T Ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang ada dari aktiva diperkenankan dengan perhitungan sesuai dengan peraturan/perundangan yang berlaku. BEBAN MANAJEMEN Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi yang tidak berkaitan langsung dengan proses underwriting. Termasuk beban manajemen adalah beban kepegawaian, beban administrasi dan beban prasarana. BENCANA (CATASTROPHE) Adalah kerugian yang disebabkan karena bencana alam yang tidak dapat dihindarkan oleh manusia, misalnya: banjir, gempa bumi, dan badai. CEDING COMPANY yang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 17 of 25

Perusahaan asuransi yang menempatkan reasuransinya kepada reasuradur atau perusahaan asuransi lain. DEPOSITO WAJIB Merupakan deposito yang diwajibkan, sebagai salah satu persyaratan perusahaan asuransi kerugian. Deposito tersebut ditempatkan atas nama Menteri Keuangan yang besarnya ditentukan oleh peraturan/perundangan yang berlaku. PENDAPATAN UNDERWRITING Jumlah premi tanggungan sendiri setelah dikurangi beban underwriting. ESTIMASI KLAIM TANGGUNGAN SENDIRI Estimasi klaim tanggungan sendiri yang dihitung/dibentuk secara berkala pada akhir periode buku atau merupakan klaim yang dilaporkan dan telah dicatat perusahaan, tetapi belum diselesaikan (ditetapkan) ganti ruginya. PREMI YANG BELUM MERUPAKAN PENDAPATAN (UNEARNED PREMIUM) Premi yang belum merupakan pendapatan yang dihitung/dibentuk secara berkala pada akhir periode buku atau merupakan pendapatan premi yang ditangguhkan pengakuannya. KLAIM TERJADI BELUM DILAPORKAN (INCURRED-BUT-NOT-REPORTED CLAIM/IBNR) Klaim yang telah terjadi tetapi belum dilaporkan sehingga belum dapat dibukukan. KOMISI Bagian dari premi bruto yang dibayarkan atau yang diterima oleh perusahaan asuransi kerugian kepada/dari pihak ketiga (agen/ broker/ ceding company/ reasuradur) sebagai akibat diperolehnya penutupan pertanggungan asuransi/reasuransi. NON TREATY Bentuk penyebaran reasuransi yang tidak dilakukan dengan perjanjian, sehingga perusahaan asuransi (ceding company) tidak berkewajiban untuk menyebarkan risiko yang ditawarkan. Bentuk perjanjian penyebaran risiko bisa berupa fakultatif, surplus, excess of loss, quota share. PEMULIHAN KLAIM (CLAIM RECOVERY) Perolehan kembali pembayaran klaim yang bersumber dari para reasuradur/subrogasi dan penjualan barang-barang bekas klaim. PERTANGGUNGAN Pengalihan risiko kerugian yang dihadapi tertanggung kepada penanggung berdasarkan surat perjanjian yang disebut polis. PERTANGGUNGAN JANGKA PENDEK

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 18 of 25

Pertanggungan dengan jangka waktu 1 (satu) tahun atau kurang. PERTANGGUNGAN JANGKA PANJANG Pertanggungan dengan jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun. PERTANGGUNGAN LANGSUNG (DIRECT BUSINESS) Pertanggungan yang dilakukan oleh perusahaan asuransi langsung kepada tertanggung maupun melalui agen/broker dengan cara mengeluarkan polis sendiri. PERTANGGUNGAN TIDAK LANGSUNG (INDIRECT BUSINESS) Pertanggungan yang dilakukan oleh perusahaan asuransi tertanggung tetapi diperoleh melalui perusahaan asuransi lain. PRAKTEK AKUNTANSI ASURANSI Penerapan prinsip-prinsip akuntansi pada perusahaan asuransi/ reasuransi, yang disesuaikan dengan sifat dan karakteristik usaha asuransi . PREMI BRUTO Jumlah premi sesuai dengan perhitungan dalam polis (sebelum dikurangi dengan komisil discount), tidak termasuk beban meterai dan administrasi yang diperoleh melalui agen, broker, tertanggung maupun ceding company, baik berupa pertanggungan langsung maupun pertanggungan tidak langsung. PREMI REASURANSI Bagian premi bruto yang dibayarkan kepada reasuradur sebagai usaha penyebaran risiko untuk mendapatkan proteksi dari perusahaan asuransi lain. PREMI TANGGUNGAN SENDIRI (OWN-RETENTION-PREMIUM) Bagian premi bruto setelah dikurangi kenaikan/penurunan cadangan teknis premi. PRINSIP AKUNTANSI INDONESIA Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang menjadi pedoman bagi badan usaha dalam menyelenggarakan akuntansinya . REASURANSI Pertanggungan ulang atas risiko-risiko yang perusahaan reasuransi atau perusahaan lain. RISIKO Kejadian yang dapat menimbulkan kerugian finansial. dihimpun oleh perusahaan asuransi kepada premi yang dibatalkan, premi reasuransi dan secara tidak langsung kepada

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 19 of 25

TREATY Bentuk pertanggungan ulang (reasuransi) yang dilakukan dengan perjanjian khusus antara perusahaan asuransi ( ceding company) dengan reasuradur dimana setiap risiko yang diperoleh perusahaan asuransi otomatis akan dibagi kepada reasuradur sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama.

LAMPIRAN B CONTOH BENTUK LAPORAN KEUANGAN 1. NERACA PT ASURANSI 'XXX' NERACA PER 31 DESEMBER 198B DAN 198A 198B AKTIVA 198A KEWAJIBAN dan EKUITAS KEWAJIBAN Lnvestasi Kas & Bank Piutang Premi Piutang Reasuransi Piutang Lainnya Tanah/Hak atas tanah, bangunan & peralatan Akumulasi Penyusutan Aktiva Lain-lain X X X X X X X X X X X X X X X X Hutang Klaim Hutang Reasuransi Hutang Komisi Hutang Pajak Hutang Lain-lain Hutang Jk Panjang Jatuh Tempo yang X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 198B 198A

Premi yang Belum Merupakan Pendapatan Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri Hutang Jangka Panjang Jumlah Kewajiban EKUITAS Modal Dasar..... lb @ Rp

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28
Disetor :.... lb Saldo Laba Jumlah Ekuitas Jumlah Aktiva X X Jumlah Ekuitas Kewajiban dan X X X X

Page 20 of 25
X X X X

Catatan: Cara penyajian ini bukan merupakan suatu keharusan, tetapi merupakan kelaziman dalam bidang usaha asuransi kerugian.

2. LAPORAN LABA RUGI PT ASURANSI "XXX" LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN BUKU YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 198B DAN 198A (Dalam satuan rupiah) 198B 1. Pendapatan Underwriting Premi Bruto Dikurangi : - Premi Reasuransi Kenaikan/Penurunan Pendapatan Premi yang Belum Merupakan X X X X X X X X 198A

Jumlah Pendapatan Underwriting (Premi Tanggungan Sendiri) 2. Beban Underwriting Komisi Tanggungan Sendiri Klaim Tanggungan Sendiri Kenaikan/Penurunan Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri Beban Underwriting Rupa-rupa Jumlah Beban Underwriting 3. Hasil Underwriting (1 - 2)

X X X X X X

X X X X X X

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. Hasil lnvestasi Beban Manajemen Laba Operasi (3 + 4 - 5) Hasil/Beban Lain-lain Laba Bersih Sebelum Pos-pos Luar Biasa Pos-pos Luar Biasa Pengaruh Kumulatip Perubahan Kebijakan Akuntansi Laba Bersih Sebelum PPh Penyisihan Pajak Penghasilan Laba Bersih Setelah Pajak Penghasilan X X X X X X X X X X

Page 21 of 25
X X X X X X X X X X

LAMPIRAN C ANALISA KEUANGAN

Beberapa Contoh Analisa Keuangan untuk Perusahaan Asuransi Kerugian. 1. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh fungsi akuntansi dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai hasil usaha, posisi keuangan, dan perubahan posisi keuangan perusahaan. Untuk dapat memberikan arti yang lebih jelas bagi pembacanya, laporan keuangan tersebut perlu dianalisa dengan menggunakan peralatan analisa tertentu. Analisa seperti ini sangat penting artinya bagi pimpinan perusahaan maupun bagi pihak lainnya yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. 2. Analisa atas laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian memerlukan indikatorindikator yang khusus berlaku bagi perusahaan asuransi kerugian, di samping indikator-indikator lainnya yang berlaku umum. Salah satu cara pengukuran indikator ini adalah dengan menggunakan rasio (perbandingan) tertentu atas akun akun dalam laporan keuangan. 3. Beberapa rasio yang penting untuk menilai keadaan keuangan perusahaan asuransi dapat diklasifikasikan antara lain sebagai berikut: a. SOLVENCY AND PROFITABILITY RATIO, terdiri dari: 1. Solvency Ratio. 2. Underwriting Ratio. 3. Loss Ratio.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 22 of 25

4. Commision Expense Ratio. 5. Investment Yield Ratio. b. LIQUIDITY RATIO, terdiri dari: 1. Liability to liquid Assets Ratio. 2. Premium Receivable to Surplus Ratio. 3. Investment to Tehnical Reserve Ratio. c. PREMIUM STABILITY RATIO, terdiri dari: 1. Net Premium Growth. 2. Own Retention Ratio. d. TECHNICAL RATIO. 1. Technical Reserve Ratio. 4. Solvency and Profitability Ratio. a. Solvency Ratio = Dana Pemegang Saham Premi Neto Dana pemegang saham terdiri dari modal setor dan cadangan yang bebas. Premi Neto = Premi Bruto - Premi Reasuransi Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan perusahaan dalam menanggung risiko yang ditutup. Hasil rasio ini dapat menunjukkan seberapa besar kemampuan keuangan perusahaan untuk mendukung risiko yang mungkin timbul dari asuransi yang ditutupinya. Rendahnya batas tingkat solvabilitas berarti perusahaan menghadapi risiko yang tinggi sebagai akibat tingginya premi. Diperlukan analisa yang lebih jauh dalam menentukan kepelikan dari kelebihan penutupan yang tidak sebanding dengan kemampuan keuangan perusahaan. Hal-hal yang harus dianalisa; kestabilan keuntungan underwriting perusahaan, distribusi premi, tingkat kecukupan proteksi reasuransi, distribusi dan variasi nilai investasi. b. Underwriting Ratio (on eamed basis) = Hasil Underwriting Pendapatan Premi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28

Page 23 of 25

Rasio ini menunjukkan tingkat hasil underwriting yang diperoleh dan digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari usaha asuransi kerugian. Apabila hasil dari rasio ini negatif berarti rate yang dikenakan terlalu tinggi. c. Loss Ratio= Klaim yang terjadi Pendapatan Premi Rasio ini menunjukkan pengalaman klaim yang terjadi pada perusahaan dan mengukur kualitas dari asuransi yang ditutup. Tingginya rasio kerugian memberikan informasi terhadap miskinnya underwriting dan penutupan atas risiko yang buruk. Analisa terhadap kerugian untuk setiap jenis asuransi yang diperlukan. d. Commision Expense Ratio = K o m i s i Pendapatan Premi Rasio ini dapat dipakai untuk mengukur biaya akuisisi, dapat pula dipakai sebagai bahan perbandingan besarnya % komisi perusahaan dengan perusahaan lain dan sebaliknya. Tinggi rasio berarti biaya akuisisi juga tinggi. e. Investment Yield Ratio = Pendapatan Bersih lnvestasi Rata Rata lnvestasi Rasio hasil investasi memberikan indikasi, secara umum mengenai kualitas setiap jenis investasi dan mengukur hasil yang dicapai dari investasi yang dilakukan. Rendahnya rasio dapat memberikan informasi bahwa investasi yang dilakukan kurang tepat, sehingga penempatan investasi perlu dikaji kembali. 5. Liquidity Ratio. a. Liability to liquid Assets Ratio (Rasio Likuiditas). = Kewajiban Aktiva yang Diperkenankan Aktiva Yang Diperkenankan = Total Aktiva - Aktiva Vang Tidak Diperkenankan Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yaitu secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28
perusahaan. Tingginya rasio memberikan indikasi adanya masalah likuiditas dan besar kemungkinan perusahaan dalam kondisi tidal solvent. Apabila keadaannya memang demikian, harus dilakukan analisa terhadap tingkat kewajiban teknis, distribusi asets, penilaian kestabilan dan likuiditas dari kekayaan yang diperkenankan. b. Premium Receivable to Surplus Ratio = Piutang Premi Surplus Rasio ini menunjukkan sampai seberapa jauh tagihan premi dapat diandalkan dalam menyangga surplus. Rasio ini penting karena tagihan premi dari premi individu biasanya sulit diharapkan untuk dapat ditarik manakala terjadi kesulitan keuangan. Jika rasio telah dihitung, lebih lanjut harus diketahui pula aging schedule dari piutang premi. c. Investment to Technical Reserve Ratio = Investasi Kewajiban Teknis Yang dimaksud dengan Technical Reserve atau kewajiban teknis disini adalah: Premi yang belum merupakan pendapatan ditambah (+/+) estimasi klaim tanggungan sendiri. Rasio ini menunjukkan sampai seberapa jauh kewajiban teknis yang dibentuk oleh perusahaan asuransi tercermin pada investasi. Rendahnya rasio menunjukkan kecenderungan bahwa estimasi klaim tanggungan sendiri kurang didukung dengan dana yang memadai, lebih lanjut premi yang belum merupakan pendapatan kurang tercermin pada investasi tersebut. 6. Premium Stability Ratio. a. Net Premium Growth = Kenaikan/Penurunan Premi Neto Premi Neto tahun lalu Kenaikan/penurunan yang tajam pada volume premi neto memberikan indikasi kurangnya tingkat kestabilan operasi perusahaan. Dapat ditambahkan, kenaikkan yang tinggi pada premi neto berarti perusahaan berorientasi pada cash flow underwriting. Hasil rasio ini sebaiknya diinterpretasikan bersama sama dengan sejarah dan operasi perusahaan. Tingginya kenaikan pada premi berarti

Page 24 of 25

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 28
perusahaan preminya. perlu memberikan perhatian terhadap kewajiban teknis

Page 25 of 25

b. Own Retention Ratio = Premi Neto Premi Bruto Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat retensi perusahaan yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar untuk membandingkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya dengan dana yang tersedia. Sehingga akhirnya akan didapat kapasitas retensi yang memadai. Sebaiknya rasio ini digunakan secara bersama sama dengan batas tingkat solvabilitas (solvency margin), sehingga analisanya akan menggambarkan keadaan yang lebih akurat. Apabila rasio retensi dan solvency margin tinggi berarti perusahaan beroperasi seperti layaknya broker/agen yang hanya mementingkan komisi reasuransi. 7. Technical Ratio. Technical Reserve Ratio = Kewajiban Tehnis Premi Neto Kewajiban teknis terdiri dari premi yang belum merupakan pendapatan dan estimasi klaim tanggungan sendiri. Rasio ini secara kasar dapat mengukur tingkat kecukupan besarnya kewajiban teknis yang diperlukan. Cukupnya dana kewajiban teknis membuat kondisi keuangan menjadi solvent. Rendahnya rasio berarti perusahaan menetapkan kewajiban teknis terlalu rendah dan apabila perusahaan dalam kondisi tidak solvent maka perusahaan perlu membuat penyesuaian pada solvency margin. Sebaliknya rasio yang tinggi menunjukan bahwa portofolio usaha tidak membawa keuntungan. Trend dari rasio ini perlu dipelajari, demikian pula dengan trend dari klaim.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian.htm

09/10/03

PSAK no 29

Page 1 of 55

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 29 AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI

Dalam rangka pengembangan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK), maka Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia No.5 tentang Standar Khusus Akuntansi Untuk Minyak Dan Gas Bumi telah disesuaikan seperlunya sehingga menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 29 tentang Akuntansi Minyak Dan Gas Bumi, yang telah disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items).

Jakarta, 7 September 1994

Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia

Komite Prinsip Akuntansi Indonesia

Hans Kartikahadi Ketua Jusuf Halim Sekretaris Hein G. Surjaatmadja Anggota Katjep K. Abdoeikadir Anggota Wahjudi Prakarsa Anggota Jan Hoesada Anggota M. Ashadi Anggota Mirza Mochtar Anggota IPG. Ary Suta Anggota

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 2 of 55

Sobo Sitorus Anggota Timoty Marnandus Anggota Mirawati Soedjono Anggota

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Dengan dikeluarkannya Standar Khusus Akuntansi Industri Minyak dan Gas Bumi maka lkatan Akuntan Indonesia sekali lagi telah turut menampilkan peranannya di bidang penertiban akuntansi yang sangat penting bagi pembangunan Negara. Meskipun peranan minyak bumi dalam penerimaan Negara makin lama makin berkurang, namun peranan gas bumi semakin meningkat sehingga totalitas kedua unsur kekayaan bumi milik Negara tersebut tetap sangat penting bagi pembangunan Negara kita. Turut-sertanya Pertamina dalam penyusunan Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi menunjukkan rasa tanggung-jawabnya sebagai satu-satunya perusahaan yang diberi tugas mengusahakan minyak dan gas bumi yang merupakan kekayaan nasional. Bagi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan adanya Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi sangat membantu tugas pengawasan keuangan dan pembangunan dan untuk itu penghargaan patut diberikan kepada lkatan Akuntan Indonesia dan Pertamina. Kiranya Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini penting pula diketahui dan dilaksanakan oleh setiap perusahaan dan badan maupun perorangan yang berkecimpung di bidang usaha minyak dan gas bumi.

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Drs. GANDHI NIP. 060006034

PERUSAHAAR PERTAMBANGAN MINYAK & GAS BUMI NEGARA

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 3 of 55

(PERTAMINA) DEREKTUR UTAMA PERTAMINA SAMBUTAN Saya sangat gembira dengan berhasilnya Tim Kerja Standar Akuntansi lndustri Perminyakan Indonesia yang dibentuk berdasarkan kerja sama antara lkatan Akuntan Indonesia, BPKP dan PERTAMINA untuk menyelesaikan Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini. Dengan terbitnya Standar Khusus Akuntansi ini, yang merupakan tonggak kemajuan bagi sistem Akuntansi migas, kami mengharapkan agar tercipta keserasian dan keselarasan prilaku pihak-pihak yang terkait dalam proses penyusunan, penyajian dan pemeriksaan laporan keuangan tersebut. Di samping itu sistem Akuntansi tersebut menjadi kerangka acuan untuk menilai dan mengembangkan praktek-praktek akuntansi yang sehat bagi industri minyak dan gas bumi Indonesia di masa-masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan pengaruh kemajuan teknologi sektor migas. Pertanggungjawaban pengelolaan Perusahaan berupa laporan keuangan tersebut merupakan landasan dan tolok ukur untuk melakukan penilaian kerja tahunan, yang hasiinya dapat digunakan untuk menentukan penggolongan tingkat kesehatan perusahaan. Akhirnya kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada lkatan Akuntan Indonesia serta BPKP atas kerjasama yang baik selama ini dengan PERTAMINA umumnya dan penyusunan Standar Khusus Akuntansi lndustri Migas khususnya. Sekian dan terima kasih. DEREKTUR UTAMA F. ABDA'OE

SAMBUTAN KETUA IKATAN AKUNTAN INDONESIA Menyusul kedua Standar Khusus Akuntansi mengenai badan usaha koperasi dan asuransi kerugian, maka lkatan Akuntan Indonesia kembali mengeluarkan standar akuntansi yang khusus mengatur jenis badan usaha tertentu. Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini disusun atas kerja sama antara lkatan Akuntan Indonesia, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta PERTAMINA. Diharapkan Standar tersebut dapat menunjang pertumbuhan industri minyak dan gas bumi serta peranannya dalam perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Pada kesempatan ini, kami juga menyampaikan penghargaan kepada Tim Penyusun Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi, serta Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang telah berjerihpayah menyusun Standar ini. Kepada BPKP dan PERTAMINA, kami sampaikan terima kasih atas kerja sama yang telah dijalin.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 4 of 55

Kiranya kerja sama seperti ini akan dapat terus berlanjut untuk pengembangan akuntansi maupun industri minyak dan gas bumi di Indonesia. Jakarta, 18 Agustus 1990 lkatan Akuntan Indonesia Subekti lsmaun Ketua

KATA PENGANTAR Dewasa ini industri minyak dan gas bumi masih memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri. Pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan minyak dan gas bumi tercermin dalam laporan keuangan. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan tersebut memerlukan suatu standar akuntansi yang jelas. Prinsip akuntansi Indonesia 1984 yang berlaku saat ini belum sepenuhnya dapat memenuhi keperluan standar akuntansi tersebut. Ruang lingkup industri minyak dan gas bumi mencakup kerja sama internasional, baik dalam permodalan maupun dalam aktivitas operasi. Karena Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 belum mengatur secara khusus perlakuan akuntansi untuk industri minyak dan gas bumi, maka dalam praktek terdapat berbagai perlakuan akuntansi untuk mempertanggungjawabkan transaksi yang sejenis. Hal inilah yang sering menjadikan sumber perbedaan pendapat antara perusahaan yang menyusun laporan keuangan (auditee) dengan pihak pemeriksa (auditor). Menyadari hal ini lkatan Akuntan Indonesia, BPKP dan PERTAMINA mengadakan kerja sama untuk menyusun Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi yang merupakan acuan bagi perusahaan minyak dan gas bumi dalam menyusun laporan keuangan yang wajar, maupun sebagai dasar bagi auditor eksternal dalam memberikan opini bagi kewajaran penyajian laporan keuangan. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 memuat konsep dasar, prinsip, prosedur, metode dan teknik akuntansi yang merupakan norma umum dalam praktek penyusunan laporan keuangan, khususnya yang ditujukan kepada pihak luar (akuntansi keuangan). Untuk melengkapi dan mengembangkan buku PAI 1984, maka diterbitkan seri "Pemyataan" dan "Interpretasi Prinsip Akuntansi Indonesia" (IPAI). Untuk penyusunan laporan keuangan industri atau jenis usaha tertentu, lkatan Akuntansi lndonesia akan menerbitkan serangkaian standar khusus yang akan diberi nama seri penerbitan tersendiri. Setelah diadakan pengkajian secara mendalam dari sudut pengetahuan dan praktek akuntansi, maka terdapat kesepakatan penggunaan istilah "Standar Khusus Akuntansi" untuk setiap Pernyataan PAI yang khusus berlaku bagi suatu jenis industri atau jenis usaha tertentu. Berdasarkan piagam kerja sama lkatan Akuntan Indonesia, BPKP dan PERTAMINA telah dikeluarkan Surat Keputusan Ketua lkatan Akuntan Indonesia No. Kep 101/SIV1987 tanggal 23 September 1987, tentang Pengangkatan anggota Tim Kerja Standar Akuntansi lndustri Perminyakan Indonesia yang terdiri dari:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 5 of 55

Ketua merangkap anggota

Dr. Katjep K. Abdoelkadir Drs. M. Ghazali Latief, MSC Drs. Soegianto

Sekretaris merangkap anggota Anggota

: :

Drs. Bambang ST Drs. Dalil Hasan Drs. Nazarudin Nurdin Drs. MWP Simanjuntak Drs. Harris Pelawi Drs. Edy lndratjahja Drs. Teguh Sujono Drs. Moeljono Sosrosoebroto Drs. Binsar H. Hutabarat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim dibantu oleh Drs. Murgianto dan Drs. Johanes lrmanto sebagai staf sekretariat. Setelah melalui beberapa tahapan Pembahasan dan perbaikan yang diperlukan, maka dalam rapat Komite Prinsip Akuntrinsi Indonesia tanggal 30 Juli 1990 telah disetujui Prinsip Akuntansi Indonesia - Pernyataan No. 5 berjudul Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi, dan selanjutnya disahkan dalam rapat pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia tanggal 4 Agustus 1990. Standar Khusus Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan. Jakarta, 4 Agustus 1990 Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia

Prinsip Akuntansi Indonesia - Pernyataan No. 5 bejudul STANDAR KHUSUS AKUNTANSI INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI telah disetujui dalam rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 30 Juli 1990 dan telah disahkan oleh rapat Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia Pada tanggal 4 Agustus 1 990. Jakarta, 4 Agustus 1990 Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 6 of 55

Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi, (Ketua) Jusuf Halim, (Sekretaris) Hein G. Sujaatmadja Katjep K. Abdoeikadir Wahjudi Prakarsa Sunaria Tadjudin Drs. M. Ashadhi I.P.G. Ary Suta Bambang Heryanto

DAFRAR ISI SAMBUTAN KEPALA BPKP SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA PERTAMINA SAMBUTAN KETUA IKATAN AKUNTAN INDONESIA KATA PENGANTAR I. PENDAHULUAN 1. Karakteristik Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi 2. Ruang Lingkup dan Penerapannya II. AKUNTANSI EKSPLORASI 1. Definisi Eksplorasi 2. Uraian Kegiatan Eksplorasi 3. Jenis Biaya Eksplorasi 4. Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya Eksplorasi III. AKUNTANSI PENGEMBANGAN 1. Definisi Pengembangan 2. Uraian Kegiatan Pengembangan 3. Jenis Biaya Pengembangan 4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya Pengembangan IV. AKUNTANSI PRODUKSI 1. Definisi Produksi 2. Uraian Kegiatan Produksi 3. Jenis Beban Produksi 4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban Produksi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 7 of 55

V. AKUNTANSI PENGOLAHAN 1. Definisi Pengolahan 2. Uraian Kegiatan Pengolahan 3. Jenis Beban Pengolahan 4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pengolahan 5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan Aktiva Tetap Pengolahan VI. AKUNTANSI TRANSPORTASI 1. Definisi Transportasi 2. Uraian Kegiatan Transportasi 3. Jenis Beban Transportasi 4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Transportasi 5. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban Transportasi dan Harga Perolehan Aktiva Tetap Transportasi VII. AKUNTANSI PEMASARAN 1. Definisi Pemasaran 2. Uraian Kegiatan Pemasaran 3. Jenis Beban Pemasaran 4. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pemasaran 5. Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Pemasaran dan Harga Perolehan Aktiva Tetap Pemasaran VIII. AKUNTANSI LAIN-LAIN A. Akuntansi Pelabuhan Khusus 0. Definisi Pelabuhan Khusus 1. Uraian Kegiatan Pelabuhan Khusus 2. Jenis Beban Pelabuhan Khusus 3. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pelabuhan Khusus 4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan Aktiva Tetap Pelabuhan Khusus B. Akuntansi Telekomunikasi 0. Definisi Telekomunikasi 1. Uraian Kegiatan Telekomunikasi 2. Jenis Beban Telekomunikasi 3. Harga Perolehan Aktiva Tetap Telekomunikasi 4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan Aktiva Tetap Telekomunikasi C. Akuntansi Kontrak Bantuan Teknis 0. Definisi Kontrak Bantuan Teknis 1. Uraian Kegiatan Kontrak Bantuan Teknis 2. Jenis Biaya dan Beban Kontrak Bantuan Teknis 3. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya dan Beban Kontrak Bantuan Teknis D. Akuntansi Unitisasi 0. Definisi Unitisasi 1. Uraian Kegiatan Unitisasi 2. Jenis Biaya dan Beban Unititas 3. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya dan Beban Unitisasi E. Akuntansi Kontrak Pengurasan Tahap Kedua 0. Definisi Pengurasan Tahap Kedua (Secondary Recovery) 1. Uraian Kegiatan Pengurasan Tahap Kedua 2. Jenis Biaya dan Beban Pengurasan Tahap Kedua 3. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis.Biaya dan Beban Pengurasan Tahap Kedua F. Akuntansi Joint Operation 0. Definisi Joint Operation 1. Uraian Kegiatan Joint Operation 2. Jenis Biaya dan Beban Joint Operation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
3. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya dan Beban Joint Operation BAB IX TANGGAL BERLAKU Lampiran 1 Sejarah Perminyakan di Indonesia 1. Sebelum Tahun 1971 2. SesudahTahun 1971 3. Perkembangan Akuntansi Perminyakan Indonesia Lampiran 2 Pertamina 1. Organisasi 2. Tujuan dan Tugas Perusahaan 3. Kegiatan dan Kuasa Pertambangan Lampiran 3 Metode Akuntansi Perminyakan 1. Metode Full Cost 2. Metode Successful Efforts 3. Perbandingan Metode Full Cost dengan Succesful Efforts 4. Landasan Pemakaian Metode Full Cost dan Succesful Efforts DAFTAR ISTILAH

Page 8 of 55

BAB I PENDAHULUAN

1. Karakteristik Akuntansi lndustri Minyak dan Gas Bumi a. lndustri minyak dan gas bumi meliputi usaha pencarian (exploration), pengembangan (development), serta produksi cadangan minyak dan gas bumi, usaha pengolahan minyak dan gas bumi (refinery); dan usaha angkutan dengan kapal laut (tanker) serta usaha pemasaran minyak dan gas bumi serta produkproduk hasil pengolahan yang lain.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 9 of 55

Perusahaan dalam industri minyak dan gas bumi dapat berbentuk usaha terpadu (integrated) dalam arti bahwa perusahaan tersebut mempunyai usaha eksplorasi, pengembangan, produksi, refinery, tanker dan pemasaran sebagai satu kesatuan usaha, atau berbentuk usaha-usaha terpisah yang masing-masing berdiri sendiri. b. Sifat dan karakteristik industri minyak dan gas bumi berbeda dengan industri lainnya. Pencarian (exploration) minyak dan gas bumi merupakan kegiatan untung-untungan (gambling), karena meskipun telah dipersiapkan secara cermat dengan biaya yang besar, tidak ada jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir dengan penemuan cadangan minyak. Berhubung minyak dan gas bumi merupakan usaha yang memerlukan teknologi tinggi, padat modal dan sarat risiko, maka diperlukan pengelolaan yang benar-benar professional. Berbeda dengan pencarian atau eksplorasi, kegiatan refinery tidak banyak berbeda dengan kegiatan pengolahan pada industri yang lain. Sedang usaha tanker merupakan bagian khusus dari usaha perkapalan. c. Dalam industri perminyakan terbuka kemungkinan untuk menggalang kerja sama antara beberapa perusahaan untuk mengelola suatu cadangan minyak, baik dalam bentuk kerja sama permodalan maupun operasi bersama. Kerja sama tersebut, yang antara lain dapat dilakukan melalui kontrak bantuan teknis, joint operation agreement, joint operation body, unitisasi, dan secondary recovery, dapat rnenimbulkan kepemilikan bersama. d. Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik dari industri minyak dan gas bumi, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk industri tersebut yang berbeda dengan industri lainnya, seperti:
n

Adanya sifat untung-untungan (gambling) dari usaha explorasi menimbulkan beberapa alternatif dalam penggunaan metode pengakuan biaya atas cadangan yang tidak berisi minyak atau gas (dry hole). Ada pendapat yang rnenyatakan bahwa pengakuan biaya harus dikaitkan dengan aktivitas sampai diketemukannya cadangan minyak atau gas di suatu negara, sehingga semua biaya yang terjadi ditangguhkan dan akan dikapitalisasi sebagai bagian dari cadangan minyak yang ditemukan di negara tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa biaya yang terjadi untuk pencarian minyak dan gas harus dikaitkan dengan hasil dari aktivitas pencarian suatu cadangan. Biaya tersebut akan dikapitalisasi bila cadangan tersebut dalam kenyataan berisi minyak atau gas dan sebaliknya akan dinyatakan sebagai beban kalau cadangan tersebut tidak berisi minyak atau gas.

1. Ruang Lingkup dan Penerapannya a. Pernyataan ini disusun berdasarkan sifat dan karakteristik usaha perminyakan Indonesia dan berpedoman pada konsep dasar akuntansi keuangan yang ditampung dalam Standar Akuntansi Keuangan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Pernyataan ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai pedoman dalam penyajian laporan keuangan untuk pihak eksternal. Dalam pengertian ini, tersirat suatu anggapan bahwa baik para penyusun maupun para pemakai laporan keuangan memerlukan standar yang sama di dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. c. Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk Kegiatan Eksplorasi atau Pencarian, Pengembangan, Produksi, Pengolahan, Transportasi, Pemasaran dan lain-lain dalam industri minyak dan gas bumi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 10 of 55
d. Untuk kontraktor minyak dan gas bumi yang bekerja menurut kontrak dengan Pemerintah/Pertamina, Pernyataan ini dapat dipergunakan, sepanjang perlakuan akuntansinya tidak diatur secara khusus dalam kontrak yang bersangkutan. Dalam hal kontrak mengatur secara khusus perlakuan akuntansi sesuatu transaksi, maka ketentuan kontraklah yang berlaku BAB II AKUNTANSI EKSPLORASI 2. Definisi Eksplorasi Kegiatan eksplorasi (exploration) atau pencarian adalah setiap usaha daLam rangka mencari dan menemukan cadangan minyak dan gas bumi di daerahdaerah yang belum terbukti mengandung minyak dan gas bumi, yang antara lain meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. Mengusahakan ijin untuk memulai kegiatan eksplorasi di daerah tertentu. b. melakukan berbagai kegiatan penyelidikan geologis dan geofisik di lapangan. c. Menginterpretasikan data yang dihasilkan dalam penyelidikan ini. d. Melakukan pengeboran sumur, termasuk sumur uji stratigrafi, di daerah yang belum terbukti mengandung cadangan. e. Memperoteh dan membangun aktiva tetap yang berhubungan dengan kegiatan di atas. f. Menggunakan jasa yang diperlukan sehubungan dengan kegiatan di atas. 3. Uraian Kegiatan Eksplorasi Kegiatan eksplorasi meliputi penyelidikan topografi, geologi, geofisika, pemboran sumur eksplorasi dan pemboran sumur uji stratigrafi. Penyelidikan topografi adalah kegiatan pengukuran permukaan tanah yang bertujuan untuk membuat peta suatu daerah tertentu dan mengetahui sifatsifat tanahnya. Penyelidikan geologi di antaranya terdiri dari penginderaan jauh foto udara (side lookling air radar = SLAR), geologi lapangan dan geokimia yang bertujuan untuk: a. Menentukan ada tidaknya cekungan sedimen. b. Menentukan jenis lapisan, ketebalan dan umur batuan yang tersingkap di daerah penyelidikan. c. Menentukan potensi dan kematangan batuan induk hidrokarbon d. Menentukan jebakan minyak dan gas bumi, baik struktur maupun stratigrafi. e. Mengkaji kemungkinan adanya batuan cadangan serta jenis minyak dan gas bumi yang terkandung di dalamnya, Penyelidikan geologi dilakukan dengan urutan sebagai berikut : a. Persiapan yang meliputi program kerja dan perijinan. b. Pengumpulan data lapangan melalui SLAR ataupun pengambilan contoh langsung di lapangan. c. Pengolahan, penganalisaan, penafsiran, pengevaluasian dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
pengkajiulangan data.

Page 11 of 55

Penyelidikan geofisika antara lain meliputi kegiatan penyelidikan gravitasi, magnetik dan seismik dengan tujuan sebagai berikut : a. b. c. d. Mengetahui pola struktur regional Menentukan bentuk lapisan batuan di bawah permukaan bumi. Menentukan bentuk jebakan minyak dan gas bumi serta kedalamannya. Menentukan titik pemboran pada lokasi siap bor. Kegiatan penyelidikan geofisika dilakukan dengan urutan sebagai berikut: a. Persiapan yang meliputi program kerja dan perizinan. b. Pengumpulan data lapangan meialui perekaman udara yang terdiri dari aerogravity dan aeromagnetic serta perekaman di lapangan yang terdiri dari gravitasi magnetik dan seismik. c. Pengolahan, penganalisaan, penafsiran, pengevaluasian dan pengkajiulangan data. Pemboran sumur eksplorasi, terdiri dari pemboran sumur taruhan (wild cat) dan sumur kajian (delineasi), bertujuan untuk mengetahui data rinci stratigrafi dan penentuan ada tidaknya cadangan minyak dan gas bumi dalam arti ekonomis. Kegiatan pemboran eksplorasi dilakukan dengan urutan sebagai berikut : a. b. c. d. Persiapan yang meliputi program kerja, perizinan dan pembebasan tanah. Penyediaan angkutan alat-alat berat. Pembuatan jalan dan lokasi pemboran. Pengadaan alat dan fasilitas pemboran yang terdiri antara lain dari rig unit, mud logging unit, wireline logging unit, cementing unit, platform dan base camp. e. Pelaksanaan pemboran yang meliputi pembuatan sumur, pengumpulan data teknis pemboran yang terdiri dari data geologis dan petrofisika, serta pengevaluasian data yang dilakukan secara terus menerus. f. Pengujian lapisan batuan yang dilakukan sesuai dengan hasil evaluasi data. g. Perampungan atau penutupan sumur. Pemboran sumur uji stratigrafi terdiri dari kegiatan pemboran berdasarkan hasil penyelidikan geologi, menguji batuan dan sumur yang dapat ditinggalkan (expendable holes) yang berkaitan dengan eksplorasi hidrokarbon. Tujuan pemboran sumur uji stratigrafi adalah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi geologi tertentu. Pemboran semacam ini pada umumnya tidak dimaksudkan untuk menghasilkan hidrokarbon. 2. Jenis Biaya Eksplorasi Biaya eksplorasi meliputi biaya penyelidikan topografi, geologi, geofisika, pemboran sumur eksplorasi dan pemboran sumur uji stratigrafi. Biaya penyelidikan topografi terdiri antara lain dari : a. Biaya pengukuran tanah

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
b. Biaya pemetaan tanah c. Biaya analisa sifat tanah. Biaya penyelidikan geologi terdiri antara lain dari : a. Biaya SLAR b. Biaya geologi lapangan c. Biaya geokimia. Biaya penyelidikan geofisika antara lain terdiri dari : a. Biaya gravitasi b. Biaya magnetik c. Biaya seismik. Biaya pemboran sumur eksplorasi terdiri (intangible) dan biaya berwujud (tangible). dari biaya

Page 12 of 55

tak

berwujud

Biaya yang tidak berwujud antara lain meliputi : a. Biaya-persiapan (pembebasan tanah, pembuatan jalan dan pembangunan lokasi) b. Biaya pemboran c. Biaya mata bor (drilling bits) d. Biaya lumpur (mud) e. Biaya selubung (casing) f. Biaya semen g. Biaya penyelidikan di bawah tanah (logging) h. Biaya pengujian dan perampungan i. Biaya gaji j. Biaya pengangkutan alat pemboran k. Biaya pengangkutan lainnya l. Biaya perkemahan m. Biaya lainnya. Sedang biaya yang berwujud dalam pemboran sumur eksplorasi antara lain meliputi : a. b. c. d. e. Sitang sembur (christmas tree) Semburan kepala sumur (well head) Tubing Pompa Batang hisap (suck rods)

Biaya pemboran sumur uji stratigrafi terdiri atas biaya pemboran di daerah cadangan tidak terbukti ( exploratory type) dan di daerah cadangan terbukti (development type). Jenis-jenis biayanya tidak berbeda dengan jenis-jenis biaya pada pemboran sumur eksplorasi yang telah dirinci di atas. 3. Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya Eksplorasi Kegiatan eksplorasi meliputi penyelidikan topografi, geologi, geofisika, pemboran sumur eksplorasi dan pemboran sumur uji stratigrafi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 13 of 55

Perlakuan biaya eksplorasi dapat menggunakan baik metode Full Cost (FC) maupun Succesful Efforts (SE). Menurut metode Full Cost (FC) semua biaya dikapitalisasi sebagai bagian dari asset minyak dan gas bumi di dalam suatu negara sebagai pusat biaya. Menurut metode Succesful Efforts (SE), semua biaya-biaya eksplorasi, di luar biaya-biaya yang dialokasikan ke sumur-sumur eksplorasi (termasuk sumur eksplorasi tipe stratigrafi) yang mempunyai cadangan terbukti, diperlakukan sebagai beban pada periode akuntansi yang bersangkutan. Selanjutnya, kecuali tanah yang mempunyai nilai ekonomis, biaya-pemboran sumur eksplorasi, baik tak berwujud maupun berwujud, dikapitalisasi kalau ditemukan cadangan terbukti atau diperlakukan sebagai beban kalau cadangan terbukti tersebut tidak ditemukan. BAB III AKUNTANSI PENGEMBANGAN 1. Definisi Pengembangan Pengembangan merupakan setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan cadangan terbukti minyak dan gas bumi sampai siap berproduksi. Pengernbangan cadangan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Penyediaan peralatan dan persediaan b. Penambangan, pengaliran, pengumpulan dan penyimpanan minyak dan gas bumi. c. Penyediaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki. 2. Uraian Kegiatan Pengembangan Masing-masing kegiatan pengembangan Penyediaan peralatan dan fasilitas meliputi tersebut dijelaskan berikut ini.

a. Penyediaan angkutan alat-alat berat. b. Pembuatan jalan dan lokasi pemboran c. Pengadaan alat dan fasilitas pemboran yang antara lain terdiri dari rig unit, mud logging unit, wireline Jogging unit, cementing unit, platform dan base camp. Kegiatan penambangan minyak dan gas bumi meliputi: a. b. c. d. Meneliti lokasi sumur untuk menentukan lokasi titik pemboran. Membangun jalan masuk ke lokasi sumur pemboran. Menyiapkan lahan untuk lokasi pemboran. Mengalihkan jalan umum, saluran gas, saluran air, jaringan listrik, dan jaringan telepon, sejauh diperlukan untuk mengembangkan cadangan terbukti. e. Membor dan melengkapi sumur pengembangan, sumur uji stratigrafi dan sumur penunjang dengan peratatan yang diperlukan. Kegiatan pengaliran minyak dan gas bumi :

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 14 of 55

a. Menyiapkan jaringan pipa penyalur, manifold, separator, treater dan heater. b. Menyiapkan sarana daur ulang dan pemrosesan gas alam. Kegiatan pengumpulan dan penampungan minyak dan gas bumi meliputi penyiapan peralatan pengukur, tangki penampungan dan fasifitas pembuangan limbah produksi. Kegiatan penyediaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki. 2. Jenis Biaya Pengembangan Biaya pengembangan meliputi biaya-biaya penyediaan peralatan dan fasilitas penambangan, pengaliran, pengumpulan dan penyimpanan minyak dan gas bumi serta penyediaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki. Dilihat dari sifatnya, biaya yang berkaitan dengan pengembangan sumur minyak dan gas bumi terdiri dari biaya pemboran sumur pengembangan baik yang tidak berwujud maupun yang berwujud. Biaya pemboran sumur pengembangan yang tidak berwujud meliputi pengeluaran untuk membor sumur pengembangan, seperti gaji operator perangkat pemboran (rig), bahan bakar dan perbaikan. Pengeluaran tersebut tidak mempunyai nilai sisa dan terjadi di dalam pemboran sejak persiapan sumur sampai memproduksi minyak atau gas. Selanjutnya biaya yang tidak berwujud dalam pemboran sumur pengembangan tersebut diklasifikasikan menurut tahap penyelesaian : biaya sebelum pemboran, biaya selama pemboran, biaya penyelesaian sumur dan biaya setelah penyelesaian sumur. Biaya sebetum pemboran meliputi : a. Biaya penyelidikan geologi dan geofisika untuk menentukan tokasi pemboran. b. Biaya membersihkan lokasi sumur, penggalian penampungan limbah pemboran dan pembuatan jalan. c. Biaya pembuatan pondasi untuk perangkat pemboran (batuan dan lainlain) dan biaya pembangunan jembatan. d. Biaya pemasangan jaringan pipa air, dan pernasangan tangki air serta bahan bakar untuk pemboran. e. Biaya untuk pemindahan dan menegakkan perangkat pemboran. f. Biaya pembuatan rak sarana penyimpanan pipa bor, berbagai macam pipa lainnya yang digunakan dalam proses pemboran. g. Biaya lain-lain. Biaya selama pemboran meliputi a. Biaya pengadaan air, bahan bakar dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam pemboran sumur. b. Biaya penanaman jangkar penahan yang digunakan untuk menstabilkan perangkat pemboran. c. Biaya pemboran yang tarif biayanya dihitung berdasarkan kedalaman sumur atau tarif harian.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 15 of 55
d. Biaya penggunaan jasa teknik selama kegiatan pemboran yang dilakukan oleh ahli teknik, ahli geologi, teknisi fluida. e. Biaya lain-lain. Biaya penyelesaian sumur meliputi a. Biaya perekaman sumur (lagging) dan uji kandung lapisan (drill stem rest) serta pengujian lain-lainnya seperti pengujian contoh batuan inti dan contoh dinding sumur. b. Biaya melubangi dinding pipa selubung, penyemenan, penyedotan peretakan dan pengasaman. c. Biaya transportasi dan pemasangan peralatan di bawah tanah. d. Biaya peralatan yang disewa untuk penyimpanan minyak selama pengujian. e. Biaya lain-lain. Biaya setelah penyelesaian sumur metiputi a. Biaya mengembalikan perangkat pemboran (yang dimiliki perusahaan) dari lokasi pemboran ke tempat penyimpanan. b. Biaya rehabilitasi lokasi di sekitar sumur. c. Biaya perbaikan lingkungan. d. Biaya penyemenan dan pemasangan selubung bagian atas. e. Biaya pengangkutan pipa selubung dan pipa sembur dari tempat penyimpanan. f. Biaya pelubangan pipa selubung, termasuk perekaman dengan teknik aliran listrik (electrical logging). g. Biaya penyuntikan air, uap air dan gas bumi dalam rangka mengangkat minyak dari zone produksi. h. Biaya penutupan sumur. i. Biaya meninggalkan lokasi sumur yang tidak menghasilkan. j. Biaya lain-lain. Biaya pemboran sumur pengembangan yang berwujud meliputi semua biaya aktiva berwujud termasuk pipa sembur (tubing) di bawah permukaan tanah, antara lain: a. Pipa produksi (tubulargoods) b. Kepala selubung (casing head) c. Pompa-pompa, tangki penimbunan d. Pipa-pipa saluran e. Separator f. Peralatan dan fasilitas produksi g. Sarana dan peralatan tainnya h. Biaya sistem pengurasan yang telah diperbaiki (secondary recoveries). 3. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Biaya Pengembangan Kegiatan pengembangan meliputi penyediaan peralatan dan fasilitas penambangan, pengaliran, pengumpulan dan penyimpanan minyak dan gas bumi serta penyediaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki. Menurut metode FC maupun SE semua biaya pengembangan dikapitalisasi sebagai bagian dari aset minyak dan gas bumi yang meliputi aset sumur dan peralatan sumur.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 16 of 55

BAB IV AKUNTANSI PRODUKSI 1. Definisi Produksi Produksi adalah semua kegiatan dalam rangka pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi dari cadangan terbukti serta pengangkutannya ke stasiun pengumpul yang antara lain meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi. b. Proses pemisahan antara minyak, gas bumi dan endapan dasar & air (Basic Seiliment & Water = BS&W). c. Pengangkutan minyak dan gas dari permukaan bumi ke stasiun pengumpul atau pusat pengumpul produksi dan selanjutnya ke lokasi distribusi. d. Pengumpulan minyak mentah di tangki penimbun. 2. Uraian Kegiatan Produksi Kegiatan produksi meliputi pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi (lifting), pemisahan minyak, gas bumi dan BS&W, pengangkutan serta pengumpulan minyak di lapangan produksi dan di lokasi distribusi. a. Pengangkatan minyak dan gas ke permukaan (lifting) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengangkatan minyak dan gas dari cadangan terbukti sampai batas kepala sumur. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap pengurasan. Pengurasan tahap pertama dapat terjadi meialui tekanan alamiah (naturallift), sembur buatan (artificial lift) dengan bantuan gas alam (gas lift) dan penyedotan dengan pompa. Tekanan alamiah tejadi kalau di dalam cadangan terdapat kandungan air atau gas tekanan tinggi dengan tenaga untuk mendorong minyak ke permukaan bumi melalui lubang sumur. Kalau tekanan alamiah tersebut tidak cukup kuat untuk mendorong minyak ke permukaan bumi, maka digunakan sumur buatan dengan bantuan gas alam (gas lift) atau dengan pompa (pumping unit). Pengurasan tahap kedua dilakukan setelah produksi minyak dan gas bumi dengan melalui pengurasan tahap pertama menjadi kurang ekonomis. Pengurasan pada tahap ini dilakukan dengan menginduksikan suatu dorongan (tenaga) buatan ke datam formasi. Metode peluapan air adalah metode yang paling umum digunakan yaitu dengan mengalirkan air bertekanan tinggi ke dalam sumur injeksi untuk mendorong minyak dan di dalam lapisan ke permukaan bumi. Pengurasan tahap ketiga dilakukan dengan metode "enhanced oil recovery", yakni dengan menambah energi pada cadangan dengan cara penginjeksian bahan kimia atau energi ke dalam sumur untuk mendorong minyak di dalam lapisan ke permukaan bumi sehingga sumur yang tidak berproduksi dapat berproduksi kembali.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 17 of 55

b. Proses pemisahan minyak meliputi pemisahan gas dan cairan separator dan pemisahan minyak mentah, endapan dasar dan air melalui dehydrator. c. Proses pengangkutan meliputi kegiatan mengangkut minyak dari permukaan sumur ke tempat penimbunan sementara kemudian ke instalasi pemisahan, dan selanjutnya ke tempat penimbunan di lapangan produksi dan yang akhirnya ke lokasi distribusi. d. Proses pengumpulan meliputi :
n

Pengumpulan sementara minyak dan gas bumi dari sumur ke tempat penimbunan sementara sebelum proses pemisahan minyak, gas bumi, dan BS&W di instalasi pemisahan. Pengumpulan minyak dari instalasi pemisahan ke lokasi stasiun pengumpul dan/atau pusat pengumpulan produksi di lapangan.

Fungsi produksi pada umumnya dianggap berakhir pada saat minyak dan gas bumi ke luar melalui katup saluran di pusat pengumpulan produksi. Dalam keadaan di mana secara fisik atau operasional tidak seperti biasanya, fungsi produksi berakhir pada saat minyak, gas bumi atau kondensat untuk pertama kaii dialirkan ke pipa utama, kendaraan pengangkut, pengilangan atau ke terminal laut. 1. Jenis Beban Produksi Beban produksi meliputi beban lifting, beban pemisahan, beban pengangkutan dan beban pengumpulan. Beban Lifting antara lain meliputi : a. Beban pengurasan tahap pertama terdiri dari beban-beban yang terlibat dalam pengurasan di bawah tanah ke atas tanah (dari kepala selubung bawah sampai kepala selubung atas). b. Beban pengurasan tahap kedua terdiri dari beban-beban yang terlibat dalam water flooding, gas injection, steam combustion dan insitu combustion dan beban lain-lain. c. Beban pengurasan tahap ketiga. Beban pengumpulan meliputi beban pengangkutan dan pengiriman minyak mentah dan gas dari tempat penyimpanan di lapangan ke tempat penyimpanan utama sebelum penjualan atau pemindahan ke pengolahan untuk diolah. Beban ini antara lain terdiri dari a. b. c. d. e. Beban tangki penimbun Beban stasiun pemanas Beban pipa saluran minyak/gas Beban instalasi penghasil Beban lain-lain. Beban pemisahan terdiri dari : a. Beban instalasi penghasil b. Beban instalasi pembantu.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 18 of 55

Beban angkutan utama merupakan beban pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas tempat penyimpanan utama dan pipa saluran utama yang membawa minyak mentah dan gas bumi ke fasilitas pemuatan atau pengolahan. 3. Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Produksi. Kegiatan produksi meliputi pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi, pemisahan minyak, gas bumi, BS&W, dan pengangkutan minyak di lapangan produksi serta lokasi distribusi. Semua beban yang menyangkut kegiaran produksi diperlakukan sebagai beban pada saat terjadinya. BAB V AKUNTANSI PENGOLAHAN

1. Definisi Pengolahan Yang dimaksud dengan pengolahan minyak dan gas bumi adalah proses pengolahan minyak mentah dan gas bumi menjadi produk yang terdiri dari BBM dan Non BBM serta pengolahan dari gas dan Non BBM meniadi produk petrokimia. Yang dimaksud dengan BBM adalah avigas, avtur, super, premium, kerosene, solar (Automotive Diesel Oil = ADO) minyak diesel (Industrial Diesel Oil = IDO), minyak bakar (Fuel Oil = FO) dan sebagainya. Yang dimaksud dengan produk Non BBM adalah hasil kilang di luar BBM, yaitu low sulphur waxy residu (LSWR), naptha, bahan pelumas, asphalt dan sebagainya. Yang dimaksud dengan produk petrokimia adalah hasil pengolahan dari gas dan produk Non BBM yaitu purified terephtalic acid (PTA), methanol, polypropylene, olefin, paraxylene dan lain-lain. 2. Uraian Kegiatan Pengotahan Pengolahan meliputi semua kegiatan dalam rangka proses pengolahan minyak mentah dan gas bumi menjadi produk yang terdiri dari BBM dan Non BBM serta pengolahan dari gas dan Non BBM menjadi produk petrokimia, yang meliputi : a. Menentukan jenis dan banyaknya minyak mentah yang akan diolah dan produk minyak yang akan dihasilkan dengan memperhatikan karakteristik dan kapasitas kilang, dan persediaan serta permintaan produk. b. Mengolah minyak mentah dan gas bumi yang meliputi proses pengolahan pertama, proses pengolahan kedua, proses

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
pengolahan lain dan proses treating unit. Proses pengolahan pertama meliputi :
n

Page 19 of 55

Mengolah minyak mentah dengan menggunakan unit destilasi untuk menghasilkan fraksi gas, naptha, kerosene, ADO dan long residu sesuai spesifikasi yang diperlukan. Mengolah kembali fraksi hasil minyak yang tidak sesuai dengan fraksi yang dikehendaki (off srade) serta hasil slops dengan menggunakan unit destilasi ulang untuk menghasilkan antara lain FO. Mengolah long residu dari hasil bottom crude destiller dengan menggunakan vacuum unit untuk menghasilkan flashed gas oil dan short residu yang seterusnya diolah pada proses pengolahan kerja.

Proses pengolahan kedua yang meliputi :


n

Mengolah minyak berat (heavy gas oil) dengan menggunakan unit perengkah (cracking unit) menjadi produk lain seperti migas, kero dan diesel. Meningkatkan kadar oktan dari migas dengan menggunakan unit reforming unit. Mengolah gas atau fraksi ringan yang mengandung propane dan butane menjadi liquifiedpetroleum gas (LPG), butane dan butylene menjadi avigas dan propylene menjadi polypropytene.

Proses pengolahan lain yang meliputi :


n

n n

Mengolah flashed gas oil menjadi bahan lilin dengan menggunakan wax plant Mengolah flashed gas oil menjadi Tube base dengan menggunakan lube plant. Mengolah short residu menjadi bitumen asphalt dengan menggunakan asphalt plant. Mengolah short residu menjadi coke dengan menggunakan coker unit. Menghilangkan/mengurangi kontaminasi yang tidak dikehendaki pada produksi intermediate yang telah memenuhi spesifikasi atau pada produk hasil minyak lain dengan menggunakan treating unit. a. Memeriksa jenis produk yang dihasilkan untuk menentukan kualitasnya agar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan melalui proses analisa laboratorium. b. Menyalurkan produk hasil kilang : melalui pipa sampai ke kapal tanker atau tenki timbun distribusi. 1. Jenis Beban Pengolahan Beban pengotahan meliputi beban yang diperlukan dalam rangka mengolah minyak mentah dan gas bumi hingga menjadi produksi BBM dan Non BBM serta pengolahan dari gas bumi dan Non BBM menjadi produk petrokimia, yang terdiri dari

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 20 of 55

Beban proses pengolahan pertama, meliputi : a. Beban pengolahan untuk penyulingan pada unit destilasi. b. Beban pengolahan untuk penyulingan ulang pada unit destilasi ulang. c. Beban pengolahan untuk penyulingan hampa pada vacuum unit. d. Beban pemeliharaan dan perbaikan unit-unit di atas. e. Beban utilitas seperti uap, listrik dan air pendingin. f. Beban refinery fuel dan gas. g. Beban penerimaan dan penimbunan minyak mentah dan produksi. h. Beban laboratorium pengujian minyak mentah dan produk. Beban proses pengolahan kedua yang meliputi : a. Beban pengolahan untuk merengkah minyak berat pada unit perengkah' b. Beban meningkatkan kadar oktan dari migas pada reforming unit. c. Beban pengolahan gas dan fraksi ringan pada LPG plant polypropylene plant. d. Beban pemeliharaan dan perbaikan unit dan plant di atas. e. Beban utililas seperti uap, listrik dan air pendingin. f. Beban penimbunan produk. g. Beban laboratorium pengujian produk. Beban proses pengolahan lainnya, antara lain meliputi beban pengolahan : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Flashed gas oil pada wax plant Flashed gas oil pada lube plant Short residu pada asphalt plant Short residu pada coker unit Pada treating unit Gas alam pada methanol plant Etylene pada olefin plant Paraxylene pada aromatic plant Beban pabrik penunjang lainnya, seperti drumplant, oxygen plant dan lain-lain. Beban umum pengolahan, meliputi : a. Beban umum langsung seperti beban sewa peralatan, beban tenaga ahli, beban asuransi tenaga kerja langsung dan lain-lain. b. Beban umum tak langsung seperti beban asuransi umum, beban penyusutan aktiva tetap, beban pajak, beban overhead pengolahan dan lain-lain.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 21 of 55
3. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pengolahan Harga perolehan Aktiva Tetap Pengolahan (ATP), baik pengolahan langsung maupun tidak langsung meliputi : a. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan proses pengolahan pertama. b. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan proses pengolahan kedua c. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan proses pengolahan lain. d. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan fasilitas pengolahan (storage, handling dan blending facilities). e. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan prasarana pengolahan (utilities dan auxiliaries). f. Harga perolehan ATP Vang berhubungan dengan aktiva tetap tidak bergerak umum. g. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan sarana pengangkutan. h. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan bangunan kantor, wisma dan perumahan. i. Harga perolehan ATP yang berhubungan dengan aktiva tetap umum bergerak. 4. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan ATP Kegiatan pengolahan meliputi semua kegiatan dalam rangka proses pengolahan minyak mentah dan gas bumi menjadi produk yang terdiri dari BBM dan Non BBM serta pengolahan gas bumi dan Non BBM menjadi produk petrokimia. Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Proses Pengolahan Pertama Semua beban yang timbul dalam unit-unit proses pengolahan pertama diperlakukan sebagai beban operasi pengolahan. Beban-beban yang timbul dalam proses ini dikelompokkan dalam tiga aktivitas, yaitu : a. Aktivitas unit-unit proses pengolahan
n

n n

Beban penyulingan pada crude distiller, atmospheric distilling, dan topping unit. Beban penyulingan ulangan pada redistiller dan rerun pipe still. Beban penyulingan hampa pada vacuum unit, vacuum pipe still, vacuum flash unit. a. Aktivitas instalasi utilitas :

n n n

Beban instalasi pembangkit tenaga listrik. Beban instalasi penghasil uap panas. Beban instalasi air pendingin, dan sebagainya.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
n

Page 22 of 55
Beban instalasi utilitas lainnya. a. Aktivitas jasa pemeliharaan : Antara lain meliputi beban perbaikan/pemeliharaan, beban utilitas, beban penimbunan, beban laboratorium pengujian, beban transportasi, dan sebagainya. Perlakuan Akuntansi Pengolahan Kedua terhadap Beban Proses

Semua beban yang timbul dalam unit-unit proses pengolahan kedua diperlakukan sebagai beban operasi pengolahan. Beban-beban yang timbul dalam proses ini dikelompokkan dalam tiga aktivitas: a. Aktivitas unit-unit proses pengolahan:
n

Beban perengkahan pada thermal cracking, fluid catalytic cracking unit, hydrocracker, dan visbreaker. Beban reforming pada thermal reforming dan platformer. Beban unit-unit proses pengolahan gas dan fraksi ringan seperti LPG plant dan polypropylene plant. Beban unit proses pengolahan gas alam (natural gas fractination). a. Aktivitas instalasi utilitas:

n n n n

Beban Beban Beban Beban

instalasi instalasi instalasi instalasi

pembangkit tenaga listrik. penghasil uap panas. air pendingin, dan sebagainya. utilitas lainnya. a. Aktivitas jasa pemeliharaan:

n n n

Beban perbaikan/pemeliharaan. Beban utilitas. Beban penimbunan, beban laboratorium pengujian dan beban transportasi pipeline. Beban utilitas lainnya.

Perlakuan akuntansi terhadap beban proses pengolahan lainnya. Semua beban Vang timbul dalam unit-unit proses pengolahan lainnya diperlakukan sebagai beban operasi pengolahan. Beban-beban yang timbul dalam proses ini dikelompokkan dalam tiga aktivitas : a. Aktivitas unit-unit proses pengolahan.
n

Beban pada wax plant, lube plant, asphalt plant, coker unit dan lain-lain.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
n

Page 23 of 55
Beban pada treating unit. a. Aktivitas instalasi utilitas.
n n n n

Beban Beban Beban Beban

instalasi instalasi instalasi instalasi

pembangkit tenaga listrik. penghasil uap panas. air pendingin dan sebagainya. utilitas lainnya. a. Aktivitas jasa pemeliharaan Beban yang timbul dalam aktivitas ini antara lain adalah beban perbaikan dan pemeliharaan, beban utilitas, beban penimbunan, beban laboratorium pengujian, dan beban transportasi produk. Perlakuan akuntansi pengolahan terhadap beban umum

Semua beban umum yang timbul dalam aktivitas pengolahan baik yang langsung berhubungan dengan aktivitas pengolahan maupun yang tidak langsung, diperlakukan sebagai beban operasi pengolahan yang dialokasikan menurut departemen atau unit kegiatannya masingmasing. Perlakuan akuntansi terhadap harga perolehan ATP. Pengeluaran ini merupakan pengeluaran modal: a. Harga perolehan ATP b. Pengeluaran untuk penggantian bagian suatu unit ATP yang menambah kapasitasnya, c. Nilai tunai dari pembayaran sewa guna dalam rangka capital lease, d. Biaya bunga masa konstruksi atas dan pinjaman yang dipakai untuk pembangunan proyek BAB VI AKUNTANSI TRANSPORTASI 1. Definisi Transportasi Transportasi adalah pengangkutan minyak ,entah dan produk (termasuk Liquified Natural Gas = LNG dan LPG) dengan kapal atau alat apung lain melalui laut dan atau sungai dari pelabuhan muat ke lokasi pelabuhan bongkar secara langsung maupun melalui sarana timbun apung.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 24 of 55

2. Uraian Kegiatan Transportasi Transportasi melalui kapal atau alat apung lain meliputi kegiatan penerimaan, pengangkutan dan penyerahan muatan minyak mentah dan produk dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar dengan menggunakan kapal milik, kapai sewa beli maupun kapal charter. 3. Jenis Beban Transportasi Beban transportasi meliputi beban-beban yang timbul dalam rangka kegiatan penerimaan, pengangkutan dan penyerahan minyak mentah dan produk dengan kapal atau alat apung lain yang meliputi: Beban pengoperasian kapal milik Vang terdiri dari : 1. Beban yang terlibat dalam mempersiapkan pengoperasian kapal agar berada dalam keadaan laik laut dan siap beroperasi (running cost) yang meliputi beban-beban :
n n n n n n n n

Jasa pengurusan kapal Pengawakan kapal Pengadaan proviand Pengadaan material (perlengkapan) kapal Reparasi kapal (running repair) Kerusakan yang ditimbulkan oleh kapal Komunikasi kapal Asuransi kapal a. Beban untuk pengoperasian kapal dalam pelaksanaan pelayarannya (operating cost), yang meliputi beban-beban:

n n n n n n n

Kepelabuhan (port charges & clearance) Air tawar kapal Keagenan kapal Bahan bakar kapal (bunker) Bonus cargo tank cleaning Uang harian ke luar negeri Asuransi kapal

Beban pengoperasian kapal charter terdiri dari :


n n

Beban sewa kapal Beban operasi kapal dalam hal beban tersebut menjadi tanggungan dari pihak penyewa sesuai dengan kontrak.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 25 of 55

1. Harga Perolehan Aktiva Tetap Transportasi Harga perolehan aktiva tetap transportasi pengangkut minyak mentah dan produk serta penunjangnya diperoleh dengan cara membangun sendiri dan beli langsung serta sewa guna modal (capital lease) yang meliputi perolehan kapal tanker dan kapal ringan. 2. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban Transportasi dan Harga Perolehan Aktiva Tetap Transportasi Kegiatan transportasi minyak mentah dan produk meliputi kegiatan dalam rangka penerimaan, pengangkutan dan penyerahan minyak mentah dan produk dengan kapal atau alat apung lain dengan perlakuan akuntansi adalah sebagai berikut : a. Terhadap pengoperasian kapal milik, beban yang terjadi diperlakukan sebagai beban langsung selama periode operasi kapal. b. Perlakuan akuntansi terhadap kapal sewa (charter) sesuai dengan perjanjian dan kesepakatan sewa menyewa kapal (charter party) yang meliputi :
n

Time charter

Beban sewa dan operasi kapal yang didasarkan pada masa sewa dalam jangka waktu yang telah ditetapkan diperlakukan sebagai beban.
n

Voyage charter

Beban sewa yang didasarkan pada pengangkutan muatan tertentu dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar diperlakukan sebagai beban sedangkan beban operasinya akan ditagih kembali kepada pemilik kapal.
n

Bareboat charter

Beban penyewaan kapal tanpa awak kapal dan beban operasinya untuk jangka waktu yang telah ditetapkan diperlakukan sebagai beban. a. Perlakuan akuntansi terhadap harga perolehan aktiva tetap transportasi adalah sebagai berikut:
n

Kapal tanker dan/atau kapal ringan yang diperoleh dengan cara membangun sendiri dan/atau membeli langsung dikapitalisasi sebesar harga perolehan yang didasarkan pada satu kesatuan kapal termasuk perlengkapannya dalam kondisi kapal siap pakai. Kapal tanker yang diperoleh dengan cara sewa guna modal dikapitalisasi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 26 of 55
atas dasar nilai tunai (present value) dari seluruh jumlah angsuran yang dilakukan selama masa kontrak. Pengeluaran tambahan untuk memperoleh perlengkapan kapal di luar perlengkapan semula, dikapitalisasi sebagai kesatuan nilai kapal semula. Pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan perubahan umur ekonomis dan perubahan kapasitas kapal dikapitalisasi. BAB VII AKUNTANSI PEMASARAN 1. Definisi Pemasaran Pemasaran adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan penjualan minyak mentah, gas bumi dan produk kepada pemakai atau penyalur di dalam dan di luar negeri. 2. Uraian Kegiatan Pemasaran Kegiatan pemasaran meliputi pembekalan dalam negeri dan ekspor minyak mentah, gas bumi serta produk lainnya. a. Kegiatan penyediaan dan penjualan BBM dan Non BBM kepada pemakai dan penyalur dalam negeri, meliputi
n n n

n n

Analisa pasar Perencanaan penjualan dan pemakaian sendiri Pengadaan yang mencakup antara lain pencampuran dan pengisian produk ke dalam kemasan serta penyalurannya. Pelaksanaan penjualan Penyuluhan, pengendalian mutu, pembinaan saluran penjualan dan promosi Pemeliharaan sarana penjualan. a. Kegiatan penyediaan dan penjualan minyak mentah dan produk untuk diekspor, meliputi

n n

n n n

Analisa pasar Perencanaan kebutuhan penyediaan dan pemasaran minyak mentah dan produk untuk diekspor. Perencanaan pemenuhan kebutuhan para pembeli / caIon pembeli minyak mentah dan produk kilang. Pengembangan pangsa pasar minyak mentah dan produk kilang. Penetapan harga/allowance/premium dan biaya administrasi. Persiapan dan penyelesaian kontrak penjualan minyak mentah dan produk kilang. Pengaturan jadwal pengapalan ekspor minyak mentah dan produk kilang serta pelaksanaannya. Pemberitahuan data pengapalan kepada pembeli

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
n n

Page 27 of 55
Pengawasan kualitas minyak mentah dan produk kilang yang diekspor. Penyiapan dan penyelesaian faktur. a. Kegiatan penyediaan dan penjualan gas yang meliputi
n n n

n n

Analisa pasar Perencanaan penjualan dan pemakaian sendiri Pengadaan yang mencakup antara lain pencampuran dan pengisian produk ke dalam kemasan serta penyalurannya. Pelaksanaan penjualan Penyuluhan, pengendalian mutu, pembinaan saluran penjualan dan promosi Pemeliharaan sarana penjualan. 1. Jenis Beban Pemasaran Beban pemasaran menurut jenis produk dan lokasi adalah sebagai berikut : a. Untuk pemasaran produk kilang di dalam negeri meliputi

n n n n n n n n n

Beban pengadaan dan penyaluran Beban fabrikasi dan pengemasan Beban sarana pemasaran Beban promosi Beban penyuluhan Beban jasa teknik Beban pengendalian mutu Beban penelitian dan pengembangan Beban umum. a. Beban pemasaran gas di dalam negeri, meliputi:

n n n n n

Beban rumah pompa, kompresor dan booster Beban stasiun pemanas Beban pipa saluran gas Beban telemetering Beban lain-lain. a. Beban pemasaran minyak mentah dan produk kilang yang diekspor ke luar negeri meliputi beban umum dalam rangka peningkatan pemasaran minyak dan produk kilang, penutupan kontrak dan beban administrasi lainnya. 1. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pernasaran Aktiva tetap pemasaran merupakan sarana pemasaran dalam negeri. Biaya aktiva tetap tersebut meliputi harga perolehan:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 28 of 55

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1.

Instalasi, depot, DPPU, SPBU Pipa saluran produk dan gas Sarana angkutan darat Sarana angkutan air Pabrik drum dan pabrik tabung LPG Rumah pompa, kompresor dan booster Stasiun pemanas Telemetering. Perlakuan Akuntansi terhadap Beban Pemasaran dan Harga Perolehan Aktiva Tetap Pemasaran Perlakuan akuntansi terhadap beban pemasaran hasil produksi di dalarn dan di luar negeri serta biaya perolehan aktiva tetap adalah sebagai berikut :

1. Semua beban pemasaran produk di dalarn negeri diperlakukan sebagai beban operasi pemasaran, sedang beban fabrikasi dan pengemasan termasuk dalam harga pokok produk. 2. Semua beban pemasaran gas di dalam negeri diperlakukan sebagai beban operasi pemasaran. 3. Semua beban pemasaran minyak mentah dan produk kilang ke luar negeri diperlakukan sebagai beban operasi pemasaran. 4. Semua harga perolehan aktiva tetap dalam kegiatan pemasaran dikapitalisasi dan disusutkan sebagaimana mestinya BAB VIII AKUNTANSI LAIN-LAIN Akuntansi lainnya terdiri dari : A. Akuntansi pelabuhan khusus B. Akuntansi telekomunikasi C. Akuntansi kontrak bantuan teknis (TAC) D. Akuntansi unitisasi E. Akuntansi pengurasan tahap kedua (secondary recovery) F. Akuntansi joint operation A. AKUNTANSI PELABUHAN KHUSUS 1. Definisi Pelabuhan Khusus Yang dimaksud dengan pelabuhan khusus adalah

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 29 of 55
pelabuhan yang dimiliki dan dioperasikan PERTAMINA untuk menunjang operasi migas. 2. Uraian Kegiatan Pelabuhan Khusus Kegiatan pelabuhan khusus menyangkut kepelabuhanan, sarana kepelabuhan dan lindungan lingkungan. 1. Kepelabuhanan, meliputi :
n n

Penyediaan sarana tambat Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta penyelenggaraan pemeliharaan dan perbaikan pelabuhan. Pelaksanaan survai hidrografi untuk mendeteksi kedalaman alur Pelaksanaan kegiatan test tanah (soil test dalam pembangunan atau pendirian fasilitas pelabuhan dan lindungan lingkungan Pengurusan dan pemprosesan perizinan kepelabuhan, antara lain pandu, izin berlayar dan lain-lain. a. Sarana pelabuhan, meliputi :

Pengadaan sarana kepil dan kapal ringan serta pengkoordinasian pelayaran terhadap olah gerak kapal di pelabuhan khusus Pemungutan uang jasa pelabuhan terhadap kapal yang menggunakan fasilitas pelabuhan khusus dan menyetorkan sebagian dari pungutan tersebut ke Perum Pelabuhan. a. Lindungan lingkungan yaitu :

Pencegahan terhadap kemungkinan tertumpahnya minyak di perairan pelabuhan serta penanggulannya Pemungutan jasa lindungan lingkungan. 1. Jenis Beban Pelabuhan Khusus a. Untuk pelabuhan terdiri dari :

n n n

Beban sewa perairan Beban dermaga Beban lain-lain. a. Untuk sarana pelabuhan terdiri dari :

n n n n

Beban Beban Beban Beban

labuh dan tambat kapal operasi kapal tunda operasi kapal tambat operasi kapal pengangkut anak buah kapal

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
n n

Page 30 of 55
Beban operasi tongkang air Beban lain-lain. a. Untuk lindungan lingkungan terdiri dari :
n n n

Beban pencegahan tumpahan minyak Beban personil Beban lain-lain. 1. Harga Perolehan Aktiva Tetap Pelabuhan Khusus Biaya perolehan aktiva tetap pelabuhan khusus meliputi harga perolehan : a. Fasilitas dan perlengkapan pelabuhan. b. Fasilitas perlengkapan lindungan lingkungan. a. Perlakuan Akuntansi terhadap Jenis Beban dan Harga Perolehan Aktiva Tetap Pelabuhan Khusus Kegiatan pelabuhan khusus meliputi semua kegiatan pelabuhan yang dimiliki dan dioperasikan PERTAMINA untuk menunjang operasi migas dan aktiva lainnya. Perlakuan akuntansi yang menyangkut kegiatan ini adalah sebagai berikut : a. Semua beban yang timbul dalam pengelolaan kepelabuhan, sarana pelabuhan dan lindungan lingkungan diperlakukan sebagai beban operasi pelabuhan khusus. b. Semua harga perolehan fasilitas dan perlengkapan pelabuhan khusus dan lindungan lingkungan dikapitalisasi dan disusutkan sebagaimana mestinya. A. AKUNTANSI TELEKOMUNIKASI A. Definisi Telekomunikasi Yang dimaksud telekomunikasi adalah seluruh jaringan serta perangkat komunikasi dengan radio, telepon, telex facsimile guna menunjang operasi PERTAMINA. B. Uraian Kegiatan Telekomunikasi Telekomunikasi meliputi semua kegiatan perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pembinaan dan pengawasan yang berkaitan dengan data atau informasi dalam berbagai bentuk seperti voice, naskah, gambar, data komputer, dan data navigasi dengan menggunakan berbagai sarana telekomunikasi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 31 of 55

C. Jenis Beban Telekomunikasi Beban telekomunikasi metiputi semua beban dalam rangka kegiatan komunikasi guna menunjang operasi PERTAMINA yang terdiri dari : a. Beban sewa saluran (leased channal) b. Beban izin komunikasi dan hak penyelenggaraan c. Beban sambungan/pemasangan/pemindahan saluran d. Beban pelangganan saluran telepon instansi di luar PERTAMINA yang menunjang operasi PERTAMINA e. Beban lain-lain. a. Harga Perolehan Aktiva Tetap Telekomunikasi Biaya perolehan aktiva tetap meliputi harga perolehan perlengkapan telekomunikasi. telekomunikasi fasilitas dan

b. Perlakuan Akuntansi Terhadap, Jenis Beban dan Harga Perolehan Aktiva Tetap Telekomunikasi a. Beban telekomunikasi. Semua beban yang timbul dalam pengoperasian telekomunikasi diperlakukan sebagai beban operasi telekomunikasi. b. Harga perolehan aktiva tetap telekomunikasi. Semua biaya perolehan aktiva tetap telekomunikasi dikapitalisasi dan disusutkan sebagaimana mestinya, kecuali aktiva tetap telekomunikasi yang diserahkan ke Perumtel yang dibukukan sebagai aktiva lain-lain (biaya yang ditangguhkan). A. STANDAR AKUNTANSI KONTRAK BANTUAN TEKNIS (TECHNICAL ASSISTANCE CONTRACT = TAC) A. Definisi Kontrak Bantuan Teknis Kontrak bantuan teknis merupakan suatu behtuk hubungan kerja, antara dua atau lebih perusahaan minyak, di mana pihak pertama memiliki lapangan minyak untuk dikembangkan dan pihak kedua berjanji untuk menyediakan dana dan jasa guna merehabilitasi dan mengembangkan lapangan tersebut dengan menanggung seluruh biaya pengelolaan untuk meningkatkan produksi lapangan. Pihak yang menyediakan dana dan jasa akan memperoleh bagian dari pertambahan produksi tersebut sesuai kontrak. B. Uraian Kegiatan Kontrak Bantuan Teknis. Kegiatan kontrak bantuan teknis meliputi kegiatan rehabilitasi, pengembangan dan produksi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 32 of 55

Tugas dan kegiatan pihak yang memiliki lapangan adalah sebagai berikut: a. Menyerahkan lapangan yang akan direhabilitasi dan dikembangkan untuk dikeloia oleh pihak pemberi dana dan jasa. b. Mengendalikan pelaksanaan pengelolaan lapangan tersebut. c. Memeriksa, meneliti, dan menyetujui beban pengelolaan lapangan tersebut sebagai pengurang dari tambahan hasil produksi (cost recovery). Tugas dan kegiatan pihak yang menyediakan dana dan jasa adalah sebagai berikut: a. Mengelola rehabilitasi dan mengembangkan lapangan untuk menghasilkan produksi yang melebihi produksi lapangan sebelum direhabilitasikan dan dikembangkan. b. Memperhitungkan biaya pengelolaan lapangan tersebut sebagai biaya produksi yang harus dipulihkan (cost recovery) oleh pihak pemilik lapangan sesuai kontrak. b. Jenis Biaya dan Beban Kontrak Bantuan Teknis Biaya dan beban kontrak bantuan teknis meliputi biaya pengembangan dan beban produksi. Jenis biaya pengembangan dan beban produksi telah diatur sebelumnya dalam akuntansi pengembangan dan produksi. c. Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya dan Beban Kontrak Bantuan Teknis Biaya pengembangan dan beban produksi yang timbul dalam pengelolaan tersebut masing-masing diperlakukan sebagai biaya yang dikapitalisasi dan sebagai beban. C. STANDAR AKUNTANSI UNITISASI A. Definisi Unitisasi Unitisasi adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih perusahaan minyak untuk mengusahakan pengembangan dan produksi dua atau lebih lapangan minyak dan gas bumi yang secara geologis berdekatan dengan menanggung biaya dan membagi produksinya sesuai dengan perjanjian. Dalam operasi unitisasi pada umumnya terkait suatu kerja sama antara perusahaan yang bertindak sebagai operator dan non operator.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 33 of 55

Perusahaan operator adalah perusahaan yang melaksanakan operasi unitisasi, sedang perusahaan non operator adalah peserta lain dalam unitisasi yang tidak ikut dalam pelaksanaan operasi unitisasi. B. Uraian Kegiatan Unitisasi Unitisasi meliputi kegiatan pengernbangan dan produksi. Dalam unitisasi terkait kerja sama antara perusahaan yang berfungsi sebagai operator dan perusahaan yang, berfungsi sebagai non operator. a. Tugas dan kegiatan perusahaan operator adalah sebagai berikut: n

Membiayai sebagian dari biaya operasi sesuai dengan kesepakatan yang dinyatakan dalam perjanjian. Melaksanakan operasi yang meliputi kegiatan pengembangan dan produksi lapangan. Menerima sebagian biaya operasi dari perusahaan non operator untuk membiayai operasi sesuai perjanjian. memberikan pertanggungjawaban atas pengeluaran biaya operasi yang menjadi bagian perusahaan non operator. a. Perusahaan non operator wajib rnenyerahkan uang/barang/jasa untuk membiayai sebagian dari operasi kepada perusahaan operator sesuai dengan kesepakatan yang dinyatakan dalam perjanjian. 1. Jenis Biaya dan Beban Unititas Biaya dan beban unitisasi meliputi biaya pengernbangan dan beban produksi. Jenis biaya pengembangan dan beban produksi telah diatur sebelumnya dalam standar akuntansi pengembangan dan standar akuntansi produksi. 2. Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya dan Beban Unitisasi Biaya dan beban yang timbul dari pengelolaan unitisasi dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama antara perusahaan operator dan non operator. Perlakuan akuntansi terhadap biaya dan beban yang menjadi tanggungan masing-masing perusahaan dicatat sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya biaya pengembangan dikapitalisasi sedangkan pengeluaran untuk produksi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
diperlakukan sebagai beban.

Page 34 of 55

D. AKUNTANSI KONTRAK PENGURASAN TAHAP KEDUA 1. Definisi Pengurasan Tahap Kedua (secondaryrecoveries) Pengurasan tahap kedua merupakan metode pengurasan minyak dan gas bumi dengan menginduksikan suatu tenaga dorongan buatan ke dalam formasi untuk meningkatkan produksi di atas tingkat produksi yang dapat dicapai dengan cara pengurasan tahap pertama. Pengurasan tahap kedua dapat dilaksanakan sendiri atau dalam bentuk kontrak dengan pihak lain. Sub bab ini hanya mengatur pegurasan tahap kedua yang dilaksanakan dalam bentuk kontrak. Pengurasan tahap kedua yang dilakukan sendiri telah diatur dalam bab akuntansi produksi. 2. Uraian Kegiatan Pengurasan Tahap Kedua Kontrak pengurasan tahap kedua mengatur tugas dan kewajiban sebagai berikut : 1. Tugas dan kewajiban perusahaan yang memiliki lapangan minyak dan gas bumi adalah sebagai berikut :
n

Menyerahkan kegiatan pengembangan dan produksi lapangan minyak dan gas bumi tua kepada pihak yang akan mengusahakan pengurasan tahap kedua. Melaksanakan pengendalian biaya-biaya yang terjadi dalam operasi pengurasan tahap kedua yang dikeluarkan oleh pihak yang melaksanakannya. Membiayai sebagian dari biaya operasi sesuai dengan kesepakatan yang dinyatakan dalam kontrak, jika pihak pemilik lapangan minyak dan gas bumi turut berperan serta dalam operasi tersebut. a. Tugas dan kewajiban perusahaan yang melaksanakan pengurasan tahap kedua adalah sebagai berikut :

Melaksanakan pekerjaan pengembangan lapangan minyak dan gas bumi yang meliputi pemboran kembali guna menilai tingkat ekonomis kandungan hydrocarbon. Melaksanakan pengurasan (produksi) minyak dan gas bumi ke permukaan bumi. Memberikan pertanggungjawaban atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan kepada pemilik lapangan minyak dan gas bumi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 35 of 55

1. Jenis Biaya dan Beban Pengurasan Tahap Kedua Biaya dan beban pengurasan tahap kedua meliputi biaya pengembangan dan beban produksi. Jenisjenis biaya dan beban adalah sama seperti yang dirinci dalam standar akuntansi pengembangan dan produksi. 2. Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya dan Beban Pengurasan Tahap Kedua Perlakuan akuntansi terhadap biaya pengembangan dan beban produksi yang timbul dalam operasi pengurasan tahap kedua masingmasing diperlakukan sebagai biaya yang dikapitalisasi dan sebagai beban. D. AKUNTANSI JOINT OPERATION A. Definisi Joint Operation Joint operation adalah suatu bentuk kerja sama permodalan antara dua atau lebih perusahaan minyak untuk mengusahakan eksplorasi, pengembangan dan produksi suatu wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi, dengan menanggung biaya dan produksinya sesuai dengan kontrak. B. Uraian Kegiatan Joint Operation Joint operation dimaksudkan untuk mengurangi resiko dan menekan biaya perusahaanperusahaan yang mengadakan kerja sama. Joint operation meliputi kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi. Dalam joint operation terkait kerja sama antar perusahaan yang berfungsi sebagai pengelola suatu wilayah pertambangan (operator) dengan perusahaan lain yang ikut dalam penyertaan (non operator). Kerja sama tersebut, dapat terjadi dalam berbagai bentuk joint operation antara lain Joint Operating Agreement (JOA) dan Joint Operating Body (JOB). Dalam hal JOA, PERTAMINA bertindak sebagai non operator sedangkan kontraktor asing bertindak sebagai operator. Dalam JOB, PERTAMINA sebagai operator dan kontraktor asing sebagai non operator.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 36 of 55

Tugas dan kewajiban operator adalah sebagai berikut : a. Berperan serta membiayai sebagian dari biaya operasi dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi suatu wilayah pertambangan. b. Melaksanakan pengelolaan suatu wilayah kerja pertambangan yang meliputi kegiatan eksplorasi, pengembangan dan produksi. c. Menerima dari dan mempertanggungjawabkan bagiannya atas biaya operasi pengelolaan wilayah pertambangan tersebut kepada non operator. Perusahaan non operator berkewajiban menyerahkan uang/jasa untuk membiayai sebagian dari operasi pengelolaan wilayah pertambangan tersebut di atas sesuai perjanjian. a. Jenis Biaya dan Beban Joint Operation Jenis biaya dan beban joint operation meliputi : a. b. c. a. Biaya dan beban eksplorasi Biaya pengembangan Beban produksi. Perlakuan Akuntansi Terhadap Jenis Biaya dan Beban Joint Operation. Biaya dan beban yang timbul dalam rangka pengelolaan wilayah kerja pertambangan dari joint operation dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama antara perusahaan operator dan non operator. Perlakuan akuntansi terhadap biaya dan beban tersebut yang menjadi tanggungan masingmasing perusahaan dicatat sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya pengeluaran eksplorasi dikapitalisasi atau diperlakukan sebagai beban, biaya pengembangan dikapitalisasi dan pengeluaran untuk produksi diperlakukan sebagai beban. BAB IX TANGGAL BERLAKU Pernyataan ini berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penyusunan laporan keuangan mulai tahun

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 37 of 55
buku yang berakhir pada tanggal 31 Maret 1991.

Lampiran 1 SEJARAH PERMINYAKAN DI INDONESIA

b. Sebelum Tahun 1971 a. Zaman penjajahan Hindia Belanda sebelum tahun 1941 Gagasan untuk menambang minyak dan gas bumi di Indonesia muncul sejak ditemukannya cadangan minyak pada tahun 1885 di Telaga Said Sumatera Utara oleh A.J. Zijlker, seorang pengusaha perkebunan berkebangsaan Belanda. Untuk mengatur penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1899 mengeluarkan undang-undang yang disebut sebagai lndische Mijn Wet dan diumumkan dalam Staatsblad Nomor 214 tahun 1899. Dalam undang-undang tersebut, pengusahaan dan penambangan diatur menurut wilayah konsesi penambangan. Pola kerja sama dalam undang-undang tersebut di dasarkan pada pengakuan hak individual secara menonjol. Peta pembagian wilayah konsesi penambangan di Indonesia sampai dengan tahun 1941 adalah sebagai berikut:
n

n n n

Wilayah konsesi dari Bataafsche Petroleum Maatschapplj (BPM) dan Caltex terletak di daerah Sumatera Bagian Utara dan Tengah. Wilayah konsesi Nederlansch lndische Ardolie MU (NIAM) terletak di daerah Jambi. Wilayah konsesi Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM) dan BPM terletak di daerah Sumatera Bagian Selatan. Wilayah konsesi BPM terletak di daerah Jawa Timur dan Cepu. Wilayah konsesi NIAM terletak di daerah Kalimantan Timur. Wilayah konsesi Nederlansche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) terletak di daerah lrian Jaya. a. Zaman Pendudukan Jepang Tahun 1441 - 1945. Selama pendudukan Jepang, kegiatan pengusahaan minyak dan gas bumi oleh perusahaan-perusahaan tersebut di atas terhenti, karena semua ladang minyak diambil alih oleh Jepang yang kemudian melanjutkan operasi dari sebagian besar ladang minyak tersebut. b. Zaman Indonesia Merdeka

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 38 of 55

Pemerintah Indonesia mengambil alih pengusahaan minyak dan gas bumi dengan membentuk tiga badan pengelola yaitu:
n

Perusahaan Tambang Minyak Nasional Republik Indonesia (PTMNRI) untuk wilayah Sumatera Utara Perusahaan Minyak Republik Indonesia (PERMIRI) untuk wilayah Sumatera Selatan. Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN) untuk wilayah Jawa Timur.

Dengan berdirinya Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 19 Desember 1949, terjadi perubahan wilayah konsesi penambangan di Indonesia, yaitu: PTMNRI untuk wilayah Sumatera Utara, CALTEX untuk wilayah Riau daratan, BPM & STANVAC untuk wilayah Sumatera Selatan, BPM & PTMN untuk wilayah Jawa Timur. Selama periode 1951 sampai dengan 1959 terjadi perubahan sebagai berikut:
n

PTMNRI diganti menjadi Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI) tahun 1951. PTMRI kemudian diganti menjadi Perusahaan Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU) tahun 1954. Pada tanggal 10 Desember 1957 TMSU dibubarkan dan diganti menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PT Permina) tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai tanggal berdirinya PERTAMINA. Pemerintah RI membeli NIAM dan diganti menjadi PT Pertambangan Minyak Indonesia (PT Permindo) pada tahun 1959.

Pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia telah diatur dalam pasal 33 ayat (2) dan (3) UndangUndang Dasar (UDD) 1945. Karena pada waktu itu belum ada undangundang yang mengatur maka, meskipun tidak sesuai dengan UUD 1945, cara konsesi masih diberlakukan sampai dengan tahun 1959. Pada tahun 1960 dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 pengganti undang-undang tentang Perusahaan Negara. Badan usaha ini merupakan pengelola bidang-bidang produksi tertentu yang harus dikuasai negara. Selanjutnya dikeluarkan Undang-undang (UU) Nomor 4 tahun Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, di mana antara lain diatur. 1960 tentang

Pasal (1) - bahan galian minyak dan gas bumi merupakan kekayaan nasional yang harus dikuasai oleh negara. Pasal (3) - pengusahaannya hanya dilaksanakan oleh Perusahaan Negara. oleh negara yang

Pasal (5) - kontraktor hanyalah pihak yang bekerja untuk membantu Perusahaan Negara dan menerima imbalan untuk hasil kerja tersebut. Sejak berlakunya Undang Undang Nomor 44 Tahun 1960 praktis lndishce Mijn Wet tidak berlaku lagi di Indonesia. Pada waktu itu di Indonesia terdapat tiga perusahaan besar:
n

PT Shell Indonesia yang beroperasi di daerah sekitar Balikpapan dan Piaju.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
n

Page 39 of 55
PT Caltex Pasific Indonesia (PT CPI) yang beroperasi di daerah Riau Daratan. PT Stanvac Indonesia (PTSI) yang beroperasi di Sumatra Selatan dan Riau Daratan.

Pada tahun 1961 pemerintah mendirikan tiga perusahaan yaitu:


n

Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia (PN Pertamina) dengan daerah operasi Sumatra Selatan dan Riau Daratan. Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Nasional (PN Permigan) yang mempunyai daerah operasi di Jawa Timur/Cepu. Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional (PN Permina) yang mempunyai daerah operasi di Sumatra Utara.

PN Pertamina pada tahun 1963 menandatangani perjanjian Kontrak Karya (KK = Contract of work) dengan PT CPI sedangkan PN Perniagaan menandatangani kontrak yang serupa dengan PTSI. Pada tahun 1965 PN Perniagaan dibubarkan dan daerahnya diserahkan kepada PN Pertamina dan PN Permina. Di lain pihak tugas pembekalan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri ditangani oleh PN Pertamin sedangkan pemasaran luar negeri oleh PN Permina. Berhubung perjanjian KK kurang sesuai dengan semangat UUD 1945 dan hasiinya kurang memuaskan maka sejak tahun 1963 kerja sama dengan kontraktor asing diatur dengan Kontrak Bagi Hasil (KBH = Production Sharing Contract). Pada tahun 1968 keluar PP Nomor 27 yang isinya melebur PN Pertamina dan PN Permina menjadi PN Pertamina. 1. Sesudah Tahun 1971 Pada tahun 1971 lahirlah UU Nomor 8 yang memberikan bentuk khusus kepada PN Pertamina. Dengan adanya undang-undang ini PN Pertamina menjadi PERTAMINA. UU Nomor 8 ini terdiri dari 14 bab yaitu: Ketentuan umum, Ketentuan Pendirian, Tujuan dan Lapangan Usaha, Modal, Kuasa Pertambangan, Tugas dan Kewajiban Perusahaan, Dewan Komisaris Pemerintah, Direksi, Tahun Buku, Anggaran Perusahaan, Laporan Perhitungan Tahunan, Pembubaran, Ketentuan Peralihan, dan Ketentuan Penutup. Mengenai undang-undang ini akan dibahas lebih lanjut dalam Lampiran 2. Mengingat perkembangan harga minyak yang meningkat pada tahun 1974 maka pemerintah mengadakan perubahan atas kewajiban kontraktor. Pembagian dari Net Operating Income KK sebesar 60 : 40 untuk keuntungan pemerintah dan pembagian dari hasil produksi dikurangi biaya operasi KBH sebesar 65 : 35 untuk keuntungan pemerintah berubah menjadi : pembagian dari lima dollar pertama (base price) tetap seperti semula, sedangkan selebihnya dibagi 85 : 15 untuk

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 40 of 55
keuntungan pemerintah. Perubahan ini kemudian kita kenal sebagai New Deal. Pada tahun 1976 diadakan lagi perubahanperubahan yang pada umumnya lebih menguntungkan Indonesia yaitu dihapuskannya base price dan pembagian antara Pemerintah dengan kontraktor menjadi 85 : 15 yang kemudian dikenal sebagai New Term. Sedangkan Pembagian yang menyangkut gas tidak mengalami perubahan yaitu tetap 65 : 35. Di dalam bagian Pemerintah Indonesia ini sudah termasuk kewajiban pajak dan pungutan lain dari kontraktor. Dengan berakhirnya KK pada tanggal 27 Nopember 1983, pembagian keuntungan khusus untuk Caltex berubah menjadi KBH dengan pembagian keuntungan 88 : 12. Bentuk kerja sama antara PERTAMINA dengan kontraktor asing adalah sebagai berikut : a. Kontrak Karya Hanya tiga perusahaan yang pernah terikat dengan kontrak ini yaitu PT CPI, PT SI dan PT Calasiatic & Topco (C&T). Dalam kontrak ini pembagian didasarkan pada keuntungan, sedangkan manajemen dan pemilikan assets berada di tangan kontraktor. Kontrak dengan PT. SI akan berakhir tahun 1992, sedangkan kontrak dengan PT C&T akan berakhir tahun 2001. b. Kontrak Bagi Hasil Ciri yang menonjol dari kontrak jenis ini adalah manajemen dan pemilikan assets berada di tangan PERTAMINA, serta yang dibagi adalah produksi setelah dikurangi biaya operasi. c. Kontrak Lainnya Selain dari kedua bentuk kontrak tersebut di atas juga dikenal bentukbentuk kontrak sebagai berikut:
n

Kontrak Unitisasi. Kontrak ini dilakukan dalam bentuk kerja sama antara dua atau lebih perusahaan minyak untuk mengusahakan pengembangan dan produksi lapangan minyak dan gas bumi yang secara geologis berdekatan dengan menanggung biaya dan membagi produksi sesuai dengan perjanjian. Kontrak Bantuan Teknis (Technical Assistance Contract = TAC). Ciri yang menonjol dari kontrak ini adalah usaha untuk meningkatkan produksi sumur tua milik PERTAMINA yang sudah menurun. Kontraktor melakukan semua kegiatan dan menanggung seluruh biayanya.

Produksi minyak yang melebihi produksi semula dibagi antara PERTAMINA dan kontraktor setelah memperhitungkan biaya produksi dan pembagiannya

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
berdasarkan ketentuan KBH.
n

Page 41 of 55

Perianjian Operasi Bersama (Joint Operotion Agreement). Merupakan suatu bentuk kerja sama permodalan antara dua atau lebih perusahaan minyak untuk mengusahakan eksplorasi, pengembangan dan produksi suatu wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi, dengan menanggung biaya dan produksinya sesuai dengan ketentuan kontrak. Kontrak Secondary Recovery (Secrec). Merupakan suatu bentuk kontrak pengurasan tahap kedua atas lapangan minyak dan gas bumi dengan menginduksikan suatu tenaga dorongan buatan ke dalam formasi untuk meningkatkan produksi di atas tingkat produksi yang dapat dicapai dengan cara pengurasaan tahap pertama. Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement). Ciri khusus dari jenis kontrak ini adalah bahwa PERTAMINA meminjam uang dari pihak asing untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas di dalam wilayah kerja PERTAMINA. Bila PERTAMINA tidak berhasil menemukan minyak dan gas bumi di wilayah tersebut, maka PERTAMINA dibebaskan dari kewajiban mengembalikan hutangnya. Tetapi apabila berhasil, PERTAMINA berkewajiban mengembalikan hutang, bunga dan premi secara berangsur untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk minyak. Pajak dari badan yang memberi pinjaman menjadi tanggungan PERTAMINA. 1. Perkembangan Akuntansi Perminyakan di Indonesia a. Akuntansi perminyakan adalah akuntansi perusahaan minyak yang meliputi akuntansi untuk :

n n n

Mencari dan mengembangkan cadangan minyak dan gas bumi. Menaikkan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi. Mengangkut minyak dan gas bumi ke kilang atau terminal penyerahan lainnya. Mengolah minyak dan gas bumi menjadi hasil minyak dan gas serta mengolah lebih lanjut untuk menghasilkan bahan kimia dari hidrokarbon dan bahan setengah jadi lainnya (petrokimia). Mengangkut dan memasarkan hasil minyak, gas dan bahan kimia ke sarana pemasaran dan / atau langsung ke konsumen, dan Melakukan kegiatan lainnya yang menunjang perusahaan minyak. a. Perkembangan akuntansi perminyakan di Indonesia dapat ditelusuri baik dari jalur perusahaan minyak asing maupun dari jalur perusahaan minyak negara. Perusahaan minyak asing Akuntansi perminyakan di Indonesia pada mulanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan minyak asing yang beroperasi di wilayah Hindia Belanda. Perusahaan-perusahaan ini pada umumnya merupakan afiliasi dari perusahaan minyak raksasa internasional. Sebelum kemerdekaan, ada tiga kelompok besar perusahaan minyak asing yang beroperasi di wilayah Hindia Belanda. Kelompok pertama adalah perusahaan Royal Dutch Shell yang merupakan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 42 of 55
penggabungan dari Royal Petroleum Company atau De Koninklijke Nederlandsche Petroleum Maatschappij dan Shell Transport and Trading Company (1907). Kelompok ini membentuk Perusahaan afiliasi BPM, perusahaan afiliasi Asiatic Petroleum dan perusahaan afiliasi Anglo Saxon Petroleum Company. BPM melakukan operasi eksplorasi dan produksi di daerah-daerah Langkat, Sumatra Utara (lapangan Telaga Said dan Perlak), Kalimantan Timur (lapangan Sanga-sanga, Tarakan, Samboja, Bunyu, Tanjung), Jawa (lapangan Cepu), operasi pipa penyalur minyak dari lapangan Perlak ke Pangkalan Brandan dan operasi pengolahan di kilang-kilang Pangkalan Brandan, Balikpapan dan Plaju. Usaha pemasaran dilakukan oleh perusahaan afiliasi Asiatic Petroleum dan usaha pengangkutan minyak dilakukan oleh perusahaan afiliasi Anglo Saxon Petroleum Company. Untuk pengelolaan operasi yang tersebar di berbagai daerah yang luas ini, BPM membentuk 5 unit pusat administrasi yaitu di Pangkalan Brandan, Plaju, Cepu, Balikpapan dan Tarakan. Kelompok kedua adalah NV. SVPM, yang kemudian dikenal STANVAC, yang merupakan gabungan antara perusahaan Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM) dengan perusahaan Standard Oil of New Jersey pada tahun 1933. Kelompok ini beroperasi di Sumatra bagian tengah dan selatan (lapangan Talang Akar, Sago, Ukui, Andan, sungai Pulai, Keruh di Lirik). Di Pulau Jawa STANVAC menemukan minyak di lapangan-lapangan dekat Cepu yakni Trembul, Lusi dan Pilang Bango. STANVAC juga mendirikan kilang di sungai Gerong. Kelompok ketiga adalah NV Caltex Pacific Petroleum Maatschappij yang merupakan gabungan usaha antara NV Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM), yang merupakan anak perusahaan dari Standard Oil Company of Califomia (SOCAL) dengan Texas Oil Company (TEXACO) pada tahun 1936. Kelompok ini beroperasi di Sumatra bagian tengah (Blok Rokan, lapangan sebanga, Duri, Minas). Ketiga kelompok usaha di atas juga melakukan pemasaran BBM di dalam negeri yang meliputi pengadaan, penyimpanan dan distribusi dengan tujuan utama mencari keuntungan. Di samping ketiga kelompok perusahaan minyak asing tersebut terdapat perusahaan minvak asing yang beroperasi di Daerah lrian Barat (Nederiands Nieuw Guinea), yakni NNGPM yang merupakan usaha patungan dari BPM, Stanvac dan Far Pacific Investment Coy (mewakili saham Caltex). Perusahaan ini melanjutkan usaha BPM dengan mengadalian eksplorasi daerah konsesi "Nieuw Guinea Block". Setelah Indonesia merdeka, beberapa peraturan perundangan yang dikeluarkan pemerintah di bidang perminyakan mempengaruhi praktik akuntansi perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia ini. Beberapa kebijakan pemerintah yang mempengaruhi praktik akuntansi ini antara lain:
n n n

Pembatasan harga jual BBM di dalam negeri (1958) Kewajiban prorata (1962) Subsidi dan upah pembekalan BBM dalam negeri (1963)

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29
n

Page 43 of 55
Kontrak Karya dengan tata cara ekspor minyak mentah, impor dan ekspor barang operasi, reparasi peralatan di luar negeri, pengalihan barang milik yang tidak digunakan lagi dalam operasi perminyakan, pembagian keuntungan antara pemerintah dan perusahaan minyak asing (1963).

Pada tahun 1964, PN Permina menandatangani perjanjian dengan Refining Associates of Canada, Ltd. (REFICAN), yang merupakan perusahaan minyak asing pertama yang bekerja sama berdasarkan prinsip bagi hasil. Perusahaan perusahaan minyak asing lainnya kemudian mengikuti jejak REFICAN dengan menandatangani kontrak bagi hasil. Bagi perusahaan-perusahaan minyak asing ini, usahanya di Indonesia bersifat perluasan geografis dan merupakan bagian dari operasi intemasionalnya. Aspek akuntansi bagi perusahaan-perusahaan ini adalah:
n

n n

Penjualan atau pemindahan hak usaha pertambangan di Indonesia kepada pihak lain, dalam hal usaha tersebut menghasilkan produksi komersil. Penjabaran transaksi yang dilakukan dalam mata uang lain selain mata uang yang dipakai untuk akuntansi. Sifat dari hak dipengaruhi oleh usaha pertambangan yang dimiliki. Peraturan-peraturan perundangan Hindia Belanda atau Indonesia, termasuk di sini klausul-klausul dalam kontrak yang mendasari hak usaha pertambangan perusahaan tersebut. Penetapan harga dan biaya, baik operasional maupun modal serta penyajian laporan keuangan perusahaan minyak asing tersebut.

Dengan demikian pada jalur perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia, akuntansi perminyakannya menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:
n

Sebagai perusahaan afiliasi, pada umumnya mereka memakai sistem akuntansi yang telah digariskan dalam pedoman akuntansi perusahaan induknya, serta kebijakan akuntansi khusus untuk transaksi dan pelaporan dalam mata uang yang berbeda dengan mata uang perusahaan induknya. Sistem akuntansi harus mempersiapkan berbagai laporan yang diwajibkan oleh peraturan perundangan di Indonesia, seperti program kerja dan anggaran, produksi, biaya yang boleh diminta kembali, keuntungan untuk dibagi, kewajiban pembekalan dalam negeri, pajak penghasilan, pajak atas bunga dividen dan royalti, dan lainnya beserta segala dasar perhitungan. Peraturan perundangan Indonesia juga membawa dampak terhadap beberapa transaksi yang berwujud dalam penetapan harga dan biaya serta penyajian laporan keuangan yang merupakan bagian dari operasi internasional perusahaan induk.

Perusahaan minyak negara Pada jalur perusahaan minyak negara, kita melihat bahwa kebijakan dan praktik akuntansi yang berlaku dewasa ini merupakan hasil evolusi sejarah PERTAMINA. Harta benda beserta sistem akuntansi dari berbagai perusahaan minyak asing dibeli oleh Permina yang kemudian bergabung dengan perusahaan minyak negara lainnya menjadi PERTAMINA. Usaha penyeragaman yang dilakukan kemudian banyak mengambil praktik-praktik akuntansi kontinental Eropa (sistem Shell) dengan menambahkan beberapa praktek akuntansi Amerika sejak permulaan tahun enam puluhan. Selanjutnya setelah itu tejadi beberapa perubahan dalam akuntansi sebagaimana yang ditampung dalam peraturan perundangan nasional mengenai industri perminyakan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 44 of 55

Kebijakan dan praktik akuntansi yang ditimbulkannya kemudian menyatu menjadi sistem akuntansi PERTAMINA, walaupun proses integrasi akuntansi ini masih berkelanjutan. Sesuai dengan Undang-undang, tujuan PERTAMINA adatah: "..... membangun dan melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dalam arti seluas-tuasnya untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat dan Negara serta menciptakan Ketahanan Nasional" (Pasal 5, Bab III Undang-undang PERTAMINA). Untuk mewujudkan pertanggungjawaban PERTAMINA dalam usahanya mencapai tujuan ini kepada pemerintah Direksi PERTAMINA melakukan hal-hal sebagai berikut:
n

Menyusun anggaran tahunan dan meminta persetujuan kepada Dewan Komisaris Pemerintah PERTAMINA (KPP). Menyajikan laporan triwulan mengenai pelaksanaan anggaran dan kegiatan penting mengenai pelaksanaan anggaran dan kegiatan penting tainnya kepada DKPP. Menyajikan laporan keuangan tahunan (sekurang-kurangnya Neraca dan Laporan Laba Rugi) kepada DKPP baik yang belum diaudit maupun yang telah diaudit BPKP.

Untuk memudahkan pengelolaan usaha serta pertanggungjawabannnya, telah disusun berbagai pedoman antara lain Pedoman Anggaran, Pedoman Akuntansi, Pedoman Perhitungan Kewajiban Kepada Pemerintah, Pedoman Perhitungan Biaya Pokok BBM, Quantity Accounting Manual, dan Pedoman Perbendaharaan. PERTAMINA sebagai BUMN Vang merupakan agen pembangunan, meskipun merupakan suatu kesatuan ekonomi, menggunakan sistem akuntansi dengan dua sifat dasar yaitu:
n

Sebagai pengemban misi pembekalan BBM dalam negeri dengan beberapa ciri seperti: n Operasi secara impas (break-even) dengan akibat tejadinya subsidi BBM atau Laba Bersih Minyak (LBM). n Prorata yang mempengaruhi rekening pembelian dan persediaan minyak. n Penjualan hasil minyak dan gas tertentu sebagai faktor pengurang biaya bahan bakar minyak. Sebagai badan usaha ekonomi di luar misi pembekalan BBM dalam negeri dengan ciri khusus bahwa laba bersihnya, dikenakan pajak penghasilan dengan tarif 60%.

Dua sifat akuntansi ini merupakan ciri khusus yang menyebabkan laporan keuangan PERTAMINA tidak dapat dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan minyak lainnya.

Lampiran 2 PERTAMINA 1. Organisasi Perusahaan dipimpin dan diurus oleh suatu direksi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 45 of 55
yang terdiri dari seorang direktur utama dan sekurang-kurangnya lima orang direktur. Direksi bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris Pemerintah PERTAMINA (DKPP) dan direktur utama perusahaan mewakili direksi dalam pertanggungjawaban tersebut. DKPP yang diangkat dan diberhentikan oleh presiden, menetapkan kebijaksanaan umum perusahaan dan mengusulkan kepada pemerintah langkah yang perlu diambil dalam rangka penyempurnaan pengurusan perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya DKPP bertanggung jawab kepada presiden. Sepanjang menyangkut segi-segi pengusahaan, yang meliputi pengawasan produksi, pengawasan keselamatan kerja dan kegiatan-kegiatan lainnya dalam pertambangan minyak dan gas bumi yang menyangkut kepentingan umum, direksi bertanggung jawab kepada Menteri Pertambangan dan Energi. Masing-masing direktur memimpin sebuah direktorat dan pada saat ini ada enam direktorat. Kegiatan keenam direktorat tersebut dapat dibagi dalam fungsi operasional dan fungsi penunjang. Yang termasuk dalam fungsi operasional adalah: a. Direktorat Eksplorasi dan Produksi (Dit EP) b. Direktorat Penggolahan (Dit P) c. Direktorat Pembekalan Dalam Negeri (Dit PDN) Sedangkan fungsi penunjang terdiri atas : a. Direktorat Umum (Dit Umum) b. Direktorat Keuangan (Dit Keu). c. Direktorat Perkapalan (Dit P&T) Dalam mengelola dibantu oleh: perusahaan, direktur utama

a. Kepala Badan Koordinasi Kontraktor Asing (BKKA) yang mengkoordinasi kegiatan kontraktor asing (KBH dan KK). b. lnspektur Perusahaan Vang memimpin Satuan Pengawasan lntem (SPI) PERTAMINA. Berdasarkan keputusan Direksi PERTAMINA, untuk daerah yang mempunyai lebih dari satu fungsi operasi dibentuk PERTAMINA Daerah yang dipimpin oleh seorang Pimpinan Umum Daerah (CPUD) dan dibantu oleh manajer operasi dan manajer penunjang sedangkan untuk daerah yang hanya mempunyai satu fungsi operasi dibentuk

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 46 of 55
PERTAMINA Unit yang dipimpin oleh Pimpinan Unit (PU). PUD bertanggung jawab secara fungsional dan operasional kepada direktur utama sedangkan manajer bertanggung jawab secara fungsional kepada direktur yang bersangkutan dan secara operasional kepada PUD. PU bertanggung jawab secara fungsional maupun operasional kepada direktur yang bersangkutan. Daerah-daerah tersebut meliputi : a. Sumatera Bagian Utara dengan PUD berkedudukan di Pangkalan Brandan. b. Sumatera Bagian Selatan dengan PUD berkedudukan di Plaju. c. Kalimantan dengan PUD berkedudukan di Balikpapan. PUD membawahi sejumlah Manajer Unit EP; Manajer Unit P; Manajer Unit PDN; Manajer Umum; Manajer Keuangan; Manejer P&T; Kepala Internal Audit; dan Manajer Security. Di samping tiga Pertamina Daerah terdapat dua Pertamina Unit EP (Cirebon dan Sorong), dua Pertamina Unit P (Dumai dan Cilacap) serta lima Pertamina Unit PDN (Jakarta, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Jayapura). PERTAMINA juga memiliki empat kantor perwakilan dan dipimpin oleh seorang kepala perwakilan yang bertanggung jawab langsung kepada direktur utama. Keempat perwakilan tersebut adalah: a. b. c. d. Perwakilan Amerika berkedudukan di Los Angeles Perwakilan Eropa berkedudukan di London Perwakilan Asia Timur berkedudukan di Tokyo Perwakilan Asia Tenggara berkedudukan di Singapore. Di samping PERTAMINA Daerah dan perwakilan luar negeri, dalam organisasi PERTAMINA terdapat proyek-proyek yang melakukan kegiatan-kegiatan khusus yang masih dalam tahap pembangunan. Proyek ini dipimpin oleh seorang pimpinan proyek yang bertanggungjawab langsung kepada direksi. a. Tujuan dan Tugas Perusahaan Tujuan perusahaan adalah membangun dan melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dalam arti seluas-luasnya untuk sebesarbesarnya digunakan bagi kemakmuran rakyat dan negara serta menciptakan ketahanan nasional.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 47 of 55

Adapun tugas PERTAMINA adalah a. Melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan memperoleh hasil yang sebesar-besamya bagi kemakmuran rakyat dan negara. b. Menyediakan dan melayani kebutuhan BBM dan gas bumi untuk dalam negeri yang pelaksanaannya diatur dengan PP. a. Kegiatan dan Kuasa Pertambangan Perusahaan bergerak di bidang pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pemurnian dan pengolahan, serta pengangkutan dan penjualan. Dengan persetujuan presiden dapat dilakukan perluasan bidang-bidang usaha, sepanjang masih ada hubungan dengan pengusahaan minyak dan gas bumi termaksud di atas, berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan. Untuk kegiatan perumahan disediakan seluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai pertambangan minyak dan gas burni. Kuasa Pertambangan diberikan kepada perusahaan yang batas wilayah dan syaratnya ditetapkan oleh presiden atas usul Menteri Pertambangan dan Energi.

Lampiran 3 METODE AKUNTANSI PERMINYAKAN

Di dalam industri minyak dan gas bumi dikenal dua metode akuntansi utama yang berlaku dan dapat diterima secara umum yaitu rnetode Full Cost (FC) dan metode Successful Efforts (SE). Kedua metode tersebut sangat berbeda satu sama lainnya dengan perbedaan utama yang terletak pada perlakuan akuntansi terhadap sumur dry hole dan biaya eksplorasi lainnya, Di samping itu terdapat juga perbedaan yang menyangkut akuntansi untuk sebagian besar bentuk pemindahan hak penambangan dan dasar perhitungan deplesi, depresiasi serta amortisasi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 48 of 55

b. Metode Full Cost Metode FC didasarkan pada teori 'Single Asset' yang memandang bahwa semua kekayaan dari perusahaan minyak dan gas bumi sebagai satu kesatuan asset. Semua biaya sebelum mencapai tahap produksi dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi secara prorata. Dalam pelaksanaannya, definisi tersebut berkembang dari metode single asset menjadi metode country by country (negara sebagai pusat biaya). Biaya-biaya yang terjadi dikapitalisasi dan diamortisasi sesuai dengan cadangan minyak yang terdapat di negara di mana perusahaan tersebut melakukan kegiatannya. Menurut metode FC perlakuan akuntansi terhadap biaya pencarian dry hole, pemindahan hak penambangan dan perhitungan amortisasi adalah sebagai berikut: a. Biaya pencarian dry hole Biaya pengeboran sumur dry hole merupakan bagian dari biaya perolehan seluruh cadangan yang dimiliki oleh perusahaan di suatu negara dan harus dikapitalisasi. Selama masih di dalam batas negara yang sama, maka meskipun terletak ribuan kilometer dari sumur cadangan terbukti yang dimiliki perusahaan dan dibor untuk menyelidiki formasi geologi yang berbeda, sumur dry hole yang bersangkutan merupakan bagian dari asset yang sama dan biayanya merupakan bagian dari biaya aset tersebut. b. Pemindahan hak penambangan Meskipun hasil penjualan hak penambangan suatu lokasi berbeda dengan harga perolehannya, keuntungan atau kerugian dari penjualan tersebut biayanya tidak diakui karena lokasi yang dijual tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari total asset. Keuntungan akan diakui bilamana hasil penjualan lokasi melebihi nilai total asset (dalam negara yang bersangkutan). Sebaliknya kerugian baru diakui kalau hasil penjualan total asset lebih kecil daripada biaya perolehannya. c. Perhitungan amortisasi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 49 of 55

Amortisasi dari biaya cadangan tidak dihitung per kekayaan tetapi per negara. a. Metode Successful Efforts Berbeda dengan metode FC yang didasarkan pada teori single asset, metode SE didasarkan pada teori "Multiple Asset" yang menganggap kekayaan perusahaan yang tertanam dalam setiap cadangan sebagai kesatuan asset. Perlakuan akuntansi atas biaya eksplorasi dry hole, pemindahan hak penambangan dan dasar perhitungan amortisasi adalah sebagai berikut : a. Biaya eksplorasi dry hole Biaya eksplorasi ini dibukukan sebagai beban karena kegiatan tersebut tidak menghasilkan cadangan yang ekonomis. Berhubung tiap cadangan merupakan asset yang terpisah, maka biaya dari sumur dry hole tidak dapat dianggap sebagai bagian dari sumur lain yang menghasilkan. b. Pemindahan hak penambangan Keuntungan atau kerugian dari pemindahan hak penambangan suatu cadangan diakui bilamana hasil daripada pemindahan hak penambangan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari biaya perolehan cadangan yang bersangkutan. c. Perhitungan amortisasi Amortisasi dari biaya cadangan terbukti dihitung per kekayaan atau per cadangan. a. Perbandingan Metode FC dengan SE Dalam metode FC semua biaya yang terjadi dalam rangka memperoleh hak pengusahaan, eksplorasi dan pengembangan dikapitalisasi pada saat terjadinya dan baru diamortisasi setelah cadangan minyak dan gas bumi berproduksi, dengan suatu batasan bahwa kapitalisasi biaya yang dilakukan tidak melebihi nilai cadangan minyak dan gas bumi yang ditemukan. Biaya hak pengusahaan dan eksplorasi yang ternyata gagal menemukan cadangan minyak dan gas bumi dianggap merupakan biaya yang tak dapat dihindarkan. Dengan demikian, metode FC mengkapitalisasi semua biaya yang dikeluarkan termasuk biaya eksplorasi yang tidak berhasil

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 50 of 55
menemukan cadangan, menunggu sampai mendapatkan cadangan minyak dan gas bumi. Dalam metode SE semua biaya eksplorasi suatu cadangan minyak dan gas bumi untuk sementara dikapitalisasi sampai pada suatu saat di mana diputuskan bahwa eksplorasi minyak dan gas bumi tersebut gagal atau tidak komersil. Kalau eksplorasi tersebut ternyata menemukan cadangan minyak dan gas bumi yang komersil, maka semua biaya yang telah terjadi serta biaya pengembangan selanjutnya akan dikapitalisasi. Sebaliknya kalau pencarian tersebut gagal atau terbukti tidak komersil, maka semua biaya yang telah terjadi akan diperlakukan sebagai beban. Dalam implementasinya, kedua metode ini tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan, tergantung pada ditemukan tidaknya cadangan minyak dan gas bumi. Bagi perusahaan yang kegiatan eksplorasinya berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi, penggunaan FC dan SE memberikan pengaruh yang tidak berbeda, kecuali untuk biaya geologi dan geofisika. Sebaliknya bila kegiatan eksplorasi tidak berhasil menemukan cadangan minyak dan bumi, maka penggunaan metode FC dan SE ini akan memberikan pengaruh yang berbeda, khususnya yang menyangkut perlakuan akuntansi atas biaya pencarian. Pada umumnya perusahaanperusahaan yang relatif kecil cenderung untuk memilih metode FC, sedang perusahaanperusahaan yang relatif besar lebih banyak menggunakan metode SE. b. Landasan Pemikiran Metode FC dan SE Baik metode FC maupun SE menganggap bahwa keberhasilan suatu perusahaan Vang mencari dan memproduksi minyak dan gas bumi diukur terutama berdasarkan kemampuannya dalam menemukan cadangan minyak dan gas bumi. Metode FC a. Biaya yang dikeluarkan untuk semua kegiatan, baik yang berhasil maupun tidak berhasil, mutlak diperlukan untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi. Memisahkan biaya eksplorasi dan biaya pengembangan ke dalam kategori yang berbeda tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dalam industri minyak dan gas bumi ini. b. FC memandang keseluruhan usaha pencarian dan pengembangan serta keseluruhan biaya yang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 51 of 55
dikeluarkan untuk maksud itu sebagai biaya cadangan minyak dan gas bumi yang ditemukan. Meskipun tidak ada hubungan langsung antara biaya pencarian dengan cadangan minyak dan gas bumi yang ditemukan, terdapat suatu hubungan yang logis karena cadangan minyak dan gas bumi tidak dapat ditemukan tanpa lebih dahulu mengeluarkan biaya tersebut. c. Asset yang terpenting dari perusahaan minyak dan gas bumi adalah cadangan minyak dan gas bumi yang terkandung di dalam tanah, bukan setiap sumur yang dibor dalam usaha untuk menghasilkan minyak dan gas bumi. Berhubung tidak ada cara yang tersedia untuk menghindarkan kegagalan dalam usaha eksplorasi, maka biaya sumur dan biaya eksplorasi lain yang tidak produktif merupakan bagian yang diperlukan dari biaya penemuan dan pengembangan cadangan minyak dan gas bumi. Oleh karena itu biaya tersebut harus dikapitalisasi. d. Metode FC memungkinkan perbandingan laporan keuangan antara perusahaan-perusahaan dalam industri minyak dan gas bumi. Laporan keuangan yang disusun menurut metode FC menyajikan biaya dan kekayaan yang secara keseluruhan menggambarkan laba atau rugi perusahaan yang didasarkan pada konsep penetapan beban dan pendapatan. Laporan keuangan FC menyajikan informasi yang berkaitan dengan perubahan dalam pengurasan cadangan minyak dan gas bumi yang memungkinkan perbandingan antara hasil kumulatif dan tahun berjalan, dari program eksplorasi dan biaya penemuan dan pengembangan cadangan minyak dan gas bumi. Metode SE a. Menurut metode SE biaya eksplorasi dan penemuan cadangan minyak bumi tidak perlu dianggap sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh. b. Metode SE hanya mengakui aset, bila aset tersebut benar-benar dapat dilihat mempunyai nilai manfaat di masa depan. Dengan demikian biaya-biaya yang tidak dapat menghasilkan manfaat di masa depan harus dianggap sebagai beban pada periode terjadinya. Mengkapitalisasi biaya pencarian yang gagal menemukan cadangan minyak dan gas bumi sama saja dengan menunda pelaporan kerugian sehingga pendapatan tahun berjalan ditetapkan terlalu tinggi. c. Metode SE menggunakan konsep historical cost secara murni. Dalam metode SE keuntungan atau kerugian dari hak penambangan suatu cadangan diakui kalau hasil pemindahan hak tersebut berbeda dengan biaya perolehan dari kekayaan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 52 of 55
yang tertanam dalam cadangan yang bersangkutan. lni berbeda dengan metode FC di mana keuntungan dari penjualan hak penambangan suatu lokasi biasanya tidak diakui karena lokasi yang dijual tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari total asset, meskipun hasil penjualannya melebihi harga perolehan dari lokasi yang bersangkutan. Dalam metode FC, keuntungan baru diakui bilamana hasil penjualan lokasi melebihi nilai total aset (dalam negara yang bersangkutan).

DAFTAR ISTILAH 1. Atmospheric Distilling Proses penyulingan pada unit destilasi dengan menggunakan tekanan atmosfir. 2. Basic Sediment & Water Sedimen dan air yang terdapat dalam fraksi minyak yang jumlahnya dapat diketahui dengan cara pengetesan laboratorium (ASTM-D 1796). 3. Casing Head Perangkat tetap yang dipasang atau dilas pada selubung luar di bagian atas sumur. Perangkat tersebut berfungsi sebagai tempat kedudukan silang sembur. Alat itu juga dapat merupakan saluran keluar untuk gas ikutan. 4. Christmas Tree Rangkaian katup-katup untuk mengawasi tekanan di dalam sumur khusus dan kecepatan aliran fluida ke permukaan. 5. Delineasi Well = Appraisal Well Kelompok sumur pertama yang akan dibor setelah ditemukan minyak dan gas bumi dengan tujuan menetapkan batas reservoir minyak dan gas bumi, produktivitas sumur, serta ciri minyak dan gas bumi di daerah tersebut. 6. Development Well Sumur yang di bor di daerah yang telah terbukti mengandung minyak atau gas dengan tujuan melengkapi pola produksi yang diinginkan di daerah tersebut. 7. Drill Stem Test Metode uji untuk menentukan kemungkinan kandungan minyak yang dapat diproduksikan dari suatu lapisan dan dapat dilakukan di dalam lubang berpipa selubung ataupun terbuka dengan memanfaatkan rangkaian pipa bor. Hasil uji tersebut memberikan informasi tentang laju produksi yang dapat diharapkan dari lapisan tersebut.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 53 of 55
8. Dry Hole Sumur eksplorasi atau pengembangan yang ternyata tidak dapat memproduksi minyak atau gas dalam jumiah yang cukup ekonomis. 9. Enhanced Recovery Penambahan energi pada reservoir sehingga sumur yang tidak berproduksi lagi dapat berproduksi kembali. 10. Geology Survey Penyelidikan terperinci atas struktur fisik batuan, yang membangun lapisan paling atas kerak bumi. Pekerjaan ini merupakan tahap pendahuluan dalam proses pencarian minyak, dan satu-satunya cara yang paling praktis selain pengeboran dalam penentuan bentuk dan luasnya struktur batuan bawah permukaan yang mungkin mengandung hidrokarbon. Survei gaya berat, seismik dan magnetik adalah jenis survei geofisika yang biasanya mencakup daerah yang luas. 11. Geofisika Survey Penyelidikan bersistem, dalam rangka pencarian dan eksploitasi hidrokarbon. Penyelidikan ini tidak hanya meliputi sifatsifat fisis batuan (survei geologi) akan tetapi juga hidrokarbon (batimetri dan pengukuran arus) dan meteorologi (pencatatan data cuaca). 12. lnsitut Combustion Metode peningkatan perolehan minyak di mana panas dihasilkan di dalam reservoir dengan cara menyuntikkan udara dan membakar sebagian dari minyak di tempat. 13. Manifold Susunan pipa yang memungkinkan satu aliran dibagi menjadi beberapa aliran, atau yang memungkinkan beberapa aliran menjadi satu aliran. 14. Pipa Selubung Pipa baja yang dipasang di dinding sumur minyak atau gas sewaktu pengeboran. Pipa tersebut berguna untuk menahan runtuhnya dinding lubang selama pengeboran, dan menjadi perangkap untuk pengaliran minyak seandainya sumur itu produktif. 15. Separator Suatu peralatan yang dapat berbentuk kolom/ bejana silinder logam/ drum/ tangki/ vessel lagam/ kolom dari concrete bersekat tertentu, yang mempunyai fungsi memisahkan gas dengan cairan minyak, dengan air dari gas, cairan minyak dan air sekaligus. 16. Topping Unit Suatu kolom atau vessel yang fungsinya memisahkan fraksi minyak dari kelompok/

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 54 of 55
range yang bertitik didih rendah sampai dengan titik didih tertinggi pada tekanan atmosfir tersebut dilakukan dengan bantuan pemanasan serta panas uap air (steam). Topping unit disebut juga crude disteller atau athmospheric destilation. Treating Unit Suatu unit yang dapat terdiri dari satu kelompok alat atau beberapa kelompok alat yang mempunyai fungsi memperbaiki kualitas dari fraksi minyak agar memenuhi kualitas yang diminta pasaran atau untuk bahan baku proses selanjutnya. Tubular Goods Semua jenis pipa. Dalam bidang perminyakan termasuk di dalamnya pipa sembur (tubing), pipa selubung (casing), drill pipe dan line pipe. Unit Destilasi Suatu kolom atau vessel yang fungsinya memisahkan fraksi minyak dengan kelompok/ range titik didih tertentu, dapat memisahkan dua fraksi saja atau banyak fraksi, dengan tekanan rendah maupun tinggi. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan bantuan panas dari fuel, panas dari steam atau panas dari minyak panas yang lain. Vacuum Destilation Kolom atau vessel yang fungsinya memisahkan fraksi minyak berdasarkan atas perbedaan titik didihnya yang tidak dapat dipisahkan dengan topping unit, crude destiller atau athmospheric destillation. Water Flooding Metode peningkatan perolehan minyak di mana air diinjeksikan ke dalam reservoir untuk mengangkat sejumiah minyak tambahan yang masih tertinggal setelah perolehan pertama. Biasanya water flooding melibatkan penyuntikan air melalui sumursumur yang dibuat khusus untuk penginjeksian air tersebut dan pengangkatan air dan minyak dari sumur produksi yang dibor berhubungan dengan sumur injeksi. Well Logging Catatan yang mencakup semua data yang dikumpulkan selama pengeboran sebuah sumur. Dengan data tersebut dimungkinkan membentuk gambaran setara yang sangat terperinci. Will Car Sumur eksplorasi yang di bor di daerah yang belum terbukti mengandung minyak dan gas bumi, tetapi menurut survey geologi dan geofisika daerah tersebut menunjukkan

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 29

Page 55 of 55
harapan adanya akumulasi hidrokarbon.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 29 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 1 of 19

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 30 AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA

Dalam rangka pengembangan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK), maka Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia No. 6 tentang Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha telah disesuaikan seperlunya menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 30 tentang Akuntansi Sewa Guna Usaha, yang telah disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items)

Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia

Hans Kartikahadi Ketua Jusuf Halim Sekretaris Hein G. Surjaatmadja Anggota Katjep K. Abdoelkadir Anggota Wahjudi Prakarsa Anggota Jan Hoesada Anggota M. Ashadi Anggota Mirza Mochtar Anggota IPG. Ary Suta Anggota Sobo Sitorus Anggota Timoty Marnandus Anggota

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 2 of 19

Mirawati Soedjono Anggota

KATA PENGANTAR Perkembangan perekonomian Indonesia yang sedemikian pesat, khususnya sejak Pemerintah menggalakkan program deregulasi dan debirokratisasi pada awal dasawarsa 1980-an, telah mendorong peningkatan kebutuhan yang mendesak terhadap dana investasi yang harus dipenuhi melalui berbagai alternatif sumber pembiayaan. Tidak terkecuali kebutuhan dana investasi yang dapat digali dari salah satu alternatif sumber pembiayaan barang modal yang relatif baru di Indonesia, yaitu sektor leasing atau sewa guna usaha. Sejalan dengan perkembangan tersebut, timbul kebutuhan yang mendesak pula untuk menyediakan standar akuntansi keuangan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi sewa guna usaha sebagai salah satu cara pembiayaan di samping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui sektor perbankan dan pasar modal. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang beriaku saat ini belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan akan standar akuntansi keuangan untuk transaksi sewa guna usaha. Menyadari hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Asosiasi Leasing Indonesia (ALI), Direktorat Jenderal Moneter (DJM) serta Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah mengadakan kerjasama untuk menyusun Pernyataan ini, yang dituangkan dalam Piagam Kerjasama tertanggal 10 Nopember 1989. Berdasarkan Piagam Kerjasama tersebut, telah dibentuk suatu Tim Perumus untuk menyusun Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha, dengan susunan anggota sebagai berikut: Ketua Drs. Jusuf Halim (IAI) Wakil Ketua Drs. Karnedi Djairan (DJM) Sekretaris Drs. Budi Purwanto (ALI) Anggota Drs. Taufieq Herman M.A (DJP) Anggota Drs. Bambang Heryanto (DJM) Anggota Dr. Wahjudi Prakarsa (IAI) Anggota Drs. Sobo Sitorus (DJP) Anggota Drs. M.V. Adhiprabawa (ALI) Anggota Drs. Muchtar Tumin (DJP) Anggota Drs. Victor Panjaitan (DJM) Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 memuat konsep dasar, prinsip, prosedur, metode dan teknik akuntansi yang merupakan norma umum dalam praktek penyusunan laporan keuangan, khususnya yang ditujukan kepada pihak luar (akuntansi keuangan). Untuk melengkapi dan mengembangkan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 3 of 19

buku PAI 1984, maka diterbitkan seri "Pernyataan" dan "Interpretasi Prinsip Akuntansi Indonesia (IPAI)". Di samping itu, sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan industri atau jenis usaha tertentu, lkatan Akuntan Indonesia juga memandang perlu untuk menerbitkan standar akuntansi dengan sebutan khusus. Setelah diadakan pengkajian secara mendalam baik dari sudut pengetahuan maupun praktek akuntansi, maka telah diperoleh kesepakatan untuk menggunakan istilah "Standar Khusus Akuntansi" bagi setiap Pernyataan PAI yang khusus berlaku bagi suatu industri atau jenis usaha tertentu. Sehubungan dengan itu Prinsip Akuntansi Indonesia Pernyataan No. 6 ini disebut "Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha". Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam perlakuan dan pelaporan transaksi sewa guna usaha.

Jakarta, 19 September 1990 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Prinsip Akuntansi Indonesia - Pernyataan No. 6 berjudul Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha telah disetujui dalam rapat komite Prinsip Akuntansi lndoenesia pada tanggal 15 September 1990 dan telah disahkan oleh rapat pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 19 September 1990.

Jakarta, 19 September 1990

Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Komite Prinsip Akuntansi Indonesia

Hans Kartikahadi Ketua Jusuf Halim Sekretaris Hein G. Surjaatmadja Anggota Katjep K. Abdoelkadir Anggota Wahjudi Prakarsa Anggota

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 4 of 19

M. Ashadi Anggota Mirza Mochtar Anggota IPG. Ary Suta Anggota Sobo Sitorus Anggota Timoty Marnandus Anggota Mirawati Soedjono Anggota DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Jenis-jenis Sewa Guna Usaha 3. Pelaksanaan Transaksi Sewa Guna Usaha STANDAR AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA 1. Dasar Pertimbangan 2. Tujuan 3. Kriteria Pengelompokan Transaksi Sewa Guna Usaha 4. Perlakuan Akuntansi oleh Perusahaan Sewa Guna (Lessor) 5. Perlakuan Akuntansi oleh Penyewagunausaha (Lessee) 6. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha 7. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha oleh Penyewa guna usaha TANGGAL BERLAKU LAMPIRAN Masalah Serta Perkembangan dalam Akuntansi Transaksi Sewa Guna Usaha BAB I PENDAHULUAN

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 5 of 19

1. Latar Belakang Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No. 30/Kpb/I/74 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang "Perijinan Usaha Leasing". Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha dan transaksi sewa guna usaha makin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-barang modal dunia usaha. Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan ( joint venture) bersama perusahaan swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di Indonesia, disamping caracara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan. Perluasan cara-cara pembiayaan tersebut sejalan dengan definisi leasing atau sewa guna usaha sebagaimana dituangkan dalam pasal 1 SKB Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian tersebut diatas yang menyatakan: "Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama". Definisi tersebut tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha yang lazim disebut finance lease atau sewa guna usaha pembiayaan. Namun demikian, dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha telah diperluas sebagaimana tersirat dalam pasal 1 keputusan tersebut yang menampung definisi-definisi berikut ini: d. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Finance Lease maupun Operating Lease untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. e. Finance Lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha, di mana Penyewa Guna Usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. f. Operating Lease adalah kegiatan Sewa Guna Usaha di mana Penyewa Guna Usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha. g. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak Perusahaan Sewa Guna Usaha (lessor). " Ketentuan tersebut ternyata tidak banyak merubah pengertian dasar sewa guna usaha di Indonesia karena hanya membuka peluang bagi perusahaan sewa guna usaha untuk melakukan kegiatan usahanya dalam operating lease yang pada hakekatnya merupakan usaha sewamenyewa biasa.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 6 of 19

Namun demikian, dengan terbukanya kemungkinan bagi perusahaan sewa guna usaha untuk memperluas bidang usahanya yang mencakup baik sewa guna usaha pembiayaan (finance lease) maupun sewa-menyewa biasa (operating lease) maka dirasakan adanya kebutuhan yang mendesak untuk menyediakan standar akuntansi keuangan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi sewa guna usaha sesuai dengan karakteristik serta ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut. Kebutuhan ini terutama lebih dirasakan pentingnya mengingat selama ini belum ada ketetapan tentang status hukum maupun perlakuan akuntansi yang jelas mengenai transaksi sewa guna usaha. Di samping itu, meskipun kegiatan sewa guna usaha di negara-negara maju relatif lebih dikenal dan berkembang, perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna usaha ternyata masih terbentur pada berbagai masalah pelik dan rumit yang senantiasa menjadi obyek pertentangan. Masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan ini serta perkembangan akuntansi sewa guna usaha diikhtisarkan dalam Lampiran. 2. Jenis-jenis Sewa Guna Usaha Jenis-jenis sewa guna usaha yang sudah dikenal secara umum, termasuk dua jenis sewa guna usaha yang telah ditampung dalam Keputusan Menteri Keuangan tersebut, adalah sebagai berikut: 2.1 Finance Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan) Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi obyek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala di mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value), kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha. 2.2. Operating Lease (Sewa-Menyewa Biasa) Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan karena perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan, atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Dalam sewa guna usaha jenis ini dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan sewa guna usaha untuk memelihara dan memasarkan kembali barang modal yang disewagunausahakan sehingga, berbeda dengan finance lease, perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggungjawab atas biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. 2.3. Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan) Sewa guna usaha jenis ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara langsung

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 7 of 19

(direct finance lease) di mana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna usaha. Sewa guna usaha jenis ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu. 2.4. Leveraged Lease Transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yakni penyewa guna usaha, perusahaan sewa guna usaha dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa guna usaha.

3. Pelaksanaan transaksi sewa guna uwha Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi sewa guna usaha dapat dilaksanakan sebagai berikut: 3.1. Sewa Guna Usaha Langsung (Direct Lease) Dalam transaksi jenis ini penyewa guna usaha belum pernah memiliki barang modal yang menjadi obyek sewa guna usaha sehingga atas permintaannya perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal tersebut. Tujuan utama penyewa guna usaha adalah mendapatkan pembiayaan melalui sewa guna usaha untuk memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam proses produksi. 3.2. Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Leaseback) Dalam transaksi ini, penyewa guna usaha terlebih dahulu menjual barang modal yang sudah dimilikinya kepada perusahaan sewa guna usaha dan atas barang modal yang sama ini kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha antara penyewa guna usaha (pemilik semula) dengan perusahaan sewa guna usaha. 4. Sewa Guna Usaha Sindikasi (Syndicated Lease) Dalam sewa guna usaha sindikasi beberapa perusahaan sewa guna usaha secara bersama melakukan transaksi sewa guna usaha dengan satu penyewa guna usaha. Sewa guna usaha ini dilakukan karena nilai transaksi yang terlampau besar atau karena faktor-faktor lain. Salah satu perusahaan sewa guna usaha akan ditunjuk sebagai koordinator sehingga penyewa guna usaha cukup berkomunikasi dengan perusahaan ini untuk melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut transaksi sewa guna usaha. Pelaksanaan transaksi ini dapat dilakukan baik melalui sewa guna usaha langsung maupun penjualan dan penyewaan kembali.

BAB II STANDAR AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 8 of 19

1. Dasar Pertimbangan Menurut ketentuan dalam pasal 3 ayat (3) Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 dinyatakan bahwa sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas barang modal obyek transaksi sewa guna usaha berada pada perusahaan sewa guna usaha. Dengan demikian, selama jangka waktu sewa guna usaha, hak milik (legal title) atas aktiva yang disewagunausahakan tetap berada pada perusahaan sewa guna usaha meskipun berdasarkan suatu perjanjian sewa guna usaha tanggung jawab atas penggunaan aktiva tersebut diserahkan kepada penyewa guna usaha. Terlepas dari ketentuan tersebut, ditinjau dari aspek akuntansi, paragraf 35 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi (economic substance) dari suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (legal form). Oleh karena itu, apabila suatu transaksi sewa guna usaha yang berdasarkan makna ekonominya merupakan pemindahan dari seluruh manfaat serta resiko yang melekat pada kepemilikan suatu aktiva, maka transaksi tersebut harus dipandang sebagai perolehan suatu aktiva dan terjadinya kewajiban (capital lease) bagi penyewa guna usaha, dan suatu penjualan atau pembiayaan (finance lease) bagi perusahaan sewa guna usaha. Sebaliknya apabila suatu transaksi sewa guna usaha yang berdasarkan makna ekonominya tidak merupakan suatu pemindahan seluruh manfaat dan resiko yang melekat pada kepemilikan aktiva tersebut, maka transaksi tersebut harus dipandang sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease) antara perusahaan sewa guna usaha dengan penyewa guna usaha. 2. TUJUAN Pernyataan ini dirumuskan berdasarkan beberapa alasan berikut ini: (a) Diperlukan ketegasan tentang perlakuan dan pelaporan transaksi sewa guna usaha yang dapat mengungkapkan status aktiva yang disewagunausahakan baik bagi perusahaan sewa guna usaha maupun penyewa guna usaha. (b) Perlu adanya pedoman tentang keseragaman perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha sehingga data keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan mudah oleh semua pihak yang berkepentingan. (c) Dengan meluasnya transaksi sewa guna usaha di Indonesia setelah kebijakan deregulasi dan debirokratisasi, maka perlu diatur pengungkapan yang layak dalam standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangan. 3. Kriteria Pengelompokan Transaksi Sewa Guna Usaha Berhubung dasar pertimbangan utama yang digunakan adalah asas makna ekonomi, maka suatu transaksi sewa guna usaha akan dikelompokkan sebagai capital lease bagi penyewa guna usaha atau finance lease bagi perusahaan sewa guna usaha apabila dipenuhi semua kriteria berikut ini: (a) Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang disewagunausaha pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha. (b) Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan nilai

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 9 of 19

sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewagunausaha serta bunganya, sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease). (c) Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun. Kalau salah satu kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi maka transaksi sewa guna usaha dikelompokkan sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease). 4. Perlakuan Akuntansi oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor) 4.1. Finance Lease 1 . Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha. Jumiah penanaman neto tersebut terdiri dari jumlah piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh perusahaan sewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha dikurangi dengan pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income), dan simpanan jaminan (security deposit). 2. Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan harga perolehan aktiva yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income). 3. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala (periodic rate of retum) atas penanaman neto perusahaan sewa guna usaha. 4. Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan. 5. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi Sewa Guna Usaha harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan. 4.2. Operating Lease 1 . Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan. 2. Pembayaran sewa guna usaha ( lease payments) selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. 3. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya. 4. Kalau aktiva yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan.

5. Perlakuan Akuntansi oleh Penyewagunausaha (Lessee)

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 10 of 19

5.1. Capital Lease 1. Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha. 2. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha. 3. Aktiva yang disewagunausaha harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya. 4. Kalau aktiva yang disewagunausaha dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan. 5. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha. 6. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and leaseback) maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewa guna usaha apabila leaseback merupakan capital lease atau secara proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan operating lease. 5.2. Sewa Menyewa Biasa {Operating Lease) Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. 6. pelaporan dan pengungkapan Transaksi Sewa Guna Usaha oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha 6.1. Finance Lease 1. Aktiva dilaporkan berdasarkan urutan likuiditasnya, kewajiban dilaporkan berdasarkan urutan jatuh temponya tanpa mengelompokkan ke dalam unsur lancar dan tidak lancar (unclassified balance sheet). 2. Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus dilaporkan dalam neraca dengan rincian sebagai berikut: Piutang Sewa Guna Usaha Rp xxxxx Nilai Sisa Yang Terjamin - xxxxx Pendapatan Sewa Guna Usaha Yang

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 11 of 19

Belum Diakui- (xxxxx) Simpanan Jaminan - (xxxxx) Penanaman Netto Sewa Guna Usaha Rp xxxxx Penyisihan Piutang Sewa Guna Usaha yang Diragukan (xxxxx) Jumlah Penanaman Neto Rp xxxxx 3. Laporan laba rugi disajikan sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan dilaporkan dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya (single step). Pendapatan sewa guna usaha harus dilaporkan sebagai komponen utama dalam kelompok Pendapatan. 4. Jumlah penanaman neto dan pendapatan sewa guna usaha dalam sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases harus dilaporkan oleh masing-masing pihak secara proporsional sesuai dengan penyertaannya. 5. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya. Sifat dari simpanan jaminan yang merupakan kewajiban perusahaan sewa guna usaha kepada penyewa guna usaha. Piutang sewa guna usaha yang dijaminkan kepada pihak ketiga. Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases. 6. 2. Operating Lease 1. Barang modal yang disewagunausahakan dilaporkan berdasarkan harga perolehan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. 2. Aktiva yang disewagunausahakan dilaporkan secara terpisah dari aktiva tetap yang tidak disewagunausahakan. 3. Perhitungan rugi laba harus disusun sedemikian rupa sehingga seluruh pendapatan dilaporkan dalam kelompok yang terpisah dari kelompok biaya (single step). Pendapatan sewa guna usaha harus dilaporkan sebagai komponen utama dalam kelompok pendapatan. 4. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan dilaporkan secara terpisah dari penyusutan aktiva yang tidak disewagunausahakan . 5. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 12 of 19

Kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. Jumlah pembayaran sewa guna usaha paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya. Sifat dari simpanan jaminan (jika ada) Aktiva yang disewagunausahakan yang dijaminkan kepada pihak ketiga. Sewa guna usaha sindikasi dan leveraged leases.

7. Pelaporan dan Pengungkapan Transaksi sewa Guna Usaha oleh Penyewagunausaha 7.1. Capital Lease 1. Aktiva yang disewagunausaha dilaporkan sebagai bagian aktiva tetap dalam kelompok tersendiri. Kewajiban sewa guna usaha yang bersangkutan harus disajikan terpisah dari kewajiban lainnya. 2. Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dibayar paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan yang dibebankan dalam tahun berjalan. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (major covenants). 7.2. Operating Lease Pengungkapan yang layak harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: - Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan yang dibebankan sebagai biaya sewa. - Jumlah pembayaran sewa guna usaha yang harus dilakukan paling tidak untuk 2 (dua) tahun berikutnya. - Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa guna usaha. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi sale and leaseback.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 13 of 19

Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa guna usaha (major covenants). BAB III TANGGAL BERLAKU Pernyataan ini berlaku untuk transaksi sewa guna usaha yang dilakukan selambat-lambatnya mulai tanggal 1 Januari 1991. Namun demikian penerapan lebih dini dianjurkan. Transaksi sewa guna usaha yang telah dilakukan sebelum tanggal 1 Januari 1991, perlakuannya harus mengacu pada pernyataan ini mulai tanggal 1 Januari 1991, tanpa perlu melakukan pernyataan kembali (restatement) terhadap laporan keuangan yang telah dikeluarkan pada tahuntahun sebelumnya. LAMPIRAN MASALAH SERTA PERKEMBANGAN DALAM AKUNTANSI TRANSAKSI GUNA USAHA Sebagaimana telah disinggung dalam Bab Pendahuluan, meskipun tahap perkembangan kegiatan sewa guna. usaha di negara-negara maju sudah jauh lebih lanjut relatif terhadap perkembangannya di Indonesia, perlakuan akuntansinya masih terbentur pada berbagai masalah pelik dan rumit yang senantiasa menjadi obyek pertentangan. Misalnya, Leaseurope (organisasi yang mewakili assosiasi-assosiasi leasing dari 16 negara-negara Eropa Barat) keberatan apabila kapitalisasi sewa guna usaha dilakukan oleh penyewa guna usaha karena pertentangan hak atas aktiva yang dikapitalisasi serta kerumitan yang inheren dalam penerapannya. Penolakan ini menunjukkan bahwa proses penerapan International Accounting Standard (IAS) 17 di Eropa tidak selancar seperti yang diharapkan, karena belum adanya kesepakatan di kalangan profesi akuntansi dan para praktisi mengenai perlakuan akuntansinya. Demikian pula halnya di Amerika Serikat di mana penerapan Statement of Financial Accounting Standard (SFAS) 13 telah terbukti mengalami berbagai kesulitan. Akibatnya, Statement tersebut terpaksa diikuti dengan berbagai tindak lanjut di antaranya melalui beberapa SFAS dan FASB Interpretation.1
1 SFAS S22, "Changes in the Provision of Lease Agreements Resulting from Refunding of Tax Exempt Debt: SFAS 23, "Inception of the Lease"; SFAS 26,"Profit Recognition on Sales-Type Leases of Real Estate"; SFAS 27, "Classification of Renewals or Extensions of Existing Sales-Type or Direct Financing Leases"; SFAS 29, "Determining Contingent Rentals"; FASB Interpretation 19,"Lessee Guarantee of the Residual Value of Leased Property"; FASB Interpretation 23, "Leases of Certain Property Owned by a Governmental Unit or Authority"; FASB Interpretation 24, "Leases Involving Only Part of a Building"; FASB Interpretation 26, "Accounting for Purchase of a Leased Asset by the Lessee During the Term of the Lease"; dan FASB Interpretation 27, "Accounting for a Loss on Sublease".

Meskipun baru berkembang pada tahap dini, situasi yang dihadapi di Indonesia tidak jauh berbeda. Selama ini, perkembangan perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha yang diterapkan oleh perusahaan sewa guna usaha dan penyewa guna usaha selama ini hanya mengacu pada berbagai sumber serta ketentuan-ketentuan sebagai berikut ini: 1. Surat Edaran Direktur Jenderal Moneter Dalam Negeri No. SE-499/MD/1984 tanggal 24 Januari 1984 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penyampaian Laporan Perusahaan Leasing. Butir 5 Surat Edaran tersebut menyatakan bahwa: "Neraca dan Perhitungan Laba Rugi Perusahaan disusun

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 14 of 19

berdasarkan finance method dengan ketentuan sekurang-kurangnya harus dapat mencerminkan secara jelas posisi investasi dalam leasing, aktiva lancar, aktiva tetap, hutang lancar/ jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri (equity) perusahaan pada periode laporan". Surat Edaran tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi berdasarkan Keputusan Presiden No. 61/1988 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988. 2. Exposure Draft Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1983 Pasal 13 Pada Bab III tentang leasing menyatakan: 2.1. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala, disertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu sewa berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. 2.2. Akuntansi untuk lease berlandaskan pada konsep makna ekonomi ("substance over form"), yaitu dengan melihat pada makna/hakekat dari transaksi yang bersangkutan, apakah telah terjadi pemindahan secara substantial atas manfaat dan risiko yang inherent dalam pemilikan aktiva yang disewakan. Bila terjadi pemindahan risiko dan manfaat secara substansial dari lessor kepada lessee, lease demikian dikategorikan sebagai "capital lease" oleh lessee, dan merupakan "direct financing lease" atau "sales-type lease" bagi lessor. Bila terjadi hal yang sebaliknya, baik lessor maupun lessee mempertanggungjawabkannya sebagai operating lease. 2.3. Perlakuan akuntansi untuk lease dalam laporan keuangan lessee dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 2.3.1. Capital lease. Direfleksikan dalam neraca dengan cara mencatat timbulnya suatu aktiva dan kewajiban sebesar nilai terendah dari nilai tunai pembayaran sewa minimum selama periode lease atau nilai wajar aktiva yang disewa pada awal periode lease. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha akan dialokasikan sebagai pengurang kewajiban serta biaya bunga. Aktiva yang disewagunausaha berdasarkan capital lease serta akumulasi penyusutannya harus disajikan dalam neraca lessee secara terpisah ataupun diungkapkan secara wajar dalam catatan atas laporan keuangan. Demikian pula dengan kewajiban karena suatu sewa guna usaha, harus dinyatakan dan dikelompokkan sebagai kewajiban lancar atau kewajiban jangka panjang dalam neraca sesuai dengan ketentuan yang lazim dilakukan. Penyusutan aktiva yang disewagunausaha yang dibebankan terhadap pendapatan harus pula diungkapkan. 2.3.2. Operating lease. Pembayaran sewa guna usaha dalam suatu operating lease dibebankan sebagai biaya sepanjang masa sewa guna usaha pada saat terhutang . Apabila pembayaran sewa guna usaha tidak dilakukan berdasarkan metode garis lurus, biaya sewa guna usaha tetap harus diakui berdasarkan metode garis lurus kecuali terdapat dasar lain yang lebih sistematis dan mencerminkan pola waktu manfaat yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. 2.4. Dari pihak lessor, perlakuan akuntansinya adalah sebagai berikut:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 15 of 19

2.4.1. Direct financing lease. Pada neraca dicatat "tagihan pembayaran lease" (lease payments receivable) sejumlah pembayaran sewa minimum ditambah unguaranteed residual value. Selisih nilai tersebut dengan biaya atau nilai buku aktiva yang disewakan, dicatat sebagai pendapatan yang ditangguhkan. 2.4.2. Sales-type lease. Perlakuan akuntansinya sama dengan direct financing lease. Satu hal yang membedakan sales-type lease dengan direct financing lease adalah adanya unsur "manufacturer's or dealer's profit" pada permulaan lease. 2.4.3. Operating lease . Lessor tetap mencatat aktiva yang disewakan sebagai aktiva tetap dan menyusutkannya sesuai dengan kebijaksanaan penyusutan yang normal. Pendapatan sewa harus dilaporkan dalam laporan laba rugi selama jangka waktu lease. Usul ini telah diputuskan untuk ditangguhkan dan tidak ditampung dalam Standar Akuntansi Keuangan dengan catatan akan dikeluarkan dalam suatu pernyataan tersendiri. 3. International Accounting Standard (IAS) NO. 17 3.1. Pengelompokan Sewa Guna Usaha Pengelompokan sewa guna usaha oleh IAS didasarkan pada pandangan makna ekonomi di mana risiko serta manfaat yang melekat pada kepemilikan aktiva yang disewagunausahakan ada pada pihak lessor atau lessee dan bukannya berdasarkan kontrak sewa guna usaha. Suatu sewa guna usaha dikelompokkan sebagai finance lease apabila seluruh risiko serta manfaat yang melekat pada kepemilikan diserahkan kepada lessee. Sewa guna usaha jenis ini biasanya tidak dapat dibatalkan dan menjamin lessor terhadap pengembalian modal maupun pendapatannya dalam penanaman sewa guna usaha tersebut. Sewa guna usaha yang tidak memenuhi kriteria ini dikelompokkan sebagai operating lease. 3.2. Akuntansi Sewa Guna Usaha dalam Laporan Keuangan lessor Dalam pasal 48 dinyatakan bahwa suatu aktiva berdasarkan finance lease harus dicatat dalam neraca sebagai piutang sejumlah yang sama dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha dan bukannya sebagai aktiva tetap. Sedangkan dalam pasal 49 dinyatakan bahwa pendapatan dalam finance lease harus didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian berkala yang tetap dan harus diterapkan secara konsisten. Dalam operating lease pendapatan sewa guna usaha harus diakui berdasarkan garis lurus selama masa sewa guna usaha atau dengan dasar lain yang lebih sistimatis dan tetap berdasarkan pola waktu pembentukan pendapatan. Sedangkan penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus diterapkan secara konsisten berdasarkan kebijaksanaan umum lessor dalam penyusutan aktiva tetap lainnya. Atas transaksi sewa guna usaha yang dilaporkan sebagai finance lease pengungkapan yang layak harus dilakukan pada setiap tanggal neraca mengenai jumlah bruto penanaman, pendapatan yang belum dihasilkan serta nilai sisa aktiva yang dilease yang tidak terjamin. Dasar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan juga harus diungkapkan. Sedangkan apabila sebagian besar kegiatan usaha lessor terdiri dari operating /ease, pada setiap tanggal neraca lessor harus

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 16 of 19

mengungkapkan jumlah aktiva berdasarkan pengelompokan aktiva serta akumulasi penyusutannya. 3.3. Akuntansi Sewa Guna Usaha Dalam Laporan Keuangan Lessee Dalam pasal 44 dinyatakan bahwa suatu finance lease harus dicerminkan dalam neraca lessee dengan mencatat aktiva dan kewajiban sejumlah yang sama dengan nilai pasar yang wajar atau dengan nilai tunai jumlah pembayaran sewa guna usaha berkala pada saat permulaan masa sewa guna usaha. Sedangkan dalam pasal 47 dinyatakan bahwa dalam operating lease pembebanan biaya terhadap pendapatan harus merupakan biaya sewa (sewa guna usaha) untuk periode akuntansi yang bersangkutan dan diakui berdasarkan metode yang sistimatis serta mencerminkan pola waktu manfaat yang diperoleh lessee. Dalam finance lease, alokasi pembayaran sewa guna usaha harus dilakukan terhadap pengurangan pokok kewajiban lessee serta pembayaran bunga berdasarkan tingkat bunga yang tetap terhadap sisa kewajiban lessee. Suatu finance lease mengakibatkan timbulnya penyusutan atas aktiva yang disewagunausahakan bagi lessee. Kebijaksanaan penyusutan aktiva yang disewagunausaha harus diterapkan secara konsisten sesuai dengan kebijaksanaan penyusutan aktiva tetap lainnya. Apabila tidak ada kepastian bahwa lessee akan mendapatkan kepemilikan pada akhir masa sewa guna usaha, nilai aktiva yang disewa guna usaha harus disusutkan seluruhnya dalam jangka waktu yang lebih singkat daripada masa sewa guna usaha atau umur ekonomisnya. Dalam transaksi sale-leaseback yang dilakukan secara finance lease, kelebihan hasil penjualan terhadap nilai buku tidak boleh segera diakui sebagai pendapatan dalam laporan keuangan penjual (lessee) melainkan pengakuannya ditangguhkan dan dialokasikan selama masa sewa guna usaha. Apabila transaksi sale-leaseback ini dilakukan secara operating lease berdasarkan nilai pasar yang wajar, laba atau rugi harus langsung diakui. Sedangkan apabila nilai transaksi sale-leaseback itu dilakukan di atas nilai pasar yang wajar, kelebihan terhadap nilai pasar yang wajar harus ditangguhkan pengakuannya dan dialokasikan selama masa sewa guna usaha. Pada setiap tanggal neraca, pengungkapan yang layak harus dilakukan terhadap jumlah aktiva yang diperoleh melalui finance lease. Kewajiban yang berhubungan dengan sewa guna usaha harus dinyatakan secara terpisah dari kewajiban lainnya dengan membedakan bagian yang bersifat lancar dan jangka panjang. Ikatan untuk pembayaran sewa guna usaha minimum berdasarkan finance lease maupun dalam operating lease yang tidak dapat dibatalkan dan jangka waktunya melebihi satu tahun, harus diungkapkan dalam bentuk ringkasan yang meliputi jumlah serta masa berdasarkan jatuh tempo pembayarannya. Pengungkapan juga harus dilakukan terhadap data penting seperti pembatasan-pembatasan di bidang keuangan, pembaharuan serta opsi untuk membeli, pembayaran sewa yang masih harus dilakukan serta ikatan-ikatan lainnya yang ditimbulkan oleh adanya sewa guna usaha. 4. Statement of Financial Accounting Standard (SFAS) No. 13 4.1. Kriteria Pengelompokan Sewa Guna Usaha SFAS No. 13 menentukan kriteria pengelompokan sewa guna usaha berdasarkan suatu konsep makna ekonomi yaitu apabila suatu sewa guna usaha memindahkan seluruh manfaat dan risiko yang melekat pada kepemilikan aktiva, maka sewa guna usaha harus dipandang sebagai perolehan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 17 of 19

suatu aktiva dan terjadinya suatu kewajiban bagi lessee, dan sebagai suatu penjualan atau pembiayaan bagi lessor. Dan apabila pada awal suatu sewa guna usaha terpenuhi salah satu dari kriteria berikut, maka sewa guna usaha akan dikelompokkan sebagai capital lease bagi lessee, apabila tidak, maka sewa guna usaha tersebut akan dikelompokkan sebagai operating lease. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Pada akhir masa sewa guna usaha disewagunausaha dari lessor kepada lessee. terdapat pemindahan kepemilikan aktiva yang

2. Pada akhir masa sewa guna usaha terdapat hak opsi bagi lessee untuk membeli aktiva yang disewagunausaha pada suatu tingkat harga yang lebih rendah dari taksiran nilai pasar yang wajar pada saat hak opsi dilakukan. 3. Masa sewa guna usaha sama atau melebihi 75 % dari taksiran umur ekonomis aktiva yang disewa guna usaha. 4. Nilai tunai pada awal masa sewa guna usaha atas pembayaran sewa guna usaha minimum, tidak termasuk biaya biaya pelaksanaan, sama atau lebih besar dari 90 % nilai wajar aktiva yang disewagunausaha. Sedangkan bagi lessor untuk dapat dikelompokkan sebagai direct financing lease selain salah satu dari kriteria di atas, dua kriteria lain juga mutlak harus dipenuhi. Apabila tidak maka sewa guna usaha tersebut akan dikelompokkan sebagai operating lease. Kedua kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tertagihnya pembayaran sewa guna usaha minimum dapat diramalkan. 2. Tidak terdapat ketidakpastian yang berarti terhadap jumlah biaya yang merupakan beban lessor atas suatu sewa guna usaha. 4.2. Akuntansi Sewa Guna Usaha Dalam Laporan Keuangan Lessor Dalam pasal 18 dinyatakan bahwa dalam direct financing lease pembayaran sewa guna usaha minimum ditambah dengan nilai sisa yang tidak dijamin yang diperhitungkan sebagai manfaat lessor harus dicatat sebagai penanaman bruto dalam sewa guna usaha. Selisih jumlah penanaman bruto dengan harga perolehan akan dicatat sebagai pendapatan yang belum diakui yang akan dialokasikan selama masa sewa guna usaha untuk menghasilkan suatu tingkat pengembalian berkala terhadap penanaman neto dalam sewa guna usaha. Penanaman bruto dikurangkan dengan pendapatan yang belum diakui, akan merupakan penanaman neto dalam sewa guna usaha. Pengelompokan penanaman neto sebagai aktiva lancar dan aktiva jangka

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30
panjang dalam neraca dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 18 of 19

Sedangkan dalam pasal 19 dinyatakan bahwa dalam operating lease, barang modal yang menjadi obyek sewa guna usaha akan dicatat sebagai aktiva yang disewagunausahakan, dan disajikan mendahului atau segera setelah aktiva tetap dalam neraca lessor. Penyusutan dilakukan berdasarkan cara yang lazim dilakukan lessor untuk penyusutan aktiva tetap lainnya dan akumulasi penyusutannya dikurangkan atas penanaman dalam sewa guna usaha tersebut. Pembayaran sewa guna usaha dalam operating lease akan dilaporkan sebagai pendapatan selama masa sewa guna usaha pada saat terhutang oleh lessee sesuai dengan ketentuan dalam kontrak sewa guna usaha. Meskipun pembayaran sewa guna usaha berbeda dengan metode garis lurus, namun pengakuan sebagai pendapatan dilakukan dengan metode garis lurus, kecuali apabila terdapat dasar lain yang lebih sistematik dan mencerminkan pola waktu pengurangan manfaat aktiva akibat penggunaan. Pada setiap tanggal neraca dalam suatu direct financing lease harus diungkapkan secara layak jumlah pembayaran sewa guna usaha minimum yang harus diterima untuk setiap tahun sampai tahun kelima, nilai sisa yang tidak dijamin yang diperhitungkan untuk manfaat lessor serta pendapatan yang belum diakui. Sedangkan untuk operating lease harga perolehan aktiva yang disewagunausahakan atau nilai sisanya apabila berbeda diungkapkan dengan merinci berdasarkan sifat dan fungsi kelompok aktiva disertai dengan akumulasi penyusutannya masing-masing. Jumlah pembayaran sewa guna usaha minimum atas sewa guna usaha yang tidak bisa dibatalkan harus diungkapkan untuk setiap tahun sampai tahun kelima berikutnya. 4.3. Akuntansi Sewa Guna Usaha Dalam Laporan Keuangan Lessee Dalam pasal 10 dinyatakan bahwa dalam capital lease, lessee harus mencatat barang modal sewa guna usaha sebagai aktiva, dan kewajiban pada suatu jumlah yang sama dengan nilai tunai pembayaran sewa guna usaha minimum selama masa sewa guna usaha pada saat permulaan sewa guna usaha. Dalam hal jumlah yang ditentukan terhadap aktiva yang disewagunausaha melebihi nilai pasar yang wajar pada saat permulaan sewa guna usaha, jumlah yang dicatat sebagai aktiva dan kewajiban harus tetap berdasarkan jumlah nilai pasar yang wajar. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha akan dialokasikan sebagai pengurang kewajiban serta biaya bunga. Aktiva yang disewagunausaha berdasarkan capital lease serta akumulasi penyusutannya harus disajikan dalam neraca lessee secara terpisah ataupun diungkapkan secara wajar dalam catatan atas laporan keuangan. Demikian pula dengan kewajiban karena suatu sewa guna usaha, harus dinyatakan dan dikelompokkan sebagai kewajiban lancar atau kewajiban jangka panjang dalam neraca sesuai dengan ketentuan yang lazim dilakukan. Penyusutan aktiva yang disewagunausaha yang dibebankan terhadap pendapatan harus pula diungkapkan. Sedangkan dalam pasal 15 dinyatakan bahwa biasanya pembayaran sewa guna usaha dalam suatu operating lease akan dibebankan sebagai biaya selama masa sewa guna usaha pada saat terhutang. Apabila pembayaran sewa guna usaha tidak dilakukan berdasarkan metode garis lurus, biaya sewa guna usaha tetap harus diakui berdasarkan metode garis lurus kecuali terdapat dasar lain yang lebih sistematik dan mencerminkan pola waktu manfaat yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Pengungkapan yang layak harus dilakukan dalam direct financing lease terhadap jumlah bruto aktiva yang disajikan berdasarkan sifat dan fungsi aktiva serta jumlah pembayaran sewa guna usaha minimum setiap tahun sampai tahun kelima.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 30

Page 19 of 19

Pengungkapan yang layak dalam operating lease yang tidak dapat dibatalkan harus dilakukan terhadap jumlah pembayaran sewa guna usaha minimum untuk setiap tahun sampai tahun kelima. Pembayaran sewa guna usaha yang merupakan biaya dalam perhitungan rugi laba yang disajikan harus pula diungkapkan.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 30 Akuntansi Sewa Guna Usaha.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 1 of 36

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 AKUNTANSI PERBANKAN

Dalam rangka pengembangan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK), maka Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia No. 7 tentang Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) telah disesuaikan seperlunya sehingga menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, yang telah disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA Langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang ditempuh Pemerintah, khususnya di bidang keuangan, moneter dan perbankan, telah memberikan hasil yang cukup membesarkan hati seperti tercermin dari semakin banyaknya jumlah dan jaringan kantor bank maupun besarnya diversifikasi produk dan volume usaha bank. Pelbagai kebijaksanaan Pemerintah tersebut kiranya telah

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 2 of 36

memberikan keleluasaan dan kesempatan yang besar kepada masyarakat luas termasuk perbankan, untuk mengembangkan dari, mendorong prakarsa, dan meningkatkan peran-sertanya dalam melaksanakan pembangunan nasional. Namun, keleluasaan dan kesempatan tersebut tentunya bukan tanpa batas, tetapi dengan batasan-batasan tertentu yang mengarah kepada prinsip kehati-hatian dalam melakukan pelbagai kegiatan usaha. Dengan demikian, perlu diupayakan suatu keseimbangan yang tepat antara kebebasan dan kehati-hatian, sehingga bankbank tidak saja sekedar berkembang tetapi berkembang dengan kualitas yang bermutu. Untuk menjawab tantangan tersebut, bank-bank perlu memiliki sarana penunjang yang dapat meningkatkan efisiensi dan kelancaran usaha bank serta dapat memelihara tingkat kesehatannya. Sebagaimana kita sadari bersama, pemeliharaan kesehatan bank merupakan tanggung jawab semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, maupun masyarakat pengguna jasa bank dan pengawas bank. Salah satu sarana penunjang yang diperlukan adalah standar akuntansi yang memungkinkan terlaksananya sistem informasi manajemen dengan baik. Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) disusun dengan maksud agar laporan keuangan bank dapat disajikan secara lebih informatif dan wajar sehingga pelbagai pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai keadaan keuangan dan usaha bank. Laporan keuangan bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang sesuai dengan kegiatan perbankan, tentunya juga akan bermanfaat dalam memantau pelaksanaan pelbagai kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah atau Bank Indonesia, baik di bidang moneter maupun perbankan. Dengan demikian standar akuntansi tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk pencatatan, tetapi juga berfungsi sebagai alat pengawasan bagi terlaksananya pelbagai kebijaksanaan. Oleh karena itu, kami sangat menghargai upaya-upaya yang dilakukan oleh Tim Penyusun SKAPI dan juga Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang telah ikut membantu terciptanya SKAPI ini. Akhirnya pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Tim Pengarah, Tim Perumus, Komite Prinsip Akuntansi Indonesia dan Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia, yang telah menyetujui serta mengesahkan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia. Semoga kerjasama antara Bank Indonesia dengan Ikatan Akuntan Indonesia dapat terus dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan lagi di masa-masa yang akan datang. Jakarta, Juni 1992 Gubernur Bank Indonesia Adrianus Mooy

SAMBUTAN KETUA IKATAN AKUNTAN INDONESIA Perkembangan dunia usaha telah memacu perbankan Indonesia untuk secara bertahap melakukan penyesuaian dalam strategi dan pola operasionalnya, sehingga tetap dapat berkembang secara sehat dan mampu berperan aktif dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia bekerjasama dengan Bank Indonesia mengeluarkan suatu standar akuntansi yang khusus mengatur badan usaha Perbankan. Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia ini dipergunakan sebagai pedoman menyusun laporan keuangan bank sehingga dapat menyajikan informasi yang bernilai bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 3 of 36

Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan kepada Tim Pengarah, Tim Perumus dan Komite Prinsip Akuntansi Indonesia yang dengan segenap upayanya telah dapat menyusun standar ini. Akhirnya, kepada Bank Indonesia kami sampaikan terima kasih atas kerjasama yang terjalin selama ini. Kiranya kerjasama seperti ini akan terus dapat berkesinambungan demi pengembangan akuntansi perbankan di Indonesia. Jakarta, 5 Juni 1992 Ikatan Akuntan Indonesia Subekti Ismaun Ketua KATA PENGANTAR Perkembangan perekonomian Indonesia yang sedemikian pesat, khususnya sejak pemerintah menggalakkan deregulasi dan debirokratisasi di bidang keuangan, moneter dan perbankan sejak juni 1983, telah mendorong peningkatan kebutuhan yang mendesak terhadap dana investasi yang harus dipenuhi baik secara langsung maupun melalui perbankan sebagai perantara keuangan. Dalam hubungan ini, peranan perbankan sebagai lembaga perantara keuangan baik dalam menghimpun dana masyarakat maupun menyalurkannya kembali kepada masyarakat semakin meningkat khususnya sejak pemerintah/Bank Sentral melahirkan Paket Oktober 1988. Sejalan dengan perkembangan tersebut, timbul kebutuhan yang mendesak pula untuk menyediakan standar khusus akuntansi yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menyusun laporan keuangan bank yang layak serta memiliki daya banding sehingga dapat menyajikan informasi yang bernilai bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang berlaku saat ini belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan industri perbankan yang kegiatannya memiliki ciri khusus dibandingkan dengan industri lain. Menyadari hal tersebut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dan Bank Indonesia (Bl) telah mengadakan. kerjasama dalam rangka penyusunan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan serta kepentingan dunia perbankan dan masyarakat. Berdasarkan kerjasama tersebut, telah dibentuk Tim Pengarah dan Tim Perumus untuk menyusun SKAPI, dengan susunan anggota sebagai berikut: Tim Pengarah: Ketua I : Binhadi Bl Ketua II : Subekti Ismaun IAI Anggota : Hendrobudiyanto Bl Anggota : Katjep K. Abdoelkadir IAI

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 4 of 36

Anggota : Hans Kartikahadi IAI Anggota : N. Lapoliwa Bl Anggota : Subarjo Joyosumarto Bl Anggota : Soemarso S.R IAI Tim Perumus Ketua I : Ny. Siti Ch, Fadjrijah Bl Ketua II : Jusuf Halim IAI Anggota : Theodorus M. Tuanakotta IAI Anggota : M. Ashadhi IAI Anggota : Hein G. Surjaatmadja IAI Anggota : Acil Ridwan Bl Anggota : Sjafril Hitam Bl Anggota : Agus Gumilar IAI Anggota : Sumantri Supono Bl Anggota : Bambang Heryanto IAI Anggota : Ramzi A. Zuhdi Bl Anggota : Bramudija Hadinoto Bl PAI memuat konsep dasar, prinsip, prosedur, metode dan teknik akuntansi yang merupakan norma umum dalam praktek penyusunan laporan keuangan, khususnya yang ditujukan kepada pihak luar (akuntansi keuangan). Untuk melengkapi dan mengembangkan PAI, maka diterbitkan seri " Pernyataan " dan " Interpretasi Prinsip Akuntansi Indonesia (IPAI)". Sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan industri khusus termasuk perbankan, IAI juga memandang perlu untuk menerbitkan standar akuntansi dengan sebutan khusus. Setelah diadakan pengkajian secara mendalam baik dari sudut pengetahuan maupun praktek .akuntansi, maka telah diperoleh kesepakatan untuk menggunakan istilah "Standar Khusus Akuntansi" bagi setiap Pernyataan PAI yang khusus berlaku bagi suatu industri misalnya perbankan. Sehubungan dengan itu, Pernyataan No.7 ini disebut dengan "Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia" (SKAPI) yang diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan yang lazim dalam dunia perbankan . Bagi bank yang beroperasi semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil, beberapa istilah dan perlakuan akuntansi untuk transaksi tertentu pada bank tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi bank yang bersangkutan. Di samping itu, untuk hal-hal atau transaksi yang tidak diatur dalam SKAPI, mengacu pada PAI.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 5 of 36

Jakarta, 5 Juni 1992 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Prinsip Akuntansi Indonesia - Pernyataan No. 7 berjudul STANDAR KHUSUS AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA telah disetujui dalam rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 9 April 1992 dan telah disahkan oleh rapat Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 5 Juni 1992 Jakarta, 5 Juni 1 992 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Ketua Jusuf Halim Sekretaris Hein G. Surjaatmadja Anggota Katjep K. Abdoelkadir Anggota Wahjudi Prakarsa Anggota Sobo Sitorus Anggota M. Ashadi Anggota l.P.G. Ary Suta Anggota Bambang Heryanto Anggota Istini Sidharta Anggota Jan Hoesada Anggota Suwardjono Anggota

DAFTAR ISI

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 6 of 36

halaman SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SAMBUTAN KETUA IKATAN AKUNTAN INDONESIA KATA PENGANTAR 1. PENDAHULUAN A. Karakteristik Usaha Perbankan B. Perlunya Standar Akuntansi Keuangan mengenai Akuntansi Perbankan C. Ruang Lingkup Penerapan Akuntansi Perbankan II. LAPORAN KEUANGAN BANK A. Pengukuran dalam Nilai Uang B. Laporan Keuangan Bank C . Neraca D. Laporan Komitmen dan Kontinjensi E. Laporan Laba Rugi F. Laporan Arus Kas G. Catatan atas Laporan Keuangan H. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi I. Laporan Keuangan Interim III .AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BEBAN A. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga B. Pengakuan Pendapatan dan Beban atas Komisi dan Provisi C. Pengakuan Pendapatan dan Beban atas Transaksi Valuta Asing IV. AKUNTANSI AKTIVA A. Kas B. Giro pada Bank Indonesia

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 7 of 36

C. Giro pada Bank Lain D. Penempatan pada Bank Lain E. Surat-surat Berharga F. Kredit yang Diberikan G . Penyertaan H. Aktiva Lain-lain V. AKUNTANSI KEWAJIBAN DAN EKUITAS A. Giro B. Kewajiban Segera Lainnya C. Tabungan D. Deposito Berjangka E. Sertifikat Deposito F. Pinjaman yang Diterima G . Kewajiban Lain-lain H. Pinjaman Subordinasi I. Modal Pinjaman J. Ekuitas Vl. AKUNTANSI KOMITMEN DAN KONTINJENSI A. Komitmen B. Kontinjensi VII. TANGGAL EFEKTIF LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH BAB I PENDAHULUAN A. Karakteristik Usaha Perbankan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 8 of 36

01 Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal ini tampak dari kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat yang kelebihan dana dalam bentuk giro, tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam penerimaan simpanan masyarakat, bank hanya memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan bahwa bank telah menerima simpanan dalam jumlah dan untuk jangka waktu tertentu. Bank juga tidak selalu meminta agunan berupa barang sebagai jaminan atas kredit yang diberikan kepada debiturnya yang telah memiliki reputasi yang baik. Di samping itu, sebagai lembaga kepercayaan bank dalam operasinya lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal dari pemilik atau pemegang saham. 02 Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank juga ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau asset lainnya yang dititipkan pada bank. 03 Pengelola bank dalam melakukan usahanya dituntut untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadai sesuai dengan jenis penanamannya. Hal tersebut diperlukan karena dalam operasinya bank selain melakukan penanaman dalam aktiva produktif, seperti kredit dan surat-surat berharga, juga memberikan komitmen dan jasa-jasa lain yang digolongkan sebagai "fee based operation" atau "off-balance-sheet activities". Di samping itu, pengelola bank dalam pelaksanaan tugasnya senantiasa dihadapkan pada berbagai kemungkinan yang harus diperhitungkan secara hati-hati. Sebagai contoh, dalam pemeliharaan likuiditas selain jumlah kewajiban yang harus dibayar, perlu diperhitungkan pula masalah perpencaran (spreading) dari simpanan masyarakat, komitmen kredit yang masih berjalan serta kondisi eksternal yang mempengaruhinya. 04 Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter mempunyai kedudukan yang strategis sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan berbagai persyaratan atau ketentuan. bagi industri perbankan sejak permohonan ijin pada awal pendiriannya, persyaratan calon pengelola serta ketentuan-ketentuan operasional yang berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudential regulation) dalam melakukan kegiatan usaha bank. Kesemuanya itu dimaksudkan agar bank dapat memelihara kepercayaan masyarakat serta menunjang pemeliharaan stabilitas moneter. B. Perlunya Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Perbankan 05 Memperhatikan karakteristik dan perkembangan usaha bank setelah adanya kebijaksanaan deregulasi dan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan usaha bank, diperlukan informasi keuangan bank yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan bank secara wajar. Untuk itu diperlukan suatu standar akuntansi keuangan yang khusus berlaku bagi perbankan. 06 Prinsip-prinsip yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan bersifat umum, dan belum mengatur praktek-praktek akuntansi bagi industri khusus termasuk perbankan. Oleh karena itu, dalam praktek terdapat berbagai variasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 9 of 36

keuangan suatu bank, sehingga daya banding laporan keuangan suatu bank dengan bank yang lain sering tidak tepat. Dalam rangka terciptanya keseragaman dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan bank perlu disusun Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Perbankan C. Ruang Lingkup Penerapan 07 Disusun dan diberlakukan bagi perbankan Indonesia termasuk bank perkreditan rakyat dan lembaga/badan lain yang menjalankan satu atau lebih kegiatan perbankan. Bagi lembaga atau perusahaan lain yang melakukan sebagian kegiatan perbankan, maka perlakuan akuntansi atas kegiatan tersebut mengacu pada Pernyataan ini.

BAB II LAPORAN KEUANGAN BANK A. Pengukuran dalam Nilai Uang 01 Laporan keuangan bank harus disajikan dalam mata uang Rupiah. Dalam hal bank memiliki aktiva, kewajiban dan komitmen serta kontinjensi dalam valuta asing, harus dijabarkan kedalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah yang berlaku pada tanggal laporan. Untuk modal yang disetor dalam valuta asing dijabarkan dengan menggunakan kurs konversi Bank Indonesia pada saat modal tersebut disetor (historical rate). 02 Kurs tengah yaitu kurs jual ditambah kurs beli Bank Indonesia dibagi dua. Dalam hal kurs mata uang asing tidak tersedia di Bank Indonesia, digunakan kurs jual ditambah kurs beli bank yang bersangkutan dibagi dua. 03 Bank wajib mengungkapkan posisi neto aktiva dan kewajiban dalam valuta asing yang masih terbuka (posisi devisa neto) . B. Laporan Keuangan Bank 04 Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Pernyataan ini. Laporan keuangan bank terdiri atas: a. Neraca b. Laporan Komitmen dan Kontinjensi c. Laporan Laba Rugi d. Laporan Arus Kas e. Catatan atas Laporan Keuangan 05 Penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu yang menyimpang dari SAK dan Pernyataan ini dapat dilaksanakan jika hal tersebut tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan bank. Sebaliknya apabila terdapat fakta atau pos tertentu yang belum diatur dalam SAK dan Pernyataan ini tetapi jumlahnya material, perlakuannya

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31
didasarkan pada praktek akuntansi yang lazim dan disajikan dalam suatu pos tersendiri.

Page 10 of 36

06 Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sifat dan perkembangan bank dari waktu ke waktu, maka laporan keuangan disajikan secara komparatif untuk 2 (dua) tahun terakhir. C. Neraca 07 Dalam penyajiannya, aktiva dan kewajiban dalam neraca bank tidak dikelompokkan menurut lancar dan tidak lancar {unclassified), namun sedapat mungkin tetap disusun menurut tingkat likuiditas dan jatuh tempo. 08 Komponen-komponen neraca bank disusun dengan mengacu pada SAK untuk pos-pos yang bersifat umum dan mengacu pada Pernyataan ini untuk pos-pos yang bersifat khusus perbankan . 09 Setiap Aktiva Produktif disajikan di neraca sebesar jumlah bruto dari tagihan atau penempatan bank dikurangi dengan penyisihan penghapusan yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul dari masing-masing aktiva produktif. Penyisihan penghapusan yang dibentuk disajikan sebagai pos pengurang (offsetting account) dari masing-masing jenis aktiva produktif yang bersangkutan. D. Laporan Komitmen dan Kontinjens 10 Laporan Komitmen dan Kontinjensi Wajib disusun secara sistematis, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi komitmen dan kontinjensi, baik yang bersifat tagihan maupun kewajiban, pada tanggal laporan. 11 Komitmen adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan (irrevocable) secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi, seperti komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat "repurchase agreement (Repo), serta komitmen penyediaan fasilitas perbankan lainnya. 12 Kontinjensi adalah tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. 13 Sistimatika penyajian laporan komitmen dan kontinjensi disusun berdasarkan urutan tingkat kemungkinan pengaruhnya terhadap perubahan posisi keuangan dan hasil usaha bank. 14 Komitmen dan kontinjensi, baik yang bersifat sebagai tagihan maupun kewajiban, masingmasing disajikan secara tersendiri tanpa pos lawan. E. Laporan Laba Rugi 15 Laporan laba-rugi bank wajib disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. 16 Laporan laba-rugi bank disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. 17 Cara penyajian laporan laba-rugi bank adalah sebagai berikut: a. wajib memuat secara rinci unsur pendapatan dan beban,

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 11 of 36

b. unsur pendapatan dan beban harus dibedakan antara pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan non-operasional. 18 Komponen-komponen laporan laba rugi bank disusun dengan mengacu pada SAK untuk pos-pos yang bersifat umum dan Pernyataan ini untuk pos-pos yang bersifat khusus perbankan. F. Laporan Arus Kas 19 Laporan Arus Kas, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 tentang Laporan Arus Kas, harus disusun berdasarkan konsep kas (cash concept) selama periode laporan. Laporan ini harus menunjukkan semua aspek penting dari kegiatan bank, tanpa memandang apakah transaksi tersebut berpengaruh langsung pada kas. G. Catatan atas Laporan Keuangan 20 Di samping hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sebagaimana dijelaskan dalam SAK dan Pernyataan ini, bank juga wajib mengungkapkan dalam catatan tersendiri mengenai posisi devisa neto menurut jenis mata uang serta aktivitas-aktivitas lain seperti kegiatan wali amanat, penitipan harta {custodianship), dan penyaluran kredit kelolaan. H. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi 21 Bank yang mempunyai kantor cabang atau kantor operasional lainnya wajib menyusun laporan keuangan gabungan pada setiap tanggal laporan, yang meliputi seluruh kantornya baik yang ada didalam maupun di luar negeri. Dalam membuat laporan gabungan, saldo rekening antar kantor (termasuk pendapatan dan beban) wajib dieliminasi sedemikian rupa sehingga mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha bank secara wajar. 22 Bank yang mempunyai satu atau lebih anak perusahaan yang memenuhi persyaratan tertentu, wajib membuat laporan konsolidasi yang meliputi posisi keuangan dan hasil usaha bank dan seluruh anak perusahaan pada akhir periode laporan: a. Laporan konsolidasi tersebut dibuat bagi bank yang memiliki saham atau hak pemilikan atas lembaga keuangan lain yang jumlahnya lebih dari 50%. Sedangkan bagi bank yang memiliki saham atau hak pemilikan atas lembaga keuangan lain yang jumlahnya 50% atau kurang wajib diungkapkan (disclosure) dalam laporan keuangan. b. Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi saldo rekening-rekening yang menampung transaksi-transaksi antar perusahaan induk dan atau anak perusahaan (intercompany accounts) wajib dieliminasi sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan posisi keuangan serta hasil usaha bank secara wajar. c. Pengecualian dari kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi di atas dapat dilakukan apabila memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam SAK. 23 Sebelum membuat laporan keuangan gabungan atau konsolidasi laporan keuangan kantor cabang atau anak perusahaan di luar-negeri terlebih dahulu dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah sebagai berikut: a. Laporan keuangan dalam mata uang asing terlebih dahulu harus disajikan sesuai dengan SAK. b. Aktiva dan kewajiban serta komitmen dan kontinjensi pada tanggal neraca, dari kantor cabang atau anak perusahaan di luar negeri harus dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 12 of 36

menggunakan kurs tengah pada tanggal laporan. Sedangkan pos-pos ekuitas dijabarkan dengan menggunakan kurs historis. c. Laporan laba-rugi untuk setiap bulan dari kantor cabang dan anak perusahaan di luar negeri dijabarkan kedalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah rata-rata pada bulan yang bersangkutan. Laporan laba-rugi untuk suatu tahun buku dari kantor cabang dan anak perusahaan di luar negeri merupakan penjumlahan dari laporan laba-rugi setiap bulan yang telah dijabarkan dalam mata uang rupiah. d. Laporan arus kas dijabarkan kedalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah tanggal laporan, kecuali pos-pos laba-rugi yang dijabarkan dengan kurs tengah rata rata dan pospos ekuitas yang dijabarkan dengan menggunakan kurs historis. e. Selisih yang timbul dari proses penjabaran laporan keuangan tersebut disajikan di kelompok ekuitas sebagai "Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan" (translation adjustments). I. Laporan Keuangan Interim 24 Laporan keuangan interim yang meliputi periode bulanan atau triwulanan merupakan bagian integral dari laporan keuangan tahunan. Oleh karena itu laporan keuangan interim tersebut wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang sama dengan laporan keuangan tahunan.

BAB III AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BEBAN A. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga 01 Dasar yang digunakan dalam pengakuan pendapatan dan beban bank merupakan hal yang fundamental dalam hubungannya dengan pengukuran tingkat rentabilitas. Kegiatan utama bank adalah memupuk dana yang pada umumnya adalah berbunga (interest bearing) dan menanamkannya dalam aktiva produktif (earning assets). Seperti pada industri lainnya, selalu terdapat kemungkinan perbedaan waktu antara perolehan pendapatan dan terjadinya beban atas penggunaan sumber daya untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Oleh karena itu, pengkaitan (matching} antara pendapatan dan beban bank tidak mudah dilakukan, sehingga dalam pengakuan pendapatan perlu diperhatikan sifat dari keunikan usaha bank tersebut. 02 Pendapatan dan beban bunga diakui secara akrual (accrual basis), kecuali pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lainnya yang "non performing". Pendapatan dari aktiva yang non performing hanya boleh diakui apabila pendapatan tersebut benar-benar telah diterima. Pendapatan dari aktiva produktif non performing yang belum diterima tidak dapat diakui sebagai pendapatan dalam periode laporan dan harus dilaporkan dalam Laporan Komitmen dan Kontinjensi. 03 Pendapatan bunga terdiri atas pendapatan bunga dan pendapatan lain yang berkaitan langsung dengan pemberian kredit seperti provisi dan komisi. 04 Beban bunga terdiri atas beban bunga dan beban lain yang dikeluarkan secara langsung dalam rangka penghimpunan dana tersebut seperti hadiah, premi atau diskonto dari kontrak berjangka dalam rangka pendanaan (funding). B. Pengakuan Pendapatan dan Beban atas Komisi dan Provisi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 13 of 36

05 Komisi dan provisi yang berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan diamortisasi secara sistimatis selama jangka waktu komitmen kredit. Apabila komitmen tersebut diselesaikan sebelum jangka waktunya maka sisa komisi dan provisi diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat penyelesaian komitmen tersebut. 06 Komisi dan provisi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan namun terkait dengan jangka waktu diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan diamortisasi secara sistimatis selama jangka waktu tertentu. 07 Komisi dan provisi yang tidak berkaitan dengan kegiatan perkreditan dan jangka waktu, diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat terjadinya transaksi. C. Pengakuan Pendapatan dan Beban atas Transaksi Valuta Asing 08 Laba atau rugi yang timbul dari transaksi valuta asing harus diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laporan labarugi periode berjalan. 09 Selisih penjabaran aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing kedalam mata uang Rupiah harus diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laporan laba-rugi periode berjalan. 10 Untuk transaksi berjangka valuta asing dalam rangka pendanaan (funding): a. Selisih antara kurs berjangka yang diperjanjikan (contracted forward rate) dengan kurs tunai pada tanggal transaksi (spot rate), diakui sebagai premi atau diskonto dan diamortisasi secara proporsional selama jangka waktu kontrak. Premi atau diskonto tersebut disajikan sebagai penambah atau pengurang beban bunga. b. Selisih antara kurs tunai pada tanggal laporan dengan kurs tunai pada tanggal transaksi, untuk tagihan atau kewajiban berjangka (forward receivable or payable) dalam valuta asing diakui sebagai pendapatan atau beban periode berjalan. 11 Untuk transaksi berjangka valuta asing dalam rangka trading, selisih antara kurs yang diperjanjikan (contracted forward rate) dengan kurs tunai pada tanggal jatuh waktu (spot rate) diakui sebagai laba atau rugi transaksi valuta asing pada akhir masa kontrak. 12a. Untuk transaksi swap suku bunga (interest rate swap) dalam rangka pendanaan, selisih antara suku bunga yang dipertukarkan (original interest rate) dengan suku bunga yang diperjanjikan (contracted interest rate) disajikan sebagai. penambah atau pengurang beban dana dan diamortisasi secara proporsional selama jangka waktu kontrak. b. Untuk transaksi swap suku bunga (interest rate swap) dalam rangka trading, selisih antara suku bunga yang dipertukarkan dengan suku bunga yang diperjanjikan diakui sebagai laba atau rugi pada akhir masa kontrak. 13 Dalam hal bank bertindak sebagai penerbit opsi, selisih rugi antara kurs opsi yang diperjanjikan dengan kurs tunai pasar pada tanggal laporan, wajib diperhitungkan sebagai beban dalam periode berjalan. Selisih laba antara kurs opsi yang diperjanjikan dengan kurs tunai pasar pada tanggal laporan tidak boleh diperhitungkan sebagai pendapatan dalam periode berjalan.

BAB IV

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 14 of 36

AKUNTANSI AKTIVA A. Kas 01 Kas adalah mata uang kertas dan logam baik Rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Termasuk pula dalam kas adalah mata uang Rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa tenggang untuk penukarannya ke Bank Indonesia. Dalam pengertian kas ini tidak termasuk commemorative coin, emas batangan, dan mata uang emas serta valuta asing yang sudah tidak berlaku. 02 Mata uang kertas dan logam asing yang ditarik dari peredaran disajikan dalam rekening aktiva lain-lain sebesar nilai nominal dikurangi dengan taksiran biaya repatriasi dan dijabarkan kedalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah. B. Giro pada Bank Indonesia 03 Giro pada Bank Indonesia adalah saldo rekening giro bank baik dalam Rupiah maupun dalam valuta asing di Bank Indonesia. C. Giro pada Bank Lain 04 Giro pada bank lain adalah saldo rekening giro bank baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing di bank lain. D. Penempatan pada Bank Lain 05 Penempatan pada bank lain adalah penanaman dana bank pada bank lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dalam bentuk interbank callmoney, tabungan, deposito berjangka, dan lainlain yang sejenis, yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. 06 Penempatan pada bank lain disajikan di neraca sebesar nilai bruto tagihan bank. Penyisihan yang dibentuk untuk menutup kemungkinan terjadinya kerugian dari penempatan tersebut disajikan sebagai pos pengurang (offsetting account) dari penempatan tersebut. 07 Hal-hal berikut wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. jenis dan jumlah penempatan. b. jenis valuta c. jangka waktu d. tingkat suku bunga rata-rata e Surat- surat Berharga 08 Surat Berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal. 09a. Surat-surat berharga pasar uang yang dibeli dengan cara diskonto disajikan di neraca sebesar nilai nominal dikurangi dengan bunga yang belum diamortisasi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 15 of 36

b. Surat-surat berharga pasar modal dinyatakan dalam neraca sebesar harga terendah antara harga perolehan dan harga pasarnya (Comwil). Selisih antara harga perolehan dengan harga pasar diakui sebagai kerugian dan dibebankan pada perkiraan penilainya. c. Penyisihan yang dibentuk untuk menutup kemungkinan terjadinya kerugian dari penanaman tersebut disajikan sebagai pos pengurang (offsetting account) dari penanaman dimaksud. 10 Hal-hal berikut wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. jenis dan jumlah nilai nominal surat-surat berharga b. harga pasar (bila ada) F. Kredit yang Diberikan 11 Kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit rangka pembiayaan bersama dan kredit dalam proses penyelamatan. 12a. Kredit yang diberikan dalam rangka pembiayaan bersama dicatat sebesar tagihan bank yang bersangkutan. b. Pengalihan kredit menjadi penyertaan dicatat sebesar nilai wajar dari saham atau harta yang diterima. c. Pokok dan bunga kredit yang dihapus-bukukan dibebankan ke Penyisihan Penghapusan Kredit setelah dikurangi dengan nilai wajar dari aktiva yang diterima atau agunan yang dikuasai. 13 Kredit disajikan di neraca sebesar jumlah bruto tagihan bank yang belum dilunasi oleh nasabah. Jumlah penyisihan penghapusan yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul dari tidak dapat diterima kembali sebagian atau seluruh kredit disajikan sebagai pos pengurang (offsetting account) dari kredit tersebut. Dalam hal restrukturisasi kredit, jumlah bruto tersebut termasuk dengan bunga dan beban lain yang dialihkan menjadi pokok kredit. 14 Hal-hal sebagai berikut wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. Jenis kredit, sektor ekonomi dan jumlah kredit masing-masing. b. Jumlah kredit yang diberikan kepada pihak-pihak tertentu seperti anak perusahaan, pemegang saham dan pengurus beserta grup perusahaannya. c. Kedudukan bank dalam pembiayaan bersama dan besarnya pangsa . d. Jumlah kredit dalam proses penyelamatan. e. Klasifikasi kredit menurut jangka waktu dan tingkat suku bunga kredit yang dihitung secara rata-rata (average).

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 16 of 36

f. Ikhtisar perubahan penyisihan penghapusan kredit yang diberikan dalam tahun yang bersangkutan yang menunjukkan saldo awal, penyisihan tahun berjalan, penghapusan (write off) selama tahun berjalan, pelunasan kredit yang telah dihapus-bukukan dan saldo akhir tahun. G. Penyertaan 15 Penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi jangka panjang, baik dalam rangka pendirian, ikut serta dalam lembaga keuangan lain, penyelamatan kredit atau lainnya. 16 Penyertaan bank pada lembaga keuangan lain dengan pangsa kurang dari 20% dicatat dengan cost method. 17 Penyertaan bank pada Lembaga Keuangan Lain dengan pangsa 20% atau lebih serta penyertaan yang berasal dari pengalihan kredit dicatat dengan equity method. 18 Hal-hal tersebut di bawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. kebijakan akuntansi untuk Penyertaan tersebut; b. nama anak perusahaan, bidang usaha, jumlah dan persentase penyertaan; c. serta jumlah keuntungan atau kerugian periode berjalan dan akumulasinya bagi penyertaan yang dicatat dengan cost method. H. Aktiva lain-lain 19 Aktiva lain-lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung aktiva-aktiva yang tidak dapat digolongkan kedalam pos-pos tersebut di atas dan tidak cukup material disajikan dalam pos tersendiri. Sebagai contoh, emas batangan, commemorative coin, warkat yang masih harus ditagih, biaya yang ditangguhkan, pajak yang dibayar dimuka dan agunan yang diambil alih. 20a. Emas batangan disajikan sebesar harga pasar dikurangi dengan taksiran biaya penjualan (net realizable value), sedangkan untuk commemorative coin disajikan di neraca sebesar harga perolehan. b. Agunan yang diambil alih disajikan sebesar nilai terendah antara harga pasar dan nilai yang disepakati bersama.

BAB V AKUNTANSI KEWAJIBAN DAN EKUITAS A. Giro 01 Giro adalah simpanan pihak lain pada bank yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan antara lain dengan bilyet giro. 02 Giro disajikan di neraca sebesar kewajiban bank kepada pemegang giro.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 17 of 36

03 Hal-hal tersebut dibawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. Jumlah giro yarg diblokir. b. Pemberian fasilitas istimewa kepada pemilik rekening giro. B. Kewajiban Segera Lainnya 04 Kewajiban Segera Lainnya adalah kewajiban bank kepada pihak lain yang sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai perintah pemberi amanat atau perjanjian yang ditetapkan sebelumnya. Contoh kewajiban segera lainnya antara lain seperti transfer, penerimaan pajak melalui bank yang masih harus disetor dan bunga yang masih harus dibayar. 05 Kewajiban Segera Lainnya disajikan di neraca sebesar jumlah kewajiban bank kepada pihak lain pada tanggal laporan. C. Tabungan 06 Tabungan adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. 07 Tabungan disajikan di neraca sesuai jumlah kewajiban bank kepada pemilik tabungan. D. Deposito Berjangka 08 Deposito Berjangka adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan . 09 Deposito Berjangka disajikan di neraca sebesar jumlah nominal yang tercantum dalam perjanjian antara bank dengan pemegang deposito berjangka. 10 Hal-hal tersebut di bawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. Jumlah deposito yang diblokir atau dijadikan jaminan kredit. b. Komposisi besarnya pemilikan deposito menurut jenis mata uang rupiah dan valuta asing. c. Klasifikasi menurut jangka waktu (tenor), misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan di atas 12 bulan. d. Tingkat suku bunga yang dihitung secara rata-rata. E Sertifikat Deposito 11 Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. 12 Sertifikat Deposito disajikan sebesar nilai nominal. Diskonto (selisih antara jumlah tunai yang diterima dengan nilai nominal) dicatat sebagai bunga dibayar di muka dan diamortisasi selama jangka waktu sertifikat deposito. Saldo bunga dibayar di muka tersebut disajikan sebagai pos pengurang (offsetting account) jumlah nominal Sertifikat Deposito.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 18 of 36

13 Hal-hal tersebut di bawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. Klasifikasi menurut jangka waktu (tenor) dan tingkat suku bunga yang dihitung secara ratarata. b. Komposisi besarnya sertifikat deposito menurut jenis mata uang. F. Pinjaman yang Diterima 14 Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yanq diterima dari bank atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia baik dalam Rupiah maupun dalam mata uang asing, dan harus dibayar bila telah jatuh waktu. Dalam pengertian pinjaman yang diterima tidak termasuk pinjaman subordinasi. 15 Pinjaman yang diterima disajikan sebesar saldo pinjaman yang diterima bank pada tanggal laporan. 16 Hal-hal tersebut di bawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. Jenis pinjaman yang diterima - Kredit likuiditas Bank Indonesia - Pinjaman yang diterima dari pasar uang - Lainnya b. Rata-rata tingkat suku bunga c. Jangka waktu dan jatuh tempo d. Jenis valuta (Rupiah & Valuta asing) e. Perikatan yang menyertainya f. Nilai assets bank yang dijaminkan. G. Kewajiban Lain-Lain 17 Kewajiban lain-lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung kewajiban-kewajiban bank yang tidak dapat digolongkan kedalam salah satu pos tersebut di atas dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri, antara lain seperti setoran jaminan. H. Pinjaman Subordinasi 18 Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang diperoleh berdasarkan suatu perjanjian antara bank dengan pihak lain yang hanya dapat dilunasi apabila bank telah memenuhi kewajiban tertentu, dan hak tagihnya berlaku paling akhir dari semua simpanan dan pinjaman yang diterima dalam hal terjadi likuidasi. 19 Pinjaman Subordinasi disajikan sebesar saldo pinjaman subordinasi yang belum dilunasi pada tanggal laporan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 19 of 36

20 Hal-hal tersebut di bawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. Tingkat suku bunga b. Jangka waktu dan jatuh tempo c. Jenis valuta (Rupiah & Valuta asing) d. Perikatan yang menyertainya I. Modal pinjaman 21 Modal pinjaman adalah pinjaman yang didukung dengan menggunakan instrumen yang disebut capital notes, loan stock atau warkat lain yang dipersamakan dengan itu, dan mempunyai sifat seperti ekuitas . 22 Modal pinjaman memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Tidak dijamin oleh bank penerbit (issuer) dan sifatnya dipersamakan dengan ekuitas (subordinated) serta telah dibayar penuh. b. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik pemegang capital notes). c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan ekuitas dalam hal jumlah kerugian bank melebihi saldo laba dan cadangan cadangan yang termasuk ekuitas inti, meskipun bank belum dilikuidasi. d. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mencukupi untuk membayar bunga tersebut. 23 Penerbitan warkat modal pinjaman (loan stock atau capital notes) dicatat sebesar nilai nominal. Biaya biaya penerbitan warkat modal pinjaman dapat ditangguhkan dan diamortisasi secara sistimatis selama taksiran jangka waktunya. 24 Modal pinjaman disajikan di neraca antara Pinjaman Subordinasi dan Modal disetor. 25 Hal-hal di bawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. Persyaratan-persyaratan modal pinjaman b. Jumlah lembar c. Nama pemegang atau pemilik warkat modal pinjaman d. Hak dan kewajiban bank dan pemegang warkat modal pinjaman. J. Ekuitas 26 Modal saham, Saham dapat terdiri atas saham biasa, saham preferen dan perkiraan tambahan modal. 27 Saldo laba dikelompokkan menjadi:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 20 of 36

a. Cadangan tujuan adalah cadangan yang dibentuk dari laba bersih setelah pajak yang tujuan penggunaannya telah ditetapkan. b. Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari laba bersih setelah pajak yang dimaksudkan untuk memperkuat ekuitas. c. Saldo laba yang belum dicadangkan terdiri dari: - Laba-rugi tahun lalu yang belum ditetapkan penggunaannya . - Laba-rugi tahun berjalan. 28 Ekuitas disajikan sebagai berikut: Modal disetor a. Saham biasa b. Saham Preferen Perkiraan tambahan modal disetor a. Agio (Disagio) b. Modal Sumbangan c. Penyesuaian akibat penjabaran Laporan Keuangan d. Lainnya Selisih penilaian kembali aktiva tetap Saldo Laba a. Cadangan Tujuan b. Cadangan Umum c. Saldo laba yang belum dicadangkan. 29 Hal-hal di bawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a. jumlah ekuitas menurut ketentuan otoritas pengawas b. pembatasan atas pembagian laba.

BAB Vl

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 21 of 36

AKUNTANSI KOMITMEN DAN KONTINJENSI Komitmen dan kontinjensi (off balance sheet items) harus disajikan sedemikian rupa sehingga apabila dikaitkan dengan pos-pos aktiva dan pasiva neraca dapat menggambarkan posisi keuangan bank secara wajar. Komitmen dan kontinjensi merupakan transaksi yang belum mengubah posisi aktiva dan pasiva bank pada tanggal laporan, tetapi harus dilaksanakan oleh bank apabila persyaratan yang disepakati dengan nasabah terpenuhi. Komitmen dan kontinjensi dapat terdiri atas komitmen dan kontinjensi yang bersifat sebagai tagihan bank serta komitmen dan kontinjensi yang bersifat sebagai kewajiban bank. Komitmen dan kontinjensi tersebut dapat dalam mata uang Rupiah atau mata uang asing. A. Komitmen Komitmen adalah suatu perikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Jenis komitmen keuangan yang lazim antara lain sebagai berikut: 01 Fasilitas Pinjaman yang Diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima oleh bank dari bank atau pihak lain dan belum digunakan pada tanggal laporan. Fasilitas pinjaman yang diterima disajikan sebesar sisa fasilitas yang belum ditarik oleh bank. 02 Fasilitas kredit yang diberikan adalah fasilitas kredit yang telah disetujui oleh bank untuk diberikan kepada nasabah dan masih berlaku untuk digunakan oleh nasabah. Fasilitas kredit yang diberikan disajikan sebesar sisa komitmen yang belum ditarik. 03 Kewajiban pembelian kembali aktiva bank yang dijual dengan syarat Repo adalah kewajiban bank untuk membeli kembali aktiva bank pada waktu tertentu yang diperjanjikan. Kewajiban tersebut disajikan sebesar harga pembelian yang disepakati bank dengan nasabah. 04 L/C yang tidak dapat dibatalkan (irrevocable) yang masih berjalan adalah jaminan dalam bentuk penerbitan L/C yang tidak dapat dibatalkan dalam rangka impor dan ekspor atau lalu lintas perdagangan. L/C tersebut disajikan sebesar sisa jumlah L/C yang belum direalisasi. 05 Akseptasi wesel impor atas dasar L/C berjangka yaitu pemberian jaminan dalam bentuk penandatanganan terhadap wesel-wesel impor atas dasar L/C berjangka. Akseptasi wesel tersebut disajikan sebesar nilai nominal wesel yang diaksep. 06 Transaksi valuta asing tunai (spot) yang belum diselesaikan adalah jumlah transaksi valuta asing tunai yang masih belum diselesaikan pada tanggal laporan. Transaksi tersebut wajib dilaporkan dalam Laporan Komitmen dan Kontinjensi dan dijabarkan kedalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah pada tanggal laporan. 07 Transaksi Valuta Asing Berjangka (forward/future): a. Saldo tagihan atau kewajiban yang timbul dari transaksi valuta asing berjangka wajib dilaporkan dalam laporan komitmen dan kontinjensi dan dijabarkan kedalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah pada tanggal laporan. b. Hal-hal di bawah ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: - Besarnya nilai kontrak berjangka jual dan beli dalam masing - masing mata uang asing.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 22 of 36

- Rata-rata jangka waktu kontrak. Besarnya taksiran kerugian karena transaksi valuta berjangka dalam rangka trading. Taksiran kerugian tersebut merupakan selisih antara kurs berjangka yang diperjanjikan dengan kurs tunai pada tanggal neraca. B. Kontinjensi Kontinjensi adalah tagihan atau kewajiban bank yang timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Jenis tagihan atau kewajiban kontinjen lazim dewasa ini antara lain seperti di bawah ini. 08 Garansi bank adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang diterima atau diberikan oleh bank yang mengakibatkan pembayaran kepada pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang dijamin bank cidera janji. Garansi bank antara lain berupa: a. Penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi baik dalam rangka pemberian kredit, risk sharing dan standby L/C maupun dalam rangka pelaksanaan proyek seperti bid bonds, performance bonds dan advance payment bonds. b. Akseptasi atau endosemen surat berharga yaitu pemberian jaminan atau garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas wesel dan promes atau aksep. 09 Garansi bank yang masih berlaku pada tanggal laporan baik yang diterima maupun yang diterbitkan oleh bank, disajikan dalam komitmen dan kontinjensi sebesar nilai nominal jaminan . 10 Garansi bank atau jaminan yang diterbitkan secara sindikasi dilaporkan dalam komitmen dan kontinjensi sebesar pangsa jaminan bank yang bersangkutan. 11 Hal-hal di bawah ini perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: - jumlah garansi bank yang diterima dan diberikan dalam rangka penerimaan kredit luar negeri dan kredit dalam negeri. - jumlah garansi yang memperoleh contra garansi dari bank lain. - jumlah "corporate guarantee" yang diterbitkan. 12 L/C yang dapat dibatalkan {revocable) yang masih berjalan adalah jaminan dalam bentuk penerbitan L/C yang dapat dibatalkan dalam rangka impor dan ekspor atau lalu lintas perdagangan. L/C tersebut disajikan sebesar sisa jumlah L/C yang belum direalisasi. 13 Transaksi Opsi Valuta Asing. Transaksi opsi valuta asing yang masih berjalan (outstanding) pada tanggal laporan, wajib dilaporkan dalam laporan Komitmen dan Kontinjensi dan dijabarkan kedalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah pada tanggal laporan. 14 Pendapatan bunga dalam penyelesaian adalah perhitungan bunga dari aktiva produktif non performing yang belum dapat diakui sebagai pendapatan bunga dalam periode berjalan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 23 of 36

BAB VII TANGGAL EFEKTIF Pernyataan ini berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penyusunan laporan keuangan mulai tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1993. LAMPIRAN Lampiran ini merupakan cara menyajikan laporan keuangan bank yang dimaksudkan semata-mata untuk contoh. Bentuk atau tingkat keterincian dapat berbeda dengan contoh tersebut sepanjang memberikan penyajian yang lebih layak untuk keadaan tertentu. LAMPIRAN I PT BANK "xyz" "xyz" NERACA PER TANGGAL 31 DESEMBER 1. Aktiva 1.1. Kas 1.2. Giro pada Bank Indonesia 1.3. Giro pada Bank Lain 1.4. Penempatan pada bank lain/Penyisihan penghapusan -/ 1.5. Surat-surat berharga Penyisihan penghapusan dan penurunan nilai Surat-surat Berharga -/ 1.6. Kredit yang diberikan Penyisihan penghapusan kredit -/ 1.7. Penyertaan 1.8. Pendapatan yano masih akan diterima 1.9. Biaya dibayar dimuka 1.10. Aktiva Tetap Akumulasi penyusutan aktiva tetap -/

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 24 of 36

1.11. Aktiva Lain-lain 2. Kewajiban 2.1. Giro 2.2. Kewajiban Segera lainnya 2.3. Tabungan 2.4. Deposito berjangka 2.5. Sertifikat deposito 2.6. Surat-surat berharga yang diterbitkan a. SBPU b. Obligasi 2.7. Pinjaman yang diterima 2.8. Beban yang masih harus dibayar 2.9. Kewajiban lain-lain 2.10. Pinjaman subordinasi 2.11. Modal pinjaman (loan capital) 3. E k u i t a s 3.1. Modal disetor a. Saham biasa b. Saham preferen 3.2. Perkiraan tambahan modal disetor a. Agio/Disagio b. Modal Sumbangan c. Penyesuaian akibat penjabaran Laporan Keuangan d. Lain-lain 3.3. Selisih penilaian kembali aktiva tetap 3.4. Saldo Laba

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 25 of 36

a. Cadangan tujuan b. Cadangan umum c. Saldo Laba yang belum dicadangkan.

LAMPIRAN 2 PT BANK "XYZ" LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI TANGGAL 31 DESEMBER 199X KOMITMEN 1. TAGIHAN KOMITMEN 1.1. Fasilitas Pinjaman yang diterima dan belum digunakan 1.2. Pembelian Berjangka Valuta Asing 1.3. Pembelian valuta asing tunai {spot) yang belum diselesaikan. 2. KEWAJIBAN KOMITMEN 2.1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum digunakan 2.2. Kewajiban pembelian kembali aktiva bank yang dijual dengan syarat Repo 2.3. L/C yang irrevocable dan masih berjalan dalam rangka impor dan ekspor 2.4. Akseptasi wesel impor atas dasar L/C berjangka 2.5. Penjualan berjangka valuta asing 2.6. Penjualan valuta asing tunai {spot) yang belum diselesaikan . KONTINJENSI 1. TAGIHAN KONTINJEN 1.1. Garansi dari Bank Lain a. Penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi risk sharing b. Lainnya 1.2. Pembelian Opsi Valuta Asing

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 26 of 36

1.3. Pendapatan bunga dalam penyelesaian 2.1. Garansi yang diberikan a. Penerbitan jaminan dalam bentuk: - bank garansi - risk sharing - standby L/C - bid bonds - performance bonds - advance payment bonds b. Akseptasi atau endosemen surat berharga c. Lainnya 2.2. L/C yang revocable dan masih berjalan dalam rangka impor dan ekspor. 2.3. Penjualan Opsi Valuta Asing

LAMPIRAN 3 PT BANK "XYZ" LAPORAN LABA- RUGI dan SALDO LABA PERIODE JANUARI S.D DESEMBER 199X 1. Pendapatan dan Beban Operasional 1. Pendapatan bunga 1.1. Bunga yang diperoleh xxxx 1.2. Provisi dan komisi kredit xxxx 2. Beban bunga 2.1. Bunga yang dibayar xxxx 2.2. Hadiah xxxx 2.3. Provisi dan komisi yang dibayar untuk mendapatkan dana xxxx

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 27 of 36

3. Pendapatan bunga neto xxxx 4. Pendapatan dan beban lainnya 4.1. Provisi dan komisi yang diterima selain dari pemberian kredit xxxx 4.2. Provisi dan komisi yang dibayar selain untuk penerimaan dana (xxxx) 4.3. Pendapatan/beban dari Provisi dan komisi neto xxxx 4.4. Pendapatan lain xxxx 4.5. Beban overhead a. Beban umum & administrasi (xxxx) b. Beban personalia (xxxx) c. Beban lain (xxxx) (xxxx) 4.6. Pendapatan/beban lain neto xxxx 5. Pendapatan operasional neto xxxx 11. Pendapatan dan Beban non Operasional 1. Pendapatan non-operasional 1.1. Keuntungan penjualan aktiva tetap xxxx 1.2. Lainnya xxxx xxxx 2. Beban non-operasional 2.1. Kerugian penjualan aktiva tetap (xxxx) 2.2. Denda/sanksi (xxxx) 2.3. Lainnya (xxxx) (xxxx) 3. Pendapatan/beban non-operasional xxxx III Laba (rugi) 1. Laba atau rugi xxxx

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 28 of 36

2. Pos Luar Biasa (Extra ordinary gain/loss) xxxx 3. Pengaruh kumulatif dari Perubahan Kebijakan Akuntansi xxxx 4. Laba ( Rugi ) sebelum PPh xxxx 5. Pajak penghasilan (xxxx) 6. Laba (rugi) bersih tahun berjalan xxxx IV. Saldo laba 1. Saldo laba tahun lalu xxxx 2. Jumlah Saldo Laba xxxx 3. Dividen yang dibayar (xxxx) 4. Jumlah Saldo laba xxxx Dirinci atas - Cadangan Tujuan xxxx - Cadangan Umum xxxx - Saldo Laba yang belum dicadangkan xxxx

LAMPIRAN 4 PT BANK "XYZ " LAPORAN ARUS PERIODE JANUARI S.D. DESEMBER 199X Arus Kas dari Aktivitas Operasi Penerimaan bunga dan komisi xxxx Pembayaran bunga xxxx Pembayaran piutang yang telah dihapus xxxx Pembayaran kas pada karyawan dan pemasok xxxx

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 29 of 36

Laba operasi sebelum perubahan dalam aktiva xxxx operasi (Kenaikan) Penurunan dalam Aktiva Operasi: Dana jangka pendek xxxx Deposito untuk tujuan pengendalian moneter xxxx Dana uang muka pada langganan xxxx Kenaikan bersih dalam piutang kartu kredit xxxx Surat berharga jangka pendek yang diperjualbelikan xxxx Kenaikan (Penurunan) dalam Hutang Operasi: Deposito dari pelanggan xxxx Sertifikat deposito yang diperjualbelikan xxxx Kas bersih dari aktivitas operasi sebelum pajak penghasilan xxxx Pajak penghasilan xxxx Arus kas bersih dari aktivitas operasi xxxx Arus Kas dari Aktivitas Investasi Pelepasan anak perusahaan Y xxxx Dividen yang diterima xxxx Bunga yang diterima xxxx Hasil penjualan surat berharga yang tidak diperjualbelikan xxxx Pembelian surat berharga yang tidak diperjualbelikan xxxx Pembelian tanah bangunan dan peralatan xxxx Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas xxxx investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Penerbitan modal pinjaman xxxx Penerbitan saham prioritas oleh anak perusahaan xxxx

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 30 of 36

Pembayaran kembali pinjaman jangka panjang xxxx Penurunan bersih pinjaman lain xxxx Pembayaran dividen xxxx Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan xxxx Pengaruh perubahan kurs valuta kas dan setara kas xxxx Kenaikan bersih kas dan setara kas xxxx Kas dan setara kas pada awal periode xxxx Kas dan setara kas pada akhir periode xxxx

DAFTAR ISTILAH A Accrual Basis Dasar Akrual = Dasar Antisipasi = Dasar Akanan Advance Payment Bonds Garansi setelah proyek diserahkan kepada pemberi pekerjaan. Aktiva Produktif (Earning Assets) adalah penanaman bank dalam bentuk kredit surat berharga, dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Amortisasi = mengurangi aktiva atau kewajiban secara sistimatis. B Berjenjang (multiple step) Metode penyajian laporan laba-rugi secara berjenjang yang bentuknya dapat dilihat pada lampiran 3. Bl, Bank Indonesia, adalah Bank Sentral sebagaimana diatur dengan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral. Bid Bonds Jaminan yang diberikan oleh bank dalam rangka tender. C Capital Notes merupakan instrumen yang diterbitkan oleh bank dalam rangka memperoleh pinjaman jangka panjang yang memiliki ciri sebagai modal . Commemorative Coin, Mata uang logam yang diterbitkan untuk memperingati peristiwa nasional yang penting.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 31 of 36

Corporate Guarantee Suatu jaminan yang diberikan oleh suatu perusahaan atau badan hukum. Contra Garansi Garansi/jaminan lawan yang dibuat untuk tanggungan/jaminan dari garansi yang dibuat sebelumnya. E Eliminasi Berarti tidak ditampilkan dalam laporan gabungan. Endosemen Pemindahan hak tagih atas surat order dengan membubuhkan tanda tangan di halaman belakang surat tersebut Pembubuhan tanda tangan itu mengikat dan yang bersangkutan turut bertanggungjawab atas pembayaran surat tersebut. F Fasilitas Istimewa Pemilik Rekening Giro Bank memberikan beberapa kelebihan kepada pemilik giro tertentu seperti tingkat jasa giro yang lebih tinggi dari normal. Fee Based Operation Pemberian jasa pelayanan bank dengan imbalan yang diperoleh bank. Forward receivable (Tagihan berjangka) adalah komitmen pembelian valuta asing berjangka. Forward payable {Kewajiban berjangka) adalah komitmen penjualan valuta asing berjangka. Future adalah kontrak jual beli valuta asing yang tidak diikuti dengan pergerakan dana yang dilakukan pada tempat, jangka waktu dan jumlah tertentu dengan kurs pada akhir kontrak. H Hadiah Hadiah yang terkait pada deposito. Dalam hal ini harus dibedakan antara hadiah yang terkait dengan yang tidak terkait kepada upaya memperoleh dana deposito, seperti hadiah lebaran bagi karyawan, sedekah, sumbangan bagi yayasan yatim piatu. Harga Pasar Harga pasar adalah harga yang terjadi karena proses permintaan (pembelian) dan penawaran (penjualan) dan diumumkan oleh lembaga resmi seperti bursa efek untuk surat berharga pasar modal . l IAI Ikatan Akuntan Indonesia. IPAI Interpretasi Prinsip Akuntansi Indonesia. Interbank Call Money Pinjaman antar bank yang berjangka waktu paling lama 90 hari.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 32 of 36

Interest Bearing berbunga Interest rate swap Swap atas suku bunga, yaitu usaha mengurangi tekanan pengaruh fluktuasi bunga akibat dimilikinya struktur pendanaan yang menggunakan cara yang berbeda. Irrevocable Janji yang tidak dapat dibatalkan. J Jangka waktu (tenor) Jangka waktu pembayaran K Kantor Cabang ialah unit usaha dari suatu bank yang langsung bertanggung jawab kepada kantor pusatnya dan diperkenankan manjalankan semua jenis usaha bank dan menyelenggarakan tata usaha/pembukuan tersendiri, dan dalam mengatur usahanya itu tetap tunduk pada segala ketentuan yang berlaku bagi bank yang bersangkutan . Kartu Kredit Kartu yang digunakan sebagai alat pembayaran. Kelebihan Dana (surplus unit) Lembaga, Badan hukum atau masyarakat yang memiliki kelebihan dana yang dapat disimpan di Bank. Kewajiban Kontinjensi Kewajiban yang timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang-akan datang. Kredit Kelolaan Kredit yang diberikan oleh bank penyalur kredit tanpa menanggung risiko. Kredit dalam proses penyelamatan kredit yang non performing, yang diupayakan penyehatannya melalui rescheduling, restructuring atau reconditioning. Kurs Berjangka atas dasar kontrak {contracted forward rate) Kurs berjangka yang diperjanjikan. Kurs Tengah Kurs jual ditambah kurs beli dibagi dua. Kurs Tengah Bank Indonesia Kurs tengah mata uang asing yang diumumkan secara resmi oleh Bank Indonesia. Kurs Tunai Pasar {Spot Rate) Kurs yang digunakan untuk pembelian / penjualan dalam valuta asing yang penyerahannya/penerimaannya dilakukan sampai dengan dua hari kerja.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 33 of 36

L Laporan Keuangan Interim Laporan bulanan atau laporan triwulanan atau periode lainnya. Laporan Keuangan Komparatif Penyajian secara berdampingan tiap-tiap komponen neraca dan laporan laba rugi. Likuiditas Kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban atau hutang yang segera harus dibayar. Loan Stock Modal pinjaman M Matching = Pengkaitan Mempertemukan antara pendapatan dan bebannya. Ekuitas menurut Otoritas Pengawas Ekuitas inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak meliputi, modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan. tujuan, saldo laba serta laba tahun lalu dan laba tahun berjalan masing-masing sebesar 50% dan ekuitas pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan ekuitas. N Nilai wajar aktiva atau agunan Nilai wajar yang ditetapkan oleh penilai profesional. Non performing Suatu keadaan yang menunjukkan bahwa aktiva produktif digolongkan kurang baik. O Off Balance Sheet Activities Transaksi pemberian/penerimaan komitmen atau jasa bank lainnya yang belum merubah posisi aktiva dan pasiva bank pada saat tanggal laporan keuangan bank, namun harus dilaksanakan oleh bank apabila persyaratan yang disepakati berlaku efektif. Option adalah perjanjian yang memberikan hak opsi (pilihan) kepada pembeli opsi untuk merealisasi kontrak jual beli valuta asing, yang tidak diikuti dengan pergerakan dana dan dilakukan pada atau sebelum waktu yang ditentukan dalam kontrak, dengan kurs yang terjadi pada saat realisasi tersebut. Original Forward Rate Kurs berjangka pada saat komitmen dibuat. Otoritas Pengawas Dalam hal ini adalah Bank Indonesia atau Departemen Keuangan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 34 of 36

P Pelunasan Kredit yang telah dihapus-bukukan (Recovery) Penerimaan kembali kredit yang telah dihapus-bukukan. Pengelolaan Dana Pensiun Merupakan salah satu jenis usaha bank dengan memperoleh imbalan (fee). Penghapusan (Write Off) aktiva produktif Pembebanan ke laporan laba rugi nilai perolehan dari aktiva produktif bank, karena tidak dapat ditagih kembali. Penjabaran Mata Uang Asing kedalam Mata Uang Rupiah Melaporkan aktiva dan kewajiban bank yang dimiliki dalam mata uang asing kedalam mata uang rupiah tanpa perlu mengubah aktiva dan kewajiban itu sendiri. Penyertaan Pemilikan saham dalam jangka panjang yang dimaksudkan untuk memperoleh dividen atau untuk mengontrol perusahaan tersebut. Penyimpanan Harta (Custodianship) Merupakan kegiatan penyimpanan harta nasabah agar bank memperoleh imbalan (fee). Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Cadangan penghapusan aktiva yang menghasilkan pendapatan. Perantara Keuangan (Financial Intermediary) adalah lembaga perantara menghimpun dana dari masyarakat yang berkelebihan dan menyalurkan masyarakat yang memerlukan dana. Performance Bonds Surat jaminan pelaksanaan suatu pekerjaan. Perusahaan Money Changer Suatu perusahaan yang bergerak di bidang penukaran mata uang (perdagangan valuta asing). Pokok Kredit (Principal) Sejumlah dana kredit yang diterima oleh debitur. Prinsip Akuntansi Indonesia Buku Prinsip Akuntansi 1984 atau perubahannya, interpretasi, pernyataan dan peraturan lain yang terkait pada Prinsip Akuntansi Indonesia . R Rentabilitas Kemampuan bank untuk memperoleh laba. keuangan yang kembali kepada

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 35 of 36

Repurchase Agreement (Repo) Perjanjian antara bank dengan pihak/bank lain untuk membeli kembali suatu aset yang semula telah dijual. Retained earning Saldo Laba. Risk Sharing Penanggungan sebagian dari risiko rugi oleh bank. S Saham Preferen adalah saham istimewa (preferen) yang dapat dibagi menjadi saham preferen kumulatif dan saham preferen non kumulatif. Saham preferen kumulatif adalah saham yang memberikan prioritas untuk mendapatkan dividen kepada pemiliknya sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa dengan mempertimbangkan pula dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu secara kumulatif. Secondary Reserve = Cadangan siaga Penanaman dana bank dalam rangka berjaga-jaga untuk memenuhi kewajibannya kepada deposan setiap saat. Sindikasi Pembiayaan bersama = Pemberian kredit secara patungan. SBPU = Surat Berharga Pasar Uang adalah surat berharga jangka pendek yang dapat dijualbelikan secara diskonto di pasar uang antar bank. Standby L/C adalah letter of credit yang merupakan suatu komitmen dari bank penerbit untuk membayar sejumlah uang bila nasabahnya wanprestasi. T Tagihan kontinjensi Tagihan yang timbulnya tergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Tanggal Neraca Untuk neraca tahunan biasanya adalah 31 Desember tahun yang bersangkutan, untuk neraca triwulan atau bulanan sesuai tanggal terakhir triwulan atau bulanan yang bersangkutan. Tingkat Suku Bunga yang dihitung secara weighted Average Tingkat suku bunga yang dihitung secara rata-rata tertimbang. Transaksi-transaksi Perusahaan Induk dan atau Anak perusahaan (Intercompany Account) Transaksi-transaksi antar perusahaan yang berafiliasi = Pos-pos yang. terjadi secara timbal balik (pos-pos silang). U Unclassified Tidak dikelompokkan menurut kelompok lazim aktiva lancar atau tidak lancar. Urutan kebawah Bentuknya lihat pada lampiran 3 Pernyataan ini. W

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 31

Page 36 of 36

Wesel Impor atas dasar L/C berjangka adalah surat perintah pembayaran kepada importir yang ditarik oleh eksportir berdasarkan atas L/C berjangka.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 31 Akuntansi Perbankan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 1 of 16

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 AKUNTANSI KEHUTANAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 tentang Akuntansi Kehutanan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KATA SAMBUTAN Assalamualaikum wr wb, Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 2 of 16

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan harus digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, merupakan acuan bagi penyelenggaraan pembangunan kehutanan. Amanat konstitusi ini telah dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan selama ini dan akan dilanjutkan pada kegiatan pembangunan selanjutnya. Pendayagunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan tetap mengutamakan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat serta dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Setiap pemanfaatan sumber daya alam perlu memperhatikan kaidah-kaidah bahwa daya guna dan hasil guna yang dikehendaki harus dilihat dalam batas-batas yang optimal, tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian sumber daya lain yang berkaitan dengan ekosistem dan memberikan kemungkinan untuk mengadakan pilihan penggunaan dalam pembangunan dimasa yang akan datang. Kerangka di atas adalah merupakan misi pembangunan kehutanan yang dalam pelaksanaannya perlu ditangani secara profesional. Keberhasilan pembangunan kehutanan tidak hanya diukur dari aspek ekonomi semata, namun juga dari aspek-aspek sosial dan ekologi. Dari segi ekonomi harus mampu memberikan sumbangannya bagi pertumbuhan perekonomian nasional dan pengembangan wilayah. Dari segi sosial harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Sedangkan dari segi ekologi dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan yang mendukung kehidupan dan menjamin kelestarian hutan. Dengan demikian, maka pengelolaan hutan yang profesional dicirikan oleh kinerja yang berupa Profitabilitas, Prosperitas dan Sustainabilitas. Kegiatan pengusahaan hutan, sebagai bagian dari upaya pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan kehutanan pada khususnya, dituntut untuk dapat terlaksana secara profesional pula. Salah satu unsur yang turut berperan dalam menciptakan pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan secara profesional adalah berupa tersedianya informasi secara benar dan memadai. Arus informasi yang lancar sangat diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan pengusahaan hutan maupun oleh pihak pemerintah yang berwenang untuk melakukan pembinaan. Salah satu informasi yang diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang perkembangan perusahaan pengusahaan hutan adalah berupa Laporan Keuangan. Adanya ciri-ciri khusus dari usaha dibidang pengusahaan hutan yang antara lain berupa siklus produksi yang panjang, keragaman sistem simikultur yang digunakan, hak dan kewajiban yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka disamping Prinsip-prinsip akuntansi yang telah ada diperlukan adanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Kehutanan. Dengan Pernyataan ini diharapkan dapat terjadi persamaan persepsi dalam penyusunan dan penggunaan laporan keuangan, sehingga dapat diperoleh kesamaan bahasa bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Adanya informasi yang menyeluruh yang tertampung dalam laporan keuangan yang disusun berdasarkan Pernyataan ini diharapkan pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan dapat dilakukan dengan lebih baik. Berbagai kecenderungan yang terjadi pada setiap perusahaan dapat diantisipasi sejak dini, sehingga tidak akan terjadi masalah yang berlarut-larut. Pernyataan ini juga memudahkan dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan dan kewajiban-kewajibannya. Pembakuan ini juga diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan untuk mengikuti perkembangan pengusahaan hutan melalui informasi laporan keuangan yang dapat memberikan gambaran mengenai pengusahaan hutan secara wajar dan benar. Atas tersusunnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Kehutanan ini, kami atas nama segenap jajaran Departemen Kehutanan mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) atas segala jerih payahnya sehingga karya besar ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terlebih lagi masyarakat konsumen, yang semakin mengkehendaki produk-produk yang akrab lingkungan (green products), maka keberadaan Pernyataan ini sebagai alat bantu peningkatan profesionalisme perusahaan semakin penting. Dengan demikian perangkat ini mempunyai sifat dan nilai yang strategis, sehingga semua pihak

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 3 of 16

yang terlibat didalam kegiatan pengusahaan hutan perlu segera bersiap diri dan melaksanakannya. Wassalamualaikum wr wb. Jakarta, 7 September 1994 Menteri Kehutanan KATA PENGANTAR PENGURUS PUSAT IAI Dalam rangka menghadapi era globalisasi dan perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, pihak-pihak yang terlibat dalam dunia usaha memerlukan suatu kerangka acuan yang dapat dijadikan sebagai pedoman pengelolaan administrasi keuangan yang baik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan lembaga profesi yang menyusun dan menghasilkan pedoman penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Produk ini dahulu disebut sebagai Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Dalam perkembangannya PAI disempurnakan dengan sebutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Pernyataan yang dihasilkan selama ini belum mengatur praktek akuntansi bagi industri pengusahaan hutan. Sehubungan dengan itu, Ikatan Akuntan Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan Departemen Kehutanan, telah menyusun piagam kerja sama untuk penyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Kehutanan dengan membentuk Tim Penyusun Standar Akuntansi Kehutanan yang terdiri dari: TIM PENGARAH: Ketua I : Ir. Djamaludin Ir. Hendarsun Surya S.P. Ketua II : Drs. Subekti Ismaun Ketua Harian : Ir. Jozep Siahaya Anggota : 1. Ir. Waskito Suryodibroto 2. Drs. Soemarso S.R. 3. Drs. V.J.H. Boentaran 4. Drs. Hans Kartikahadi 5. Drs. Ruddy Koesnadi 6. Ir. Soemarsono 7. Ir. Syahrir 8. Ir. Susatyo A. Y.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 4 of 16

TIM KERJA Ketua I : Drs. Jusuf Halim Ketua II : Ir. Permana Nuryayi Anggota : 1. Drs. Ruchyat Kosasih 2. Drs. Alwi Syahri 3. Drs. Hein G. Surjaatmadja 4. Drs. Bambang Heryanto 5. Drs. J. Srijoko 6. Drs. Jan Hoesada 7. Ir. Baringin Hutajulu 8. J.L. Leo Verboon, Msc. 9. Drs. Edi Santoso 10. Ir. Eko Wardoyo 11. Ir. Anna Sumarna 12. Drs. Achmad Asnawi 13. Ir. Agus Djoko Ismanto, MDM TIM TEKNIS 1. Dra. Rosmie Saleh, MBA 2. Drs. Afif Mahfoed 3. Drs. Yongky D. Widjaja 4. Drs. Handowo Dipo 5. Ir. Irzam Kasan 6. Drs. Budihardjo 7. Drs. Yusron Mulyadi 8. Dr. Ir. Hadi Daryanto 9. Ir. Bambang S.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 5 of 16

10. Ir. Siti Laksmi Putri 11. Fitra Dewata, SE SEKRETARIAT 1. Ir. Mursid Marsono 2. Drs. Richard Tanubrata 3. Ir. Walidi 4. Ir. Siti Hartati Pernyataan ini mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan yang bergerak dan beroperasi di bidang kehutanan, sehingga dapat memberikan keseragaman dalam penyajian informasi dan dapat digunakan sebagai dasar yang andal dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, praktek yang bervariasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, yang meyebabkan laporan keuangan kurang memiliki daya banding antar perusahaan di bidang kehutanan, dapat dihindari atau diperkecil. Pernyataan ini tidak saja berisi pedoman teoritis mengenai perlakuan akuntansi untuk bidang kehutanan, tetapi juga mencakup unsur praktek yang lazim berlaku pada industri kehutanan. Jakarta, September 1994 IKATAN AKUNTAN INDONESIA DR. Katjep K. Abdoelkadir

DAFTAR ISI paragraf SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR PENDAHULUAN Karakteristik Perusahaan Pengusahaan Hutan Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Penerapan LAPORAN KEUANGAN

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 6 of 16

Neraca Laporan Laba Rugi Catatan Atas Laporan Keuangan PENDAPATAN DAN BEBAN Pendapatan Beban Beban Usaha Beban Penghentian Produksi AKTIVA Persediaan Hutan Tanaman Industri (HTI) Dalam Pengembangan Biaya Ditangguhkan KEWAJIBAN DAN EKUITAS Pembangunan HTI Kewajiban Pengusahaan Hutan MASA TRANSISI TANGGAL EFEKTIF

PENDAHULUAN Karakteristik Perusahaan Pengusahaan Hutan 01 Proses produksi hasil hutan untuk mendapatkan kayu bulat memerlukan waktu yang panjang, dimulai dari penanaman, pemeliharaan dan pemungutan, bergantung dari riap (growth) tegakan hutan yang akan ditentukan oleh rotasi/daur tanaman. Untuk hutan alam dengan simikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) diperlukan rotasi tebang 35 tahun. Sedangkan untuk hutan tanaman, daur ditetapkan sesuai dengan kelas perusahaan atau jenis tanaman yang diusahakan untuk fast growing species, daur ekonomis paling cepat 8 tahun. 02 Pengertian hasil dalam pengusahaan hutan meliputi: (1) hasil tebangan, (2) hasil olahan, dan (3) hasil hutan lainnya. Setiap proses pengusahaan masing-masing hasil adalah spesifik dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32
memiliki karakteristik khusus. Proses pengusahaan dan jenis hasil juga saling berkaitan.

Page 7 of 16

03 Perusahaan pengusahaan hutan, antara lain seperti pemegang HPH/HPHTI, memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan pengusahaan hutan (penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengolahan dan pemasaran) dan pengelolaan areal HPH/HPHTI yang meliputi: fungsi perencanaan pengusahaan hutan, pengorganisasian perusahaan terutama pendayagunaan tenaga teknis kehutanan dan tenaga profesional pendukung kegiatan pengusahaan hutan, pelaksanaan pengusahaan hutan, perlindungan, pengawasan serta pengamanan hutan. Maksud Dan Tujuan 04 Salah satu indikasi pelaksanaan pengusahaan hutan yang baik oleh perusahaan antara lain dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan. 05 Maksud dan tujuan Akuntansi Kehutanan adalah terwujudnya pembakuan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan perusahaan pengusahaan hutan, seperti pemegang HPH/HPHTI, berdasarkan asas keterbukaan, sehingga dapat dipergunakan oleh berbagai pihak ekstern seperti instansi yang berwenang dan masyarakat. 06 Dengan memperhatikan karakteristik dan perkembangan usaha pengusahaan hutan dalam kerangka peraturan pemerintah dan peraturan perundangan yang berlaku, serta agar pihak yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan pengusahaan hutan, diperlukan informasi keuangan pengusahaan hutan yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan pengusahaan hutan. Untuk itu, diperlukan suatu standar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan untuk transaksi yang spesifik dalam usaha pengusahaan hutan. 07 Standar akuntansi keuangan yang selama ini diatur masih bersifat umum, dan belum mengatur praktek-praktek akuntansi bagi industri tertentu termasuk usaha pengusahaan hutan. Oleh karena itu, dalam praktek terdapat berbagai variasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, sehingga laporan keuangan kurang memiliki daya banding antara perusahaan pengusahaan hutan. Untuk menciptakan keseragaman dan harmonisasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan perusahaan pengusahaan hutan perlu disusun Akuntansi Kehutanan. Dengan berlakunya Akuntansi Kehutanan dalam semua perusahaan yang berkaitan dengan pengusahaan hutan, maka diharapkan: a) Terdapat keseragaman dalam praktek-praktek akuntansi dan pelaporan keuangan oleh perusahaan pengusahaan hutan di Indonesia, sehingga mendorong terciptanya komparabilitas laporan keuangan. b) Laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi pihak ekstern yang tidak terlibat langsung dalam perusahaan. c) Pemerintah akan dapat memantau perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Ruang Lingkup Penerapan Akuntansi Kehutanan 08 Akuntansi Kehutanan disusun dan diberlakukan bagi perusahaan yang menjalankan satu atau lebih kegiatan pengusahaan hutan. LAPORAN KEUANGAN Neraca

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 8 of 16

09 Penyajian aktiva dan kewajiban dalam neraca dikelompokkan menurut urutan lancar dan tidak lancar. Aktiva diklasifikasikan menurut urutan likuiditas dan kewajiban diklasifikasikan menurut urutan jatuh tempo. 10 Komponen-komponen neraca harus disajikan dengan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan untuk pos-pos yang bersifat umum dan mengacu pada pernyataan ini untuk pos-pos yang bersifat khusus pengusahaan hutan. Laporan Laba-Rugi 11 Harga Pokok Penjualan harus disajikan masing-masing untuk kayu tebangan dan kayu olahan. Catatan atas Laporan Keuangan 12 Disamping hal-hal yang wajib diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan, perusahaan pengusahaan hutan wajib mengungkapkan hal-hal berikut dalam catatan atas laporan keuangan: (a) Realisasi kegiatan dan biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan penanaman kembali hutan alam seperti Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), pembinaan dan perlindungan hutan, penanaman tanah kosong dan usaha-usaha untuk kelestarian alam lainnya. (b) Pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan. (c) Rincian luas areal sisa hutan yang belum dikelola selama sisa masa manfaat HPH. (d) Sisa umur HPH. (e) Klasifikasi aktiva tetap dan peruntukannya. (f) Khusus untuk HTI, diungkapkan realisasi luas tanaman pada periode berjalan dan akumulasinya. (g) Susunan pemegang saham perusahaan, serta penjelasan mengenai perubahan pemegang saham selama periode berjalan . (h) Rincian pendapatan operasional dirinci menurut jenis kegiatan . (i) Pemenuhan kewajiban terhadap negara, seperti DR, IHH, BPPHH, IHPH dan luran Wajib lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (j) Sehubungan dengan perubahan saldo kewajiban perusahaan pengusahaan hutan yang timbul akibat kegiatan pengusahaan hutan, seperti penanaman kembali, TPTI, penanaman tanah kosong, penanaman kiri kanan jalan utama, bina desa hutan, landscaping dan upaya konservasi lainnya, perlu diungkapkan hal-hal berikut: (i) Saldo awal (ii) Penyisihan periode berjalan (iii) Realisasi yang dilakukan selama periode berjalan (iv) Saldo akhir

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 9 of 16

(k) Realisasi jenis kegiatan sehubungan pelaksanaan Bina Desa Hutan dan biayanya. (I) Sehubungan dengan pembangunan sarana dan prasarana, maka harus diungkapkan: (i) Realisasi pembangunan jalan dan jembatan serta pemeliharaannya . (ii) Jenis jalan yang dibangun pada periode berjalan serta akumulasinya. (m) Sehubungan dengan persediaan, maka harus diungkapkan sebagai berikut: (i) Dasar penentuan harga pokok persediaan. (ii) Persediaan dikelompokkan antara lain berdasarkan kayu bulat, kayu olahan, barang dalam proses dan perlengkapan barang gudang berupa bahan bakar, suku cadang dan lain-lain pada tanggal pelaporan. (iii) Persediaan yang dijaminkan dan diasuransikan.

PENDAPATAN DAN BEBAN Pendapatan 13 Pendapatan operasional meliputi pendapatan dari penjualan hasil hutan, baik berupa kayu olahan, hasil tebangan maupun hasil hutan lainnya. 14 Pendapatan harus diakui dengan menggunakan dasar akrual . Beban 15 Beban harus diakui dengan menggunakan dasar akrual . 16 Harga pokok produksi kayu tebangan dan hasil hutan lainnya meliputi beban yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan-kegiatan seperti: perencanaan, penanaman, pemeliharaan dan pembinaan hutan, pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan, pemungutan hasil hutan, pemenuhan kewajiban terhadap negara, pemenuhan kewajiban lingkungan dan sosial, dan pembangunan sarana dan prasarana. Perlakuan akuntansi untuk kegiatan yang berkaitan dengan produksi kayu tebangan dan hasil hutan lainnya diatur sebagai berikut: (a) Perencanaan Biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) termasuk luran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH), biaya penyusunan Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH) dan Rencana Karya Lima Tahunan (RKL) dikapitalisasikan secara terpisah sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasikan selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 10 of 16

Biaya-biaya yang berhubungan dengan penyusunan RKT dimasukkan sebagai biaya produksi dalam periode berjalan. (b) Penanaman Biaya yang berhubungan dengan kegiatan penanaman pada hutan alam dibebankan sebagai biaya produksi hasil hutan. Sedangkan biaya berhubungan dengan usaha penanaman bukan untuk diproduksi, misalnya penanaman untuk hutan lindung, disajikan sebagai beban lain-lain. Biaya yang timbul sebagai akibat kegiatan pengusahaan hutan, seperti: 1) biaya penanaman kembali untuk jalur tebang yang telah diproduksi; 2) biaya penanaman tanah kosong; 3) biaya penanaman kiri-kanan jalan; 4) landscaping; dan 5) biaya untuk upaya konservasi lainnya, harus diestimasi dan dibebankan sebagai biaya produksi walaupun kegiatannya belum dilaksanakan. Jumlah estimasi kewajiban yang masih tersisa harus dievaluasi setiap akhir periode . Pada Hutan Tanaman Industri: (i) Apabila tidak tersedia pohon siap tebang, maka biaya yang berhubungan dengan usaha penanaman dikapitalisasi sebagai " HTI dalam pengembangan " sampai umur siap tebang dan diamortisasi selama jangka waktu masa konsesi, dan amortisasi dimulai sejak penebangan dilakukan serta dibukukan sebagai biaya produksi. Amortisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus atau metode Unit of Production. (ii) Apabila tersedia pohon siap tebang, maka biaya tersebut dibukukan sebagai biaya produksi. (c) Pemeliharaan dan Pembinaan Hutan Biaya yang berhubungan dengan usaha pemeliharaan dan pembinaan hutan dibebankan sebagai biaya produksi. Kewajiban yang timbul sehubungan dengan pemeliharaan dan pembinaan hutan yang belum dilaksanakan sampai dengan tanggal pelaporan, harus diestimasi dan disajikan sebagai bagian dari kewajiban. Pada Hutan Tanaman Industri: (i) Apabila tidak tersedia pohon siap tebang, maka biaya yang berhubungan dengan usaha pemeliharaan dan pembinaan hutan dikapitalisasi sebagai "HTI dalam pengembangan" sampai umur siap tebang dan diamortisasi selama jangka waktu masa konsesi, dan amortisasi dimulai sejak penebangan dilakukan serta dibukukan sebagai biaya produksi. Amortisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus atau metode Unit of Production. (ii) Apabila tersedia pohon siap tebang, biaya yang berhubungan dengan usaha pemeliharaan dan pembinaan hutan tersebut dibukukan sebagai biaya produksi. (d) Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan Hutan Pembangunan dan atau pengadaan sarana pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan meliputi tetapi tidak terbatas pada pembangunan menara api, pos jaga, pembuatan hilaran api dan pengadaan mobil pemadam kebakaran dikapitalisasi sebagai biaya ditangguhkan dan disusutkan selama masa manfaat maksimum sampai akhir masa konsesi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan usaha pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan meliputi pengerahan tenaga, penggunaan bahan dan perlengkapan serta premi asuransi kebakaran dibebankan sebagai biaya produksi. Kewajiban yang timbul sehubungan dengan pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan yang belum dilaksanakan pada tanggal neraca, harus diestimasi dan disajikan sebagai bagian dari

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 11 of 16

kewajiban. Beban yang timbul dibebankan sebagai biaya produksi pada periode berjalan secara akrual. (e) Pemungutan Hasil Hutan Biaya yang berhubungan dengan pemungutan hasil hutan dibebankan sebagai biaya produksi. (f) Pemenuhan Kewajiban Terhadap Negara Kewajiban perusahaan pengusahaan hutan terhadap negara antara lain meliputi Kewajiban Teknis dan Kewajiban Finansial. Kewajiban teknis meliputi, tetapi tidak terbatas pada, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL), Rencana Kelola Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). kewajiban finansial meliputi, tetapi tidak terbatas pada, luran Hasil Hutan (IHH), Biaya Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan (BPPHH), Dana Reboisasi (DR) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) areal. Biaya yang berhubungan dengan penyusunan AMDAL, RPL dan RKL dikapitalisasi sebagai beban yang ditangguhkan dan diamortisasi selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi . Biaya yang berhubungan dengan pemenuhan kewajiban finansial yang ditetapkan oleh pemerintah seperti IHH, DR, BPPHH dan PBB areal dibebankan sebagai biaya produksi dengan menggunakan dasar akrual. (g) Pemenuhan Kewajiban Lingkungan dan Sosial Kewajiban terhadap lingkungan dan sosial antara lain mencakup bina desa hutan/Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Biaya yang berhubungan dengan studi diagnostik bina desa hutan/PMDH dibukukan sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasi selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi. Sedangkan biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan bina desa hutan/PMDH dibebankan sebagai biaya produksi. (h) Pembangunan Sarana dan Prasarana Biaya pembangunan jalan induk dan cabang dikapitalisasi dan disusutkan selama masa manfaatnya dan dibukukan sebagai biaya produksi. Biaya pembangunan jalan ranting dibebankan sebagai biaya produksi. Beban Usaha 17 Pada Hutan Tanaman Industri, Beban Umum dan Administrasi yang tidak berkaitan dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pembinaan hutan dibukukan sebagai Beban Umum dan Administrasi. Beban Penghentian Produksi 18 Beban penghentian produksi yang disebabkan kejadian normal dan rutin seperti yang disebabkan karena keadaan cuaca/musim, dibukukan sebagai biaya produksi. 19 Beban penghentian produksi lainnya, seperti yang disebabkan oleh bencana alam/kebakaran, disajikan sebagai pos luar biasa. AKTIVA Persediaan 20 Hasil hutan yang telah berada di TPN dan lokasi pengumpulan/penimbunan hasil hutan harus dibukukan sebagai Persediaan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 12 of 16

Hutan Tanaman Industri (HTI) dalam pengembangan 21 Perusahaan pengusahaan hutan yang melaksanakan beberapa kegiatan pengusahaan hutan termasuk HTI, harus menyajikan biaya yang ditangguhkan dalam pelaksanaan pembangunan HTI terpisah dari biaya ditangguhkan lainnya dalam akun tersendiri yaitu "HTI dalam pengembangan". Akun ini disajikan di Neraca setelah Aktiva Lancar dan sebelum Aktiva Tetap. 22 Pada Hutan Tanaman Industri, biaya bunga pinjaman yang terjadi dikapitalisasi selama masa satu daur sebagai "HTI dalam pengembangan" dan diamortisasi selama masa konsesi sebagai biaya produksi. Biaya Ditangguhkan 23 Biaya yang timbul sehubungan dengan kegiatan perusahaan pengusahaan hutan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, seperti biaya perolehan HPH termasuk IHPH, biaya penyusunan RKPH dan RKL dan biaya yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan, dibukukan sebagai Biaya Ditangguhkan, dan diamortisasi sesuai dengan taksiran masa manfaatnya. Biaya Ditangguhkan harus disajikan tersendiri di Neraca. KEWAJIBAN DAN EKUITAS Pembangunan HTI 24 Dana yang diterima untuk proyek HTI diperlakukan sebagai berikut: (a) Dana yang diterima oleh perusahaan sebagai penyertaan modal disajikan sebagai bagian ekuitas. (b) Dana yang diterima oleh perusahaan selain untuk penyertaan modal disajikan sebagai bagian kewajiban. Kewajiban Pengusahaan Hutan 25 Taksiran sisa kewajiban sehubungan dengan kewajiban penanaman kembali, TPTI, penanaman tanah kosong, penanaman kiri kanan jalan utama, bina desa hutan, landscaping dan upaya konservasi lainnya yang belum dilaksanakan sampai dengan tanggal pelaporan, harus dibukukan sebagai kewajiban, dan disajikan sebagai bagian kewajiban lain-lain. 26 Apabila jumlah kewajiban tersebut di atas tidak diketahui dengan pasti, kewajiban tersebut harus diestimasi dengan layak. Setiap akhir periode pelaporan, harus dilakukan evaluasi terhadap taksiran sisa kewajiban dan apabila perlu dilakukan penyesuaian terhadap taksiran sisa kewajiban tercatat. Penyesuaian tersebut harus dibebankan pada biaya produksi. MASA TRANSISI 27 Perlakuan akuntansi yang diatur dalam Pernyataan ini diberlakukan secara prospektif. Apabila pada saat pertama kali menerapkan Pernyataan ini perlu dilakukan penyesuaian terhadap kewajiban pengusahaan hutan maka biaya yang timbul dapat ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa umur HPH. TANGGAL EFEKTIF

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 13 of 16

28 Pernyataan ini berlaku efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang mencakupi periode pelaporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Perlakuan yang lebih dini sangat dianjurkan.

DAFTAR ISTILAH Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Environmental Impact Assessment is a result of studies on the impact of planned activities for the environment which is required for the decision making process. Biaya Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan {BPPHH / Grading fee). Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan dalam rangka mencapai optimalisasi pemanfaatan hasil hutan yang meliputi penetapan jenis, penetapan ukuran (Volume/Berat ) & Penetapan - Kualitas HH . Grading fee is an expenditure provided for activities which optimalize the utilization of forest products, which are included a determination of types, sizes (volume), weight and quality of forest products. Beban Penghentian Produksi Dalam kegiatan pengusahaan hutan, penghentian produksi adalah hal yang lazim terjadi. Penghentian produksi dapat terjadi karena beberapa hal seperti karena: Cuaca/Musim Keadaan cuaca atau musim tertentu menyebabkan perusahaan tidak dapat melakukan pemungutan hasil hutan, namun biaya produksi tertentu harus dibebankan. Beban Penghentian produksi yang seperti yang disebabkan karena keadaan cuaca/musim, dibukukan sebagai biaya produksi. Beban penghentian produksi lainnya seperti yang disebabkan oleh bencana alam/kebakaran, disajikan sebagai pos luar biasa. Dana Reboisasi (DR) Dana yang dipungut dari pemegang Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pemungutan Hasil Hutan dan Ijin Pemanfaatan Kayu, dalam rangka Reboisasi, Pembangunan Hutan Tanaman Industri dan Rehabilitasi Lahan Hutan Reforestation Funds are funds collected from the Forest Consession Holders, Forest Product Collection Right and Wood Utilization Permit, Reforestation and establishment of Industrial Timber Estate and Forest Land Rehabilitation. Hutan Suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 14 of 16

hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Hak untuk mengusahakan hutan dalam suatu kawasan hutan yang kegiatan-kegiatan penebangan kayu, permudaan dan pemeliharaan hutan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan Hutan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan azas kelestarian hutan dan azas perusahaan . Hutan Tanaman Industri (HTI) Hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan simikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasi! hutan. Iuran Hasil Hutan (IHH) Pungutan yang dikenakan pengganti sebagian nilai intrinsik daripada hasil hutan yang dipungut. Forest Product Fees: are fees charged to subtitute partly of the intrinsic values of the harvested forest products. luran Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Pungutan yang dikenakan kepada pemegang Hak Pengusahaan atas sesuatu kompleks hutan tertentu pungutan-pungutan mana dilakukan hanya sekali pada saat hak tersebut diberikan oleh pejabat yang berwenang. License Fees (Forest Concession Fees): are fees charged to the forest concession holders for their Forest Utilization Right of certain forest areas given them and issued by the authority, the fees are charged only once upon the establishment of these right. Industri Pengolahan Kayu Hulu (IPKH) Industri yang mengolah langsung kayu bulat dan/ atau bahan baku serpih . Primary Wood Industries: are industries which are processing logs and/or Chips directly. Log pond antara Tempat penimbunan air Pemegang HPH Badan Hukum Indonesia yang diberi HPH oleh Menteri Pertanian. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) Telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, zona lingkungan tempat kegiatan, kemungkinan timbulnya dampak lingkungan oleh kegiatan tersebut, dan rencana tindakan pengendalian dampak negatifnya.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 15 of 16

Statement on Environmental lnformation: is a general examination on the plan of activities, environmental zone at sites of the activities, possible environmental impacts due to those activities, and plan for controlling its negative impacts. Perencanaan Hutan Penyusunan pola tentang peruntukan, penyediaan pengadaan dan penggunaan hutan secara guna dan lestari serta penyusunan pola kegiatan-kegiatan pelaksaannya menurut ruang dan waktu. Persediaan Persediaan meliputi tetapi tidak terbatas pada hasil tebangan, kayu olehan, barang dalam proses, suku cadang (spare parts), bahan pembantu dan perlengkapan. Hasil tebangan atau kayu bundar (log) biasanya ditemukan di tiga lokasi, yaitu lokasi tebangan (TPN), lokasi pengumpulan / penimbunan hasil hutan (log pond/log pond antara/log yard) dan log pond industri (IPKH). Hasil hutan yang telah di TPN dan lokasi pengumpulan/penimbunan hasil hutan harus dibukukan sebagai persediaan. Perlindungan Hutan Usaha pencegahan dana penanggulangan kerusakan hutan dari erosi, kebakaran, pencurian, perambahan, hama / penyakit serta pencegahan kemusnahan flora dan fauna. Pemenuhan Kewajiban Lingkungan dan Sosial Kewajiban terhadap lingkungan dan sosial antara lain mencakup bina desa hutan / Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Biaya yang berhubungan dengan studi diagnostik bina desa hutan/PMDH dibukukan sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasi selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi. Sedangkan biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan bina desa hutan/PMDH dibebankan sebagai biaya produksi. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pembangunan sarana dan prasarana meliputi tetapi tidak terbatas pada, pembuatan jalan induk, jalan cabang dan jalan ranting. Pengertian jalan induk, jalan cabang dan jalan ranting adalah pengertian yang bertahap atau hirarkis. Dengan kata lain, tidak ada jalan cabang tanpa adanya jalan induk, dan tidak ada jalan ranting tanpa adanya jalan cabang. Biaya-biaya pembangunan jalan induk dan cabang dikapitalisasi dan disusutkan selama masa manfaatnya dan dibebankan sebagai biaya produksi sedangkan biaya pembangunan jalan ranting dibebankan sebagai biaya produksi . Rencana Karya Lima Tahun Pengusahaan Hutan (RKLPH) Jabaran, penyesuaian dan pemantapan lima tahunan dari Rencana Karya Pengusahaan Hutan. Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan (SEMDAL) Hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan pembangunan yang sedang berjalan dan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Evaluasion Study on the Environmental Impact is a result of study on the impact of the on going development activities to the environment that necessity for decision making process.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 32

Page 16 of 16

Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri {SK. HPHTI) Ijin beserta ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Menteri Kehutanan kepada Badan Usaha Milik Negara, Swasta, dan atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanaman Industri. Timber Estate Concession Right: is a license including its rule given by the Minister of Forestry to the State Enterprises, Private Enterprises and/or Coorporatives to engage in Timber Estate. Tebang Pilih Tanam Indonesia {TPTI). Sistem simikultur meliputi cara penebangan dengan batas diameter dan permudaan hutan Indonesia's Selective Cutting and Planning is simicultural system including means for cutting with limited diameter and forest regeneration. Tempat Pengumpulan Kayu (TPN). Tempat untuk pengumpulan kayu-kayu hasil penebangan di sekitar tempat tebang yang bersangkutan. Timber Collection Site is a place to collect timbers resulted from tree cutting activities at the cutting areas. Tempat Penimbunan Kayu Industri Pengolahan Kayu Hulu (Log Pond Industri) Tempat penimbunan kayu di industri pengolahan kayu hulu yang mempunyai fungsi menerima, menimbun dan mengeluarkan kayu bulat dan atau bahan baku serpih di industri yang bersangkutan. (Kep. Men. Hut. 402/KptsJV/90) Timber storage at Primary Wood Industries Site is a place to store timbers with the functions to receive collect/store and release logs and/or raw- material for chips at the industry.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 32 Akuntansi Pengusahaan Hutan.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 1 of 21

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 33 AKUNTANSI PERTAMBANGAN UMUM

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 33 tentang Akuntansi Pertambangan Umum disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1 994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

DIREKTUR JENDERAL PERTAMBANGAN UMUM SAMBUTAN Saya sambut dengan gembira terbitnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Industri Pertambangan Umum yang momentumnya bertepatan dengan saat Direktorat Jenderal Pertambangan Umum tengah melakukan kaji ulang terhadap seluruh kebijaksanaan pertambangan umum di Indonesia. Sebagaimana diketahui, seperti halnya industri lain yang mempunyai karakteristik khusus, industri pertambangan umum memiliki perbedaan-perbedaan mendasar dibandingkan dengan industri lain.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 2 of 21

Perbedaan inilah yang mendorong disusunnya standar akuntansi untuk pertambangan umum, sehingga ada suatu acuan yang jelas dan disepakati oleh para akuntan dan pelaku-pelaku ekonomi di bidang pertambangan umum agar tercipta keserasian dan keselarasan dalam proses penyusunan, penyajian dan pemeriksaan laporan keuangan. Lingkungan hidup adalah masalah yang akhir-akhir ini mendapat sorotan tajam dari pemerintah dan juga dari badan-badan internasional. Kegiatan penambangan sering dikatakan sebagai "perusak" lingkungan. Bahwa setiap perusahaan pertambangan diharuskan membuat kalkulasi yang wajar dan menyediakan sejumlah dana yang memadai untuk menutup kegiatan reklamasi atas lahanlahan tambang yang akan dihijaukan kembali setelah kegiatan penambangan berakhir. Akuntansi lingkungan hidup merupakan sesuatu yang baru dan Tim Penyusun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Industri Pertambangan Umum telah berhasil memasukkan aspek lingkungan hidup dalam standar akuntansinya. Kiranya dengan dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Industri Pertambangan Umum ini maka dapat dikembangkan praktek-praktek akuntansi yang sehat bagi industri pertambangan umum di masa yang akan datang. Jakarta,, 15 September 1994 DIREKTUR JENDERAL PERTAMBANGAN UMUM KUNTORO MANGKUSUBROTO DIREKTUR UTAMA PT TAMBANG TIMAH SAMBUTAN Saya sangat bergembira dan bersyukur dengan berhasilnya Tim Penyusun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Industri Pertambangan Umum Indonesia yang dibentuk berdasarkan kerja sama antara Ikatan Akuntan Indonesia, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum dan PT Tambang Timah, menyelesaikan penyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Industri Pertambangan Umum. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Industri Pertambangan Umum akan menjadi acuan bagi profesi akuntan, dalam menyajikan informasi keuangan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan umum. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan kesamaan interpretasi dan persamaan persepsi di antara para pengguna laporan keuangan yang sangat penting sebagai bagian dalam proses pengambilan keputusan. Selanjutnya standar ini akan dipakai sebagai kriteria oleh para akuntan dalam melakukan audit atas perusahaan tersebut. Standar Akuntansi Industri Pertambangan Umum yang telah disusun ini merupakan kontribusi PT Tambang Timah dan BUMN/S di lingkungan Direktorat Jenderal Pertambangan Umum terhadap perkembangan akuntansi dan industri pertambangan umum di Indonesia. Akhirnya kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ikatan Akuntan Indonesia, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan Direktorat Jenderal Pertambangan Umum beserta jajarannya (termasuk BUMN/S) atas kerjasama yang baik selama ini dengan PT Tambang Timah dan khususnya dalam pelaksanaan penyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Industri Pertambangan Umum. Semoga hasil karya ini bermanfaat bagi perkembangan profesi akuntan dan kemajuan industri pertambangan umum di Indonesia.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 3 of 21

Jakarta, 15 September 1994 DIREKTUR UTAMA, EERRY RIYANA HARDJAPAMEKAS KATA PENGANTAR PENGURUS PUSAT IAI Dalam rangka menghadapi era globalisasi dan perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, pihak-pihak yang terlibat dalam dunia usaha memerlukan suatu kerangka acuan yang dapat dijadikan sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan lembaga profesi yang menyusun dan menghasilkan pedoman penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Salah satu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berkaitan dengan industri pertambangan umum adalah PSAK No. 33 tentang Akuntansi Pertambangan Umum. PSAK Akuntansi Pertambangan Umum ditujukan untuk memberikan dasar keseragaman dalam penyajian informasi keuangan perusahaan yang beroperasi di bidang pertambangan umum. PSAK Akuntansi Pertambangan Umum disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi dan PT Tambang Timah dengan membentuk Tim Penyusun Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Pertambangan Umum yang terdiri dari: TIM PENGARAH Ketua I : Drs. Sudjana Surawidjaya Ketua II : Drs. Subekti Ismaun Ketua Harian : Drs. Suwardjo Dharsono Anggota : 1. Dr. Ir. Rozik B. Sucipto 2. Drs. Soemarso S.R. 3. Drs. Hans Kartikahadi 4. Drs. V.J.H. Boentaran 5. Drs. Umun Supriatman 6. Drs. Amrin Siregar 7. Erry Riyana Hardjapamekas TIM KERJA:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 4 of 21

Ketua I : Drs. Hein G. Surjaatmadja Ketua II : Ali Darwin Anggota : 1. Drs. Jusuf Halim 2. Drs. Agung Nugroho 3. Drs. Sandjaja 4. Drs. Henkie Regel 5. Dra. Merliyana Syamsul 6. Drs. Cipta Purwhana 7. Drs. Yus Rustian 8. Drs. Bantas Yani 9. Drs. Supono SEKRETARIAT: 1. Drs. Richard Tanubrata 2. Dra. Endang Widiyanti 3. Dra. Rosmie Saleh, MBA 4. Drs. Rusliadi Tansir Setelah melalui beberapa tahapan penyusunan dan pembahasan, konsep Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 33 tentang Akuntansi Pertambangan Umum dibahas dalam public hearing yang diadakan pada tanggal 30 Maret 1994. Selanjutnya konsep final disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Akhirnya, kepada Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi dan PT Tambang Timah, kami menghaturkan terima kasih atas kerjasama yang telah dijalin. Kiranya kerjasama seperti ini akan dapat terus berlanjut untuk pengembangan akuntansi dan industri pertambangan umum. Kepada Tim Pengarah, Tim Kerja dan Sekretariat Tim Penyusun Standar ini, kami ucapkan pula terima kasih atas perkerjaan yang telah dilaksanakan dengan baik. Jakarta, 7 September 1994 IKATAN AKUNTAN INDONESIA DR. Katjep K. Abdoelkadir

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 5 of 21

DAFTAR ISI paragraf SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PERTAMBANGAN UMUM SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA PT TAMBANG TIMAH KATA PENGANTAR PENDAHULUAN Karakteristik Akuntansi Industri Pertambangan Umum Ruang Lingkup Penerapan EKSPLORASI Definisi Uraian Kegiatan Jenis Biaya Perlakuan Akuntansi Penyajian Laporan Keuangan Pengungkapan PENGEMBANGAN DAN KONSTRUKSI Definisi Uraian Kegiatan Jenis Biaya Perlakuan Akuntansi Penyajian Laporan Keuangan Pengungkapan PRODUKSI Definisi

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 6 of 21

Uraian Kegiatan Jenis Biaya Perlakuan Akuntansi Penyajian Laporan Keuangan Pengungkapan PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Definisi Uraian Kegiatan Jenis Biaya Perlakuan Akuntansi Penyajian Laporan Keuangan Pengungkapan MASA TRANSISI TANGGAL EFEKTIF

PENDAHULUAN Karakteristik Akuntansi Industri Pertambangan Umum 01 Dalam industri pertambangan umum terdapat empat kegiatan usaha pokok, meliputi: a) Eksplorasi (Exploration), b) Pengembangan dan Konstruksi (Development and Construction), c) Produksi (Production), dan d) Pengolahan. Perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat berbentuk usaha terpadu dalam arti bahwa perusahaan tersebut memiliki usaha eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, dan pengolahan sebagai satu kesatuan usaha atau berbentuk usaha-usaha terpisah yang masingmasing berdiri sendiri.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 7 of 21

02 Sifat dan karakteristik industri pertambangan umum berbeda dengan industri lainnya. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: e) Eksplorasi bahan galian tambang umum merupakan kegiatan yang mempunyai ketidakpastian yang tinggi, karena meskipun telah dipersiapkan secara cermat, dengan biaya yang besar, tidak ada jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir dengan penemuan cadangan bahan galian yang secara komersial layak untuk ditambang. f) Bahan galian bersifat deplesi dan tidak dapat diperbaharui (non-renewable) serta untuk melaksanakan kegiatan pertambangan ini, mulai tahap eksplorasi sampai dengan tahap pengolahannya, dibutuhkan biaya investasi yang relatif sangat besar, padat modal, berjangka panjang, sarat risiko, dan membutuhkan teknologi yang tinggi, sehingga diperlukan pengelolaan yang benar-benar profesional. g) Pada umumnya operasi perusahaan pertambangan berlokasi di daerah terpencil dan kegiatannya menimbulkan kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup, sehingga setiap perusahaan pertambangan wajib memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku mengenai lingkungan hidup, disamping mempunyai konsep pasca penambangan yang jelas. h) Pemerintah Indonesia tidak memberikan konsesi penambangan karena menurut peraturan perundangan yang berlaku, segala bahan galian yang berada dalam wilayah hukum Indonesia adalah kekayaan nasional Bangsa Indonesia yang dikuasai dan dipergunakan oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk dapat berusaha dalam industri pertambangan umum, pemerintah mengeluarkan peraturan yang memberi wewenang kepada badan usaha/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan umum. 03 Dalam industri pertambangan umum terbuka kemungkinan kerja sama berdasarkan Kontrak Karya (Contract of Work) dan Kontrak Kerja Sama, baik dalam hal permodalan maupun operasi bersama. 04. Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik industri pertambangan umum, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk industri tersebut yang berbeda dengan industri lainnya terutama perlakuan akuntansi biaya eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, dan pengelolaan lingkungan hidup. Ruang Lingkup Penerapan 05 Pernyataan ini disusun berdasarkan sifat dan karakteristik usaha pertambangan umum di Indonesia dan berpedoman pada konsep dasar akuntansi keuangan yang ditampung dalam Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan perundangan yang berlaku. 06 Seperti halnya Standar Akuntansi Keuangan, Pernyataan ini wajib digunakan dalam penyajian laporan keuangan untuk pihak ekstern bagi setiap perusahaan yang bergerak dalam industri pertambangan umum termasuk kontraktor dalam rangka Kontrak Karya dan atau Kontrak Kerja Sama di bidang pertambangan umum. Dengan adanya Pernyataan ini, maka baik penyusun maupun pemakai laporan keuangan wajib mengacu kepada standar akuntansi yang sama. Apabila perlakuan akuntansi bersifat umum, maka harus tetap mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan. 07 Untuk dan dalam hubungannya dengan Pernyataan ini, kegiatan operasi industri pertambangan umum dibagi dalam empat tahapan yaitu: a) Eksplorasi (termasuk evaluasi),

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 8 of 21

b) Pengembangan dan Konstruksi, c) Produksi, dan d) Pengelolaan Lingkungan Hidup.

EKSPLORASI Definisi 08 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Eksplorasi adalah usaha dalam rangka mencari, menemukan, dan mengevaluasi Cadangan Terbukti pada suatu wilayah tambang dalam jangka waktu tertentu seperti yang diatur dalam peraturan perudangan yang berlaku. Cadangan terbukti merupakan suatu taksiran cadangan bahan galian tambang umum dalam suatu Area of Interest yang secara teknis maupun ekonomis dapat dipertanggungjawabkan kemungkinannya untuk diproduksi di masa mendatang berdasarkan harga bahan galian tambang umum pada saat taksiran tersebut dibuat dan biaya penambangannya. Area of Interest merupakan suatu satuan area geologis yang diduga mempunyai potensi diperolehnya suatu cadangan bahan galian tambang umum atau telah terbukti terdapat cadangan bahan galian tambang umum. 09 Suatu perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat mempunyai lebih dari satu Area of Interest, dan dalam suatu Area of Interest tertentu dapat terjadi lebih dari satu tahapan kegiatan dalam waktu/periode yang bersamaan. 10 Setiap Area of Interest harus diperlakukan secara terpisah untuk tujuan penentuan apakah biaya-biaya yang terjadi pada kegiatan eksplorasi dan pengembangannya dapat dikapitalisasikan atau dibebankan pada periode berjalan. Uraian Kegiatan 11. Penyelidikan Umum. Penyelidikan umum merupakan penyelidikan secara geologi umum atau geofisik yang dilakukan di daratan, di perairan, dan/atau dari udara dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian. 12. Perijinan dan Administrasi. Merupakan kegiatan pengurusan ijin untuk melakukan kegiatan eksplorasi di suatu daerah tertentu, antara lain meliputi pengurusan Hak Kuasa Pertambangan, Kontrak Kerja Sama, Kontrak Karya, dan pembebasan tanah serta kegiatan administrasi eksplorasi. 13. Geologi dan Geofisika. Kegiatan geologi meliputi pekerjaan analisis foto udara dan pemetaan geologi permukaan tanah dengan tujuan untuk memetakan penyebaran mineral. Geofisika merupakan suatu teknologi eksplorasi dengan menggunakan sifat-sifat fisik batuan yang diselidiki untuk tujuan memperoleh data di bawah permukaan tanah. 14. Pemboran Eksplorasi. Pemboran digunakan untuk mengetahui data endapan di bawah permukaan tanah secara rinci. Melalui pemeriksaan laboratorium atas contoh bor dapat diketahui

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 9 of 21

jenis dan kadar batuan. Hasil pemboran beberapa lubang dapat dikorelasikan untuk batuan-batuan yang sejenis dan dapat pula dihitung besarnya cadangan bahan galian tambang umum. 15. Evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengkaji apakah suatu cadangan secara teknis layak untuk ditambang dan mempunyai nilai komersial. Kegiatan pada tahap ini meliputi penentuan jumlah/besarnya dan kadar cadangan, penganalisisan dampak lingkungan, perijinan yang dibutuhkan, metode penambangan, proses pengolahan, survei mengenai transportasi, prasarana yang dibutuhkan, anggaran yang dibutuhkan, serta nilai pasar cadangan dan rencana produksi. Jenis Biaya 16. Jenis-jenis biaya ekslorasi yang pokok, baik yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan eksplorasi tersebut, adalah sebagai berikut : a) Penyelidikan Umum Biaya-biaya yang terjadi dalam penyelidikan umum antara lain: (i) Biaya studi literatur, (ii) Biaya perolehan data satelit dan foto udara, (iii) Biaya pemetaan geologi, (iv) Biaya pengambilan contoh, dan (v) Biaya analisis contoh permukaan. b) Perijinan dan Administrasi Biaya-biaya yang terjadi dalam perijinan dan administrasi antara lain: (i) Biaya perolehan Kuasa Pertambangan, (ii) Biaya perolehan Kontrak Kerja Sama, (iii) Biaya perolehan Kontrak Karya, (iv) Biaya pembebasan tanah/tanam tumbuh, dan (v) Biaya administrasi eksplorasi. c) Geologi dan Geofisika Biaya-biaya yang terjadi dalam geologi dan geofisika antara lain: (i) Biaya Side Looking Air Radar (SLAR), (ii) Biaya geologi lapangan, (iii) Biaya geologi kimia, termasuk analisis pengujian laboratorium,

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 10 of 21

(iv) Biaya penyelidikan gravitasi, (v) Biaya penyelidikan magnetik, dan (vi) Biaya penyelidikan seismik. d ) Pemboran Eksplorasi Biaya-biaya yang terjadi dalam pemboran eksplorasi antara lain: (i) Biaya persiapan lahan, termasuk biaya pembuatan jalan masuk ke lokasi pemboran, (ii) Biaya pemboran, termasuk peralatan bor, (iii) Biaya mobilisasi dan demobilisasi, (iv) Biaya pengujian dan perampungan, dan (v) Biaya logistik selama dilaksanakannya pemboran. e. Evaluasi Merupakan biaya untuk kegiatan evaluasi. Perlakuan Akuntansi 17 Biaya yang timbul atas kegiatan eksplorasi dan evaluasi di suatu Area of Interest wajib dibebankan pada periode berjalan, kecuali bilamana memenuhi salah satu dari kondisi di bawah ini, maka biaya tersebut dapat ditangguhkan pembebanannya. a) Ijin untuk melaksanakan eksplorasi di Area of Interest tersebut masih berlaku dan kegiatan eksplorasinya pada tanggal neraca belum selesai, serta kegiatan eksplorasi yang berarti (significant) dalam Area of Interest terkait masih terus berlangsung, sehingga pada tahap ini belum dapat ditentukan apakah eksplorasi tersebut akan dapat menghasilkan Cadangan Terbukti. b) Ijin untuk melaksanakan kegiatan pertambangan di Area of Interest tersebut masih berlaku dan dapat dibuktikan bahwa biaya eksplorasi yang terjadi diharapkan dapat diperoleh (recovered) kembali dari hasil produksi Cadangan Terbukti yang bersangkutan atau dari hasil yang akan diperoleh bilamana hak penambangannya dipindahtangankan/dialihkan kepada pihak lain. 18 Biaya penyusutan aktiva tetap yang mendukung kegiatan eksplorasi dialokasikan sebagai bagian biaya eksplorasi. 19 Apabila suatu penyelidikan umum tidak dikaitkan secara khusus pada program eksplorasi tertentu, maka biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan umum tersebut dibebankan pada periode berjalan. 20 Biaya bunga yang terjadi karena pendanaan kegiatan eksplorasi ditangguhkan (selama biaya eksplorasinyapun dapat ditangguhkan) dengan mengacu kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 26 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi. 21 Biaya umum dan administrasi yang berkaitan langsung dengan kegiatan eksplorasi ikut

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33
ditangguhkan sebagai bagian dari Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan.

Page 11 of 21

22 Pendapatan lain-lain yang diperoleh sehubungan dengan kegiatan eksplorasi dikurangkan dari Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan . 23 Amortisasi Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan lihat paragraf 31 (e). 24 Nilai Tunai Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan harus ditaksir dan dilaporkan sebagaimana diatur pada paragraf 50. Penyajian Laporan Keuangan 25 Jumlah biaya eksplorasi yang dibebankan pada periode berjalan (di luar biaya amortisasi atas Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan) disajikan secara tersendiri dalam laporan laba-rugi sebagai Beban Eksplorasi. 26 Biaya yang ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi disajikan sebagai Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan. Pengungkapan 27 Hal-hal berikut ini wajib diungkapkan dalam catatan laporan keuangan. a) Kebijakan akuntansi sehubungan dengan dasar penentuan: (i) Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi yang masih berjalan dengan penjelasan mengenai jangka waktu kontrak untuk Area of Interest yang bersangkutan; (ii) Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi yang sudah menemukan adanya Cadangan Terbukti dengan penjelasan bahwa amortisasinya baru akan dilaksanakan pada saat dimulainya produksi. b) Dalam penyajian Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan harus dibedakan antara Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi yang masih berjalan dengan Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi yang telah menemukan Cadangan Terbukti. c) Apabila terdapat lebih dari satu Area of Interest, maka harus diungkapkan rincian dari Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan untuk tiap-tiap Area of Interest. d) Jumlah pembebanan biaya eksplorasi pada periode berjalan serta alasan pembebanannya.

PENGEMBANGAN DAN KONSTRUKSI Definisi 28 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Pengembangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan Cadangan Terbukti sampai siap diproduksi secara komersial. Konstruksi adalah pembangunan fasilitas dan prasarana untuk melaksanakan dan mendukung

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33
kegiatan produksi. Uraian Kegiatan 29 Tahap pengembangan dan konstruksi meliputi kegiatan administrasi dan teknis.

Page 12 of 21

Kegiatan administrasi merupakan kegiatan pengurusan perijinan dalam lingkup pertambangan umum guna mendukung dimulainya pelaksanaan kegiatan pengembangan dan konstruksi. Kegiatan teknis merupakan kegiatan rancang bangun dan kegiatan fisik lapangan untuk memudahkan masuk ketempat cadangan bahan tambang dalam rangka persiapan kegiatan produksi . Jenis Biaya 30 Jenis-jenis biaya pengembangan dan konstruksi yang pokok, baik yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan pengembangan dan konstruksi adalah sebagai berikut. a) Biaya Pengembangan Biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan pengembangan antara lain: (i) Biaya administrasi: - biaya pengurusan perijinan dan Kuasa Pertambangan, - biaya pembebasan tanah, (ii) Biaya pembersihan lahan (land clearing), dan (iii)Biaya pembukaan tambang, termasuk pengupasan lapisan tanah (sebelum produksi). b) Biaya Konstruksi Biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan konstruksi antara lain: (i) Biaya pembuatan prasarana, (ii) Biaya pembuatan atau pengadaan bangunan, dan (iii) Biaya pembuatan atau pengadaan mesin dan peralatan. Perlakuan Akuntansi 31 Biaya pengembangan terdiri dari: a) Biaya yang terjadi atas kegiatan pengembangan suatu Area of Interest tertentu baik langsung maupun tidak langsung ditangguhkan pembebanannya sebagai Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan. b) Biaya penyusutan aktiva tetap yang dipergunakan dalam melaksanakan kegiatan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 13 of 21

pengembangan ditangguhkan sebagai bagian dari Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan. c) Biaya umum dan administrasi yang berkaitan langsung dengan kegiatan pengembangan ditangguhkan sebagai bagian dari Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan; sedangkan biaya umum dan administrasi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan pengembangan harus diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan. d) Pada saat sejak dimulainya produksi suatu Area of Interest, Akumulasi Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan dan Akumulasi Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas Area of Interest yang sama dijumlahkan , dan penjumlahan biaya tersebut diamortisasi; biaya amortisasi dibebankan sebagai biaya produksi. e) Perhitungan amortisasi didasarkan pada metode unit produksi. Pada keadaan tertentu, apabila dianggap dapat memberikan informasi keuangan yang lebih tepat, amortisasi dihitung berdasarkan taksiran umur ekonomis dari Area of Interest tersebut. Dasar perhitungan amortisasi yang dipilih harus diterapkan secara konsisten. Apabila dipergunakan metode unit produksi, maka tingkat amortisasi tiap tahunnya harus didasarkan pada jumlah cadangan yang secara wajar dapat diproduksi sampai dengan akhir periode eksploitasi Area of Interest yang bersangkutan. Apabila amortisasi didasarkan pada jangka waktu, maka taksiran umur ekonomis tidak boleh lebih panjang dari periode eksploitasi. Periode eksploitasi yang dimaksud adalah berdasarkan perijinan yang berlaku. f) Apabila terjadi penundaan produksi di suatu Area of Interest tertentu setelah kegiatan pengembangan selesai, maka pada setiap akhir periode akuntansi selama masa penundaan tersebut, jumlah Akumulasi Biaya Pengembangan dan Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan harus dievaluasi apakah masih dapat diperoleh kembali (recovered) dari nilai taksiran hasil produksi Cadangan yang bersangkutan. Apabila ternyata nilai taksiran hasil produksi tersebut lebih rendah daripada jumlah biaya yang ditangguhkan, maka selisihnya harus dibebankan pada periode berjalan. Metode dan faktor- faktor yang digunakan dalam melaksanakan evaluasi ini diatur pada paragraf 50. 32 Biaya Konstruksi. Semua biaya yang terjadi atas pekerjaan konstruksi dan prasarana dikapitalisasi sebagai aktiva tetap, dan selanjutnya disusutkan berdasarkan umur ekonomis dari aktiva yang bersangkutan. Saat dimulainya penyusutan dan pembebanan biaya penyusutan diatur sebagai berikut. a) Aktiva tetap yang dipergunakan langsung dalam proses produksi, penyusutannya mulai dihitung pada saat produksi komersial dimulai; dan biaya penyusutannya dibebankan sebagai biaya produksi. b) Sedangkan terhadap aktiva tetap yang penggunaannya tidak langsung berhubungan dengan proses produksi, penyusutannya dimulai pada saat selesainya pekerjaan konstruksi aktiva tetap yang bersangkutan; dan biaya penyusutannya dibebankan sebagai beban usaha periode berjalan. 33 Biaya-bunga yang terjadi karena pendanaan untuk pekerjaan pengembangan dan konstruksi ditangguhkan atau dikapitalisasi dengan mengacu kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 26 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi. Penyajian Laporan Keuangan 34 Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan disajikan dalam neraca bersama -sama dengan Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan (atas kegiatan eksplorasi yang sudah menemukan cadangan terbukti) sebagai Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 14 of 21

35 Untuk periode akuntansi di mana produksi komersial telah dimulai, Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan disajikan sebesar jumlah netonya, yaitu setelah dikurangi dengan amortisasi. 36 Jumlah penurunan (write down) akibat dilakukannya evaluasi terhadap Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan sebagaimana yang disebutkan pada paragraf 31 (f), disajikan secara tersendiri dalam laporan laba-rugi sebagai penurunan nilai Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan . 37 Biaya pekerjaan konstruksi dan prasarana yang masih dalam pelaksanaan disajikan sebagai Pekerjaan Konstruksi dalam Penyelesaian . Pengungkapan 38 Hal-hal berikut wajib diungkapkan dalam catatan laporan keuangan. a) Kebijakan akuntansi sehubungan dengan: (i) Dasar penentuan ditangguhkannya biaya pengembangan dan kapitalisasi biaya pekerjaan konstruksi dan prasarana. (ii) Metode amortisasi dan penyusutan yang dipergunakan dengan penjelasan jangka waktu perijinan penambangan dan taksiran umur ekonomis tambang. b) Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan atas kegiatan pengembangan yang masih berjalan. c) Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan dimana terjadi penundaan masa produksi, meliputi penjelasan: (i) Alasan terjadinya penundaan, (ii) Amortisasi belum diperhitungkan karena belum dinilainya produksi, dan (iii) Jumlah penurunan (write down) akibat dilakukannya evaluasi bila ada, terhadap biaya yang ditangguhkan tersebut, serta metode dan asumsi utama yang dipergunakan dalam menghitung penurunan nilai tersebut. d) Apabila terdapat lebih dari satu Area of Interest maka harus diungkapkan rincian dari Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan untuk tiap-tiap Area of Interest.

PRODUKSI Definisi 39 Berikut adalah pengertian istilah yang disusun untuk dan dalam hubungannya dengan kegiatan produksi penambangan (eksploitasi): Produksi adalah semua kegiatan mulai dari pengangkatan bahan galian dari Cadangan Terbukti ke permukaan bumi sampai siap untuk dipasarkan, dimanfaatkan, atau diolah lebih lanjut.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 15 of 21

Uraian Kegiatan 40 Kegiatan produksi penambangan meliputi: pengupasan tanah (stripping), pengambilan bahan galian, pencucian dan pemurnian, serta pengangkutan bahan galian ke stasiun pengumpul. a) Pengupasan lapisan tanah selama masa produksi meliputi kegiatan penggaruan/dorong, gali/muat, dan pengangkutan tanah dari lokasi penggalian ke lokasi penimbunan atau lokasi lainnya. b) Pengambilan bahan galian dengan cara yang sesuai dengan sifat dan karakteristik bahan galian tambang yang bersangkutan seperti: penggalian, penyemprotan dengan air, penggunaan alat-alat berat (bulldozer dan shovel), pengerukan dengan menggunakan kapal keruk, dan peledakan. c) Pencucian bahan galian adalah kegiatan untuk membersihkan dan memisahkan bahan galian dengan mineral atau bahan galian ikutan lainnya seperti: tanah, abu, lempung, pasir, belerang, lumpur, atau mineral pengotor lainnya. Kegiatan pencucian dilakukan dengan menggunakan air, bahan kimia (proses kimia), alat pencuci (misalnya polong atau jig), atau saringan. Dalam kegiatan pencucian termasuk pula proses penghancuran bahan galian yang berukuran besar menjadi ukuran sesuai dengan yang ditetapkan, sehingga layak dijual atau diolah lebih lanjut. d) Pengangkutan bahan galian dari lokasi penambangan ke stasiun pengumpul dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti: belt conveyor, lori pengangkut, dump truck, tongkang, atau kapal. Perusahaan pertambangan tertentu dapat mengolah lebih lanjut hasil tambangnya setelah proses di atas. Jenis Biaya 41 Jenis-jenis biaya penambangan yang pokok, baik yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan produksi tersebut adalah sebagai berikut. a) Pengupasan Lapisan Tanah (Stripping) selama Masa Produksi Biaya yang terjadi dalam pengupasan lapisan tanah antara lain: (i) Biaya pengupasan tanah, (ii) Biaya penyediaan lahan untuk penimbunan tanah, dan (iii) Biaya penimbunan tanah hasil pengupasan. b) Pengambilan Bahan Galian Biaya-biaya yang terjadi dalam pengambilan bahan galian antara lain: (i) biaya penggalian, (ii) biaya penyemprotan, (iii) biaya pengerukan, atau biaya peledakan, dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 16 of 21

(iv) penimbunan bahan galian. c) Pencucian Bahan Galian Biaya-biaya yang terjadi dalam pencucian bahan galian antara lain: (i) Biaya pembersihan dan pemisahan bahan galian utama dari bahan galian ikutannya, (ii) Biaya pembentukan ukuran/besarnya bahan galian sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan. d) Pengangkutan Bahan Galian Merupakan biaya yang terjadi untuk mengangkut bahan galian tambang umum dari lokasi penambangan ke stasiun pengumpul . e) Pengelolaan Lingkungan Hidup Merupakan biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup. Perlakuan Akuntansi 42 Semua biaya yang terjadi sehubungan dengan produksi dicatat sebagai Barang dalam Proses Produksi. 43 Beban Pokok Produksi meliputi biaya produksi dengan memperhitungkan saldo awal dan akhir Barang dalam Proses Produksi . 44 Beban Pokok Persediaan per unit dihitung dengan menggunakan metode rata-rata atau first in first out. 45 Persediaan meliputi persediaan dalam proses produksi, barang jadi, dan persediaan bahan penunjang. 46 Biaya pengupasan tanah penutup dibedakan antara pengupasan tanah awal untuk membuka tambang, yaitu pengupasan tanah yang dilakukan sebelum produksi dimulai dan pengupasan tanah lanjutan yang dilakukan selama masa produksi. Biaya pengupasan tanah awal merupakan bagian dari Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan, sedangkan biaya pengupasan tanah lanjutan dibebankan sebagai biaya produksi. Sebelum produksi dilaksanakan, dihitung terlebih dahulu Rasio Rata-Rata Tanah Penutup (Average Stripping Ratio), yaitu perbandingan antara taksiran kuantitas lapisan batuan/tanah penutup terhadap taksiran ketebalan bahan galian (seperti batubara) yang juga dinyatakan dalam satuan unit kuantitas. 47 Biaya pengupasan tanah lanjutan pada dasarnya dibebankan sebagai biaya produksi berdasarkan Rasio Rata-Rata Tanah Penutup. Dalam keadaan di mana Rasio Aktual Tanah Penutup (yaitu rasio antara kuantitas tanah/batuan yang dikupas pada periode tertentu terhadap kuantitas bagian cadangan yang diproduksi untuk periode yang sama) tidak berbeda jauh dengan rasio rata-ratanya, maka biaya pengupasan tanah yang timbul pada periode tersebut seluruhnya dapat dibebankan sebagai biaya produksi. Dalam hal rasio aktual berbeda jauh dengan rasio rata-ratanya, maka bila rasio aktual lebih besar

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 17 of 21

dari rasio rata-ratanya, kelebihan biaya pengupasan ditangguhkan pembebanannya dan dibukukan sebagai Biaya Pengupasan yang Ditangguhkan. Selanjutnya, biaya yang ditangguhkan ini dibebankan sebagai biaya produksi pada periode di mana rasio aktual jauh lebih kecil dari rasio rata-ratanya. 48 Bila terjadi perubahan atas Rasio Rata-Rata Tanah Penutup, maka perubahan ini merupakan perubahan estimasi. 49 Selama masa produksi, secara berkala harus dievaluasi besarnya taksiran Cadangan Terbukti yang dapat diproduksi dan biaya pengembangan lanjutan yang ditaksir akan dibutuhkan untuk memproduksi cadangan tersebut di masa mendatang. Hal ini merupakan dasar perhitungan amortisasi Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan. 50 Tiap-tiap akhir periode akuntansi, saldo dari Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan harus dievaluasi kelayakannya dengan membandingkan saldo tersebut terhadap nilai tunai Present value) dari taksiran produksi bahan galian tambang yang akan diproduksi selama sisa umur tambang (sisa umur tambang tidak boleh lebih panjang dari periode eksploitasi sesuai dengan ijin yang berlaku). Apabila ternyata nilai taksiran hasil produksi tersebut lebih rendah dari saldo biaya yang ditangguhkan tersebut, maka selisihnya harus dibebankan pada periode berjalan. Penyajian Laporan Keuangan 51 Persediaan dinyatakan di neraca sebesar harga yang terendah antara harga perolehan dengan harga pasar. Harga pasar merupakan taksiran harga jual pada tanggal neraca dikurangi dengan taksiran beban yang akan terjadi dalam menjual barang tersebut. 52 Jumlah penurunan (write down) dari Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan disajikan seperti diatur pada paragraf 36. Pengungkapan 53 Hal-hal berikut wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. a) Kebijakan akuntansi sehubungan dengan: (i) Metode penentuan Beban Pokok Persediaan dan dasar penilaiannya, (ii) Metode pembebanan biaya pengupasan tanah, dan (iii)Metode perhitungan Rasio Rata-Rata Tanah Penutup . b) Jumlah Biaya Pengupasan Tanah yang Ditangguhkan dengan penjelasan mengenai perbedaan antara Rasio Aktual Tanah Penutup terhadap rasio rata-ratanya. c) Perubahan atas Rasio Rata-Rata Tanah Penutup (bila ada). d) Pengungkapan seperti yang diwajibkan pada paragraf 38

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 18 of 21

Definisi 54 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta mahluk hidup lainnya. 55 Dengan adanya kegiatan penambangan pada suatu daerah tertentu, maka akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar lokasi penambangan, meliputi tetapi tidak terbatas pada: a) Pencemaran lingkungan, yaitu masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi, dan komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. b) Perusakan lingkungan, yaitu adanya tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap perubahan sifat-sifat dan atau hayati lingkungan yang mengakibatkan lingkungan itu kurang berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkesinambungan. Sebagai usaha untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan usaha penambangan, maka perlu dilakukan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) yang meliputi upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup. Uraian Kegiatan 56 Uraian kegiatan pengelolaan lingkungan hidup meliputi tetapi tidak terbatas pada: a) Penyusunan dokumen Analis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) . b) Upaya pencegahan pencemaran sungai oleh air hasil penirisan tambang, berupa pembuatan kolam pengendap lumpur disekitar: lokasi pengalian dumping area, dan stockpile. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pengurasan lumpur dari kolam pengendap. c) Pengaturan bentuk lahan (land scaping) disesuaikan dengan kondisi topografi dan hidrologi setempat. Kegiatan ini meliputi: (i) Pengaturan bentuk lereng, dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air permukaan, erosi, sedimentasi, dan longsor; (ii) Pengaturan saluran pembuangan air, dimaksudkan untuk mengatur air agar tidak mengalir pada tempat tempat tertentu, sehingga dapat mengurangi kerusakan lahan akibat erosi. d) Pengelolaan tanah pucuk (top soil), yaitu kegiatan pengambilan dan penyimpanan tanah pucuk dari lokasi tanah yang akan ditambang dan ditimbun untuk dimanfaatkan kembali pada kegiatan reklamasi bekas daerah timbunan yang telah selesai. e) Revegetasi, yaitu penanaman kembali pada lahan bekas tambang yang vegetasi awalnya telah rusak atau terganggu.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 19 of 21

f) Pengendalian erosi, yaitu kegiatan berupa penanaman rumput, pembuatan teras, pemberian batu pecah, pembuatan saluran pengelak, dan lain-lain. g) Pencegahan pencemaran akibat debu, antara lain kegiatan berupa penyemprotan air di lokasi jalan produksi, loading station, stockpile, dan tempat lainnya yang dapat menimbulkan debu. h) Pencegahan kelongsoran, yaitu kegiatan berupa pemantapan lereng dengan melandaikannya, pembuatan slope dan tanggul pengaman (dike). i) Penelitian tanah dan tanaman untuk mendapatkan cara dan teknik penanaman yang baik dan cocok. j) Pemantauan kualitas air yang keluar dari kolam-kolam pengendap, saluran pemukiman, dan sungai di sekitar lokasi penambangan. k) Pemantauan kualitas udara di lokasi kegiatan penambangan dan pemukiman karyawan, serta penduduk sekitarnya. I) Pemantauan kualitas tanah di dumping area. m) Pemantauan luas lokasi vegetasi yang rusak dan yang telah direvegetasi . n) Pemantauan keberhasilan dari usaha pengendalian dan pengelolaan lingkungan yang dilakukan. o) Pemantauan laju erosi. Jenis Biaya 57 Biaya-biaya pengelolaan lingkungan hidup meliputi tetapi tidak terbatas pada kegiatankegiatan tersebut di atas. Pada dasarnya biaya ini merupakan biaya pengadaan prasarana PLH, biaya yang timbul atas usaha mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan pertambangan, dan biaya rutin lainnya. Perlakuan Akuntansi 58 Biaya pengadaan prasarana PLH dikapitalisasikan sebagai Aktiva Tetap dan disusutkan secara sistematis berdasarkan umur ekonomisnya. 59 Taksiran kewajiban PLH harus diakru, apabila memenuhi persyaratan berikut. a) Terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah timbul kewajiban pada tanggal neraca akibat kegiatan yang telah dilakukan; b) Terdapat dasar yang wajar untuk menghitung jumlah kewajiban yang timbul. 60 Taksiran biaya untuk PLH yang timbul sebagai akibat kegiatan eksplorasi dan pengembangan diakru dengan mendebet Biaya PLH yang Ditangguhkan dan mengkredit Kewajiban (Provision) PLH. Biaya yang ditangguhkan ini akan diamortisasi pada saat mulainya produksi komersial; biaya amortisasinya dibukukan sebagai Biaya Produksi. 61 Taksiran biaya untuk PLH yang timbul sebagai akibat kegiatan produksi tambang dibebankan sebagai biaya produksi dengan mengkredit Kewajiban (Provision) PLH .

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33

Page 20 of 21

62 Pembayaran atas kewajiban PLH selama tahun berjalan dibukukan sebagai pengurang taksiran Kewajiban PLH. 63 Pada tanggal neraca, jumlah taksiran Kewajiban PLH harus dievaluasi kembali untuk menentukan apakah jumlah akrualnya telah memadai. 64 Apabila jumlah pengeluaran PLH yang sesungguhnya terjadi pada tahun berjalan sehubungan dengan kegiatan periode lalu lebih besar dari pada jumlah akrual yang telah dibentuk, maka selisihnya dibebankan ke biaya produksi periode di mana kelebihan tersebut timbul. Penyajian Laporan Keuangan 65 Taksiran Kewajiban PLH disajikan di neraca sebesar jumlah kewajiban yang telah diakru, setelah dikurangi dengan jumlah pengeluaran yang sesungguhnya terjadi. Pengungkapan 66 Hal-hal berikut ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. a) Kebijakan akuntansi sehubungan dengan: (i) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLH, (ii) Metode amortisasi atas biaya PLH yang ditangguhkan, dan (iii) Metode penyusutan prasarana PLH. b) Mutasi taksiran kewajiban PLH selama tahun berjalan dengan menunjukkan: (i) Saldo awal, (ii) Penyisihan yang dibentuk, (iii) Pengeluaran sesungguhnya, dan (iv) Saldo akhir. c) Kegiatan PLH yang telah dilaksanakan dan yang sedang berjalan. d) Kewajiban bersyarat sehubungan dengan PLH dan kewajiban bersyarat lainnya sebagaimana diatur dalam standar akuntansi keuangan. MASA TRANSISI 67 Perubahan yang timbul akibat penerapan Pernyataan ini bukan merupakan Pengaruh Kumulatif atas Perubahan Kebijakan Akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan laporan keuangan langsung mengadopsi metode yang baru dengan menetapkan saldo akhir periode akuntansi yang lalu menjadi saldo awal periode akuntansi sekarang. 68 Taksiran sisa kewajiban masa lalu atas PLH (selisih antara taksiran seluruh kewajiban dengan realisasi pengeluaran yang telah dilakukan) dibebankan secara prospektif sejak tanggal berlakunya standar ini melalui amortisasi secara sistematis selama sisa umur tambang dan disajikan setelah pos Laba Usaha. Metode dan masa amortisasi harus diungkapkan dalam catatan atas laporan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 33
keuangan. TANGGAL EFEKTIF

Page 21 of 21

69 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 1995.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 33 Akuntansi Pertambangan Umum.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 1 of 17

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 tentang Kontrak Konstruksi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI PENDAHULUAN Tujuan Ruang Lingkup Definisi PENJELASAN Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi Pendapatan Kontrak Biaya Kontrak Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak Pengakuan Taksiran Rugi (expected loss) Perubahan Estimasi Pengungkapan PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 34 KONTRAK KONSTRUKSI Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi Pendapatan Kontrak

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34
Biaya Kontrak Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak Pengakuan Taksiran Rugi (expected loss) Pengungkapan Tanggal Efektif LAMPIRAN

Page 2 of 17

PENDAHULUAN Tujuan Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Karena sifat dari aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksi, tanggal saat aktivitas kontrak mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas tersebut diselesaikan biasanya jatuh pada periode akuntansi yang berlainan. Oleh karena itu, persoalan utama dalam akuntansi kontrak konstruksi adalah alokasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak pada periode dimana pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan Pernyataan ini menggunakan kriteria pengakuan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan untuk menentukan kapan pendapatan dan biaya suatu kontrak konstruksi harus diakui sebagai pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi. Pernyataan ini juga menyediakan pedoman pelaksanaan penerapan kriteria tersebut. Ruang Lingkup 01 Pernyataan ini harus diterapkan pada akuntansi untuk kontrak konstruksi di dalam laporan keuangan kontraktor. Definisi 02 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok. Kontrak Harga Tetap adalah kontrak konstruksi dengan syarat bahwa kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarip tetap yang telah ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuan-ketentuan kenaikan biaya. Kontrak Biaya-Plus adalah kontrak konstruksi di mana kontraktor mendapatkan penggantian untuk biaya-biaya yang telah diijinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan dengan persentase terhadap biaya atau imbalan tetap. Suatu klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pemberi kerja atau pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak. Klaim dapat timbul, umpamanya, dari keterlambatan yang disebabkan oleh pemberi kerja, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan, dan perselisihan penyimpangan dalam pengerjaan kontrak. Retensi adalah jumlah termin (progress billings) yang tidak dibayar hingga pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah diperbaiki. Termin (progress billings) adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang dilakukan dalam suatu kontrak baik yang telah dibayar ataupun yang belum dibayar oleh pemberi kerja.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 3 of 17

Uang muka adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum pekerjaan dilakukan. 03 Suatu kontrak konstruksi mungkin dinegosiasikan untuk membangun sebuah aset tunggal seperti jembatan, bangunan, dam, pipa, jalan, kapal dan terowongan. Kontrak konstruksi juga berkaitan dengan sejumlah aset yang berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan dan penggunaan pokok; kontrak seperti ini misalnya, konstruksi kilang-kilang minyak atau bagian-bagian lain yang kompleks dari pabrik atau peralatan. 04 Dalam Pernyataan ini, kontrak konstruksi meliputi: (a) kontrak pemberian jasa yang berhubungan langsung dengan konstruksi aset, umpamanya, pelayanan jasa untuk manajer proyek dan arsitek; (b) kontrak untuk penghancuran aset. penghancuran atau restorasi aset dan restorasi lingkungan setelah

05 Kontrak konstruksi dirumuskan dalam berbagai cara, dalam Pernyataan ini, digolongkan sebagai kontrak harga tetap dan kontrak biaya-plus. Beberapa kontrak konstruksi dapat mempunyai baik karakteristik kontrak harga tetap maupun kontrak biaya-plus, misalnya kontrak biaya-plus dengan nilai maksimum yang disetujui. Pada keadaan seperti ini suatu kontraktor harus mempertimbangkan semua kondisi dalam paragraf 21 dan 22 untuk menentukan kapan mengakui pendapatan dan biaya kontrak. PENJELASAN Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi 06 Persyaratan Pernyataan ini biasanya diterapkan secara terpisah pada setiap kontrak konstruksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan Pernyataan ini pada komponen suatu kontrak tunggal yang dapat diidentifikasi secara terpisah atau pada suatu kelompok kontrak secara bersama agar mencerminkan hakekat suatu kontrak atau kelompok kontrak. 07 Bila suatu kontrak mencakup sejumlah aset konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika: (a) proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset; (b) setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta pemberi kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan masing-masing aset tersebut; dan (c) biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan . 08 Suatu kelompok kontrak, dengan satu pemberi kerja atau beberapa pemberi kerja, harus diperlakukan sebagai satu kontrak konstruksi jika: (a) kelompok kontrak tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket; (b) kontrak tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya kontrak tersebut merupakan bagian dari satu proyek tunggal dengan suatu margin laba; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 4 of 17

(c) kontrak tersebut dilaksanakan secara serentak atau secara berkesinambungan . 09 Suatu kontrak mungkin berisi klausul yang memungkinkan konstruksi aset tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah sehingga konstruksi aset tambahan dapat dimasukkan kedalam kontrak tersebut. Konstruksi aset tambahan diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah bila: (a) aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak semula; atau (b) harga aset tambahan tersebut dinegosiasikan tanpa memperhatikan harga kontrak semula. Pendapatan Kontrak 10 Pendapatan kontrak terdiri dari: (a) nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak; dan (b) penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran insentif: (i) sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan; dan (ii) dapat diukur secara andal. 11 Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau yang akan diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh bermacam-macam ketidakpastian yang tergantung pada hasil dari peristiwa di masa yang akan datang. Estimasinya seringkali harus direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari suatu periode ke periode berikutnya. Contohnya: (a) suatu kontraktor dan suatu pemberi kerja mungkin menyetujui penyimpangan atau klaim yang meningkatkan atau menurunkan pendapatan kontrak pada periode setelah periode di mana kontrak pertama kali disetujui; (b) nilai pendapatan yang disetujui dalam kontrak dengan nilai tetap dapat meningkat karena ketentuan-ketentuan kenaikan biaya; (c) nilai pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul akibat keterlambatan kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut; atau (d) bila dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit output, pendapatan kontrak meningkat bila jumlah unit meningkat. 12 Suatu penyimpangan adalah suatu instruksi yang diberikan pemberi kerja mengenai perubahan dalam lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan berdasarkan kontrak. Suatu penyimpangan dapat menimbulkan peningkatan atau penurunan dalam pendapatan kontrak. Contoh penyimpangan adalah perubahan-perubahan dalam spesifikasi atau rancangan aset atau perubahan lamanya kontrak. Suatu penyimpangan dimasukkan kedalam pendapatan kontrak jika: (a) besar kemungkinan pemberi kerja akan menyetujui penyimpangan dan jumlah pendapatan yang timbul dari penyimpangan tersebut; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 5 of 17

(b) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal. 13 Pengukuran jumlah pendapatan yang timbul dari klaim mempunyai tingkat ketidakpastian yang tinggi dan seringkali tergantung pada hasil negosiasi. Oleh karena itu, klaim hanya dimasukkan dalam pendapatan kontrak jika: (a) negosiasi telah mencapai tingkat akhir sehingga besar kemungkinan pemberi kerja akan menerima klaim tersebut; dan (b) nilai klaim yang besar kemungkinannya akan disetujui oleh pemberi kerja, dapat diukur secara andal. 14 Pembayaran insentif adalah jumlah tambahan yang dibayarkan kepada kontraktor apabila standar-standar pelaksanaan yang telah dispesifikasikan telah terpenuhi atau dilampaui. Umpamanya, suatu kontrak mungkin mengijinkan suatu pembayaran tambahan kepada kontraktor untuk suatu penyelesaian yang lebih awal dari suatu kontrak. Pembayaran insentif dimasukkan dalam pendapatan kontrak jika: (a) kontrak tersebut cukup aman sehingga besar kemungkinan pemberi kerja memenuhi tuntutan klaim; dan (b) jumlah klaim yang kemungkinan besar dapat disetujui pemberi kerja dapat diukur secara andal. Biaya Kontrak 15 Biaya suatu kontrak konstruksi terdiri atas: (a) biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu; (b) biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tersebut; dan (c) biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pemberi kerja sesuai isi kontrak. 16 Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak meliputi, tetapi tidak terbatas pada: (a) biaya pekerja lapangan, termasuk penyelia; (b) biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi; (c) penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut; (d) biaya pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan kontrak; (e) biaya penyewaan sarana dan peralatan; (f) biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak tersebut; (g) estimasi biaya pembetulan dan biaya-biaya lain yang mungkin timbul selama masa jaminan; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 6 of 17

(h) klaim dari pihak ketiga. Biaya-biaya ini dapat dikurangi dengan keuntungan yang bersifat insidental yaitu keuntungan yang tidak termasuk dalam pendapatan kontrak, misalnya keuntungan dari penjualan kelebihan bahan dan pelepasan sarana dan peralatan pada akhir kontrak. 17 Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke aktivitas kontrak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tertentu, meliputi: (a) asuransi; (b) biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan kontrak tertentu; dan (c) biaya-biaya overhead konstruksi. Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang mempunyai karakteristik yang sama. Alokasi tersebut didasarkan pada tingkat normal aktivitas konstruksi. Overhead konstruksi meliputi biayabiaya seperti penyiapan dan pemrosesan gaji karyawan. 18 Biaya yang tidak dapat diatribusikan ke aktivitas kontrak atau tidak dapat dialokasikan ke suatu kontrak dikeluarkan dari biaya kontrak konstruksi. Biaya-biaya semacam itu meliputi: (a) biaya administrasi umum yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak; (b) biaya pemasaran umum; (c) biaya riset dan pengembangan yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak; dan (d) penyusutan sarana dan peralatan yang menganggur yang tidak digunakan pada kontrak tertentu. 19 Biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan kepada suatu kontrak untuk jangka waktu sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak tersebut. Akan tetapi, biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak dan terjadi untuk memperoleh kontrak juga dimasukkan sebagai bagian dari biaya kontrak apabila biaya-biaya ini dapat diidentifikasikan secara terpisah dan dapat diukur secara andal dan besar kemungkinan kontrak tersebut dapat diperoleh. Jika biaya-biaya yang terjadi untuk memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kontrak apabila kontrak tersebut dicapai pada periode berikut. Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak 20 Bila hasil (outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca (percentage of completion). Taksiran rugi (expected loss) pada kontrak konstruksi tersebut harus segera diakui sebagai beban sesuai dengan paragraf 34. 21 Dalam hal kontrak harga tetap, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal bila semua hal-hal berikut ini dapat terpenuhi:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 7 of 17

(a) total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal; (b) besar kemungkinan manfaat keekonomian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan; (c) baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada tanggal neraca dapat diukur secara andal; dan (d) biaya kontrak yang dapat diatribusi ke kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya. 22 Dalam hal kontrak biaya-plus, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal bila semua kondisi berikut ini terpenuhi: (a) besar kemungkinan manfaat keekonomian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan; dan (b) biaya kontrak yang dapat diatribusi ke kontrak, apakah dapat ditagih atau tidak ke pemberi kerja, dapat di identifikasi dengan jelas dan diukur secara andal. 23 Pengakuan pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian suatu kontrak sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian (percentage of completion). Menurut metode ini, pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban dan laba yang dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional. Metode ini memberikan informasi yang berguna mengenai luas aktivitas kontrak dan kinerja selama suatu periode . 24 Menurut metode persentase penyelesaian (percentage of completion), pendapatan kontrak diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi dalam periode akuntansi di mana pekerjaan dilakukan. Biaya kontrak biasanya diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi dalam periode akuntansi di mana pekerjaan yang berhubungan dilakukan. Namun, setiap ekspektasi selisih lebih total biaya kontrak terhadap total pendapatan kontrak segera diakui sebagai beban sesuai dengan paragraf 34. 25 Suatu kontraktor mungkin mempunyai biaya kontrak yang berhubungan dengan aktivitas masa depan pada kontrak tersebut. Biaya kontrak tersebut diakui sebagai aset asalkan besar kemungkinan biaya-biaya tersebut akan dipulihkan. Biaya tersebut mewakili jumlah tertentu dari pemberi kerja dan sering digolongkan sebagai pekerjaan dalam proses. 26 Hasil kontrak konstruksi hanya dapat diestimasi secara andal bila besar kemungkinan manfaat keekonomian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan. Namun, bila ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas jumlah piutang yang telah diakui sebagai pendapatan kontrak, maka jumlah yang tidak tertagih diakui sebagai beban dan bukan sebagai penyesuaian pendapatan kontrak. 27 Pada umumnya perusahaan dapat membuat estimasi yang andal sehubungan dengan hasil suatu kontrak setelah perusahaan tersebut menyetujui kontrak yang mengatur hal-hal berikut ini: (a) hak legal yang dapat dipaksakan pemberlakuannya (enforceable rights) masing-masing pihak mengenai aset yang akan dibangun; (b) imbalan yang harus dipertukarkan; dan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 8 of 17

(c) cara dan persyaratan penyelesaian (settlement). Perusahaan perlu memiliki suatu sistem pelaporan dan anggaran keuangan yang efektif. Perusahaan menelaah dan bila perlu, merevisi estimasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak sesuai dengan kemajuan kontrak. Kebutuhan revisi tersebut tidak harus mengindikasikan bahwa hasil kontrak tersebut tidak dapat diestimasi secara andal. 28 Tahap penyelesaian suatu kontrak dapat ditentukan dalam berbagai cara. Perusahaan menggunakan metode yang mengukur secara andal pekerjaan yang dilakukan. Tergantung pada sifat kontrak, metode tersebut antara lain meliputi: (a) proporsi biaya kontrak untuk pekerjaan yang dilaksanakan sampai tanggal total biaya kontrak yang diestimasi; (b) survei atas pekerjaan yang telah dilaksanakan; (c) penyelesaian suatu bagian secara fisik dari pekerjaan kontrak. Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari para pemberi kerja seringkali tidak mencerminkan tahap penyelesaian. 29 Bila tahap penyelesaian ditentukan dengan memperhatikan biaya kontrak yang terjadi pada saat ini, hanya biaya kontrak yang mencerminkan pekerjaan yang dilaksanakan dimasukkan dalam biaya. Biaya-biaya yang tidak termasuk misalnya: (a) biaya kontrak yang berhubungan dengan aktivitas masa depan kontrak, seperti biaya bahan yang telah dikirim ke lokasi atau dimaksudkan untuk penggunaan dalam suatu kontrak tetapi belum dipasang, digunakan atau diaplikasikan selama pelaksanaan kontrak, kecuali bahan-bahan tersebut telah dibuat secara khusus untuk keperluan kontrak itu; dan (b) pembayaran yang dibayarkan ke subkontraktor sebagai uang muka atas pekerjaan yang dilaksanakan dalam subkontrak tersebut. 30 Bila hasil kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi secara andal: (a) pendapatan diakui hanya sebesar biaya yang telah terjadi sepanjang biaya tersebut diperkirakan dapat dipulihkan (recoverable); dan (b) biaya kontrak harus diakui sebagai beban dalam periode terjadinya . Taksiran rugi (expected loss) pada kontrak konstruksi harus segera diakui sebagai beban sesuai dengan paragraf 34. 31 Selama tahap awal suatu kontrak sering terjadi hasil kontrak tidak dapat diestimasi secara andal. Walaupun demikian, besar kemungkinan bahwa perusahaan akan memulihkan biaya kontrak yang terjadi. Oleh karena itu, pendapatan kontrak diakui hanya sepanjang biaya yang terjadi diharapkan dapat dipulihkan. Karena hasil kontrak tidak dapat diestimasi secara andal, tidak ada laba diakui. Tetapi, walaupun hasil kontrak tidak dapat diestimasi secara andal, besar kemungkinan total biaya kontrak melebihi total pendapatan kontrak. Dalam hal ini, setiap selisih lebih total biaya kontrak terhadap total pendapatan kontrak diakui sebagai beban dengan segera sesuai dengan paragraf 34. 32 Biaya kontrak yang tidak mungkin dipulihkan diakui sebagai beban dengan segera. Keadaan di

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 9 of 17

mana kemampuan pemulihan biaya kontrak yang terjadi tidak mungkin dilakukan yang berakibat biaya kontrak harus diakui sebagai beban dengan segera misalnya biaya dari kontrak-kontrak: (a) kontrak yang tidak sepenuhnya dapat dipaksakan, karena keabsahannya masih diragukan; (b) penyelesaiannya tergantung pada hasil proses pengadilan yang sedang berlangsung atau perundang-undangan yang tertunda; atau (c) yang berhubungan dengan properti yang mungkin akan dimusnahkan atau diambil-alih. (d) di mana pemberi kerja tidak dapat memenuhi kewajibannya; atau (e) di mana kontraktor tidak dapat menyelesaikan kontrak atau memenuhi kewajiban sesuai kontrak. 33 Bila ketidakpastian yang menghalangi hasil kontrak dapat diestimasi secara andal tidak ada lagi, maka pendapatan dan beban yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui sesuai dengan paragraf 20 dan bukan paragraf 30. Pengakuan Taksiran Rugi (expected loss) 34 Bila besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya kontrak akan melebihi total pendapatan kontrak, taksiran rugi (expected loss) harus segera diakui sebagai beban. 35 Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan: (a) apakah pekerjaan kontrak telah dilaksanakan atau belum; (b) tahap penyelesaian aktivitas kontrak; atau (c) jumlah ekspektasi laba yang akan diperoleh pada kontrak lain yang tidak diperlakukan sebagai satu proyek tunggal konstruksi sesuai dengan paragraf 8. Perubahan Estimasi 36 Metode persentase penyelesaian diterapkan secara kumulatif dalam setiap periode akuntansi. Oleh karena itu, pengaruh perubahan dalam estimasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak, dipertanggungjawabkan sebagai perubahan dalam estimasi akuntansi sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. Perubahan estimasi digunakan sebagai dasar dalam penentuan jumlah pendapatan dan beban yang diakui dalam laporan laba rugi dalam periode di mana perubahan tersebut terjadi dan periode selanjutnya. Pengungkapan 37 Perusahaan harus mengungkapkan: (a) jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan dalam periode berjalan; (b) metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui dalam periode; (c) metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak (paragraf 23).

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 10 of 17

38 Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk pekerjaan dalam proses penyelesaian pada tanggal neraca: (a) jumlah akumulasi biaya yang terjadi dan laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) sampai tanggal neraca, (b) jumlah uang muka yang diterima; dan (c) jumlah retensi. 39 Perusahaan harus menyajikan: (a) jumlah tagihan bruto kepada pemberi kerja sebagai aset; dan (b) jumlah hutang bruto kepada pemberi kerja sebagai kewajiban. 40 Jumlah tagihan bruto kepada pemberi kerja untuk pekerjaan kontrak adalah selisih antara: (a) biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui; dikurangi (b) jumlah kerugian yang diakui dan termin (progress billings) untuk semua pekerjaan dalam proses di mana biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) melebihi termin (progress billings). 41 Jumlah hutang bruto kepada pemberi kerja adalah selisih antara: (a) biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui; dikurangi (b) jumlah kerugian yang diakui dan termin (progress billings) untuk semua kontrak di mana termin (progress billings) melebihi biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui). 42 Perusahaan mengungkapkan setiap keuntungan dan kerugian kontinjen sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca. Keuntungan dan kerugian kontinjen mungkin timbul dari pos-pos tertentu seperti biaya jaminan, klaim, denda dan kemungkinan kerugian lainnya. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 34 KONTRAK KONSTRUKSI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 terdiri dari paragraf 43 - 57. Pernyataan Ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 42. Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi 43 Bila suatu kontrak mencakup sejumlah aset, konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika: (a) proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset; (b) setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta pemberi kerja dapat

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 11 of 17

menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan masing masing aset tersebut; dan (c) biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat di identifikasikan . 44 Suatu kelompok kontrak, dengan satu pemberi kerja atau beberapa pemberi kerja, harus diperlakukan sebagai satu kontrak konstruksi jika: (a) kelompok kontrak tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket; (b) kontrak tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya kontrak tersebut merupakan bagian dari satu proyek tunggal dengan suatu margin laba; dan (c) kontrak tersebut dilaksanakan secara serentak atau secara berkesinambungan . 45 Suatu kontrak mungkin berisi klausul yang memungkinkan konstruksi aset tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah sehingga konstruksi aset tambahan dapat dimasukkan ke dalam kontrak tersebut. Konstruksi aset tambahan diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah bila: (a) aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak semula; atau (b) harga aset tambahan tersebut dinegosiasi tanpa memperhatikan harga kontrak semula. Pendapatan Kontrak 46 Pendapatan kontrak terdiri dari: (a) nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak; dan (b) penyimpangan dalam pekerjaan kontrak klaim dan pembayaran insentif: (i) sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan; dan (ii) dapat diukur secara andal. 47 Biaya suatu kontrak konstruksi terdiri atas: (a) biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu; (b) biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tersebut; dan (c) biaya lain semacam itu yang khususnya dapat ditagihkan ke pemberi kerja sesuai isi kontrak. Pengakuan Pendapatan dan Biaya Kontrak 48 Bila hasil (outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca. Taksiran rugi (expected loss) pada kontrak konstruksi tersebut harus segera diakui sebagai beban sesuai dengan paragraf 53.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 12 of 17

49 Dalam hal kontrak harga tetap, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal bila semua hal-hal berikut ini dapat terpenuhi: (a) total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal; (b) besar kemungkinan manfaat keekonomian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan; (c) baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada tanggal neraca dapat diukur secara andal; dan (d) biaya kontrak yang dapat diatribusi ke kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya. 50 Dalam hal kontrak biaya-plus, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal bila semua kondisi berikut ini terpenuhi: (a) besar kemungkinan manfaat keekonomian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan; dan (b) biaya kontrak yang dapat diatribusi ke kontrak, apakah dapat ditagih atau tidak ke pemberi kerja, dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur secara andal. 51 Bila hasil kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi secara andal: (a) pendapatan diakui hanya sebesar biaya yang telah terjadi sepanjang biaya tersebut diperkirakan dapat dipulihkan (recoverable); dan (b) biaya kontrak harus diakui sebagai beban dalam periode terjadinya. Taksiran rugi (expected loss) pada kontrak konstruksi harus segera diakui sebagai beban sesuai dengan paragraf 53. 52 Bila ketidakpastian yang menghalangi hasil kontrak dapat diestimasi secara andal tidak ada lagi, maka pendapatan dan beban yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui sesuai dengan paragraf 48 dan bukan paragraf 51. Pengakuan Taksiran Rugi (expected loss) 53 Bila besar kemungkinan total biaya kontrak akan melebihi total pendapatan kontrak, pengakuan taksiran rugi (expected loss) harus segera diakui. Pengungkapan 54 Perusahaan harus mengungkapkan: (a) jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan dalam periode berjalan; (b) metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui dalam periode; (c) metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak (paragraf 23). 55 Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk pekerjaan dalam proses penyelesaian pada tanggal neraca:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 13 of 17

(a) jumlah akumulasi biaya yang terjadi dan laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) sampai tanggal neraca; (b) jumlah uang muka yang diterima; dan (c) jumlah retensi. 56 Perusahaan harus menyajikan: (a) jumlah tagihan bruto kepada pemberi kerja sebagai aset; dan (b) jumlah hutang bruto kepada pemberi kerja sebagai kewajiban. Tanggal Efektif 57 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan. LAMPIRAN Lampiran ini hanya ilustrasi dan bukan merupakan bagian dari Pernyataan ini. Tujuan lampiran ini adalah untuk mengilustrasikan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Kontrak Konstruksi. Pengungkapan Kebijakan Akuntansi Berikut ini merupakan contoh pengungkapan kebijakan akuntansi: Pendapatan dari kontrak konstruksi dengan harga tetap diakui dengan metode persentase penyelesaian, diukur dengan memperhatikan persentase jam kerja yang terjadi saat ini terhadap total Jam kerja yang diestimasi untuk masing-masing kontrak. Pendapatan dari kontrak biaya-plus diakui dengan memperhatikan biaya yang dapat dipulihkan yang terjadi selama periode tersebut ditambah dengan honor yang dihasilkan, diukur dengan proporsi yang didapat dari biaya yang terjadi saat ini dengan total biaya kontrak yang diestimasi. Penentuan Pendapatan dan Beban Kontrak Contoh berikut ini mengilustrasikan satu metode menentukan tahap penyelesaian suatu kontrak dan penentuan waktu pengakuan pendapatan dan beban kontrak. Suatu kontraktor konstruksi mempunyai kontrak harga tetap sebesar Rp. 9.000,- untuk mendirikan sebuah jembatan. Jumlah pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak adalah Rp. 9.000,-. Biaya kontrak menurut estimasi kontraktor semula adalah Rp. 8.000,-. Akan memakan waktu 3 tahun untuk mendirikan jembatan tersebut. Pada akhir tahun ke-1, estimasi biaya kontrak meningkat menjadi Rp. 8.050,-. Dalam tahun ke-2, pemberi kerjanya peningkatan dalam pendapatan kontrak diestimasi sebesar Rp. 150,-. Pada akhir bahan standar yang disimpan pada lokasi menyetujui suatu penyimpangan yang menghasilkan sebesar Rp. 200,- dan biaya kontrak tambahan yang tahun ke-2, biaya yang terjadi meliputi Rp. 100,- untuk untuk digunakan dalam tahun ke-3 untuk menyelesaikan

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 14 of 17

proyek tersebut. Kontraktor tersebut menentukan tahap penyelesaian kontrak dengan perhitungan proporsi biaya kontrak yang terjadi untuk pekerjaan dilakukan sampai saat ini sampai estimasi total biaya kontrak yang terakhir. Rangkuman data keuangan selama periode konstruksi sebagai berikut: Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Jumlah semula pendapatan yang disetujui dalam kontrak 9.000 9.000 9.000 -- 200 200 Total pendapatan kontrak 9.000 9.200 9.200 Biaya kontrak yang terjadi saat ini 2.093 6.168 8.200 Biaya kontrak untuk menyelesaikan 5.957 2.032 Total estimasi biaya kontrak 8.050 8.200 8.200 Estimasi laba 950 1.000 1.000 Tahap penyelesaian 26% 74% 100% Tahap penyelesaian untuk tahun 2 (74%) ditentukan dengan mengeluarkan Rp. 100 bahan material yang disimpan pada lokasi untuk penggunaan dalam tahun ke-3 dari biaya kontrak yang terjadi untuk pekerjaan yang dilakukan sampai saat ini. Jumlah pendapatan, beban dan laba yang diakui dalam Laporan laba rugi dalam jangka waktu tiga tahun adalah sebagai berikut: Diakui Diakui pada tahun pada tahun Saat Ini sebelumnya Sekarang Tahun Ke-1 Pendapatan(9.000 x 26%) 2.340 2.340 Beban(8.050 x 26 %) 2.093 2.093 Laba 247 247 Tahun Ke-2 Pendapatan(9.200 x 74%) 6.808 2.340 4.468 Beban(8.200 x 74 %) 6.058 2.093 3.975

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 15 of 17

Laba 740 247 493 Tahun Ke-3 Pendapatan(9.200 x 100%) 9.200 6.808 2.392 Beban 8.200 6.068 2.132 Laba 1.000 740 260 Suatu kontraktor telah mencapai akhir tahun pertama operasinya. Semua biaya kontrak yang terjadi telah dibayar secara tunai dan semua termin (progress billings) dan uang muka telah diterima secara tunai. Biaya kontrak yang terjadi untuk kontrak B. C dan E meliputi biaya bahan yang telah dibeli untuk kontrak tetapi sampai saat ini belum digunakan dalam pelaksanaan kontrak tersebut. Untuk kontrak B. C, dan E, pemberi kerja telah membayar uang muka kepada kontraktor untuk pekerjaan yang belum dilaksanakan: KONTRAK KONSTRUKSI PSAK NO. 34 Status dari kelima kontrak dalam pelaksanaan pada akhir tahun 1 adalah sebagai berikut: Kontrak A B C D E Total Pendapatan Kontrak diakui sesuai dengan paragraf 48 145 520 380 200 55 1.300 Beban Kontrak diakui sesuai dengan paragraf 48 110 450 350 250 55 1.215 Taksiran rugi (expected loss) yang diakui sesuai dengan paragraf 53 -- -- -- 40 30 70 Laba yang diakui dikurangi kerugian yang diakui 35 70 30 (90) (30) 15 == == == == == == Biaya kontrak yang terjadi selama periode 110 510 450 250 100 1.420 Biaya kontrak yang terjadi diakui sebagai beban kontrak

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 16 of 17

selama periode sesuai dengan paragraf 48 110 450 350 250 55 1.215 Biaya kontrak yang berhubungan dengan aktivitas masa depan yang diakui sebagai aktiva sesuai dengan paragraf 25 -- 60 100 -- 45 205 ============ Pendapatan Kontrak (lihat diatas) 145 520 380 200 55 1.300 Termin (Progress Billings) 100 520 380 180 55 1.235 Pendapatan Kontrak yang Tidak Tertagih 45 -- -- 20 -- 65 = == = = = = = = = = = Uang Muka 80 20 -- 25 125

Jumlah yang diungkapkan sesuai dengan Pernyataan ini sebagai berikut: Pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan selama periode (paragraf 54 (a)) 1.300 Biaya kontrak yang terjadi dan laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) saat ini (paragraf 55(a)) 1.435 Uang muka yang diterima (paragraf 55(b)) 125 Jumlah tagihan bruto kepada pemberi kerja (due from customers) untuk pekerjaan kontrak - disajikan sebagai aktiva sesuai dengan paragraf 56(a) 220 Jumlah hutang kotor kepada pemberi kerja (due to customer)

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 34

Page 17 of 17

untuk pekerjaan kontrak - disajikan sebagai kewajiban sesuai dengan paragraf 56(b) (20) Jumlah yang diungkapkan sesuai dengan paragraf 55(a), 56(a) dan 56(b) dihitung sebagai berikut: A B C D E Total Biaya kontrak yang terjadi 110 510 450 250 100 1.420 Laba yang diakui dikurangi kerugian yang diakui 35 70 30 (90) (30) 15 145 580 480 160 70 1.435 Termin (Progress billings) 100 520 380 180 55 1.235 Tagihan bruto kepada pemberi kerja 45 60 100 -- 15 220 Hutang bruto kepada pemberi kerja -- -- -- (20) -- (20) Jumlah yang diungkapkan sesuai dengan paragraf 55(a) adalah sama dengan jumlah untuk periode berjalan karena pengungkapan tersebut berhubungan dengan tahun pertama operasi.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi.htm

10/17/03

PSAK no 35

Page 1 of 8

Navigation

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 35 AKUNTANSI PENDAPATAN JASA TELEKOMUNIKASI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 35 tentang Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items) Jakarta, 7 September 1994 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia Komite Prinsip Akuntansi Indonesia Hans Kartikahadi Jusuf Halim Hein G. Surjaatmadja Katjep K. Abdoelkadir Wahjudi Prakarsa Jan Hoesada M. Ashadi Mirza Mochtar IPG. Ary Suta Sobo Sitorus Timoty Marnandus Mirawati Soedjono Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN Perkembangan niaga telekomunikasi pada dekade terakhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat sehingga mengakibatkan unsur-unsur lain dalam manajemen antara lain kegiatan akuntansi menjadi tertinggal. Gejala ini makin meningkat lagi dengan berubahnya tata niaga telekomunikasi di Indonesia yang memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk berperan serta dibidang telekomunikasi sehingga kegiatan ini tidak lagi menjadi milik BUMN. Oleh karena itu saya menyambut dengan gembira ditetapkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi ini sebagai bagian dari Standar

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi.htm

10/17/03

PSAK no 35
Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Page 2 of 8

Dengan penetapan, diharapkan akan memperkaya acuan praktek-praktek akuntansi di Indonesia dalam suasana dimana bisnis jasa telekomunikasi sedang mengalami perkembangan pesat. Dapat diselesaikannya ini tidak terlepas dari adanya kerjasama yang erat antara Ikatan Akuntan Indonesia, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dengan Telkom, baik pada tingkat Tim Kerja maupun Tim Pengarah. Untuk itu atas nama Direksi dan jajaran Telkom pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan usaha kita selalu mendapat ridho dari Allah SWT. Bandung, 12 September 1994 PT (PERSERO) TELEKOMUNIKASI INDONESIA

SETYANTO P. SANTOSA DIREKTUR UTAMA

KATA PENGANTAR PENGURUS PUSAT IAI Sejalan dengan perkembangan jasa telekomunikasi yang semakin pesat, timbul kebutuhan yang mendesak pula untuk menyediakan standar akuntansi yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencatat dan melaporkan transaksi perusahaan jasa telekomunikasi . Dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi selalu terdapat keterhubungan (interkoneksi) jaringan telekomunikasi antara satu jaringan penyelenggara jasa telekomunikasi dengan jaringan penyelenggara lain. Adanya interkoneksi tersebut menyebabkan timbulnya masalah akuntansi terutama dalam menentukan pengukuran pendapatan jasa telekomunikasi yang dihasilkan bersama oleh beberapa penyelenggara. Standar akuntansi keuangan yang berlaku saat ini belum sepenuhnya mengatur kekhususan akuntansi pendapatan jasa telekomunikasi. Menyadari hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia bekerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) telah mengadakan kerjasama untuk menyusun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, yang dituangkan dalam Pokok-pokok Kesepakatan tertanggal 11 Mei 1994. Berdasarkan Pokok-pokok Kesepakatan tersebut telah dibentuk suatu Tim Penyusun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi yang terdiri dari: TIM PENGARAH: - Ketua I : Dr. Katjep K. Abdoelkadir

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi.htm

10/17/03

PSAK no 35

Page 3 of 8

Ketua II : Drs. Soedarjono Ketua III : Drs. Setyanto P. Santosa, M.A. Anggota: 1. Drs. Soemarso SR 2. Prof. Dr. R.H. Arifin Wirakusumah, M.A.Sc., Ak. 3. Drs. Hans Kartikahadi 4. Drs. M. Chatim Baidaie 5. Drs. Sjarfin Sjamsuddin 6. Drs. Muljohardjoko TIM KERJA: Ketua I : Drs. Hein Surjaatmadja Ketua II : Drs. Suwardojo Ketua III : Drs. Hiro Tugiman, Ak. Sekretaris I : Drs. Mirza Muchtar Sekretaris II : Drs. M. Hasjim Thojib, Ak. Sekretaris III : Drs. Doddy Syarifudin, MBA Bendahara : Drs. Mundarwiyarso Anggota : 1. Drs. Jusuf Halim 2. Dr. La Midjan, Ak. 3. Dra. Ilya Avianti 4. Dra. Merliyana Syamsul 5. Dra. Anna Purba Ginting, Ak. 6. Drs. Soelarso 7. Drs. Nurdin, MBA 8. Drs. I Nengah Seroma, Ak. 9. Drs. Rubini Suparan, Ak. 10. Moch. Husnie Thamrin, Bc. A.T.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi.htm

10/17/03

PSAK no 35

Page 4 of 8

11. Drs. Odjie Sjaerodji, Ak. 12. Drs. Sudiro Asno, Ak. 13. Drs. Yusuf Kurnia Setelah melalui beberapa tahapan penyusunan dan pembahasan, konsep Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 35 tentang Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi dibahas dalam public hearing yang diadakan pada tanggal 22 Agustus 1994. Kemudian disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 7 September 1994. Akhirnya, kepada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), kami menghaturkan terima kasih atas kerjasama yang telah dijalin. Kiranya kerjasama seperti ini akan dapat terus berlanjut untuk pengembangan akuntansi dan industri jasa telekomunikasi di Indonesia. Jakarta, 7 September 1994 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

DR. Katjep K. Abdoelkadir

DAFTAR ISI paragraf SAMBUTAN KETUA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA PT (PERSERO) TELEKOMUNIKASI INDONESIA KATA PENGANTAR PENDAHULUAN Latar Belakang Definisi Tujuan Ruang Lingkup PENGAKUAN PENDAPATAN JASA TELEKOMUNIKASI

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi.htm

10/17/03

PSAK no 35

Page 5 of 8

PENGUNGKAPAN MASA TRANSISI TANGGAL EFEKTIF

PENDAHULUAN Latar Belakang 01 Jasa telekomunikasi adalah jasa pemancaran, jasa pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara, dan informasi dalam bentuk apapun yang disediakan oleh penyelenggara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 02 Sarana telekomunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi dapat dipisahkan dalam tiga bagian, yaitu: sarana di pengirim, sarana penerima, dan sarana transmisi. Sarana pengirim dan penerima dapat berupa pesawat telepon baik yang bersifat tetap maupun bergerak, pesawat telex, pesawat facsimile, pesawat pengirim data, atau pesawat lainnya. Sarana transmisi dapat berupa kabel, serat optik, radio, satelit, atau sistem elektromagnetik lainnya. Pengaturan trafik informasi dan pencatatan pemakaian jasa biasanya dilakukan di sentral lokal, atau sentral interlokal/ Sambungan Langsung Jarak Jauh, atau sentral gerbang internasional sesuai dengan tujuan penyampaian. 03 Dengan konfigurasi teknis alat telekomunikasi tersebut, maka akan dihasilkan berbagai jenis jasa telekomunikasi yang antara lain berupa jasa telepon, jasa telex, jasa telegram, jasa penyaluran data, jasa facsimile, jasa penggunaan sirkit, dan jasa penggunaan transponder. Khusus untuk beberapa jenis jasa telekomunikasi seperti jasa telepon, jasa telegrap dan jasa telex, cakupan wilayah jaringannya (boundary network) dapat dibedakan menjadi hubungan lokal, interlokal, dan internasional. 04 Dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi tersebut maka setiap hubungan yang disalurkan senantiasa menuntut adanya keterhubungan (interkoneksi) jaringan telekomunikasi yang ada, antara jaringan satu penyelenggara dengan jaringan satu atau beberapa penyelenggara lain di dalam negeri atau antara satu penyelenggara di suatu negara dengan satu atau lebih penyelenggara di negara lain. Adanya interkoneksi tersebut menyebabkan timbulnya masalah akuntansi terutama dalam menentukan pengukuran pendapatan jasa telekomunikasi yang dihasilkan bersama oleh beberapa penyelenggara. 05 Keterhubungan jaringan telekomunikasi antar penyelenggara (interkoneksi) dalam suatu negara maupun antar negara, baik dalam penyaluran hubungan ke luar (outgoing traffic) maupun penyaluran hubungan masuk (incoming traffic), akan menyebabkan timbulnya masalah akuntansi, terutama dalam penentuan: (a) Saat pengakuan pendapatan interkoneksi dan penentuan letak titik interkoneksi yang menjadi dasar penentuan hak dan kewajiban masing-masing pihak. (b) Dasar pengukuran pendapatan interkoneksi yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi.htm

10/17/03

PSAK no 35

Page 6 of 8

(c) Perlakuan akuntansi atas pendapatan interkoneksi yang timbul dari penyaluran hubungan ke luar (outgoing traffic) dan penyaluran hubungan masuk (incoming traffic) dan penyaluran hubungan transit. 06 Perkembangan dan terjadinya deregulasi dalam bisnis telekomunikasi yang dimulai dengan ditetapkannya Undang-Undang nomor 3 tahun 1989 telah memungkinkan keterlibatan investor dalam bisnis telekomunikasi melalui kerjasama dengan penyelenggara yang diwujudkan dalam berbagai bentuk. Diantara bentuk kerjasama yang menimbulkan transaksi yang bersifat khusus dilihat dari sisi pengakuan dan pengukuran pendapatan serta pencatatan aktiva adalah kerjasama penyediaan sarana telekomunikasi dengan pola bagi hasil (PBH) dan kerjasama penyediaan dan pengoperasian (KSO) sarana telekomunikasi. 07 Dengan dibukanya kesempatan bagi investor untuk melakukan kerjasama dengan penyelenggara dalam penyediaan sarana telekomunikasi maupun dalam penyediaan dan pengoperasian sarana telekomunikasi, menyebabkan timbulnya masalah akuntansi terutama dalam penentuan: (a) Cara pengukuran pendapatan dari pengoperasian aktiva yang dikuasai oleh investor selama masa kerjasama berlangsung . (b) Perlakuan akuntansi atas aktiva yang akan diterima dari investor pada akhir masa kerjasama. (c) Cara pengukuran aktiva dan penentuan kewajiban yang timbul selama masa kerjasama berlangsung. (d) Informasi yang wajib diungkapkan sehubungan dengan kerjasama tersebut. Definisi 08 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Penyelenggara Jasa Telekomunikasi adalah badan usaha yang memberikan pelayanan jasa telekomunikasi untuk umum. Investor adalah badan usaha yang bekerjasama dengan penyelenggara dalam menyediakan sarana telekomunikasi untuk kemudian dioperasikan oleh penyelenggara, atau menyediakan dan ikut mengoperasikan sarana telekomunikasi tersebut. Kerjasama. Dalam kerjasama penyelenggaraan jasa telekomunikasi, investor membiayai penyediaan sarana telekomunikasi dan kemudian menyerahkan pengoperasiannya kepada penyelenggara atau mengoperasikannya sendiri sarana telekomunikasi yang disediakannya. Tujuan 09 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi dan cara pengukuran pendapatan jasa telekomunikasi. Ruang Lingkup 10 Pernyataan ini harus diterapkan dalam pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi berikut: (a) Jasa telekomunikasi interkoneksi.

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi.htm

10/17/03

PSAK no 35

Page 7 of 8

(b) Jasa telekomunikasi yang dilaksanakan sendiri. (c) Jasa telekomunikasi yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan investor. PENGAKUAN PENDAPATAN JASA TELEKOMUNIKASI 11 Dengan mempertimbangkan sifat dan karakteristik penyelenggaraan jasa telekomunikasi, maka pengakuan pendapatan wajib dilakukan dengan menggunakan dasar akrual kecuali untuk jenis jasa tertentu yang karena sifatnya pengakuannya tidak dapat dilakukan dengan menggunakan dasar akrual murni. Oleh karena itu pendapatan pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi dilakukan sebagaimana diatur dalam paragraf 12 - 14. 12 Pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi interkoneksi diatur sebagai berikut: (a) Pendapatan jasa telekomunikasi yang timbul dari interkoneksi untuk hubungan lokal, interlokal dan hubungan transit diakui sebesar bagian pendapatan masing-masing penyelenggara yang ditentukan sesuai dengan perjanjian kontraktual dengan penyelenggara lain. (b) Pendapatan jasa telekomunikasi yang timbul dari interkoneksi untuk hubungan internasional termasuk hubungan transit diakui sebesar bagian pendapatan masing-masing penyelenggara untuk periode berjalan, yang ditentukan sesuai dengan konvensi internasional tentang pembagian interkoneksi . (c) Apabila informasi tentang jumlah bagian pendapatan sebenarnya untuk periode berjalan belum diketahui, jumlahnya harus ditentukan berdasarkan estimasi yang layak. 13 Pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi yang dilaksanakan sendiri diatur sebagai berikut: (a) Pendapatan atas jasa pemasangan baru dan mutasi diakui pada saat terminal pelanggan siap untuk digunakan. (b) Pendapatan atas pemakaian fasilitas telekomunikasi yang didasarkan atas tarif dan satuan ukuran pemakaian seperti pulsa, menit, kata, dan satuan ukuran lainnya diakui sebesar jumlah pemakaian sebenarnya selama periode berjalan . (c) Pendapatan jasa sehubungan dengan penggunaan sarana telekomunikasi seperti jasa penggunaan sirkit, penggunaan transponder satelit, dan penggunaan perangkat lainnya diakui sesuai dengan jumlah penggunaan sebenarnya selama periode berjalan. (d) Pendapatan pemakaian telepon umum koin diakui pada saat koin diambil. (e) Pendapatan atas penjualan kartu telepon diakui pada saat kartu diserahkan, kecuali terdapat metode estimasi yang lebih andal. 14 Pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan investor diatur sebagai berikut: (a) Pendapatan jasa telekomunikasi dari kerjasama diakui sebesar bagian pendapatan sebenarnya untuk periode berjalan sesuai dengan perjanjian kontraktual. (b) Apabila berdasarkan perjanjian kontraktual:

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi.htm

10/17/03

PSAK no 35

Page 8 of 8

1. Terdapat kepastian bahwa penyelenggara akan memperoleh suatu aktiva, yang penyerahan ke pemilikannya baru dilaksanakan pada akhir masa kerjasama, dan 2. Penyelenggara terbebas dari tuntutan hukum pihak ketiga atas perolehan aktiva tersebut, dan 3. Perjanjian tersebut tidak dapat dibatalkan (irrevocable) maka aktiva tersebut harus dikapitalisasi oleh penyelenggara sebagai Aktiva Tetap Kerjasama sebesar biaya perolehan aktiva oleh Investor dengan akun tandingan Pendapatan Yang Ditangguhkan. Aktiva Tetap Kerjasama disusutkan selama masa manfaatnya, sedangkan Pendapatan Yang Ditangguhkan harus diamortisasi secara sistematis selama masa kerjasama. PENGUNGKAPAN 15 Hal-hal berikut sehubungan dengan pengakuan pendapatan harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan: (a) Cara pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi yang diperoleh melalui kerjasama dan interkoneksi. (b) Rincian pendapatan jasa telekomunikasi yang diperoleh dari pelaksanaan sendiri, kerjasama dan interkoneksi. MASA TRANSISI 16. Apabila penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi, maka kebijakan akuntansi yang sesuai dengan Pernyataan ini diberlakukan secara prospektif. TANGGAL EFEKTIF 17 Pernyataan ini mulai berlaku untuk laporan keuangan yang disusun untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

Navigation

file://C:\P.S.A.K\Indonesia Version\PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi.htm

10/17/03

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN Latar Belakang

01 Jalan tol memiliki peran strategis baik untuk mewujudkan pemerataan pembangunan maupun untuk pengembangan wilayah. Pada wilayah yang tingkat perekonomiannya telah maju, mobilitas orang dan barang umumnya sangat tinggi sehingga dituntut adanya sarana perhubungan darat atau jalan dengan mutu yang andal. Tanpa adanya jalan dengan kapasitas cukup dan mutu yang andal, maka dipastikan lalu lintas orang maupun barang akan mengalami hambatan yang pada akhirnya menimbulkan kerugian ekonomi. Kerugian yang ditanggung oleh pemakai jalan akibat hambatan tersebut, merupakan potensi yang dapat diubah ke dalam bentuk pembayaran masyarakat atas pemakaian jalan bebas hambatan. 02 Dengan terhimpunnya dana masyarakat dari pemakaian jalan tol pada wilayah yang telah maju perekonomiannya, maka keuangan negara yang seharusnya digunakan untuk penyelenggaraan jalan dapat dihemat, yang pada gilirannya bisa digunakan untuk membangun sektor atau wilayah lain yang belum maju. Karakteristik Penyelenggaraan Jalan Tol

03 Pernyataan ini disusun dengan memperhatikan sifat dan karakteristik penyelenggaraan jalan tol di Indonesia dan berpedoman pada konsep dasar akuntansi keuangan dan peraturan perundangan yang berlaku. Karakteristik pokok penyelenggaraan jalan tol diantaranya adalah: a) Jalan tol merupakan aktiva yang keberadaan dan pengusahaannya diatur oleh undang-undang tersendiri. Berdasarkan peraturan yang berlaku, kepemilikan dan hak penyelenggaraan jalan tol ada pada pemerintah. Pemerintah selain menanggung biaya pengadaan tanah juga dapat memberikan wewenang kepada suatu badan usaha negara untuk menyelenggarakan jalan tol yang mencakup kegiatan membangun, memelihara dan mengoperasikan. Badan usaha negara yang diberi wewenang penyelenggaraan jalan tol, atas persetujuan pemerintah, boleh bekerja sama dengan Investor baik secara keseluruhan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

37.1

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

c)

maupun sebagian dalam penyelenggaraan jalan tol. Jalan tol memiliki mutu yang andal, bebas hambatan dan pemakai jalan tol wajib membayar tol. Secara umum jalan tol memiliki keandalan teknik yang tinggi. Jika jalan tol dipelihara dan diperbaiki sebagaimana mestinya, maka jalan tol akan berfungsi dan memiliki umur teknis yang sangat panjang. Pemeliharaan dan perbaikan periodik diperlukan atas badan jalan tol, misalnya pelapisan ulang pada pavement atau penggantian beberapa komponen dalam jembatan tol yang mengalami proses keausan. Pengadaan jalan tol sangat terkait dengan program pengembangan jaringan jalan nasional, dan mendorong pengembangan wilayah di sekitar jalan tol. Dalam pembangunan dan pengoperasian jalan tol tidak tertutup kemungkinan adanya tuntutan lingkungan terhadap Penyelenggara jalan tol, untuk mengembangkan jaringan jalan bukan tol, bangunan pelengkap jalan dan perlengkapan jalan. Tuntutan lingkungan tersebut sangat berpengaruh terhadap pengoperasian jalan tol sebagai jalan alternatif.

Tu j u a n 04 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi penyelenggaraan jalan tol yang mencakup: a) pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aktiva jalan tol, kewajiban, dan pendapatan yang timbul dari penyelenggaraan jalan tol; b) perlakuan akuntansi untuk pengeluaran setelah perolehan jalan tol. Ruang Lingkup

05 Pernyataan ini mengatur akuntansi penyelenggaraan jalan tol bagi badan usaha yang diberi wewenang penyelenggaraan jalan tol oleh Pemerintah maupun bagi Investor jalan tol. 06 Pernyataan ini juga mengatur kerjasama operasi antara Penyelenggara dengan Investor yang merupakan kerjasama di mana hanya satu pihak yang secara berarti mengendalikan aktiva kerjasama operasi dan pengoperasiannya. Pernyataan ini tidak mengatur kerjasama operasi

37.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dengan pola pengendalian bersama aktiva (PBA atau jointly controlled assets) dan pengendalian bersama operasi (PBO atau jointly controlled operation), sebagai yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 12 mengenai Pelaporan Keuangan mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset. 07 Hal-hal yang bersifat umum atau hal-hal yang tidak secara khusus diatur dalam Pernyataan ini harus diperlakukan dengan mengacu pada pernyataan standar akuntansi keuangan yang lain. Definisi 08 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:

Jalan tol adalah jalan bebas hambatan yang kepada para pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol, yang meliputi badan jalan dan jembatan dan terowongan, bangunan pelengkap jalan tol, dan perlengkapan jalan tol yang memiliki umur ekonomi lebih dari satu tahun. Jalan tol kerjasama operasi adalah jalan tol yang diperoleh dengan perjanjian kerjasama operasi. Penyelenggara adalah badan usaha yang diberi wewenang penyelenggaraan jalan tol oleh pemerintah. Investor adalah badan usaha yang bekerjasama dengan Penyelenggara dalam penyelenggaraan jalan tol dengan menerima imbalan atas dana yang ditanamkan. Kuasa penyelenggara adalah kuasa untuk membangun, memelihara, dan mengoperasikan jalan tol untuk masa tertentu yang diperoleh Investor dari Penyelenggara dengan persetujuan pemerintah. Masa konsesi adalah suatu jangka waktu penyelenggaraan jalan tol yang dikuasakan oleh Penyelenggara kepada Investor. Masa bagi pendapatan atau bagi hasil tol adalah suatu jangka waktu yang disepakati oleh Penyelenggara dan Investor untuk membagi

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

37.3

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pendapatan atau hasil tol sehubungan dengan dana yang ditanamkan Investor untuk pembangunan jalan tol.

Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). Kerjasama operasi adalah kerjasama antara Penyelenggara dengan Investor, dimana Investor mendanai sebagian atau seluruh pembangunan jalan tol dengan atau tanpa memperoleh hak pengoperasian jalan tol tersebut. Kerjasama operasi yang dicakup dalam pengertian ini tidak meliputi PBA dan PBO.
PENJELASAN Pengakuan Awal Jalan Tol

09 Jalan tol disajikan sebagai aktiva tetap berwujud oleh Penyelenggara atau Investor dengan Kuasa Penyelenggaraan dan dicatat pada saat siap untuk dioperasikan sebesar biaya perolehannya, apabila memenuhi semua kriteria berikut: a) adanya kepastian tentang manfaat ekonomi yang akan diterima; b) adanya pengendalian atas jalan tol; c) nilai perolehan dapat diukur secara andal.
10 Jika pembangunan jalan tol mengharuskan Penyelenggara atau Investor untuk mengadakan sarana lain seperti jalan akses ke jalan tol, jalan alternatif, atau fasilitas umum, maka seluruh pengeluaran tersebut dikapitalisasi ke jalan tol yang bersangkutan.

11 Jalan tol yang pembangunannya didanai oleh Investor tanpa Kuasa Penyelenggaraan dengan pola bagi pendapatan atau bagi hasil tol untuk masa tertentu, dan pengoperasiannya dikendalikan oleh Penyelenggara, dicatat oleh Penyelenggara sebagai jalan tol kerjasama operasi dan mengakui kewajiban (jangka panjang) kerjasama operasi pada saat jalan tol selesai dibangun dan diserahkan oleh Investor untuk dioperasikan. Pada sisi lain Investor mencatat

37.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

penyerahan itu sebagai hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol.
12 Jalan tol, yang pembangunannya didanai oleh Investor tanpa Kuasa Penyelenggaraan akan diserahkan kepada Penyelenggara pada saat selesai dibangun. Dengan penyerahan ini pengendalian jalan tol dan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang yang berkaitan dengan jalan tol tersebut beralih kepada Penyelenggara. 13 Investor menerima pembayaran atau imbalan atas pembiayaan pembangunan jalan tol dalam berbagai cara. Misalnya, dengan pola bagi pendapatan atau bagi hasil tol untuk masa tertentu, dengan cara angsuran dalam jumlah tertentu yang diambil dari bagi pendapatan tol, atau secara angsuran dengan jaminan adanya pembayaran minimum, atau dengan cara-cara lainnya.

14 Atas penyerahan jalan tol seperti yang tersebut dalam paragraf 11 di atas, Penyelenggara mencatat transaksi tersebut sebesar nilai serah terima berdasarkan kontrak. Jika nilai kontrak tidak bersedia, maka yang digunakan adalah biaya perolehan atau nilai wajar, mana yang lebih berdaya uji. Pada sisi lain Investor mencatat hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol sebesar harga perolehannya.
15 Jalan tol pembangunannya didanai oleh Investor tanpa Kuasa Penyelenggaraan dan Investor memperoleh pembayaran dengan angsuran pasti diperlakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang lain. 16 Jalan tol yang pembangunannya didanai oleh Investor tanpa Kuasa Penyelenggaraan dengan pola bagi pendapatan atau bagi hasil tol akan menyebabkan jumlah imbalan yang akan diperoleh Investor tergantung dari besarnya pendapatan tol yang diperoleh. Jalan tol dicatat oleh Penyelenggara dengan menggunakan asset approach sebesar nilai wajar. Pembayaran bagi pendapatan atau bagi hasil tol harus dianggap sebagai angsuran kewajiban kerjasama operasi yang berasal dari pengakuan jalan tol sebagai aktiva Penyelenggara. Ketidakpastian jumlah pembayaran sesungguhnya merupakan karakteristik dari kerjasama operasi pola ini, karena itu selisih antara pembayaran pendapatan/hasil dengan jumlah angsuran kewajiban harus dicatat sebagai beban atau pendapatan kerjasama operasi.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

37.5

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

17 Pembayaran Penyelenggara kepada Investor tanpa Kuasa Penyelenggaraan, dicatat oleh Penyelenggara sebagai angsuran kewajiban kerjasama operasi. Selisih antara jumlah pembayaran ini dengan angsuran kewajiban kerjasama operasi dicatat sebagai beban atau penghasilan kerjasama operasi. Sedang investor mencatat pembayaran tersebut sebagai pendapatan kerjasama operasi.
18 Pembayaran bagi pendapatan tol kepada Investor merupakan angsuran kewajiban atas biaya pembangunan jalan tol yang ditanggung oleh Investor sebesar nilai kontrak yang diperjanjikan dan beban bunga wajar dari sisa kewajiban. Dalam pembayaran kepada Investor yang jumlahnya dikaitkan dengan bagi pendapatan tol, dimungkinkan bahwa jumlah pembayaran itu berbeda dengan jumlah kewajiban dan bunga yang wajar. Selisih ini mencerminkan beban bunga dan merupakan karakteristik kerjasama bagi pendapatan tol yang harus diakui oleh Penyelenggara pada saat terjadinya. Untuk kepraktisan, beban bunga tersebut langsung dimasukkan ke dalam beban atau penghasilan kerjasama operasi. 19 Jalan tol yang pembangunannya didanai oleh Investor dengan memperoleh Kuasa Penyelenggaraan selama masa konsesi, dicatat oleh Investor sebagai jalan tol kerjasama operasi pada saat siap dioperasikan. Pada saat masa konsesi berakhir, Penyelenggara mencatat jalan tol yang diserahkan oleh Investor sebesar nilai wajar dengan mengkredit penghasilan kerjasama operasi apabila manfaat ekonomi dari pemilikan jalan tol dapat dipastikan, atau penghasilan kerjasama operasi tangguhan (deferred joint operation income) apabila manfaat ekonomi dari pemilikan jalan tol tidak dapat dipastikan. 20 Investor dimungkinkan untuk membiayai pembangunan jalan tol dan memperoleh Kuasa Penyelenggaraan selama masa konsesi. Selama masa konsesi, pengendalian jalan tol serta risiko yang terkait dengan pengoperasian jalan tol tersebut berada pada Investor, karena itu jalan tol diakui oleh Investor. Pada saat masa konsesi berakhir dan jalan tol diserahkan kepada Penyelenggara, pengendalian jalan tol serta risiko yang terkait dengan pengoperasian jalan tol berpindah pada Penyelenggara. Pada saat itu Penyelenggara mungkin memiliki keyakinan apakah masih mempunyai manfaat ekonomi jalan tol, dan apakah status tol akan berubah.

37.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pengeluaran

Setelah

Perolehan

Jalan

Tol

21 Pengeluaran setelah perolehan jalan tol (subsequent expenditures) yang secara langsung menambah umur ekonomi atau menambah kapasitas jalan tol dikapitalisasi ke jalan tol. 22 Pengeluaran setelah perolehan jalan tol untuk pelapisan ulang atau yang sejenisnya, yang memiliki manfaat lebih dari setahun dicatat sebagai beban tangguhan (deffered charges).
23 Dalam pengoperasian jalan tol, sering dilakukan pengeluaran untuk memperlancar operasinya atau untuk mempertahankan kapasitas operasi pada tingkat yang diinginkan. Pengeluaran tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi kurang dari satu tahun atau lebih dari satu tahun.

24 Pengeluaran setelah perolehan jalan tol untuk membangun fasilitas umum atau aktiva tetap berwujud lainnya yang tidak untuk dikendalikan oleh Penyelenggara atau Investor yang memperoleh Kuasa Penyelenggaraan disajikan sebagai beban tangguhan (deferred charges).
25 Jaringan jalan tol adalah bagian dari jaringan jalan umum sehingga kelancaran pengoperasiannya banyak dipengaruhi oleh kondisi jaringan jalan non tol dan kondisi masyarakat sekitarnya. Penyelenggara atau Investor yang memperoleh kuasa penyelenggaraan sering harus memperbaiki atau membangun fasilitas umum untuk memperlancar lalu lintas ke jalan tol. Pada saat fasilitas umum selesai dibangun biasanya langsung diserahkan kepada pihak lain. Penyusutan dan Amor tisasi

26 Jalan tol disusutkan oleh Investor yang memegang Kuasa Penyelenggaraan jalan tol secara sistematis selama umur ekonomi atau selama masa konsesi, dipilih mana yang lebih pendek. Bila pengoperasian jalan tol dikendalikan oleh Penyelenggara, penyusutan dilakukan selama umur ekonominya. Metode penyusutan harus mencerminkan pola pemanfaatan ekonomi aktiva yang bersangkutan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

37.7

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

27 Pengeluaran setelah perolehan jalan tol (subsequent expenditures) yang dikapitalisasi atau ditangguhkan pembebanannya, disusutkan atau diamortisasi oleh Investor secara sistematis selama umur ekonomis atau sisa masa konsesi, dipilih mana yang lebih pendek. Bila pengoperasian jalan tol dikendalikan oleh Penyelenggara, penyusutan dan amortisasi dilakukan selama umur ekonominya. 28 Investor.
Penghentian

Hak bagi pendapatan atau bagi hasil diamortisasi oleh


dan Pelepasan Jalan Tol

29 Jalan tol dieliminasi dari neraca Penyelenggara atau Investor yang memperoleh Kuasa Penyelenggaraan jika: a) jalan tol diserahkan (dikuasakan) kepada pihak lain, atau; b) pemerintah mengubah status jalan tol menjadi jalan non tol, atau; c) tidak ada manfaat ekonomi yang dapat diharapkan dari penguasaannya; 30 Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan jalan tol diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Pengungkapan

31 Sehubungan dengan jalan tol, pengungkapan berikut harus dibuat: a) peraturan perundangan atau keputusan pemerintah yang mendasari penyelenggaraan jalan tol tersebut; b) klasifikasi aktiva yang membentuk jalan tol; c) metode penyusutan jalan tol, masa manfaat, dan tarif penyusutan; d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode; e) suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan; i) penambahan

37.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

f)

ii) pelepasan reklasifikasi dari jalan tol dalam konstruksi ke jalan tol.

32 Jika Penyelenggara melakukan kerjasama dengan Investor, minimal pengungkapan tambahan berikut harus disajikan: a) bentuk kerjasama operasi dan rumusan bagi pendapatan atau bagi hasil atau konpensasi lainnya, serta masa kerjasama atau masa konsesi; b) penghapusbukuan utang-piutang kerjasama operasi, bila ada; c) perubahan kontrak kerjasama operasi, bila ada. 33 Sehubungan dengan hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol, Investor harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: a) dasar pengukuran hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol; b) masa hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol dan amortisasinya; c) perubahan hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol selama periode berjalan, bila ada; d) reklasifikasi proyek kerjasama operasi dalam pelaksanaan ke hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol. 34 Dalam hal pengukuran jalan tol menggunakan nilai wajar, dasar penentuannya harus diungkapkan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

37.9

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI NO. 37 AKUNTANSI PENYELENGGARAAN JALAN

KEUANGAN TOL

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 37 terdiri dari paragraf 3553. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks 134. Pengakuan Awal Jalan Tol

35 Jalan tol disajikan sebagai aktiva tetap berwujud oleh Penyelenggara atau Investor dengan Kuasa Penyelenggaraan dan dicatat pada saat siap untuk dioperasikan sebesar biaya perolehannya, apabila memenuhi semua kriteria berikut: a) adanya kepastian tentang manfaat ekonomi yang akan diterima; b) adanya pengendalian atas jalan tol; c) nilai perolehan dapat diukur secara andal. 36 Jalan tol yang pembangunannya didanai oleh Investor tanpa Kuasa Penyelenggaraan dengan pola bagi pendapatan atau bagi hasil tol untuk masa tertentu, dan pengoperasiannya dikendalikan oleh Penyelenggara, dicatat oleh Penyelenggara sebagai jalan tol kerjasama operasi dan mengakui kewajiban (jangka panjang) kerjasama operasi pada saat jalan tol selesai dibangun dan diserahkan oleh Investor untuk dioperasikan. Pada sisi lain Investor mencatat penyerahan itu sebagai hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol. 37 Atas penyerahan jalan tol seperti yang tersebut dalam paragraf 36 di atas, Penyelenggara mencatat transaksi tersebut sebesar nilai serah terima berdasarkan kontrak. Jika nilai kontrak tidak tersedia, maka yang digunakan adalah biaya perolehan atau nilai wajar, mana yang lebih berdaya uji. Pada sisi lain Investor mencatat hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol sebesar harga perolehannya. 38 Pembayaran Penyelenggara kepada Investor tanpa Kuasa Penyelenggaraan, dicatat oleh Penyelenggara sebagai angsuran kewajiban kerjasama operasi. Selisih antara jumlah pembayaran ini dengan angsuran kewajiban kerjasama operasi dicatat sebagai beban atau penghasilan kerjasama operasi. Sedang Investor mencatat

37.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pembayaran tersebut sebagai pendapatan kerjasama operasi. 39 Jalan tol yang pembangunannya didanai oleh Investor dengan memperoleh Kuasa Penyelenggaraan selama masa konsesi, dicatat oleh Investor sebagai jalan tol kerjasama operasi pada saat siap dioperasikan. Pada saat masa konsesi berakhir Penyelenggara mencatat jalan tol yang diserahkan oleh Investor sebesar nilai wajar dengan mengkredit penghasilan kerjasama operasi apabila manfaat ekonomi dari pemilikan jalan tol dapat dipastikan, atau penghasilan kerjasama operasi tangguhan (deferred joint operation income) apabila manfaat ekonomi dari pemilikan jalan tol tidak dapat dipastikan.
Pengeluaran Setelah Perolehan Jalan Tol

40 Pengeluaran setelah perolehan jalan tol (subsequent expenditures) yang secara langsung menambah umur ekonomi atau menambah kapasitas jalan tol dikapitalisasi ke jalan tol. 41 Pengeluaran setelah perolehan jalan tol untuk pelapisan ulang atau yang sejenisnya, yang memiliki manfaat lebih dari setahun dicatat sebagai beban tangguhan (deferred charges). 42 Pengeluaran setelah perolehan jalan tol untuk membangun fasilitas umum atau aktiva tetap berwujud lainnya yang tidak untuk dikendalikan oleh Penyelenggara atau Investor yang memperoleh Kuasa Penyelenggaraan disajikan sebagai beban tangguhan (deferred charges).
Penyusutan dan Amor tisasi

43 Jalan tol disusutkan oleh Investor yang memegang Kuasa Penyelenggaraan jalan tol secara sistematis selama umur ekonomi atau selama masa konsesi, dipilih mana yang lebih pendek. Bila jalan tol dioperasikan oleh Penyelenggara, penyusutan dilakukan selama umur ekonominya. Metode penyusutan harus mencerminkan pola pemanfaatan ekonomi aktiva yang bersangkutan. 44 Pengeluaran setelah perolehan jalan tol (subsequent

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

37.11

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

expenditures) yang dikapitalisasi atau ditangguhkan pembebanannya, disusutkan atau diamortisasi oleh Investor secara sistematis selama umur ekonomi atau masa konsesi, dipilih mana yang lebih pendek. Bila pengoperasian jalan tol dikendalikan oleh Penyelenggara, penyusutan dan amortisasi dilakukan selama umur ekonominya.

45 Investor.
Penghentian

Hak bagi pendapatan atau bagi hasil diamortisasi oleh


dan Pelepasan Jalan Tol

46 Jalan tol dieliminasi dari neraca Penyelenggara atau Investor yang memperoleh Kuasa Penyelenggaraan jika: (a) jalan tol diserahkan (dikuasakan) kepada pihak lain, atau; (b) pemerintah mengubah status jalan tol menjadi jalan non tol, atau; (c) tidak ada manfaat ekonomi yang dapat diharapkan dari penguasaannya; 47 Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan jalan tol diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Pengungkapan

48 Sehubungan dengan jalan tol, pengungkapan berikut harus dibuat: a) peraturan perundangan atau keputusan pemerintah yang mendasari penyelenggaraan jalan tol tersebut; b) klasifikasi aktiva yang membentuk jalan tol; c) metode penyusutan jalan tol, masa manfaat, dan tarif penyusutan; d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode; e) suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan; i) penambahan ii) pelepasan

37.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ENYELENGGARAAN J ALAN T OL

PSAK N O . 37

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

f)

reklasifikasi dari jalan tol dalam konstruksi jalan tol.

49 Jika Penyelenggara melakukan kerjasama dengan Investor, minimal pengungkapan tambahan berikut harus disajikan: a) bentuk kerjasama operasi dan rumusan bagi pendapatan atau bagi hasil atau kompensasi lainnya, serta masa kerjasama atau masa konsesi; b) penghapusbukuan utang-piutang kerjasama operasi, bila ada; c) perubahan kontrak kerjasama operasi, bila ada. 50 Sehubungan dengan hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol, Investor harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: a) dasar pengukuran hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol; b) masa hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol dan amortisasinya; c) perubahan hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol selama periode berjalan, bila ada; d) reklasifikasi proyek kerjasama operasi dalam pelaksanaan ke hak bagi pendapatan atau bagi hasil tol; 51 Dalam hal pengukuran jalan tol menggunakan nilai wajar, dasar penentuannya harus diungkapkan.
Masa Transisi

52 Apabila penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi, maka kebijakan akuntansi yang sesuai dengan Pernyataan ini diberlakukan secara prospektif.
Tanggal Efektif

53 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1997. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

37.13

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sejumlah entitas usaha di Indonesia memiliki karakteristik pemilikan mayoritas dan atau pengendalian oleh pihak yang sama, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Entitas usaha yang memiliki karakteristik seperti ini disebut entitas sepengendali. Dalam transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak terjadi perubahan substansi ekonomi pemilikan, walaupun bentuk hukum (legal form) pemilikan saham atau aktiva atau kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya berubah. Tu j u a n Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (under common control), yang tidak dicakup oleh PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha. Ruang Lingkup

01 Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi transaksi restrukturisasi sehubungan dengan pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya antara entitas sepengendali. 02 Pernyataan ini tidak mengatur transaksi penggabungan usaha antara entitas yang tidak sepengendali atau entitas yang tidak berada di bawah pengendalian yang sama. Transaksi penggabungan usaha tersebut diatur dalam PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha. Definisi 03 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Pengendalian (control) adalah kekuasaan (power) untuk menentukan kebijakan keuangan dan operasi suatu badan usaha agar dapat menikmati manfaat dari kegiatan perusahaan tersebut. Induk perusahaan (Parent Company) adalah perusahaan yang memiliki

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

38.1

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

satu atau lebih anak perusahaan.

Anak perusahaan (Subsidiaries) adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang dikenal sebagai induk perusahaan), baik melalui pemilikan mayoritas atau cara lain. Kelompok (Group) perusahaan adalah kumpulan antara induk perusahaan dan seluruh anak perusahaannya. Kepemilikan minoritas (Minority interest) adalah bagian hasil usaha dan bagian aktiva bersih anak perusahaan, yang tidak dimiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui anak perusahaan), oleh induk perusahaan. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arms length transaction). Tanggal Restrukturisasi adalah tanggal pada saat kendali atas aktiva bersih dan operasi perusahaan yang diakuisisi secara efektif beralih ke perusahaan pengakuisisi. Entitas sepengendali (Under common control) adalah pihak (perorangan, perusahaan, atau bentuk entitas lainnya) yang secara langsung atau tidak langsung (melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian yang sama. Transaksi Restrukturisasi entitas sepengendali (restructuring transactions among under common control companies) merupakan transaksi pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau bentuk instrumen kepemilikan lainnya antara pihak-pihak (perorangan, perusahaan atau bentuk entitas lainnya) yang, secara langsung atau tidak langsung (melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian yang sama.

38.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENJELASAN Kriteria Terdapatnya Pengendalian

04 Pengendalian dianggap ada apabila pihak pengendali (induk perusahaan) memiliki lebih dari 50% hak suara pada suatu perusahaan terkendali (anak perusahaan), baik secara langsung atau tidak langsung (melalui anak perusahaan lain). 05 Walaupun suatu perusahaan memiliki hak suara 50% atau kurang, pengendalian tetap dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut: a. b. c. d. Sifat mempunyai hak suara lebih dari 50% berdasarkan perjanjian dengan investor lain; mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan lain tersebut berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan sebagian besar anggota pengurus perusahaan yang lain tersebut; mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus. Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali

06 Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitasentitas yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan pemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut.
Contoh-contoh transaksi antara entitas sepengendali adalah sebagai berikut: a. Suatu induk perusahaan memindahkan sebagian aktiva bersih dari anak perusahaan yang dimiliki induk perusahaan tersebut menjadi aktiva induk perusahaan yang bersangkutan. Transaksi ini

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

38.3

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b.

c.

menyebabkan perubahan dalam bentuk hukum (legal form) pemilikan atas aktiva bersih tersebut, tetapi tidak menyebabkan perubahan substansi ekonomi (economic substance) pemilikan aktiva bersih tersebut. lnduk perusahaan mengalihkan sebagian hak pemilikannya dalam suatu anak perusahaan ke anak perusahaan lainnya yang dimiliki oleh induk perusahaan. Transaksi ini juga merupakan perubahan bentuk hukum pemilikan anak perusahaan, tetapi tidak merupakan perubahan substansi ekonomi pemilikan anak perusahaan tersebut. Suatu induk perusahaan menukar pemilikannya atas sebagian aktiva bersih dalam anak perusahaan yang dimiliki induk perusahaan tersebut dengan saham tambahan yang diterbitkan oleh anak perusahaan lainnya (yang tidak dimiliki 100%), sehingga pemilikan induk perusahaan dalam anak perusahaan lainnya tersebut bertambah, sedangkan persentase kepemilikan pemegang saham minoritas dalam anak perusahaan tersebut berkurang. Dalam hal ini, walaupun bentuk hukum pemilikan aktiva bersih dalam anak perusahaan berubah (dari milik langsung induk perusahaan menjadi milik anak perusahaan lainnya), tetapi tidak terjadi perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas aktiva bersih tersebut.

07 Pihak tidak sepengendali diperlakukan sebagai entitas sepengendali apabila dalam jangka waktu dua puluh empat bulan atau kurang: a. b. Pihak tidak sepengendali tersebut pernah berada di bawah pengendalian yang sama, atau Aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dialihkan pernah dimiliki entitas sepengendali.

08 Transaksi pembelian saham atau aktiva bersih milik pemegang saham minoritas (yang tidak berada dalam pengendalian yang sama dengan pemegang saham mayoritas) merupakan transaksi yang mencakup perubahan substansi ekonomi pemilikan dari pemegang saham minoritas ke pemegang saham mayoritas, oleh karena itu transaksi ini bukan merupakan transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. 09 Karena transaksi restrukturisasi antara entitas

38.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, saham, kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aktiva maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). 10 Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian rupa seolaholah perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut. Laporan keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir disajikan.
Selisih antara Harga Pengalihan dan Nilai Buku

11 Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali dibukukan dalam akun Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali. Saldo akun tersebut selanjutnya disajikan sebagai unsur Ekuitas. 12 Selisih harga pengalihan dengan nilai sehubungan dengan transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali bukan merupakan goodwill.
13 Saldo akun Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Antara Entitas Sepengendali tidak berubah akibat pengalihan lebih lanjut aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya tersebut kepada entitas lain yang tidak sepengendali. Pengungkapan

14. Untuk semua transaksi restrukturisasi entitas sepengendali, pengungkapan berikut harus dibuat dalam laporan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

38.5

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

keuangan pada periode terjadinya restrukturisasi: a. b. c. d. jenis, nilai buku dan harga pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dialihkan tanggal transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali nama entitas terkait metode akuntansi yang digunakan

38.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 38 AKUNTANSI RESTRUKTURISASI ENTITAS S E P E N G E N DA L I Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 38 ini terdiri dari Paragraf 15-24. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks Paragraf 01-14. Sifat Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali

15 Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitasentitas yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan pemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut. 16 Pihak tidak sepengendali diperlakukan sebagai entitas sepengendali apabila dalam jangka waktu dua puluh empat bulan atau kurang: a. b. Pihak tidak sepengendali tersebut pernah berada di bawah pengendalian yang sama, atau Aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dialihkan pernah dimiliki entitas sepengendali.

17 Transaksi pembelian saham atau aktiva bersih milik pemegang saham minoritas (yang tidak berada dalam pengendalian yang sama dengan pemegang saham mayoritas) merupakan transaksi yang mencakup perubahan substansi ekonomi pemilikan dari pemegang saham minoritas ke pemegang saham mayoritas, oleh karena itu transaksi ini bukan merupakan transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. 18 Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, saham, kewajiban atau instrumen kepemilikan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

38.7

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

lainnya yang dipertukarkan, maka aktiva maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). 19 Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian rupa seolaholah perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut. Laporan Keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir disajikan.
Selisih antara Harga Pengalihan dan Nilai Buku

20 Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali dibukukan dalam akun Selisih Nilai Transaksi Restruk-turisasi Entitas Sepengendali. Saldo akun tersebut selanjutnya disajikan sebagai unsur Ekuitas. 21 Selisih harga pengalihan dengan nilai sehubungan dengan transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali bukan merupakan goodwill.
Pengungkapan

22 Untuk semua transaksi restrukturisasi entitas sepengendali, pengungkapan berikut harus dibuat dalam laporan keuangan pada periode terjadinya restrukturisasi: a. jenis, nilai buku dan harga pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dialihkan b. tanggal transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali c. nama entitas terkait d. metode akuntansi yang digunakan.

38.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Masa

Transisi

23. Jika penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan tersebut dilaporkan secara prospektif.
Tanggal Efektif

24 Pernyataan ini berlaku untuk transaksi restrukturisasi yang terjadi sejak tanggal 1 Oktober 1997. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

38.9

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

3 8

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI RESTRUKTURISASI ENTITAS SEPENGENDALI

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

PSAK No. 38 tentang AKUNTANSI RESTRUKTURISASI ENTITAS SEPENGENDALI telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 27 Agustus 1997 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 5 September 1997. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 5 September 1997 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN ..................................................................... Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... PENJELASAN ........................................................................ Kriteria terdapatnya pengendalian ................................. Sifat transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ........................................................ Selisih antara harga pengalihan dan nilai buku ............. Pengungkapan ............................................................... PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 38 TENTANG AKUNTANSI RESTRUKTURISASI ENTITAS SEPENGENDALI .................................................... Pengungkapan ............................................................... Masa Transisi ................................................................. Tanggal Efektif ............................................................... 01-03 01-02 03 04-14 04-05 06-10 11-13 14

15-24 22 23 24

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI E NTITAS S EPENGENDALI

PSAK N O . 38

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam era globalisasi, standar akuntansi tidak saja harus memenuhi kondisi dalam negeri, tetapi juga harus berwawasan global dan dapat diterima di tingkat internasional. PSAK 38 tentang Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengandali diterbitkan sebagai pelengkap PSAK 22 tentang Penggabungan Usaha dan dalam upaya menyelaraskan praktik akuntansi restrukturisasi entitas sepengendali dengan praktik akuntansi di tingkat internasional. Dengan diterbitkannya PSAK 38, diharapkan terdapat kesamaan persepsi dan keseragaman dalam praktik akuntansi transaksi restrukturisasi entitas sepengendali sehingga meningkatkan daya banding laporan keuangan. Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Departemen Keuangan yang telah memberikan dukungan penuh dalam pengembangan PSAK ini.

Jakarta, 5 September 1997 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN 01 Dunia bisnis selalu ditandai oleh keinginan untuk melakukan investasi pada usaha yang menguntungkan dengan risiko yang kecil. Keinginan dunia bisnis untuk melakukan investasi seringkali melebihi kemampuan satu entitas usaha untuk menyediakan dana. Seorang pengusaha yang memiliki peluang investasi, tetapi tidak memiliki dana atau aset yang cukup, akan berusaha mengajak mitra usaha untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan membentuk Kerjasama Operasi (KSO). Kerjasama Operasi berlandaskan Hukum Perdata umumnya, Hukum Perikatan khususnya, sehingga hak, kewajiban, kepemilikan, pola kepemilikan aset, pola bagi pendapatan-beban-hasil akibat perikatan tersebut hendaknya diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Kerjasama Operasi antara entitas akuntansi Indonesia dan pihak luar negeri berlandas pada kesepakatan antar pihak, dengan memperhatikan hukum di negara masing-masing dan hukum internasional, mempunyai konsekuensi pengungkapan yang sama. 02 Pengusaha yang lain mungkin memiliki dana atau akses ke dana yang cukup, tetapi tidak memiliki sumber daya lain yang cukup, atau dia mungkin tidak berani menanggung risiko sendirian. Hal ini juga bisa mendorong pengusaha tersebut untuk menciptakan KSO. lnti dari semua bentuk KSO adalah sama, yakni pengusaha berusaha memperoleh dana dan atau aset yang mencukupi untuk melakukan investasi yang diinginkan, dan atau memperoleh sinerji dari aliansi stratejik, dan atau membagi risiko investasi dengan pengusaha lain. Seorang pengusaha yang memiliki akses ke dana dan sumber daya lain yang cukup, dan tidak ingin membagi risiko dengan pengusaha lain, mungkin tidak akan tertarik dengan bentuk-bentuk kerjasama. Dia mungkin merasa lebih baik bila meminjam uang di bank atau mencari dana di pasar modal. Dengan demikian ada perbedaan pokok antara KSO dengan bentuk-bentuk pendanaan lain, yaitu KSO memiliki unsur adanya keterbatasan seorang pengusaha untuk memanfaatkan dana dari institusi keuangan yang ada, atau memiliki kesulitan dalam perolehan sumber daya atau hak usaha tertentu, dan atau adanya kehendak untuk membagi risiko investasi. 03 Bentuk-bentuk KSO berkembang dengan berbagai variasi,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

39.1

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tetapi bisa dibagi menjadi dua golongan, yakni:


l l

KSO dengan entitas hukum yang terpisah (separate legal entity) dari entitas hukum para partisipan KSO, dan KSO tanpa pembentukan entitas hukum yang terpisah.

KSO yang pertama bisa berbentuk badan hukum atau persekutuan. Sedang KSO tanpa entitas hukum bisa berbentuk Pengendalian Bersama Operasi (PBO) dan Pengendalian Bersama Aset (PBA), atau KSO dimana hanya satu pihak saja dari partisipan KSO yang memiliki kendali yang signifikan atas aset dan operasi KSO. Dalam KSO dengan pola PBO dan PBA, masing-masing partisipan KSO memiliki kendali yang signifikan atas operasi atau aset KSO, karena itu nama kerjasama ini adalah pengendalian bersama (jointly controlled). KSO yang diatur dalam Pernyataan ini adalah KSO dengan batasan dimana hanya satu pihak saja yang secara signifikan (berarti) memiliki kendali atas aset dan operasi KSO. Bentuk-bentuk operasional KSO sangat bervariasi dan berkembang selaras dengan kebutuhan para partisipannya. Dua bentuk KSO yang populer adalah bentuk bangun, kelola, serah (Build, Operate, and Transfer/BOT); dan bentuk bangun, serah, kelola (Build, Transfer, and Operate/BTO). Dua bentuk tersebut bisa dikombinasikan dengan Perjanjian Bagi Hasil (PBH) atau Perjanjian Bagi Pendapatan (PBP) dengan cara tertentu. Tu j u a n 04 Pernyataan ini bertujuan mengatur akuntansi kegiatan Kerjasama Operasi (KSO), yakni yang berkaitan dengan: a) pengakuan dan pengukuran akun-akun yang timbul dari kegiatan KSO seperti aset, kewajiban, pendapatan, dan beban, b) penyajian dan pengungkapan akun-akun kegiatan KSO. Ruang Lingkup

05 Pernyataan ini mengatur kegiatan KSO yang digolongkan sebagai bentuk KSO tanpa entitas hukum, dimana hanya satu pihak saja yang secara signifikan memiliki kendali atas aset maupun operasi KSO. KSO dengan entitas hukum terpisah dan hal-hal lain yang tidak diatur harus diperlakukan sesuai dengan pernyataan standar akuntansi lain dan standar

39.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

akuntansi yang berlaku umum. Sedang KSO tanpa entitas hukum yang terpisah yang termasuk PBA dan PBO diatur sesuai dengan PSAK No. 12 tentang Pelaporan Keuangan mengenai Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset. 06 Pernyataan ini mengatur kegiatan KSO, baik dari sisi pemegang aset, atau hak penyelenggaraan usaha tertentu, maupun dari sisi investor. 07 Dengan berlakunya Pernyataan ini, maka istilah kerjasama dalam paragraf 14 PSAK 35 (1994) harus diartikan hanya untuk penyediaan sarana telekomunikasi dengan Pola Bagi Hasil (PBH). Definisi 08 lstilah-istilah berikut ini digunakan dalam pernyataan ini sesuai dengan makna atau definisi yang diuraikan;

Kerjasama Operasi (KSO) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung risiko usaha tersebut. Pemilik Aset adalah pihak yang memiliki aset atau hak penyelenggaran usaha tertentu yang dipakai sebagai obyek atau sarana Kerjasama Operasi. Misalnya orang yang memiliki tanah untuk dibangun gedung perkantoran di atasnya dalam perjanjian KSO, atau PT Jasa Marga yang memiliki hak penyelenggaraan jalan tol. Investor adalah pihak yang menyediakan dana, baik seluruh atau sebagian, untuk memungkinkan aset atau hak usaha pemilik aset diberdayakan atau dimanfaatkan dalam KSO. Pembatasan ini berbeda dengan PSAK No. 12, karena investor di Pernyataan ini bisa memiliki pengendalian atas aset dan operasi KSO, bisa pula tidak, tergantung dari bentuk KSO yang ada dalam perjanjian. Aset KSO adalah aset tetap yang dibangun atau yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan KSO.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

39.3

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pengelola KSO adalah pihak yang mengoperasikan aset KSO. Pengelola KSO mungkin pemilik aset, mungkin investor, mungkin juga pihak lain yang ditunjuk. Masa Konsesi adalah jangka waktu dimana investor dan pemilik aset masih terikat dengan perjanjian bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk pembayaran lain yang tercantum di dalam perjanjian KSO.
PENGAKUAN Pembangunan DAN Aset PENGUKURAN Kerjasama Operasi

09 Kerjasama Operasi biasanya diawali dengan bertemunya pemilik aset dengan calon investor. Pemilik aset telah memiliki aset, misalnya tanah, atau hak penyelenggaraan usaha tertentu, misalnya jasa telekomunikasi atau hak penyelenggaraan jalan tol, yang kemudian diserahkan untuk dibangun atau diusahakan dalam perjanjian KSO. Investor adalah pihak yang memiliki dana untuk membangun aset KSO. 10 Aset KSO, seperti gedung atau jalan tol, biasanya membutuhkan dana yang besar untuk membangun. Dana ini biasanya disediakan oleh investor, meskipun dalam beberapa kasus pemilik aset bisa juga ikut menyediakan sebagian dari dana tersebut.

11 Aset yang diserahkan pemilik aset untuk diusahakan dalam perjanjian Kerjasama Operasi (KSO) harus dicatat oleh pemilik aset sebagai aset KSO sebesar biaya perolehannya.
12 Apabila yang diserahkan untuk diusahakan dalam perjanjian KSO adalah hak penyelenggaraan usaha yang tidak memiliki biaya perolehan, maka pemilik aset hanya perlu mengungkapkan keberadaan transaksi tersebut.

13 Dana yang ditanamkan pemilik aset dalam KSO dicatat sebagai penyertaan KSO. Di sisi lain investor mencatat dana yang diterima ini dalam penyertaan KSO oleh pemilik aset sebagai kewajiban.
14 Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh investor untuk mem-

39.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

bangun aset KSO harus dikapitalisasi dalam aset KSO dalam konstruksi. Akun ini akan dihapus ke aset KSO begitu konstruksi selesai dan aset KSO siap dioperasikan. Pengoperasian Aset Kerjasama Operasi

15 Ditilik dari pihak yang diberi wewenang untuk mengoperasikan atau mengelola aset KSO, ada dua pola yang banyak diikuti oleh para partisipan KSO. Yang pertama, aset KSO dikelola oleh investor yang mendanai pembangunannya sampai berakhir masa konsesi. Di akhir masa konsesi investor akan menyerahkan aset KSO dan pengelolaannya kepada pemilik aset. Pola ini lazim disebut pola Bangun, Kelola, Serah (BKS) atau Build, Operate, Transfer (BTO). 16 Pola pengoperasian yang kedua adalah apabila investor mendanai pembangunanan aset KSO sampai siap dioperasikan. Begitu aset KSO siap dioperasikan, aset tersebut diserahkan kepada pemilik aset untuk dikelola. Pola ini lazim disebut pola Bangun, Serah, Kelola (BSK) atau Build, Transfer, Operate (BTO) 17 Masalah akuntansi yang pertama timbul dari kegiatan kerjasama seperti dinyatakan dalam paragraf 15 dan 16 di atas adalah masalah pengakuan aset KSO. Pada pola yang pertama investor akan secara langsung mengelola aset KSO, begitu pembangunannya selesai. Pada tahap ini, dan berlangsung sampai berakhir masa konsesi, investor secara lazim memiliki kendali yang signifikan atas pengelolaan aset KSO. Sesuai dengan syarat pengakuan aset, bila investor yakin akan adanya manfaat ekonomi dari aset tersebut dan biaya perolehan aset tersebut bisa diukur dengan andal, investor harus mencatatnya sebagai aset KSO. 18 Pada pola Bangun, Serah, Kelola (BSK), investor akan menyerahkan aset KSO yang dia danai pembangunannya kepada pemilik aset, begitu aset KSO siap dioperasikan. Pada tahap ini, pemilik aset secara lazim memegang kendali pengelolaan aset KSO secara material. Pemilik aset harus mengakui aset KSO pada saat investor menyerahkan pengelolaan aset KSO kepadanya. 19 Biaya perolehan aset KSO yang dibangun dengan dana dari investor adalah sebesar biaya pembangunannya. Apabila aset ini

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

39.5

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

diserahkan kepada pemilik aset, ada kemungkinan pemilik aset tidak tahu berapa besar biaya pembangunan ini. Dalam hal ini pemilik aset bisa menggunakan biaya pembangunan yang disepakati dalam perjanjian KSO, atau sebesar nilai wajar pada saat aset KSO diserahkan.

20 Aset KSO yang dibangun dengan didanai oleh investor harus dicatat oleh pihak yang mengelola aset KSO tersebut, dalam hal yang mengelola adalah salah satu dari investor atau pemilik aset.
21 Investor atau pemilik aset yang berhak mengelola aset KSO dapat menyerahkan manajemen pengelolaan aset KSO tersebut kepada pihak lain. Penyerahan fungsi manajemen ini bagaimanapun juga tidak mengubah hak pengendalian aset dan operasi KSO.

22 Aset KSO harus dicatat sebesar biaya perolehannya, atau biaya pembangunan yang tercantum di perjanjian KSO, atau sebesar nilai wajar, dipilih yang paling obyektif atau paling berdaya uji.
23 Penyerahan aset KSO kepada pemilik aset mengharuskan pemilik aset mencatat aset KSO tersebut. Dengan menggunakan pendekatan aset dan prinsip biaya untuk pengukuran aset, aset KSO harus dicatat sebesar biaya perolehan atau nilai wajar saat penyerahan. Dalam KSO, bagaimanapun juga, transaksi penyerahan ini bukan transaksi perolehan aset seperti pembelian atau leasing. Pada KSO dengan pola BKS, pemilik aset mungkin tidak membayar aset KSO yang diserahkan di akhir masa konsesi, atau membayar jauh dibawah nilai wajar. Dengan demikian, pengakuan aset KSO pada pola BKS adalah dengan mengkredit akun penghasilan KSO (dalam hal ada kepastian tentang manfaat ekonomi dari diperolehnya aset tersebut), atau penghasilan tangguhan atau deferred income (dalam hal belum ada kepastian tentang manfaat ekonominya). 24 Pada KSO dengan pola BSK, pemilik aset harus melakukan pembayaran ke investor sebagai konsekuensi dari pengelolaan aset KSO yang didanai investor. Pola pembayaran selalu diatur dalam kontrak, misalnya dengan pola bagi hasil atau bagi pendapatan, atau modifikasi dari pola-pola tersebut. Perbedaan dengan transaksi pembelian cicilan, atau penjualan cicilan dari sisi, investor, atau leasing adalah adanya risiko

39.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

bahwa pembayaran tersebut tidak sebesar yang diharapkan. Beda pembayaran KSO dari pembayaran dalam transaksi pembelian/penjualan cicilan atau leasing inilah yang sesungguhnya membedakan kegiatan KSO dengan kegiatan pembelian cicilan atau leasing. Beda pembayaran ini harus diakui dan disajikan sebagai tambahan dari penghasilan atau beban KSO.

25 lnvestor mencatat penyerahan aset KSO kepada pemilik aset di akhir masa konsesi dengan menghapus seluruh akun yang timbul berkaitan dengan KSO yang bersangkutan. Pemilik aset pada sisi lain, mencatat penyerahan ini sebagai aset dengan mengkredit penghasilan KSO apabila memiliki kepastian tentang adanya manfaat ekonomi dari aset tersebut atau mengkredit penghasilan tangguhan (deferred income) apabila tidak memiliki kepastian yang cukup tentang manfaat ekonomi dari aset tersebut 26 Bila investor melakukan penyerahan aset KSO kepada pemilik aset untuk dioperasikan pada saat aset KSO selesai di bangun, penyerahan ini harus dicatat sebagai hak bagi pendapatan atau penghasilan KSO. Penerimaan kas atau hak atas pendapatan/penghasilan secara periodik dari bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk lain yang timbul dari KSO ini diakui sebagai pendapatan KSO. 27 Dari transaksi pada paragraf 26, pemilik aset mencatat ponyerahan tersebut dalam akun aset KSO dengan mengkredit akun kewajiban jangka panjang KSO. Pembayaran periodik kepada investor karena adanya perjanjian KSO ini dicatat sebagai pelunasan utang beserta bunga dan beban atau penghasilan KSO. 28 Penghitungan bunga untuk transaksi yang termuat dalam paragraf 26 dan 27 adalah dengan mengacu pada tingkat bunga normal dikalikan dengan sisa kewajiban atau sisa piutang bagi investor. Selisih antara beban bunga (atau penghasilan bunga bagi investor) dan bagian dari kewajiban KSO (atau piutang KSO bagi investor) dari jumlah yang dibayarkan (atau diterima Investor) dimasukkan sebagai penghasilan atau beban KSO.
29 Aset KSO disusutkan oleh pihak yang membukukan aset KSO dalam neracanya, yaitu pengelola KSO. Kemungkinan besar adalah bahwa umur ekonomi aset ini melampaui masa konsesi yang diterima in-

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

39.7

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

vestor. Apabila investor adalah juga pengelola KSO, masa penyusutan yang diperkenankan untuk aset KSO maksimal sampai berakhir masa konsesi. Apabila pengelola KSO adalah pemilik aset, masa penyusutan adalah selama umur ekonomi aset yang bersangkutan, dan tidak dibatasi oleh masa konsesi.

30 Aset KSO harus disusutkan secara sistematis oleh pengelola KSO selama umur ekonominya. Untuk Investor, masa penyusutan tidak boleh lebih panjang dari masa konsesi KSO. 31 vestor. Hak bagi pendapatan atau hasil diamortisasi oleh in-

Pengungkapan

32 Sehubungan dengan perjanjian Kerjasama Operasi (KSO), pengungkapan berikut ini harus dibuat: a) pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian KSO, b) hak dan kewajiban dari masing-masing partisipan KSO berkenaan dengan perjanjian KSO, c) ketentuan tentang perubahan perjanjian KSO, bila ada. 33 Sehubungan dengan pengungkapan yang lazim untuk aktiva tetap, pengungkapan berikut harus dibuat untuk aset Kerjasama Operasi (KSO): a) klasifikasi aktiva yang membentuk aset KSO, b) penentuan biaya perolehan aset KSO, c) penentuan depresiasi atau amortisasi aset KSO. 34 Sehubungan dengan perjanjian bagi pendapatan/hasil KSO, pengungkapan berikut ini harus dibuat: a) penghitungan atau penentuan hak bagi pendapatan/hasil KSO, b) penentuan amortisasi hak bagi pendapatan/hasil KSO, c) penghitungan (tambahan) beban atau penghasilan KSO yang timbul dari pembayaran bagi pendapatan/hasil KSO.

39.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 39 AKUNTANSI KERJASAMA OPERASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 39 terdiri dari paragraf 35 - 47. Per nyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 01 - 34. PENGAKUAN Pembangunan DAN Aset PENGUKURAN Kerjasama Operasi

35 Aset yang diserahkan pemilik aset untuk diusahakan dalam perjanjian Kerjasama Operasi (KSO) harus dicatat oleh pemilik aset sebagai aset KSO sebesar biaya perolehannya. 36 Dana yang ditanamkan pemilik aset dalam KSO dicatat sebagai penyertaan KSO. Di sisi lain investor mencatat dana yang diterima ini dalam penyertaan KSO oleh pemilik aset sebagai kewajiban.
Pengoperasian Aset Kerjasama Operasi

37 Aset KSO yang dibangun dengan didanai oleh investor harus dicatat oleh pihak yang mengelola aset KSO tersebut, dalam hal yang mengelola adalah salah satu dari investor atau pemilik aset. 38 Aset KSO harus dicatat sebesar biaya perolehannya, atau biaya pembangunan yang tercantum di perjanjian KSO, atau sebesar nilai wajar, dipilih yang paling obyektif atau paling berdaya uji. 39 Investor mencatat penyerahan aset KSO kepada pemilik aset di akhir masa konsesi dengan menghapus seluruh akun yang timbul berkaitan dengan KSO yang bersangkutan. Pemilik aset, pada sisi lain, mencatat penyerahan ini sebagai aset dengan mengkredit penghasilan KSO apabila memiliki kepastian tentang adanya manfaat ekonomi dari aset tersebut, atau mengkredit penghasilan tangguhan (deferred income) apabila tidak memiliki

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

39.9

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

kepastian yang cukup tentang manfaat ekonomi dari aset tersebut. 40 Bila investor melakukan penyerahan aset KSO kepada pemilik aset untuk dioperasikan pada saat aset KSO selesai di bangun, penyerahan ini harus dicatat sebagai hak bagi pendapatan atau penghasilan KSO. Penerimaan kas atau hak atas pendapatan/penghasilan secara periodik dari bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk lain yang timbul dari KSO ini diakui sebagai pendapatan KSO. 41 Dari transaksi pada paragraf 40, pemilik aset mencatat penyerahan tersebut dalam akun aset KSO dengan mengkredit akun kewajiban jangka panjang KSO. Pembayaran periodik kepada investor karena adanya perjanjian KSO ini dicatat sebagai pelunasan utang beserta bunga dan beban atau penghasilan KSO. 42 Penghitungan bunga untuk transaksi yang termuat dalam paragraf 40 dan 41 adalah dengan mengacu pada tingkat bunga normal dikalikan dengan sisa kewajiban atau sisa piutang bagi investor. Selisih antara beban bunga (atau penghasilan bunga bagi investor) dan bagian dari kewajiban KSO (atau piutang KSO bagi Investor) dari jumlah yang dibayarkan (atau diterima investor) dimasukkan sebagai penghasilan atau beban KSO. 43 Aset KSO harus disusutkan secara sistematis oleh pengelola KSO selama umur ekonominya. Untuk investor, masa penyusutan tidak boleh lebih panjang dari masa konsesi KSO. 44 vestor. Hak bagi pendapatan atau hasil diamortisasi oleh in-

Pengungkapan

45 Sehubungan dengan perjanjian Kerjasama Operasi (KSO), pengungkapan berikut ini harus dibuat: a) pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian KSO, b) hak dan kewajiban dari masing-masing partisipan KSO berkenaan dengan perjanjian KSO, c) ketentuan tentang perubahan perjanjian KSO, bila ada.

39.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

46 Sehubungan dengan pengungkapan yang lazim untuk aktiva tetap, pengungkapan berikut harus dibuat untuk aset Kerjasama Operasi (KSO): a) klasifikasi aktiva yang membentuk aset KSO, b) penentuan biaya perolehan aset KSO, c) penentuan depresiasi atau amortisasi aset KSO. 47 Sehubungan dengan perjanjian bagi pendapatan/hasil KSO, pengungkapan berikut ini harus dibuat: a) penghitungan atau penentuan hak bagi pendapatan/hasil KSO, b) penentuan amortisasi hak bagi pendapatan/hasil KSO, c) penghitungan (tambahan) beban atau penghasilan KSO yang timbul dari pembayaran bagi pendapatan/hasil.
Masa Transisi

48 Apabila penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan akuntansi, maka kebijakan akuntansi yang sesuai dengan Pernyataan ini diperlakukan secara prospektif.
Tanggal Berlaku Efektif

49 Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1998. Penerapan lebih dini dianjurkan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

39.11

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

AKUNTANSI KERJASAMA OPERASI

Lampiran 1

Awal

Pendirian KSO (Dengan Badan Hukum)

Ya

PSAK U dan Industri K

Tidak 05

Apakah Beberapa Pihak Memiliki Kendali?

Ya PSAK

Tidak

39.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PEMILIK ASET

Lampiran 2

Aset Diserahkan?

Tidak

PBO PSAK 12

Ya

Aset KSO 11

Dana Ditahan?

Ya

Penyertaan KSO 13

Ya BOT?

Aset Akhir 25

Tidak BTO: Aset KSO & Kewajiban Jangka Panjang 25

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

39.13

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

INVESTOR

Lampiran 3

Aset Diserahkan ke Pengelola Akhir KSO?

Ya

BOT: 25/39

Tidak BTO: 26, 48 Munculnya Hak, Hilangnya Aset

Terima Hasil Dari Pemilik

39.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K ERJASAMA O PERASI

PSAK N O . 39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENGELOLA

Lampiran 4

Aset Diterima dari Investor?

Tidak

Pola BOT: Investor adalah Pengel

Aset Dicatat oleh Venturer Pengelola 20/37

Nilai Perolehan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

39.15

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN Tu j u a n 01 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk perubahan nilai investasi perusahaan investor pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi akibat adanya perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi, yang belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 15 tentang Akuntansi untuk Investasi Dalam Perusahaan Asosiasi dan untuk investasi pada anak perusahaan, yang tidak diatur oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi. Ruang Lingkup

02 Pernyataan ini hanya mengatur perlakuan akuntansi untuk perubahan nilai investasi perusahaan investor pada anak perusahaan/ perusahaan asosiasi akibat adanya perubahan ekuitas anak perusahaan/ perusahaan asosiasi yang bukan berasal dari transaksi antara perusahaan investor dan anak perusahaan/perusahaan asosiasi. 03 Pernyataan ini tidak mengatur perlakuan akuntansi untuk perubahan nilai investasi perusahaan investor pada anak perusahaan/ perusahaan asosiasi akibat adanya perubahan ekuitas anak perusahaan/ perusahaan asosiasi yang berasal dari transaksi antara perusahaan investor dan anak perusahaan/perusahaan asosiasi. Definisi 04 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan investasi.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

40.1

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Investor adalah perusahaan yang memiliki investasi dalam saham pada anak perusahaan dan atau perusahaan asosiasi. Anak perusahaan (subsidiary) adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang disebut induk perusahaan). Induk perusahaan (parent company) adalah perusahaan yang memiliki satu atau lebih anak perusahaan. Pengendalian (control) adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu perusahaan untuk memperoleh manfaat dari kegiatan perusahaan tersebut. Perusahaan asosiasi adalah perusahaan investee yang perusahaan investornya mempunyai pengaruh signifikan dan perusahaan investee ini bukan merupakan anak perusahaan dan bukan merupakan joint venture dari perusahaan investornya. Pengaruh signifikan adalah wewenang untuk berpartisipasi dalam keputusan yang menyangkut kebijakan keuangan serta operasi perusahaan investee tetapi bukan merupakan pengendalian terhadap kebijakan tersebut.
PENJELASAN 05 Transaksi yang mengubah ekuitas anak perusahaan/ perusahaan asosiasi antara lain: a) Transaksi yang mengubah persentase kepemilikan investor pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi: 1) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan investor: i. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tambahan kepada investor, ii. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi memperoleh kembali saham beredar yang dimiliki oleh investor. 2) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan pihak ketiga (selain investor):

40.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

i. ii. b)

Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tambaham kepada pihak ketiga, Anak perusahaan/perusahaan asosiasi memperoleh kembali saham beredar yang dimiliki oleh pihak ketiga.

Transaksi yang tidak mengubah persentase kepemilikan investor pada anak perusahaan/perusahaan asosiasi: anak perusahaan/perusahaan asosiasi melakukan revaluasi aktiva tetap sehingga muncul akun Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

Pe n g a k u a n

06 Apabila nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian perusahaan investor sesudah transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi berbeda dengan nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian perusahaan investor sebelum transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi, maka perbedaan tersebut, oleh investor diakui sebagai bagian dari ekuitas dengan akun Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi. 07 Pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan, jumlah selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang terkait diakui sebagai pendapatan atau beban dalam periode yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian pelepasan diakui.
08 Pada hakekatnya, anak perusahaan/perusahaan asosiasi merupakan bagian perusahaan investor, karena itu perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang tidak berasal dari transaksi antara perusahaan investor dan anak perusahaan/perusahaan asosiasi juga diperlakukan sebagai perubahan ekuitas di perusahaan investor. Pengungkapan

09 Unsur-unsur utama akun Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi/Anak Perusahaan harus diungkapkan secara terpisah pada catatan atas laporan keuangan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

40.3

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 40 AKUNTANSI PERUBAHAN EKUITAS ANAK PERUSAHAAN/PERUSAHAAN ASOSIASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 40 terdiri dari paragraf 10-13. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 01-09. Pengakuan

10 Apabila nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian perusahaan investor sesudah transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi lebih besar dari nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian perusahaan investor sebelum transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi, maka perbedaan tersebut, oleh investor diakui sebagai bagian dari ekuitas dengan akun Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi. 11 Pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan, jumlah selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang terkait diakui sebagai pendapatan atau beban dalam periode yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian pelepasan diakui.
Pengungkapan

12 Unsur-unsur utama akun Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi/Anak Perusahaan harus diungkapkan secara terpisah pada catatan atas laporan keuangan.
Tanggal Berlaku Efektif

13 Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1998. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

40.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

LAMPIRAN CONTOH TRANSAKSI PERUBAHAN EKUITAS ANAK PERUSAHAAN/ PERUSAHAAN ASOSIASI Lampiran berikut ini hanya suatu ilustrasi dan bukan merupakan bagian dari Pernyataan. Tujuan lampiran ini adalah untuk memberikan ilustrasi penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 40 tentang Akuntansi Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi. Contoh 1: Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 14 September 19X6: PT ABC PT XYZ (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lainnya 280.000 280.000 Kewajiban Modal SahamNominal Rp 10.000/Saham Agio Saham Saldo Laba 80.000 100.000 60.000 40.000 280.000 160.000 740.000 900.000 150.000 500.000 250.000 900.000

PT XYZ mempunyai investasi saham PT ABC sebesar 80% dari total saham beredar. Pada tanggal 15 September 19X6, PT ABC menjual 2.000 saham tambahan (selain 10.000 saham yang telah beredar) kepada pihak ketiga selain perusahaan investor dengan harga Rp 35.000,00 per saham.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

40.5

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penjualan saham tersebut dicatat oleh PT ABC dengan jurnal sebagai berikut: Kas/Piutang Modal saham Agio saham 70.000.000 20.000.000 50.000.000

[Kas/Piutang = 2.000 x Rp 35.000; Modal saham = 2.000 x Rp 10.000; dan Agio saham = 2.000 x (Rp 35.000 - Rp 10.000)] Oleh PT XYZ, penjualan saham oleh PT ABC tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Investasi pada PT ABC Selisih transaksi ekuitas anak perusahaan 20.000.000 20.000.000

Perhitungan untuk penyesuaian akun Investasi pada PT ABC adalah sebagai berikut: Sebelum transaksi penjualan saham, jumlah saham PT ABC yang dimiliki oleh PT XYZ adalah 8.000 saham dari 10.000 saham yang beredar atau dengan kata lain porsi kepemilikan PT XYZ pada PT ABC adalah sebesar 8.000/10.000 = 80%. Nilai ekuitas PT ABC yang menjadi bagian PT XYZ sebelum transaksi penjualan adalah = 80% x (Rp 100.000.000 + Rp 60.000.000 + Rp 40.000.000)= Rp 160.000.000. Sesudah transaksi penjualan saham, jumlah saham PT ABC yang dimiliki oleh PT XYZ adalah 8.000 saham dari 12.000 saham yang beredar atau dengan kata lain porsi kepemilikan PT XYZ pada PT ABC adalah sebesar 8.000/12.000 = 662/3%. Nilai ekuitas PT ABC yang menjadi bagian PT XYZ sesudah transaksi adalah = 662/3% x (Rp 120.000.000 + Rp 110.000.000 + Rp 40.000.000)= Rp 180.000.000. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan adalah sebesar = Rp 180.000.000 - Rp 160.000.000 = Rp 20.000.000.

40.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 15 September 19X6: PT ABC PT XYZ (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lainnya 350.000 350.000 Kewajiban Modal SahamNominal Rp 10.000/Saham Agio Saham Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan Saldo Laba 80.000 120.000 110.000 40.000 350.000 180.000 740.000 920.000 150.000 500.000 20.000 250.000 920.000

Contoh 2 Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 14 September 19X6: PT ABC PT XYZ (ribuan rupiah)(ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lainnya 280.000 280.000 Kewajiban Modal SahamNominal Rp 10.000/Saham Agio Saham Saldo Laba 80.000 100.000 60.000 40.000 280.000 160.000 740.000 900.000 150.000 150.000 250.000 900.000

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

40.7

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PT XYZ mempunyai investasi saham PT ABC sebesar 80% dari total saham beredar. Pada tanggal 15 September 19X6, PT ABC menjual 2.000 saham tambahan (selain 10.000 saham yang telah beredar) kepada pihak ketiga selain perusahaan investor dengan harga Rp. 15.000,00 per. Penjualan saham tersebut dicatat oleh PT ABC dengan jurnal sebagai berikut: Kas/Piutang 30.000.000 Modal 20.000.000 Agio Saham 10.000.000 [Kas/Piutang = 2.000 x Rp 15.000; Modal saham = 2.000 x Rp 10.000; dan Agio saham = 2.000 x (Rp 15.000-Rp 10.000)] Oleh PT XYZ, penjualan saham oleh PT ABC tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Saldo laba Investasi pada PT ABC 6.666.667 6.666.667

Perhitungan untuk penyesuaian akun Investasi pada PT ABC adalah sebagai berikut: Sebelum transaksi penjualan saham, jumlah saham PT ABC yang dimiliki oleh PT XYZ adalah 8.000 saham dari 10.000 saham yang beredar atau dengan kata lain porsi kepemilikan PT XYZ pada PT ABC adalah sebesar 8.000/10.000 = 80%. Nilai ekuitas PT ABC yang menjadi bagian PT XYZ sebelum transaksi penjualan adalah = 80% X (Rp 100.000.000 + Rp 60.000000 + Rp 40.000.000) = Rp 160.000.000. Sesudah transaksi penjualan saham jumlah saham PT ABC yang dimiliki oleh PT XYZ adalah 8.000 saham dari 12.000 saham yang beredar atau dengan kata lain porsi kepemilikan PT XYZ pada PT ABC adalah sebesar 8.000/12.000 = 662/3%. Nilai ekuitas PT ABC yang menjadi bagian PT XYZ sesudah transaksi adalah = 662/3% x (Rp 120.000.000 + Rp 70.000.000 + Rp 40.000.000) = Rp 153.333.333.

40.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan adalah sebesar = Rp 153.333.333 - Rp 160.000.000 = (Rp 6.666.667). Oleh karena saldo akun Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan adalah nol maka penyesuaian akun Investasi pada PT ABC diakui sebagai pengurang akun Saldo Laba. Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 15 September 19X6: PT ABC PT XYZ (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lainnya 310.000 310.000 Kewajiban Modal Saham Nominal Rp10.000/Saham Agio Saham Saldo Laba 80.000 120.000 70.000 40.000 310.000 153.333 740.000 893.333 150.000 500.000 243.333 893.333

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

40.9

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Contoh 3: Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 17 September 19X6: PT ABC PT XYZ (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lainnya 280.000 280.000 Kewajiban Modal SahamNominal Rp10.000/Saham Agio Saham Saldo Laba 80.000 100.000 60.000 40.000 280.000 160.000 740.000 900.000 150.000 500.000 250.000 900.000

PT XYZ mempunyai investasi saham PT ABC sebesar 80% dari total saham beredar. Pada tanggal 18 September 19X6, PT ABC memperoleh kembali (secara permanen/stock retirement) 1.000 saham (dari 10.000 saham yang telah beredar) dari pihak ketiga selain perusahaan investor dengan harga Rp 35.000,00 per saham. Pemerolehan saham tersebut dicatat oleh PT ABC dengan jurnal sebagai berikut: Modal saham Agio saham Saldo laba Kas/Utang 10.000.000 6.000.000 19.000.000 35.000.000

(Kas/Utang = 1.000 x Rp 35.000; Modal saham 1.000 x Rp 10.000; dan Agio saham = 60.000.000 x (1.000/10.000); sisanya ke saldo laba)

40.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Oleh PT XYZ, penjualan saham oleh PT ABC tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Saldo Laba Investasi pada PT ABC 13.333.333 13.333.333

Perhitungan untuk penyesuaian akun Investasi pada PT ABC adalah sebagai berikut: Sebelum transaksi penjualan saham, jumlah saham PT ABC yang dimiliki oleh PT XYZ adalah 8.000 saham dari 10.000 saham yang beredar atau dengan kata lain porsi kepemilikan PT XYZ pada PT ABC adalah sebesar 8.000/10.000 = 80%. Nilai ekuitas PT ABC yang menjadi bagian PT XYZ sebelum transaksi penjualan adalah = 80% x (Rp 100.000.000 + Rp 60.000.000 + Rp 40.000.000) = Rp 160.000.000. Sesudah transaksi penjualan saham, jumlah saham PT ABC yang dimiliki oleh PT XYZ adalah 8.000 saham dari 9.000 saham yang beredar atau dengan kata lain porsi kepemilikan PT XYZ pada PT ABC adalah sebesar 8.000/9.000 = 888/9%. Nilai ekuitas PT ABC yang menjadi bagian PT XYZ sesudah transaksi adalah = 888/9% x (Rp 90.000.000 + Rp 54.000.000 + Rp 21.000.000) = Rp 146.666.667. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan adalah sebesar = Rp 146.666.667 - Rp 160.000.000 = (Rp 13.333.333). Oleh karena saldo akun Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan adalah nol maka penyesuaian akun Investasi pada PT ABC diakui sebagai pengurang akun Saldo Laba.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

40.11

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 18 September 19x6: PT ABC PT XYZ (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lainnya 245.000 245.000 Kewajiban Modal Saham Nominal Rp10.000,00/Saham Agio Saham Saldo Laba 80.000 90.000 54.000 21.000 245.000 146.667 740.000 886.667 150.000 500.000 236.667 886.667

Contoh 4 Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 17 September 19X6: PT ABC PT XYZ (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lainnya 280.000 280.000 Kewajiban Modal Saham - Nominal Rp10.000,00/Saham Agio Saham Saldo Laba 80.000 100.000 60.000 40.000 280.000 160.000 740.000 900.000 150.000 500.000 250.000 900.000

PT XYZ mempunyai investasi saham PT ABC sebesar 80% dari total saham beredar.

40.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pada tanggal 18 September 19X6, PT ABC memperoleh kembali (secara sementara/treasury stock) 1.000 saham (dari 10.000 lembar yang telah beredar) dari pihak ketiga selain perusahaan investor dengan harga Rp 15.000,00 per lembar. Perolehan saham tersebut dicatat dengan metode cost oleh PT ABC dengan jurnal sebagai berikut: Treasury Stock 15.000.000 Kas/Utang (Kas/Piutang = Treasury stock = 1.000 x Rp 15.000) 15.000.000

Apabila pemerolehan saham tersebut dicatat dengan metode par value, maka PT ABC mencatat dengan jurnal sebagai berikut: Treasury Stock Agio saham Kas/Utang Tambahan Modal dari Pemerolehan Kembali Saham 10.000.000 6.000.000 15.000.000 1.000.000

(Kas/Piutang = 1.000 x Rp 15.000; Treasury stock = 1.000 x Rp 10.000; Agio saham = 60.000.000 x (1.000/10.000); sisanya ke Tambahan modal dari pemerolehan kembali saham) Oleh PT XYZ, penjualan saham oleh PT ABC tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Investasi pada PT ABC Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan 4.444.444 4.444.444

Perhitungan untuk penyesuaian akun Investasi pada PT ABC adalah sebagai berikut: Sebelum transaksi penjualan saham, jumlah saham PT ABC yang dimiliki oleh PT XYZ adalah 8.000 saham dari 10.000 saham yang beredar atau dengan kata lain porsi kepemilikan PT XYZ pada PT ABC adalah sebesar 8.000/10.000 = 80%. Nilai ekuitas PT ABC yang menjadi bagian PT XYZ sebelum transaksi penjualan adalah = 80% x (Rp 100.000.000 + Rp 60.000.000 + Rp 40.000.000) = Rp 160.000.000.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

40.13

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Sesudah transaksi penjualan saham, jumlah saham PT ABC yang dimiliki oleh PT XYZ adalah 8.000 saham dari 9.000 saham yang beredar atau dengan kata lain porsi kepemilikan PT XYZ pada PT ABC adalah sebesar 8.000/9.000 = 888/9%. Dengan metode cost, nilai ekuitas PT ABC yang menjadi bagian PT XYZ sesudah transaksi adalah = 888/9% x (Rp 100.000.000 + Rp 60.000.000 - Rp 15.000.000 + Rp 40.000.000) = Rp164.444.444. Sedangkan dengan metode par value, nilai ekuitas PT ABC yang menjadi bagian PT XYZ sesudah transaksi adalah = 888/9% x (Rp 100.000.000 + Rp 54.000.000 - Rp 10.000.000 + Rp l.000.000 + Rp 40.000.000) = Rp l64.444.444. Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan adalah sebesar = Rp 164.444.444 - Rp 160.000.000 = Rp 4.444.444. Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 18 September 19X6: PT ABC metode cost (ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lainnya 265.000 265.000 Kewajiban Modal Saham Nominal Rp 10.000/ Saham100.000 Agio Saham Saldo Laba Treasury Stock Tambahan Modal dari Pemerolehan Kembali Saham Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan 80.000 100.000 60.000 40.000 (15.000) 265.000 PT ABC par value (ribuan rupiah) 265.000 265.000 80.000 500.000 54.000 40.000 (10.000) 1.000 265.000 PT XYZ (ribuan rupiah) 164.444 740.000 904.444 150.000

250.000 4.444 904.444

40.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Contoh 5 Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 11 Maret 19X6: PT ABC PT XYZ (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lancar Lainnya Aktiva Tetap 100.000 400.000 500.000 Kewajiban Modal Saham Saldo Laba 80.000 300.000 120.000 500.000 126.000 1.000.000 1.374.000 2.500.000 500.000 1.100.000 900.000 2.500.000

PT XYZ mempunyai investasi saham PT ABC sebesar 30% dari total saham beredar. Pada tanggal 12 Maret 19X6, PT ABC melakukan penilaian kembali aktiva tetap. Semua aktiva tetap PT ABC memenuhi persyaratan untuk dinilai kembali sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 507/KMK.04/ 1996 dan nilai buku aktiva tetap sama dengan nilai buku fiskal. Penilaian kembali dilakukan oleh lembaga penilai yang menetapkan bahwa nilai pasar wajar aktiva tersebut sebesar Rp 900.000.000,00. Penilaian kembali aktiva tetap tersebut dicatat oleh PT ABC dengan jurnal sebagai berikut: Aktiva tetap 900.000.000 Pajak penghasilan 50.000.000 Aktiva tetap 400.000.000 Kas/PPh Terutang 50.000.000 Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 500.000.000 (Selisih penilaian kembali aktiva tetap = 900.000.000 - 400.000.000 = 500.000.000)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

40.15

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Oleh PT XYZ, penilaian kembali aktiva tetap oleh PT ABC tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Investasi pada PT ABC 150.000.000 Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Perusahaan Asosiasi

150.000.000

(Dari jumlah selisih penilaian kembali Aktiva tetap PT ABC, yang menjadi bagian PT XYZ hanya sebesar 30% x 500.000.000 = 150.000.000) Berikut ini adalah neraca PT ABC dan PT XYZ pada tanggal 12 Maret 19X6: PT ABC PT XYZ (ribuan rupiah) (ribuan rupiah) Investasi pada PT ABC Aktiva Lancar Lainnya Aktiva Tetap 100.000 900.000 1.000.000 Kewajiban Modal Saham Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Perusahaan Asosiasi Saldo Laba 80.000 300.000 500.000 120.000 1.000.000 276.000 1.000.000 1.374.000 2.650.000 500.000 1.100.000 150.000 900.000 2.650.000

40.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

40.17

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 0

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI PERUBAHAN EKUITAS ANAK PERUSAHAAN/PERUSAHAAN ASOSIASI

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN ..................................................................... Tujuan ............................................................................ Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... 01-04 01 02-03 04

PENJELASAN ........................................................................ Pengakuan ..................................................................... Pengungkapan ............................................................... PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 40 TENTANG AKUNTANSI PERUBAHAN EKUITAS ANAK PERUSAHAAN/ PERUSAHAAN ASOSIASI ..................................................... Tanggal Efektif ...............................................................

05-09 06-08 09

10-13 13

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

PSAK No. 40 tentang AKUNTANSI PERUBAHAN EKUITAS ANAK PERUSAHAAN/PERUSAHAAN ASOSIASI telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 25 Oktober 1997 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 8 Desember 1997. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 8 Desember 1997 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUBAHAN E KUITAS A NAK P ERUSAHAAN /P ERUSAHAAN A SOSIASI

PSAK N O . 40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 8 Desember 1997 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

40.22

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

W ARAN

PSAK N O . 41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN Tu j u a n 01 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi waran (warrants), baik untuk waran yang diterbitkan menyertai penerbitan Efek hutang, waran yang diterbitkan menyertai saham, maupun waran yang diterbitkan tanpa menyertai penerbitan Efek. Ruang Lingkup

02 Pernyataan ini mengatur akuntansi waran bagi penerbit baik yang diterbitkan menyertai penerbitan Efek lain maupun yang diterbitkan tersendiri. Definisi 03 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang dan unit penyertaan kontrak investasi kolektif. Termasuk dalam pengertian Efek adalah kontrak berjangka dan setiap derivatif lainnya dari Efek. Waran adalah Efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu. Waran Pisah (Detachable warrants) adalah waran yang diterbitkan bersamaan dengan Efek dan dapat diperdagangkan secara terpisah dari Efek. Waran Lekat (Nondetachable warrants) adalah waran yang melekat pada penerbitan Efek dan tidak dapat diperdagangkan secara terpisah dari Efek hutang. Waran Lekat harus diperdagangkan dengan Efek hutang sebagai satu kesatuan (paket), misalnya obligasi konversi. Waran Bebas (Naked Warrants) adalah waran yang diterbitkan tersendiri tanpa menyertai penerbitan surat berharga lainnya.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

41.1

A KUNTANSI

W ARAN

PSAK N O . 41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENJELASAN 04 Karena waran memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari suatu perusahaan, maka waran termasuk Efek ekuitas. Penerbitan waran dapat menyertai penerbitan Efek hutang. Waran Pisah

05 Dana perolehan dari penerbitan Efek yang bersifat hutang yang disertai dengan penerbitan Waran Pisah dialokasikan pada kedua Efek dimaksud berdasarkan nilai wajar masing-masing jenis Efek tersebut pada saat penerbitannya. Jumlah yang dialokasikan sebagai nilai wajar waran dilaporkan sebagai Modal Disetor Lainnya dan sisanya yang merupakan nilai dari Efek hutang dilaporkan sebagai Kewajiban. 06 Apabila waran dilaksanakan (exercised), maka dana perolehan dari pelaksanaan waran dan jumlah yang dialokasikan sebagai nilai wajar waran tersebut diakui sebagai Modal Disetor dan Agio Saham (jika ada). Apabila waran tidak dilaksanakan sampai masa berlaku waran berakhir, maka nilai tercatat waran yang telah diakui pada saat penerbitan tetap disajikan sebagai Modal Disetor Lainnya.
Waran Lekat

07 Dana perolehan dari penerbitan Efek hutang yang disertai Waran Lekat dilaporkan sebagai Kewajiban.
08 Perusahaan yang menerbitkan Waran Lekat yang menyertai penerbitan Efek hutang, misalnya dalam bentuk obligasi konversi, mempunyai kewajiban untuk melunasi Efek hutang tersebut jika waran tersebut tidak dilaksanakan. Oleh karena itu, nilai Waran Lekat tidak diakui tersendiri dan dengan demikian seluruh dana yang diperoleh dari penerbitan Efek hutang tersebut diakui sebagai Kewajiban.

09 Apabila waran menyertai penerbitan saham, maka dana perolehan penerbitan saham tersebut seluruhnya diakui sebagai Modal Disetor dan Agio Saham (jika ada).

41.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

W ARAN

PSAK N O . 41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Waran

Bebas

10 Perusahaan umumnya menerbitkan Waran Bebas sebagai insentif bagi pemegang saham. Pemberian Waran Bebas kepada pemegang saham dapat dilakukan secara cuma-cuma atau dengan suatu pembayaran.

11 Atas penerbitan Waran Bebas yang harus dibayar oleh penerima waran, nilai waran yang bersangkutan dicatat dalam Modal Disetor Lainnya. 12 Apabila Waran Bebas diberikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham, maka waran tidak perlu dicatat sebagaimana diatur dalam paragraf 09.
Waran sebagai Ekuivalen Saham

13 Karena waran merupakan Efek ekuitas, maka penerbitan waran mengakibatkan dilusi terhadap laba per saham.
Pengungkapan

a) b) c) d)

14 Laporan keuangan harus mengungkapkan: dasar penentuan nilai wajar waran; nilai waran yang belum dilaksanakan dan nilai waran tidak dilaksanakan (kadaluarsa); jumlah waran yang diterbitkan dan beredar serta dampak dilusinya (dilution effect); ikatan-ikatan yang terkait dengan penerbitan waran.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

41.3

A KUNTANSI

W ARAN

PSAK N O . 41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN NO. 41 AKUNTANSI

STANDAR WARAN

AKUNTANSI

KEUANGAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 41 terdiri dari paragraf 15-23. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 01-14 Waran Pisah

15 Dana perolehan dari penerbitan Efek yang bersifat hutang yang disertai dengan penerbitan Waran Pisah dialokasikan pada kedua Efek dimaksud berdasarkan nilai wajar masing-masing jenis Efek tersebut pada saat penerbitannya. Jumlah yang dialokasikan sebagai nilai wajar waran dilaporkan sebagai Modal Disetor Lainnya dan sisanya yang merupakan nilai dari Efek hutang dilaporkan sebagai Kewajiban. 16 Apabila waran dilaksanakan (exercised), maka dana perolehan dari pelaksanaan waran dan jumlah yang dialokasikan sebagai nilai wajar waran tersebut diakui sebagai Modal Disetor dan Agio Saham (jika ada). Apabila waran tidak dilaksanakan sampai masa berlaku waran berakhir, maka nilai tercatat waran yang telah diakui pada saat penerbitan tetap disajikan sebagai Modal Disetor Lainnya.
Waran Lekat

17 Dana perolehan dari penerbitan Efek hutang yang disertai Waran Lekat dilaporkan sebagai Kewajiban. 18 Apabila waran menyertai penerbitan saham, maka dana perolehan penerbitan saham tersebut seluruhnya diakui sebagai Modal Disetor dan Agio Saham (jika ada).
Waran Bebas

19 Atas penerbitan Waran Bebas yang harus dibayar oleh penerima waran, nilai waran yang bersangkutan dicatat dalam Modal Disetor Lainnya.

41.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

W ARAN

PSAK N O . 41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

20 Apabila Waran Bebas diberikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham, maka waran tidak perlu dicatat sebagaimana diatur dalam paragraf 18.
Waran sebagai Ekuivalen Saham

21 Karena waran merupakan Efek ekuitas, maka penerbitan waran mengakibatkan dilusi terhadap laba per saham.
Pengungkapan

a) b) c) d)

22 Laporan keuangan harus mengungkapkan: dasar penentuan nilai wajar waran; nilai waran yang belum dilaksanakan dan nilai waran tidak dilaksanakan (kadaluarsa); jumlah waran yang diterbitkan dan beredar serta dampak dilusinya (dilution effect); ikatan-ikatan yang terkait dengan penerbitan waran.
Berlaku Efektif

Tanggal

23 Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1998. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

41.5

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 1

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI

WARAN

A KUNTANSI

W ARAN

PSAK N O . 41

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN ..................................................................... Tujuan ............................................................................ Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... 01-03 01 02 03

PENJELASAN ........................................................................ Waran Pisah .................................................................. Waran Lekat ................................................................... Waran Bebas ................................................................. Waran Sebagai Ekuivalen Saham ................................. Pengungkapan ...............................................................

04-14 05-06 07-09 10-12 13 14

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 41 TENTANG AKUNTANSI WARAN ........................................... Pengungkapan ............................................................... Tanggal Efektif ...............................................................

15-23 22 23

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

W ARAN

PSAK N O . 41

PSAK No. 41 tentang AKUNTANSI WARAN telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 25 Oktober 1997 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat lkatan Akuntan Indonesia pada tanggal 8 Desember 1997. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 8 Desember 1997 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

W ARAN

PSAK N O . 41

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

W ARAN

PSAK N O . 41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 8 Desember 1997 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

41.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN Karakteristik Usaha Perusahaan Efek

01 Perusahaan Efek merupakan suatu lembaga yang dapat melakukan kegiatan sebagai perantara pedagang efek, penjamin emisi efek, manajer investasi, penasehat investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM. 02 Perusahaan Efek sebagai lembaga kepercayaaan masyarakat mempunyai peran strategis dalam menjaga kelangsungan Pasar Modal. Oleh karena itu, otoritas pasar modal yaitu BAPEPAM telah menetapkan berbagai ketentuan operasional dalam melakukan kegiatan Perusahaan Efek. 03 Perusahaan Efek dituntut untuk memelihara likuiditas yang cukup sehingga mampu memenuhi seluruh kewajibannya. Sebagai contoh, apabila Perusahaan Efek melakukan transaksi pembelian efek untuk nasabah dan nasabah tersebut tidak dapat menyerahkan dana pada waktu yang ditentukan, maka Perusahaan Efek wajib melakukan pembayaran atas transaksi efek untuk nasabahnya tersebut. 04 Siklus transaksi Perusahaan Efek sangat singkat. Misalnya, transaksi perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta selesai dalam waktu lima hari. 05 Dalam menjalankan usahanya, transaksi Perusahaan Efek terkait dengan Bursa Efek, Kustodian, Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP). 06 Efek, terutama saham dan unit penyertaan Reksa Dana, umunya tersedia harga pasarnya setiap hari. Sedangkan nilai efek tersebut dapat berfluktuasi secara signifikan. Tu j u a n 07 Pernyataan ini bertujuan mengatur akuntansi untuk kegiatan Perusahaan Efek yang meliputi: a. perantara pedagang efek;

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

42.1

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b. c.

penjamin emisi efek; dan manajer investasi. Lingkup

Ruang

08 Pernyataan ini mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi yang secara khusus berkaitan dengan Perusahaan Efek. Hal-hal umum atau hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan ini, harus diperlakukan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum. 09 Pernyataan ini berlaku bagi setiap laporan keuangan Perusahaan Efek yang disajikan untuk pihak eksternal. 10 Pemerintah sebagai pembina dan pengawas Perusahaan Efek memerlukan informasi keuangan khusus yang menekankan pada segi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban, misalnya Perusahaan Efek diharuskan oleh BAPEPAM untuk menyajikan Laporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan. Pernyataan ini bukan merupakan pelaksanaan ketentuan peraturan pemerintah tersebut. Definisi 11 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham obligasi, tanda bukti utang dan unit penyertaan kontrak investasi kolektif. Termasuk dalam pengertian efek adalah kontrak berjangka dan setiap derivatif lain dari efek. Perusahaan Efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM untuk melakukan satu atau lebih kegiatan usaha berikut ini, yaitu kegiatan sebagai perantara pedagang efek, penjamin emisi efek, manajer investasi, penasehat investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM. Emisi adalah penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat.

42.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Emiten adalah pihak yang melakukan emisi. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, Perusahaan Efek dan pihak lain. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Bursa.
PENJELASAN Perantara Pedagang Efek

12 Perusahaan Efek melakukan berbagai transaksi efek untuk kepentingan nasabah sebagai perantara efek ( broker) atau untuk kepentingan sendiri sebagai pedagang efek (dealer). Transaksi efek melibatkan dua tanggal yang mempunyai pengaruh penting terhadap akuntansi yaitu tanggal dagang (trade date) dan tanggal penyelesaian (settlement date). 13 Pada tanggal dagang pembeli menanggung risiko atau memperoleh manfaat atas perubahan nilai efek yang telah dibeli. Sedangkan pada tanggal penyelesaian, penjual wajib menyerahkan efek dan pembeli wajib membayar efek tersebut. Transaksi Efek

14 Transaksi pembelian dan penjualan efek baik untuk nasabah maupun untuk sendiri diakui dalam laporan keuangan Perusahaan Efek pada saat timbulnya perikatan atas transaksi efek.
15 Dalam transaksi efek di pasar reguler, risiko, manfaat dan potensi ekonomi timbul pada tanggal dagang. Tanggal dagang merupakan awal berlakunya kontrak jual-beli dimana pihak-pihak yang bertransaksi telah menyetujui persyaratan dalam kontrak. Untuk mencerninkan pengaruh ekonomi dari transaksi pembelian dan penjualan efek, Perusahaan Efek harus mempertanggungjawabkan perubahan nilai sehubungan dengan transaksi tersebut.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

42.3

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

16 Dalam hal Perusahaan Efek membeli efek untuk nasabah, maka pembelian efek tersebut menimbulkan piutang nasabah dan hutang kepada LKP. Pada tanggal penyelesaian, Perusahaan Efek menerima pembayaran dari nasabah untuk selanjutnya dibayarkan untuk melunasi hutang kepada LKP. Sebaliknya, apabila Perusahaan Efek menjual efek untuk nasabah, maka penjuaalan efek tersebut menimbulkan piutang LKP dan hutang nasabah. Pada tanggal penyelesaian, Perusahaan Efek menerima pembayaran atas piutang LKP untuk selanjutnya digunakan untuk pelunasan hutang nasabah. 17 Pembelian efek untuk sendiri dipertanggungjawabkan dengan mengakui persediaan portofolio efek dan hutang. Sedangkan penjualan efek dipertanggungjawabkan dengan mengakui piutang dan mengurangi jumlah tercatat persediaan portofolio efek serta mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan efek tersebut.

18 Apabila Perusahaan Efek tidak dapat menyelesaikan transaksi pembelian efek, maka transaksi tersebut dicatat sebagai gagal terima dan disajikan di neraca sebagai kewajiban. Apabila Perusahan Efek tidak dapat menyelesaikan transaksi penjualan efek, maka transaksi tersebut dicatat sebagai gagal serah dan disajikan di neraca sebagai aktiva.
19 Pada tanggal penyelesaian, Perusahaan Efek penjual wajib menyerahkan efek kepada Perusahaan Efek pembeli. Apabila penjual tidak dapat menyerahkan efek tersebut, maka penjual mengalami gagal serah dan pembeli mengalami gagal terima. Penilaian Efek

20 Portofolio efek yang dibeli untuk sendiri dinilai berdasarkan harga pasar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat kenaikan atau penurunan harga pasar dilaporkan dalam laporan laba-rugi periode berjalan.
21 Efek yang diperdagangkan di bursa mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi dan mengalami perubahan harga yang cukup cepat. Oleh karena itu, penilaian berdasarkan harga pasar lebih mencerminkan nilai yang dapat direalisasi. Harga pasar tersedia di bursa dan dipublikasikan

42.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

secara harian. Dalam hal suatu efek tercatat pada lebih dari satu bursa, maka harga pasar yang digunakan adalah harga terakhir pada bursa utama dimana efek tersebut diperdagangkan.

22 Apabila efek yang diperdagangkan di bursa tidak likuid atau harga pasar yang tersedia tidak dapat diandalkan, maka efek tersebut dinilai berdasarkan nilai wajar yang ditentukan oleh manajemen. Apabila harga pasar efek yang tercatat di bursa tidak tersedia, maka efek tersebut dinilai berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai wajar.
23 Meskipun suatu efek tercatat di bursa, dapat terjadi bahwa harga pasar efek tersebut tidak tersedia atau tidak dapat diandalkan. Hal ini terjadi karena efek tersebut tidak aktif diperdagangkan. Dalam hal demikian, manajemen harus menetukan nilai wajar dari efek tersebut. Transaksi Pinjam-Meminjam and Borrowing) Efek

(Securities

Lending

24 Transaksi pinjam-meminjam efek lazimnya dilakukan dengan tujuan untuk menghindari gagal serah. Hal ini biasanya terjadi pada short selling yaitu menjual efek yang belum dimiliki. Untuk itu, Perusahaan Efek melakukan kontrak pinjam-meminjam efek dengan Perusahaan Efek lain atau dengan LKP. Dalam transaksi ini, lazimnya Perusahaan Efek yang meminjam efek menyerahkan uang jaminan atau menyerahkan jaminan efek lain atau standby letter of credit.

25 Transaksi pinjam-meminjam efek dengan uang jaminan dipertanggungjawabkan sebagai transaksi pembiayaan. Perusahaan Efek yang meminjam efek mengakui piutang sebesar uang jaminan yang diserahkan dan Perusahaan Efek yang meminjamkan efek mengakui hutang sebesar uang jaminan yang diterima.
26 Dengan transaksi pinjam-meminjam efek, Perusahaan Efek yang meminjam efek memperoleh manfaat karena dapat memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan efek pada saat penyelesaian, sedangkan Perusahaan Efek yang meminjamkan memperoleh hasil dengan menginvestasikan uang jaminan tersebut. Dalam hal efek dipinjamkan dengan jaminan efek lain atau standby letter of credit, maka Perusahaan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

42.5

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Efek memperoleh imbal jasa (fee). Pemilikan efek yang dipinjamkan dan efek yang dijadikan jaminan tidak berpindah. Karena itu, efek tersebut tetap diakui sebagai persediaan portofolio efek oleh Perusahaan Efek yang meminjamkan atau oleh perusahaan efek yang menjaminkan. Transaksi Jual Efek dengan Janji Beli Kembali/Beli Efek dengan Janji Jual Kembali ( Repo/Reverse Repo)

27 Transaksi jual dengan janji beli kembali (repo) dan transaksi beli dengan janji jual kembali (reverse repo) merupakan transaksi pembiayaan dengan jaminan efek. Perlakuan akuntansi untuk transaksi ini adalah sebagai berikut: a) Efek yang dijual dengan janji beli kembali diakui sebagai kewajiban dan efek yang diserahkan tetap diakui sebagai persediaan portofolio efek. Selisih antara harga jual dan harga beli kembali diakui sebagai beban bunga. Efek yang dibeli dengan janji jual kembali diakui sebagai piutang dan efek yang diterima tidak diakui sebagai persediaan portofolio efek. Selisi antara harga beli dan harga jual kembali merupakan bunga.

b)

28 Dalam transaksi jual dengan janji beli kembali, Perusahaan Efek menjual efek kepada pihak lain dengan harga tertentu dan berjanji untuk membeli kembali dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang sama ditambah tingkat bunga tertentu atau dengan harga tertentu yang lebih tinggi. Sebaliknya, dalam transaksi beli efek dengan janji jual kembali, perusahaan efek membeli efek dengan harga tertentu dan berjanji untuk menjual kembali dengan harga yang sama ditambah tingkat bunga tertentu, atau dengan harga tertentu yang lebih tinggi. Dalam transaksi ini pemilikan efek tetap berada pada pihak penjual dan tetap disajikan sebagai persediaan portofolio efek. Penjamin Emisi Efek

29 Pendapatan sehubungan dengan penjaminan emisi diakui pada saat aktivitas penjaminan emisi secara substansi telah selesai dan jumlah pendapatan telah dapat ditentukan.

42.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

30 Biaya yang timbul sehubungan proses penjaminan emisi diakumulasi dan dibebankan pada saat pendapatan penjaminan emisi diakui. Dalam hal kegiatan penjaminan emisi tidak diselesaikan dan emisi efek dibatalkan, maka biaya penjaminan emisi tersebut dibebankan pada periode berjalan.
31 Sebagai penjamin emisi efek, Perusahaan Efek melakukan berbagai kegiatan untuk membantu calon emiten dalam penerbitan dan penawaran efek kepada masyarakat. Sehubungan dengan kegiatan penjaminan emisi tersebut, Perusahaan Efek memperoleh pendapatan sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian penjaminan emisi berupa jasa penjaminan emisi, jasa penjualan dan jasa manajemen. 32 Perusahaan Efek melakukan kegiatan penjaminan emisi setelah memperoleh mandat dari calon emiten. Kegiatan penjaminan emisi dianggap selesai pada tanggal penjatahan efek. Pada tanggal penjatahan, efek dialokasikan kepada para pemesan sesuai ketentuan penjatahan dalam Prospektus. Pada saat itu, Penjamin Pelaksana Emisi, Penjamin Emisi dan Agen Penjual mengetahui partisipasinya dalam emisi efek tersebut. Biaya yang timbul sehubungan proses penjaminan emisi diakumulasi dan dibebankan pada saat pendapatan penjaminan emisi diakui. Dalam hal kegiatan penjaminan emisi tidak diselesaikan dan emisi efek dibatalkan, maka biaya penjaminan emisi tersebut dibebankan pada periode berjalan. 33 Sebelum memperoleh mandat sebagai penjamin emisi, Perusahaan Efek melakukan penjejakan calon emiten. Kegiatan ini sering kali diikuti dengan pemberian jasa konsultasi untuk mempersiapkan calon emiten menjadi perusahaan publik. Biaya yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan ini dibebankan pada saat terjadinya dan disajikan sesuai dengan jenisnya, misalnya: beban riset, perjalanan dinas, representasi dan sebagainya. Apabila dalam kegiatan ini Perusahaan Efek memperoleh imbalan jasa, maka imbalan jasa tersebut diakui sebagai pendapatan pada saat diperoleh.

34 Penerimaan uang pemesanan efek diakui dan disajikan tersendiri sebagai aktiva dan kewajiban.
35 Sesuai dengan ketentuan dalam Prospektus, uang

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

42.7

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pemesanan efek harus disetor oleh para pemesan pada rekening bank atas nama Penjamin Pelaksana Emisi. Dana tersebut dibayarkan oleh Penjamin Pelaksana Emisi kepada emiten setelah penjatahan efek selesai. 36 Dalam penjaminan emisi dengan full commitment, Penjamin Pelaksana Emisi dan Penjamin Emisi, wajib membeli sisa efek yang tidak terjual pada masa penawaran (under subscribed). Efek tersebut diakui sebagai persediaan portofolio efek. Sebaliknya, dalam hal jumlah efek yang dipesan melebihi jumlah yang ditawarkan (over subscribed), maka Penjamin Pelaksana Emisi dan Penjamin Emisi wajib mengembalikan kelebihan uang pemesanan efek. Uang pemesanan efek yang belum dikembalikan disajikan sebagai kewajiban. Manajer Investasi

37 Kegiatan Perusahaan Efek dalam bidang manajer investasi meliputi pengelolaan investasi nasabah (termasuk Reksa Dana), pengelolaan investasi sendiri dan penasehat investasi.

38 Pendapatan dari jasa pengelolaan investasi nasabah dan jasa penasehat investasi diakui pada saat jasa diberikan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. Biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan pengelolaan investasi dan penasehat investasi dibebankan pada saat terjadinya.
39 Pendapatan jasa pengelolaan investasi berasal dari kegiatan pengelolaan Reksa Dana dan investasi nasabah (Non Reksa Dana). Sebagai pengelola Reksa Dana, manajer investasi memperoleh pendapatan yang besarnya ditentukan dalam kontrak berdasarkan presentase tertentu dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) harian dari Reksa Dana yang bersangkutan. Selain itu, manajer investasi memperoleh pendapatan berupa jasa penjualan (selling fee atau front-end fee) dan jasa pembelian kembali (redemption fee atau back-end fee) yang diakui pada saat transaksi.

40 Dana yang diterima dalam rangka aktivitas manajer investasi sebagai pengelola investasi nasabah (Non Reksa Dana) diakui sebagai kewajiban. 41 Pada saat perolehan, efek yang dibeli untuk investasi

42.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

sendiri dicatat sebagai portofolio efek berdasarkan biaya perolehan, dan diklasifikasikan sesuai dengan tujuan perolehannya, sebagai berikut: a) Efek hutang dan ekuitas untuk diperdagangkan (trading). Perdagangan dalam hal ini mencerminkan pembelian dan penjualan yang aktif dan sering dengan tujuan memperoleh keuntungan atas perbedaan jangka pendek. Efek hutang untuk dimiliki hingga jatuh tempo (hold to maturity). Efek yang diklasifikasi dalam kategori ini terbatas pada efek hutang dengan tujuan memperoleh pendapatan bunga dan efek hutang tersebut baru akan dicairkan pada saat jatuh tempo. Efek hutang tidak boleh diklasifikasikan dalam kategori ini jika maksud pemiliknya hanya untuk periode yang tidak ditentukan, apabila efek hutang tersebut tersedia untuk dijual, untuk menghadapi: 1) Perubahan tingkat bunga pasar dan perubahan yang berhubungan dengan risiko sejenis. 2) Kebutuhan likuiditas. 3) Perubahan dalam ketersediaan dan hasil investasi alternatif. 4) Perubahan dalam risiko mata uang asing. Efek hutang dan ekuitas yang tersedia untuk dijual (available for sale). Efek hutang yang masuk dalam kategori ini adalah efek yang dimiliki untuk waktu yang tidak ditentukan karena, misalnya, dimaksudkan untuk suatu saat dijual guna memenuhi kebutuhan likuiditas atau sebagai bagian dari program manajemen risiko perusahaan.

b)

c)

42 Pada tanggal neraca, portofolio efek dinilai sesuai dengan klasifikasi efek yang bersangkutan, sebagai berikut: a) Efek hutang dan ekuitas untuk diperdagangkan dinyatakan berdasarkan harga pasar. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) harga pasar dilaporkan dalam laba rugi periode berjalan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

42.9

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

Efek hutang untuk dimiliki hingga jatuh tempo dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi (ditambahkan) dengan amortisasi premi (diskonto). Efek hutang dan ekuitas yang tersedia untuk dijual dinyatakan berdasarkan harga pasar. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) harga pasar tidak diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan, melainkan disajikan secara terpisah sebagai komponen ekuitas. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dilaporkan dalam laporan laba rugi pada saat realisasi.

c)

43 Portofolio efek Unit Penyertaan Reksa Dana yang diperoleh dalam rangka pendirian Reksa Dana dinyatakan sebesar biaya perolehan. Apabila NAB Unit Penyertaan Reksa Dana mengalami penurunan secara signifikan dan permanen, maka perlu dilakukan penyesuaian atas biaya perolehan tersebut. Portofolio efek Unit Penyertaan Reksa Dana dalam rangka pengelolaan investasi sendiri dinilai sesuai dengan tujuan perolehannya sebagaimana diuraikan pada paragraf 41 dan 42.
44 Sebagai pendiri dan pengelola Reksa Dana pemilikan Unit Penyertaan pada Reksa Dana dimaksudkan untuk memelihara kepercayaan masyarakat pemodal, serta memelihara likuiditas dan stabilitas Reksa Dana. Pengelola Reksa Dana diwajibkan untuk menahan unit penyertaannya pada Reksa Dana untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, Unit Penyertaan pada Reksa Dana dinyatakan berdasarkan biaya perolehan sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan berakhir. Penyajian Laporan Keuangan

Neraca 45 Neraca disajikan dengan menggunakan metode tidak dikelompokkan (unclassified) sehingga aktiva dan kewajiban tidak dikelompokkan menjadi elemen lancar dan elemen tidak lancar. Kelompok akun aktiva disajikan berdasarkan urutan likuiditas, sedangkan kelompok akun kewajiban dilaporkan berdasarkan urutan jatuh tempo.

42.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

46 Perusahaan efek dapat melakukan berbagai kegiatan usaha sekaligus meliputi perantara pedagang efek, penjamin emisi efek, dan manajer investasi. Masing-masing kegiatan ini mempunyai sifat dan siklus transaksi yang berbeda. Siklus transaksi perantara pedagang efek sangat singkat, sedang siklus transaksi penjamin emisi efek dan manajer investasi lebih panjang. Dalam kondisi usaha demikian, klasifikasi elemen lancar dan tidak lancardalam neraca merupakan informasi yang kurang relevan.

Laporan

Laba

Rugi

47 Beban dalam melakukan berbagai kegiatan perusahaan efek sulit diidentifikasi dengan jenis pendapatan yang diperoleh. Apabila tidak praktis dan ekonomis untuk menyajikan laporan laba rugi dalam bentuk multiple step, maka laporan laba rugi dapat disajikan dalam bentuk single step. 48 Apabila Laporan Laba Rugi disajikan dalam bentuk single step, maka pendapatan dikelompokkan sedemikian rupa sehingga mencerminkan pendapatan dari masing-masing kegiatan usaha Perusahaan Efek, dan beban disajikan sesuai jenisnya.
Pengungkapan

49 Hal-hal berikut wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Perlakuan akuntansi mengenai: 1) transaksi perantara dan pedagang efek, 2) transaksi jual efek dengan janji beli kembali dan transaksi beli efek dengan janji jual kembali, 3) transaksi pinjam-meminjam efek, dan 4) pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan kegiatan Perusahan Efek Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi perantara pedagang efek, penjamin emisi efek, dan manajer investasi.

b)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

42.11

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI NO. 42 AKUNTANSI PERUSAHAAN EFEK

KEUANGAN

Pernyataan StandarAkuntansi Keuangan No. 42 terdiri dari paragraf 50 s.d. 69. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 01 s.d. 49 Transaksi Efek

50 Transaksi pembelian dan penjualan efek baik untuk nasabah maupun untuk sendiri diakui dalam laporan keuangan Perusahaan Efek pada saat timbulnya perikatan atas transaksi efek. 51 Apabila Perusahaan Efek tidak dapat menyelesaikan transaksi pembelian efek, maka transaksi tersebut dicatat sebagai gagal terima dan disajikan di neraca sebagai kewajiban. Apabila Perusahaan Efek tidak dapat menyelesaikan transaksi penjualan efek, maka transaksi tersebut dicatat sebagai gagal serah dan disajikan di neraca sebagai aktiva.
Penilaian Efek

52 Portofolio efek yang dibeli untuk sendiri dinilai berdasarkan harga pasar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat kenaikan atau penurunan harga pasar dilaporkan dalam laporan laba rugi periode berjalan. 53 Apabila efek yang diperdagangkan di bursa tidak likuid atau harga pasar yang tersedia tidak dapat diandalkan, maka efek tersebut dinilai berdasarkan nilai wajar yang di tentukan oleh manajemen. Apabila harga pasar efek yang tercatat di bursa tidak tersedia, maka efek tersebut dinilai berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai wajar.
Transaksi Pinjam-Meminjam and Borrowing) Efek

(Securities

Lending

54 Transaksi pinjam-meminjam efek dengan uang jaminan dipertanggungjawabkan sebagai transaksi pembiayaan. Peru-

42.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

sahaan Efek yang meminjam efek mengakui piutang sebesar uang jaminan yang diserahkan dan Perusahaan Efek yang meminjamkan efek mengakui hutang sebesar uang jaminan yang diterima.
Transaksi Jual Efek dengan Janji Beli Kembali/Beli Efek dengan Janji Jual Kembali (Repo/Reverse Repo)

55 Transaksi jual dengan janji beli kembali (repo) dan transaksi pembelian dengan janji jual kembali (reverse repo) merupakan transaksi pembiayaan dengan jaminan efek. Perlakuan akuntansi untuk transaksi ini adalah sebagai berikut: a) Efek yang dijual dengan janji beli kembali diakui sebagai kewajiban dan efek yang diserahkan tetap diakui sebagai persediaan portofolio efek. Selisih antara harga jual dan harga beli kembali diakui sebagai beban bunga. Efek yang dibeli dengan janji jual kembali diakui sebagai piutang dan efek yang diterima tidak diakui sebagai persediaan portofolio efek. Selisih antara harga beli dan harga jual kembali merupakan bunga.
Emisi Efek

b)

Penjamin

56 Pendapatan sehubungan dengan penjaminan emisi diakui pada saat aktivitas penjaminan emisi secara substansi telah selesai dan jumlah pendapatan telah dapat ditentukan. 57 Biaya yang timbul sehubungan proses penjaminan emisi diakumulasi dan dibebankan pada saat pendapatan penjaminan emisi diakui. Dalam hal kegiatan penjaminan emisi tidak diselesaikan dan emisi efek dibatalkan, maka biaya penjaminan emisi tersebut dibebankan pada periode berjalan. 58 Penerimaan uang pemesanan efek diakui dan disajikan tersendiri sebagai aktiva dan kewajiban.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

42.13

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Manajer Investasi

59 Pendapatan dari jasa pengelolaan investasi nasabah dan jasa penasehat investasi diakui pada saat jasa diberikan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. Biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan pengelolaan investasi dan penasehat investasi dibebankan pada saat terjadinya. 60 Dana yang diterima dalam rangka aktivitas manajer investasi sebagai pengelola investasi nasabah (Non Reksa Dana) diakui sebagai kewajiban. 61 Pada saat perolehan, efek yang dibeli untuk investasi sendiri dicatat sebagai portofolio efek berdasarkan biaya perolehan, dan diklasifikasikan sesuai dengan tujuan perolehannya, sebagai berikut: a) Efek hutang dan ekuitas untuk diperdagangkan (trading). Perdagangan dalam hal ini mencerminkan pembelian dan penjualan yang aktif dan sering dengan tujuan memperoleh keuntungan atas perbedaan jangka pendek. Efek hutang untuk dimiliki hingga jatuh tempo (hold to maturity). Efek yang diklasifikasi dalam kategori ini terbatas pada efek hutang dengan tujuan memperoleh pendapatan bunga dan efek hutang tersebut baru akan dicairkan pada saat jatuh tempo. Efek hutang tidak boleh diklasifikasikan dalam kategori ini jika maksud pemilikannya hanya untuk periode yang tidak ditentukan, apabila efek hutang tersebut tersedia untuk dijual, untuk menghadapi: 1) Perubahan tingkat bunga pasar dan perubahan yang berhubungan dengan risiko sejenis. 2) Kebutuhan likuiditas. 3) Perubahan dalam ketersediaan dan hasil investasi alternatif. 4) Perubahan dalam risiko mata uang asing. Efek hutang dan ekuitas yang tersedia untuk dijual (available for sale). Efek hutang yang masuk dalam kategori ini adalah

b)

c)

42.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

efek yang dimiliki untuk waktu yang tidak ditentukan karena, misalnya, dimaksudkan untuk suatu saat dijual guna memenuhi kebutuhan likuiditas atau sebagai bagian dari program manajemen risiko perusahaan. 62 Pada tanggal neraca, portofolio efek dinilai sesuai dengan klasifikasi efek yang bersangkutan, sebagai berikut: a) Efek hutang dan ekuitas untuk diperdagangkan dinyatakan berdasarkam harga pasar. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) harga pasar dilaporkan dalam laba rugi periode berjalan. Efek hutang untuk dimiliki hingga jatuh tempo dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi (ditambahkan) dengan amortisasi premi (diskonto). Efek hutang dan ekuitas yang tersedia untuk dijual dinyatakan berdasarkan harga pasar. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) harga pasar tidak diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan, melainkan disajikan secara terpisah sebagai komponen ekuitas. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dilaporkan dalam laporan laba rugi pada saat realisasi.

b)

c)

63 Portofolio efek Unit Penyertaan Reksa Dana yang diperoleh dalam rangka pendirian Reksa Dana dinyatakan sebesar biaya perolehan. Apabila NAB Unit Penyertaan Reksa Dana mengalami penurunan secara signifikan dan permanen, maka perlu dilakukan penyesuaian atas biaya perolehan tersebut. Portofolio efek Unit Penyertaan Reksa Dana dalam rangka pengelolaan investasi sendiri dinilai sesuai dengan tujuan perolehannya sebagaimana diuraikan pada paragraf 61 dan 62.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

42.15

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penyajian Neraca

Laporan

Keuangan

64 Neraca disajikan dengan menggunakan metode tidak dikelompokkan (unclassified) sehingga aktiva dan kewajiban tidak dikelompokkan menjadi elemen lancar dan elemen tidak lancar. Kelompok akun aktiva disajikan berdasarkan urutan likuiditas, sedangkan kelompok akun kewajiban dilaporkan berdasarkan urutan jatuh tempo. Laporan Laba Rugi

65 Beban dalam melakukan berbagai kegiatan perusahaan efek sulit diidentifikasi dengan jenis pendapatan yang diperoleh. Apabila tidak praktis dan ekonomis untuk menyajikan laporan laba rugi dalam bentuk multiple step , maka laporan laba rugi dapat disajikan dalam bentuk single step. 66 Apabila Laporan Laba Rugi disajikan secara single step, maka pendapatan dikelompokkan sedemikian rupa sehingga mencerminkan pendapatan dari masing-masing kegiatan usaha Perusahaan Efek, dan beban disajikan sesuai jenisnya.
Pengungkapan

67 Selain hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sebagaimana dijelaskan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang umum, Perusahaan Efek wajib mengungkapkan hal-hal berikut: a) Perlakuan akuntansi mengenai: 1) transaksi perantara dan pedagang efek, 2) transaksi jual efek dengan janji beli kembali, dan pembelian efek dengan janji jual kembali, 3) transaksi pinjam-meminjam efek, dan 4) pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan aktivitas perusahaan efek

42.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi perantara pedagang efek, penjamin emisi efek, dan manajer investasi.
Transisi

Masa

68 Jika penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi, maka perubahan tersebut dilaporkan secara prospektif.
Tanggal Berlaku Efektif

69 Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1998. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

42.17

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 2
EFEK

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI

PERUSAHAAN

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN ..................................................................... Karakteristik Usaha Perusahaan Efek ................................. Tujuan ............................................................................ Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... PENJELASAN ........................................................................ Perantara dan Pedagang Efek ....................................... Transaksi Efek ................................................................ Penilaian Efek ................................................................ Transaksi Pinjam - Meminjam Efek (Securities Lending and Borrowing) ..................... Transaksi Jual Efek dengan Janji Beli Kembali/Beli Efek Dengan Janji Jual Kembali (Repo/Reserve Repo) .......................................... Penjamin Emisi Efek ...................................................... Manajer Investasi ........................................................... Penyajian Laporan Keuangan ........................................ Laporan Laba - Rugi ...................................................... Pengungkapan ............................................................... PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 42 AKUNTANSI PERUSAHAAN EFEK ...................................... Masa Transisi ................................................................. Tanggal Berlaku Efektif .................................................. 01-11 01-06 07 08-10 11 12-49 12-13 14-19 20-23 24-26 27-28 29-36 37-44 45-46 47-48 49

50-69 68 69

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

PSAK No. 42 tentang AKUNTANSI PERUSAHAAN EFEK telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 20 Desember 1997 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 23 Desember 1997. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 23 Desember 1997 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P ERUSAHAAN E FEK

PSAK N O . 42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 23 Desember 1997 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

42.22

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN Tu j u a n 01 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi beserta pengungkapan transaksi anjak piutang baik bagi factor maupun bagi klien. Ruang Lingkup

02 Pernyataan ini hanya mengatur perlakuan akuntansi beserta pengungkapannya untuk transaksi anjak piutang. Pernyataan ini tidak mengatur perlakuan akuntansi untuk piutang yang digunakan sebagai jaminan pinjaman serta transaksi pengalihan aktiva lainnya, seperti sekuritasi aset (asset back securitization) dan transaksi pembelian kembali aset (repurchase). Definisi 03 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Anjak Piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha. Klien adalah perusahaan yang menjual dan atau mengalihkan piutang. Factor adalah lembaga pembiayaan atau lembaga lain yang membeli dan atau menerima pengalihan piutang. Nasabah adalah perusahaan yang mempunyai kewajiban kepada
klien

Retensi adalah bagian dana dari anjak piutang yang ditahan oleh factor untuk menutup kemungkinan terjadinya penyesuaian jumlah piutang sebelum jatuh tempo (misalnya, potongan dan pengembalian penjualan)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

43.1

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Recourse adalah hak factor untuk menerima pembayaran dari klien apabila piutang yang dialihkan tidak dapat dibayar oleh nasabah pada saat piutang tersebut jatuh tempo.
PENJELASAN Jenis Anjak Piutang

04 Kegiatan anjak piutang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jasa nonpembiayaan dan jasa pembiayaan. Jasa non pembiayaan meliputi jasa penata-usahaan penjualan secara kredit dan penagihan piutang klien, seperti: investigasi kredit (credit investigation); administrasi penjualan (sales ledger administration); penagihan (credit control and collection); dan proteksi terhadap risiko kredit (protection againts credit risk). Atas pemberian jasa tersebut, factor memperoleh fee dari klien (service fee dan atau handling fee). Jasa pembiayaan merupakan jasa pembelian dan atau pengalihan piutang jangka pendek dari kegiatan usaha, termasuk transaksi perdagangan dalam dan luar negeri. Anjak piutang pembiayaan ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: anjak piutang tanpa recourse dan anjak piutang dengan recourse. Atas anjak piutang pembiayaan ini, factor memperoleh bunga atau diskonto.

05 Anjak piutang tanpa recourse merupakan penjualan piutang atas dasar notifikasi. Klien menjual piutangnya kepada factor dan factor menanggung secara penuh risiko penagihan tanpa hak menerima pembayaran dari klien apabila terjadi kerugian atas piutang alihan yang tidak tertagih. Nasabah melakukan pembayaran atas piutang alihan langsung kepada factor. 06 Dalam anjak piutang dengan recourse, klien mempunyai kewajiban membayar seluruh (full recourse) atau sebagian (limited recourse) dana yang diperoleh dari piutang alihan, atau membeli kembali piutang alihan, dalam hal nasabah tidak membayar piutang alihan tersebut kepada factor pada saat jatuh tempo. 07 Anjak piutang dengan recourse diperlakukan sebagai penjualan piutang apabila memenuhi semua kriteria berikut: a) Klien tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan dan

43.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b) c)

tidak menanggung risiko kolektibilitas yang terkandung dalam piutang; Kewajiban klien dalan perjanjian recourse dapat diestimasi secara andal; dan Klien tidak memiliki kewajiban atau opsi untuk membeli kembali piutang tersebut.
Anjak Piutang bagi

Akuntansi Anjak

Factor

Piutang

tanpa

Recourse

08 Anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai tagihan anjak piutang sebesar nilai piutang yang diperoleh. Selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah penbayaran kepada klien ditambah retensi diakui sebagai pendapatan anjak piutang pada saat transaksi anjak piutang. 09 Tagihan anjak piutang tanpa recourse dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi. Sedangkan retensi diakui sebagai hutang retensi anjak piutang dan disajikan dalam neraca sabagai kewajiban.
10 Dalam transaksi anjak piutang tanpa recourse, factor memperlakukan piutang yang diperoleh dari klien sebagai pembelian piutang. Factor memperoleh hak sekaligus menanggung risiko kolektibilitas piutang. Dengan pembelian tersebut factor mengakui jumlah piutang alihan sebagai aktiva dengan nama akun tagihan anjak piutang. Di lain pihak, factor menanggung risiko kolektibilitas piutang dengan membentuk penyisihan piutang ragu-ragu. 11 Dalam anjak piutang tanpa recourse, factor telah memperoleh hak atas piutang. Oleh karena itu, bagian dana yang ditahan dalam rangka anjak piutang tersebut merupakan kewajiban dengan nama akun hutang retensi anjak piutang. Hutang retensi anjak piutang akan berkurang apabila terjadi penyesuaian terhadap piutang, misalnya klien memberikan potongan penjualan dan menerima pengembalian penjualan, dan saldonya akan dikembalikan kepada klien pada saat penyelesaian akhir anjak piutang.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

43.3

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Anjak

Piutang

dengan

Recourse

12 Anjak piutang dengan recourse, diakui sebagai tagihan anjak piutang sebesar nilai piutang yang diperoleh. Selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah pembayaran kepada klien ditambah retensi diakui sebagai pendapatan tangguhan selama periode anjak piutang.
13 Anjak piutang dengan recourse pada dasarnya merupakan pemberian pinjaman dengan jaminan piutang. Oleh karena itu, selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah pembayaran kepada klien ditambah retensi, merupakan pendapatan anjak piutang tangguhan dan diakui sebagai pendapatan selama periode anjak piutang.

14 Tagihan anjak piutang dengan recourse dinyatakan sebasar nilai bersih yang dapat direalisasi dan retensi disajikan sebagai pengurang tagihan anjak piutang.
15 Meskipun risiko kolektibilitas yang diperoleh dalam rangka anjak piutang dengan recourse tetap berada pada klien, factor tetap mempunyai risiko kolektibilitas atas pembiayaan yang diberikan. Oleh karena itu, tagihan anjak piutang dengan recourse harus dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi. 16 Dalam anjak piutang dengan recourse, retensi merupakan bagian dari pinjaman yang ditahan untuk menutupi kemungkinan penyesuaian piutang. Oleh karena itu, penyajian retensi sebagai pengurang tagihan anjak piutang lebih mencerminkan jumlah pinjaman yang sebenarnya. Akuntansi Anjak Anjak Piutang bagi Klien

Piutang

tanpa

Recourse

17 Anjak piutang tanpa recourse diperlakukan sebagai penjualan piutang. Selisih antara nilai piutang alihan dengan jumlah dana yang diterima ditambah retensi diakui sebagai kerugian atas transaksi anjak piutang.

43.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

18 Anjak piutang tanpa recourse memiliki substansi sebagai penjualan piutang. Klien tidak lagi memiliki manfaat ekonomi dan risiko kolektibilitas atas piutang alihan. Substansi penjualan piutang adalah berkurangnya jumlah piutang sebesar nilai tercatat dan timbulnya keuntungan atau kerugian. Dalam anjak piutang tanpa recourse, klien telah mengalihkan risiko kolektibilitas atas piutang sehingga tidak diperlukan penyisihan piutang ragu-ragu.

19 Kerugian atas transaksi anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai beban pada saat transaksi dan disajikan dalam laporan laba rugi sebagai beban usaha. 20 Dana yang ditahan (retensi) oleh factor dalam rangka anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai piutang retensi anjak piutang dan disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
21 Pada umumnya factor menahan sebagian dana dari anjak piutang untuk menutup kemungkinan terjadinya penyesuaian terhadap jumlah piutang alihan, seperti potongan dan pengembalian penjualan. Retensi tersebut akan dikembalikan oleh factor kepada klien pada saat jatuh tempo sehingga dicatat sebagai piutang retensi anjak piutang pada saat terjadinya transaksi. Anjak Piutang dengan

Recourse

22 Anjak piutang dengan recourse diakui sebagai kewajiban anjak piutang sebesar nilai piutang yang dialihkan. Selisih antara nilai piutang yang dialihkan dengan dana yang diterima ditambah retensi diakui sebagai beban bunga selama periode anjak piutang.
23 Dalam anjak piutang dengan recourse, klien mempunyai kewajiban untuk membayar kepada factor apabila piutang yang dialihkan tidak dapat dibayar oleh nasabah pada saat jatuh tempo. Anjak piutang ini mempunyai substansi sebagai pinjaman dengan jaminan piutang. Dengan demikian, klien mengakui anjak piutang ini sebagai kewajiban dan tetap mengakui piutang dalam laporan keuangan. Karena risiko kolektibilitas piutang tetap berada pada klien, maka klien harus menyajikan piutang sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi dengan membentuk penyisihan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

43.5

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

piutang ragu-ragu.

24 Kewajiban anjak piutang disajikan dalam neraca sebesar nilai piutang yang dialihkan dikurangi retensi dan beban bunga yang belum diamotisasi.
25 Dalam anjak piutang dengan recourse, retensi bukan merupakan kewajiban. Oleh karena itu, penyajian retensi sebagai pengurang kewajiban lebih mencerminkan jumlah kewajiban anjak piutang yang sebenarnya. Pengungkapan Pengungkapan oleh

Factor

26 Pengungkapan yang memadai harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: a) b) Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk anjak piutang. Jumlah tagihan anjak piutang tanpa recourse, termasuk anjak piutang dengan recourse yang memenuhi kriteria penjualan, jumlah hutang retensi anjak piutang dan pendapatan anjak piutang, serta pengungkapan mengenai ikatan penting lainnya yang diatur dalam perjanjian anjak piutang. Jumlah tagihan anjak piutang dengan recourse diungkapkan sebagai berikut: Tagihan anjak piutang Pendapatan anjak piutang tangguhan Retensi Penyisihan piutang ragu-ragu Tagihan anjak piutang bersih
Rp xxx

c)

(xxx) (xxx) xxx (xxx) xxx

43.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

d)

Pengungkapan mengenai ikatan penting yang diatur dalam perjanjian anjak piutang dengan recourse meliputi antara lain: tingkat bunga, jatuh tempo dan jumlah piutang yang diperoleh.
oleh Klien

Pengungkapan

27. Pengungkapan yang memadai harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) b)

Kebijakan akuntansi mengenai transaksi anjak piutang baik tanpa recourse maupun dengan recourse. Jumlah piutang yang dialihkan dalam rangka anjak piutang dengan recourse, termasuk anjak piutang dengan recourse yang memenuhi kriteria penjualan. Pengungkapan ini juga meliputi jumlah kerugian, piutang retensi anjak piutang, jatuh tempo, dan ikatan penting lainnya yang diatur dalam perjanjian anjak piutang. Jumlah kewajiban anjak piutang dalam rangka anjak piutang dengan recourse. Pengungkapan ini meliputi beban bunga, retensi, jatuh tempo dan jumlah piutang alihan, serta ikatan penting lainnya yang diatur dalam perjanjian anjak piutang. Jumlah kewajiban anjak piutang dengan recourse diungkapkan sebagai berikut. Kewajiban anjak piutang Retensi Bunga yang belum diamortisasi Kewajiban anjak piutang bersih
Rp xxx (xxx) (xxx) xxx

c)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

43.7

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN AKUNTANSI

STANDAR AKUNTANSI ANJAK PIUTANG

KEUANGAN

NO.

43

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 43 terdiri dari paragraf 28 s.d 42. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 s.d 27. Jenis Anjak Piutang

28 Anjak piutang tanpa recourse merupakan penjualan piutang atas dasar notifikasi. Klien menjual piutangnya kepada factor dan factor menanggung secara penuh risiko penagihan tanpa hak menerima pembayaran dari klien apabila terjadi kerugian atas piutang alihan yang tak tertagih. Nasabah melakukan pembayaran atas piutang alihan langsung kepada factor. 29 Dalam anjak piutang dengan resourse, klien mempunyai kewajiban membayar seluruh (full recourse) atau sebagian (limited recourse) dana yang diperoleh dari piutang alihan,atau membeli kembali piutang alihan, dalam hal nasabah tidak membayar piutang alihan tersebut kepada factor pada saat jatuh tempo. 30 Anjak piutang dengan recourse diperlakukan sebagai penjualan piutang apabila memenuhi semua kriteria berikut: a) Klien tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan dan tidak menanggung risiko kolektibilitas yang terkandung dalam piutang; Kewajiban klien dalam perjanjian recourse dapat diestimasi secara andal; dan Klien tidak memiliki kewajiban atau opsi untuk membeli kembali piutang tersebut.

b) c)

43.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Akuntansi Anjak

Anjak

Piutang

bagi

Factor

Piutang

tanpa

Recourse

31 Anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai tagihan anjak piutang sebesar nilai piutang yang diperoleh. Selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah pembayaran kepada klien ditambah retensi diakui sebagai pendapatan anjak piutang pada saat transaksi anjak piutang. 32 Tagihan anjak piutang tanpa recourse dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi. Sedangkan retensi diakui sebagai hutang retensi anjak piutang dan disajikan dalam neraca sebagai kewajiban.
Anjak Piutang dengan

Recourse

33 Anjak piutang dengan recourse diakui sebagai tagihan anjak piutang sebesar nilai piutang yang diperoleh. Selisih antara tagihan anjak piutang dengan jumlah pembayaran kepada klien ditambah retensi diakui sebagai pendapatan tangguhan selama periode anjak piutang. 34 Tagihan anjak piutang dengan recourse dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi dan retensi disajikan sebagai pengurang tagihan anjak piutang.
Akuntansi Anjak Anjak Piutang bagi Klien

Piutang

tanpa

Recourse

35 Anjak piutang tanpa recourse diperlakukan sebagai penjualan piutang. Selisih antara nilai piutang alihan dengan jumlah dana yang diterima ditambah retensi diakui sebagai kerugian atas transaksi anjak piutang. 36 Kerugian atas transaksi anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai beban pada saat transaksi disajikan dalam laporan laba rugi sebagai beban usaha.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

43.9

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

37 Dana yang ditahan (retensi) oleh factor dalam rangka anjak piutang tanpa recourse diakui sebagai piutang retensi anjak piutang dan disajikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.
Anjak Piutang dengan

Recourse

38 Anjak piutang dengan recourse diakui sebagai kewajiban anjak piutang sebesar nilai piutang yang dialihkan. Selisih antara nilai piutang yang dialihkan dengan dana yang diterima ditambah retensi diakui sebagai beban bunga selama periode anjak piutang. 39 Kewajiban anjak piutang disajikan dalam neraca sebesar nilai piutang yang dialihkan dikurangi retensi dan beban bunga yang belum diamortisasi.
Pengungkapan Pengungkapan oleh

Factor

40 Pengungkapan yang memadai harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sebagai berikut: a) b) Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk anjak piutang. Jumlah tagihan anjak piutang tanpa recourse, termasuk anjak piutang dengan recourse yang memenuhi kriteria penjualan, jumlah hutang retensi anjak piutang dan pendapatan anjak piutang, serta pengungkapan mengenai ikatan penting lainnya yang diatur dalam perjanjian anjak piutang. Jumlah tagihan anjak piutang dengan recourse diungkapkan sebagai berkut:

c)

43.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Tagihan anjak piutang Pendapatan anjak piutang tangguhan Retensi Penyisihan piutang ragu-ragu Tagihan anjak piutang bersih d)

Rp xxx (xxx) (xxx) xxx (xxx) xxx

Pengungkapan mengenai ikatan penting yang diatur dalam perjanjian anjak piutang dengan recourse meliputi antara lain: tingkat bunga, jatuh tempo dan jumlah piutang yang diperoleh.
oleh Klien

Pengungkapan

41 Pengungkapan yang memadai harus dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai hal-hal sabagai berikut: a) b) Kebijakan akuntansi mengenai transaksi anjak piutang baik tanpa recourse maupun dengan recourse. Jumlah piutang yang dialihkan dalam rangka anjak piutang tanpa recourse, termasuk anjak piutang dengan recourse yang memenuhi kriteria penjualan. Pengungkapan ini juga meliputi jumlah kerugian, piutang retensi anjak piutang, jatuh tempo, dan ikatan penting lainnya yang diatur dalam perjanjian anjak piutang. Jumlah kewajiban anjak piutang dalam rangka anjak piutang dengan recourse. Pengungkapan ini meliputi beban bunga, retensi, jatuh tempo dan jumlah piutang alihan, serta ikatan penting lainnya yang diatur dalam perjanjian anjak piutang.

c)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

43.11

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

d)

Jumlah kewajiban anjak piutang dengan recourse diungkapkan sebagai berikut: Kewajiban anjak piutang Retensi Bunga yang belum diamortisasi Kewajiban anjak piutang bersih Rp xxx (xxx) (xxx) xxx

Tanggal Berlaku Efektif


42. Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1998. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

43.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

43.13

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 3

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI

ANJAK

PIUTANG

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN ..................................................................... Tujuan ............................................................................ Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... PENJELASAN ........................................................................ Jenis Anjak Piutang ....................................................... Akuntansi Anjak Piutang Bagi Factor ............................. Anjak Piutang Tanpa Recourse ............................ Anjak Piutang Dengan Recourse ......................... Akuntansi Anjak Piutang bagi Klien ............................... Anjak Piutang tanpa Recourse ............................ Anjak Piutang dengan Recourse .......................... Pengungkapan ............................................................... Pengungkapan oleh Factor ................................... Pengungkapan oleh Klien ..................................... PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 43 AKUNTANSI ANJAK PIUTANG ............................................. Pengungakapan ............................................................. Tanggal Efektif ............................................................... 01-03 01 02 03 04-27 04-07 08-16 08-11 12-16 17-25 17-21 22-25 26-27 26 27

28-42 40-41 42

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

PSAK No. 43 tentang AKUNTANSI ANJAK PIUTANG telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 20 Desember 1997 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntansi Indonesia pada tanggal 23 Desember 1997. Penyatan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 23 Desember 1997 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A NJAK P IUTANG

PSAK N O . 43

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 23 Desember 1997 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN Tu j u a n 01 Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang secara khusus, berkaitan dengan aktivitas pengembangan real estat (real estat development activities). Hak-hak umum atau hal-hal yang tidak diatur dalam Pernyataan ini, harus diperlakukan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ruang Lingkup

02 Pernyataan ini harus diterapkan untuk perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real astat, walaupun aktivitas pengembangan real estat tersebut bukan aktivitas utama perusahaan. 03 Pernyataan ini berlaku bagi setiap laporan keuangan perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real estat. 04 Pernyataan ini tidak mengatur real estat yang dibangun sendiri oleh suatu perusahaan, untuk digunakan sendiri atau disewakan kepada pihak lain karena, menurut definisi, real estat tersebut termasuk aktiva tetap. Pernyataan ini juga tidak mengatur real estat yang merupakan investasi perusahaan,baik sebagai investasi lancar maupun investasi jangka panjang. Definisi 05 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Aktivitas pengembangan real estat adalah kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan dan atau bangunan komersial dan atau bangunan industri. Bangunan tersebut dimaksudkan untuk dijual atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara eceran (retail). Aktivitas pengembangan real estat juga mencakup perolehan kapling tanah untuk dijual tanpa bangunan. Perusahaan pengembang adalah perusahaan yang melakukan aktivitas

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.1

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pengembangan real estat.

Unit bangunan adalah unit properti perumahan dan atau kemersial dan atau industri beserta kapling tanahnya. Proyek adalah semua unit bangunan yang dibangun pada suatu area geografis, termasuk kapling tanah kosong untuk dijual. Unit real estat mencakup (1) unit properti perumahan dan atau komersial dan atau industri beserta kapling tanahnya, dan (2) kapling tanah tanpa bangunan. Harga jual relatif adalah perbandingan antara harga jual dari setiap jenis unit real estat dengan jumlah harga jual semua jenis real estat yang dibangun pada suatu proyek pengembangan real estat. Harga jual yang dimaksud adalah harga jual estimasian kini. Pengikatan jual beli adalah kesempatan antara pihak pembeli dan pihak penjual untuk mengadakan perjanjian jual beli satu atau lebih unit real estat pada periode mendatang. Sejak tanggal ditandatangani, kedua belah pihak telah terikat oleh kesepakatan tersebut sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian jual beli adalah perjanjian antara pihak pembeli dan pihak penjual yang mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak yang berkaitan dengan satu atau lebih unit real estat. Sejak tanggal ditandatangani, perjanjian tersebut berkekuatan hukum, dan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut dapat dipaksakan secara hukum. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomik yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode apabila arus masuk tersebut meningkatkan jumlah ekuitas selain peningkatan yang berasal dari kontribusi penanaman modal. Laba adalah pendapatan dari penjualan unit bangunan dan atau penjualan kapling tanah tanpa bangunan dikurangi dengan beban pokok penjualan real estat (cost of sales) tersebut.

44.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENJELASAN Pengakuan Pendapatan Bangunan

Penjualan Bangunan Rumah, Ruko dan Sejenis Lainnya beser ta Kapling Tanahnya

06 Pendapatan penjualan bangunan rumah, ruko, bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method) apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi: a) b) c) proses penjualan telah selesai; harga jual akan tertagih; tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan penjual telah mengendalikan risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak lagi berkewajiban atau terlibat secara signifikan dengan unit bangunan tersebut.

d)

07 Pengakuan pendapatan dengan metode akrual penuh dilakukan atas seluruh nilai jual dengan cara sebagai berikut: a) Piutang bersih didiskontokan ke nilai sekarang dengan menggunakan tingkat bunga yang sesuai, yang tidak boleh lebih rendah dari tingkat bunga yang diperjanjikan di pengikatan atau perjanjian jual beli. Diskonto tidak dilakukan bila umur sisa tagihan kurang dari 12 bulan. Dibuat penyisihan untuk piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Apabila penjual merencanakan untuk memberikan potongan

b) c)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.3

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

harga jual atau memperjanjikan hal demikian dalam pengikatan atau perjanjian jual beli sebagai insentif bagi pembeli untuk melunasi utangnya lebih awal, jumlah potongan harga yang diperkirakan akan diambil pembeli harus ditaksir dan dibukukan pada saat penjualan. Potongan harga yang diberikan secara seketika atau tanpa rencana dibebankan ke laba rugi pada periode pemberiannya.
08 Proses penjualan dianggap telah selesai apabila pengikatan jual beli atau perjanjian jual beli telah berlaku, yaitu apabila pengikatan atau perjanjian tersebut telah ditandatangani oleh kedua belah pihak telah memenuhi persyaratan yang tercantum dalam pengikatan atau perjanjian jual beli agar pengikatan atau perjanjian tersebut berlaku. 09 Harga jual diangap akan tertagih apabila jumlah pembayaran oleh pembeli telah memadai, yaitu apabila jumlah pembayaran oleh pembeli setidaknya telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli. 10 Tagihan penjual bersifat subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli di masa yang akan datang bila penjual mengizinkan pembeli untuk menggunakan aktiva real estat yang dijualnya tersebut sebagai hipotik pertama dan tagihannya subordinasi terhadap hak penagih hipotik tersebut. 11 Penjual dianggap telah mengalihkan kepada pembeli seluruh risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan, apabila penjual tidak lagi terlibat dengan unit bangunan yang dijual, dan unit bangunan tersebut telah siap ditempati atau digunakan. 12 Dalam transaksi penjualan real estat, pembeli mungkin diberi kesempatan mencicil tanpa dikenakan bunga. Apabila masa cicilan lebih dari 12 bulan, maka pendapatan penjualan harus diakui hanya sebesar nilai sekarang dengan mengakui pendapatan bunga yang masih akan diterima.

44.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pengakuan Laba bila Metode Akrual Penuh Tidak Terpenuhi

13 Apabila suatu transaksi real estat tidak memenuhi kriteria pengakuan laba dengan metode akrual penuh sebagaimana diatur dalam paragraf 06, pengakuan penjualan ditangguhkan dan transaksi tersebut diakui dengan metode deposit (deposit method) sampai seluruh kriteria penggunaan metode akrual penuh terpenuhi. 14 a) Penerapan metode deposit adalah sebagai berikut:

penjual tidak mengakui pendapatan atas transaksi penjualan unit real estat, penerimaan pembayaran oleh pembeli dibukukan sebagai uang muka; piutang dari transaksi penjualan unit real estat tidak diakui; unit real estat tersebut tetap dicatat sebagai aktiva penjual, demikian juga dengan kewajiban yang terkait dengan unit real estat tersebut, walaupun kewajiban tersebut telah dialihkan ke pembeli; khusus untuk unit real estat sebagaimana disebutkan dalam paragraf 28, penyusutan atas unit real estat tersebut tetap diakui oleh penjual.

b) c)

d)

15 Dalam hal penjualan telah mengalihkan hutang yang terikat pada unit real estat yang dijual, sedangkan transaksi tersebut belum memenuhi persyaratan pengakuan pendapatan, hutang tersebut tidak boleh dikurangkan dari nilai tercatat unit real estat yang bersangkutan. Pencicilan atau pelunasan oleh pembeli atas hutang unit real estat yang telah dialihkan kepada pembeli dibukukan sebagai uang muka dengan mengurangi saldo hutang yang bersangkutan. Penjual harus melakukan pengungkapan bahwa unit tersebut telah terikat pada pengikatan atau perjanjian jual beli. 16 Apabila perjanjian jual beli dibatalkan tanpa adanya keharusan pembayaran kembali uang muka yang telah diterima oleh penjual, maka uang muka tersebut diakui sebagai pendapatan pada saat pembatalan. Pada saat uang muka atas penjualan unit real estat diakui

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.5

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

sebagai penjualan, komponen bunga dari uang muka tersebut harus diakui sebagai pendapatan bunga. Ketelibatan Penjual faat Kepemilikan Tanpa Pengalihan Risiko dan Man-

17. Keterlibatan penjual tanpa pengalihan risiko dan manfaat kepemilikan masih ada, apabila: a) Penjual masih akan terlibat secara signifikan dengan unit bangunan yang dijual dan tidak mengalihkan, secara signifikan, risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan yang telah dijual. Penjual menjamin hasil yang akan diperoleh pembeli dari investasinya atau menjamin hasil atas investasi tersebut untuk suatu periode tertentu. Penjual diharuskan untuk memulai atau mendukung kegiatan atau terus mengoperasikan unit bangunan atas risiko sendiri, atau dapat dianggap menanggung risiko tersebut untuk suatu periode tertentu.

b)

c)

18 Penjual tidak boleh mengakui penjualan, apabila terdapat kewajiban untuk membeli kembali unit bangunan yang telah dijual atau pembeli dapat memaksanya untuk membeli kembali unit bangunan tersebut. Apabila penjual memiliki opsi untuk membeli kembali unit bangunan yang telah dijual, maka perlakuannya mengacu kepada PSAK 30, Akuntansi Sewa Guna Usaha, kecuali apabila kemungkinan pelaksanaan opsi tersebut sangat kecil. 19 Apabila pengikatan atau perjanjian jual beli mensyaratkan pemberian jasa manajemen (management service) sesudah penjualan atas unit bangunan tanpa kompensasi atau dengan kompensasi di bawah tarif normal, kompensasi tersebut diestimasi untuk seluruh masa jasa dan dikurangkan dari pendapatan yang diakui sebagai biaya yang masih harus dibayar. 20 Apabila penjual melakukan penjualan parsial (partial sale), yaitu penjual memiliki atau memperoleh saham pembeli, laba

44.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

diakui pada saat penjualan jika persyaratan pengakuan pendapatan telah terpenuhi. Dalam hal ini laba yang diakui adalah proposional dengan hak pemilikan pihak ketiga di perusahaan pembeli pada saat penjualan. Seandainya penjual mengendalikan pembeli, maka laba penjualan tidak boleh diakui sampai realisasi penjualan melalui transaksi dengan pihak ketiga, baik dengan penjualan ataupun pengoperasian unit bangunan tersebut. 21 Penjualan unit bangunan mungkin mencakup atau disertai suatu pernjanjian yang mengharuskan penjual untuk mengembangkan real estat pada masa mendatang, dan membangun fasilitas yang dijanjikan atau yang menjadi kewajiban penjual. Dalam kondisi tersebut, penjualan bangunan rumah, ruko dan bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya, diakui dengan metode akrual penuh hanya apabila seluruh biaya, termasuk biaya fasilitas yang dijanjikan, ataupun yang diwajibkan dan menjadi beban penjual walaupun belum dibangun ataupun diselesaikan, diakui dengan metode akrual. 22 Penjualan unit bangunan mungkin mencakup atau disertai suatu perjanjian yang memungkinkan penjual ikut menikmati laba pada masa mendatang atau nilai sisa unit bangunan. Sepanjang perjanjian tersebut tidak disertai oleh kewajiban tambahan atau risiko kerugian, pengakuan pendapatan penjualan unit bangunan tidak perlu ditangguhkan apabila transaksi tersebut memenuhi kriteria pengakuan pendapatan penjualan dengan metode akrual penuh. Pendapatan masa mendatang hanya boleh diakui apabila pendapatan tersebut telah terealisasi. Semua biaya penjualan diakui pada saat pengakuan penjualan dan tidak ada biaya penjualan yang boleh ditangguhkan, termasuk estimasi atas biaya yang akan terjadi.
Penjualan Bangunan Kondominium, Apartemen, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan dan Bangunan Sejenis Lainnya serta Unit dalam Kepemilikan Time Sharing 23 Penyelesaian suatu aktivitas pengembangan real estat mungkin mencakup lebih dari satu periode akuntansi. Dalam kondisi tersebut, metode akuntansi yang digunakan untuk aktivitas pengembangan real estat adalah metode persentase penyelesaian (precentage-of- completion method).

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.7

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

24 Dengan metode persentase penyelesaian, jumlah pendapatan, beban, dan pendapatan yang diakui pada setiap periode akuntansi ditentukan sesuai dengan tingkat (persentase) penyelesaian dari unit bangunan. Pengakuan pendapatan dengan dasar persentase penyelesaian memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan karena jumlah pendapatan diakui secara proporsional dengan jumlah beban untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Atau dengan kata lain, penggunaan metode presentase penyelesaian menyebabkan perusahaan dapat menandingkan dengan lebih akurat pendapatan dengan beban untuk menghasilkan pendapatan tersebut. 25 Tingkat penyelesaian suatu aktivitas pengembangan real estat dapat ditentukan dengan berbagai metode. Perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal hasil aktivitas pengembangan real estat, yang dapat berupa: a) b) survey pekerjaan yang telah dilaksanakan; proporsi (dalam persentase) aktivitas pengembangan real estat yang telah dilaksanakan sampai suatu tanggal tertentu terhadap total aktivitas pengembangan real estat yang harus dilaksanakan; atau proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu terhadap estimasi total biaya aktivitas pengembangan real estat.

c)

26 Pendapatan penjualan unit bangunan kondominium, apartemen, perkantoran, pusat belanja dan bangunan sejenis lainnya, serta unit dalam kepemilikan secara time sharing, diakui dengan metode persentase penyelesaian, (percentage-of-completion method) apabila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi: a) proses konstruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah selesai dan semua persyaratan untuk memulai pembangunan telah terpenuhi; jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; dan

b)

44.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

c)

jumlah pendapatan penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi dengan andal.

27 Apabila satu atau lebih kriteria yang tersebut pada paragraf 26 tidak terpenuhi, maka jumlah uang yang telah diterima dari pembeli diakui sebagai uang muka (deposit) dengan metode deposit sebagaimana diatur dalam paragraf 14, sampai seluruh kriteria tersebut terpenuhi. 28 Pendapatan penjualan unit bangunan kondominium, apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya, serta unit dalam kepemilikan secara time sharing yang telah selesai proses pembangunannya diakui dengan metode akrual penuh sesuai dengan kriteria sebagaimana disebutkan dalam paragraf 06. Dalam hal ini, persyaratan pengakuan laba sebagaimana diatur dalam paragraf 13-14 dan paragraf 17-22 juga berlaku untuk transaksi tersebut.
29 Untuk menentukan apakah jumlah pendapatan penjualan unit bangunan dapat diestimasi dengan andal, faktor-faktor ini harus dipertimbangkan: volume penjualan, trend harga penjualan tiap unit bangunan, pengalaman perusahaan pengembang, lokasi geografis, dan kondisi lingkungan unit bangunan. Beberapa unit bangunan mungkin lebih disukai oleh pembeli karena lokasi atau karena panorama lingkungan. Pada kondisi lain, mungkin unit bangunan tertentu sulit terjual. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa harga unit bangunan tertentu mungkin tidak mencerminkan nilai yang dapat direalisasi sehingga pada akhirnya unit bangunan tersebut harus dijual dengan potongan harga. 30 Kemampuan untuk mengestimasi biaya unit bangunan (terutama biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan unit bangunan) adalah syarat utama untuk pengakuan pendapatan. Untuk menentukan apakah perusahaan pengembang dapat mengestimasi biaya unit bangunan, faktor yang harus dpertimbangkan adalah: pengalaman perusahaan pengembang, tipe kontrak konstruksi dan situasi ekonomi saat ini yang berpengaruh terhadap biaya konstruksi. 31 Jumlah tagihan kepada pembeli dan pembayaran yang diterima tidak mencerminkan tahap penyelesaian sehingga tagihan dan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.9

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pembayaran tersebut tidak dapat dianggap sama dengan pendapatan yang telah diperoleh. 32 Penerapan metode persentase penyelesaian dipengaruhi oleh risiko kesalahan dalam melakukan estimasi atas penyelesaian proyek. Oleh karena itu, prinsip kehati-hatian (prudence) harus diterapkan dalam melakukan estimasi atas pendapatan dan biaya. Penjualan Kapling Tanah Tanpa Bangunan

33 Pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, diakui dengan menggunakan metode akrual penuh (full accrual method) pada saat pengikatan jual beli apabila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi: a) jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; harga jual akan tertagih; tagihan penjual tidak subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli di masa yang akan datang; dan proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kapling tanah yang dijual, seperti kewajiban untuk mematangkan kapling tanah atau kewajiban untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi kewajiban penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan peraturan perundang-undangan; dan hanya kapling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas kapling tanah tersebut.

b) c) d)

e)

34 Kondisi keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan dapat dilihat dari persyaratan dalam pengikatan jual beli, yaitu apakah penjual dipersyaratkan untuk terlibat atau bertanggung jawab atas pendirian

44.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

bangunan. Apabila sebelumnya telah terjadi pengikatan jual beli atas tanah dan bangunan atau hanya tanah saja, kemudian pengikatan tersebut diubah menjadi pengikatan jual beli tanah saja atau sebaliknya, maka perlakuan akuntansi atas transaksi tersebut didasarkan pada pengikatan jual beli yang pertama.

35 Untuk pengakuan pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, kewajiban penjual untuk membangun fasilitas yang dijanjikan atau menjadi kewajiban penjual dianggap telah terpenuhi apabila fasilitas-fasilitas pokok (seperti jalan penghubung dan saluran drainase/pembuangan) telah selesai dibangun. 36 Apabila kriteria pengakuan pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan dengan metode akrual penuh tidak terpenuhi, maka penjualan kapling tanah tanpa bangunan diakui dengan metode deposit.
Unsur-Unsur Biaya Pengembangan Proyek Real Estat

37 Biaya yang berhubungan langsung dengan aktivitas pengembangan real estat dan biaya proyek tidak langsung yang berhubungan dengan beberapa proyek real estat dialokasi dan dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat. Biaya yang tidak jelas hubungannya dengan suatu proyek real estat, seperti biaya umum dan administrasi, diakui sebagai beban pada saat terjadinya. 38 Berikut ini adalah biaya aktivitas pengembangan real estat yang dikapitalisai ke proyek pengembangan real estat: a) b) c) d) e) biaya praperolehan tanah (preacquisition costs); biaya perolehan tanah; biaya yang secara langsung berhubungan dengan proyek; biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat; dan biaya pinjaman.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.11

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Biaya

Praperolehan

Tanah

39 Biaya praperolehan tanah dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat apabila kriteria berikut ini terpenuhi: a) b) c) biaya tersebut teridentifikasi secara langsung dengan proyek tertentu; biaya tersebut akan dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat apabila tanah telah diperoleh; dan perusahaan pengembang harus secara aktif mengusahakan perolehan tanah dan mampu membiayai atau memperoleh pendanaan yang memadai.

40 Biaya praperolehan tanah mencakup biaya sebelum perolehan tanah atau sampai perusahaan memperoleh izin perolehan tanah dari Pemerintah. Biaya praperolehan tanah yang dapat dikapitalisasi adalah biaya yang berhubungan dengan aktivitas perolehan tanah. Biaya praperolehan tanah mencakup, tetapi tidak terbatas pada komponen biaya sebagai berikut: a) b) c) d) e) f) biaya pengurusan izin Pemerintah; biaya konsultasi hukum; biaya studi kelayakan; gaji karyawan; biaya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; dan imbalan untuk ahli pertanahan.

41 Pada saat tanah berhasil diperoleh, biaya praperolehan tanah dipindahkan ke biaya proyek pengembangan real estat. Apabila besar kemungkinan (probable) tanah tidak akan berhasil diperoleh, biaya praperolehan tanah langsung diakui sebagai beban pada laporan laba rugi.

44.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Biaya

Perolehan

Tanah

42 Biaya perolehan tanah mencakup biaya pembelian area tanah, termasuk semua biaya yang secara langsung mengakibatkan tanah tersebut siap digunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Biaya perolehan tanah mencakup, tetapi tidak terbatas pada komponen biaya sebagai berikut: a) biaya perolehan tanah, termasuk biaya perolehan bangunan (yang tidak akan digunakan sebagai bangunan), tanaman dan lain-lain yang berada di atas tanah tersebut; biaya gambar topografi; biaya pembuatan cetak biru (master plan); biaya pengurusan dokumen hukum; bea balik nama; komisi untuk perantara; imbalan jasa profesional seperti ahli lingkungan hidup, ahli pertanahan, ahli hukum, ahli konstruksi; dan biaya pematangan tanah, termasuk biaya peruntuhan bangunan. secara Langsung Berhubungan dengan

b) c) d) e) f) g) h)

Biaya yang Proyek

43 Biaya yang secara langsung berhubungan dengan proyek mencakup, tetapi tidak terbatas pada komponen biaya sebagai berikut: a) b) c) gaji pekerja lapangan, termasuk gaji supervisor; biaya bahan yang digunakan dalam proyek; penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam proyek;

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.13

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

d) e) f) g) h) i)

biaya pemindahan sarana, peralatan dan bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan proyek; biaya penyewaan sarana dan peralatan; biaya perancangan dan bantuan teknis (technical assistance) yang secara langsung berhubungan dengan proyek; imbalan jasa profesional, seperti ahli pertamanan, ahli lingkungan hidup, arsitek, ahli kontruksi; biaya pengurusan pengikatan jual beli; dan biaya pengurusan perjanjian jual beli. dapat Real Diatribusikan Estat pada Aktivitas

Biaya yang Pengembangan

44 Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat mencakup, tetapi tidak terbatas pada komponen berikut ini: a) b) c) d) asuransi; biaya perancangan dan bantuan teknis (technical assistance) yang tidak secara langsung berhubungan dengan proyek tertentu; biaya overhead konstruksi; biaya pembangunan infrastruktur umum, seperti tempat ibadah umum, taman umum, jalan umum, pasar, sekolah, kantor polisi, rumah sakit atau poliklinik, tempat pemakaman, dan lain-lain; dan imbalan jasa profesional dan perencanaan seluruh proyek; dan biaya pinjaman.

e) f)

45 Biaya pembangunan sarana umum yang dapat dikomersialkan diperlakukan sesuai dengan rencana manajemen sebagai

44.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

berikut: a) Apabila sarana tersebut akan dijual atau dialihkan sehubungan dengan penjualan unit yang ada, maka biaya yang melebihi hasil yang diperkirakan akan diperoleh dialokasikan sebagai beban proyek. Biaya tersebut termasuk perkiraan beban operasional masa depan yang akan ditanggung penjual. Apabila sarana tersebut akan dijual tersendiri atau akan dimiliki oleh pengembang, kelebihan biaya dari taksiran nilai wajar pada saat sarana tersebut secara substansial selesai secara fisik dialokasikan sebagai beban proyek.

b)

46 Alokasi biaya sarana umum dilakukan ke unit-unit tanah yang memperoleh manfaat dari sarana tersebut. Pendapatan yang diperoleh sebelum sarana secara fisik selesai secara substansial dikurangkan dari biaya sarana. Biaya Pinjaman

47 Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan aktivitas pengembangan real estat harus dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 26, Biaya Pinjaman, (Revisi 1997).

48 Sesuai dengan siklus usahanya yang panjang karena usaha yang diperlukan untuk membebaskan area yang diusahakan dan kegiatan pengembangan yang dilakukan dalam berbagai tahapan dengan tingkat pengembangan yang berbeda-beda, maka perusahaan pengembang tetap mengkapitalisasi biaya pinjaman yang berhubungan dengan kegiatan pengembangan. Kapitalisasi beban pinjaman tersebut dihentikan pada saat unit real estat tersebut secara substansial siap untuk digunakan sesuai dengan tujuannya atau jika bagian yang telah selesai dapat segera digunakan sementara bagian lainnya masih dalam penyelesaian, sesuai dengan paragraf 33 dan 34 PSAK 26, Biaya Pinjaman (Revisi 1997). Kapitalisasi juga dihentikan apabila kegiatan konstruksi bangunan tertunda cukup lama sesuai dengan paragraf 32 PSAK 26 Biaya Pinjaman (Revisi 1997).

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.15

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penyisihan

dan

Alokasi

49 Akumulasi biaya ke proyek pengembangan real estat tidak boleh dihentikan walaupun realisasi pendapatan pada masa mendatang lebih rendah dari nilai tercatat proyek. Namun, dilakukan penyisihan secara periodik atas perbedaan tersebut. Jumlah penyisihan tersebut akan mengurangi nilai tercatat proyek dan dibebankan ke laba rugi tahun berjalan. 50 Biaya yang telah dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat dialokasi ke setiap unit real estat dengan metode identifikasi khusus. Apabila metode identifikasi khusus tidak mungkin diterapkan maka biaya yang telah dikapitalisasi tersebut dialokasi berdasarkan perbandingan harga jual. Apabila metode perbandingan harga jual tidak mungkin diterapkan maka biaya yang dikapitalisasi tersebut dialokasi dengan dasar luas areal atau metode lain yang sesuai dengan kondisi proyek pengembangan real estat. Metode tersebut harus diterapkan secara konsisten.
Perlakuan Akuntansi untuk Hal-hal Khusus

51 Estimasi dan alokasi biaya harus dikaji kembali pada setiap akhir periode pelaporan sampai proyek selesai secara subtantial. Apabila telah terjadi perubahan mendasar pada estimasi kini, biaya direvisi dan direalokasi.
52 Revisi terhadap estimasi biaya/pendapatan yang, pada umumnya, dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat harus dialokasi kepada proyek yang sedang berjalan dan proyek masa mendatang. Penyesuaian yang berasal dari penyesuaian periode berjalan dan penyesuaian periode sebelumnya harus diakui pada laporan laba rugi periode berjalan, sedangkan penyesuaian yang berkaitan dengan periode mendatang harus dialokasi selama sisa periode pengembangan.

53 Apabila timbul kemungkinan pembatalan pengikatan jual beli, pendapatan yang telah diakui segera disesuaikan.
54 Apabila suatu proyek tertentu diperkirakan akan rugi, penyisihan harus segera dibuat untuk jumlah kerugian tersebut (termasuk

44.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

biaya yang akan terjadi pada periode timbulnya kewajiban akibat produk cacat). 55. Tanda jadi untuk pembelian yang batal, biaya administrasi dan pendapatan bunga dari para pembeli, biaya perbaikan (yang tidak ditanggung oleh kontraktor), dan biaya pemeliharaan sebelum penyerahan, harus langsung diakui pada laporan laba rugi pada saat terjadinya.

Penyajian
56. Dalam penyajian neraca perusahaan yang aktivitas utamanya adalah aktivitas pengembangan real estat, aktiva dan kewajiban tidak dikelompokkan menurut lancar dan tidak lancar (unclassified). 57. Dalam penyajian neraca perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real estat tetapi aktivitas pengembangan real estat tersebut bukan aktivitas utama perusahaan, aktiva real estat disajikan sebagai bagian dari aktiva tidak lancar. 58. Berikut ini adalah jenis aktiva real estat yang diungkapkan secara terpisah dalam catatan atas laporan keuangan: a) Tanah dan Bangunan, b) Bangunan yang Sedang Dikonstruksi, c) Tanah yang Sedang Dikembangkan, dan d) Tanah yang Belum Dikembangkan. 59. Aktiva real estat yang dikembangkan disajikan terpisah dari aktiva real estat yang digunakan oleh perusahaan itu sendiri, yang dilaporkan sebagai aktiva tetap.
60. Siklus operasi normal perusahaan pengembang pada umumnya lebih dari satu tahun dan dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian yang cukup tinggi. Penentuan siklus operasi normal perusahaan pengembang seringkali merupakan proses yang sangat rumit. Oleh karena itu, keharusan penyajian neraca dengan metode classified bagi perusahaan yang aktivitas utamanya adalah aktivitas pengembangan real estat menjadi tidak layak. 61. Untuk perusahaan yang aktivitas utamanya bukan aktivitas

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.17

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pengembangan real estat, penyajian neraca dengan metode classified mungkin tidak terhindarkan. Dalam keadaan inipun, faktor ketidakpastian yang mempengaruhi penentuan siklus operasi normal aktivitas pengembangan real estat tetap ada, oleh karena itu, untuk perusahaan yang aktivitas utamanya bukan aktivitas pengembanagn real estat, Pernyataan ini mengharuskan aktiva real estat disajikan sebagai bagian dari aktiva tidak lancar. Pengungkapan

62 Di samping pengungkapan yang diatur dalam standar akuntansi yang berlaku umum, hal-hal berikut wajib diungkapkan: a) kebijakan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan, yaitu mencakup: i) metode pengakuan pendapatan yang digunakan termasuk alasan dan kriteria penggunaan metode tersebut, dengan menyertakan kriteria apa saja yang tidak memungkinkan pendapatan penjualan unit real estat diakui dengan metode akrual penuh (untuk penjualan bangunan rumah, ruko dan bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya dan untuk penjualan kapling tanah tanpa bangunan); atau metode persentase penyelesaian (untuk penjualan bangunan kondominium, apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya); apabila pendapatan diakui dengan metode persentase penyelesaian maka metode penentuan tingkat penyelesaian aktivitas pengembangan real estat diungkapkan; dan saat pengakuan penjualan dan pendapatan yang berasal dari penjualan real estat.

ii)

iii) b)

kebijakan akuntansi mengenai kapitalisasi dan metode alokasi biaya proyek pengembangan real estat;

44.18

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

c)

apabila transaksi penjualan real estat tidak memenuhi kriteria pengakuan penjualan maka pengungkapan mencakup: i) ii) sifat transaksi; jumlah kontrak yang tidak diakui sebagai penjualan dan piutang pembeli yang tidak diakui.

d)

jumlah biaya perolehan aktiva real estat yang pengikatan jual belinya telah berlaku namun penjualannya belum diakui, termasuk jumlah hutang terkait yang akan dialihkan, bila ada.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.19

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN AKUNTANSI E S TAT

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKTIVITAS PENGEMBANGAN

N0. 44 REAL

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 44 terdiri dari paragraf 63-96. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 01-62. Pengakuan Pendapatan Bangunan

Penjualan Bangunan Rumah, Ruko dan Sejenis Lainnya beserta Kapling Tanahnya

63 Pendapatan penjualan bangunan rumah, ruko, bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method) apabila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi: a) b) c) proses penjualan telah selesai; harga jual akan tertagih; tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan penjual telah mengalihkan risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak lagi berkewajiban atau terlibat secara signifikan dengan unit bangunan tersebut.

d)

64 Pengakuan pendapatan dengan metode akrual penuh dilakukan atas seluruh nilai jual dengan cara sebagai berikut: a) Piutang bersih didiskontokan ke nilai sekarang dengan menggunakan tingkat bunga yang sesuai, yang tidak boleh lebih rendah dari tingkat bunga yang diperjanjikan di pengikatan atau perjanjian jual beli. Diskonto tidak dilakukan bila umur sisa tagihan kurang dari 12 bulan.

44.20

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b) c)

Dibuat penyisihan untuk piutang yang perkirakan tidak akan tertagih. Apabila penjual merencanakan untuk memberikan potongan harga jual atau memperjanjikan hal demikian dalam pengikatan atau perjanjian jual beli sebagai insentif bagi pembeli untuk melunasi hutangnya lebih awal, jumlah potongan harga yang diperkirakan akan diambil pembeli harus ditaksir dan dibukukan pada saat penjualan. Potongan harga yang diberikan secara seketika atau tanpa rencana dibebankan ke laba rugi pada periode pembeliannya.
Laba bila Metode Akrual Penuh Tidak

Pengakuan Te r p e n u h i

65 Apabila suatu transaksi real estat tidak memenuhi kriteria pengakuan laba dengan metode akrual penuh sebagaimana diatur dalam paragraf 63, pengakuan penjualan ditangguhkan dan transaksi tersebut diakui dengan metode deposit (deposit method) sampai seluruh kriteria penggunaan metode akrual penuh terpenuhi. 66 a) Penerapan metode deposit adalah sebagai berikut:

penjual tidak mengakui pendapatan atas transaksi penjualan unit real estat, penerimaan pembayaran oleh pembeli dibukukan sebagai uang muka; piutang dari transaksi penjualan unit real estat tidak diakui; unit real estat tersebut tetap dicatat sebagai aktiva penjual, demikian juga dengan kewajiban yang terkait dengan unit real estat tersebut, walaupun kewajiban tersebut telah dialihkan ke pembeli; khusus untuk unit real estat sebagaimana disebutkan dalam paragraf 75, penyusutan atas unit real estat tersebut tetap diakui oleh penjual.

b) c)

d)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.21

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Keterlibatan Penjual Tanpa Pengalihan Risiko dan Manfaat Kepemilikan

67 Keterlibatan penjual tanpa pengalihan risiko dan manfaat kepemilikan masih ada, apabila: a) Penjual masih akan terlibat secara signifikan dengan unit bangunan yang dijual dan tidak mengalihkan, secara signifikan, risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan yang telah dijual. Penjual menjamin hasil yang akan diperoleh pembeli dari investasinya atau menjamin hasil atas investasi tersebut untuk suatu periode tertentu. Penjual diharuskan untuk memulai atau mendukung kegiatan atau terus mengoperasikan unit bangunan atas risiko sendiri, atau dapat dianggap menanggung risiko tersebut untuk suatu periode tertentu.

b)

c)

68 Penjual tidak boleh mengakui penjualan, apabila terdapat kewajiban untuk membeli kembali unit bangunan yang telah dijual atau pembeli dapat memaksanya untuk membeli kembali unit bangunan tersebut. Apabila penjual memiliki opsi untuk membeli kembali unit bangunan yang telah dijual, maka perlakuannya mengacu pada PSAK 30, Akuntansi Sewa Guna Usaha, kecuali apabila kemungkinan pelaksanaan opsi tersebut sangat kecil. 69 Apabila pengikatan atau perjanjian jual beli mensyaratkan pemberian jasa manajemen (management service) sesudah penjualan atas unit bangunan tanpa kompensasi atau dengan kompensasi di bawah tarif normal, kompensasi tersebut diestimasi untuk seluruh masa jasa dan dikurangkan dari pendapatan yang diakui sebagai biaya yang masih harus dibayar. 70 Apabila penjual melakukan penjualan parsial (partial sale), yaitu penjual memiliki atau memperoleh saham pembeli, laba diakui pada saat penjualan jika persyaratan pengakuan pendapatan telah terpenuhi. Dalam hal ini laba yang diakui adalah proposional dengan hak pemilikan pihak ketiga di perusahaan pembeli pada saat

44.22

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

penjualan. Seandainya penjual mengendalikan pembeli, maka laba penjualan tidak boleh diakui sebagai realisasi penjualan melalui transaksi dengan pihak ketiga, baik dengan penjualan ataupun pengoperasian unit bangunan tersebut. 71 Penjualan unit bangunan mungkin mencakup atau disertai suatu perjanjian yang mengharuskan penjual untuk mengembangkan real estat pada masa mendatang, dan membangun fasilitas yang dijanjikan atau menjadi kewajiban penjual. Dalam kondisi tersebut, penjualan bangunan rumah, ruko dan bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya, diakui dengan metode akrual penuh hanya apabila seluruh biaya, termasuk biaya fasilitas yang dijanjikan, ataupun yang diwajibkan dan menjadi beban penjual walaupun belum dibangun atau diselesaikan, diakui dengan metode akrual. 72 Penjualan unit bangunan mungkin mencakup atau disertai suatu perjanjian yang memungkinkan penjual ikut menikmati laba pada masa mendatang atau nilai sisa unit bangunan. Sepanjang perjanjian tersebut tidak disertai oleh kewajiban tambahan atau risiko kerugian, pengakuan pendapatan penjualan unit bangunan tidak perlu ditangguhkan apabila transaksi tersebut memenuhi kriteria pengakuan pendapatan penjualan dengan metode akrual penuh. Pendapatan masa mendatang hanya boleh diakui pendapatan tersebut telah terealisasi. Semua biaya penjualan diakui pada saat pengakuan penjualan dan tidak ada biaya penjualan yang boleh ditangguhkan, termasuk estimasi atas biaya yang akan terjadi.
Penjualan Bangunan Kondominium, Apartemen, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan dan Bangunan Sejenis Lainnya serta Unit dalam Kepemilikan Time Sharing.

73 Pendapatan penjualan unit bangunan kondominium, apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya, serta unit dalam kepemilikan secara time sharing, diakui dengan menggunakan metode presentase penyelesaian (presentageof-completion methode) apabila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi: a) proses kontruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah selesai dalam semua persyaratan untuk

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.23

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

memulai bangunan telah dipenuhi; b) jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; dan jumlah pendapatan penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi dengan andal.

c)

74 Apabila satu atau lebih kriteria yang tersebut pada paragraf 73 tidak terpenuhi, maka jumlah uang yang diterima dari pembeli diakui sebagai uang muka (deposit) dengan metode deposit sebagaimana diatur dalam paragraf 66, sampai kriteria tersebut terpenuhi. 75 Pendapatan penjualan unit bangunan kondominium, apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya, serta unit dalam kepemilikan secara time sharing yang telah selesai diproses pembangunannya diakui dengan metode akrual penuh sesuai dengan kriteria sebagaimana disebutkan dalam paragraf 06. Dalam hal ini, persyaratan pengakuan laba sebagaimana diatur dalam paragraf 65-66 dan paragraf 69-74 juga berlaku untuk transaksi tersebut.
Penjualan Kapling Tanah Tanpa Bangunan

76 Pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, diakui dengan menggunakan metode akrual penuh (full accrual method) pada saat pengikatan jual beli apabila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi: a) jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; harga jual akan tertagih; tagihan penjual tidak subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli di masa yang akan datang; dan

b) c)

44.24

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

d)

proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kapling tanah yang dijual, seperti kewajiban untuk mematangkan kapling tanah atau kewajiban untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi kewajiban penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan peraturan perundang-undangan; dan hanya kapling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas kapling tanah tersebut.

e)

77 Untuk pengakuan pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, kewajiban penjual untuk membangun fasilitas yang dijanjikan atau menjadi kewajiban penjual dianggap telah terpenuhi apabila fasilitas-fasilitas pokok (seperti jalan penghubung dan saluran drainase/pembuangan) telah selesai dibangun. 78 Apabila kriteria pengakuan pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan dengan metode akrual penuh tidak terpenuhi, maka penjualan kapling tanah tanpa bangunan diakui dengan metode deposit.
Unsur-unsur Biaya Pengembangan Proyek Real Estat

79 Biaya yang berhubungan langsung dengan aktivitas pengembangan real estat dan biaya proyek tidak langsung yang berhubungan dengan beberapa proyek real estat dialokasi dan dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat. Biaya yang tidak jelas hubungannya dengan suatu proyek real estat, seperti biaya umum dan administrasi, diakui sebagai beban pada saat terjadinya. 80 Berikut ini adalah biaya aktivitas pengembangan real estat yang dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat: a) b) biaya praperolehan tanah (preacquisition costs); biaya perolehan tanah;

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.25

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

c) d) e)
Biaya

biaya yang secara langsung berhubungan dengan proyek; biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat; dan biaya pinjaman.
Praperolehan Tanah

81 Pada saat tanah berhasil diperoleh, biaya praperolehan tanah dipindahkan ke biaya proyek pengembangan real estat. Apabila besar kemungkinan (probable) tanah tidak akan berhasil diperoleh, biaya praperolehan tanah langsung diakui sebagai beban pada laporan laba rugi.
Biaya yang Pengembangan dapat Real Diatribusikan Estat pada Aktivitas

82 Biaya pembangunan sarana umum yang dapat dikomersialkan diperlakukan sesuai dengan rencana manajemen sebagai berikut: 83 Apabila sarana tersebut akan dijual atau dialihkan sehubungan dengan penjualan unit yang ada, maka biaya yang melebihi hasil yang diperkirakan akan diperoleh dialokasikan sebagai beban proyek. Biaya tersebut termasuk perkiraan beban operasional masa depan yang akan ditanggung penjual. 84 Apabila sarana tersebut akan dijual tersendiri atau akan dimiliki oleh pengembang, kelebihan biaya dari taksiran nilai wajar pada saat sarana tersebut secara substansial selesai secara fisik dialokasikan sebagai beban proyek.
Biaya Pinjaman

85 Sesuai dengan siklus usahanya yang panjang karena usaha yang diperlukan untuk membebaskan area yang diusahakan dan kegiatan pengembangan yang dilakukan dalam berbagai tahapan dengan tingkat pengembangan yang berbeda-beda, maka perusahaan

44.26

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pengembang tetap mengkapitalisasi biaya pinjaman yang berhubungan dengan kegiatan pengembangan. Kapitalisasi beban pinjaman tersebut dihentikan pada saat unit real estat tersebut secara substansial siap untuk digunakan sesuai dengan tujuannya atau jika bagian yang telah selesai dapat segera digunakan sementara bagian lainnya masih dalam penyelesaian, sesuai dengan paragraf 33 dan 34 PSAK 26 Biaya Pinjaman (Revisi 1997). Kapitalisasi juga dihentikan apabila kegiatan konstruksi bangunan tertunda cukup lama sesuai dengan paragraf 32 PSAK 26 Biaya Pinjaman (Revisi 1997).
Penyisihan dan Alokasi

86 Akumulasi biaya ke proyek pengembangan real estat tidak boleh dihentikan walaupun realisasi pendapatan pada masa mendatang lebih rendah dari nilai tercatat proyek. Namun, dilakukan penyisihan secara periodik atas perbedaan tersebut. Jumlah penyisihan tersebut akan mengurangi nilai tercatat proyek dan dibebankan ke laba rugi tahun berjalan. 87 Biaya yang telah dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat dialokasi ke setiap unit real estat dengan metode identifikasi khusus. Apabila metode identifikasi khusus tidak mungkin diterapkan maka biaya yang telah dikapitalisasi tersebut dialokasi berdasarkan perbandingan harga jual. Apabila metode perbandingan harga jual tidak mungkin diterapkan maka biaya yang dikapitalisasi tersebut dialokasi dengan dasar luas areal atau metode lain yang sesuai dengan kondisi proyek pengembangan real estat. Metode tersebut harus diterapkan secara konsisten.
Perlakuan Akuntansi untuk Hal-hal Khusus

88 Estimasi dan alokasi biaya harus dikaji kembali pada setiap akhir periode pelaporan sampai proyek selesai secara substantial. Apabila telah terjadi perubahan mendasar pada estimasi kini, biaya direvisi dan direalokasi. 89 Apabila timbul kemungkinan pembatalan pengikatan jual beli, pendapatan yang telah diakui segera disesuaikan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.27

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penyajian

90 Dalam penyajian neraca perusahaan yang aktivitas utamanya adalah aktivitas pengembangan real estat, aktiva dan kewajiban tidak dikelompokkan menurut lancar dan tidak lancar (unclassified). 91 Dalam penyajian neraca perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real estat tetapi aktivitas pengembangan real estat tersebut bukan aktivitas utama perusahaan, aktiva real estat disajikan sebagai bagian dari aktiva tidak lancar. 92 Berikut ini adalah jenis aktiva real estat yang diungkapkan secara terpisah dalam catatan atas laporan keuangan: a) b) c) d) Tanah dan Bangunan, Bangunan yang Sedang Dikonstruksi, Tanah yang Sedang Dikembangkan, dan Tanah yang Belum Dikembangkan.

93 Aktiva real estat yang dikembangkan disajikan terpisah dari aktiva real estat yang digunakan oleh perusahaan itu sendiri, yang dilaporkan sebagai aktiva tetap.
Pengungkapan

94 Di samping pengungkapan yang diatur dalam standar akuntansi yang berlaku umum, hal-hal berikut wajib diungkapkan: a) kebijakan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan, yaitu mencakup: i) metode pengakuan pendapatan yang digunakan, termasuk alasan dan kriteria penggunaan metode tersebut, dengan menyertakan kriteria apa saja yang tidak memungkinkan pendapatan penjualan unit real estat diakui

44.28

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dengan metode akrual penuh (untuk penjualan bangunan rumah, ruko dan bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya dan untuk penjualan kapling tanah tanpa bangunan); atau metode persentase penyelesaian (untuk penjualan bangunan kondominium, apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya); ii) apabila pendapatan diakui dengan metode persentase penyelesaian maka metode penentuan tingkat penyelesaian aktivitas pengembangan real estat diungkapkan; dan saat pengakuan penjualan dan pendapatan yang berasal dari penjualan real estat.

iii) b) c)

kebijakan akuntansi mengenai kapitalisasi dan metode alokasi biaya proyek pengembangan real estat; apabila transaksi penjualan real estat tidak memenuhi kriteria pengakuan penjualan maka pengungkapan mencakup: i) ii) sifat transaksi; jumlah kontrak yang tidak diakui sebagai penjualan dan piutang pembeli yang tidak diakui.

d)

jumlah biaya perolehan aktiva real estat yang pengikatan jual belinya telah berlaku namun penjualannya belum diakui, termasuk jumlah hutang terkait yang akan dialihkan, bila ada.

Masa Transisi
95. Perubahan kebijakan akuntansi yang timbul pada saat permulaan pelaksanaan Pernyataan ini diterapkan secara prospektif.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.29

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Tanggal Berlaku Efektif


96. Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1998. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

44.30

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

44.31

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 4

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI AKTIVITAS PENGEMBANGAN REAL

ESTAT

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN ..................................................................... Tujuan ............................................................................ Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... PENJELASAN ........................................................................ Pengakuan Pendapatan ................................................. Penjualan Bangunan Rumah, Ruko, dan Bangunan Sejenis Lainnya berserta Kapling Tanahnya .............................................................. Pengakuan Laba bila Metode Akrual Penuh Tidak Terpenuhi .................................................... Keterlibatan Penjual Tanpa Pengalihan Risiko dan Manfaat Kepemilikan ..................................... Penjualan Bangunan Kondominium, Apartemen, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan dan Bangunan Sejenis Lainnya serta Unit dalam Kepemilikan Time Sharing ......................... Penjualan Kapling Tanah Tanpa Bangunan .......... Unsur-unsur Biaya Pengembangan Proyek Real Estat .......................................................... Biaya Praperolehan Tanah .................................... Biaya Perolehan Tanah ......................................... Biaya yang secara Langsung Berhubungan dengan Proyek...................................................... 01-05 01 02-04 05 06-63 06-36

06-12 13-16 17-22

23-32 33-36 37-48 39-41 42 43

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

Biaya yang Dapat Diatribusikan pada Aktivitas Pengembangan Real Estat .................... Biaya Pinjaman ..................................................... Penyisihan dan Alokasi .................................................. Perlakuan Akuntansi untuk Hal-hal Khusus ................... Penyajian ....................................................................... Pengungkapan ............................................................... PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 44 AKUNTANSI AKTIVITAS PENGEMBANGAN REAL ESTAT .......................................................................... Pengakuan Pendapatan ................................................. Penjualan Bangunan Rumah, Ruko, dan Bangunan Sejenis Lainnya Beserta Kapling Tanahnya .............................................................. Pengakuan Laba bila Metode Akrual Penuh Tidak Terpenuhi .................................................... Keterlibatan Penjual Tanpa Adanya Pengalihan Risiko dan Manfaat Kepemilikan ................ Penjualan Bangunan Kondominium, Apartemen, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan dan Bangunan Sejenis Lainnya serta Unit dalam kepemilikan Time Sharing ......................... Penjualan Kapling Tanah Tanpa Bangunan .......... Unsur-unsur Biaya Pengembangan Proyek Real Estat ...................................................................... Biaya Praperolehan Tanah .................................... Biaya yang Dapat Diatribusi pada Aktivitas Pengembangan Real Estat ................................... Biaya Pinjaman .....................................................

44-46 47-48 49-50 51-55 56-61 62

63-96 63

63-64 65-66 67-72

73-75 76-78 79-85 81 82-84 85

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

Penyisihan dan Alokasi .................................................. Perlakuan Akuntansi untuk Hal-hal Khusus ................... Penyajian ....................................................................... Pengungkapan ............................................................... Masa Transisi ................................................................. Tanggal Efektif ...............................................................

86-87 88-89 90-93 94 95 96

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

PSAK No. 44 tentang AKUNTANSI AKTIVITAS PENGEMBANGAN REAL ESTAT telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 20 Desember 1997 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 23 Desember 1997. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 23 Desember 1997 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI A KTIVITAS P ENGEMBANGAN R EAL E STAT

PSAK N O . 44

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 23 Desember 1997 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun demikian dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainnya. Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya. Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai: a) b) Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek kinerja manajer.

Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat maupun yang tidak terikat

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.1

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

penggunaannya. Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam kelompok aktiva bersih. Tu j u a n Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan, diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi. Ruang Lingkup

01 Pernyataan ini berlaku bagi laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi nirlaba yang memenuhi karakteristik sebagai berikut: a) Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkah, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.

b)

c)

02 Pernyataan ini tidak berlaku bagi lembaga pemerintah, departemen dan unit-unit sejenis lainnya. 03 Laporan keuangan untuk organisasi nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berbeda dengan laporan keuangan untuk organisasi bisnis pada umumnya.

45.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

04 Pernyataan ini menetapkan informasi dasar tertentu yang harus disajikan dalam laporan keuangan organisasi nirlaba. Hal-hal yang tidak diatur dalam pernyataan standar akuntansi ini harus mengacu kepada pernyataan standar akuntansi yang berlaku umum. Definisi 05 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini.

Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut. Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer. Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.
PENJELASAN Tujuan Laporan Keuangan

06 Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba. 07 Pihak pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai:

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.3

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

a) b)

Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja mereka.

08 Secara rinci, tujuan laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai: a) b) c) d) Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu organisasi. Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva bersih. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan hubungan antara keduanya. Cara suatu organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya. Usaha jasa suatu organisasi.

e)

Setiap laporan keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi dalam suatu laporan keuangan biasanya melengkapi informasi dalam laporan keuangan yang lain. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

09 Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.

45.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Laporan Tujuan

Posisi

Keuangan Keuangan

Laporan

Posisi

10 Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai: a) b) kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan dan likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.

11 Laporan posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan harus menyajikan total aktiva, kewajiban dan aktiva bersih. Klasifikasi Aktiva dan Kewajiban

12 Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing-masing unsur aktiva dalam kelompok yang homogen, seperti: a) b) c) d) kas dan setara kas; piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain; persediaan; sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.5

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

e) f)

surat berharga/efek dan investasi jangka panjang; tanah, gedung, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.

Kas atau aktiva lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang harus disajikan terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaannya.

13 berikut: a) b) c)

Informasi likuiditas diberikan dengan cara sebagai

menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas, dan kewajiban berdasarkan tanggal jatuh tempo. mengelompokan aktiva ke dalam lancar dan tidak lancar, dan kewajiban ke dalam jangka pendek dan jangka panjang. mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh temponya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva, pada catatan atas laporan keuangan.
Aktiva Bersih atau Tidak Terikat

Klasifikasi

14 Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masingmasing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. 15 Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan.
16 Pembatasan permanen terhadap (1) aktiva, seperti tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aktiva yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

45.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment). 17 Pembatasan temporer terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu dimasa depan, atau (4) pemerolehan aktiva tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya. 18 Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, dan dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi. Informasi mengenai batasan-batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan Tujuan Aktivitas Aktivitas

Laporan

19 Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai (a) pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, (b) hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan (c) bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa, Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk (a) mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, (b) menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa, dan (c) menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

20

Laporan aktivitas mencakup organisasi secara kese-

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.7

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

luruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
Perubahan Kelompok Aktiva Bersih

21 Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
22 Pendapatan dan keuntungan yang menambah aktiva bersih, serta beban dan kerugian yang mengurangi aktiva bersih dikelompokan seperti diatur dalam paragraf 24-25. Klasifikasi Kerugian Pendapatan, Beban, Keuntungan dan

23 Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat. 24 Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi. 25 Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.
26 Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian dalam kelompok aktiva bersih tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Misalnya, dalam suatu kelompok atau beberapa kelompok perubahan dalam aktiva bersih, organisasi dapat mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau non-operasi,

45.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain. Informasi Pendapatan dan Beban

27 Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
28 Laporan aktivitas menyajikan jumlah neto keuntungan dan kerugian yang berasal dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar pengendalian organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi. Informasi Pemberian Jasa

29 Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
30 Klasifikasi secara fungsional bermanfaat untuk membantu para penyumbang, kreditur, dan pihak lain dalam menilai pemberian jasa dan penggunaan sumber daya. Disamping penyajian klasifikasi beban secara fungsional, organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyajikan informasi tambahan mengenai beban menurut sifatnya. Misalnya, berdasarkan gaji, sewa, listrik, bunga, penyusutan. 31 Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka mencapai tujuan atau misi organisasi. Pemberian jasa tersebut merupakan tujuan dan hasil utama yang dilaksanakan melalui berbagai program utama. 32 Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program pemberian jasa. Umumnya, aktivitas pendukung meliputi aktivitas

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.9

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

manajemen dan umum, pencarian dana, dan pengembangan anggota. Aktivitas manajemen dan umum meliputi pengawasan, manajemen bisnis, pembukuan, penganggaran, pendanaan, dan aktivitas administratif lainnya, dan semua aktivitas manajemen dan administrasi kecuali program pemberian jasa atau pencarian dana. Aktivitas pencarian dana meliputi publikasi dan kampanye pencarian dana; pengadaan daftar alamat penyumbang; pelaksanaan acara khusus pencarian dana; pembuatan dan penyebaran manual, petunjuk, dan bahan lainnya; dan pelaksanaan aktivitas lain dalam rangka pencarian dana dari individu, yayasan, pemerintah dan lain-lain. Aktivitas pengembangan anggota meliputi pencarian anggota baru dan pengumpulan iuran anggota, hubungan dan aktivitas sejenis. Laporan Arus Kas

Tujuan Laporan Arus Kas

33 Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas

34 Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini: a) Aktivitas pendanaan: 1) penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang. 2) penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment). 3) bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.

b)

45.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 45 PELAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 terdiri dari paragraf 35-48. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 01-34. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

35 Laporan Keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode pelaporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan Klasifikasi Posisi Aktiva Keuangan Kewajiban

dan

36 berikut: a) b) c)

Informasi likuiditas diberikan dengan cara sebagai

Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas, dan kewajiban berdasarkan tanggal jatuh tempo. Mengelompokan aktiva ke dalam lancar dan tidak lancar, dan kewajiban ke dalam jangka pendek dan jangka panjang. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh temponya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva, pada catatan atas laporan keuangan.
Aktiva Bersih Terikat atau Tidak Terikat

Klasifikasi

37 Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masingmasing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.11

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

38 Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan Tujuan dan Aktivitas Fokus Laporan Aktivitas

39 Laporan aktivitas difokuskan pada organisasi secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
Perubahan Kelompok Aktiva Bersih

40 Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
Klasifikasi Kerugian Pendapatan, Beban, Keuntungan dan

41 Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat. 42 Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi. 43 Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika pengunaannya dibatasi.

45.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Informasi

Pendapatan

dan

Beban

44 Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian pendapatan investasi, dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Informasi Pemberian Jasa

45 Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
Laporan Arus Kas

Tujuan Laporan Arus Kas

46 Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas

47 Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tantang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini: a) Aktivitas pendanaan: 1) penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang. 2) penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaanya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment). 3) bunga dan dividen yang dibatasi penggunaanya untuk jangka panjang. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan

b)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.13

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pendanaan nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.


Tanggal Berlaku Efektif

48 Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2000. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

45.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

LAMPIRAN Contoh Bentuk Laporan Keuangan

Berikut ini disajikan contoh laporan keuangan untuk organisasi nirlaba. Contoh ini disajikan untuk memberikan gambaran anatomis. Contoh ini dapat berbeda dari kondisi yang terdapat dalam organisasi nirlaba tertentu. Organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyediakan informasi yang paling relevan dan paling mudah dipahami dari sudut pandang penyumbang, kreditur, dan pemakai lain laporan keuangan di luar organisasi. Penyusunan laporan keuangan komparatif juga dianjurkan. Namun untuk penyederhanaan contoh yang disajikan dalam lampiran ini menyajikan laporan arus kas untuk satu periode.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.15

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Contoh Laporan Posisi Keuangan Organisasi Nirlaba Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 19X0 dan 19X1 (dalam jutaan) 19X1 Aktiva: Kas dan setara kas Piutang bunga Persediaan dan biaya dibayar di muka Piutang lain-lain Investasi lancar Aktiva terikat untuk investasi dalam tanah, bangunan, dan peralatan Tanah, bangunan dan peralatan Investasi jangka panjang Jumlah Aktiva Kewajiban dan Aktiva Bersih: Hutang dagang Pendapatan diterima di muka yang dapat dikembalikan Hutang lain-lain Hutang wesel Kewajiban tahunan Hutang jangka panjang Jumlah Kewajiban Aktiva Bersih: Tidak terikat Terikat temporer (Catatan B) Terikat permanen (Catatan C) Jumlah Aktiva Bersih Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih Rp 2 8 8 . 0 7 0 60.855 355.050 703.975 Rp 7 3 0 . 5 5 0 Rp 2 5 9 . 1 7 5 63.675 342.500 665.350 Rp 6 9 6 . 2 0 0 Rp 6.425 2.187 4.213 13.750 Rp 26.575 Rp 2.625 1.625 3.250 2.850 4.250 16.250 Rp 3 0 . 8 5 0 Rp 188 5.325 1.525 7.562 3.500 13.025 154.250 545.175 Rp 7 3 0 . 5 5 0 Rp 1.150 4.175 2.500 6.750 2.500 11 . 4 0 0 158.975 508.750 Rp 6 9 6 . 2 0 0 19X0

45.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Contoh

Laporan

Aktivitas

Ada tiga bentuk laporan aktivitas yang disajikan sebagai contoh dalam lampiran ini. Setiap bentuk memiliki keunggulan. 1. 2. Bentuk A menyajikan informasi dalam kolom tunggal. Bentuk A ini memudahkan penyusunan laporan aktivitas komparatif. Bentuk B menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi aktiva bersih, satu kolom untuk setiap klasifikasi dengan tambahan satu kolom untuk jumlah. Bentuk B menyajikan pembuktian dampak berakhirnya pembatasan penyumbang aktiva tertentu terhadap reklasifikasi aktiva bersih. Bentuk B memungkinkan penyajian informasi agregat mengenai sumbangan dan penghasilan dari investasi. Bentuk C menyajikan informasi dalam dua laporan dengan jumlah ringkasan dari laporan pendapatan, beban, dan perubahan terhadap aktiva bersih tidak terikat disajikan dalam laporan perubahan aktiva bersih. Pendekatan bentuk C ini menitikberatkan perhatian pada perubahan aktiva bersih yang tidak terikat. Bentuk ini sesuai untuk organisasi nirlaba yang memandang aktivitas operasi sebagai aktivitas yang terpisah dari penerimaan pendapatan terikat dari sumbangan dan investasi.

3.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.17

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Bentuk A Organisasi Nirlaba Laporan Aktivitas Untuk Tahun Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1 (dalam jutaan rupiah)
Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat: Pendapatan dan Penghasilan: Sumbangan Jasa layanan Penghasilan investasi Jangka panjang (Catatan E) Penghasilan investasi lain-lain (Catatan E) Penghasilan bersih investasi jangka panjang belum direalisasi Lain-lain Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D): Pemenuhan program pembatasan Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan Berakhirnya pembatasan waktu Jumlah aktiva yang telah berakhir pembatasannya Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan lain Beban dan Kerugian: Program A Program B Program C Manajemen dan umum Pencarian dana Jumlah Beban (Catatan F) Kerugian akibat kebakaran Jumlah Beban dan Kerugian Kenaikan Jumlah Aktiva Bersih Tidak Terikat Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer: Sumbangan Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari Investasi Jangka Panjang (Catatan E) Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan Aktiva bersih terbebaskan dari pembatasan (Catatan D) Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer Perubahan Dalam Aktiva Bersih Terikat Permanen: Sumbangan Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (catatan E) Kenaikan Aktiva Bersih Terikat Permanen Kenaikan Aktiva Bersih Aktiva Bersih Pada Awal Tahun Aktiva Bersih Pada Akhir Tahun

Rp

21.600 13.500 14.000 2.125 20.570 375 72.170 29.975 3.750 3.125 36.850 109.020 32.750 21.350 14.400 6.050 5.375 79.925 200 80.125 28.895 20.275 6.450 7.380 (75) (36.850) (2.820) 700 300

Rp Rp

11 . 5 5 0 12.550 38.625 665.350 Rp 703.975

45.18

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Organisasi Nirlaba Laporan Aktivitas Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 19X1 (dalam jutaan rupiah) Tidak Terikat Rp 6.450 300 21.600 13.500 14.000 2.125 20.570 375 29.975 3.750 3.125 109.020 32.750 21.350 14.400 6.050 5.375 79.925 200 80.125 28.895 259.175 Rp 288.070 Rp 75 75 (2.820) 63.675 60.855 12.550 342.500 Rp 355.050 (2.745) (29.975) (3.750) (3.125) 12.550 11 8 . 4 5 0 32.750 21.350 14.400 6.050 5.375 79.925 200 75 80.200 38.625 665.350 Rp 703.975 7.380 11 . 5 5 0 Rp 20.275 Rp 700 Terikat Temporer Terikat Permanen Jumlah Rp 42.575 13.500 20.750 2.125 39.500

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

Bentuk B

Pendapatan, penghasilan, dan sumbangan lain Sumbangan Jasa layanan Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan investasi lain (Catatan E) Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Lain-lain Aktiva Bersih Yang Berakhir Pembatasannya (catatan D): Pemenuhan program pembatasan Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan Berakhirnya pembatasan waktu

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

Jumlah pendapatan, penghasilan dan sumbangan

Beban dan Kerugian: Program A Program B Program C Manajemen dan Umum Pencarian Dana

Jumlah Beban (Catatan F) Kerugian akibat kebakaran Kerugian aktuarial dari kewajiban tahunan Jumlah Beban dan Kerugian

Perubahan Aktiva Bersih Aktiva Bersih Awal Tahun

PSAK N O . 45

45.19

Aktiva Bersih Akhir Tahun

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Bentuk C (Bagian 1 dari 2 bagian) Organisasi Nirlaba Laporan Pendapatan, Beban, dan Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat Untuk Tahun Yang berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1 (dalam jutaan rupiah) Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat: Sumbangan Jasa layanan Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan dari investasi lain-lain (Catatan E) Penghasilan bersih dari investasi jangka panjang yang telah terealisasikan dan belum terealisasikan (Catatan E) Lain-lain Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat Aktiva Bersih yang Penyelesaian Penyelesaian Berakhirnya Dibebaskan dari Pembatasan (Catatan D) program pembatasan pembatasan pemerolehan peralatan waktu pembatasan

Rp

21.600 13.500 14.000 2.125 20.570 375 72.170

29.975 3.750 3.125 36.850 109.020

Jumlah aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan Jumlah pendapatan, penghasilan dan sumbangan lain yang tidak terikat Beban dan Kerugian: Program A Program B Program C Manajemen dan Umum Pencarian Dana Jumlah Beban (Catatan F) Kerugian akibat kebakatran Jumlah beban dan kerugian tidak terikat Kenaikan aktiva bersih tidak terikat Rp

32.750 21.350 14.400 6.050 5.375 79.925 200 80.125 28.895

45.20

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Bentuk C (Bagian 2 dari 2 bagian) Organisasi Nirlaba Laporan Perubahan Aktiva Bersih Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1 (dalam ribuan rupiah) Aktiva Bersih Tidak Terikat: Jumlah pendapatan dan penghasilan tidak terikat Aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan (Catatan D) Jumlah beban dan kerugian tidak terikat Kenaikan aktiva bersih tidak teriakat Aktiva Bersih Terikat Temporer: Sumbangan Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan bersih dari investasi jangka panjang yang telah terealisasikan dan belum terealisasikan (Catatan E) Kerugian aktuarial dari kewajiban tahunan Aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan (Catatan D) Penurunan aktiva bersih terikat temporer Aktiva Bersih Terikat Temporer: Sumbangan Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan bersih dari investasi jangka panjang yang telah terealisasikan dan belum terealisasikan (Catatan E) Kenaikan aktiva bersih terikat permanen Kenaikan Aktiva Bersih Aktiva Bersih Pada Awal Tahun Aktiva Bersih Pada Akhir Tahun 20.275 6.450 7.380 (75) (36.850) (2.820) Rp 72.170 36.850 (80.125) 28.895

700 300 11 . 5 5 0 12.550 38.625 665.350 Rp 703.975

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

45.22
Organisasi Nirlaba Laporan Perubahan Aktiva Bersih Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1 (dalam jutaan rupiah) Ti d a k Terik at Terikat Tem porer Terikat Perm anen Jumlah Rp 20.275 6.450 72.170 700 300 Rp 72.170 20.975 6.750 7.380 36.850 (36.850) 11 . 5 5 0 18.930 penghasilan Rp 109.020 80.125 75 80.125 28.895 259.175 Rp 288.070 Rp 75 (2.820) 63.675 60.855 12.550 342.500 Rp 355.050 Rp (2.745) Rp 12.550 R p 11 8 . 8 2 5 80.125 75 80.200 38.625 665.350 Rp 703.975

Bentuk C (Bagian 2 dari 2 bagian: Alternatif)

Pendapatan, penghasilan, dan sumbangan lain: Pendapatan, penghasilan, dan sumbangan lain terikat Pendapatan, penghasilan, dan sumbangan lain tidak terikat sumbangan Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang (Catatan E) Aktiva bersih yang dibebaskan pembatasannya (Catatan D)

Jumlah pendapatan, dan sumbangan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

Beban dan Kerugian: Beban dan kerugian tidak terikat Kerugian aktuarial dari kewajiban tahunan

Jumlah beban dan kerugian

Perubahan Aktiva Bersih

Aktiva Bersih Awal Tahun

PSAK N O . 45

Aktiva Bersih Akhir Tahun

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Laporan Arus Kas Metode Langsung Organisasi Nirlaba Laporan Arus Kas Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1 (dalam jutaan rupiah) Aliran Kas dari Aktivitas Operasi: Kas dari pendapatan jasa Kas dari penyumbang Kas dari piutang lain-lain Bunga dan deviden yang diterima Penerimaan lain-lain Bunga yang dibayarkan Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan suplier Hutang lain-lain yang dilunasi Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi Aliran Kas dari Aktivitas investasi: Ganti rugi dari asuransi kebakaran Pembelian peralatan Penerimaan dari penjualan investasi Pembelian investasi Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan: Penerimaan dari kontribusi berbatas dari: Investasi dalam endownment Investasi dalam endownment berjangka Investasi bangunan Investasi perjanjian tahunan Aktivitas pendanaan lain: Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi Pembayaran kewajiban tahunan Pembayaran hutang wesel Pembayaran kewajiban jangka panjang Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan Kenaikan (Penurunan) bersih dalam kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun Rp Rp Rp 13.050,0 20.075,0 6.537,5 21.425,0 375,0 (955,0) (59.520,0) (1.063,5) (75,0) 625,0 (3.750,0) 190.250,0 (187.250,0) (125,0)

500,0 175,0 3.025,0 500,0 4.200,0 750,0 (363,0) (2.850,0) (2.500,0) (4.962,5) (762,5) (962,5) 1.150,0 187,5

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.23

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi: Perubahan dalam aktiva bersih Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi: Depresiasi Kerugian akibat kebakaran Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan Kenaikan piutang bunga Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka Kenaikan dalam piutang lain-lain Kenaikan dalam hutang dagang Penurunan dalam penerimaan dimuka yang dapat dikembalikan Penurunan dalam hutang lain-lain Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang Bunga dan deviden terikat untuk investasi jangka panjang Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Kas bersih diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: Peralatan yang diterima sebagai hibah Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan

38.625,0

8.000,0 200,0 75,0 (1.150,0) 975,0 (812,5) 3.800,0 (1.625,0) (1.062,5) (6.850,0) (750,0) (39.500,0) Rp (75,0)

Rp

350,0 200,0

45.24

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Organisasi Nirlaba Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1 (dalam ribuan rupiah)
P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung

Aliran Kas dari Aktivitas Operasi:

Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi: Rp 38.625 8.000 200 75 (1.150) 975 (813) 3.800 (1.625) (1.063) (6.850) (750) (39.500) (75) 825 (3.750) 190.250 (187.250) Rp (125)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

Perubahan dalam aktiva bersih Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi: Depresiasi Kerugian akibat kebakaran Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan Kenaikan piutang bunga Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka Kenaikan dalam piutang lain-lain Kenaikan dalam hutang dagang Penurunan dalam penerimaan dimuka yang dapat dikembalikan Penurunan dalam hutang lain-lain Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang Bunga dan dividen terikat untuk investasi jangka panjang Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan dari investasi jangka panjang Kas bersih diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi

Aliran Kas dari Aktivitas Investasi: Ganti rugi dari asuransi kebakaran Pembelian peralatan Penerimaan dari penjualan investasi Pembelian investasi Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi

PSAK N O . 45

45.25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

Lanjutan Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan: Penerimaan dari sumbangan terikat dari: Investasi dalam endowment Investasi dalam endowment berjangka Investasi dalam bangunan Investasi perjanjian tahunan Aktivitas pendanaan lain: Bunga dan dividen terikat untuk reinvestasi Pembayaran kewajiban tahunan Pembayaran hutang wesel Pembayaran kewajiban jangka panjang Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan Penurunan bersih dalam kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun Data tambahan: Aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: Peralatan yang diterima sebagai hibah Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan Bunga yang dibayarkan

45.26
Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

Rp

500 175 3.025 500 4.200 750 (363) (2.850) (2.500) (4.963) (763) (963) 1.050 185 350 200 955

Rp

PSAK N O . 45

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Catatan

Atas

Laporan

Keuangan

Ilustrasi Catatan A menguraikan kebijakan pengungkapan yang diwajibkan yang menyebabkan Catatan B dan Catatan C wajib disajikan. Catatan D, E, dan F menyediakan informasi yang dianjurkan untuk diungkapkan oleh organisasi nirlaba. Semua jumlah dalam ribuan rupiah. Catatan A

Organisasi menyajikan hadiah atau wakaf berupa kas atau aktiva lain sebagai sumbangan terikat jika hibah atau wakaf tersebut diterima dengan persyaratan yang membatasi penggunaan aktiva tersebut. Jika pembatasan dari penyumbang telah kadaluwarsa, yaitu pada saat masa pembatasan telah berakhir atau pembatasan tujuan telah dipenuhi, aktiva bersih terikat temporer digolongkan kembali menjadi aktiva bersih tidak terikat dan disajikan dalam laporan aktivitas sebagai aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan. Organisasi menyajikan hibah atau wakaf berupa tanah, bangunan, dan peralatan sebagai sumbangan tidak terikat kecuali jika ada pembatasan yang secara eksplisit menyatakan tujuan pemanfaatan aktiva tersebut dari penyumbang. Hibah atau wakaf untuk aktiva tetap dengan pembatasan eksplisit yang menyatakan tujuan pemanfaatan aktiva tersebut dan sumbangan berupa kas atau aktiva lain yang harus digunakan untuk memperoleh aktiva tetap disajikan sebagai sumbangan terikat. Jika tidak ada pembatasan eksplisit dari pemberi sumbangan mengenai pembatasan jangka waktu penggunaan aktiva tetap tersebut, pembebasan pembatasan dilaporkan pada saat aktiva tetap tersebut dimanfaatkan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.27

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Catatan B Aktiva bersih terikat temporer untuk periode keuangan adalah sebagai berikut: Aktivitas program A: Pembelian peralatan Penelitian Seminar dan publikasi Aktivitas program B: Perbaikan kerusakan peralatan Seminar dan publikasi Aktivitas program C: Umum Bangunan dan peralatan Perjanjian perwalian tahunan Untuk periode setelah 31 Desember, 19X1 Catatan C Aktiva bersih terikat permanen dibatasi untuk: Investasi tahunan, penghasilannya dibelanjakan untuk mendukung: Aktivitas program A Aktivitas program B Aktivitas program C Kegiatan lain organisasi Dana yang penghasilannya untuk ditambahkan pada jumlah sumbangan mula-mula hingga mencapai nilai Rp2,500 Polis asuransi kematian yang penerimaan ganti rugi asuransi atas kematian pihak yang diasuransikan tersedia untuk mendanai aktivitas umum Tanah yang harus digunakan untuk area rekreasi

Rp

7.650 10.640 3.800 5.600 5.395

7.420 5.375 7.125 7.850 Rp 60.855

Rp

68.810 34.155 34.155 204.930 Rp 342.050 5.300 200 7.500

Rp 355.050 Catatan D Aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan penyumbang melalui terjadinya beban tertentu atau terjadinya kondisi yang disyaratkan oleh penyumbang. Tujuan pembatasan yang dicapai: Beban program A Rp 14.500 Beban program B 11 . 5 0 0 Beban program C 3.975 Rp 29.975 Peralatan untuk program A yang dibeli dan dimanfaatkan Pembatasan waktu yang telah terpenuhi: Jangka waktu yang telah dipenuhi Kematian penyumbang tahunan 3.750 Rp Rp 2.125 1.000 3.125

Rp 36.850

45.28

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Catatan

Investasi dicatat sebesar nilai pasar atau nilai apraisal, dan penghasilan (atau kerugian) yang telah terealisasikan atau belum terealisasikan dapat dilihat dari laporan aktivitas. Organisasi mengivestasikan kelebihan kas di atas kebutuhan harian dalam investasi lancar. Pada tanggal 31 Desember 19X1, Rp 1.400 diinvestasikan pada investasi lancar dan menghasilkan Rp 850 per tahun. Sebagian besar investasi jangka panjang dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok A adalah dana permanen dan tidak diwajibkan untuk menaikkan nilai bersihnya. Kelompok B adalah jumlah yang oleh badan perwalian ditujukan untuk investasi jangka panjang. Tabel berikut ini menunjukkan investasi jangka panjang organisasi.
Kelpk A Investasi awal tahun Hibah tersedia untuk investasi: Untuk dana permanen Untuk dana temporer Untuk dana perwalian tahunan Jumlah yang ditarik untuk penyumbang tahunan yang meninggal Kembalian investasi (neto, setelah dikurangi beban Rp375) Dividen,bunga,dan sewa Penghasilan terealisasi dan belum terealisasikan Jumlah kembalian investasi Jumlah tersedia untuk operasi tahun berjalan Penghasilan dana perwalian untuk tahun berjalan dan masa depan Investasi akhir tahun 410.000 500 Kelpk B 82.000 Lain-lain 16.750 200 175 500 (1.000) Jumlah 508.750 700 175 500 (1.000)

15.000 30.000 45.000 (18.750)

5.000 9.500 14.500 (5.000)

750

20.750 39.500

750

60.250 (23.750)

(450) 436.750 90.000 16.925

(450) 545.175

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

45.29

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Komponen dalam setiap kelompok investasi dan kepemilikan investasi lainlain pada tanggal 31 Desember 19X1 disajikan dalam tabel berikut ini.
Kelpk. A Aktiva bersih terikat permanen Aktiva bersih terikat temporer Aktiva bersih tidak terikat Rp 342.050 26.880 67.820 Rp 436.000 Kelpk.B Lain-lain 5.500 11 . 4 2 5 91.500 90.000 16.925 Jumlah 347.550 38.305 159.320 545.175

Badan perwalian (board of trustees) menerapkan peraturan yang mensyaratkan dana endowment permanen dinilai sebesar nilai nyata (real value) atau daya beli (purchasing power) kecuali penyumbang secara eksplisit menyatakan penggunaan apresiasi neto yang disyaratkan. Untuk memenuhi tujuan dana manajemen menetapkan bahwa apresiasi neto dipertahankan secara permanen sebesar jumlah yang diperlukan untuk menyesuaikan nilai mata uang historis dana sumbangan dengan menggunakan indeks harga konsumen. Setiap kelebihan di atas dana endowment permanen dapat digunakan untuk tujuan lain yang telah ditentukan (approprition) . Pada tahun 19X1, total kembalian investasi kelompok A adalah Rp 18.000 (10,6 persen), dan dari jumlah tersebut Rp 4.620 ditahan secara permanen untuk mempertahankan nilai nyata (real value) sumbangan tersebut. Sisanya sebesar Rp 13.380 tersedia untuk tujuan lain yang telah ditentukan oleh dewan perwalian.

45.30

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Pencarian A Rp 11 . 8 7 5 , 0 7.887,5 7.100,0 6.320,0 8.000,0 955,0 Rp79.925,0 32.750,0 21.350,0 14.400,0 3.600,0 2.000,0 2.900,0 1.500,0 1.125,0 1.425,0 400,0 3.725,0 1.500,0 2.162,5 2.500,0 1.225,0 5.187,5 1.875,0 4.312,5 600,0 500,0 545,0 625,0 955,0 6.050,0 5.375,0 1.400,0 975,0 250,0 350,0 37.787,5 18.500,0 9.750,0 4.312,5 2.825,0 B Program C & Umum Manajemen Dana 2.400,0
P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

Catatan F

Beban yang terjadi adalah

Total

Gaji, upah

Biaya lain-lain

Supplies dan perjalanan

Biaya jasa dan profesional

Kantor dan pekerjaan

Depresiasi

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

Bunga

Jumlah Beban

PSAK N O . 45

45.31

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 5

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

PELAPORAN ORGANISASI

KEUANGAN NIRLABA

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN ..................................................................... Tujuan Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... PENJELASAN ........................................................................ Tujuan Laporan Keuangan ............................................. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba .......................... Laporan Posisi Keuangan .............................................. Tujuan Laporan Posisi Keuangan ......................... Klasifikasi Aktiva dan Kewajiban ........................... Klasifikasi Aktiva Bersih Terikat atau Tidak Terikat ................................................................... Laporan Aktivitas ........................................................... Tujuan dan Fokus Laporan Aktivitas ..................... Perubahan Kelompok Aktiva Bersih ..................... Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan Kerugian ........................................................ Informasi Pendapatan dan Beban ........................ Informasi Pemberian Jasa .................................... Laporan Arus Kas .......................................................... Tujuan Laporan Arus Kas ..................................... Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas .. 34 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 45 PELAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA ........................................................ Tanggal Efektif ............................................................... 01-04 05 06-34 05-08 09-34 10-18 10-11 12-13 14-18 19-32 19-20 21-22 23-26 27-28 29-32 33-34 33 01-05

35-48 48

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

PSAK No. 45 tentang PELAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 20 Desember 1997 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 23 Desember 1997. Penyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 23 Desember 1997 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ELAPORAN K EUANGAN O RGANISASI N IRLABA

PSAK N O . 45

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 23 Desember 1997 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENDAHULUAN Tu j u a n 01 Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan. Masalah utama perlakuan akuntasi untuk pajak penghasilan adalah bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang untuk hal-hal berikut ini: a) pemulihan nilai tercatat aktiva yang diakui pada neraca perusahaan atau pelunasan nilai tercatat kewajiban yang diakui pada neraca perusahaan; dan transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan.

b)

02 Pengakuan aktiva atau kewajiban pada laporan keuangan, secara tersirat, berarti bahwa perusahaan pelapor akan dapat memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut atau akan melunasi nilai tercatat kewajiban tersebut. Apabila besar kemungkinan bahwa pemulihan aktiva atau pelunasan kewajiban tersebut akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang yang lebih besar atau lebih kecil dibandingkan pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan aktiva atau pelunasan kewajiban yang tidak memiliki konsekuensi pajak, maka Pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui kewajiban pajak tangguhan atau aktiva pajak tangguhan, dengan beberapa pengecualian. 03 Pernyataan ini mengharuskan perusahaan memperlakukan konsekuensi pajak dari suatu transaksi dan kejadian lain sama dengan cara perusahaan memperlakukan transaksi dan kejadian tersebut. Oleh karena itu, untuk transaksi dan kejadian lain yang diakui pada laporan laba rugi, konsekuensi atau pengaruh pajak dari transaksi dan kejadian tersebut harus diakui pula pada laporan laba rugi. Sedangkan untuk transaksi dan kejadian lain yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas, konsekuensi atau pengaruh pajak dari transaksi dan kejadian tersebut harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas. Demikian pula, pengakuan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan pada suatu penggabungan usaha mempengaruhi saldo goodwill atau goodwill negatif yang timbul dari

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.1

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

penggabungan usaha tersebut. 04 Pernyataan ini juga mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut, penyajian pajak penghasilan pada laporan keuangan, dan pengungkapan informasi yang berhubungan dengan pajak penghasilan. Ruang Lingkup

05 Pajak penghasilan yang diatur oleh Pernyataan ini mencakup juga pajak penghasilan final sebagaimana diatur pada paragraf 50-54. 06 Dengan berlakunya Pernyataan ini, maka paragraf 77 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16 dinyatakan tidak berlaku. Definisi 07 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan. Pajak Penghasilan Final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu. Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Penghasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.

46.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode. Pajak kini (current tax) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) atas penghasilan kena pajak pada satu periode. Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya:
a) b) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, dan sisa kompensasi kerugian.

Perbedaan temporer (temporary differences) adalah perbedaan antara jumlah tercatat aktiva atau kewajiban dengan DPP-nya. Perbedaan temporer dapat berupa:
a) perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak (taxable amounts) dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled); atau perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary differences) adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan (deductible amounts) dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled).

b)

Dasar pengenaan pajak (DPP) aktiva atau kewajiban adalah nilai aktiva atau kewajiban yang diakui oleh Direktorat Jendral Pajak dalam penghitungan laba fiskal.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.3

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Surat Ketetapan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak yang dapat berupa:
a)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar; Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan; Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah suatu surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang; Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

b)

c)

d)

Surat Tagihan Pajak adalah surat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
08 Beban pajak (pajak penghasilan) terdiri dari beban pajak kini (penghasilan kini) dan beban pajak tangguhan (pajak penghasilan tangguhan). Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

09 DPP aktiva adalah jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan fiskal, terhadap setiap manfaat ekonomi (penghasilan) kena pajak yang akan diterima perusahaan pada saat memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut. Apabila manfaat ekonomi (penghasilan) tersebut tidak akan dikenakan pajak maka DPP aktiva adalah sama dengan nilai tercatat aktiva. Contoh: a) Mesin nilai perolehan 100. Untuk tujuan fiskal, mesin telah

46.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

disusutkan sebesar 30 dan sisa nilai buku dapat dikurangkan pada periode mendatang. Penghasilan mendatang dari penggunaan aktiva merupakan obyek pajak. DPP aktiva tersebut adalah 70. b) Piutang bunga mempunyai nilai tercatat 100. Untuk tujuan fiskal, pendapatan bunga diakui dengan dasar kas. DPP piutang bunga adalah nihil. Piutang usaha mempunyai nilai tercatat 100. Pendapatan usaha terkait telah diakui untuk tujuan fiskal. DPP piutang adalah 100. Pinjaman yang diberikan mempunyai nilai tercatat 100. Penerimaan kembali pinjaman tidak mempunyai konsekuensi pajak. DPP pinjaman yang diberikan adalah 100.

c) d)

10 DPP kewajiban adalah nilai tercatat kewajiban dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan pada masa mendatang. Contoh: a) Nilai tercatat beban yang masih harus dibayar (accured expenses) 100. Biaya tersebut dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal dengan dasar kas. DPP-nya adalah nol. Nilai tercatat pendapatan bunga diterima dimuka 100. Untuk tujuan fiskal, pendapatan bunga tersebut dikenakan pajak dengan dasar kas. DPP-nya adalah nol. Nilai tercatat beban masih harus dibayar (accrued expense) 100. Untuk tujuan fiskal biaya tersebut telah dikurangkan. DPP-nya adalah 100. Nilai tercatat beban denda yang masih harus dibayar 100. Untuk tujuan fiskal, beban denda tersebut tidak dapat dikurangkan. DPPnya adalah 100. Nilai tercatat pinjaman yang diterima 100. Pelunasan pinjaman tersebut tidak mempunyai konsekuensi pajak. DPP-nya adalah 100. 11 Apabila DPP aktiva atau kewajiban tidak begitu jelas, maka

b)

c)

d)

e)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.5

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

DPP tersebut dapat ditentukan menurut prinsip dasar yang digunakan dalam Pernyataan ini. Dengan beberapa pengecualian, perusahaan harus mengakui kewajiban (aktiva) pajak tangguhan apabila pemulihan nilai tercatat aktiva atau pelunasan nilai tercatat kewajiban tarsebut akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan aktiva atau pelunasan kewajiban yang tidak memiliki konsekuensi pajak. 12 Dalam laporan keuangan konsolidasi, perbedaan temporer ditentukan dengan membandingkan nilai tercatat aktiva dan kewajiban pada laporan keuangan konsolidasi dengan DPP-nya. Berhubung peraturan perundangan perpajakan di Indonesia tidak memperkenankan SPT konsolidasi, maka DPP aktiva dan kewajiban ditentukan dengan merujuk pada SPT masing-masing entitas. Pengakuan Aktiva Pajak Kini ( Current Tax Assets ) dan Kewajiban Pajak Kini ( Current Tax Liabilities )

13 Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui sebagai kewajiban. Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode-periode tersebut, maka selisihnya, diakui sebagai aktiva.
Pengakuan Aktiva Pajak Tangguhan ( Deferred Tax Assets ) dan Kewajiban Pajak Tangguhan ( Deferred Tax Liabilities) Perbedaan Temporer Differences) Kena Pajak ( Taxable

Temporary

14 Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak: a) dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal; atau

46.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

pada saat pengakuan awal aktiva atau kewajiban dari suatu transaksi yang: i) ii) bukan transaksi penggabungan usaha; dan pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba fiskal.

15 Pengakuan suatu aktiva mengandung makna bahwa nilai tercatat aktiva tersebut akan terpulihkan dalam bentuk manfaat ekonomi yang akan diterima oleh perusahaan pada periode mendatang. Apabila nilai tercatat aktiva lebih besar daripada DPP-nya, jumlah manfaat ekonomi yang kena pajak akan melebihi jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal. Perbedaan ini merupakan perbedaan temporer kena pajak dan kewajiban pajak penghasilan pada periode mendatang merupakan kewajiban pajak tangguhan. Pada saat perusahaan memulihkan (recover) nilai tercatat aktiva, perbedaan temporer kena pajak akan terealisasi menjadi laba fiskal. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya kewajiban pajak. Oleh karena itu, Pernyataan ini menghendaki pengakuan semua kewajiban pajak tangguhan, kecuali pada kondisi tertentu seperti tersebut pada paragraf 14. 16 Beberapa perbedaan temporer timbul apabila penghasilan atau beban diakui dalam penghitungan laba akuntansi yang berbeda dengan periode saat penghasilan atau beban tersebut diakui dalam penghitungan laba fiskal. Berikut ini disajikan contoh perbedaan temporer kena pajak yang akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan, misalnya: penyusutan yang digunakan dalam penghitungan laba fiskal mungkin berbeda dengan penyusutan yang digunakan dalam penghitungan laba akuntansi. Perbedaan temporernya adalah selisih antara nilai tercatat aktiva tetap dengan DPP-nya. DPP aktiva tetap adalah sebesar harga perolehan dikurangi seluruh pengurangan yang diperkenankan oleh peraturan perundangan perpajakan dalam penghitungan fiskal. Perbedaan temporer kena pajak tersebut menyebabkan timbulnya kewajiban pajak tangguhan, apabila penyusutan menurut pajak menggunakan metode dipercepat (accelerated). Sebaliknya, apabila penyusutan menurut pajak lebih lambat dibanding penyusutan menurut akuntansi maka timbul perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal, sehingga timbul aktiva pajak tangguhan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.7

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

17 a)

Perbedaan temporer juga timbul apabila:

biaya pemerolehan dalam suatu penggabungan usaha, yang secara substansi merupakan suatu akuisisi, dialokasi pada aktiva dan kewajiban tertentu berdasarkan dasar nilai wajar sedangkan penyesuaian tersebut tidak diperkenankan untuk tujuan fiskal (lihat paragraf 18); terdapat goodwill atau goodwill negatif yang muncul pada saat konsolidasi (lihat paragraf 18 dan 28; atau pada saat pengakuan awal, DPP aktiva atau kewajiban berbeda dengan nilai tercatatnya, sebagai contoh apabila perusahaan memperoleh bantuan atau sumbangan (yang bukan merupakan obyek pajak) dalam bentuk aktiva (lihat paragraf 19 dan 29). Usaha

b) c)

Penggabungan

18 Pada penggabungan usaha yang secara substansi merupakan akuisisi, biaya pemerolehan akuisisi dialokasi pada aktiva dan kewajiban teridentifikasi dengan dasar nilai wajar aktiva dan kewajiban pada tanggal transaksi pertukaran. Perbedaan temporer muncul apabila DPP aktiva dan kewajiban teridentifikasi tidak dipengaruhi oleh penggabungan usaha. Sebagai contoh, apabila nilai tercatat suatu aktiva disesuaikan ke nilai wajarnya tetapi DPP aktiva tersebut tetap sebesar harga pemerolehan sebelumnya, maka timbul perbedaan temporer yang mengakibatkan timbulnya kewajiban pajak tangguhan. Kewajiban pajak tangguhan tersebut mempengaruhi goodwill (lihat paragraf 42). 19 Kewajiban (aktiva) pajak tangguhan tidak diakui atas goodwill (goodwill negatif ) yang diakui sesuai dengan PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha. Pengakuan Awal Aktiva atau Kewajiban

20 Perbedaan temporer mungkin timbul pada saat pengakuan awal suatu aktiva atau kewajiban, sebagai contoh apabila sebagian atau seluruh harga pemerolehan suatu aktiva tidak dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal. Metode akuntansi untuk perbedaan temporer tersebut, ter-

46.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

gantung dari sifat transaksi yang menyebabkan dilakukannya pengakuan awal aktiva: a) dalam suatu penggabungan usaha, perusahaan mengakui kewajiban atau aktiva pajak tangguhan dan pengakuan ini mempengaruhi jumlah goodwill atau goodwill negatif (lihat paragraf 19); apabila transaksi mempengaruhi laba akuntansi atau laba fiskal, perusahaan mengakui kewajiban atau aktiva pajak tangguhan dan mengakui beban (penghasilan) pajak tangguhan pada laporan laba rugi; apabila sifat transaksi: (1) bukan transaksi penggabungan usaha, (2) tidak mempengaruhi laba akuntansi atau laba fiskal, atau (3) tidak dikecualikan dalam paragraf 15 dan 21, maka perusahaan tidak diperkenankan mengakui kewajiban atau aktiva pajak tangguhan pada pengakuan awal ataupun pada periode selanjutnya (subsequent recognition), karena penyesuaian nilai tercatat aktiva atau kewajiban sebesar nilai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan tersebut akan mengakibatkan laporan keuangan menjadi kurang transparan. Perusahaan juga tidak diperkenankan untuk mengakui perubahan selanjutnya dalam kewajiban atau aktiva pajak tangguhan yang belum diakui pada saat aktiva tersebut disusutkan. yang Boleh Differences) Dikurangkan

b)

c)

Perbedaan Temporer ductible Temporary

(De-

21 Aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang, kecuali aktiva pajak tangguhan yang timbul dari: a)
goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai dengan PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha; atau

b)

pengakuan awal aktiva atau kewajiban pada suatu transaksi yang:

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.9

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

i) ii)

bukan transaksi penggabungan usaha; dan tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal.

22 Pengakuan suatu kewajiban mengandung makna bahwa nilai tercatat kewajiban akan diselesaikan pada masa yang akan datang dengan menggunakan sumber daya. Pada saat sumber daya tersebut digunakan untuk menyelesaikan kewajiban, sebagian atau seluruh jumlah sumber daya tersebut mungkin dapat dikurangkan dari laba fiskal pada periode setelah pengakuan kewajiban. Dalam hal ini, perbedaan temporer adalah selisih antara nilai tercatat kewajiban dan DPP-nya. Oleh karena itu, timbul aktiva pajak tangguhan berupa pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada masa yang akan datang, yaitu saat bagian dari kewajiban tersebut dapat dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal. Demikian pula halnya, apabila nilai tercatat aktiva lebih rendah dari DPP-nya, maka selisihnya merupakan aktiva pajak tangguhan berupa pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada masa yang akan datang. 23 Berikut ini adalah contoh perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan menimbulkan aktiva pajak tangguhan adalah biaya manfaat pensiun (retirement benefit cost). Biaya tersebut dapat dikurangkan dalam penghitungan laba akuntansi, tetapi biaya tersebut baru dapat dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal pada saat iuran atau manfaat pensiun tersebut dibayar oleh perusahaan. Perbedaan temporer adalah sebesar selisih antara nilai tercatat kewajiban dengan DPP-nya (DPP-nya umumnya adalah nol). Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan akan menimbulkan aktiva pajak tangguhan karena manfaat ekonomi akan diperoleh perusahaan dalam bentuk pengurangan terhadap laba fiskal pada saat iuran atau manfaat pensiun dibayar. 24 Penggunaan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan pada masa yang akan datang terjadi dalam bentuk pengurangan laba fiskal. Namun, manfaat ekonomi berupa pengurangan pembayaran pajak hanya akan dinikmati oleh perusahaan apabila perusahaan mempunyai laba fiskal dalam jumlah yang memadai sehingga realisasi tersebut dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, perusahaan mengakui aktiva pajak tangguhan hanya apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal akan tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga perbedaan temporer tersebut dapat dimanfaatkan.

46.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pengakuan

Awal

Aktiva

atau

Kewajiban

25 Salah satu contoh timbulnya aktiva pajak tangguhan pada saat pengakuan awal suatu aktiva, adalah bantuan atau sumbangan yang tidak kena pajak. Untuk tujuan akuntansi, bantuan atau sumbangan tersebut yang berupa suatu aktiva berwujud boleh disusutkan tetapi untuk tujuan fiskal, aktiva tersebut tidak boleh disusutkan. Oleh karena itu, nilai tercatat aktiva tersebut akan lebih kecil dari DPP-nya sehingga timbul perbedaan temporer yang boleh dikurangkan. Perusahaan tidak mengakui aktiva pajak tangguhan dari bantuan atau sumbangan tersebut karena alasan seperti dijelaskan pada paragraf 20. Saldo Rugi Fiskal yang Dapat Dikompensasi

26 Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi.
27 Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah penghasilan kena pajak akan tersedia dalam jumlah memadai untuk dikompensasikan: a) apakah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah yang memadai yang memungkinkan sisa kompensasi dapat digunakan sebelum masa berlakunya kadaluwarsa; apakah perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi kerugian dapat digunakan sebelum masa berlakunya daluwarsa; apakah saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi timbul dari kasuskasus tertentu yang hampir tidak mungkin berulang.

b)

c)

Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aktiva pajak tangguhan tidak diakui.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.11

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penilaian

Kembali

Aktiva

Pajak

Tangguhan

28 Pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aktiva pajak tangguhan yang tidak diakui. Perusahaan mengakui aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang akan tersedia untuk pemulihannya. Sebagai contoh, perbaikan dalam kondisi perekonomian mengingkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba fiskal dalam jumlah yang memadai pada periode mendatang aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria pengakuan. Pengukuran

29 Kewajiban (aktiva) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya, diakui sebesar jumlah pajak terhutang (restitusi pajak), yang dihitung dengan menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca. 30 Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aktiva dipulihkan atau kewajiban dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca.
31 Aktiva dan kewajiban pajak, baik yang bersifat kini maupun tangguhan, dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku. Apabila tarif pajak (dan peraturan pajak) baru telah diumumkan oleh pemerintah maka dapat dianggap bahwa tarif (dan peraturan) tersebut telah secara substantif berlaku [walaupun berlakunya tarif (dan peraturan) tersebut secara efektif mungkin saja masih beberapa bulan sesudah pengumumannya]. Dalam hal tersebut aktiva dan kewajiban pajak harus dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) baru yang telah dinyatakan berlaku. 32 Apabila tarif pajak yang berlaku berbeda untuk tingkat laba fiskal yang berbeda maka aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diukur dengan tarif pajak rata-rata yang akan dikenakan terhadap laba fiskal (rugi

46.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pajak) pada saat perbedaan temporer membalik (reverse).

33 Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak untuk pemulihan nilai tercatat aktiva atau penyelesaian kewajiban yang diharapkan perusahaan pada tanggal neraca. 34 Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh didiskonto (discounted). 35 Nilai tercatat aktiva pajak tangguhan harus ditinjau kembali (pada tanggal neraca). Perusahaan harus menurunkan nilai tercatat tersebut apabila laba fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian atau semua aktiva pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai.
Pengakuan Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

36 Perlakuan akuntansi untuk pengaruh pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari suatu transaksi atau kejadian harus selaras dengan perlakuan akuntansi untuk transaksi atau kejadian itu sendiri. Paragraf 43 menjelaskan penerapan prinsip tersebut. Laporan Laba Rugi

37 Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi periode berjalan, kecuali untuk pajak penghasilan yang berasal dari a) transaksi atau kejadian yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas pada periode yang sama atau periode yang berbeda (lihat paragraf 39 hingga 41); atau penggabungan usaha yang secara substansi adalah akuisisi (lihat paragraf 42 hingga 43);

b)

38 Pada umumnya, aktiva dan kewajiban pajak tangguhan muncul karena penghasilan atau beban diakui dalam penghitungan laba

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.13

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

akuntansi pada periode yang berbeda dari periode pengakuan penghasilan atau beban tersebut dalam penghitungan penghasilan kena pajak (rugi pajak). Pajak tangguhan yang berasal dari aktiva dan kewajiban pajak tangguhan tersebut diakui pada laporan laba rugi. Sebagai contoh adalah biaya pengembangan yang telah dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 20 tentang Biaya Riset dan Pengembangan dan diamortisasi sebagai beban pada laporan laba rugi, namun untuk kepentingan pajak biaya tersebut dikurangkan dari penghasilan bruto untuk menentukan laba fiskal. 39 Nilai tercatat aktiva dan kewajiban pajak tangguhan mungkin berubah walaupun tidak ada perubahan jumlah perbedaan temporer yang terkait dengan aktiva dan kewajiban pajak tersebut. Perubahan tersebut mungkin berasal dari: a) b) c) perubahan tarif pajak atau peraturan pajak; pengkajian kembali niali aktiva pajak tangguhan yang dapat dipulihkan; perubahan cara pemulihan suatu aktiva.

Pajak tangguhan yang berasal dari perubahan tersebut diakui pada laporan laba rugi, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas (lihat paragraf 41). Transaksi yang Langsung Dikreditkan atau Dibebankan ke Ekuitas

40 Pajak kini dan pajak tangguhan harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas apabila pajak tersebut berhubungan dengan transaksi yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas.
41 PSAK tertentu mengharuskan suatu transaksi untuk langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas. Contoh transaksi tersebut adalah: a) perubahan nilai tercatat akun aktiva tetap yang berasal dari revaluasi atau penilaian kembali, sesuai dengan PSAK 16 tentang Aktiva Tetap

46.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dan Aktiva Lain-lain; b) suatu penyesuaian saldo laba awal periode yang berasal dari perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan secara restrospektif atau dari koreksi kesalahan mendasar, sesuai dengan PSAK 25 tentang Laba atau Rugi untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi; dan selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan suatu entitas asing, sesuai dengan PSAK 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing.

c)

42 Pada kasus tertentu, jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berhubungan dengan transaksi-transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas, mungkin sulit ditentukan. Hal tersebut mungkin terjadi apabila: a) tarif pajak bersifat progresif dan tidak mungkin menentukan tarif pajak tertentu yang dikenakan pada komponen tertentu dari penghasilan kena pajak (rugi pajak); perubahan tarif pajak atau peraturan pajak yang mempengaruhi aktiva atau kewajiban pajak tangguhan (baik secara keseluruhan atau sebagian) yang berhubungan dengan transaksi-transaksi yang sebelumnya langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas; atau perusahaan memutuskan bahwa aktiva pajak tangguhan harus diakui, atau tidak lagi diakui seluruhnya, dan aktiva pajak tangguhan tersebut berhubungan (secara keseluruhan atau sebagian) dengan transaksi-transaksi yang sebelumnya dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.

b)

c)

Pada kasus tersebut, jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berhubungan dengan transaksi-transaksi yang dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas ditentukan dengan dasar alokasi proporsional (pro rata allocation ) dari pajak kini dan pajak tangguhan, atau metode lain yang menghasilkan alokasi yang lebih sesuai.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.15

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pajak Tangguhan Usaha

yang

Berasal

dari

Penggabungan

43 Seperti dijelaskan pada paragraf 17 dan 21(b), perbedaan temporer mungkin timbul dari suatu penggabungan usaha yang secara substansi adalah akuisisi. Sesuai dengan PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha, perusahaan mengakui setiap aktiva pajak tangguhan (apabila perbedaan temporer tersebut memenuhi kriteria pengakuan seperti tersebut pada paragraf 21) atau kewajiban pajak tangguhan pada tanggal akuisisi. Oleh karena itu, aktiva dan kewajiban pajak tangguhan tersebut mempengaruhi saldo goodwill atau goodwill negatif. Namun sesuai dengan paragraf 16(a) dan 21(a), perusahaan tidak mengakui kewajiban pajak tangguhan yang berasal dari goodwill (apabila amortisasi goodwill tersebut tidak dapat menjadi pengurang untuk penghitungan pajak) dan juga tidak mengakui aktiva pajak tangguhan yang berasal dari goodwill negatif yang tidak dikenakan pajak dan yang diperlakukan sebagai pendapatan tangguhan (deferred income). 44 Apabila perusahaan pengakuisisi tidak mengakui aktiva pajak tangguhan dari perusahaan yang diakuisisi pada tanggal terjadinya penggabungan usaha dan apabila aktiva pajak tangguhan tersebut kemudian diakui pada laporan keuangan konsolidasi perusahaan pengakuisisi, penghasilan pajak tangguhan tersebut harus diakui pada laporan laba rugi. Di samping itu, perusahaan pengakuisisi: a) menyesuaikan nilai tercatat goodwill dan saldo amortisasi akumulasian menjadi jumlah yang seharusnya telah dicatat apabila aktiva pajak tangguhan telah diakui pada tanggal terjadinya penggabungan usaha; dan mengakui pengurangan nilai tercatat goodwill sebagai beban. namun, perusahaan pengakuisisi tidak mengakui goodwill negatif, dan tidak juga menambah nilai tercatat goodwill negatif.

b) c)

46.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penyajian Aktiva Pajak dan Kewajiban Pajak

45 Aktiva pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban lainnya dalam neraca. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aktiva pajak kini dan kewajiban pajak kini. 46 Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aktiva dan kewajiban lancar disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban tidak lancar maka aktiva (kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aktiva (kewajiban) lancar.
Saling Menghapuskan ( Offset )

47 Aktiva pajak kini harus dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak kini dan jumlah netonya harus disajikan pada neraca.
Beban Pajak dengan

Beban (Penghasilan) Pajak yang Berhubungan Laba atau Rugi dari Aktivitas Normal

48 Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.
Selisih Kurs dari Penjabaran Aktiva atau Kewajiban Pajak Tangguhan yang Berasal dari Luar Negeri 49 Walaupun PSAK 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing, mengharuskan selisih kurs (exchange difference) tertentu diakui sebagai pendapatan atau beban, namun Standar tersebut tidak mengatur pada elemen apakah selisih kurs tersebut harus disajikan dalam laporan laba rugi. Oleh karena itu, selisih kurs dari penjabaran aktiva atau kewajiban pajak tangguhan yang berasal dari penjabaran laporan keuangan entitas asing boleh dikelompokkan ke beban (penghasilan) pajak tangguhan jika penyajian seperti itu dianggap paling

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.17

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

bermanfaat untuk pemakai laporan keuangan. Pajak Penghasilan Final

50. Apabila nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari DPP-nya maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan.
51 Sesuai dengan peraturan perundangan perpajakan, penghasilan yang telah dikenakan PPh Final tidak lagi dilaporkan sebagai penghasilan kena pajak, semua beban sehubungan dengan penghasilan yang telah dikenakan PPh Final tidak boleh dikurangkan. Di lain pihak, baik pendapatan maupun beban tersebut dipakai dalam penghitungan laba rugi menurut akuntansi. Oleh karena itu, tidak terdapat perbedaan temporer sehingga tidak diakui adanya aktiva atau kewajiban pajak tangguhan.

52 Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh Final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. 53 Selisih antara jumlah PPh Final yang terhutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Dibayar Dimuka dan Pajak yang Masih Harus Dibayar. 54 Akun Pajak penghasilan final dibayar di muka harus disajikan terpisah dari pajak penghasilan final yang masih harus dibayar.
Perlakuan Akuntansi untuk Hal-hal Khusus

55 Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan dan atau banding. Jumlah tambahan pokok pajak dan denda yang ditetapkan dengan SKP ditangguhkan pembebanannya. Apabila terdapat kesalahan mendasar maka perlakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 25

46.18

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
Pe n g u n g k a p a n

56 a) b)

Hal-hal berikut ini harus diungkapkan:

unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak; jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi-transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas; beban (penghasilan) pajak yang berasal dari pos-pos luar biasa yang diakui pada periode berjalan; penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini: i) rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dengan hasil perkalian laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku; atau rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata (average effective tax rate) dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku;

c) d)

ii)

e)

penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya; jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut, yang tidak diakui sebagai aktiva pajak tangguhan pada neraca;

f)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.19

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

g)

untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelompok rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut: i) ii) jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca untuk setiap periode penyajian; jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba rugi apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aktiva atau kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca; dan

h)

untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari: i) ii) keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi; dan laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak dilajutkan untuk periode pelaporan, bersama dengan jumlah periode akuntansi sebelumnya yang disajikan pada laporan keuangan.
Unsur-unsur beban (penghasilan) pajak mencakup:

57 a) b) c) d)

beban (penghasilan) pajak kini; penyesuaian yang diakui pada periode berjalan atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya; jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya perbedaan temporer maupun dari realisasinya; jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang berasal dari perubahan tarif pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru; jumlah manfaat dari rugi pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang belum diakui, yang digunakan sebagai pengurang beban pajak kini;

e)

46.20

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

f)

jumlah manfaat dari rugi pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang belum diakui, yang digunakan sebagai pengurang beban pajak tangguhan; dan beban pajak tangguhan yang berasal dari penurunan (write-down), atau penyesuaian kembali ( reversal ) penurunan periode sebelumnya, dari aktiva pajak tangguhan.

g)

58 Perusahaan harus mengungkapkan jumlah aktiva pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung pangakuannya, jika: a) penggunaan aktiva pajak tangguhan tergantung pada apakah laba fiskal yang dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak yang telah ada; dan perusahaan telah menderita kerugian pada periode berjalan atau periode sebelumnya.

b)

59 Perusahaan mengungkapkan sifat dan jumlah setiap pos luar biasa pada laporan laba rugi atau pada catatan atas laporan keuangan. Apabila sifat dan jumlah setiap pos luar biasa diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan, maka jumlah semua pos luar biasa diungkapkan pada laporan laba rugi sebesar nilai netonya setelah dikurangi dengan beban (penghasilan) pajak terkait. Walaupun pemakai laporan keuangan dapat menganggap pengungkapan beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan setiap pos luar biasa sebagai informasi yang bermanfaat, namun penyusun laporan keuangan sering mengalami kesulitan untuk menyajikan informasi mengenai alokasi beban (penghasilan) pajak pada pos-pos tersebut. Sehubungan dengan kesulitan tersebut, maka beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan pos-pos luar biasa dapat disajikan secara total (aggregate). 60 Pengungkapan seperti tersebut pada paragraf 57 (d) memungkinkan pemakai laporan keuangan memahami kewajaran hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi dan memahami faktorfaktor signifikan yang mungkin mempengaruhi hubungan tersebut pada masa mendatang. Hubungan beban (penghasilan ) pajak dan laba akuntansi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: pendapatan tidak

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.21

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

kena pajak, beban yang tidak boleh dikurangkan dalam penghitungan penghasilan kena pajak (rugi pajak), pengaruh kompensasi, dan pengaruh tarif pajak luar negeri. 61 Untuk menjelaskan hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi, perusahaan menggunakan tarif pajak yang berlaku untuk menyajikan informasi yang paling bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan. 62 Tarif pajak efektif rata-rata sama dengan hasil bagi beban (penghasilan) pajak dengan laba akuntansi. 63 Perusahaan mengungkapkan keuntungan dan kerugian kontinjen sesuai dengan PSAK 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca. Sebagai contoh, keuntungan dan kerugian kontinjen dapat timbul dari perselisihan yang belum terselesaikan. Demikian pula apabila perubahan tarif pajak atau peraturan pajak secara efektif berlaku atau diumumkan setelah tanggal neraca, perusahaan mengungkapkan pengaruh signifikan perubahan tersebut terhadap aktiva dan kewajiban pajak kini dan tangguhan.

46.22

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 46 AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 46 terdiri dari paragraf 64-86. Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 01-63. Pengakuan Aktiva Pajak Kini (Current Tax Assets) dan Kewajiban Pajak Kini (Current Tax Liabilities)

64 Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui sebagai kewajiban. Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode-periode tersebut, maka selisihnya diakui sebagai aktiva.
Pengakuan Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets) dan Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities) Perbedaan Temporer Differences) Kena Pajak

(Taxable

Temporary

65 Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak: a) b) dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal; atau pada saat pengakuan awal aktiva atau kewajiban dari suatu transaksi yang: i) ii) bukan transaksi penggabungan usaha; dan pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba fiskal.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.23

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Perbedaan Temporer ductible Temporary

yang Boleh Differences)

Dikurangkan

(De-

66 Aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang, kecuali aktiva pajak tangguhan yang timbul dari: a)
goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai dengan PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha; atau

b)

pengakuan awal aktiva atau kewajiban pada suatu transaksi yang: i) ii) bukan transaksi penggabungan usaha; dan tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal.
Rugi Fiskal yang Dapat Dikompensasi

Saldo

67 Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi.
Pengukuran

68 Kewajiban (aktiva) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya, diakui sebesar jumlah pajak terhutang (restitusi pajak), yang dihitung dengan menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substansif berlaku pada tanggal neraca. 69 Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aktiva

46.24

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dipulihkan atau kewajiban dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substansif berlaku pada tanggal neraca. 70 Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak untuk pemulihan nilai tercatat aktiva atau penyelesaian kewajiban yang diharapkan perusahaan pada tanggal neraca. 71 Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh didiskonto (discounted). 72 Nilai tercatat aktiva pajak tangguhan harus ditinjau kembali (pada tanggal neraca). Perusahaan harus menurunkan nilai tercatat tersebut apabila laba fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian atau semua aktiva pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai.
Laporan Laba Rugi

73 Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi periode berjalan, kecuali untuk pajak penghasilan yang berasal dari: a) transaksi atau kejadian yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas pada periode yang sama atau periode yang berbeda (lihat paragraf 39 hingga 41); atau penggabungan usaha yang secara substansi adalah akuisisi (lihat paragraf 42 hingga 43).

b)

Transaksi yang Langsung Dikreditkan atau Dibebankan ke Ekuitas

74 Pajak kini dan pajak tangguhan harus langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas apabila pajak tersebut berhubungan dengan transaksi yang langsung dikreditkan atau dibebankan ke ekuitas.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.25

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penyajian Aktiva Pajak dan Kewajiban Pajak

75 Aktiva pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban lainnya dalam neraca. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aktiva pajak kini dan kewajiban pajak kini. 76 Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aktiva dan kewajiban lancar disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban tidak lancar maka aktiva (kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aktiva (kewajiban) lancar.
Saling Menghapuskan ( Offset )

77 Aktiva pajak kini harus dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak kini dan jumlah netonya harus disajikan pada neraca.
Beban Pajak dengan

Beban (Penghasilan) Pajak yang Berhubungan Laba atau Rugi dari Aktivitas Normal

78 Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.
Pajak Penghasilan Final

79 Apabila nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari DPP-nya maka perbedaan tersebut tidak boleh diakui sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan. 80 Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh Final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.

46.26

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

81 Selisih antara jumlah PPh Final yang terhutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Dibayar Dimuka dan Pajak yang Masih Harus Dibayar. 82 Akun Pajak penghasilan final dibayar di muka harus disajikan terpisah dari pajak penghasilan final yang masih harus dibayar.
Perlakuan Akuntansi untuk Hal-hal Khusus

83 Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan dan atau banding. Jumlah tambahan pokok pajak dan denda yang ditetapkan dengan SKP ditangguhkan pembebanannya. Apabila terdapat kesalahan mendasar maka perlakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
Pengungkapan

84 a) b)

Hal-hal berikut ini harus diungkapkan:

unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak; jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi-transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas; beban (penghasilan) pajak yang berasal dari pos-pos luar biasa yang diakui pada periode berjalan; penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk berikut ini: i) rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dengan

c) d)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.27

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

hasil perkalian laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku; atau ii) rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata (average effective tax rate) dan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku.

e)

penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya; jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbeda-an temporer yang boleh dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke periode berikut, yang tidak diakui sebagai aktiva pajak tangguhan pada neraca; untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelompok rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut: i) ii) jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca untuk setiap periode penyajian; jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba rugi apabila jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aktiva atau kewajiban pajak tanguhan yang diakui pada neraca; dan

f)

g)

h)

untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari: i) ii) keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi; dan laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak dilanjutkan untuk periode pelaporan, bersama dengan jumlah periode akuntansi sebelumnya yang disajikan pada laporan keuangan.

46.28

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

85 Perusahaan harus mengungkapkan jumlah aktiva pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung pengakuannya, jika: a) penggunaan aktiva pajak tangguhan tergantung pada apakah laba fiskal yang dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak yang telah ada; dan perusahaan telah menderita kerugian pada periode berjalan atau periode sebelumnya.
Berlaku Efektif

b)

Tanggal

86 Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan yang menerbitkan surat-surat berharga yang diperdagangkan kepada publik, sedang bagi perusahaan lainnya dimulai pada atau setelah 1 Januari 2001. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

46.29

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 6

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI

PAJAK

PENGHASILAN

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN Tujuan ............................................................................ Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... Dasar Pengenaan Pajak ................................................ Pengakuan Aktiva Pajak Kini (Current Tax Assets) dan Kewajiban Pajak Kini (Current Tax Liabilities) .................................................. Pengakuan Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax Assets) dan Kewajiban Pajak Tangguhan (Deffered Tax Liabilities) .............................. Perbedaan Temporer Kena Pajak ......................... Penggabungan Usaha .......................................... Pengakuan Awal Aktiva atau Kewajiban ............... Perbedaan Temporer yang Boleh Dikurangkan (Deductible Temporary Differences) .............. Pengakuan Awal Aktiva atau Kewajiban ............... Saldo Rugi yang Dapat Dikompensasi ................. Penilaian Kembali Aktiva Pajak Tangguhan .......... Pengukuran .......................................................... Pengakuan Pajak Kini dan Pajak Tangguhan................. Laporan Laba Rugi ............................................... Transaksi yang Langsung Dikreditkan atau Dibebankan ke Ekuitas ......................................... 01 - 03 05 - 06 07 - 08 09 - 12

13

14 - 37 14 - 17 18 - 19 20 21 - 24 25 26 - 27 28 29 - 35 36 37 - 39 40 - 42

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

Pajak Tangguhan yang Berasal dari Penggabungan Usaha .......................................... Penyajian ....................................................................... Aktiva Pajak dan Kewajiban Pajak ........................ Saling Menghapuskan (Offset) ............................. Beban Pajak ................................................................... Beban (Penghasilan) Pajak yang Berhubungan dengan Laba atau Rugi dari Aktivitas Normal ............................................ Selisih Kurs dari Penjabaran Aktiva atau Kewajiban Pajak Tangguhan yang Berasal dari Luar Negeri .................................................... Pajak Penghasilan Final ....................................... Perlakuan Akuntansi untuk Hal-hal Khusus ......... Pengungkapan ............................................................... PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 46 AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN ................................... Tanggal Efektif ...............................................................

43 - 44 45 - 47 45 - 46 47 48 - 63

48

49 50 - 54 55 56 - 63

64 - 86 86

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

PSAK No. 46 tentang AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 20 Desember 1997 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 23 Desember 1997. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 23 Desember 1997 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI P AJAK P ENGHASILAN

PSAK N O . 46

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 23 Desember 1997 Pengurus Pusat IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN AKUNTANSI

STANDAR TANAH

AKUNTANSI

KEUANGAN

NO.

47

Paragraf tercetak miring adalah paragraf standar. Paragraf penjelasan tercetak tegak. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur tidak material.
PENDAHULUAN

a)
b)

c)

d)

01 Tanah sebagai aktiva tetap. Akuntansi tanah pada prinsipnya mengikuti PSAK 16 tentang Aktiva Tetap. PSAK tersebut perlu dilengkapi PSAK ini. PSAK ini berlaku bagi entitas komersial dan Nirlaba.Entitas akuntansi menggunakan tanah sebagai aktiva tetap, barang dagangan, bahan baku, investasi dan atau aktiva lain-lain. Entitas akuntansi yang menggunakan tanah sebagai aktiva tetap, terdiri dari berbagai jenis industri. Industri khusus yang diatur dalam PSAK tertentu mengikuti pula standar ini, sepanjang aktiva tetap tanah belum diatur secara khusus. Tanah dalam negeri adalah tanah yang berada di wilayah geografis Indonesia, terbagi menjadi tiga wilayah: yaitu wilayah kawasan berikat, wilayah yuridiksi negara perwakilan, dan wilayah pabean. Hukum pertanahan mengatur secara umum hak-hak atas tanah kedua wilayah tersebut, dan mengatur secara khusus wilayah berikat. Wilayah yuridiksi negara perwakilan terkait dengan kantor perwakilan negara asing atau wilayah kedutaan. Tanah luar negeri adalah tanah yang berada diluar wilayah Indonesia, berada pada wilayah hukum pertanahan lain diluar hukum pertanahan Indonesia. Substansi aktiva tetap tanah dalam kaidah hukum tersebut adakalanya menyebabkan pencatatan manfaat ekonomik dari kepemilikan absolut dan penggunaannya kedalam kelompok aktiva tetap. 02 Hak atas tanah sebagai Beban Tangguhan.

Perolehan dan penguasaan atas tanah membutuhkan kelengkapan dokumen hukum. Biaya memperoleh kelengkapan dokumen hukum tersebut diakumulasi sebagai Beban Tangguhan. Hak kepemilikan tanah secara absolut dibatasi UUD 1945 pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

47.1

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan demikian muncullah berbagai jenis hak atas tanah selain hak milik. Jika persyaratan UU dipenuhi oleh pemegang hak dan tanah tersebut tidak mempunyai peruntukan lain demi kepentingan umum, setelah perpanjangan waktu berakhir, masih dimungkinkan untuk memperbaharui hak atas tanah bukan hak milik tersebut. Berdasarkan jiwa UUD pasal 33 ayat (3), hak milikpun juga dapat dicabut untuk kepentingan umum.

a)

Untuk keperluan Standar ini, kepemilikan tanah berdasar hak apapun disebut tanah, disertai pengungkapan mengenai jenis hak dan masa manfaat. Kepemilikan tanah berdasar berbagai jenis hak tidak dapat disusutkan kecuali dapat diprediksi bahwa tak mungkin atau kecil kemungkinan bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak dapat diperoleh manajemen. Hak sewa pakai atas tanah atau semacamnya yang diperoleh berdasar Kontrak Sewa tidak setara dengan kepemilikan tanah, harus diperlakukan sebagai Beban Dibayar Di muka, sesuai butir 05.

b)

Beban Tangguhan yang timbul untuk pengurusan legal Hak Atas Tanah yang diwujudkan dokumen yang memberi hak tertentu, termasuk memperpanjang hak tertentu, memperbaharui hak tertentu, kepada entitas untuk menggunakan tanah yang berjumlah sebesar tarif menurut peraturan perundangundangan yang dibayarkan kepada pemerintah, jika material dinyatakan secara terpisah dalam pos Beban Tangguhan dan diamortisasi secara sistematis dan rasional selama masa manfaat disertai pengungkapan jenis hak, masa berlaku dan cara amortisasi. Tanah Luar Negeri adalah tanah yang berada di wilayah hukum pertanahan lain diluar hukum pertanahan Indonesia. Substansi kepemilikan tanah dalam kaidah hukum tersebut menyebabkan pencatatan sama seperti butir a dan b.
03 Keterkaitan dengan PSAK lain.

c)

47.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

a) b) c) d) e) f) g) h)

PSAK 10 paragraf 32 dan ISAK 4 untuk kapitalisasi selisih kurs luar biasa terkait pada pemerolehan aktiva tetap tanah dengan dana pinjaman valuta asing. PSAK 16 sebagai standar umum akuntansi aktiva tetap dan aktiva lain-lain. PSAK 16 paragraf 66 dan PSAK 21 paragraf 44 tentang penilaian kembali aktiva tetap, termasuk tanah. PSAK 22 dan 38 yang mengatur akuisisi, penggabungan dan atau restrukturisasi usaha. PSAK 26 untuk biaya pinjaman. PSAK 37 yang mengatur pengelolaan tanah negara, misalnya tanah jalan tol. PSAK 48 yang mengatur penurunan nilai aktiva. PSAK 51 yang mengatur akuntansi kuasi reorganisasi.

Tujuan

a) b)

04 Tujuan Pernyataan ini: Mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan tanah sebagai aktiva tetap dan penyusutannya. Mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan hak atas tanah sebagai Beban Tangguhan dan amortisasinya.

Lingkup

05 PSAK ini mengatur akuntansi tanah sebagai aktiva tetap dan Beban Tangguhan untuk pengurusan legal hak atas tanah, sehingga tidak berkaitan dengan: a) Tanah sebagai barang dagangan. b) Tanah sebagai bahan baku produksi. c) Tanah sebagai investasi properti (dalam pos investasi). d) Tanah sebagai aktiva lain-lain. e) Aktiva Tetap Tanah - Hak Sewa Guna Usaha. 06 Pernyataan ini merupakan pelengkap PSAK 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva lain-lain umumnya, Beban Tangguhan khususnya, sehingga seluruh bagian PSAK 16 yang tidak bertentangan dengan PSAK ini berlaku bagi akuntansi aktiva tetap tanah dan Beban Tangguhan - Hak Atas Tanah.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

47.3

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Definisi 07 Definisi terkait hanya pada PSAK ini adalah sbb:

Tanah adalah aktiva berwujud yang diperoleh siap pakai atau diperoleh lalu disempurnakan sampai siap pakai dalam operasi entitas dengan manfaat ekonomik lebih dari setahun, dan tidak dimaksud untuk diperjualbelikan dalam kegiatan operasi normal entitas. Beban Tangguhan karena pengurusan legal Hak Atas Tanah adalah biaya untuk memperoleh semua hak yang diterbitkan oleh pemerintah berdasar peraturan perundang-undangan. Jenis hak, batasan hak dan masa berlaku hak, tercantum secara eksplisit dalam dokumen hak tersebut. Hak milik tak mempunyai batasan waktu kepemilikan, sehingga tidak dapat dikelompokkan sebagai Beban Tangguhan, namun dikapitalisasi sebagai elemen biaya Perolehan Tanah. Hak jenis lain diluar sertifikat hak milik mempunyai batasan waktu berlaku, walaupun dapat diperpanjang dan atau diperbaharui. Berbeda dengan aktiva tak berwujud lain, Beban Tangguhan yang timbul karena perolehan hak atas tanah terkait erat pada keadaan fisik tanah. Masa manfaat tanah adalah: a) Jangka waktu penggunaan aktiva tanah yang diharapkan dapat dicapai, atau b) Jangka waktu jumlah unit produksi yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu aktiva tanah. c) Masa berlakunya hak, bila hak tak dapat diperbaharui atau diperpanjang bila butir c lebih pendek dari butir a atau b. Masa manfaat Beban Tangguhan karena perolehan Hak Atas Tanah, adalah masa manfaat tanah atau masa berlaku hak tak dapat diperpanjang atau diperbaharui mana yang lebih pendek. Nilai wajar tanah adalah harga pasar bebas obyektif pada tanggal transaksi perolehan atau berdasar penilaian profesional yang berterima umum yang mana yang lebih handal. Nilai wajar prasarana dan sarana adalah nilai pasar obyektif pada tanggal transaksi perolehan atau dasar penilaian profesional berterima umum yang mana yang lebih handal.

47.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENJELASAN Pengakuan tanah

08 Biaya perolehan Aktiva Tetap Tanah yang dibangun sendiri merupakan akumulasi seluruh biaya perolehan dan pengembangan tanah, berupa biaya pematangan tanah, di luar Beban Tangguhan akibat biaya legal pengurusan hak.
Pengakuan Awal Aktiva Tetap Tanah 09 Tanah pada awalnya diukur berdasar biaya perolehan.

Pengeluaran untuk memperoleh tanah diakui secara terpisah dari pengeluaran legal hak atas tanah. Apabila tanah diperoleh cuma-cuma, pengakuan awal terdiri dari harga wajar sesuai paragraf 13 Standar ini, ditambah unsur biaya legal saja. Komponen Biaya a) 10 Biaya perolehan tanah antara lain meliputi: Harga transaksi pembelian tanah termasuk tanaman, prasarana, bangunan diatasnya yang harus dibeli kemudian dimusnahkan. Bila tidak dimusnahkan, menggunakan paragrap 10. Harga tanah berasal dari sumbangan diatur pada paragraf 13. Biaya konstruksi atau pembuatan tanah, bila lahan tanah diciptakan. Biaya ganti rugi penghuni, biaya relokasi. Biaya pembelian tanah lain sebagai pengganti. Biaya komisi perantara jual beli tanah. Biaya pinjaman terkapitalisasi kedalam tanah. Biaya pematangan tanah.

b) c) d) e) f) g)

Beban Tangguhan untuk pengurusan legal Hak Atas Tanah antara lain meliputi: a) Biaya legal audit seperti pemeriksaan keaslian sertifikat tanah, rencana tata kota. b) Biaya pengukuran-pematokan- pemetaan ulang. c) Biaya notaris, biaya jual beli & PPAT d) Pajak terkait pada jual - beli tanah.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

47.5

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

e)

Biaya resmi yang harus dibayar ke Kas Negara, untuk perolehan hak, perpanjangan atau pembaharuan Hak baik status maupun peruntukan.

Karena sifatnya berbeda dengan Beban Tangguhan yang lain, dan mempunyai hubungan erat dengan aktiva Tanah, serta mempunyai pola amortisasi sendiri, maka penyajian di neraca dipisahkan dari Beban Tangguhan yang lain. Perolehan Secara Gabungan

11 Perolehan tanah dan prasarana-sarana yang berada di atas atau di bawah tanah secara gabungan, dialokasi kepada aktiva tetap tanah secara proporsional berdasar perbandingan nilai wajar aktiva tetap tanah dan aktiva non-tanah. Apabila harga wajar tanah amat handal, maka harga tanah ditentukan lebih dahulu, lalu sisa harga gabungan dikapitalisasi menjadi harga perolehan prasarana dan sarana. Cara yang sama berlaku, yaitu bila harga prasarana dan sarana amat handal, sebaliknya harga wajar tanah sulit ditentukan.
Pertukaran Aktiva Tanah

12

Pertukaran aktiva tetap tanah mengikuti PSAK 16.

Tanah Sumbangan

13 Sumbangan Tanah Diterima dicatat berdasarkan nilai wajar lokasi setempat, dan diakui sebagai Modal Berasal dari Sumbangan sesuai PSAK 21 tentang Ekuitas.
Pengeluaran Setelah Perolehan

14 Pengeluaran setelah perolehan tanah ditambahkan kepada jumlah tercatat, apabila meningkatkan manfaat ekonomik semula berupa peningkatan kinerja dan atau umur ekonomik.

47.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Contoh peningkatan manfaat ekonomik sebagai berikut: a) Peningkatan tinggi halaman parkir yang sering tergenang air hujan pada wilayah belanja, meningkatkan ramainya pengunjung di musim hujan. b) Perolehan tanah rawa ditambah pengeluaran setelah perolehan berupa pengurukan menjadi lahan tanah padat meningkatkan nilai ekonomik lahan. c) Biaya pemasangan tiang-tiang pengaman dan atau penahan anti erosi lahan tepi pantai meningkatkan keamanan gedung dan menjaga tidak berkurangnya luas tanah. 15 Pengeluaran untuk memelihara kondisi tanah seperti semula agar tetap berfungsi normal sesuai rencana penggunaan semula, pajak dan iuran daerah terkait tanah, dibebankan pada laba rugi tahun berjalan. 16 Pengeluaran perpanjangan hak sehingga memperpanjang masa manfaat, tidak ditambahkan pada nilai tercatat tanah tetapi sebagai Beban Tangguhan. Pengeluaran perpanjangan hak tak material dibebankan pada laba rugi tahun berjalan.
Pengukuran Berikutnya Terhadap Pengakuan Awal Penyusutan

a) b)

c)

17 Tanah tidak disusutkan, kecuali: Kondisi kualitas tanah tak layak lagi untuk digunakan dalam operasi utama entitas. Sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bangunan begitu saja apabila proyek selesai. Contoh aktiva tetap tanah dan bangunan di daerah terpencil. Dalam hal ini tanah disusutkan sesuai perkiraan panjang jadwal operasi utama atau proyek tersebut. Prediksi manajemen atau kepastian bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh.

Apabila disusutkan, tanah disajikan berdasar nilai perolehan atau nilai terbawa lain sesuai revaluasi tanah atau PSAK tentang penurunan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

47.7

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

nilai aset, dikurangi akumulasi penyusutan. 18 Aktiva tetap tanah tidak disusutkan, kecuali dalam kondisi yang dijelaskan pada paragraf 17. Metode penyusutan berdasar PSAK 17 tentang Akuntansi Penyusutan, dipilih sesuai pola pemanfaatan tanah dalam kegiatan usaha.
Penghapusan dan Pelepasan

19 Tanah disumbangkan atau dihibahkan sebagian atau seluruhnya dikurangkan dari nilai terbawa tanah dalam neraca, dengan mendebit laba rugi tahun berjalan disertai pengungkapan yang diperlukan. Tanah disumbangkan harus dinyatakan dalam catatan atas laporan keuangan disertai alasan dan pertimbangan ekonomik untuk entitas komersial atau alasan sosial untuk entitas nirlaba. Beban Tangguhan-Hak Atas Tanah terkait pada Tanah disumbangkan atau dihibahkan seluruhnya dihapusbukukan dari neraca, dengan mendebit akun laba rugi tahun berjalan. Beban Tangguhan-Hak Atas Tanah terkait pada Tanah disumbangkan atau dihibahkan sebagian, tidak mengalami perubahan, selama peruntukan tanah tersisa tak berubah. 20 Tanah diambil alih negara untuk kepentingan umum, dengan atau tanpa ganti rugi, setelah kerugian kehilangan tanah dikurangi ganti rugi yang diterima atau kemungkinan besar diterima, dibebankan pada laba rugi tahun berjalan. 21 Tanah yang secara fisik menyusut luasnya karena pengikisan alam, secara proporsional mengurangi nilai terbawa aktiva tanah saat tanggal neraca, dan dibebankan pada laba rugi tahun berjalan. Nilai terbawa disusutkan sesuai sisa manfaat ekonomik atau legal yang lebih pendek. 22 Tanah yang tidak dimanfaatkan untuk operasi perusahaan, tak dapat disewakan dan tak mempunyai nilai jual, dieleminasi dari neraca dengan cara membebankan pada laba rugi tahun berjalan. 23 Apabila tanah tersebut masih mempunyai nilai jual,

47.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

maka nilai terbawa diturunkan sampai ke nilai neto realisasi penjualan konservatif.
Pengakuan Beban Tangguhan karena Pengurusan Legal Hak Atas Tanah

24 Beban Tangguhan berupa Hak Atas Tanah harus dibuktikan dengan bukti kepemilikan hak yang masih berlaku. Hak atas tanah, baik baru maupun perpanjangan atau pembaharuan hak, diakui sebagai Beban Tangguhan. 25 Beban Tangguhan berupa Hak Atas Tanah dicatat sebesar biaya perolehan hak atau biaya perpanjangan hak atau biaya pembaharuan hak.
Amortisasi

26 Semua Beban Tangguhan terkait hak diamortisasi sepanjang umur hukum hak atau umur ekonomik aktiva tanah, yang mana yang lebih pendek. 27 Metode amortisasi sesuai pola pemanfaatan hak tanah dalam operasi perusahaan, diselaraskan dengan paragraf 21, dilakukan secara sistematis dan konsisten. Pola pemanfaatan dan umur ekonomik Beban Tangguhan tersebut harus dievaluasi secara berkala, dan diubah sesuai kondisi mutakhir.
PENYAJIAN

28 berwujud.

Tanah disajikan sebagai bagian kelompok aktiva tetap

29 Semua hak atas tanah, disajikan sebagai Beban Tangguhan-Hak Atas Tanah dalam neraca, terpisah dari Beban Tangguhan yang lain.
Pengungkapan

30

PSAK 1 tentang pengungkapan kebijakan akuntansi

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

47.9

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tetap berlaku bagi aktiva tetap tanah, untuk menjelaskan substansi pos tanah di neraca. Selain PSAK 16 paragraf 73-75 dan PSAK 17 paragraf 12 dan 17, untuk tanah, informasi berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Jenis hak atas tanah dan masa manfaatnya, dan b) Prediksi manajemen atau derajat kepastian yang diperoleh manajemen mengenai diperoleh atau tidaknya perpanjangan/ pembaharuan hak atas tanah. c) Keterkaitan dengan pos Beban Tangguhan - Hak Atas Tanah. 31 Reklasifikasi status tanah dalam neraca harus diungkapkan, misalnya aktiva lain- lain menjadi aktiva tetap tanah, persediaan tanah real estat menjadi aktiva tetap tanah, investasi tanah menjadi aktiva tetap tanah, dan sebaliknya. 32 Informasi tentang Beban Tangguhan - Hak Atas Tanah harus diungkapkan, dalam catatan atas laporan keuangan, terutama: a) Keterkaitan dengan tanah tertentu, sejalan dengan pengungkapan pada paragraf 30. b) Kebijakan amortisasi Beban Tangguhan dan alasan pemilihan kebijakan. c) Bila perpanjangan atau pembaharuan hak tidak diperoleh, harus diungkapkan secara khusus
TANGGAL EFEKTIF

33 Pernyataan ini berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1999. Penerapan lebih dini dianjurkan.

47.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

47.11

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 7

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI

TANAH

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN ..................................................................... Tujuan ............................................................................ Lingkup .......................................................................... Definisi ........................................................................... PENJELASAN ........................................................................ Pengakuan Tanah .......................................................... Pengakuan Awal Aktiva Tetap Tanah ............................. Komponen Biaya ............................................................ Perolehan Secara Gabungan ........................................ Pertukaran Aktiva Tanah ................................................ Tanah Sumbangan ......................................................... Pengeluaran Setelah Perolehan .................................... Pengukuran Berikutnya terhadap Pengakuan Awal ............................................................ Penyusutan .................................................................... Penghapusan dan Pelepasan ........................................ Pengakuan Beban Tangguhan karena pengurusan Legal Hak Atas Tanah .................................................... Amortisasi ...................................................................... PENYAJIAN ............................................................................ Pengungkapan ............................................................... TANGGAL BERLAKU EFEKTIF ............................................ 01-03 04 05-06 07 08-27 08 09 10 11 12 13 14-16

19-23 24-25 26-27 28-29 30-32 33

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

PSAK No. 47 tentang AKUNTANSI TANAH telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Juni 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 15 Juli 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 15 Juli 1998 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

T ANAH

PSAK N O . 47

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 15 Juli 1998 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PENURUNAN NILAI AKTIVA

KEUANGAN

NO.

48

Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan dan panduan implementasi yang dicetak dalam huruf biasa. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
Tu j u a n 01 Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi aktiva yang turun nilainya dan konsekuensi penurunan nilai tersebut. Jika perusahaan mengidentifikasi bahwa aktiva secara potensial akan turun nilainya, pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk menentukan taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) dari aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tersebut lebih kecil dari nilai tercatatnya, pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk mengakui kerugian penurunan nilai aktiva. Pernyataan ini juga mengatur kapan perusahaan harus memulihkan (reverse) kerugian penurunan nilai aktiva yang telah diakui dan pengungkapan yang diperlukan untuk aktiva yang turun nilainya. Lingkup

02 Pernyataan ini harus diterapkan untuk akuntansi penurunan nilai semua aktiva, kecuali: a) persediaan, (lihat PSAK No. 14, Persediaan) b) aktiva yang timbul dari kontrak konstruksi (lihat PSAK No. 34, Akuntansi Kontrak Konstruksi) c) Aktiva Pajak Tangguhan, lihat PSAK No. 46) d) aktiva yang timbul dari manfaat pensiun (lihat PSAK No. 24, Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun.
03 Pernyataan ini tidak mengatur persediaan, aktiva dalam kontrak konstruksi, aktiva pajak tangguhan dan aktiva dari manfaat pensiun karena Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur berbagai jenis aktiva yang mencakup pengakuan serta pengukuran kerugian penurunan nilainya tersebut telah diatur tersendiri.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.1

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

04 Aktiva yang diatur dalam Pernyataan ini mencakup juga aktiva keuangan yang merupakan bagian pada anak perusahaan, sebagaimana diuraikan dalam PSAK No. 4, Laporan Keuangan Konsolidasi, bagian dalam asosiasi, sebagaimana diuraikan dalam PSAK No. 15, Akuntansi Untuk Investasi Dalam Perusahaan Asosiasi, dan bagian partisipasi dalam joint ventures sebagaimana diuraikan dalam PSAK No. 12, Pelaporan Keuangan Untuk Joint Ventures. Definisi

05 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini. Nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) adalah nilai tertinggi antara harga jual neto dengan nilai pakai (value in use) suatu aktiva. Nilai pakai (value in use) adalah nilai sekarang dari taksiran aliran kas yang diharapkan akan diterima atas penggunaan aktiva dan penghentian penggunaan aktiva pada akhir masa manfaatnya. Harga jual neto (net selling price) adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aktiva dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas (arms length transaction), setelah dikurangi biaya yang terkait. Biaya penghentian pemakaian aktiva (cost of disposal) adalah tambahan biaya yang secara langsung terkait dengan penghentian pemakaian aktiva, tidak termasuk biaya pendanaan dan biaya pajak penghasilan. Rugi penurunan nilai (impairment loss) adalah jumlah yang diturunkan dari nilai tercatat hingga menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva. Nilai tercatat (carrying amount) adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi depresiasi atau amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Depresiasi (amortisasi) adalah alokasi sistematis atas jumlah yang

48.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dapat didepresiasi dari suatu aktiva selama masa manfaatnya. Jumlah yang dapat didepresiasi (depreciable amount) adalah harga perolehan aktiva, atau jumlah lain yang dapat menggantikan harga perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai sisa (residual value). Masa manfaat (useful life) adalah: a) jangka waktu penggunaan aktiva yang diharapkan dapat dicapai, atau b) jumlah unit produksi atau unit sejenis yang diharapkan dapat dihasilkan dari suatu aktiva. Unit penghasil kas (cash-generating unit) adalah kelompok terkecil aktiva yang menghasilkan aliran kas masuk dari penggunaannya. Aliran kas masuk tersebut tidak tergantung pada aliran kas masuk dari aktiva atau kelompok aktiva lain.
IDENTIFIKASI AKTIVA TURUN NILAINYA YANG SECARA POTENSIAL

06 Suatu aktiva turun nilainya jika nilai tercatatnya melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Penurunan nilai aktiva tersebut diakui sebagai kerugian dalam laporan keuangan. Paragraf 7 sampai dengan 12 menjelaskan indikasi kemungkinan terjadinya kerugian penurunan nilai aktiva: jika terdapat indikasi suatu aktiva turun nilainya, perusahaan harus menentukan taksiran nilai yang dapat diperoleh kembali. Jika tidak terdapat indikasi penurunan nilai aktiva, risiko terjadinya kerugian penurunan nilai adalah kecil, sehingga perusahaan tidak perlu menentukan taksiran nilai yang dapat diperoleh kembali.

07 Pada setiap tanggal neraca, perusahaan harus mereview ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aktiva. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aktiva, perusahaan harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tersebut. 08 Dalam mengidentifikasi terdapat atau tidaknya penurunan nilai aktiva, paling tidak perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.3

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Informasi dari luar perusahaan a) selama periode tertentu, nilai pasar aktiva telah turun secara signifikan melebihi penurunan akibat proses normal depresiasi (amortisasi); b) telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan memburuk yang signifikan dalam teknologi, pasar, kondisi ekonomi atau hukum tempat perusahaan beroperasi, atau dalam pasar produk atau jasa yang dihasilkan dari aktiva tersebut; c) selama periode tertentu, tarif diskonto pasar atau tingkat kembalian investasi pasar telah meningkat, dan peningkatan ini cenderung akan menurunkan nilai aktiva yang dapat diperoleh kembali secara material; Informasi dari dalam perusahaan d) terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aktiva; e) telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang bersifat merugikan sehubungan dengan cara penggunaan aktiva; f) terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan bahwa kinerja ekonomi aktiva tidak memenuhi harapan atau akan lebih buruk dari yang diharapkan; dan Aktiva yang pada tahun terakhir sebelumnya disajikan sebesar nilai pakainya g) aliran kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari aliran kas taksiran, sebelum diperhitungkan diskonto.
09 Indikasi penurunan nilai aktiva yang disajikan pada paragraf 8 belum meliputi seluruh indikasi yang mungkin muncul dalam perusahaan. Perusahaan mungkin mengidentifikasi hal-hal lain yang secara potensial berpengaruh terhadap penurunan nilai aktiva dan menjadikan indikasi tersebut sebagai dasar untuk menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali. 10 Dalam menggunakan informasi dari luar perusahaan atau pelaporan internal, perusahaan perlu mempertimbangkan keandalan informasi tersebut. Contoh faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah apakah perusahaan biasanya terlalu optimis dalam target, seberapa sering

48.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

anggaran atau prakiraan diperbaharui dan apakah anggaran dan prakiraan tersebut merupakan dasar perbandingan yang obyektif dan dapat dipercaya. 11 Bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan bahwa kinerja aktiva secara ekonomis telah atau akan lebih buruk daripada yang diharapkan meliputi: a) biaya pemerolehan aktiva, atau kebutuhan dana berikutnya setelah aktiva diperoleh (jika ada), secara signifikan lebih besar dari yang diperkirakan; b) aliran kas masuk sesungguhnya, laba atau rugi operasi sesungguhnya secara signifikan lebih kecil dari yang dianggarkan; c) penurunan signifikan dalam aliran kas masuk neto atau laba operasi yang dianggarkan; atau d) terjadinya kerugian operasi atau aliran kas keluar neto dari aktiva jika angka periode sekarang diagregatkan dengan angka-angka periode lalu atau jumlah yang dianggarkan. 12 Konsep materialitas berlaku dalam mengidentifikasi perlu atau tidaknya menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva. Misalnya, jika perhitungan sebelumnya menunjukkan bahwa nilai yang dapat diperoleh kembali secara signifikan lebih besar dari nilai tercatatnya, perusahaan tidak perlu mengulang penaksiran nilai yang dapat diperoleh kembali jika tidak terdapat kejadian yang dapat mengeliminasi perbedaan tersebut. PENGUKURAN KEMBALI NILAI YANG DAPAT DIPEROLEH

13 Untuk menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali, perusahaan tidak selalu harus lebih dahulu menentukan harga jual neto atau nilai pakai aktiva. Misalnya, jika salah satu dari jumlah ini melebihi nilai tercatat aktiva, maka aktiva tidak turun nilainya, dan tidak perlu menaksir nilai lain. Sama halnya, jika tidak ada alasan untuk meyakini bahwa nilai pakai aktiva secara material melebihi harga jual neto, nilai yang dapat diperoleh kembali adalah harga jual neto. 14 Kadang-kadang tidak mungkin menentukan harga jual neto, misalnya, jika tidak terdapat dasar untuk menentukan jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aktiva dari transaksi antar pihak yang bebas (arms

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.5

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

length transaction). Dalam hal ini, nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva dapat dianggap sebagai nilai pakainya. Tidak adanya pasar tidak berarti bahwa harga jual neto aktiva tidak dapat ditentukan.
15 Paragraf 46 sampai dengan 54 menjelaskan cara penentuan nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva yang tidak menghasilkan aliran kas masuk tanpa tergantung pada aliran kas masuk dari aktiva lain. 16 Kadang-kadang, penghentian penggunaan aktiva mengharuskan pembeli mengambil alih kewajiban, dan hanya informasi harga jual neto atau aliran kas masuk neto yang tersedia. Paragraf 51 sampai dengan 53 menjelaskan cara penentuan jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva dalam kondisi demikian. Harga Jual Neto

17 Jika aktiva diperdagangkan di pasar, harga jual pasar yang aktif, disesuaikan dengan tambahan biaya yang dapat dibebankan secara langsung pada penghentiannya, merupakan bukti terbaik mengenai harga jual neto. Harga pasar yang memadai biasanya merupakan harga penawaran sekarang. Jika harga penawaran sekarang tidak tersedia, harga pada transaksi terkini merupakan dasar taksiran harga jual neto, jika tidak ada perubahan kondisi ekonomi signifikan sejak tanggal transaksi hingga tanggal taksiran dibuat. 18 Jika aktiva tidak diperdagangkan di pasar, harga jual neto ditentukan berdasarkan informasi terbaik yang tersedia dalam kondisi tersebut untuk menunjukkan jumlah yang dapat diperoleh perusahaan, pada tanggal taksiran, untuk penghentian penggunaan aktiva melalui transaksi antar pihak yang bebas (arms length transaction), dikurangi biaya penghentian aktiva. 19 Dalam menentukan harga jual neto, biaya penghentian penggunaan aktiva dikurangkan. Contoh biaya penghentian penggunaan aktiva adalah biaya legal, pajak, dan biaya untuk membuang aktiva.

a) b)

20 Biaya penghentian aktiva tidak termasuk: biaya yang telah diakui sebagai kewajiban; dan biaya restrukturisasi atau reorganisasi.

48.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

21 Walaupun perusahaan bermaksud untuk mengeluarkan biaya restrukturisasi atau reorganisasi jika aktiva dihentikan penggunaannya, biaya restrukturisasi atau reorganisasi tersebut bukan merupakan biaya penghentian aktiva. Biaya tersebut diakui sebagai kewajiban hanya jika pengakuan tersebut diwajibkan dalam penerapan PSAK tertentu. Nilai Pakai

22 Penaksiran nilai pakai suatu aktiva meliputi tahap-tahap berikut ini: a) penaksiran aliran kas masuk dan aliran kas keluar di masa depan dari pemakaian dan penghentian aktiva tertentu; dan b) penerapan tarif diskonto (discount rate) yang memadai. Dalam beberapa kasus penggunaan taksiran, rata-rata, dan perhitungan sederhana hasilnya mendekati hasil penghitungan rinci yang disajikan sebagai contoh dalam Pernyataan ini. Dasar Penaksiran Aliran Kas Dimasa Depan

a)

b)

c)

23 Dalam mengukur nilai pakai: proyeksi aliran kas harus didasarkan pada asumsi logis dan kuat, yang mencerminkan taksiran terbaik manajemen mengenai kondisi ekonomi yang mungkin akan terjadi selama masa manfaat aktiva. Manajemen harus menggunakan pertimbangan yang dapat diverifikasi secara obyektif; proyeksi aliran kas jangka pendek harus didasarkan pada anggaran atau prakiraan keuangan yang telah disetujui oleh manajemen yang mempunyai werwenang untuk itu. Proyeksi aliran kas jangka pendek harus meliputi jangka waktu maksimum lima tahun, kecuali jika penggunaan jangka waktu yang lebih panjang dapat dibenarkan; dan proyeksi aliran kas jangka panjang harus didasarkan pada ekstrapolasi proyeksi jangka pendek dengan menggunakan tingkat pertumbuhan yang tetap atau semakin menurun, kecuali jika tingkat pertumbuhan yang meningkat dapat dijustifikasi. Tingkat pertumbuhan ini tidak boleh melebihi tingkat pertumbuhan jangka panjang rata-rata suatu produk, industri, negara tempat perusahaan beroperasi atau pasar produk yang

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.7

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dihasilkan oleh aktiva tersebut, kecuali penggunaan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dapat dijustifikasi.
24 Dalam menggunakan asumsi, perusahaan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan tren pada tanggal neraca. 25 Taksiran aliran kas yang rinci, jelas, dan andal untuk periode lebih dari lima tahun biasanya tidak tersedia. Oleh karena itu, taksiran manajemen mengenai aliran kas masa yang akan datang disusun untuk jangka waktu lima tahun, kecuali manajemen dapat menunjukkan kemampuannya untuk menaksir aliran kas secara akurat untuk periode lebih dari lima tahun. Jika manajemen menyusun taksiran aliran kas untuk periode lebih dari lima tahun, persyaratan pengungkapan diatur pada paragraf 82 dan 83. 26 Manfaat ekonomi yang akan diterima sampai dengan masa manfaat aktiva berakhir diperkirakan dengan cara ekstrapolasi proyeksi aliran kas jangka pendek dengan menggunakan tingkat pertumbuhan tahun-tahun yang akan datang. Tingkat pertumbuhan jangka panjang ini biasanya tetap atau menurun. Perusahaan boleh menggunakan tingkat pertumbuhan yang meningkat jika tingkat pertumbuhan yang meningkat tersebut didukung informasi obyektif mengenai pola siklus hidup produk. Jika perusahaan dapat memberikan alasan kuat mengenai penggunaan tingkat pertumbuhan yang meningkat, pengungkapannya harus memenuhi persyaratan yang diatur pada paragraf 82 dan 83. 27 Tingkat pertumbuhan jangka panjang biasanya tidak lebih besar dari tingkat pertumbuhan rata-rata produk, industri, atau negara tempat perusahaan beroperasi atau untuk pasar produk yang dihasilkan oleh aktiva tertentu. Perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam melampaui tingkat pertumbuhan rata-rata dalam jangka panjang karena jika kondisi memang sangat menguntungkan, pesaing kemungkinan akan memasuki pasar dan membatasi pertumbuhan perusahaan. Jika perusahaan dapat memberikan alasan kuat mengenai penggunaan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan rata-rata jangka panjang, pengungkapannya perlu dilakukan seperti diatur pada paragraf 82 dan 83.

48.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Komposisi Taksiran

Aliran

Kas

Dimasa

Depan

a) b)

c)

28 Taksiran aliran kas di masa depan harus meliputi: Proyeksi aliran kas masuk dari penggunaan aktiva; Proyeksi aliran kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan aliran kas masuk dari penggunaan aktiva (termasuk aliran kas keluar untuk menyiapkan aktiva agar dapat digunakan), dan yang dapat dikaitkan secara langsung, atau dialokasikan dengan menggunakan dasar yang konsisten pada aktiva tertentu; dan aliran kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk menghentikan penggunaan aktiva pada akhir masa manfaatnya.

29 Sejauh yang dimungkinkan, taksiran aliran kas masuk hanya mencerminkan aliran kas masuk yang berhubungan dengan aktiva yang diakui pertama kali (atau bagian yang tersisa dari aktiva jika sebagian dari aktiva tersebut telah digunakan atau dijual). Hal ini untuk mencegah dimasukkannya aliran kas masuk dari nilai pakai aktiva yang berasal dari goodwill yang dikembangkan sendiri atau dari aktiva lain. PSAK 19, Aktiva Tak Berwujud, tidak mengizinkan pengakuan goodwill yang dikembangkan sendiri sebagai aktiva. Namun, jika operasi perusahaan terintegrasi secara penuh dan sistem informasi digabungkan, atau jika aktiva telah dimodifikasi, kadang-kadang tidak mungkin membedakan aliran kas masuk yang berhubungan dengan aktiva yang pertama kali telah diakui. Dalam hal ini, digunakan aliran kas masuk di masa depan dari aktiva dalam kondisi sekarang, tidak tergantung pada apakah aliran kas masuk di masa depan berasal dari aktiva yang telah diakui pertama kali atau dari peningkatan atau modifikasi. Jika perusahaan tidak lagi dapat mengidentifikasi aliran kas masuk suatu aktiva yang telah diakui pertama kali, perusahaan harus menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali bukan untuk aktiva secara individual namun untuk unit penghasil kas (lihat paragraf 46 sampai dengan 61). 30 Proyeksi aliran kas keluar meliputi biaya overhead yang dapat dibebankan atau dialokasikan dengan dasar yang andal dan konsisten pada penggunaan aktiva. 31 Jika nilai tercatat aktiva belum mencakup semua biaya yang akan terjadi sebelum aktiva siap untuk digunakan atau dijual, taksiran aliran

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.9

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

kas keluar meliputi taksiran semua biaya lain yang diperkirakan akan terjadi sebelum aktiva siap untuk digunakan atau dijual. Hal demikian terjadi, misalnya, dalam kondisi gedung pada masa konstruksi atau projek pengembangan yang belum selesai.

a) b) c)

32 Taksiran aliran kas di masa depan tidak termasuk: aliran kas keluar yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban yang telah diakui sebagai hutang; aliran kas masuk atau keluar dari aktivitas pendanaan; dan penerimaan atau pembayaran pajak penghasilan.

33 Untuk mencegah penghitungan ganda, taksiran aliran kas keluar tidak meliputi aliran kas keluar yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban yang telah diakui sebagai hutang. Juga, karena nilai waktu uang dipertimbangkan dengan mendiskontokan taksiran aliran kas di masa depan, aliran kas ini tidak meliputi aliran kas masuk atau aliran kas keluar dari aktivitas pendanaan. Taksiran aliran kas di masa depan mencerminkan asumsi yang konsisten dengan cara penentuan tarif diskonto. Dampak berbagai asumsi ini tidak boleh dihitung dua kali atau diabaikan. Oleh karena tarif diskonto ditentukan atas dasar sebelum pajak, taksiran aliran kas di masa depan juga ditentukan atas dasar sebelum pajak.

34 Taksiran aliran kas neto yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk penghentian aktiva pada akhir masa manfaat harus merupakan jumlah yang diharapkan akan diperoleh perusahaan dari penghentian aktiva melalui transaksi antar pihak yang bebas, setelah dikurangi taksiran biaya penghentian aktiva yang bersangkutan.
35 Taksiran aliran kas neto yang akan diterima (atau dibayar) untuk penghentian aktiva pada akhir masa manfaat ditentukan dengan cara yang sama dengan penentuan harga jual neto. Selain itu, dalam menaksir aliran kas neto tersebut: a) perusahaan menggunakan harga yang berlaku pada tanggal penaksiran untuk aktiva sejenis yang telah habis masa manfaatnya dan telah beroperasi dalam kondisi serupa dengan aktiva yang akan digunakan; dan b) harga-harga tersebut disesuaikan dengan pengaruh kenaikan harga di masa depan akibat inflasi umum maupun kenaikan (penurunan) harga spesifik. Namun, jika taksiran aliran kas di masa depan dari

48.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

penggunaan aktiva dan tarif diskonto tidak mempertimbangkan pengaruh inflasi umum, pengaruh ini juga tidak dipertimbangkan di dalam penentuan taksiran aliran kas neto dari penghentian aktiva. Tarif Diskonto

36 Tarif diskonto harus ditetapkan atas dasar tarif diskonto pasar sebelum pajak yang menunjukkan taksiran sekarang mengenai nilai waktu uang dan risiko spesifik yang terkait dengan aktiva yang bersangkutan.
37 Tarif diskonto atas dasar pasar yang mencerminkan taksiran sekarang mengenai nilai waktu uang dan risiko spesifik aktiva tertentu untuk periode sampai dengan akhir masa manfaat adalah tingkat kembalian yang diharapkan oleh investor jika mereka memilih investasi dengan tingkat risiko dan jangka waktu yang sama dengan alternatif mengoperasikan aktiva tersebut. 38 Tarif diskonto yang telah disesuaikan dengan risiko sekarang biasanya meliputi berbagai faktor berikut ini: a) nilai waktu uang; b) kenaikan harga akibat inflasi umum, jika faktor ini juga dipertimbangkan dalam menaksir aliran kas di masa depan; dan c) risiko spesifik yang berhubungan dengan aktiva tertentu dengan mempertimbangkan risiko negara, risiko mata uang, risiko harga, dan risiko lain. 39 Tarif diskonto tidak tergantung pada struktur modal perusahaan karena kembalian yang diharapkan dari aktiva perusahaan tidak tergantung pada cara perusahaan membiayai aktiva tersebut. Oleh karena itu, perusahaan tidak menggunakan tarif diskonto yang mempertimbangkan jenis pendanaan untuk aktiva dan juga tidak menggunakan tarif diskonto pinjaman tambahan. Jika perusahaan tidak dapat menentukan tarif diskonto yang spesifik, perusahaan boleh menggunakan tingkat biaya modal ratarata bertimbang (weighted average cost of capital), tanpa memperhitungkan pengaruh pajak dan pendanaan, dari perusahaan yang memiliki aktiva tunggal (atau aktiva portofolio) yang memiliki manfaat dan risiko potensial sejenis dengan aktiva yang di-review. Jika informasi tersebut tidak tersedia, biaya modal rata-rata bertimbang yang ditetapkan dengan menggunakan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.11

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

teknik seperti Capital Asset Pricing Model, walaupun bukan merupakan tarif diskonto yang memadai, merupakan titik awal yang bermanfaat untuk menentukan risiko tertentu yang berhubungan dengan aktiva. 40 Biasanya perusahaan menggunakan tarif diskonto tunggal untuk menaksir nilai pakai aktiva. Namun, perusahaan menggunakan tarif diskonto terpisah untuk periode yang berbeda jika pertimbangan risiko yang berbeda dan struktur tarif diskonto memiliki pengaruh yang material terhadap taksiran nilai pakai tersebut. PENGAKUAN PENURUNAN DAN PENGUKURAN NILAI AKTIVA KERUGIAN

41 Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih kecil dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aktiva dan harus segera diakui sebagai beban pada laporan laba rugi. 42 Jika jumlah taksiran kerugian penurunan nilai aktiva lebih besar dari nilai tercatat aktiva, perusahaan harus mengakui kewajiban hanya jika hal ini diwajibkan dalam PSAK lain. 43 Setelah kerugian penurunan nilai aktiva diakui, beban depresiasi (amortisasi) aktiva untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi nilai tercatat yang telah direvisi, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa periode depresiasi (amortisasi).
44 Pengakuan kerugian penurunan nilai suatu aktiva mungkin juga merupakan tanda bahwa nilai sisa, sisa periode depresiasi (amortisasi) atau metode depresiasi (amortisasi) untuk aktiva harus di-review sesuai dengan PSAK yang berlaku bagi aktiva tersebut. 45 Jika kerugian penurunan nilai diakui, semua pajak yang ditangguhkan yang terkait dengan aktiva tersebut atau kewajiban, harus ditentukan sesuai dengan PSAK 46 Pajak Penghasilan, dengan membandingkan jumlah nilai tercatat yang telah direvisi dengan nilai setelah pajak.

48.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

UNIT

PENGHASIL

KAS

46 Nilai yang dapat diperoleh kembali dari setiap aktiva harus ditaksir secara individual. Jika hal ini tidak dapat dilakukan, perusahaan harus menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas.
47 Dalam beberapa hal, aktiva tidak menghasilkan aliran kas masuk yang terpisah dari aktiva lain. Dalam hal ini, nilai yang dapat diperoleh kembali ditentukan berdasarkan nilai pakai unit penghasil kas. Untuk mengukur kerugian penurunan nilai unit penghasil kas, perusahaan menerapkan ketentuan dan pedoman yang diuraikan pada paragraf 13 sampai dengan 45 dan persyaratan tambahan dan pedoman pada paragraf 48 sampai dengan 65. Identifikasi, Nilai Tercatat dan Nilai yang Diperoleh Kembali dari Unit Penghasil Kas Dapat

48 Unit aktiva penghasil kas ditentukan dengan mengidentifkasi kelompok terkecil aktiva yang meliputi aktiva yang di-review dan yang menghasilkan aliran kas masuk tanpa tergantung pada aliran kas masuk dari aktiva-aktiva atau kelompok aktiva lain.

49 Nilai tercatat unit penghasil kas harus meliputi nilai tercatat semua aktiva yang secara langsung dapat dikaitkan, atau dialokasikan dengan dasar yang andal dan konsisten pada unit penghasil kas.
50 Nilai tercatat unit penghasil kas meliputi hanya nilai tercatat aktiva yang menghasilkan taksiran aliran kas di masa depan. Dalam beberapa hal, nilai tercatat aktiva tertentu, walaupun aktiva-aktiva tersebut memberikan kontribusi dalam menghasilkan taksiran aliran kas di masa depan dari unit penghasil kas, tidak dapat dialokasikan pada unit penghasil kas dengan dasar yang andal dan konsisten. Hal ini terjadi, misalnya pada goodwill atau aktiva lain seperti aktiva kantor pusat. Paragraf 59 sampai dengan 61 menjelaskan cara untuk menilai penurunan nilai aktiva semacam itu.

51

Nilai tercatat unit penghasil kas suatu aktiva harus

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.13

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

ditentukan dengan mengurangkan kewajiban dari nilai tercatat aktiva tersebut, hanya jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan kewajiban tersebut.
52 Oleh karena nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas ditentukan tanpa mempertimbangkan biaya, atau taksiran aliran kas keluar masa depan, yang telah diakui sebagai kewajiban, unit penghasil kas tidak meliputi nilai tercatat kewajiban tersebut. 53 Namun, kadang-kadang perlu dipertimbangkan kewajiban tertentu untuk menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu unit penghasil kas. Hal ini mungkin terjadi jika penjualan unit penghasil kas mengakibatkan pembeli mengambil alih kewajiban. Dalam hal ini, harga jual neto (atau taksiran aliran kas dari penghentian aktiva) dari unit penghasil kas adalah taksiran harga jual aktiva unit penghasil kas dan kewajiban tersebut secara bersama-sama, dikurangi biaya penghentian unit penghasil kas. Untuk memungkinkan pembandingan antara nilai tercatat unit penghasil kas dan nilai yang dapat diperoleh kembali, nilai tercatat kewajiban tersebut, pada tanggal taksiran, dikurangkan untuk menentukan nilai tercatat unit penghasil kas. Jika perusahaan belum mengakui kewajiban dalam laporan keuangan, nilai tercatat kewajiban adalah nol dan nilai tercatat unit penghasil kas tidak perlu disesuaikan. 54 Jika perusahaan telah mengidentifikasi semua elemen yang akan dimasukkan dalam penentuan unit penghasil kas, perusahaan menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit tersebut (yang tertinggi antara harga jual neto unit penghasil kas dan nilai pakainya) sesuai dengan ketentuan pada paragraf 13 sampai dengan 40. Kerugian Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas

55 Kerugian penurunan nilai unit penghasil kas harus diakui hanya jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit tersebut lebih kecil dari jumlah agregat nilai tercatat semua aktiva dalam unit tersebut. 56 Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tidak dapat ditentukan secara individual, kerugian penurunan nilai harus

48.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

diakui untuk aktiva tersebut hanya jika kerugian penurunan nilai diakui untuk unit penghasil kas aktiva tersebut.
57 Sejalan dengan ketentuan untuk mengukur nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva yaitu mana yang lebih tinggi antara harga jual neto dan nilai pakainya, kerugian penurunan nilai diakui untuk aktiva yang jumlah dapat diperoleh kembalinya ditentukan secara kelompok dalam satu unit penghasil kas, hanya jika harga jual neto aktiva dan nilai yang dapat diperoleh kembali unit penghasil kas aktiva tersebut lebih rendah dari nilai tercatatnya. 58 Jika nilai pakai aktiva dapat ditentukan secara independen dari nilai pakai aktiva lain, unit penghasil kas hanya meliputi aktiva yang di-review. Hal ini terjadi jika aktiva akan dihentikan penggunaannya nilai pakainya dapat ditentukan secara independen dari aktiva lainnya. Hal ini karena nilai pakai aktiva tersebut terutama terdiri dari taksiran aliran kas neto yang akan diterima (atau dibayar) dalam penghentian aktiva. Goodwill dan Aktiva Lain

59 Dalam beberapa hal, terdapat goodwill (atau aktiva lain) yang berhubungan dengan unit penghasil kas. Dalam menentukan apakah unit penghasil kas mengalami penurunan nilai: a) langkah pertama, suatu perusahaan harus melakukan uji bottom-up: mengidentifikasi bagian nilai tercatat goodwill (atau aktiva lain) yang dapat dialokasikan secara andal dan konsisten pada unit penghasil kas. Selanjutnya perusahaan harus menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas tersebut. Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas lebih kecil dari nilai tercatatnya (termasuk nilai tercatat goodwill atau aktiva lain yang dialokasikan, jika ada), rugi penurunan nilai unit penghasil kas harus diakui; dan b) langkah kedua, jika tidak terdapat dasar yang andal dan konsisten untuk mengalokasikan goodwill atau aktiva lain pada unit penghasil kas, perusahaan harus melakukan uji top-down: mengidentifikasi unit terkecil penghasil kas yang dapat dibebani alokasi goodwill atau aktiva lain yang belum dialokasikan dengan dasar alokasi yang andal dan konsisten.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.15

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Selanjutnya, perusahaan harus menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas. Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas lebih rendah dari nilai tercatat (termasuk nilai tercatat goodwill atau aktiva lain yang dialokasikan), perusahaan mengakui rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas tersebut.
60 Jika aktiva dikelompokkan untuk menentukan dapat atau tidaknya aktiva tersebut diperoleh kembali, penting untuk memasukkan semua aktiva yang menghasilkan aliran manfaat ekonomi dari kelompok tersebut. Sebaliknya, nilai tercatat neto dari unit aktiva penghasil kas mungkin nampak dapat diperoleh kembali secara penuh padahal kenyataannya rugi penurunan telah terjadi. Oleh karena goodwill menunjukkan aktiva yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung sebagai aktiva penghasil manfaat ekonomi di masa depan, sulit untuk menentukan unit aktiva penghasil kas yang berhubungan dengan goodwill, kecuali unit penghasil kas menunjukkan unit usaha yang sama yang dibeli pada saat goodwill diakui. Sama halnya, sulit untuk menentukan aktiva lain, seperti aktiva kantor pusat, pada unit penghasil kas tertentu dengan dasar yang andal dan konsisten. Untuk menjamin bahwa goodwill dan aktiva lain akan diuji dengan unit penghasil kas yang semestinya, perusahaan menerapkan (tergantung pada kondisi yang diuraikan pada paragraf 59) uji bottom-up saja atau uji bottom-up dan uji top-down sekaligus. Penerapan uji top-down seringkali berarti perusahaan menguji nilai yang dapat diperoleh kembali untuk perusahaan secara keseluruhan. 61 Jika goodwill (atau aktiva lain) dapat dialokasikan dengan dasar yang andal dan konsisten pada unit penghasil kas, perusahaan melakukan hanya uji bottom-up saja. Jika semua bagian dari goodwill (atau aktiva lain) tidak dapat dialokasikan dengan dasar yang andal dan konsisten pada unit aktiva penghasil kas, perusahaan melakukan uji bottom-up dulu baru kemudian uji top-down. Uji bottom-up memastikan bahwa, jika diperlukan, kerugian penurunan nilai diakui untuk unit penghasil kas (tanpa mempertimbangkan goodwill atau aktiva lain); uji top-down menjamin bahwa jika diperlukan, kerugian penurunan nilai kemudian diakui untuk goodwill atau aktiva lain yang belum dialokasikan yang berhubungan dengan unit penghasil kas. Dalam kenyataannya, (dengan menerapkan uji bottom-up dulu) jika timbul kerugian penurunan nilai unit penghasil kas yang diidentifikasi dengan uji top-down, kerugian penurunan nilai tersebut

48.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

jelas hanya berhubungan dengan goodwill (atau aktiva lain) yang belum dialokasikan pada unit tersebut. Alokasi Kerugian Penurunan Nilai dalam Unit Penghasil Kas

62 Jika kerugian penurunan nilai diakui untuk unit penghasil kas, kerugian penurunan nilai harus dialokasikan antar semua aktiva dalam unit tersebut dengan urutan sebagai berikut: a) pertama, ke goodwill yang dialokasikan pada unit penghasil kas (jika ada); b) kedua, ke aktiva tak berwujud lain yang tidak ada pasarnya, c) ketiga, ke aktiva yang harga jual netonya lebih kecil dari nilai tercatatnya; dan d) terakhir, ke aktiva lain dalam unit penghasil kas tersebut dengan dasar pro rata nilai tercatat setiap aktiva dalam unit tersebut.
63 Kerugian penurunan nilai unit penghasil kas dialokasikan menurut prioritas kepada aktiva yang penilaiannya ditentukan secara sangat subjektif. Goodwill yang dialokasikan pada unit penghasil kas diturunkan nilainya sebelum menurunkan nilai tercatat aktiva lain karena tidak ada manfaat ekonomi yang dapat dihasilkan di masa depan dari aktiva tidak dapat diidentifikasi yang terkait dengan unit penghasil kas. Begitu juga, aktiva tak berwujud yang tidak diperdagangkan di pasar mirip dengan goodwill. Oleh karena itu, nilai tercatat aktiva tersebut diturunkan sebelum nilai tercatat aktiva lain diturunkan. 64 Jika harga jual neto suatu aktiva lebih kecil dari nilai tercatatnya, maka merupakan dasar yang paling tepat untuk mengalokasikan kerugian penurunan nilai ke aktiva tersebut dibandingkan ke aktiva lainnya.

65 Dalam mengalokasikan kerugian penurunan nilai sesuai dengan paragraf 61, nilai tercatat suatu aktiva tidak boleh diturunkan menjadi lebih rendah dari harga jual netonya, atau jika tidak terdapat harga jual neto untuk aktiva yang bersangkutan, nilai aktiva tersebut tidak boleh diturunkan hingga menjadi nol. Kelebihan jumlah rugi penurunan nilai di atas jumlah yang telah dialokasikan pada aktiva tersebut harus dialokasikan: a) pertama kali, ke aktiva yang harga jual netonya lebih kecil dari nilai tercatatnya, dengan dasar pro rata nilai tercatat, dan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.17

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

berikutnya, ke aktiva lain dalam unit penghasil kas dengan dasar pro rata nilai tercatat setiap aktiva dalam unit yang mendapat alokasi kelebihan jumlah rugi penurunan nilai.
ATAS AKTIVA YANG TURUN

KEMUDIAN REVIEW N I L A I N YA

66 Sekali perusahaan mengakui rugi penurunan nilai aktiva, perusahaan harus membuat taksiran baru mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tersebut pada tahun-tahun berikutnya, jika terdapat indikasi bahwa aktiva tersebut mengalami penurunan nilai lebih lanjut, atau jika terdapat indikasi bahwa kerugian penurunan nilai yang diakui pada tahun-tahun sebelumnya mengalami penurunan. Untuk menentukan apakah aktiva mengalami penurunan nilai lagi perusahaan harus menerapkan ketentuan pada paragraf 7 dan 8.

67 Pada setiap tanggal neraca, suatu perusahaan harus melakukan review untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai aktiva yang telah diakui pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada lagi atau menurun. Jika terdapat indikasi demikian, perusahaan harus menaksir nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva yang bersangkutan. 68 Dalam mengidentifikasi apakah kerugian penurunan nilai yang telah diakui untuk aktiva tertentu pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada lagi atau telah turun, paling tidak perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini: Informasi a) b) dari Luar Perusahaan

c)

selama periode tertentu, nilai pasar aktiva telah naik secara signifikan; telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang bersifat membaik dalam teknologi, pasar, kondisi ekonomi atau legal tempat perusahaan beroperasi atau dalam pasar produk atau jasa yang dihasilkan oleh aktiva tersebut; suku bunga pasar, atau tingkat kembalian investasi lain telah turun selama periode tersebut dan diperkirakan akan mening-

48.18

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

katkan secara material nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva yang bersangkutan; Informasi d) e) dari dalam perusahaan

telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang bersifat menguntungkan dalam cara penggunaan aktiva; terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan bahwa kinerja ekonomi aktiva lebih baik atau akan lebih baik dari yang diperkirakan; dan

Aktiva yang pada tahun terakhir sebelumnya disajikan sebesar nilai pakainya (f) aliran kas sesungguhnya secara material lebih besar dari yang diperkirakan, sebelum diperhitungkan diskonto.

69 Indikasi potensi turunnya kerugian penurunan nilai pada paragraf 68 merupakan kebalikan dari indikasi kemungkinan kerugian penurunan nilai aktiva yang diuraikan pada paragraf 8. Pemulihan Rugi Penurunan Nilai

70 Nilai tercatat aktiva yang rugi penurunan nilainya telah diakui harus dinaikkan kembali menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, hanya jika terjadi perubahan dalam taksiran yang digunakan untuk menentukan nilai aktiva yang dapat diperoleh kembali sejak saat terakhir kali rugi penurunan nilai diakui. Kenaikan tersebut merupakan pemulihan rugi penurunan nilai dan harus diakui segera sebagai laba dalam laporan laba rugi. 71 Kenaikan nilai tercatat aktiva tidak boleh melebihi nilai tercatat yang seharusnya diakui (dikurangi amortisasi atau depresiasi) seandaninya pada tahun sebelumnya tidak ada pengakuan rugi penurunan nilai aktiva.
72 Pemulihan kerugian penurunan menunjukkan kenaikan dalam taksiran jasa potensial aktiva, baik sebagai akibat pemakaian atau

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.19

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

penjualan, sejak tanggal terakhir kalinya perusahaan mengakui rugi penurunan untuk aktiva tersebut. Hal ini mengakibatkan perusahaan mengidentifikasi perubahan penaksiran yang menyebabkan kenaikan jasa potensial yang diperkirakan. Hal ini mungkin, misalnya, berupa kenaikan harga pasar, kenaikan aliran kas yang diperkirakan (sebelum pengaruh diskonto) atau penurunan dalam tarif diskonto untuk aktiva (lihat Lampiran 1, Contoh 3, untuk ilustrasi pemulihan rugi penurunan). 73 Rugi penurunan tidak dipulihkan jika tidak terjadi perubahan dalam taksiran yang digunakan untuk mengukur rugi penurunan nilai terakhir. Misalnya, jika nilai yang dapat diperoleh kembali adalah nilai pakai aktiva: jika aliran kas sesungguhnya untuk taksiran terbaru aliran kas masa yang akan datang tidak berbeda secara material dari yang semula diperkirakan (sebelum pengaruh diskonto) dan jika tarif diskonto aktiva tidak berubah, rugi penurunan nilai tidak dipulihkan, walaupun jika nilai pakai aktiva lebih besar dari nilai tercatatnya. Hal ini karena jasa potensial aktiva tidak lebih baik dari yang diharapkan: perbedaan antara jumlah nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva dan nilai tercatat terjadi karena melonggarnya tarif diskonto akibat berlalunya waktu.

74 Setelah kerugian penurunan nilai dipulihkan kembali, beban depresiasi (amortisasi) aktiva di masa depan harus disesuaikan untuk mengalokasikan nilai tercatat aktiva yang telah direvisi, dikurangi nilai sisa (jika ada), dengan dasar sistematis selama sisa periode depresiasi (amortisasi).
75 Pemulihan kerugian penurunan nilai juga mungkin menunjukkan bahwa nilai sisa, periode depresiasi (amortisasi) atau metode depresiasi (amortisasi) harus direview sehubungan dengan PSAK yang berlaku untuk aktiva tersebut. 76 etiap kenaikan nilai tercatat di atas harga pemerolehan yang telah didepresiasi (diamortisasi) adalah revaluasi dan dicatat sesuai dengan PSAK yang berlaku untuk aktiva tersebut.

77 Sebagai pengecualian ketentuan pada paragraf 70, kerugian penurunan nilai yang diakui untuk goodwill dan aktiva tidak berwujud lain yang ada pasarnya harus dipulihkan pada periode berikutnya, hanya jika kejadian spesifik eksternal yang menyebabkan

48.20

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pengakuan rugi penurunan nilai telah dipulihkan.


78 PSAK No. 19, Aktiva Tak Berwujud, tidak memungkinkan pengakuan goodwill yang dikembangkan sendiri. Setiap kenaikan berikutnya dalam jumlah nilai yang dapat diperoleh kembali dari goodwill, atau aktiva tidak berwujud lain yang tidak diperdagangkan (lihat definisi pasar aktif dalam PSAK No. 19, Aktiva Tidak Berwujud), akan menaikkan goodwill yang dikembangkan sendiri. Sebagai akibatnya, kerugian penurunan nilai yang diakui untuk aktiva tersebut dipulihkan pada periode berikutnya hanya jika perusahaan dapat menunjukkan secara jelas bahwa rugi penurunan nilai disebabkan oleh kejadian spesifik eksternal dan kejadian tersebut telah dipulihkan. P E N G U N G K A PA N

79 Untuk setiap kelompok aktiva, laporan keuangan harus mengungkapkan: a) rugi penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan elemen laporan laba rugi yang didalamnya kerugian penurunan nilai telah dimasukkan; dan b) pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan elemen laporan laba rugi yang didalamnya kerugian penurunan nilai telah pulih.
80 Kelompok aktiva adalah suatu penggolongan aktiva berdasarkan sifat dan penggunaan sejenis dalam operasi perusahaan. 81 Informasi yang ditentukan dalam paragraf 79 dapat disajikan dengan informasi lain yang diungkapkan untuk kelompok aktiva tersebut. Misalnya, informasi yang ditentukan dalam paragraf 79 dapat dimasukkan dalam tabel yang menunjukkan rekonsiliasi nilai tercatat aktiva tetap, pada awal dan akhir periode sesuai dengan PSAK No. 16, Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-Lain.

82 Untuk setiap aktiva individual, atau unit penghasil kas, yang kerugian penurunan nilainya telah diakui atau dipulihkan dalam periode tertentu, laporan keuangan harus mengungkapkan: a) sifat aktiva (unit penghasil kas), nilai tercatatnya dan segmen yang mengoperasikan aktiva tersebut (sebagaimana didefinisi-

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.21

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

c) d)

kan dalam PSAK No. 5, Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen); jumlah kerugian penurunan nilai yang telah diakui atau dipulihkan dalam periode tersebut untuk aktiva (atau unit penghasil kas), dan kejadian serta kondisi yang menyebabkan pengakuan atau pemulihan tersebut; nilai yang digunakan untuk mengungkapkan jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aktiva (unit penghasil kas): harga jual neto atau nilai pakainya; dan informasi berikut ini, jika jumlah nilai yang dapat diperoleh kembali didasarkan pada nilai pakai aktiva (unit penghasil kas): (i) jangka waktu yang digunakan manajemen untuk memproyeksikan aliran kas di masa depan secara jangka pendek jika jangka waktu tersebut lebih dari lima tahun, dan alasan penggunaan jangka waktu tersebut; (ii) tarif diskonto yang digunakan untuk ekstrapolasi proyeksi jangka pendek manajemen, dan alasan penggunaan tarif diskonto tersebut, jika tarif diskonto yang digunakan meningkat atau melebihi tingkat pertumbuhan jangka panjang rata-rata untuk produk, industri, dan negara atau negara-negara tempat perusahaan beroperasi atau untuk pasar produk yang dihasilkan oleh aktiva atau unit penghasil kas; dan (iii) fakta bahwa nilai pakai secara signifikan lebih besar dari harga jual neto (jika hal ini terjadi).

83 Jika nilai pakai aktiva (unit penghasil kas) telah ditentukan dalam periode tersebut dan tidak ada kerugian penurunan nilai yang telah diakui atau dipulihkan dalam periode tersebut untuk aktiva (unit penghasil kas), laporan keuangan harus mengungkapkan informasi berikut ini: a) jangka waktu yang digunakan oleh manajemen untuk memproyeksikan aliran kas masa yang akan datang jika periode tersebut lebih dari lima tahun, dan alasan menggunakan jangka waktu tersebut; b) tarif diskonto yang digunakan untuk ekstrapolasi proyeksi jangka pendek manajemen, dan alasan penggunaan tarif diskonto tersebut, jika tarif diskonto yang digunakan meningkat atau melebihi tingkat pertumbuhan jangka panjang rata-rata

48.22

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

c)

untuk produk, industri, dan negara atau negara-negara tempat perusahaan beroperasi atau untuk pasar produk yang dihasilkan oleh aktiva atau unit penghasil kas; dan fakta bahwa nilai tercatat secara signifikan lebih besar dari harga jual neto (jika hal ini terjadi).

84 Perusahaan dianjurkan untuk mengungkapkan setiap asumsi utama yang digunakan untuk menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva (unit penghasil kas), terutama jika perubahan kecil dalam asumsi tersebut dapat mengakibatkan pengakuan atau pemulihan rugi penurunan nilai signifikan untuk aktiva (unit penghasil kas).

85 Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva adalah nilai pakainya, pada setiap periode berikutnya, perusahaan harus membandingkan aliran kas sesungguhnya dengan taksiran aliran kas, sebelum perhitungan diskonto, yang ditentukan pada saat nilai pakai terakhir kali ditentukan. Jika aliran kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari (lebih besar dari) taksiran, perusahaan harus menaksir kembali nilai pakai yang terakhir kali ditentukan dengan menggunakan aliran kas sesungguhnya namun dengan menganggap semua asumsi lain tidak berubah. Jika penggunaan aliran kas sesungguhnya pada periode-periode sebelumnya memerlukan pengakuan atau pemulihan kerugian penurunan nilai dalam periode-periode tersebut, perusahaan harus mengungkapkan: a) jumlah kerugian penurunan nilai yang seharusnya diakui atau dipulihkan jika aliran kas sesungguhnya digunakan dalam menaksir nilai pakai tahun-tahun sebelumnya; b) jumlah setiap kerugian penurunan nilai yang telah diakui atau dipulihkan untuk aktiva selama periode sekarang; dan c) sifat perubahan asumsi yang menjelaskan mengapa jumlah yang diungkapkan sehubungan dengan (a) dan (b) di atas berbeda (jika hal ini terjadi).
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF 86 Pernyataan ini berlaku efektif untuk penurunan nilai aktiva yang dilakukan dalam periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2000. Jika perusahaan menerapkan Pernyataan ini pada periode sebelum tanggal 1 Januari 2000, perusahaan harus mengungkapkan fakta tersebut.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.23

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Lampiran CONTOH PENERAPAN STANDAR

Lampiran ini hanya merupakan ilustrasi dan bukan merupakan bagian dari Standar. Tujuan penyajian lampiran ini adalah untuk memberikan ilustrasi penerapan standar untuk membantu memperjelas makna. Semua contoh dalam lampiran ini mengandung asumsi bahwa perusahaan tidak memiliki transaksi selain yang diuraikan dalam contoh ini. Contoh 1: Menghitung Nilai pakai dan Pengukuran Rugi Penurunan Nilai (Kelompok Aktiva)

Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan.


Latar Belakang Pada awal tahun 1, perusahaan T membeli Perusahaan M. Perusahaan M memiliki pabrik di 3 negara. Harga beli total yang dibayar oleh T untuk M adalah Rp50.000. Masa manfaat diperkirakan 15 tahun. Data relevan mengenai pembelian tersebut adalah seperti yang disajikan berikut ini: Awal Tahun 1 Alokasi harga beli Aktivitas di negara A Aktivitas di negara B Aktivitas di negara C Total Rp 15.000 10.000 25.000 Rp50.000 Nilai wajar aktiva yang dapat diidentifikasi Rp10.000 7.500 17.500 Rp35.000

Goodwill
Rp5.000 2.500 7.500 Rp15.000

Perusahaan T menggunakan metode depresiasi garis lurus dan amortisasi untuk kelompok aktiva di Negara A dengan masa manfaat 15 tahun tanpa nilai sisa. Pada tahun ke 4, suatu partai politik baru berkuasa di negara A.

48.24

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Partai tersebut mengeluarkan undang-undang yang secara signifikan membatasi ekspor produk utama yang dihasilkan perusahaan T di negara A. Akibatnya, pada tahun-tahun berikutnya jumlah produk yang diproduksi oleh perusahaan T di negara tersebut harus dikurangi sebanyak 40%. Pembatasan yang signifikan terhadap ekspor dan akibatnya terhadap penurunan tingkat produksi mengakibatkan perusahaan T perlu menaksir kembali nilai yang dapat diperoleh kembali dari goodwill dan aktiva neto pada operasi di negara A. Unit penghasil kas untuk goodwill dan aktiva lain yang dapat diidentifikasi di negara A adalah operasi di negara A, karena aliran kas independen tidak dapat diidentifikasi untuk aktiva individual. Harga jual neto unit penghasil kas di negara A tidak tersedia dan diasumsikan bernilai nol, karena pembeli setiap aktiva dalam unit tersebut dapat dikatakan tidak ada. Pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai Untuk menentukan nilai pakai unit penghasil kas di negara A, perusahaan T menyiapkan prakiraan aliran kas yang direvisi untuk lima tahun ke depan (tahun ke 5 sampai dengan 9) dan taksiran aliran kas berikutnya (tahun ke 10 sampai dengan ke 15) berdasarkan tingkat pertumbuhan yang menurun. Tingkat pertumbuhan untuk tahun ke 10 diperkirakan sebesar 3%. Tingkat tersebut lebih rendah dari tingkat pertumbuhan jangka panjang rata-rata untuk pasar di negara A. Perusahaan T memilih tarif diskonto 15%, yaitu tarif diskonto pasar sebelum pajak yang menunjukkan nilai waktu uang dan risiko spesifik operasi di negara A. Proyeksi aliran kas yang telah disetujui manajemen disajikan pada Tabel 1. Nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas di perusahaan A adalah Rp6.805, yaitu nilai tertinggi antara harga jual neto unit penghasil kas di negara A (Rp0) dan nilai pakainya (Rp6.805). Perusahaan T membandingkan nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas di negara A dengan nilai tercatatnya (lihat Tabel 2). Perusahaan T segera mengakui rugi penurunan nilai sebesar Rp4.195(Rp11.000 dikurangi Rp6.805) dalam laporan laba rugi untuk unit penghasil kas di negara A. Nilai tercatat goodwill yang terkait dengan operasi

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.25

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

di negara A dihapus sebelum menurunkan nilai tercatat aktiva yang dapat diidentifikasi lain dalam unit penghasil kas (lihat paragraf 62 Pernyataan ini). Pengaruh pajak dicatat secara terpisah sesuai dengan PSAK No. 46 Akuntansi Pajak Penghasilan (lihat Contoh 2A). Tabel 1. Perhitungan pada akhir tahun ke 4 nilai pakai unit penghasil kas di negara A Tingkat pertumbuhan jangka panjang Aliran kas masa depan (dari prakiraan revisian) 230(1) 253(1) 273(1) 290(1) 304(1) 313(2) 307(2) 289(2) 245(2) 184(2) 61(2) Nilai tunai dengan tarif diskonto 15%(3) 0,86957 0,75614 0,65752 0,57175 0,49718 0,43233 0,37594 0,32690 0,28426 0,24719 0,21494 Aliran kas di masa depan didiskontokan Rp 1000 955 900 830 755 675 575 470 350 225 65 Rp 6.805

Tahun 5 (n=1) 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

3% -2% -6% -15% -25% -67%

Nilai pengunaan

1. 2. 3.

Jumlah yang didasarkan pada taksiran terbaik manajemen mengenai proyeksi aliran kas. Jumlah yang didasarkan pada ekstrapolasi dari aliran kas neto tahun sebelumnya dengan menggunakan tingkat pertumbuhan yang menurun. Faktor nilai tunai dihitung sebesar k=1/(1+a)n, dimana a = tingkat suku bunga dan n= periode diskonto

48.26

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Tabel 2. Perhitungan dan alokasi rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas di negara A Akhir tahun ke 4

Goodwill
Harga pokok historis Akumulasi depresiasi/amortisasi (tahun 1-4) Nilai tercatat Rugi penurunan nilai Nilai tercatat setelah rugi penurunan nilai Contoh 2. Rp 5.000 (1.335) 3.665 (3.665) Rp 0

Aktiva yang dapat diidentifikasi Rp 10.000 (2.665) 7.335 (530) Rp 6.805

Total Rp 15.000 (4.000) 11.000 (4.195) Rp 6.805

Pengaruh Pajak Tangguhan Dalam Pengukuran Rugi Penurunan Nilai

Contoh 2A. Pengaruh pajak tangguhan dalam pengukuran rugi penurunan nilai kelompok aktiva Contoh ini menggunakan data untuk perusahaan T sebagaimana disajikan pada contoh 1, dengan tambahan informasi berikut ini. Pada akhir tahun ke 4, dasar pajak untuk aktiva yang dapat diidentifikasi pada operasi di negara A adalah Rp5.500. Rugi penurunan nilai tidak mengurangi pajak. Tarif pajak adalah 40%. Pengakuan rugi penurunan aktiva yang dapat diidentifikasi untuk operasi di negara A menurunkan perbedaan sementara kena pajak yang berhubungan dengan aktiva tersebut. Hutang pajak tangguhan juga diturunkan. Sesuai dengan PSAK No. 46, Akuntansi Pajak Penghasilan, tidak ada pajak tangguhan yang telah diakui yang berhubungan dengan goodwill. Oleh karena itu, kerugian penurunan yang berhubungan dengan goodwill tidak menaikkan penyesuaian pajak tangguhan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.27

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Akhir tahun ke 4

Aktiva yang dapat diidentifikasi sebelum rugi penurunan nilai Rp 7.335 5.500 1.835 Rp 730

Rugi penurunan nilai Rp (530) (530) Rp (2100)

Aktiva yang dapat diidentifikasi setelah rugi penurunan nilai Rp 6.805 5.500 1.305 Rp 520

Nilai tercatat (Contoh 1) Dasar pajak Perbedaan pajak sementara Hutang pajak ditunda pada tarif pajak 40%

Contoh 2B. Pengakuan rugi penurunan nilai yang menimbulkan aktiva pajak tangguhan Suatu perusahaan memiliki aktiva dengan nilai tercatat, sebelum penurunan nilai, Rp5.000 dan nilai yang dapat diperoleh kembali sebesar Rp 3.250. Tarif pajak adalah 30% dan dasar pembebanan pajak untuk aktiva tersebut adalah Rp4.000. Rugi penurunan nilai tidak mengurangi pajak. Pengaruh rugi penurunan nilai adalah seperti berikut ini. Sebelum penurunan Nilai tercatat Dasar pajak Perbedaan sementara kena pajak (mengurangi pajak) Kewajiban (aktiva) pajak ditangguhkan dengan tarif 30% Rp 300 Rp (525) Rp (225) 1.000 (1.750) (750) Rp 5.000 4.000 Pengaruh penurunan Rp (1.750) Setelah penurunan Rp 3.250 4.000

Sesuai dengan PSAK No. 46, Akuntansi Pajak Penghasilan, perusahaan mengakui aktiva pajak tangguhan sampai ada kemungkinan laba kena pajak dapat dimanfaatkan untuk menghapus perbedaan sementara yang dapat dikurangkan.

48.28

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Contoh 3. Pemulihan Rugi Penurunan Nilai Contoh ini menggunakan data untuk perusahaan T sebagaimana disajikan pada contoh 1, dengan tambahan informasi sebagaimana yang disajikan berikut ini. Dalam contoh ini, pengaruh pajak diabaikan. Latar Belakang Pada tahun ke 6, partai politik tersebut masih berkuasa di negara A, namun situasi bisnis telah membaik. Pengaruh peraturan ekspor pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan T terbukti tidak seburuk yang semula diperkirakan oleh manajemen. Akibatnya, manajemen perusahaan T menaksir bahwa produksi perusahaan akan meningkat dari semula 60% menjadi 80%. Perubahan yang menguntungkan ini mengakibatkan perusahaan T harus menaksir nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva neto untuk operasi di negara A (lihat paragraf 68-69 Pernyataan ini). Unit penghasil kas aktiva neto untuk operasi di negara A masih merupakan operasi di negara A. Perhitungan yang mirip dengan contoh 1 menunjukkan bahwa nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas di negara A sekarang adalah Rp8.550 Pemulihan Rugi Penurunan nilai Perusahaan T membandingkan nilai yang dapat diperoleh kembali dengan nilai tercatat unit penghasil kas di negara A (lihat Tabel 1). Perusahaan T menaikkan nilai tercatat aktiva yang dapat diidentifikasi di negara A sebesar Rp430 (lihat Tabel 3), misalnya sampai dengan yang terendah antara nilai yang dapat diperoleh kembali (Rp8.550) dan harga pemerolehan aktiva yang dapat diidentifikasi yang telah didepresiasi (Rp6.000) (lihat Tabel 2). Kenaikan ini diakui segera dalam laporan laba rugi. Rugi penurunan nilai goodwill tidak dipulihkan karena kejadian eksternal yang mengakibatkan pengakuan rugi penurunan nilai goodwill tidak dipulihkan (peraturan yang secara signifikan membatasi ekspor produk perusahaan T masih berlaku, meskipun dampaknya tidak seburuk yang diperkirakan).

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.29

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Tabel 1. Perhitungan nilai tercatat unit penghasil kas negara A pada akhir tahun ke 6

Goodwill
Harga pemerolehan (Contoh 1) Rp 5.000

Aktiva yang dapat diidentifikasi Rp 10.000

Total Rp 15.000

Akhir tahun ke 4 (Contoh 1) Akumulasi depresiasi/ amortisasi (4 tahun) Rugi penurunan nilai Nilai tercatat setelah rugi penurunan Akhir tahun ke 6 Tambahan depresiasi (2 tahun) Nilai tercatat Nilai yang dapat diperoleh kembali Kelebihan nilai yang dapat diperoleh kembali dari nilai tercatat

(1.335) (3.665) 0 0

(2.665) (530) 6.805 (1.235) 5.570

(4.000) (4.195) 6.805 (1.235) 5.570 8.550 2.980

Setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada akhir tahun 4, perusahaan T merevisi beban depresiasi untuk aktiva yang dapat diidentifikasi di negara A (dari Rp 666 per tahun sampai menjadi Rp 618 per tahun), berdasarkan jumlah nilai tercatat revisian dan sisa masa manfaat (11 tahun).

48.30

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Tabel 2. Penentuan pada akhir tahun ke 6 harga perolehan historis yang telah didepresiasi untuk aktiva yang dapat diidentifikasi di negara A Akhir tahun 6 Harga perolehan historis Akumulasi depresiasi (Rp 666 x 6 tahun) Harga perolehan historis yang telah didepresiasi Nilai tercatat (dari Tabel 1) Perbedaan Aktiva yang dapat diidentifikasi Rp 10.000 (3.996) 6.000 5.570 430

Tabel 3. Nilai tercatat aktiva di negara A pada akhir tahun ke 6 Akhir tahun ke 6

Goodwill
Nilai tercatat bruto Akumulasi amortisasi Akumulasi rugi penurunan nilai Nilai tercatat Pemulihan rugi penurunan nilai Nilai tercatat setelah pemulihan rugi penurunan Rp 5.000 (1.335) (3.665) 0 0 0

Aktiva yang dapat diidentifikasi Rp 10.000 (3.900) (530) 5.570 430 6.000

Total Rp 15.000 (5.235) (4.195) 5.570 430 6.000

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.31

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 8

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

PENURUNAN

NILAI

AKTIVA

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI Tujuan ............................................................................ Lingkup .......................................................................... Definisi ........................................................................... IDENTIFIKASI AKTIVA YANG SECARA POTENSIAL TURUN NILAINYA .................................................................. PENGUKURAN NILAI YANG DAPAT DIPEROLEH KEMBALI Harga Jual Neto ............................................................. Nilai Pakai ...................................................................... Dasar Penaksiran Aliran Kas Dimasa Depan ................ Komposisi Taksiran Aliran Kas Dimasa Depan .............. Tarif Diskonto ................................................................. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI AKTIVA ................................................. UNIT PENGHASIL KAS ......................................................... Identifikasi, Nilai Tercatat dan Nilai yang Dapat Diperoleh Kembali Dari Unit Penghasil Kas ................... Kerugian Penurunan Nilai Unit Penghasil Kas ............... Goodwill dan Aktiva Lain................................................ Alokasi Kerugian Penurunan Nilai dalam Unit Penghasil Kas ............................................... REVIEW KEMUDIAN ATAS AKTIVA YANG TURUN NILAINYA Pemulihan Rugi Penurunan Nilai ................................... PENGUNGKAPAN .................................................................. TANGGAL BERLAKU EFEKTIF ............................................ LAMPIRAN: CONTOH PENERAPAN STANDAR

01 02-04 05 06-12 13-16 17-21 22 23-27 28-35 36-40 41-45 46-47 48-54 55-58 59-61 62-65 66-69 70-78 79-85 86

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 48 tentang PENURUNAN NILAI AKTIVA telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Juni 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 15 Juli 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 15 Juli 1998 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 15 Juli 1998 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

48.36

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak memfoto-kopi atau memperbanyak

P ENURUNAN N ILAI A KTIVA

PSAK N O . 48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

48.37

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN AKUNTANSI

STANDAR AKUNTANSI REKSA DANA

KEUANGAN

NO.

49

Paragraf-paragraf standar, yang dicetak dengan format tebal dan miring, harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan dan panduan implementasi dalam Pernyataan ini. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material (immaterial items).
PENDAHULUAN Karakteristik Usaha Reksa Dana

01 Dana yang dihimpun pada suatu reksa dana dapat ditarik setiap saat oleh pemodal melalui penjualan unit penyertaan kepada reksa dana tersebut. 02 Nilai Aktiva Bersih reksa dana merupakan nilai dari seluruh unit penyertaan yang dijual oleh reksa dana kepada investor. Nilai Aktiva Bersih reksa dana terbuka harus tersedia setiap hari bursa. 03 Bapepam sebagai pembina dan pengawas reksa dana memerlukan informasi keuangan khusus yang mungkin tidak tersedia dalam laporan keuangan yang disajikan berdasarkan Pernyataan ini. Tu j u a n 04 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi bagi reksa dana terbuka. Lingkup 05 Pernyataan ini mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi khusus yang berkaitan dengan reksa dana. Hal-hal yang tidak diatur dalam Pernyataan ini diperlakukan dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku umum. 06 Pernyataan ini berlaku bagi setiap laporan keuangan reksa dana yang disajikan untuk pihak eksternal.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

49.1

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

07 Pernyataan ini tidak mengatur perlakuan akuntansi bagi investor atas penyertaannya pada suatu reksa dana. Definisi Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksa Dana Terbuka adalah reksa dana yang dapat menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang dan unit penyertaan kontrak investasi kolektif. Termasuk dalam pengertian efek adalah kontrak berjangka dan setiap derivatif lain dari efek. Transaksi Efek Reksa Dana untuk Por tofolio

08 Transaksi portofolio efek diakui dalam laporan keuangan reksa dana pada saat timbulnya perikatan atas transaksi efek.
09 Dalam transaksi efek di pasar reguler, tanggal timbulnya perikatan transaksi berbeda dengan tanggal penyelesaian transaksi. Risiko, manfaat dan potensi ekonomi timbul pada tanggal perikatan transaksi tersebut, meskipun penyerahan atau penyerahan efek belum terjadi. Laporan keuangan reksa dana harus menyajikan piutang transaksi efek atas tagihan yang timbul kepada perusahaan efek dari penjualan efek pada tanggal perdagangan dan hutang transaksi efek atas kewajiban yang timbul dari pembelian efek kepada perusahaan efek pada tanggal perdagangan.

49.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penilaian

Por tofolio

Reksa

Dana

10 Portofolio efek dinilai berdasarkan harga pasar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat kenaikan atau penurunan harga pasar dilaporkan dalam laporan operasi dan perubahan aktiva bersih periode berjalan.
11 Efek yang diperdagangkan di bursa mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi dan mengalami perubahan harga yang cukup cepat. Oleh karena itu, penilaian berdasarkan harga pasar lebih mencerminkan nilai yang dapat direalisasi. Harga pasar tersedia di bursa dan dipublikasikan secara harian. Dalam hal suatu efek tercatat pada lebih dari satu bursa, maka harga pasar yang digunakan adalah harga terakhir pada bursa utama dimana efek tersebut diperdagangkan.

12 Untuk efek dalam portofolio reksa dana yang perdagangannya tidak likuid atau harga pasar yang tersedia tidak dapat diandalkan, maka efek tersebut dinilai berdasarkan nilai wajar.
13 Meskipun suatu efek tercatat di bursa, dapat terjadi bahwa harga pasar efek tersebut tidak tersedia atau tidak dapat diandalkan, karena efek tersebut tidak aktif diperdagangkan. Dalam hal demikian, harus ditentukan nilai wajar dari efek tersebut. Beban dan Pendapatan Berhubungan dengan Pengelolaan

Beban yang Investasi

14 Beban yang berhubungan dengan pengelolaan investasi diakui secara akrual dan harian.
15 Sesuai dengan karakteristiknya, reksa dana menerbitkan laporan nilai aktiva bersih setiap hari. Oleh karena itu, perhitungan beban harus dilakukan secara harian. 16 Beban yang berhubungan dengan kegiatan reksa dana antara lain termasuk:

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

49.3

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

a) b) c) d)

beban pengelolaan investasi sebagai imbalan atas jasa manajer investasi; beban transaksi yang terdiri dari beban jasa pialang, beban bursa, dan beban lain yang terkait dengan transaksi yang dilakukan untuk kepentingan portofolio efek; beban kustodian sebagai imbalan atas jasa kustodian; dan beban penerbitan prospektus.

17 Pada umumnya jumlah beban reksa dana dan beban kustodian ditentukan dalam kontrak berdasarkan persentase tertentu dari nilai aktiva bersih harian reksa dana yang bersangkutan. Keuntungan (Kerugian) Investasi Reksa Dana

18 Keuntungan (kerugian) investasi yang telah direalisasi dan yang belum direalisasi diakui pada laporan laba rugi periode berjalan.
19 Dalam kegiatan mengelola dana pada suatu reksa dana, manajer investasi menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio efek. Keuntungan atau kerugian investasi berasal baik dari penjualan efek maupun dari kenaikan (penurunan) nilai wajar efek. Untuk pelaporan reksa dana, keuntungan atau kerugian tersebut dibagi ke dalam dua klasifikasi, yaitu: a) Keuntungan (kerugian) yang sudah direalisasi; dan b) Keuntungan (kerugian yang belum direalisasi. 20 Keuntungan (kerugian) yang berasal dari penjualan efek merupakan keuntungan (kerugian) yang telah direalisasi, sedangkan yang berasal dari kenaikan (penurunan) nilai wajar efek merupakan keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi. Piutang bunga dari efek hutang merupakan keuntungan yang belum direalisasi. 21 Dalam menghitung keuntungan (kerugian) penjualan efek digunakan metode rata-rata untuk penilaian harga pokok yang dianut oleh industri reksa dana.

49.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pendapatan

dari

Pembagian

Hak

oleh

Perusahaan

22 Pendapatan dari pembagian hak oleh perusahaan diakui pada tanggal ex (ex-date).
23 Dari kegiatan investasi pada saham dalam portofolio efek, akan diperoleh dividen, saham bonus dan hak lain yang dibagikan oleh perusahaan. Untuk saham yang tercatat di bursa saham, pada pembagian hak tersebut dikenal beberapa tahapan, yaitu: a) tanggal pengumuman dividen oleh perusahaan; b) tanggal cum (cum-date), yaitu tanggal yang menyatakan bahwa semua saham beredar dari perusahaan dimaksud memiliki hak atas dividen atau saham bonus atau hak lain yang akan dibagikan; c) tanggal ex (ex-date), yaitu tanggal dimana saham perusahaan dimaksud tidak memiliki hak atas dividen, saham bonus atau hak lain. 24 Pada tanggal ex (ex-date) harga pasar dari saham yang tercatat di bursa cenderung untuk terpengaruh turun karena tidak lagi memiliki klaim atas hak yang diumumkan perusahaan. Oleh sebab itu pembagian hak tersebut tidak dicatat pada tanggal cum (cum-date) Pendapatan Bunga

25 Pendapatan bunga dari efek hutang diakui secara akrual dan dilaporkan sebagai pendapatan yang belum direalisasi. 26 Potongan harga pembelian dari nilai pokok efek hutang diakui sebagai piutang bunga dan diamortisasi sebagai pendapatan bunga sepanjang umur efek hutang tersebut. 27 Obligasi yang dibeli dengan harga terpisah dari bunga berjalan, maka bunga yang dibayar tersebut diakui sebagai piutang bunga.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

49.5

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENYAJIAN Laporan

LAPORAN

KEUANGAN Dana

Keuangan

Reksa

a) b) c) d)

28 Laporan keuangan reksa dana terdiri dari: Laporan aktiva dan kewajiban; Laporan operasi; Laporan perubahan aktiva bersih; dan Catatan atas laporan keuangan.
Aktiva dan Kewajiban

Laporan

29 Tujuan laporan aktiva dan kewajiban adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih suatu reksa dana dan informasi mengenai hubungan antar unsur tersebut pada waktu tertentu. 30 Laporan aktiva dan kewajiban disajikan dengan menggunakan metode tidak dikelompokkan (unclassified) sehingga aktiva dan kewajiban tidak dikelompokkan menjadi elemen lancar dan elemen tidak lancar. Pada bagian aktiva, akun portofolio efek disajikan pada urutan pertama, sedangkan akun lainnya berdasarkan urutan likuiditas. Akun kewajiban dilaporkan berdasarkan urutan jatuh tempo.
Laporan Operasi

31 Tujuan laporan operasi adalah untuk menyajikan perubahan aktiva bersih yang berasal dari seluruh aktivitas investasi reksa dana, dengan melaporkan pendapatan investasi berupa dividen, bunga, dan pendapatan lain-lain dikurangi beban-beban, jumlah keuntungan (kerugian) transaksi efek yang telah direalisasi, dan perubahan nilai wajar efek dalam portofolio efek yang belum direalisasi dalam satu periode. Penyajian tersebut akan membantu pengguna laporan untuk memahami kontribusi setiap aspek kegiatan investasi terhadap operasi reksa dana secara keseluruhan. 32 Laporan operasi disajikan dalam bentuk berjenjang (multiple-step) dengan memisahkan pendapatan dan beban investasi dari keuntungan (kerugian) yang berasal dari kenaikan atau penurunan

49.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

nilai wajar portofolio efek (baik yang sudah direalisasi maupun yang belum direalisasi).
Laporan Perubahan Aktiva Bersih

33 Tujuan laporan perubahan aktiva bersih adalah untuk menyajikan informasi ringkas tentang perubahan aktiva bersih dari operasi dan perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham atau pemilik unit penyertaan. 34 Laporan perubahan aktiva bersih disajikan dengan memisahkan antara perubahan aktiva bersih yang berasal dari operasi dan perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham atau pemilik unit penyertaan.
P E N G U N G K A PA N

35 Informasi berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) ikhtisar pembelian dan penjualan efek selama periode pelaporan yang memuat informasi untuk tiap efek sebagai berikut: 1. Efek ekuitas (i) nama efek; (ii) nilai total harga beli/jual; (iii) jumlah efek. 2. Efek hutang (i) nama efek; (ii) nilai total harga beli/jual (iii) jumlah efek; (iv) nilai nominal; (v) tanggal jatuh tempo; (vi) tingkat bunga; (vii) peringkat efek b) beban komisi Perantara Pedagang Efek selama periode pelaporan c) jumlah unit penyertaan yang dimiliki oleh pemodal dan yang dimiliki oleh manajer investasi d) rincian portofolio efek yang memuat informasi untuk tiap efek sebagai berikut:

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

49.7

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
TANGGAL

nama efek; nilai wajar; jumlah efek; nilai nominal untuk efek hutang; tanggal jatuh tempo; tingkat bunga; persentase nilai wajar dari efek terhadap total nilai wajar portofolio efek.
BERLAKU EFEKTIF

36 Pernyataan ini berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1999. Penerapan lebih dini dianjurkan.

49.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Ilustrasi 1 REKSA DANA INDONESIA LAPORAN AKTIVA DAN KEWAJIBAN 31 DESEMBER 19X1 dan 19X0 (dalam jutaan rupiah kecuali nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan) Catatan AKTIVA Portofolio efek (biaya perolehan Rp XXX pada tahun 19X1 dan Rp XXX pada tahun 19X0) Kas Piutang Piutang Transaksi efek Bunga dan dividen Lain-lain Aktiva lain-lain JUMLAH AKTIVA KEWAJIBAN Utang Utang transaksi efek Lain-lain JUMLAH KEWAJIBAN AKTIVA BERSIH Jumlah unit penyertaan yang beredar Nilai aktiva bersih per unit penyertaan 19X1 19X0

XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

49.9

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Ilustrasi 2 REKSA DANA INDONESIA LAPORAN OPERASI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah)

Catatan PENDAPATAN INVESTASI Bunga Dividen Lain-lain Jumlah Pendapatan Investasi BEBAN INVESTASI Pengelolaan Investasi Kustodian Lain - lain Jumlah Beban Investasi PENDAPATAN INVESTASI BERSIH KEUNTUNGAN (KERUGIAN) INVESTASI (YANG TELAH DAN BELUM DIREALISASIKAN) Keuntungan investasi yang telah direalisasi Keuntungan investasi yang belum direalisasi JUMLAH KEUNTUNGAN INVESTASI BERSIH KENAIKAN AKTIVA BERSIH DARI AKTIVITAS OPERASI

19X1

19X0

XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX

XXX XXX XXX

XXX

XXX

49.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Ilustrasi 3 REKSA DANA INDONESIA LAPORAN PERUBAHAN AKTIVA BERSIH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah)

Catatan KENAIKAN AKTIVA BERSIH DARI AKTIVITAS OPERASI Pendapatan investasi - bersih Keuntungan investasi yang telah direalisasi Keuntungan investasi yang belum direalisasi Jumlah kenaikan aktiva bersih dari aktivitas operasi TRANSAKSI DENGAN PEMEGANG UNIT PENYERTAAN Penjualan unit penyertaan Perolehan kembali unit penyertaan Distribusi kepada pemegang unit penyertaan Jumlah transaksi dengan pemegang unit penyertaan JUMLAH KENAIKAN AKTIVA BERSIH AKTIVA BERSIH PADA AWAL TAHUN AKTIVA BERSIH PADA AKHIR TAHUN

19X1

19X0

XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX

XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

49.11

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

4 9

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI

REKSA

DANA

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI PENDAHULUAN Karakteristik Usaha Reksa Dana ................................... Tujuan ............................................................................ Lingkup .......................................................................... Definisi Transaksi Reksa Dana untuk Portofolio Efek ................. Penilaian Portofolio Reksa Dana ................................... Beban dan Pendapatan Beban yang Berhubungan dengan Pengelolaan Investasi ........................................... Keuntungan (Kerugian) Investasi Reksa Dana ..... Pendapatan dari Pembagian Hak oleh Perusahaan .......................................................... Pendapatan Bunga ............................................... PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Reksa Dana .................................... Laporan Aktiva dan Kewajiban ....................................... Laporan Operasi ............................................................ Laporan Perubahan Aktiva Bersih ................................. PENGUNGKAPAN .................................................................. TANGGAL BERLAKU EFEKTIF ............................................ Lampiran

01-03 04 05-07 08-09 10-13

14-17 18-21 22-24 25-27

28 29-30 31-32 33-34 35 36

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 49 tentang Akuntansi Reksa Dana telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Juni 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 15 Juli 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 15 Juli 1998 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R EKSA D ANA

PSAK N O . 49

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 15 Juli 1998 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN AKUNTANSI

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INVESTASI EFEK TERTENTU

No.

50

Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks dengan paragrafparagraf penjelasan dan panduan implementasi yang dicetak dalam huruf biasa. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
Tu j u a n 01 Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang sudah diterbitkan, masih ditemukan adanya perbedaan perlakuan akuntansi untuk pengakuan dan pengukuran nilai investasi efek, terutama efek utang. Pernyataan ini dimaksudkan untuk menyamakan pengaturan akuntansi dan pelaporan investasi efek utang dan efek ekuitas. 02 Pernyataan ini mengatur penerapan akuntansi nilai wajar untuk efek utang dan efek ekuitas baik yang dimaksudkan oleh pemiliknya untuk dijual-belikan, efek utang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh waktu maupun tidak untuk keduanya. Ruang Lingkup

03 Pernyataan ini harus diterapkan untuk akuntansi dan pelaporan investasi efek ekuitas yang nilai wajarnya tersedia dan untuk semua investasi efek utang, kecuali sebagaimana dinyatakan dalam paragraf 4. a) Nilai wajar efek ekuitas dianggap tersedia jika harga jual atau harga permintaan dan penawaran telah terbentuk di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya dan bursa efek lainnya di Indonesia. Saham yang dibatasi penjualannya tidak memenuhi definisi ini. b) Nilai wajar efek ekuitas yang hanya diperdagangkan di bursa luar negeri dianggap tersedia jika pasar bursa luar negeri tersebut memiliki volume perdagangan dan aktivitas yang sebanding atau lebih baik dari pasar saham dalam negeri. c) Nilai wajar investasi reksa dana dianggap tersedia jika nilai aktiva bersihnya ditentukan dan dipublikasikan, dan nilai tersebut menjadi dasar untuk transaksi sekarang.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

50.1

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

a) b)

04 Pernyataan ini tidak mengatur: investasi efek ekuitas yang dicatat dengan metode ekuitas dan investasi pada anak perusahaan, investasi efek pada organisasi nirlaba.

05 Pernyataan ini mengubah paragraf 8, 9 dan 10 PSAK 31 yang berlaku untuk industri perbankan. Pernyataan ini merupakan perluasan: a) PSAK 13 Akuntansi untuk Investasi, paragraf 38 PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian (revisi 1996), b) c) paragraf 39 PSAK 36 Akuntansi Asuransi Jiwa,dan d) paragraf 62 (b) PSAK 42 Akuntansi Perusahaan Efek. Definisi 06 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini.

Efek (security) adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Efek utang (debt security) adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara kreditor dengan entitas yang menerbitkan efek. Efek ekuitas (equity security) adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan. Nilai wajar (fair value) adalah jumlah yang dapat diperoleh dari pertukaran instrumen keuangan dalam transaksi antarpihak-pihak yang bebas, bukan karena paksaan atau likuidasi. Jika terdapat harga pasar untuk instrumen tersebut, nilai wajar yang harus digunakan dalam penerapan Pernyataan ini dihitung dengan cara mengalikan volume saham yang diperdagangkan dengan harga pasar per unit. Keuntungan atau kerugian kepemilikan (holding gain or loss) adalah

50.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

perubahan neto dalam nilai wajar efek, tidak termasuk: (a) dividen atau pendapatan bunga yang telah diakui namun belum diterima (basis akrual), dan (b) setiap penurunan nilai efek yang bersifat permanen.
AKUNTANSI INVESTASI EFEK

07 Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini: a) dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity), b) diperdagangkan (trading), c) tersedia untuk dijual (available for sale). Pada setiap tanggal pelaporan, kelayakan pengelompokan tersebut harus dikaji kembali.
Efek yang Diklasifikasikan hingga Jatuh Tempo dalam Kelompok Dimiliki

08 Jika perusahaan mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh tempo, maka investasi dalam efek utang tersebut harus diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan disajikan dalam neraca sebesar biaya perolehan setelah amortisasi premi atau diskonto. 09 Perusahaan mungkin mengubah maksudnya untuk memiliki efek utang tertentu sampai dengan saat jatuh tempo dengan menjual atau mentransfer efek utang tersebut. Penjualan atau transfer efek utang tidak dianggap sebagai perubahan dalam tujuan dimiliki hingga jatuh tempo jika perubahan maksud tersebut disebabkan oleh kondisi berikut ini: a) b) terdapat bukti mengenai penurunan signifikan risiko kredit perusahaan penerbit efek. terjadi perubahan peraturan perpajakan yang menghapuskan atau menaikkan tarif pajak final yang berlaku atas bunga dari efek utang (tidak termasuk perubahan peraturan perpajakan yang merevisi tarif pajak atas bunga secara umum).

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

50.3

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

c)

terjadi penggabungan usaha atau penjualan dalam jumlah besar (seperti penjualan segmen) yang mengakibatkan diperlukannya penjualan atau transfer efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo untuk mempertahankan risiko kredit perusahaan dan posisi risiko suku bunga yang ada saat tersebut. terjadi perubahan dalam persyaratan atau peraturan perundangan yang secara signifikan mengubah definisi investasi yang diizinkan atau tingkat maksimum investasi yang diizinkan dalam jenis efek tertentu, sehingga perusahaan harus melepaskan efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo. terjadi perubahan peraturan pemerintah mengenai modal minimum industri tertentu yang mengakibatkan perusahaan mengurangi aktivitas usahanya atau skala operasinya dan menjual efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo. terjadi perubahan dalam peraturan pemerintah yang mengakibatkan bertambahnya bobot risiko atas investasi efek utang dalam perhitungan rasio tertentu, misalnya dalam perhitungan solvabilitas perusahaan asuransi atau perhitungan rasio kecukupan modal perbankan.

d)

e)

f)

Selain perubahan yang diuraikan di atas, kejadian lain yang tidak berulang dan bersifat luar biasa yang tidak dapat diantisipasi, dapat menyebabkan perusahaan menjual atau mentransfer efek tertentu dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, tanpa harus dipertanyakan tujuan awal pemilikan efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo mempertimbangkan efek lain dalam kelompok yang sama. Semua penjualan dan transfer efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo harus diungkapkan sesuai dengan persyaratan pada paragraf 23.
10 Perusahaan tidak boleh mengklasifikasikan efek utang ke dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo jika perusahaan mempunyai maksud untuk memiliki efek tersebut untuk periode yang tidak ditentukan. Oleh karena itu, efek utang tidak boleh diklasifikasikan dalam kelompok ini jika perusahaan bermaksud menjual efek tersebut, misalnya, untuk menghadapi:

50.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

a) b) c) d) e)

perubahan tingkat bunga pasar dan perubahan yang berhubungan dengan risiko sejenis, kebutuhan likuiditas, perubahan dalam ketersediaan dan tingkat imbal hasil investasi alternatif, perubahan dalam sumber pendanaan perusahaan dan persyaratannya, perubahan dalam risiko mata uang asing.

11 Dalam manajemen aset dan kewajiban suatu entitas, manajemen dapat menentukan bahwa keseimbangan manajemen risiko keuangan perusahaan dapat dicapai tanpa harus menyediakan seluruh investasinya dalam efek untuk dijual pada saat diperlukan. Dalam hal ini, perusahaan dapat menentukan bahwa efek utang tertentu digolongkan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan tak akan dijual untuk tujuan manajemen risiko keuangan. Berdasarkan tujuan kepemilikan efek utang tersebut, perusahaan dapat mengakui efek utang tersebut dengan metode biaya perolehan (termasuk amortisasi diskonto atau premium). 12 Penjualan efek utang yang memenuhi salah satu dari dua kondisi berikut ini dapat dianggap telah jatuh tempo untuk tujuan klasifikasi efek sebagaimana diuraikan pada paragraf 8 dan 13, dan untuk tujuan pengungkapan sebagaimana diuraikan pada paragraf 23. a) Penjualan efek terjadi pada tanggal yang cukup dekat dengan saat jatuh tempo, sehingga risiko tingkat bunga tidak lagi menjadi faktor penentu harga jual. Tanggal penjualan tersebut begitu dekatnya dengan saat jatuh tempo sehingga perubahan suku bunga pasar tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai wajar efek. Penjualan efek terjadi setelah perusahaan memperoleh sebagian besar pembayaran (sedikitnya 85 persen) dari nilai tercatat investasi dalam efek utang. Pembayaran tersebut dapat terjadi karena pembayaran di muka efek utang atau pembayaran efek utang sesuai dengan jadwal angsuran pembayaran efek utang tersebut (yang meliputi pokok pinjaman dan bunga). Untuk efek dengan tingkat bunga variabel, pembayaran cicilan tersebut tidak akan sama jumlahnya, tergantung kepada tingkat bunga yang berlaku.

b)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

50.5

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Efek yang dagangkan

Diklasifikasikan dalam Kelompok dan Tersedia untuk Dijual

Diper-

13 Investasi efek utang yang tidak diklasifikasikan ke dalam dimiliki hingga jatuh tempo dan efek ekuitas yang nilai wajarnya telah tersedia, harus diklasifikasikan ke dalam salah satu kelompok berikut ini dan diukur sebesar nilai wajarnya dalam neraca: a) Diperdagangkan. Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat harus diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan. Efek dalam kelompok diperdagangkan biasanya menunjukkan frekuensi pembelian dan penjualan yang sangat sering dilakukan. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Tersedia untuk dijual. Efek yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan dan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, harus diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual.
Perubahan Nilai Wajar

b)

Pelaporan

14 Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek dalam kelompok diperdagangkan harus diakui sebagai penghasilan. Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek dalam kelompok tersedia untuk dijual (termasuk efek yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar) harus dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajikan secara terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai penghasilan sampai saat laba atau rugi tersebut dapat direalisasi.
15 Untuk ketiga kelompok efek tersebut, dividen dan pendapatan bunga, termasuk amortisasi premi dan diskonto yang timbul saat perolehan, selalu diakui sebagai penghasilan. Pernyataan ini tidak berdampak terhadap metode yang digunakan untuk mengakui dan mengukur jumlah dividen dan pendapatan bunga. Laba atau rugi yang telah direalisasi untuk efek yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual atau dimiliki hingga jatuh tempo juga tetap harus dilaporkan sebagai penghasilan.

50.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Perubahan

Kelompok

Investasi

16 Pemindahan efek antarkelompok dicatat sebesar nilai wajarnya. Pada tanggal perubahan kelompok, laba atau rugi yang belum direalisasi harus dicatat sebagai berikut: a) untuk efek yang dipindahkan dari kelompok diperdagangkan, laba atau rugi yang belum direalisasi pada tanggal transfer telah tercatat sebagai penghasilan dan oleh karena itu tidak boleh dihapus. untuk efek yang dipindahkan ke kelompok diperdagangkan, laba atau rugi yang belum direalisasi pada tanggal pemindahan diakui sebagai penghasilan pada saat tersebut. untuk efek utang yang dipindahkan ke kelompok tersedia untuk dijual dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, laba atau rugi yang belum direalisasi diakui dalam kelompok ekuitas secara terpisah pada tanggal pemindahan kelompok. untuk efek utang yang ditransfer ke kelompok tersedia untuk dijual dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, laba atau rugi yang belum direalisasi pada tanggal transfer harus tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas secara terpisah, namun harus diamortisasi selama masa manfaat efek dengan cara yang konsisten dengan amortisasi premi atau diskonto. Amortisasi laba atau rugi yang belum direalisasi tersebut akan sepadan dengan pengaruh amortisasi premi atau diskonto terhadap pendapatan bunga dari efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo.

b)

c)

d)

17 Konsisten dengan paragraf 8 sampai dengan 10, transfer dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo jarang terjadi, kecuali untuk transfer akibat perubahan kondisi sebagaimana diuraikan pada paragraf 9. Karena sifatnya, transfer ke atau dari kelompok efek dimiliki untuk tujuan diperdagangkan juga jarang terjadi.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

50.7

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penurunan

Nilai

Efek

18 Untuk efek individual dalam kelompok tersedia untuk dijual atau dimiliki hingga jatuh tempo, perusahaan harus menentukan apakah penurunan nilai wajar di bawah biaya perolehan (termasuk amortisasi premi dan diskonto) merupakan penurunan yang bersifat permanen atau tidak. Jika ada kemungkinan investor tidak dapat memperoleh kembali seluruh jumlah biaya perolehan yang seharusnya diterima sehubungan dengan persyaratan perjanjian efek utang, maka penurunan yang bersifat permanen dianggap telah terjadi. Jika penurunan nilai wajar dinilai sebagai penurunan permanen, biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi sebagai rugi yang telah direalisasi. Biaya perolehan yang baru tidak boleh diubah kembali. Kenaikan selanjutnya dalam nilai wajar efek dalam kelompok tersedia untuk dijual harus dimasukkan ke dalam komponen ekuitas secara terpisah, sebagaimana dinyatakan dalam paragraf 14. Penurunan selanjutnya dari nilai wajar, jika bukan merupakan penurunan nilai sementara, juga harus dimasukkan ke dalam komponen ekuitas secara terpisah.
P E N YA J I A N

19 Perusahaan dengan neraca yang aktiva dikelompokkan menjadi aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain kewajibannya dikelompokkan manjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang (classified balance sheet) harus melaporkan semua efek yang diperdagangkan sebagai aktiva lancar. Efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual disajikan sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar berdasarkan keputusan manajemen. Khusus untuk efek utang dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan kelompok tersedia untuk dijual yang jatuh tempo pada tahun berikutnya harus dikelompokkan sebagai aktiva lancar. 20 Dalam laporan arus kas, arus kas yang digunakan untuk atau berasal dari pembelian, penjualan, dan jatuh tempo efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo, harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas investasi, dan dilaporkan sebesar nilai bruto untuk setiap kelompok efek di dalam laporan arus

50.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

kas. Arus kas untuk atau dari pembelian, penjualan, dan jatuh tempo efek dalam kelompok diperdagangkan harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas operasi.
P E N G U N G K A PA N

21 Untuk efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap kelompok utama efek: a) nilai wajar agregat, b) laba yang belum direalisasi dari pemilikan efek, c) rugi belum direalisasi dari pemilikan efek, d) biaya perolehan, termasuk jumlah premi dan diskonto yang belum diamortisasi. Lembaga keuangan (bank, koperasi kredit, lembaga pembiayaan dan asuransi) perusahaan harus mengungkapkan setiap jenis efek utama yang dimilikinya sebagai berikut: a) efek ekuitas, b) efek utang yang dikeluarkan oleh pemerintah, c) efek utang perusahaan, d) efek utang yang dijamin hipotik, dan e) efek utang lainnya.
22 Untuk efek utang dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi mengenai tanggal jatuh tempo efek utang tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tahun terakhir yang disajikan. Informasi tentang tanggal jatuh tempo dapat dikelompokkan menurut jangka waktunya sejak tanggal neraca. Lembaga keuangan harus mengungkapkan nilai wajar dan biaya perolehan efek utang, termasuk diskonto dan premium yang belum diamortisasi berdasarkan, sedikitnya, 4 kelompok tanggal jatuh tempo berikut ini: a) jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun, b) jatuh tempo dalam waktu antara 1 sampai 5 tahun, c) jatuh tempo dalam waktu antara 5 sampai 10 tahun, d) jatuh tempo dalam waktu lebih dari 10 tahun.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

50.9

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Efek yang tidak jatuh tempo pada tanggal tertentu, seperti efek yang pembayarannya dijamin hipotik, dapat diungkapkan secara terpisah (tidak dialokasikan ke dalam beberapa kelompok jatuh tempo tersebut). Jika penggolongan jatuh temponya dialokasikan, dasar alokasinya harus diungkapkan. 23 ungkapkan: a) b) Untuk setiap periode akuntansi, perusahaan harus meng-

penerimaan dari penjualan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual, laba dan rugi yang direalisasi dari penjualan tersebut. dasar penentuan biaya perolehan dalam menghitung laba atau rugi yang direalisasi (misalnya, identifikasi khusus, rata-rata, atau metode lain). laba dan rugi yang dimasukkan sebagai penghasilan dari pemindahan pengelompokan efek dari kelompok tersedia untuk dijual ke kelompok diperdagangkan. perubahan laba atau rugi pemilikan yang belum direalisasi untuk efek dalam kelompok tersedia untuk dijual yang telah dimasukkan ke dalam komponen ekuitas secara terpisah selama periode yang bersangkutan. perubahan dalam laba atau rugi pemilikan efek yang belum direalisasi dari efek untuk tujuan diperdagangkan yang telah diakui sebagai penghasilan dalam periode pelaporan.

c)

d)

e)

24 Untuk setiap penjualan atau transfer efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo harus diungkapkan: a) b) c) jumlah akumulasi amortisasi diskonto atau premiumnya untuk efek yang dijual atau dipindahkan ke kelompok lain, laba atau rugi penjualan efek, baik yang telah direalisasi maupun yang belum direalisasi, dan kondisi yang mengakibatkan diambilnya keputusan menjual atau memindahkan kelompok efek tersebut.

50.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

TANGGAL

BERLAKU

EFEKTIF

25 Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1999. Penerapan lebih dini dianjurkan.
26 Penerapan Pernyataan ini untuk yang pertama kalinya akan berpengaruh terhadap saldo laba. Pengaruh ini dilaporkan sebagai pengaruh perubahan prinsip akuntansi dengan cara yang sama dengan pelaporan pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi yang diuraikan pada paragraf 42 PSAK 25 Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. Pengaruh terhadap saldo laba dapat berupa pemulihan penghasilan sebesar kerugian kepemilikan yang belum direalisasi dari efek dalam kelompok tersedia untuk dijual. Keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum direalisasi untuk efek dalam kelompok tersedia untuk dijual pada tanggal Pernyataan ini pertama kalinya diterapkan, dimasukkan ke dalam komponen ekuitas yang terpisah.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

50.11

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

5 0

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI Tujuan ............................................................................ Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... AKUNTANSI INVESTASI EFEK ............................................. Efek yang Diklasifikasikan dalam Kelompok Dimiliki hingga Jatuh Tempo ............................... Efek yang Diklasifikasikan dalam Kelompok Diperdagangkan dan Tersedia untuk Dijual ..... Pelaporan Perubahan Nilai Wajar .................................. Perubahan Kelompok Investasi ..................................... Penurunan Nilai Efek ..................................................... PENYAJIAN ............................................................................ PENGUNGKAPAN .................................................................. TANGGAL BERLAKU EFEKTIF ............................................ 01-02 03-05 06 07 08-12 13 14-15 16-17 18 19-20 21-24 25-26

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

PSAK No. 50 tentang AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Juni 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 15 Juli 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 15 Juli 1998 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 15 Juli 1998 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

K UASI -R EORGANISASI

PSAK N O . 51

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN AKUNTANSI

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KUASI-REORGANISASI

NO.

51

Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks dengan paragrafparagraf penjelasan dan panduan implementasi yang dicetak dengan huruf biasa. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material (immaterial items).
Pendahuluan 01 Kerugian berulang atau kerugian besar yang diderita suatu perusahaan bisa menyebabkan timbulnya saldo laba negatif atau defisit. Perusahaan yang dalam kondisi defisit mungkin akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan operasional dan dalam pendanaan operasinya. Kreditur, investor, dan pemasok bahan baku mungkin memandang perusahaan semacam ini memiliki risiko yang tinggi sehingga cenderung menghindarinya. Yang lebih buruk bila defisit yang terjadi menyebabkan perusahaan melanggar perjanjian kredit (debt covenant) tertentu, misalnya yang mengharuskan perusahaan mempertahankan saldo laba positif, sehingga diharuskan segera membayar kewajibannya. Hal-hal semacam ini bisa mendorong perusahaan ke arah kebangkrutan, meskipun mungkin dari segi prospek bisnis, perusahaan masih memiliki peluang untuk hidup dan berkembang pada masa mendatang. 02 Kuasi-reorganisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh aktiva dan kewajibannya, tanpa melalui reorganisasi secara hukum. Dengan ini diharapkan perusahaan bisa meneruskan usahanya secara lebih baik, seolah-olah seperti mulai dari awal yang baik (fresh start), dengan neraca yang menunjukkan nilai sekarang dan tanpa dibebani defisit. 03 Kuasi-reorganisasi hanya boleh dilakukan bila terdapat keyakinan yang cukup bahwa setelah kuasi-reorganisasi perusahaan akan bisa mempertahankan status kelangsungan usahanya (going concern) dan berkembang dengan baik. Hal ini bisa dicapai bila perusahaan, meski defisit disebabkan operasi di masa lalu, tapi masih memiliki prospek baik di masa mendatang. Prospek ini bisa timbul dari pengembangan produk dan pasar

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

51.1

A KUNTANSI

K UASI -R EORGANISASI

PSAK N O . 51

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

baru, masuknya grup manajemen baru, atau adanya peningkatan kondisi perekonomian yang dapat mendorong peningkatan hasil operasi. Keadaan going concern ini memiliki implikasi bahwa perusahaan yang sedang menghadapi tuntutan kepailitan dari krediturnya tidak diperkenankan untuk melakukan kuasi-reorganisasi. 04 Kuasi-reorganisasi ( quasi-reorganization ) dibedakan dengan true-reorganization, atau yang lazim disebut corporate restructuring, dalam hal keberadaan arus dana secara nyata. Dalam true-reorganization ada kemungkinan untuk mengubah kewajiban menjadi ekuitas, mengubah tanggal jatuh tempo dan tingkat bunga kewajiban, mengurangi tunggakan bunga atau menunda pembayarannya, mengubah golongan saham, atau menyuntikkan dana segar dalam wujud modal saham dan/ atau kewajiban. Dalam kuasi-reorganisasi arus dana yang nyata seperti itu tidak ada, yang ada adalah penilaian kembali seluruh aktiva dan kewajiban pada nilai wajarnya dan penghapusan defisit ke tambahan modal setoran dan modal saham. Karena itu reorganisasi semacam ini disebut reorganisasi semu. Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan defisit dan menampilkan aktiva dan kewajiban pada nilai sekarang. 05 Kuasi-reorganisasi bisa berdiri sendiri atau dibarengi dengan corporate restructuring, dengan masuknya investor baru, sebagai contoh. Apabila dalam satu kuasi-reorganisasi akun tambahan modal setoran dan modal saham tidak mampu menyerap defisit, maka true-reorganization dengan jalan menambah modal setoran harus dilakukan. Tu j u a n 06 Pernyataan ini bertujuan mengatur perlakuan akuntansi untuk kuasi-reorganisasi yang dilakukan oleh perusahaan. Lingkup

07 Pernyataan ini berlaku bagi setiap perusahaan yang melakukan kuasi-reorganisasi. 08 Pernyataan ini mengatur lebih lanjut paragraf 43 tentang reorganisasi dalam PSAK No. 21 Akuntansi Ekuitas.

51.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

K UASI -R EORGANISASI

PSAK N O . 51

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Definisi 09 Pengertian dari istilah-istilah di bawah ini harus dipahami dalam kaitannya dengan pernyataan standar ini. a)

Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit. Tambahan modal setoran adalah seluruh dana yang diperoleh perusahaan dari transaksi modal, selain modal saham yang dicatat sebesar nilai nominal. Agio saham (paid in capital in excess of par) dan selisih harga jual kembali treasury stock dari harga perolehannya (paid in capital from treasury stock) merupakan contoh dari tambahan modal setoran.
dan Pengukuran

b)

Pengakuan

10 Kuasi-reorganisasi bukan sekedar cara untuk menampilkan posisi keuangan yang lebih baik dengan cara penghapusan (eliminasi) defisit. Kuasi-reorganisasi merupakan cara untuk menyelamatkan perusahaan yang terbebani dengan defisit yang material, sementara perusahaan tersebut sesungguhnya memiliki prospek usaha yang baik.

11 Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan untuk melakukan kuasi-reorganisasi adalah: (a) (b) (c) (d) (e) perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material; perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek yang baik pada saat kuasi reorganisasi dilakukan; perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan; tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku; dan saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

51.3

A KUNTANSI

K UASI -R EORGANISASI

PSAK N O . 51

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

12 Kuasi-reorganisasi dilakukan dengan metode reorganisasi akuntansi (accounting reorganization method). Dalam metode ini aktiva dan kewajiban dinilai kembali sebesar nilai wajarnya. Saldo laba negatif (defisit) dan selisih penilaian kembali dieliminasi ke akun tambahan modal setoran. 13 Dalam hal tambahan modal setoran tidak mencukupi untuk menghapus defisit setelah proses penilaian kembali aktiva dan kewajiban, sisa defisit akan dihapus ke modal saham. Untuk maksud ini modal saham akan direstrukturisasi lebih dulu dengan menurunkan nilai nominalnya dan menambahkan jumlah penurunan ini pada akun tambahan modal setoran.

14 Dalam melakukan kuasi-reorganisasi, aktiva dan kewajiban harus dinilai kembali dengan nilai wajar. 15 Nilai wajar aktiva dan kewajiban ditentukan sesuai dengan nilai pasar. Bila nilai pasar tidak tersedia, estimasi nilai wajar didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia. Estimasi nilai wajar dilakukan dengan mempertimbangkan harga aktiva sejenis dan teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik aktiva dan kewajiban yang bersangkutan. Contoh teknik penilaian tersebut antara lain meliputi; (a) nilai sekarang (present value) atau arus kas diskontoan (discounted cash flow) dengan mempertimbangkan tingkat risiko yang dihadapi; model penentuan harga opsi (option-pricing models); penentuan harga matriks (matrix pricing); dan analisis fundamental (fundamental analysis),

(b) (c) (d)

16 Selisih antara nilai wajar aktiva dan kewajiban dengan nilai bukunya diakui atau dicatat pada akun saldo laba. 17 Saldo negatif dari saldo laba (retained earnings) setelah proses penilaian aktiva dan kewajiban dihapus ke tambahan modal

51.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI

K UASI -R EORGANISASI

PSAK N O . 51

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

setoran. Apabila tambahan setoran modal tidak mencukupi, saldo negatif tersebut dihapuskan ke modal saham.
Pengungkapan

18 Perusahaan harus menyusun neraca per tanggal kuasireorganisasi. Neraca ini harus dibandingkan dengan neraca sebelum kuasi-reorganisasi. 19 Untuk laporan keuangan tahunan, laporan keuangan harus menyajikan neraca akhir periode sebelum kuasi-reorganisasi, neraca per tanggal kuasi reorganisasi, dan neraca akhir periode terakhir. 20 Perusahaan yang melakukan kuasi-reorganisasi harus mengungkapkan hal-hal berikut: (a) (b) alasan perusahaan melakukan kuasi-reorganisasi; status going concern perusahaan dan rencana manajemen dan pemegang saham setelah kuasi-reorganisasi yang menggambarkan prospek usaha di masa mendatang; neraca harus menyajikan jumlah saldo laba negatif (defisit) yang dieliminasi dan jumlah tersebut disajikan selama tiga tahun berturutan sejak kuasi-reorganisasi; catatan atas laporan keuangan harus mengungkapkan metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk menilai aktiva dan kewajiban pada saat dilakukan kuasi-reorganisasi; untuk jangka waktu 10 tahun ke depan sejak kuasi-reorganisasi, akun saldo laba dalam neraca harus diberi keterangan tentang tanggal terjadinya kuasi-reorganisasi.
BERLAKU EFEKTIF

(c)

(d)

(e)

TANGGAL

21 Pernyataan ini efektif berlaku untuk kuasi-reorganisasi yang terjadi setelah tanggal 1 Januari 1998.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

51.5

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

5 1

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI

KUASI-REORGANISASI

A KUNTANSI

K UASI -R EORGANISASI

PSAK N O . 51

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI Pendahuluan .................................................................. Tujuan ............................................................................ Lingkup .......................................................................... Definisi ........................................................................... Pengakuan dan Pengukuran .......................................... Pengungkapan ............................................................... TANGGAL BERLAKU EFEKTIF ............................................ 01-05 06 07-08 09 10-17 18-20 21

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

PSAK No. 51 tentang AKUNTANSI KUASI - REORGANISASI telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Juni 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 15 Juli 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 15 Juli 1998 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NVESTASI E FEK T ERTENTU

PSAK N O . 50

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 15 Juli 1998 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI MATA UANG PELAPORAN

KEUANGAN

NO.

52

Paragraf standar, yang dicetak dengan format tebal dan miring, harus dibaca dalam konteks paragraf penjelasan dan panduan implementasi dalam Pernyataan ini. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material (immaterial items).
Tu j u a n 01 Pernyataan ini bertujuan mengatur mata uang yang digunakan oleh perusahaan dalam catatan akuntansi dan laporan keuangan. Lingkup 02 Pernyataan ini harus diterapkan untuk semua perusahaan yang akan atau telah menggunakan mata uang selain rupiah sebagai mata uang pelaporan.

Definisi
03 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Mata uang fungsional adalah mata uang utama dalam arti substansi ekonomi yaitu mata uang utama yang dicerminkan dalam kegiatan operasi perusahaan. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Mata uang pencatatan adalah mata uang yang digunakan oleh perusahaan untuk membukukan transaksi.
Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan

04 Mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan di Indonesia adalah mata uang rupiah. Perusahaan dapat menggunakan mata uang selain rupiah sebagai mata uang pelaporan hanya

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

52.1

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

apabila mata uang tersebut memenuhi kriteria mata uang fungsional. 05 pelaporan. Mata uang pencatatan harus sama dengan mata uang

06 Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal. Namun demikian, apabila perusahaan menggunakan mata uang selain mata uang lokal (misalnya dolar Amerika) sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang pelaporan tersebut harus merupakan mata uang fungsional. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang rupiah atau mata uang selain rupiah (misalnya dolar Amerika), tergantung pada fakta substansi ekonominya. 07 Laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi finansial tentang kinerja, posisi keuangan, dan arus kas perusahaan. Laporan keuangan dihasilkan dari catatan akuntansi perusahaan, sehingga mata uang yang digunakan dalam catatan akuntansi adalah mata uang yang digunakan dalam laporan keuangan. Dengan konsep ini Prosedur pengukuran kembali (remeasurement) dari catatan akuntansi laporan keuangan atau penjabaran laporan keuangan (translation) tidak diperlukan lagi, kecuali untuk periode yang diperbandingkan apabila perusahaan untuk pertama kali mengadopsi Standar ini (lihat paragraf 16) dan untuk laporan keuangan perusahaan yang dikonsolidasikan (lihat paragraf 19), karena pada hakekatnya laporan keuangan telah disajikan pada mata uang fungsionalnya. Mata Uang Fungsional

Suatu mata uang merupakan mata uang fungsional 08 apabila memenuhi indikator berikut ini secara menyeluruh (kumulatif): a) Indikator arus kas: arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh mata uang tertentu, b) Indikator harga jual: harga jual produk perusahaan dalam periode jangka pendek sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu atau produk perusahaan secara dominan dipasarkan untuk ekspor, dan c) Indikator biaya: biaya-biaya perusahaan secara dominan sangat dipengaruhi oleh pergerakan mata uang tertentu.

52.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

09 Harga jual atau biaya perusahaan sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu apabila harga jual atau biaya tersebut dihitung berdasarkan nilai tukar mata uang tertentu. 10 Untuk menentukan mata uang fungsional suatu perusahaan diperlukan pertimbangan mengenai indikator dalam paragraf 08 di atas. Disamping itu, untuk perusahaan yang mempunyai lebih dari satu anak perusahaan atau operasi terpisah dan dapat dibedakan, seperti cabang atau divisi, dimana operasi ini dapat dipandang sebagai suatu perusahaan atau kegiatan operasi terpisah, mungkin digunakan beberapa mata uang fungsional yang berbeda sehingga masing-masing mata uang tersebut perlu dipertimbangkan dalam penentuan mata uang fungsional perusahaan tersebut. Dalam penentuan mata uang fungsional tingkat relevansi dan keandalan diperoleh, misalnya melalui pemberian bobot pada masingmasing indikator tersebut di atas, kemudian atas bobot indikator individu ini ditentukan bobot secara keseluruhan. Dalam hal ini, arus kas masuk memiliki bobot paling besar. Selain pemberian bobot, juga perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dalam jangka panjang. 11 Faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi penentuan mata uang fungsional perlu ditentukan agar perusahaan mempunyai tolok ukur yang konsisten. Apabila faktor-faktor tersebut di atas tidak dapat secara jelas dikaitkan dengan salah satu mata uang sebagai mata uang fungsional, maka dibutuhkan pertimbangan profesional (professional judgement) dengan mempertimbangkan operasi dan kegiatan perusahaan secara rinci, dan harus dilakukan dengan tingkat relevansi dan keandalan yang paling tinggi.

Perlakuan akuntansi untuk transaksi dan saldo dalam 12 mata uang non fungsional adalah sebagaimana diatur dalam PSAK 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing.
13 Implikasi dari paragraf 12 di atas adalah, mata uang selain mata uang fungsional dianggap sebagai mata uang non-fungsional, sedangkan mata uang fungsional dianggap sebagai mata uang dasar (base currency) dalam menentukan nilai tukar atau dalam perhitungan selisih kurs. Sebagai contoh, apabila berdasarkan fakta substansi ekonomi mata uang fungsional perusahaan adalah dolar Amerika, maka mata uang selain dolar Amerika dianggap sebagai mata uang non-fungsional, sehingga

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

52.3

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

semua transaksi dalam mata uang non-fungsional harus ditranslasikan ke mata uang fungsional. Penentuan Saldo Awal

14 Penentuan saldo awal untuk tujuan pencatatan akuntansi dilakukan dengan pengukuran kembali akun-akun laporan keuangan seolah-olah mata uang fungsional tersebut telah digunakan sejak tanggal terjadinya transaksi. Prosedur pengukuran kembali adalah sebagai berikut: i) Aktiva dan kewajiban moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal neraca; ii) Aktiva dan kewajiban non-moneter serta modal saham diukur kembali dengan menggunakan kurs historis atau kurs tanggal terjadinya transaksi perolehan aktiva tetap, terjadinya kewajiban atau penyetoran modal saham; iii) Selisih antara aktiva, kewajiban dan modal saham dalam mata uang pelaporan baru, yang merupakan hasil perhitungan prosedur (i) dan (ii) di atas, diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut; iv) Pendapatan dan beban diukur kembali dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang selama periode yang diperbandingkan, kecuali untuk beban penyusutan aktiva tetap atau amortisasi aktiva non-moneter yang diukur kembali dengan menggunakan kurs historis aktiva yang bersangkutan; v) Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut; vi) Prosedur (iv) dan (v) di atas akan menghasilkan selisih pengukuran kembali yang diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut; vii) Selisih pengukuran kembali merupakan hasil dari perhitungan berikut: saldo laba (akumulasi kerugian) akhir tahun (hasil dari prosedur (iii)) ditambah dengan dividen (hasil dari prosedur (v)) dan dikurangi dengan hasil perhitungan laba (rugi) bersih selama periode yang diperbandingkan (hasil dari prosedur (iv)).

15 Pengukuran kembali sebagaimana diatur dalam paragraf 14, dilakukan surut hingga tahun dimana mata uang fungsional tersebut mulai berlaku.

52.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penyajian

Komparatif

16 Laporan keuangan periode yang diperbandingkan yang tidak menggunakan mata uang fungsional, harus diukur dan disajikan kembali sesuai dengan cara yang dijelaskan pada paragraf 14 dan 15. Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan

17 Perusahaan diharuskan untuk mengubah mata uang pencatatan dan pelaporan ke rupiah, apabila mata uang fungsional berubah dari bukan rupiah ke rupiah. Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada awal tahun buku, tidak di tengah tahun buku.
18 Keputusan perusahaan untuk mengubah mata uang pelaporan hanya dapat dilakukan apabila telah terjadi perubahan substansi ekonomi dari mata uang fungsional. Dalam perjalanan hidup perusahaan, karena perubahan operasi atau pasar, mata uang fungsional perusahaan dapat saja berubah. Ko n s o l i d a s i

Laporan keuangan konsolidasi disajikan dalam mata 19 uang fungsional setelah mempertimbangkan indikator pada paragraf 08 terhadap induk perusahaan dan tiap anak perusahaan. Penjabaran laporan keuangan anak perusahaan ke mata uang fungsional pada laporan keuangan konsolidasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: i) Aktiva dan kewajiban dijabarkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca; ii) Ekuitas dijabarkan dengan menggunakan kurs historis; iii) Pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang; iv) Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut; v) Prosedur (i) sampai (iv) di atas akan menghasilkan selisih penjabaran kembali yang disajikan dalam akun ekuitas sebagai Selisih Penjabaran.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

52.5

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

20 Mata uang pencatatan induk perusahaan harus sama denga mata uang pelaporan konsolidasi.
Pengungkapan 21

Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut ini:

a) b)

Alasan penentuan mata uang pelaporan berdasarkan indikator pada paragraf 08; Perubahan mata uang pelaporan dan alasan perubahannya: i) alasan perubahan berdasarkan indikator pada paragraf 08, ii) iii) kurs (historis, sekarang, atau rata-rata tertimbang) yang digunakan dalam pengukuran kembali atau penjabaran, ikhtisar neraca dan laporan laba-rugi yang disajikan sebagai perbandingan dalam mata uang pelaporan sebelumnya.
Berlaku Efektif

Tanggal

22 Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2000. Penerapan lebih dini dianjurkan.

52.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Lampiran PENGUKURAN KEMBALI FUNGSIONAL KE MATA UANG

Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang sama seperti apabila catatan akuntansi perusahaan tersebut diselenggarakan dalam mata uang fungsionalnya. Dalam proses pengukuran kembali digunakan kurs historis, kurs sekarang, dan kurs rata tertimbang. Berikut ini adalah contoh akun yang menggunakan kurs historis, kurs sekarang, dan kurs rata tertimbang. A. Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Historis Akun neraca Surat berharga yang dinilai berdasarkan harga perolehan Persediaan yang dinilai berdasarkan harga perolehan Pembayaran di muka, seperti asuransi, iklan dan sewa Akitva tetap Paten, merk dagang, lisensi, dan formula Goodwill Aktiva tidak berwujud lainnya Beban ditangguhkan dan kredit, kecuali biaya perolehan polis untuk perusahaan asuransi Pendapatan ditangguhkan Saham biasa Saham preferen dinilai berdasarkan harga penerbitan Akun laporan laba-rugi Pendapatan dan biaya yang terkait dengan aktiva atau kewajiban non-moneter Harga pokok penjualan Penyusutan aktiva tetap Amortisasi aktiva tidak berwujud Amortisasi pendapatan yang ditangguhkan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

52.7

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

B.

Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Sekarang Aktiva dan kewajiban selain yang disebutkan di atas diukur dengan menggunakan kurs sekarang. Pada umumnya, akun yang menggunakan kurs sekarang adalah aktiva dan kewajiban moneter.

C.

Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Rata-Rata Tertimbang Akun laporan laba-rugi seharusnya diukur dengan menggunakan kurs historis. Namun apabila hal ini diterapkan, penyusunan laporan keuangan akan menjadi tidak praktis. Dalam hal ini dapat ditempuh cara lain, yaitu dengan penggunaan kurs rata-rata tertimbang yang dapat mencerminkan perubahan kurs selama periode laporan keuangan yang dicakup.

52.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

52.9

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

5 2

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

MATA

UANG

PELAPORAN

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI Tujuan ............................................................................ Lingkup .......................................................................... Definisi ........................................................................... Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan .......................... Mata Uang Fungsional ................................................... Penentuan Saldo Awal ................................................... Penyajian Komparatif ..................................................... Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan ....... Konsolidasi ..................................................................... Pengungkapan ............................................................... Tanggal Efektif ............................................................... LAMPIRAN 01 02 03 04 - 07 08 - 13 14 - 15 16 17 - 18 19 - 20 21 22

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

PSAK No. 52 tentang MATA UANG PELAPORAN telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 7 Agustus 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 21 Agustus 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 21 Agustus 1998 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

M ATA U ANG P ELAPORAN

PSAK N O . 52

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Drs. Agung Nugroho yang telah bersedia menjadi nara sumber dan memberikan masukan berharga sehingga standar akuntansi tersebut dapat diselesaikan. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 21 Agustus 1998 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN AKUNTANSI

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. KOMPENSASI BERBASIS SAHAM

53

Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar, yang harus dibaca dalam konteks dengan paragrafparagraf penjelasan dan panduan implementasi yang dicetak dengan huruf biasa. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material (immaterial items).
PENDAHULUAN Tu j u a n

01 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk kompensasi berbasis saham.
02 Istilah kompensasi dalam Pernyataan ini mencakup semua imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada pemasok barang atau jasa. Pemasok mencakup pihak karyawan dan nonkaryawan. Dalam transaksi pemerolehan barang atau jasa, perusahaan dapat menempuh cara kompensasi dengan menerbitkan instrumen ekuitas atau mengakui kewajiban yang jumlahnya ditentukan berdasarkan pada harga saham atau instrumen ekuitas perusahaan. Untuk menarik karyawan berkualitas, perusahaan dapat merancang program kompensasi dengan memberikan instrumen ekuitas kepada karyawan. Demikian juga, untuk mengembangkan kemitraan usaha dengan para pemasok dan mitra bisnis, perusahaan dapat menempuh cara yang sama. Lingkup

03 Pernyataan ini diterapkan pada semua transaksi pemerolehan barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan dengan imbalan atau kompensasi berupa pemberian instrumen ekuitas atau berupa kewajiban yang jumlahnya ditentukan berbasis pada harga instrumen ekuitas.
04 Pernyataan ini harus diterapkan pada semua transaksi kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan dalam bentuk pemberian instrumen ekuitas seperti saham dan opsi saham. Kompensasi

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.1

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dapat juga diberikan dalam bentuk pengakuan kewajiban oleh perusahaan sebagai pemberi kerja kepada karyawan yang jumlahnya ditentukan berbasis pada harga instrumen ekuitas. 05 Pernyataan ini juga diterapkan pada semua transaksi pemerolehan barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan dari pemasok nonkaryawan dengan imbalan atau kompensasi berupa pemberian instrumen ekuitas. Definisi

06 Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Penghargaan tetap (fixed award) adalah program kompensasi karyawan berbasis saham yang mensyaratkan bahwa untuk memperoleh hak kompensasi, karyawan harus memberikan jasa kepada perusahaan secara terus-menerus untuk jangka waktu tertentu tanpa memperhitungkan kondisi kinerja karyawan dalam penentuan hak kompensasi tersebut. Nilai intrinsik (intrinsic value) adalah selisih lebih antara harga pasar saham dan harga opsi saham pada saat eksekusi. Sebagai contoh, harga eksekusi suatu opsi adalah Rp 20.000,00 sedangkan harga pasar saham yang mendasarinya adalah Rp 25.000,00, maka nilai intrinsik opsi saham tersebut adalah Rp 5.000,00 (yaitu Rp 25.000,00 - Rp 20.000,00). Nilai minimum (minimum value) adalah nilai opsi yang dihitung dengan menggunakan model penentuan harga opsi (option-pricing model) tanpa memperhitungkan ekspektasi fluktuasi harga saham yang mendasarinya. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan (willing) untuk melakukan transaksi yang wajar (arms length transacation). Perusahaan publik adalah perusahaan yang berbentuk hukum per-

53.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

seroan terbatas yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Perusahaan nonpublik adalah perusahaan selain perusahaan publik atau perusahaan yang tidak memenuhi kriteria perusahaan publik. Masa bakti karyawan (service period) adalah periode pemberian jasa oleh karyawan yang menimbulkan hak karyawan atas kompensasi berbasis saham. Saham tanpa hak (nonvested stock) adalah saham yang tidak dapat dijual kepada pihak lain karena karyawan yang memperoleh saham tersebut belum memenuhi persyaratan untuk memperoleh hak kompensasi. Saham berbatas jual (restricted stock) adalah sejumlah saham yang penjualannya dibatasi selama periode tertentu karena adanya perjanjian atau karena adanya peraturan pemerintah, walaupun karyawan telah memenuhi semua persyaratan untuk memiliki saham tersebut. Penghargaan melekat (tandem award) adalah suatu program kompensasi dengan dua (atau lebih) komponen di mana apabila salah satu komponen dieksekusi maka komponen lainnya akan menjadi batal. Tanggal pemberian kompensasi (grant date) adalah tanggal saat perusahaan dan karyawan mencapai kesepakatan mengenai persyaratan program kompensasi berbasis saham. Pada tanggal pemberian kompensasi, perusahaan memiliki kewajiban bersyarat untuk menerbitkan instrumen ekuitas atau mentransfer aktiva kepada karyawan yang memenuhi persyaratan untuk menerima hak kompensasi. Memperoleh hak kompensasi (vest) adalah memperoleh hak atas manfaat dari program kompensasi. Program kompensasi karyawan berbasis saham dianggap telah menjadi hak karyawan pada saat hak karyawan tidak lagi tergantung pada pemberian jasa karyawan atau tercapainya persyaratan kinerja untuk menerima atau mempertahan-

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.3

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

kan saham atau kas dari program kompensasi tersebut. Volatilitas adalah suatu ukuran perubahan harga saham yang telah terjadi pada periode tertentu (historical volatility) atau suatu ukuran perubahan harga saham yang diharapkan akan terjadi pada periode tertentu (expected volatility). (Volatilitas suatu saham merupakan standar deviasi tingkat pengembalian majemuk (compounded) yang terus menerus dari suatu saham untuk jangka waktu tertentu).
TRANSAKSI KOMPENSASI NONKARYAWAN

07 Apabila perusahaan menerbitkan instrumen ekuitas sebagai kompensasi atas pemerolehan barang atau jasa dari pihak nonkaryawan, maka transaksi kompensasi tersebut harus diperlakukan berdasarkan pilihan nilai mana yang lebih terukur secara andal berikut ini: nilai wajar barang/jasa atau nilai wajar instrumen ekuitas yang diterbitkan.
08 Nilai wajar barang atau jasa yang diperoleh dari pemasok nonkaryawan, umumnya terukur dengan andal dan oleh karena itu, nilai wajar barang atau jasa tersebut dapat menjadi indikator nilai wajar instrumen ekuitas yang diterbitkan. Nilai wajar instrumen ekuitas yang diterbitkan harus digunakan sebagai dasar pengukuran transaksi kompensasi apabila nilai tersebut lebih terukur dengan andal dibandingkan dengan nilai wajar barang atau jasa yang diperoleh. Contohnya, dalam suatu transaksi penggabungan usaha yang diperlakukan dengan metode pembelian (purchase method), nilai wajar instrumen ekuitas yang dapat diperdagangkan (tradable-equity instruments), yang diterbitkan dijadikan sebagai dasar pengukur karena nilai instrumen ekuitas yang diterbitkan lebih terukur dengan andal dibandingkan dari nilai aktiva bersih perusahaan yang diakuisisi. 09 Apabila nilai wajar barang atau jasa yang diperoleh tidak terukur dengan andal, maka transaksi pemerolehan barang atau jasa dari pihak nonkaryawan harus diukur dengan nilai wajar instrumen ekuitas yang diterbitkan pada saat perjanjian kompensasi telah mengikat secara hukum.

53.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

TRANSAKSI Dasar

KOMPENSASI

KARYAWAN

Pengukuran

10 Umumnya, sebagian atau seluruh imbalan berupa instrumen ekuitas yang diberikan kepada karyawan adalah untuk kompensasi jasa karyawan, baik jasa pada masa lalu maupun masa mendatang.

11 Instrumen ekuitas yang diberikan kepada karyawan sebagai imbalan jasa karyawan dan jasa karyawan yang dikompensasi diukur dan diakui sebesar nilai wajar instrumen ekuitas yang bersangkutan. Bagian dari nilai wajar instrumen ekuitas yang dapat dihitung sebagai jasa karyawan adalah sebesar jumlah netonya, yaitu nilai wajar setelah dikurangi dengan jumlah yang harus dibayar oleh karyawan pada saat instrumen ekuitas tersebut diberikan.
12 Setiap instrumen ekuitas yang diberikan atau dialihkan secara langsung kepada karyawan oleh pemegang saham diperlakukan sebagai kompensasi berbasis saham. Oleh karena itu, transaksi tersebut diperlakukan sesuai dengan Pernyataan ini, kecuali apabila pengalihan tersebut secara jelas bertujuan selain kompensasi. Substansi transaksi pengalihan instrumen ekuitas oleh pemegang saham kepada karyawan untuk kompensasi adalah kontribusi modal oleh pemegang saham kepada perusahaan dan pemberian instrumen ekuitas oleh perusahaan kepada karyawan. Namun, dapat pula terjadi bahwa pengalihan langsung instrumen ekuitas dari pemegang saham kepada karyawan bukan merupakan transaksi kompensasi. Contohnya, perusahaan mengalihkan langsung instrumen ekuitas untuk melunasi kewajiban pemegang saham yang sama sekali tidak menyangkut hubungan kerja (employment). Tujuan dan Tanggal Pengukuran

13 Tujuan pengukuran adalah untuk mengestimasi nilai wajar instrumen ekuitas berdasarkan harga saham pada tanggal pemberian kompensasi, yang akan menjadi hak para karyawan ketika mereka telah memberikan jasa yang dipersyaratkan dan memenuhi persyaratan lain untuk memperoleh hak atas manfaat instrumen tersebut (misalnya untuk melaksanakan opsi saham atau menjual saham).

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.5

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

14 Pembatasan yang masih berlaku setelah para karyawan memperoleh hak atas manfaat instrumen tersebut, seperti tidak boleh mengalihkan opsi yang telah menjadi hak kepada pihak ketiga akan mempengaruhi nilai instrumen dan oleh karena itu hal ini harus diperhitungkan dalam nilai wajar instrumen. Namun, pembatasan yang disebabkan tidak berlakunya instrumen yang haknya belum diperoleh para karyawan, seperti tidak dapat dilaksanakannya opsi tanpa hak atau untuk menjual saham tanpa hak, tidak akan mempengaruhi nilai instrumen yang diterbitkan pada tanggal pemberian hak kompensasi, dan oleh karena itu, pengaruhnya tidak diperhitungkan dalam penentuan nilai wajar instrumen. Sebaliknya, nilai instrumen yang haknya telah diperoleh karyawan tidak diakui, bila karyawan gagal memenuhi persyaratan yang terkait dengan jasa atau kinerja mereka. Penentuan Nilai Wajar

a) b) c)

15 Penentuan nilai wajar dilakukan sebagai berikut: Nilai wajar ditentukan dengan dasar harga pasar pada suatu pasar yang aktif. Apabila harga pasar tersebut tidak mungkin diperoleh maka nilai wajar ditentukan dengan estimasi berdasar pada harga aktiva sejenis. Apabila estimasi tersebut tidak mungkin diperoleh maka nilai wajar ditentukan dengan metode penilaian yang sesuai dengan kondisi masing-masing.

16 Contoh metode penentuan nilai wajar adalah arus kas diskontoan (discounted cash flow), model penentuan harga opsi (optionpricing models), penentuan harga matriks (matrix pricing), option-adjusted spread models, dan analisis fundamental (fundamental analysis). Metode Pengukuran Dilakukan dengan Penerbitan

Kompensasi yang Instrumen Ekuitas Saham Tanpa Hak

17

Nilai wajar saham tanpa hak yang diberikan kepada

53.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

karyawan diukur dengan harga pasar saham (atau harga pasar estimasian apabila saham tersebut tidak tercatat di bursa efek), seolaholah saham tersebut telah menjadi hak karyawan dan diterbitkan pada tanggal pemberian kompensasi.
Saham Berbatas Jual

18 Saham berbatas jual dinilai sebesar nilai wajar saham yang berhak penuh (vested share) dan beredar (atau taksiran harga pasar, bila saham tersebut tidak tercatat di bursa efek). 19 Saham berbatas jual yang diberikan kepada karyawan diukur sebesar nilai wajarnya, yang sama dengan nilai saham berbatas sejenis yang diberikan kepada pihak nonkaryawan.
Opsi Saham Perusahaan Publik

20 Nilai wajar opsi (atau yang setara) perusahaan publik diestimasi dengan menggunakan model penentuan harga opsi (option-pricing model). Nilai wajar opsi yang diestimasi pada tanggal pemberian kompensasi tidak boleh disesuaikan walaupun terjadi perubahan harga saham, ketidakstabilan harga saham (stocks volatilitas), periode opsi, dividen atas saham tersebut, atau suku bunga bebas risiko (risk-free interest rate).
21 Model penentuan harga opsi antara lain adalah model Black Scholes atau model binomial. Variabel yang dipertimbangkan dalam model penentuan harga opsi pada tanggal pemberian kompensasi adalah: a) harga eksekusi (exercise price), b) periode opsi, c) harga saham kini, d) Ketidakstabilan harga (stocks volatility), e) prakiraan dividen atas saham tersebut (kecuali seperti yang dijelaskan dalam paragraf 36 dan 37), dan f) suku bunga bebas risiko selama periode opsi.

Nilai wajar opsi (atau yang setara) perusahaan non22 publik diestimasi dengan menggunakan model penentuan harga opsi yang memperhitungkan variabel-variabel seperti tersebut pada

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.7

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

paragraf 21, kecuali variabel ketidakstabilan harga saham selama periode opsi.
23 Nilai opsi yang diestimasi dengan model penentuan harga opsi yang tidak mengikutsertakan variabel ketidakstabilan harga saham dikenal dengan istilah nilai minimum (minimum value). 24 Selain dengan menggunakan metode penentuan harga opsi (option-pricing model) tanpa mengikutkan variabel ketidakstabilan harga saham, nilai minimum dapat juga dihitung dengan menentukan selisih antara (a) harga kini saham dikurangi dengan nilai tunai jumlah dividen selama periode opsi, dan (b) nilai tunai harga eksekusi. Oleh karena penentuan nilai tunai, baik untuk nilai tunai selama periode opsi maupun untuk nilai tunai harga eksekusi dapat menghasilkan nilai yang berbedabeda, maka nilai minimum yang dihitung dengan metode ini pun dapat bervariasi hasilnya. Kerumitan Estimasi

25 Umumnya, nilai wajar instrumen ekuitas dapat diestimasi pada tanggal pemberian kompensasi. Namun pada situasi tertentu, nilai wajar instrumen sulit diestimasi pada tanggal pemberian kompensasi. Sebagai contoh, nilai wajar opsi yang harga eksekusinya berubah-ubah sesuai dengan perubahan harga saham akan sulit, atau bahkan tidak mungkin diestimasi. Demikian pula halnya untuk instrumen yang dapat dikonversi dengan rasio yang tergantung pada peristiwa masa mendatang.

26 Apabila nilai wajar opsi atau instrumen ekuitas lainnya tidak dapat diestimasi pada tanggal pemberian kompensasi, maka beban kompensasi ditentukan berdasarkan nilai wajar yang diukur dengan menggunakan harga saham dan variabel terkait lainnya pada tanggal terdekat dengan tanggal pemberian kompensasi yang memungkinkan berbagai variabel tersebut diestimasi. Selama periode nilai wajar tidak mungkin diestimasi, estimasi beban kompensasi didasarkan pada nilai intrinsik kini kompensasi tersebut, yang ditentukan sesuai dengan persyaratan yang akan berlaku apabila opsi atau instrumen ekuitas lainnya tersebut dapat dieksekusi saat ini.
27 Umumnya, tanggal estimasi beban kompensasi adalah

53.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tanggal pada saat jumlah saham yang akan menjadi hak karyawan dan harga eksekusinya dapat ditentukan. Program Pembelian Saham Stock Purchase Plans) oleh Karyawan

(Employee

28 Program pembelian saham oleh karyawan yang memenuhi semua kriteria yang terdapat dalam paragraf 29 bukan merupakan kompensasi kepada karyawan (not compensatory). Untuk program yang tidak bersifat kompensasi, jumlah diskonto (yang merupakan penjualan saham di bawah nilai wajarnya) mengurangi jumlah yang diperoleh dari penerbitan saham.
29 Suatu program bukan merupakan program kompensasi karyawan apabila memenuhi semua kriteria berikut ini: a) Program tidak memiliki sifat opsi, kecuali yang disebutkan berikut ini: (i) Karyawan diberi kesempatan dalam suatu periode yang pendek untuk mengikuti program, yang tidak lebih dari 31 hari setelah harga beli ditetapkan. (ii) Harga beli didasarkan hanya pada harga pasar saham pada tanggal pembelian, dan karyawan boleh membatalkan partisipasinya sebelum tanggal pembelian serta memperoleh kembali pembayaran yang telah dilakukannya. b) Diskonto terhadap harga pasar tidak melebihi suatu jumlah yang lebih besar di antara: (i) diskonto per saham yang jumlahnya layak dalam suatu penawaran saham kepada pemegang saham atau pihak lain, atau (ii) beban penerbitan per saham yang dapat dihindari karena tidak dilakukannya penerbitan saham melalui penawaran umum kepada publik. Dalam hal ini, diskonto sebesar 5% atau kurang dari harga pasar harus dianggap telah memenuhi kriteria ini tanpa memerlukan pembuktian lebih lanjut. c) Secara substansial semua karyawan penuh waktu (full time) yang memenuhi kualifikasi kerja tertentu memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi (equitable basis participation). 30 Suatu program yang menetapkan harga beli berdasarkan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.9

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

jumlah yang lebih rendah antara harga pasar saham pada tanggal pemberian kompensasi atau harga pasar saham pada tanggal pembelian, adalah salah satu contoh dari ciri opsi yang mengakibatkan program tersebut dianggap sebagai suatu program kompensasi karyawan. Demikian pula, suatu program yang harga belinya didasarkan pada harga pasar saham pada tanggal pemberian kompensasi dan yang memungkinkan karyawan untuk membatalkan partisipasinya sebelum tanggal pembelian dan memperoleh kembali pembayaran yang telah dilakukannya adalah suatu program kompensasi karyawan. Kompensasi yang Dilakukan dengan Pembayaran Kas

31 Program kompensasi berbasis saham tertentu dapat menimbulkan kewajiban perusahaan kepada karyawan karena karyawan dapat menuntut perusahaan untuk memberikan kompensasi dengan pembayaran kas atau transfer aktiva lainnya kepada karyawan sebagai pengganti penerbitan instrumen ekuitas.

32 Pada setiap periode, jumlah kewajiban program kompensasi yang dapat menimbulkan kewajiban yang disebutkan pada paragrap 31 diukur dengan harga saham kini. Perubahan harga saham selama masa bakti karyawan diakui sebagai beban kompensasi selama masa bakti karyawan. Perubahan jumlah kewajiban yang disebabkan oleh perubahan harga saham setelah masa bakti karyawan merupakan beban kompensasi yang dibebankan pada periode terjadinya perubahan tersebut.
33 Contoh kompensasi yang harus diselesaikan dengan pembayaran kas adalah suatu perusahaan berkewajiban, baik pada saat diminta ataupun pada saat yang telah ditentukan, untuk membayar kepada karyawan sejumlah kas berdasarkan peningkatan harga pasar saham dari harga tertentu. Pengakuan Beban Kompensasi

34 Jumlah beban kompensasi yang diakui untuk suatu program kompensasi karyawan berbasis saham ditentukan berdasarkan atas jumlah instrumen ekuitas yang pada akhirnya akan menjadi hak karyawan. Jika karyawan gagal memenuhi persyaratan jasa untuk

53.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

memperoleh hak kompensasi pada suatu kompensasi penghargaan tetap (fixed award), maka beban kompensasi yang berasal dari program kompensasi yang gagal dimiliki oleh karyawan, tidak diakui oleh perusahaan. Beban kompensasi juga tidak diakui jika perusahaan tidak mencapai suatu persyaratan kinerja (misalnya, perusahaan tidak mencapai laba bersih sebagaimana yang ditentukan dalam program). Namun, beban kompensasi akan tetap diakui apabila persyaratan memperoleh hak kompensasi atau eksekusi didasarkan pada suatu target harga saham (target stock price) atau pada nilai intrinsik tertentu. 35 Untuk program kompensasi dengan persyaratan perolehan hak kompensasi atau eksekusi berdasarkan suatu target harga saham atau pada nilai instrinsik tertentu, beban kompensasi diakui untuk program kompensasi yang diberikan kepada karyawan yang masih bekerja pada periode yang telah ditentukan, tanpa memperhatikan apakah target harga saham atau nilai intrinsik tertentu telah tercapai atau tidak. Beban kompensasi yang telah diakui pada periode sebelumnya tidak boleh disesuaikan apabila opsi yang telah menjadi hak karyawan habis masa berlakunya tanpa dieksekusi.
36 Hak karyawan pada suatu program kompensasi karyawan berbasis saham timbul pada saat karyawan tidak tergantung lagi pada pemenuhan suatu persyaratan yang ditentukan dalam program untuk memperoleh hak atau mempertahankan saham atau kas berdasarkan program tersebut. Umumnya, opsi dapat segera dieksekusi, namun, apabila persyaratan kinerja mempengaruhi harga eksekusi atau tanggal saat opsi dapat dieksekusi, maka masa bakti karyawan untuk penentuan kompensasi harus konsisten dengan asumsi yang digunakan untuk estimasi nilai wajar program kompensasi tersebut. 37 Pada tanggal pemberian kompensasi, perusahaan dapat memilih untuk menggunakan basis akrual dalam pengakuan beban kompensasi berdasarkan estimasi terbaik yang tersedia atas jumlah instrumen ekuitas yang diharapkan akan menjadi hak karyawan dan merevisi estimasi tersebut jika perlu, apabila informasi pada periode berikutnya menunjukkan bahwa jumlah sesungguhnya dari pemberian opsi yang gagal berbeda dari estimasi awal. Atau perusahaan dapat mulai mengakui beban kompensasi, seolah-olah semua instrumen ekuitas yang akan diberikan (yang hanya

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.11

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dibatasi oleh persyaratan jasa) diharapkan akan menjadi hak karyawan, sedangkan jumlah sesungguhnya pemberian opsi yang gagal akan diakui pada saat terjadinya. Pengakuan awal beban kompensasi untuk program dengan persyaratan kinerja yang akan menentukan jumlah opsi atau jumlah saham yang akan diterima oleh karyawan yang berhak, didasarkan pada estimasi terbaik atas persyaratan kinerja tersebut, walaupun jumlah kegagalan pemberian opsi boleh diestimasi pada tanggal pemberian kompensasi atau diakui hanya pada saat terjadinya.

38 Beban kompensasi yang diestimasi pada tanggal pemberian kompensasi untuk jumlah instrumen yang diharapkan akan menjadi hak karyawan berdasarkan persyaratan kinerja, disesuaikan dengan perubahan kemudian atas ekspektasi hasil atau hasil sesungguhnya persyaratan jasa dan persyaratan kinerja sampai dengan tanggal hak kompensasi tersebut. Penyesuaian ini juga berlaku untuk instrumen yang hak kepemilikannya tergantung dari jasa masa mendatang yang diestimasi perusahaan jumlah kegagalan pemberian opsinya pada tanggal pemberian kompensasi sesuai dengan paragraf 37. Estimasi tersebut disesuaikan dengan perubahan kemudian atas persyaratan jasa dan dilakukan sampai dengan tanggal hak kompensasi tersebut. Perubahan estimasi jumlah saham atau opsi yang diharapkan akan menjadi hak karyawan adalah perubahan estimasi akuntansi, dan pengaruh kumulatif perubahan tersebut diakui pada periode terjadinya apabila perubahan tersebut mempengaruhi periode berjalan dan sebelumnya. 39 Beban kompensasi program pemberian instrumen ekuitas kepada karyawan diakui selama masa bakti karyawan, yaitu dengan mengakui beban kompensasi dan mengkredit modal saham (paid-in capital) jika kompensasi tersebut untuk jasa masa mendatang. Jika masa bakti karyawan tidak ditentukan untuk periode yang lebih awal atau lebih pendek maka masa bakti karyawan dianggap sama dengan periode dari tanggal pemberian kompensasi sampai dengan tanggal saat kompensasi tersebut menjadi hak karyawan dan eksekusinya tidak lagi tergantung kepada berlanjut atau tidaknya masa bakti karyawan (paragraf 36). Apabila program kompensasi diperuntukkan bagi jasa masa lalu maka beban kompensasi diakui pada periode pemberian kompensasi.

53.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

40 Beban kompensasi dalam program skedul hak bertingkat (graded vesting schedule) diakui dengan asumsi bahwa niai wajar program tersebut ditentukan berdasarkan periode ekspektasi yang berbeda-beda atas opsi yang akan menjadi hak karyawan setiap tahun, seolah-olah program tersebut terdiri dari beberapa program tersendiri dengan tanggal berlaku hak kompensasi karyawan yang berbedabeda. Apabila periode ekspektasi program kompensasi ditentukan dengan cara lain, beban kompensasi diakui dengan metode garis lurus (straight-line basis). Namun, jumlah beban kompensasi yang diakui pada tanggal tertentu, paling tidak, harus sama dengan nilai kompensasi yang telah menjadi hak karyawan pada tanggal tersebut. 41 Dividen atau setara dividen yang dibayarkan kepada karyawan atas bagian dari program kompensasi saham atau instrumen ekuitas lainnya yang menjadi hak karyawan, dibebankan ke saldo laba. Dividen atau setara dividen yang tidak terbatalkan (non-forfeitable), yang dibayarkan atas saham tanpa hak diakui sebagai beban kompensasi tambahan. Pilihan untuk mengestimasi kegagalan (forfeitures) pada tanggal pemberian kompensasi atau mengakui pengaruh kegagalan pada saat terjadinya seperti diatur dalam paragraf 37, juga berlaku untuk pengakuan dividen yang tidak terbatalkan (non-forfeitable) yang dibayarkan atas saham tanpa hak.
42 Apabila karyawan menerima dividen dari kelompok saham yang diberikan kepada mereka hanya setelah saham tersebut menjadi hak mereka, nilai program kompensasi pada tanggal pemberian kompensasi dikurangi dengan nilai tunai dividen yang diperkirakan akan dibayar atas saham selama periode pemberian hak kompensasi, dengan tingkat diskonto yang sama dengan suku bunga bebas risiko yang sesuai. Nilai wajar program kompensasi opsi saham yang setara dividennya dibayarkan kepada karyawan atau dikurangkan dari harga eksekusi sesuai dengan persyaratan antidilusi, diestimasi dengan asumsi bahwa tidak ada pembayaran dividen. Program Tambahan Sedang Berjalan dan Perubahan Program yang

43 Nilai wajar setiap program kompensasi instrumen ekuitas diukur secara terpisah berdasarkan persyaratan dan harga saham kini serta faktor-faktor terkait lainnya, pada tanggal pemberian kompensasi.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.13

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

44 Perubahan persyaratan program kompensasi yang dapat menyebabkan program tersebut menjadi lebih bernilai merupakan transaksi pertukaran program lama dengan program baru. Selisih kedua nilai tersebut diakui pada periode perubahan.
45 Pertukaran opsi atau perubahan persyaratan opsi yang terkait dengan penggabungan usaha, atau transaksi restrukturisasi ekuitas lainnya, kecuali untuk transaksi yang dilakukan untuk mencerminkan syarat pertukaran saham dalam penggabungan usaha yang diperlakukan dengan metode penyatuan kepentingan (pooling of interests), termasuk perubahan program yang diatur oleh Pernyataan ini. Namun, perubahan persyaratan program kompensasi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan antidilusi yang dirancang, misalnya, untuk menyamakan nilai opsi sebelum dan sesudah stock split atau dividen saham, tidak termasuk dalam pengertian perubahan program menurut Pernyataan ini. Penyelesaian Program Kompensasi

46 Jumlah kas atau aktiva lain yang dibayarkan (atau kewajiban yang timbul) untuk memperoleh kembali instrumen ekuitas yang telah menjadi hak karyawan dibebankan ke ekuitas, dengan syarat jumlah pembayaran tersebut tidak melebihi nilai instrumen yang diperoleh kembali. Perusahaan yang menyelesaikan program kompensasi yang belum menjadi hak karyawan dengan kas, pada dasarnya, memberi hak program kompensasi kepada karyawan. Oleh karena itu, jumlah beban kompensasi yang diukur pada tanggal pemberian kompensasi namun belum diakui, diakui pada tanggal pemerolehan kembali.
47 Sebagai contoh, apabila perusahaan memperoleh kembali sahamnya dengan harga Rp 10.000,00 pada tanggal saham tersebut menjadi hak karyawan dan pada tanggal yang sama harga pasar saham adalah Rp 10.000,00 maka transaksi tersebut tidak menimbulkan tambahan jumlah beban kompensasi. Namun, apabila harga pasar saham hanya Rp 8.000,00 pada tanggal yang sama, transaksi tersebut menimbulkan tambahan beban sebesar Rp 2.000,00 (Rp 10.000,00 - Rp 8.000,00).

48 Untuk opsi saham karyawan, tambahan beban berupa selisih nilai opsi baru dengan nilai opsi lama, jika ada, yang akan

53.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

diakui sebagai beban kompensasi tambahan pada saat pembayaran kas ditentukan dengan cara membandingkan jumlah yang dibayarkan dengan nilai opsi yang diperoleh kembali, yang dihitung berdasarkan ekspektasi sisa periode opsi pada tanggal pengakuan. Sebagaimana diatur dalam paragraf 46, apabila opsi telah diperoleh kembali sebelum opsi tersebut menjadi hak karyawan, jumlah beban kompensasi yang belum diakui dibebankan pada tanggal pemerolehan kembali.
49 Perlakuan akuntansi mencerminkan persyaratan program kompensasi berbasis saham sebagaimana dipahami bersama oleh karyawan dan perusahaan. Umumnya, dokumen tertulis program kompensasi menyediakan bukti terbaik mengenai persyaratan-persyaratan program. Namun, praktik perusahaan pada masa lalu dapat menjadi petunjuk bahwa secara substantif persyaratan yang berlaku (substantive terms) berbeda dari persyaratan tertulisnya. Dalam hal ini, perlakuan akuntansi didasarkan pada substansi persyaratan program kompensasi. 50 Contoh perlakuan akuntansi berdasarkan substansi persyaratan program kompensasi adalah perusahaan yang memberikan penghargaan lengket (tandem award), yang terdiri dari opsi saham atau stock appreciation right (SAR), diwajibkan untuk membayar kas jika karyawan dapat memilih salah satu dari kedua instrumen sehingga perusahaan mempunyai kewajiban terhadap karyawan. Sebaliknya, jika perusahaan yang menentukan pilihan di antara kedua instrumen tersebut maka perusahaan dapat menghindari transfer aktiva dengan memilih penyelesaian dalam bentuk penerbitan saham, sehingga program tersebut termasuk instrumen ekuitas. Namun, apabila perusahaan mempunyai pilihan untuk menyelesaikan dengan penerbitan saham, tetapi cenderung untuk membayar kas, atau apabila perusahaan membayar kas setiap kali karyawannya meminta pembayaran kas, maka sebenarnya perusahaan tersebut menyelesaikan kewajibannya dan bukan memperoleh kembali instrumen ekuitasnya. Dalam hal ini persyaratan substantif harus menjadi dasar dari akuntansinya. 51 Perusahaan nonpublik dapat mensyaratkan bahwa instrumen ekuitasnya akan diperoleh kembali dengan nilai wajar pada tanggal pemerolehan kembali dalam rangka membatasi pengendalian hanya dalam satu kelompok terbatas, misalnya hanya anggota keluarga saja. Dalam praktik, persyaratan semacam itu tidak dianggap sebagai upaya untuk mengubah saham menjadi kewajiban. Pernyataan ini tidak bertujuan untuk

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.15

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

mengubah pendapat mengenai pengaruh perjanjian pemerolehan kembali dengan nilai wajar tersebut untuk perusahaan nonpublik. Oleh karena itu, perusahaan nonpublik dapat memberikan atau menerbitkan instrumen ekuitas kepada karyawan dengan suatu perjanjian perolehan kembali seperti itu. Perjanjian pemerolehan kembali tidak mengubah instrumen ekuitas menjadi kewajiban, apabila harga pemerolehan kembali tersebut adalah nilai wajar saham pada tanggal pemerolehan kembali. P E N G U N G K A PA N

52 Perusahaan yang memiliki satu atau lebih program kompensasi berbasis saham menyajikan penjelasan mengenai program kompensasi, termasuk persyaratan umum program kompensasi, seperti persyaratan pemberian hak kompensasi, periode maksimum opsi, dan jumlah saham yang ditetapkan untuk opsi atau instrumen ekuitas lainnya. Perusahaan yang menggunakan instrumen ekuitas sebagai kompensasi dalam pemerolehan barang atau jasa dari pihak nonkaryawan menyajikan pengungkapan yang serupa dengan yang diharuskan oleh paragraf ini dan paragraf 53 dan 54, sepanjang pengungkapan tersebut memang diperlukan untuk memahami pengaruh transaksi-transaksi tersebut atas laporan keuangan. 53 Informasi berikut ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Jumlah dan rata-rata tertimbang harga eksekusi opsi untuk setiap kelompok opsi berikut ini: i) opsi yang beredar pada awal tahun, (ii) opsi yang beredar pada akhir tahun, (iii) opsi yang dapat dieksekusi pada akhir tahun, (iv) opsi yang diberikan dalam suatu periode, (v) opsi yang dieksekusi dalam suatu periode, (vi) opsi yang gagal diperoleh (forfeit) oleh karyawan dalam suatu periode, (vii) opsi yang saat jatuh temponya telah lewat dalam suatu periode. Rata-rata tertimbang nilai wajar opsi pada tanggal pemberian kompensasi yang diberikan dalam suatu periode. Jika harga

b)

53.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

eksekusi opsi berbeda dari harga pasar saham pada tanggal pemberian kompensasi, rata-rata tertimbang harga eksekusi dan rata-rata tertimbang nilai wajar opsi diungkapkan secara terpisah untuk opsi yang harga eksekusinya (1) sama dengan, (2) melebihi, atau (3) kurang dari harga pasar saham pada tanggal kompensasi. c) Jumlah dan rata-rata tertimbang nilai wajar pada tanggal pemberian kompensasi dari instrumen ekuitas selain opsi, sebagai contoh, saham tanpa hak, yang diberikan dalam suatu periode. Penjelasan mengenai metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam suatu periode untuk mengestimasi nilai wajar opsi, termasuk informasi rata-rata tertimbang variabel berikut ini: (i) suku bunga bebas risiko, (ii) periode opsi yang diharapkan, (iii) ketidakstabilan harga saham (stocks volatility) yang diharapkan, dan (iv) dividen yang diharapkan. (e) Jumlah beban kompensasi yang diakui untuk program kompensasi berbasis saham. Perubahan persyaratan signifikan dari program kompensasi yang sedang berjalan.

d)

f)

54 Perusahaan yang memberikan opsi dengan beberapa program kompensasi berbasis saham menyajikan informasi seperti tersebut di atas, secara tersendiri, untuk jenis program yang berbeda apabila perbedaan karakteristik program menjadikan pengungkapan secara terpisah.
55 Sebagai contoh, rata-rata tertimbang harga eksekusi pada akhir tahun untuk opsi dengan harga eksekusi tetap diungkapkan secara terpisah dari rata-rata tertimbang harga eksekusi pada akhir tahun untuk opsi dengan harga eksekusi terindeks. Demikian pula halnya, dari jumlah opsi yang belum dapat dieksekusi, jumlah opsi yang akan dapat dieksekusi apabila karyawan memberikan jasa tambahan diungkapkan secara terpisah dari jumlah opsi yang hanya akan dapat dieksekusi apabila sejumlah kondisi

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.17

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tambahan telah terpenuhi.

56 Untuk opsi yang beredar pada tanggal neraca terakhir, diungkapkan rentang harga eksekusi (juga rata-rata tertimbang harga eksekusi), dan rata-rata tertimbang sisa periode opsi diungkapkan. Apabila rentang harga eksekusi tersebut sangat besar (sebagai contoh, harga eksekusi tertinggi melebihi 150% dari harga eksekusi terendah), maka harga eksekusi dikelompokkan dalam rentangrentang yang lebih kecil dalam rangka penentuan jumlah dan saat penerbitan saham tambahan dan penerimaan kas dari eksekusi opsi. Informasi berikut ini diungkapkan untuk setiap kisaran: a) Jumlah, rata-rata tertimbang harga eksekusi, dan rata-rata tertimbang sisa periode opsi yang beredar. b) Jumlah dan rata-rata tertimbang harga eksekusi dari opsi terakhir yang dieksekusi.
MASA TRANSISI

57 Pernyataan ini harus diterapkan secara prospektif. Laporan keuangan untuk periode sebelum diberlakukannya Pernyataan ini tidak perlu dinyatakan kembali (restated).
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

58 Pernyataan ini berlaku efektif untuk transaksi restrukturisasi yang terjadi sejak tanggal 1 Oktober 1998. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

53.18

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

LAMPIRAN Contoh Ilustratif

Lampiran ini hanya suatu ilustrasi dan bukan merupakan bagian dari Pernyataan. Tujuan lampiran ini adalah untuk mengilustrasikan penerapan Pernyataan dalam rangka membantu pengguna untuk memahami artinya.
Contoh 1

PT MHD adalah perusahaan publik yang memberikan opsi yang periode maksimumnya adalah 10 tahun kepada karyawannya. Harga eksekusi setiap opsi sama dengan harga pasar saham pada tanggal pemberian kompensasi. Semua opsi yang akan menjadi hak karyawan pada akhir tahun ketiga (cliff vesting). Dalam contoh ini, pengaruh pajak dari pemberian opsi diabaikan. Berikut ini asumsi dan informasi tentang opsi yang diberikan pada tanggal 1 Januari 19X8 (tanggal pemberian kompensasi): Opsi saham yang diberikan Karyawan yang diberikan opsi saham Jumlah opsi yang gagal diperoleh (forfeitures) Harga saham Harga eksekusi Periode opsi yang diharapkan (tahun) Suku bunga bebas risiko Stocks volatility yang diharapkan Dividen yang diharapkan 900.000 3.000 3% 50.000 50.000 6 7,5% 30% 2,5%

Dengan enam variabel terakhir yang terdapat dalam tabel di atas (yaitu harga saham, harga eksekusi, periode opsi yang diharapkan, suku bunga bebas risiko, stocks volatility yang diharapkan, dan dividen yang diharapkan), model penentuan harga opsi Black-Scholes yang disesuaikan dengan variabel dividen menentukan nilai wajar setiap opsi adalah Rp 17.150. Dengan variabel yang sama, model binomial akan menghasilkan nilai wajar sebesar Rp 17.260. Apabila PT MHD tidak membayar dividen dan variabel-variabel lainnya dianggap tetap maka kedua model penentuan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.19

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

harga opsi tersebut akan menghasilkan nilai wajar yang sama yaitu Rp 22.800. Contoh ini menggunakan nilai wajar dengan model Black-Scholes, yaitu Rp 17.150. Jumlah biaya kompensasi yang diakui selama periode pengakuan hak kompensasi (vesting period) adalah nilai wajar semua opsi yang benarbenar menjadi hak karyawan. Pernyataan ini memperbolehkan perusahaan untuk mengestimasi pada tanggal pemberian kompensasi, jumlah opsi yang diharapkan akan menjadi hak karyawan atau untuk mengakui biaya kompensasi setiap periode berdasarkan jumlah opsi yang belum gagal diperoleh (forfeited). Apabila opsi saham gagal diperoleh maka penyesuaian untuk mengeliminasi biaya kompensasi yang telah diakui pada periode sebelumnya harus dilakukan pada saat terjadinya kegagalan pemerolehan tersebut (forfetitures). Dalam contoh ini, PT MHD mengestimasi pada tanggal pemberian kompensasi, jumlah opsi yang akan menjadi hak karyawan dan kemudian melakukan penyesuaian apabila terjadi perubahan ekspektasi jumlah opsi yang gagal diperoleh dan perbedaan ekspektasi jumlah kegagalan dengan jumlah kegagalan yang sebenarnya. Pada tanggal pemberian kompensasi, jumlah opsi yang diharapkan akan menjadi hak karyawan adalah 821.406 (900.000 x 0.97 x 0.97 x 0.97). Estimasi nilai program kompensasi pada tanggal 1 Januari 19X8 adalah Rp 14.087.113.000 (821.406 x Rp 17.150). Biaya kompensasi yang diakui setiap tahun selama tiga tahun periode pengakuan hak kompensasi adalah Rp 4.695.704.000 (14.087.113.000,3). Jurnal untuk mengakui biaya kompensasi pada tahun 19X8 adalah sebagai berikut: Beban Kompensasi Modal Lain-lain (Opsi Saham) 4.695.704.000 4.695.704.000

Tanpa adanya perubahan estimasi atau perbedaan antara estimasi dengan jumlah opsi yang benar-benar gagal diperoleh, maka PT MHD akan membuat jurnal yang sama dengan jurnal tersebut di atas pada tahun 19X9 dan 20X0. Pada tanggal 31 Desember 20X0, PT MHD akan membandingkan jumlah opsi yang gagal diperoleh (actual forfeitures) dengan estimasinya

53.20

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dan membuat penyesuaian sehingga biaya kompensasi yang diakui adalah hanya sejumlah opsi yang benar-benar menjadi hak karyawan. Untuk contoh ini, dianggap tidak ada penyesuaian yang dibuat. Pada tanggal eksekusi, dianggap semua opsi dieksekusi bersamaan pada tanggal yang sama. Pada tanggal eksekusi, harga saham adalah Rp 70.000. Pada tanggal eksekusi, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Kas (821.406 x 50.000) Modal Lain-lain (Opsi Saham) Modal Saham Contoh 2 41.070.300.000 14.087.113.000 55.157.413.000

Semua asumsi dan informasi untuk contoh ini sama dengan contoh 1 kecuali disebutkan lain. Pada akhir tahun kedua (19X9), manajemen mengubah estimasi jumlah opsi yang gagal diperoleh (forfeitures) dari 3% menjadi 6% setiap tahunnya. Oleh karena itu, jumlah opsi yang diharapkan akan menjadi hak karyawan adalah 747.526 (900.000 x 0.94 x 0.94 x 0.94) dan jumlah biaya kompensasi berubah menjadi Rp 12.820.071.000 (747.526 x Rp 17.150) Dianggap bahwa biaya kompensasi untuk tahun kedua telah diakui maka jumlah penyesuaian yang harus dilakukan adalah: Jumlah biaya kompensasi yang baru Jumlah biaya kompensasi yang baru per 31/12/19X9 (Rp 12.820.071.000 x 2/3) Jumlah yang telah diakui pada tahun 19X8 dan 19X9 (Rp 4.695.704.000 x 2) Penyesuaian biaya kompensasi per 31/12/19X9 12.820.071.000 8.546.714.000 9.391.408.000 (844.694.000)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.21

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Jurnal yang dibuat oleh PT MHD adalah sebagai berikut: 31/12/19X9 Modal Lain-lain (Opsi Saham) Biaya Kompensasi 844.694.000 844.694.000

Tahun 20X0 Biaya Kompensasi 4.273.357.000 Modal Lain-lain (Opsi Saham) 4.273.357.000 (Biaya Kompensasi Rp 12.820.071.000,3 = Rp 4.273.357.000) Eksekusi Kas 37.376.300.000 Modal Lain-lain (Opsi Saham) 12.820.071.000 Modal Saham 50.196.371.000 (Kas = 747.526 x Rp 50.000 = Rp 37.376.300.000) 3

Contoh

PT AMP menyelenggarakan program Stock Appreciation Rights (SAR) pada tanggal 1 Januari 19X8 yang memungkinkan eksekutifnya untuk menerima kas sebesar perbedaan antara harga pasar saham pada tanggal eksekusi dengan harga yang telah ditentukan (yaitu Rp 10.000 dari 10.000 lembar SAR) pada tanggal eksekusi. Masa bakti karyawan adalah dua tahun (19X8-19X9). Harga pasar saham adalah sebagai berikut: Tanggal 31 Desember 19X8 31 Desember 19X9 31 Desember 20X0 Harga Saham 13.000 17.000 15.000

Dengan mengandaikan bahwa eksekutif akan merealisasi program SAR pada akhir tahun ketiga, beban kompensasi yang akan dicatat pada setiap periode adalah sebagai berikut: Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

53.22

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Tanggal

Harga Pasar

Harga yang Ditetapkan dalam 10.000 lbr SAR 10.000

Kompensasi Kumulatif yang dapat Diakui 30.000.000

Persentase Pengakuan

Kompensasi Kumulatif yang telah Diakui 15.000.000 55.000.000 70.000.000 (20.000.000) 50.000.000

31/12/X8

13.000

50%

31/12/X9

17.000

10.000

70.000.000

100%

31/12/X0

15.000

10.000

50.000.000

100%

31/12/X8 31/12/X9 31/12/X0 31/12/X0

Beban Kompensasi Kewajiban Program SAR Beban Kompensasi Kewajiban Program SAR Kewajiban Program SAR Beban Kompensasi Kewajiban Program SAR Kas

15.000.000 15.000.000 55.000.000 55.000.000 20.000.000 20.000.000 50.000.000 50.000.000

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

53.23

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

5 3
BERBASIS

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI SAHAM

KOMPENSASI

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

DAFTAR

ISI
Paragraf

PENDAHULUAN ..................................................................... Tujuan ............................................................................ Lingkup .......................................................................... Definisi ........................................................................... TRANSAKSI KOMPENSASI NON KARYAWAN ................... TRANSAKSI KOMPENSASI KARYAWAN ............................ Dasar Pengukuran ......................................................... Tujuan dan Tanggal Pengukuran .................................... Penentuan Nilai Wajar .................................................... Metode Pengukuran ....................................................... Kompensasi yang Dilakukan dengan Penerbitan Instrumen Ekuitas ................................................. Saham Tanpa Hak ....................................... Saham Berbatas Jual .................................. Opsi Saham Perusahaan Publik ................. Kerumitan Estimasi ..................................... Program Pembelian Saham oleh Karyawan (Employee Stock Purchase Plans) ....................... Kompensasi yang Dilakukan dengan Pembayaran Kas .................................................. Pengakuan Beban Kompensasi ..................................... Program Tambahan dan Perubahan Program yang Sedang Berjalan ............................................................ Penyelesaian Program Kompensasi .............................. PENGUNGKAPAN .................................................................. MASA TRANSISI .................................................................... TANGGAL BERLAKU EFEKTIF ............................................ Lampiran

01-06 01-02 03-05 06 07-09 10-51 10-11 12-14 15-16 17-27 17-25 17 18-19 20-24 25-27 28-30 31-33 34-42 43-45 46-51 52-56 57 58

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

PSAK No. 53 tentang AKUNTANSI KOMPENSASI BERBASIS SAHAM telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 10 Juli 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 4 September 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). 4 September 1998 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI K OMPENSASI B ERBASIS S AHAM

PSAK N O . 53

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 4 September 1998 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI AKUNTANSI RESTRUKTURISASI BERMASALAH

KEUANGAN NO. 54 UTANG-PIUTANG

Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks dengan paragrafparagraf penjelasan dan panduan implementasi yang dicetak dalam huruf biasa. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
PENDAHULUAN Tu j u a n 01 Pernyataan ini mengatur standar akuntansi keuangan dan pelaporan restrukturisasi hutang-piutang bermasalah, baik bagi debitur maupun kreditur. Pernyataan ini tidak mencakup akuntansi untuk penyisihan piutang tidak tertagih dan tidak mengatur metode estimasi piutang tidak tertagih. 02 Untuk kepentingan Pernyataan ini, restrukturisasi hutangpiutang bermasalah terjadi jika, berdasarkan pertimbangan ekonomi atau hukum, kreditur memberikan konsesi khusus kepada debitur yaitu konsesi yang tidak akan diberikan dalam keadaan tidak terdapat kesulitan keuangan di pihak debitur. Konsesi ini dapat berasal dari perjanjian antara kreditur dan debitur atau dari keputusan pengadilan atau peraturan hukum. Sebagai contoh, kreditur dapat merestrukturisasi syarat hutang-piutang untuk meringankan beban kebutuhan kas jangka pendek debitur. Banyak restrukturisasi hutang-piutang bermasalah mencakup pengubahan syarat hutang untuk mengurangi atau menunda pembayaran kas yang diperlukan oleh debitur dalam jangka pendek guna membantu debitur untuk meningkatkan kondisi keuangan, sehingga debitur akan dapat membayar kembali hutangnya kepada kreditur. Sebagai contoh, kreditur dapat menerima kas, aset lain, atau pemberian saham dari debitur untuk pembayaran kewajiban debitur, meskipun nilai yang diterima oleh kreditur lebih rendah dari jumlah hutang-piutang yang seharusnya dibayar oleh debitur, karena kreditur berkesimpulan bahwa langkah tersebut akan memaksimumkan pemulihan investasi yang telah dilakukan oleh kreditur.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

54.1

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

03 Apapun bentuk konsesi yang diberikan oleh kreditur kepada debitur dalam restrukturisasi hutang-piutang bermasalah, tujuan kreditur adalah untuk mendapatkan yang terbaik dalam situasi yang sulit. Kreditur berharap untuk memperoleh kas lebih banyak atau nilai lain dari debitur, atau untuk meningkatkan kemungkinan penerimaan kas dengan cara memberikan konsesi dibandingkan jika kreditur tidak memberikan konsesi sama sekali. 04 Dalam Pernyataan ini, suatu piutang atau hutang (secara kolektif disebut hutang-piutang) merupakan suatu hak kontraktual untuk menerima uang atau suatu kewajiban kontraktual untuk membayar kas berdasarkan permintaan atau pada tanggal yang ditentukan, yang tercantum sebagai aset atau kewajiban di dalam neraca debitur atau kreditur pada saat restrukturisasi dilaksanakan. Piutang atau hutang yang termasuk dalam restrukturisasi hutang-piutang bermasalah umumnya terjadi sebagai akibat dari pemberian pinjaman atau peminjaman kas, investasi dalam efek hutang-piutang (debt securities) yang sebelumnya diterbitkan, atau pembelian atau penjualan barang dan jasa secara kredit. Contohnya adalah piutang atau hutang, wesel, surat hutang (debentures) dan obligasi (baik yang dijamin maupun yang tidak dijamin atau baik yang dapat diubah maupun yang tidak dapat diubah), dan jika ada, bunga terhutang yang berkaitan dengan hutang-piutang tersebut. Umumnya, restrukturisasi setiap piutang atau hutang dirundingkan secara terpisah, namun seringkali dua atau lebih piutang atau kewajiban dirundingkan secara bersamaan. Sebagai contoh, seorang debitur dapat merundingkan restrukturisasi dengan sekelompok kreditur walaupun pada awalnya debitur menandatangani instrumen hutangpiutang secara individu dengan setiap kreditur. Untuk tujuan Pernyataan ini, restrukturisasi tiap piutang atau kewajiban, termasuk yang dirundingkan dan direstrukturisasi secara bersamaan, harus dipertanggung-jawabkan secara individual. Yang menjadi acuan adalah substansi, bukan bentuk formalnya. Sebagai contoh, bagi seorang debitur, obligasi merupakan satu kewajiban, meskipun terdapat banyak pemegang obligasi. Ruang Lingkup

05 Pernyataan ini diterapkan pada akuntansi restrukturisasi hutang-piutang bermasalah. Pernyataan ini tidak mengatur: a) Biaya Manfaat Pensiun yang telah diatur dalam PSAK 24 b) Sewa Guna Usaha yang telah diatur dalam PSAK 30

54.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

c) d)

Akuntansi untuk investasi dalam efek hutang tertentu yang telah diatur dalam PSAK 50 Kuasi-Reorganisasi yang telah diatur dalam PSAK 51

Definisi 06 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arms length transaction). Harga pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam pasar yang aktif. Nilai tercatat (carrying amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aktiva setelah dikurangi akumulasi penyusutan.
07 Restrukturisasi hutang-piutang mencakup, namun tidak terbatas pada, satu atau lebih kombinasi berikut ini: a) Transfer aset berikut ini: real estat, piutang kepada pihak ketiga, atau aset lain dari debitur kepada kreditur untuk memenuhi sebagian atau seluruh hutang-piutang (termasuk transfer sebagai akibat dari kepemilikan kembali atau sita jaminan). Penerbitan saham baru atau penyerahan saham debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh hutang-piutang, kecuali jika saham diberikan dalam rangka pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk pengubahan hutang-piutang menjadi pemberian saham (misalnya penukaran obligasi konversi). Modifikasi syarat-syarat hutang-piutang, seperti satu atau lebih kombinasi berikut ini: 1) Pengurangan tingkat bunga untuk sisa masa hutang.

b)

c)

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

54.3

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

2)

Perpanjangan jangka waktu pelunasan atau pengunduran tanggal jatuh tempo dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku di pasar untuk hutang baru dengan risiko yang sama. Pengurangan (absolut atau kontinjen) jumlah pokok atau jumlah yang harus dibayar pada saat jatuh tempo hutangpiutang sebagaimana yang tercantum dalam instrumen hutang-piutang atau dokumen perjanjian. Pengurangan (absolut atau kontinjen) bunga yang terhutang.

3)

4)

08 Restrukturisasi hutang-piutang bermasalah dapat terjadi sebelum, pada, atau sesudah tanggal jatuh tempo hutang-piutang yang tercantum dalam perjanjian, dan akan terdapat rentang waktu di antara saat perjanjian, keputusan pengadilan, dll. dengan pemindahan aset atau pemberian saham, tanggal efektif persyaratan baru, atau terjadinya peristiwa lain yang merupakan pelaksanaan restrukturisasi. Dalam Pernyataan ini, tanggal efektif pelaksanaan merupakan saat restrukturisasi. 09 Untuk tujuan Pernyataan ini, restrukturisasi hutang-piutang tidak selalu merupakan restrukturisasi hutang-piutang bermasalah, karena kondisi debitur mengalami kesulitan keuangan. Sebagai contoh, restrukturisasi hutang-piutang yang tidak merupakan restrukturisasi hutang-piutang bermasalah dilakukan bilamana (a) nilai bersih kas, aset lain, atau saham yang akan diterima oleh kreditur dari debitur dalam pelunasan piutangnya paling tidak sama dengan investasi dalam piutang yang dicatat oleh kreditur, (b) nilai wajar aset lain, atau saham yang dialihkan oleh debitur kepada kreditur dalam penyelesaian penuh hutang-piutang paling tidak sama dengan jumlah hutang debitur yang tercatat, (c) kreditur mengurangi tingkat bunga efektif hutang-piutang untuk mencerminkan penurunan tingkat bunga di pasar pada umumnya, atau (d) debitur menerbitkan surat hutang baru yang diperdagangkan (marketable debt) sebagai pengganti hutang yang lama. Hutang baru ini memiliki tingkat bunga efektif berdasarkan tingkat bunga di pasar, dengan tanggal jatuh tempo dan tingkat bunga yang sama dengan surat hutang yang diterbitkan oleh debitur yang tidak bermasalah.

54.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PENJELASAN AKUNTANSI DEBITUR

10 Perlakuan akuntansi oleh debitur atas restrukturisasi hutang bermasalah adalah sebagai berikut: Pelunasan Hutang melalui Pengalihan Aset

11 Sehubungan pelunasan hutang melalui pengalihan aset berupa tanah dan bangunan, aset lain, dan piutang kepada kreditur untuk menyelesaikan seluruh kewajibannya; debitur dapat mengakui keuntungan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban tersebut. Keuntungan dihitung dari selisih lebih antara (a) nilai tercatat hutang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah dengan bunga yang terhutang dan premi, diskonto, beban keuangan, atau biaya penerbitan yang belum diamortisasi), dengan (b) nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur.
12 Nilai wajar aset yang dialihkan adalah jumlah yang diharapkan dapat diterima oleh debitur dari penjualan terkini kepada pembeli yang berminat, dalam kondisi normal (bukan dari transaksi penjualan terpaksa atau likuidasi).Nilai wajar aset harus diukur dengan nilai pasar, jika terdapat harga pasar untuk aset tersebut. Jika tidak terdapat harga pasar untuk aset tersebut, namun terdapat harga pasar untuk aset serupa, maka harga pasar aset serupa tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk mengestimasi nilai pasar aset yang dialihkan. Jika tidak terdapat harga pasar aset serupa, maka penentuan nilai wajar aset yang dialihkan dilakukan dengan metode penilaian yang handal, seperti dengan menilai-tunaikan arus kas yang diharapkan pada tingkat diskonto sesuai dengan risiko yang terkait dengan arus kas masa depan.

13 Perbedaan antara nilai wajar aset dengan nilai tercatat hutang yang diselesaikan diakui sebagai keuntungan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi hutang sesuai dengan paragraf 22. Perbedaan antara nilai wajar dan nilai tercatat aset yang dialihkan kepada kreditur untuk penyelesaian hutang merupakan keuntungan atau kerugian atas pengalihan aset. Debitur mengakui keuntungan atau kerugian ini dalam penentuan laba bersih dalam periode terjadinya pengalihan aset.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

54.5

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pelunasan

Hutang

melalui

Penyerahan

Saham

14 Pelunasan hutang melalui penerbitan saham baru atau penyerahan saham debitur dicatat sebesar nilai wajar saham. Perbedaan antara nilai wajar saham yang diterbitkan dengan nilai tercatat hutang yang diselesaikan diakui sebagai keuntungan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi hutang sesuai dengan paragraf 22.
Modifikasi Persyaratan Hutang

15 Dalam restrukturisasi hutang melalui modifikasi persyaratan tanpa melakukan pengalihan aset atau pemberian saham, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi tersebut secara prospektif sejak saat restrukturisasi dilaksanakan, dan tidak boleh mengubah nilai tercatat hutang pada saat restrukturisasi, kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan baru. Jumlah pembayaran kas masa depan harus mencakup jumlah bunga dan jumlah pokok hutang periode masa depan, tanpa memperhitungkan nilai tunainya.
16 Beban bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga efektif konstan dikalikan dengan nilai tercatat hutang pada awal setiap periode antara saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai tunai jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru (tidak termasuk jumlah hutang kontinjen) dengan nilai tercatat.

17 Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru hutang, termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok hutang, lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi nilai tercatat hutang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru dan harus mengakui keuntungan yang timbul dari restrukturisasi hutang sebesar jumlah penurunan hutang sesuai paragraf 22. Setelah itu, seluruh pembayaran kas yang dibayar dianggap sebagai pengurangan nilai tercatat hutang dan tidak ada beban bunga yang di akui sejak saat restrukturisasi hingga jatuh temponya

54.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

18 Debitur tidak boleh mengakui keuntungan dari restrukturisasi hutang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat hutang.
19 Jumlah bunga atau pokok hutang menurut persyaratan baru dapat merupakan hutang kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi keuangannya membaik sampai tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk menentukan apakah debitur harus mengakui keuntungan, jumlah kontinjen tersebut harus dimasukkan dalam jumlah pembayaran kas masa depan berdasarkan persyaratan baru, sejauh diperlukan untuk mencegah pengakuan keuntungan pada saat restrukturisasi yang kemudian dikredit dengan biaya bunga masa depan. Debitur harus menerapkan PSAK 08 Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca, yang di dalamnya menyatakan kemungkinan terjadinya keuntungan kontinjen bukan merupakan suatu faktor bahwa pembayaran kas masa depan tidak harus dibayar. Prinsip yang sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang seringkali harus diestimasi. Kombinasi Beberapa Bermasalah Cara Restrukturisasi Hutang

20 Restrukturisasi hutang bermasalah dapat berupa penyelesaian sebagian hutang dengan pengalihan aset debitur atau pemberian saham (atau keduanya) kepada kreditur dan modifikasi persyaratan hutang yang masih tersisa. 21 Debitur harus mempertanggungjawabkan restrukturisasi hutang bermasalah yang menyangkut penyelesaian sebagian dan modifikasi persyaratan hutang sebagaimana diatur di dalam paragraf 15 20; dengan cara: pertama, nilai tercatat hutang harus dikurangi dengan jumlah nilai wajar aset atau pemberian saham tersebut; kedua, perbedaan antara nilai wajar dan nilai tercatat aset yang dialihkan kepada kreditur diakui sebagai keuntungan atau kerugian atas pengalihan aset dan tidak sebagai keuntungan restrukturisasi hutang; ketiga, baru setelah itu diperhitungkan jumlah pembayaran kas masa depan. Jika nilai tercatat hutang yang tersisa lebih besar dari jumlah pembayaran kas masa depan (termasuk jumlah hutang

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

54.7

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

kontinjen) yang ditetapkan dalam persyaratan hutang, tanpa memperhitungkan nilai tunainya maka selisih kedua nilai tersebut baru diakui sebagai keuntungan restrukturisasi hutang sesuai paragraf 22.
Hal-hal yang Berkaitan

22 Keuntungan neto atas restrukturisasi hutang setelah pajak penghasilan terkait, diakui dalam perhitungan laba bersih untuk periode terjadinya restrukturisasi dan diklasifikasikan sebagai pos luar biasa. 23 Jika restrukturisasi hutang menyangkut jumlah hutang kontinjen, maka jumlah kontinjen tersebut diakui sebagai pokok hutang dan sebagai beban bunga masa depan. Oleh karena itu, secara umum beban bunga untuk pembayaran kontinjen diakui sesuai PSAK 8 dalam periode (a) hutang telah diakui dan (b) jumlah hutang tersebut dapat diperkirakan. Sebelum pengakuan suatu hutang kontinjen dan beban bunga kontinjen, jumlah hutang atau pembayaran kontinjen tersebut harus dikurangkan dari nilai tercatat hutang yang direstruktuturisasi hanya sampai batas dimana penghitungan pembayaran hutang kontinjen tersebut dalam jumlah pembayaran kas masa depan berdasarkan persyaratan baru tidak mengakibatkan pengakuan keuntungan pada saat restrukturisasi.
24 Pengurangan hutang kontinjen dari saldo hutang yang direstrukturisasi yang mengakibatkan pengakuan keuntungan, tidak diizinkan jika jumlah hutang kontinjen tidak dicatat sebagai bagian hutang hasil restrukturisasi pada saat restrukturisasi, maka ada kemungkinan jumlah keuntungan restrukturisasi yang diakui menjadi lebih tinggi. Hal tersebut tidak sesuai dengan dengan asas konservatisme, sehingga pengakuan keuntungan kontinjensi tidak diizinkan. Akibatnya, bagian kontijensi tersebut tidak boleh dikurangkan dari nilai hutang tercatat.

25 Biaya-biaya lain yang dikeluarkan oleh debitur dalam rangka pemberian saham kepada kreditur dalam restrukturisasi hutang bermasalah dikurangkan dari keuntungan. Semua biaya langsung lain yang dikeluarkan oleh debitur dalam restrukturisasi hutang bermasalah dikurangkan dalam penghitungan keuntungan restrukturisasi hutang atau harus dicatat sebagai biaya untuk periode terjadi-

54.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

nya restrukturisasi, jika tidak ada keuntungan yang diperoleh pada saat restrukturisasi.
Pengungkapan oleh Debitur

26 Debitur harus mengungkapkan, di dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan, informasi tentang restrukturisasi hutang bermasalah yang terjadi dalam periode yang dicakup oleh laporan keuangan: a) Untuk setiap restrukturisasi mengenai penjelasan tentang pokok-pokok perubahan persyaratan hutang-piutang dan penyelesaian hutang. Jumlah keuntungan atas restrukturisasi hutang dan dampak pajak penghasilan yang terkait. Jumlah keuntungan atau kerugian bersih atas pengalihan aset yang diakui selama periode tersebut.

b) c)

27 Debitur harus mengungkapkan jumlah hutang kontinjen yang dimasukkan ke dalam nilai tercatat yang telah direstrukturisasi dalam laporan keuangan untuk periode setelah restrukturisasi hutang bermasalah.
AKUNTANSI Pelunasan KREDITUR Penuh Piutang Melalui Penerimaan Aset

28 Akuntansi oleh kreditur atas restrukturisasi piutang bermasalah dilaksanakan sesuai dengan cara restrukturisasi sebagai berikut: Kreditur yang menerima pelunasan penuh piutang dari debitur dalam bentuk (a) piutang dari debitur, tanah dan bangunan, atau aset lain, atau (b) saham atau bukti lain tentang pemberian saham dari debitur, atau keduanya, mencatat aset tersebut (termasuk pemberian saham) pada nilai wajar pada tanggal restrukturisasi. 29 Kelebihan dari saldo piutang atas nilai wajar aset yang

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

54.9

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

diterima dikurangi biaya untuk menjual aset tersebut merupakan kerugian yang diakui. Modifikasi Persyaratan Piutang

30 Dalam restrukturisasi piutang bermasalah dengan modifikasi persyaratan piutang yang tidak mengakibatkan penerimaan aset (termasuk penerimaan saham dari debitur), kreditur harus mencatat dampak restrukturisasi tersebut secara prospektif dan tidak mengubah nilai tercatat piutang pada tanggal restrukturisasi, kecuali jika jumlahnya melebihi nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam persyaratan baru. Dampak perubahan jumlah atau saat jatuh tempo (atau keduanya) penerimaan kas yang diperuntukkan baik sebagai bunga maupun pokok piutang diakui secara prospektif dalam periode yang akan datang. 31 Namun jika jumlah nilai tunai penerimaan kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru piutang tersebut, termasuk penerimaan bunga dan pokok piutang, lebih rendah daripada saldo piutang sebelum restrukturisasi, kreditur harus mengurangi saldo piutang ke suatu jumlah yang sama dengan jumlah nilai tunai penerimaan kas masa depan sebagaimana yang ditetapkan dalam persyaratan baru. Jumlah pengurangan tersebut harus diakui sebagai kerugian. Setelah itu, semua penerimaan kas berdasarkan persyaratan piutang yang telah direstrukturisasi, baik untuk bunga maupun pokok piutang, dicatat sebagai pengembalian pokok piutang dan penghasilan bunga sesuai dengan proporsinya. 32 Dalam penentuan kerugian restrukturisasi jumlah pembayaran kontinjen dimasukkan dalam perhitungan nilai tunai jumlah penerimaan kas masa depan yang ditetapkan sesuai dengan persyaratan baru, hanya jika pada saat restrukturisasi jumlah kontinjen tersebut memenuhi persyaratan untuk diakui (probable). Hal ini berarti, kreditur mengakui kerugian atas jumlah penerimaan kontinjen kas masa depan pada saat restrukturisasi dilakukan.

54.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Kombinasi Beberapa Bermasalah

Cara

Restrukturisasi

Piutang

33 Restrukturisasi piutang bermasalah dapat dilakukan dengan penerimaan aset (termasuk perolehan saham dari debitur) sebagai penyelesaian sebagian piutang dan modifikasi persyaratan terhadap sisa piutang. Kreditur mencatat restrukturisasi piutang tersebut dengan mengakui aset yang diterima sebesar nilai wajarnya dikurangi estimasi biaya untuk menjualnya dan mengurangi nilai piutang yang tercatat dengan nilai wajar aset tersebut setelah dikurangi estimasi biaya untuk menjualnya. Kelebihan saldo piutang yang tercatat atas jumlah nilai tunai penerimaan kas masa depan, seperti diatur dalam persyaratan baru atas saldo piutang setelah restrukturisasi diakui sebagai kerugian restrukturisasi.
Hal-hal yang Berkaitan

34 Kerugian dari pengurangan jumlah piutang yang tercatat dapat diakui sebelum restrukturisasi dengan mengurangi taksiran jumlah penyisihan piutang di neraca dan kemudian menaikkan taksiran jumlah piutang tak tertagih dalam perhitungan laba bersih.

35 Jika restrukturisasi piutang bermasalah mencakup jumlah piutang kontinjen, atas jumlah piutang kontinjen tersebut tidak boleh diakui penghasilan bunga dalam periode masa depan, sebelum jumlah piutang kontinjen tersebut memenuhi persyaratan untuk diakui sebagai piutang nyata. dan penghasilan bunga diterima. 36 Biaya-biaya lain yang dikeluarkan oleh kreditur dalam restrukturisasi piutang bermasalah dicatat sebagai biaya pada saat terjadinya.
Penggantian atau Penambahan Debitur

37 Restrukturisasi piutang bermasalah dapat mencakup penggantian piutang oleh perusahaan lain, individu, atau lembaga pemerintah yang menangani piutang bermasalah atau menambah debitur lain. Restrukturisasi seperti ini dicatat sesuai dengan substansinya, meskipun pembayaran kepada kreditur dilakukan oleh debitur

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

54.11

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pengganti atau debitur tambahan tersebut. 38 Perlakuan ini juga berlaku dalam hal melibatkan agen, wali amanat, atau pihak lain.
Pengungkapan oleh Kreditur

39 Kreditur harus mengungkapkan dalam laporan keuangan pokok atau dalam catatan atas laporan keuangan, informasi yang berkaitan dengan restrukturisasi piutang bermasalah pada tanggal neraca sebagai berikut: a) Saldo piutang yang persyaratannya telah dimodifikasi dalam restrukturisasi piutang bermasalah, menurut kelompok utama sebagai berikut: (i) saldo piutang dan saldo penyisihan piutang tak tertagih yang bersangkutan dengan saldo piutang tersebut, yang dibentuk berdasarkan penyataan ini; dan (ii) saldo piutang tanpa saldo penyisihan piutang tak tertagih yang dibentuk berdasarkan penyataan ini. Kebijakan akuntansi untuk pengakuan perndapatan bunga atas piutang bermasalah, termasuk cara pencatatan penerimaan tunai. Untuk setiap periode penyajian laporan keuangan komparatif: (i) rata-rata saldo piutang bermasalah, (ii) pendapatan bunga yang diakui pada timbulnya piutang bermasalah dan (iii), kecuali tidak praktis, jumlah pendapatan bunga yang diakui dengan basis kas selama periode timbulnya piutang bermasalah. Jumlah komitmen, jika ada, untuk meminjamkan dana tambahan kepada debitur yang persyaratan piutangnya telah dimodifikasi dalam restrukturisasi piutang bermasalah.
TRANSISI

b)

c)

d)

MASA

40 Penerapan Standar ini harus dilakukan secara prospektif. Laporan keuangan untuk periode sebelum diberlakukannya standar ini tidak perlu dinyatakan kembali (restated).

54.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

TANGGAL

BERLAKU

EFEKTIF

41 Pernyataan ini berlaku untuk transaksi restrukturisasi yang terjadi sejak tanggal pengesahan. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan, dengan memperhatikan paragraf 40.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

54.13

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

5 4

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI UTANG-PIUTANG

RESTRUKTURISASI BERMASALAH

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

DAFTAR

ISI
Paragraf

PENDAHULUAN ..................................................................... Tujuan ............................................................................ Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... AKUNTANSI OLEH DEBITUR .............................................. Pelunasan Hutang melalui Pengalihan Aset .................. Pelunasan Hutang melalui Penyerahan Saham ............ Modifikasi Persyaratan Hutang ...................................... Kombinasi Beberapa Cara Resrukturisasi Hutang Bermasalah .............................................. Hal-hal yang Berkaitan .................................................. Pengungkapan oleh Debitur .......................................... AKUNTANSI OLEH KREDITUR ............................................. Pelunasan Penuh Piutang melalui Penerimaan Aset ..... Modifikasi Persyaratan Piutang ..................................... Kombinasi Beberapa Cara Restrukturisasi Piutang Bermasalah ............................................. Hal-hal yang Berkaitan .................................................. Penggantian atau Penambahan Debitur ........................ Pengungkapan oleh Kreditur ......................................... MASA TRANSISI .................................................................... TANGGAL BERLAKU EFEKTIF ............................................

01 - 09 01 - 04 05 06 - 09 10 - 27 11 - 13 14 15 - 19 20 - 21 22 - 25 26 - 27 28 - 39 28 - 29 30 - 32 33 34 - 36 37 - 38 39 40 41

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

PSAK No. 54 tentang AKUNTANSI RESTRUKTURISASI UTANG-PIUTANG BERMASALAH telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 7 Agustus 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 14 September 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 14 September 1998 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI R ESTRUKTURISASI U TANG P IUTANG B ERMASALAH

PSAK N O . 54

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 14 September 1998 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 55 AKUNTANSI INSTRUMEN DERIVATIF DAN AKTIVITAS LINDUNG NILAI

Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf penjelasan dan panduan implementasi yang dicetak dalam huruf biasa. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
PENDAHULUAN 01 Pernyataan ini mengatur akuntansi instrumen derivatif, termasuk instrumen derivatif tertentu yang melekat pada perjanjian lainnya, dan aktivitas hedging (lindung nilai). 02 Dalam pernyataan standar akuntansi ini, terdapat empat hal yang mendasari perlakuan akuntansi atas instrumen derivatif sebagai berikut: a) Instrumen derivatif merupakan hak atau kewajiban yang memenuhi definisi aktiva atau kewajiban, sehingga instrumen derivatif harus dilaporkan dalam laporan keuangan. b) Nilai wajar merupakan dasar pengukuran yang paling relevan bagi instrumen keuangan dan karenanya merupakan satu-satunya dasar pengukuran nilai instrumen derivatif yang relevan. Instrumen derivatif harus dinyatakan sebesar nilai wajar, dan penyesuaian terhadap nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang dilindungi harus menggambarkan perubahan nilai wajar (laba atau rugi) aktiva/kewajiban yang bersangkutan akibat risiko yang dilindungi dan yang terjadi pada saat lindung nilai berlaku. c) Hal-hal yang dapat dilaporkan dalam laporan keuangan hanyalah hal-hal yang memenuhi definisi aktiva dan kewajiban. d) Akuntansi khusus untuk aktiva atau kewajiban yang dilindungi hanya dapat diterapkan untuk transaksi yang memenuhi persyaratan (qualifying items). Salah satu persyaratan adalah pertimbangan atas perkiraan terjadinya saling hapus (offset) yang efektif terhadap perubahan nilai wajar atau risiko arus kas yang dilindungi/item yang dilindungi selama periode lindung nilai.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.1

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

03 Pernyataan ini mengatur standar akuntansi instrumen derivatif, termasuk instrumen derivatif tertentu yang melekat pada perjanjian lainnya, dengan ketentuan bahwa entitas mengakui instrumen derivatif tersebut sebagai aktiva atau kewajiban dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai wajarnya. Apabila kondisi-kondisi tertentu dipenuhi, suatu entitas dapat memilih untuk mengklasifikasikan instrumen derivatif sebagai berikut: a) Lindung nilai terhadap risiko perubahan nilai wajar aktiva atau kewajiban yang sudah diakui, atau terhadap risiko perubahan nilai wajar ikatan pasti yang belum diakui, yang berkaitan dengan risiko tertentu b) Lindung nilai arus kas, yaitu Lindung nilai terhadap risiko fluktuasi arus kas dari aktiva atau kewajiban yang diakui, atau terhadap transaksi yang diperkirakan akan terjadi, yang berkaitan dengan risiko tertentu. c) Lindung nilai terhadap risiko valuta asing atas (1) ikatan pasti (komitmen) yang belum diakui (lindung nilai atas nilai wajar valuta asing), (2) surat berharga yang tersedia untuk dijual (lindung nilai atas nilai wajar valuta asing), (3) transaksi yang diperkirakan akan terjadi (lindung nilai arus kas valuta asing), atau (4) investasi bersih dalam kegiatan operasi di luar negeri. Pernyataan ini secara umum mengatur penandingan (matching) antara saat pengakuan laba atau rugi instrumen lindung nilai dengan saat pengakuan (a) perubahan nilai wajar aktiva atau kewajiban akibat risiko yang dilindungi atau (b) pendapatan dari transaksi yang diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang yang dilindungi. STANDAR Ruang 04 DEFINISI 05 Instrumen derivatif adalah instrumen keuangan atau perjanjian lainnya yang memiliki tiga karakteristik sebagai berikut: a) memiliki (1) satu atau lebih variabel pokok yang mendasari (underAKUNTANSI KEUANGAN DAN PELAPORAN

Lingkup Pernyataan ini diterapkan terhadap seluruh jenis entitas.

55.2

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

c)

lying) dan (2) satu atau lebih jumlah nosional (notional amount) atau syarat pembayaran atau keduanya. Persyaratan perjanjian tersebut menentukan besarnya nilai penyelesaian perjanjian (settlements), dan pada beberapa kasus, menentukan apakan suatu penyelesaian diperlukan. Persyaratan perjanjian tidak memerlukan investasi awal bersih (initial net investment), atau memerlukan investasi awal bersih dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan oleh jenis perjanjian lainnya yang diperkirakan akan menghasilkan efek yang sama terhadap perubahan dalam faktor-faktor pasar. Persyaratan perjanjian mengharuskan atau memungkinkan penyelesaian sekaligus (net settlement), atau instrumen derivatif dapat segera diselesaikan dengan sarana terpisah di luar perjanjian tersebut, atau persyaratan perjanjian mengakibatkan penyerahan aktiva sehingga penyelesaian yang terjadi secara substansial tidak berbeda dengan net settlement.

06 Variabel pokok adalah tingkat bunga, nilai surat berharga, harga komoditi, kurs valuta asing, indeks harga atau kurs, atau variabel penentu lainnya. Variabel pokok berupa harga atau tingkat bunga suatu aktiva atau kewajiban tetapi bukan aktiva atau kewajiban itu sendiri. 07 Jumlah nosional merupakan suatu jumlah dalam unit valuta, saham, dan atau satuan unit lainnya yang disebutkan dalam perjanjian. Penyelesaian instrumen derivatif dengan jumlah nosional tertentu ditentukan oleh interaksi antara jumlah nosional dengan variabel pokoknya. Interaksi dapat berupa perkalian sederhana, atau berupa rumus dengan faktor average atau konstanta yang lain. 08 Syarat pembayaran adalah jumlah yang harus dibayar pada saat penyelesaian kontrak apabila variabel pokok berubah sesuai dengan syarat perjanjian. 09 Investasi awal bersih (Initial net investment). Berbagai macam instrumen derivatif tidak memerlukan investasi awal bersih (initial net investment). Beberapa instrumen yang lain memerlukan investasi awal bersih sebagai kompensasi atas nilai tunai (contoh, premi atas opsi) atau untuk kondisi yang lebih atau kurang menguntungkan dibandingkan dengan kondisi pasar (contoh, premi kontrak pembelian berjangka pada tingkat

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.3

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

harga kurang dari kurs berjangka yang berlaku saat itu [current forward price]). Instrumen lainnya memerlukan pertukaran valuta atau aktiva lainnya pada saat terjadinya transaksi, dimana nilai investasi bersih merupakan selisih nilai wajar aktiva yang dipertukarkan. Instrumen derivatif tidak memerlukan investasi awal bersih dalam perjanjian sebesar jumlah nosional (atau jumlah nosional ditambah premi atau dikurangi diskonto) atau sebesar perkalian jumlah nosional dengan variabel pokoknya. 10 Penyelesaian sekaligus. Suatu kontrak memenuhi ketentuan pada paragraf 5(c) apabila ketentuan penyelesaian memenuhi salah satu dari kriteria berikut: a) Tidak satu pihak pun diharuskan untuk menyerahkan aktiva yang berhubungan dengan variabel pokok (underlying) atau yang memiliki nilai pokok, nilai tercatat, nilai nominal, jumlah saham, atau denominasi lain sebesar jumlah nosional (atau jumlah nosional ditambah premi atau dikurangi diskonto). Contoh, sebagian besar swap tingkat bunga tidak mengharuskan salah satu pihak melakukan penyerahan aktiva berbunga dengan nilai pokok sebesar jumlah nosional perjanjian. b) Salah satu pihak disyaratkan untuk melakukan penyerahan jenis aktiva seperti yang dijelaskan dalam paragraf 10(a), tetapi terdapat mekanisme pasar yang akan membantu penyelesaian sekaligus (net settlement), contohnya, adanya bursa yang memungkinkan penjualan kontrak atau pembelian perjanjian yang merupakan lawan kontrak asalnya. c) Salah satu pihak disyaratkan untuk melakukan penyerahan jenis aktiva seperti yang dijelaskan pada paragraf 10(a), tetapi aktiva tersebut mudah dikonversi menjadi kas atau aktiva itu sendiri merupakan instrumen derivatif. Contoh dari perjanjian ini adalah kontrak berjangka yang mensyaratkan penyerahan surat berharga ekuitas yang diperdagangkan di bursa. Walaupun jumlah saham yang akan diserahkan sama dengan jumlah nosional perjanjian dan harga saham merupakan variabel pokoknya (underlying), surat berharga yang diperdagangkan di bursa mudah dikonversi menjadi kas. Contoh lain adalah swaption -opsi yang mensyaratkan penyerahan kontrak swap, yang merupakan instrumen derivatif. Instrumen derivatif yang melekat pada perjanjian lainnya diatur pada paragraf 13-19.

55.4

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

11 Terlepas dari kondisi yang dijelaskan pada paragraf 5-10, persyaratan pernyataan ini tidak berlaku untuk perjanjian-perjanjian berikut: Perdagangan biasa surat berharga. Perdagangan biasa surat bera) harga merupakan perjanjian tanpa ketentuan penyelesaian sekaligus dan tanpa mekanisme pasar yang memungkinkan penyelesaian sekaligus (seperti dijelaskan pada paragraf 10(a) dan 10(b)). Perjanjian tersebut mengatur penyerahan surat berharga dalam periode yang telah ditentukan oleh peraturan atau konvensi pasar atau bursa dimana transaksi dilaksanakan. Pembelian normal dan penjualan normal. Pembelian normal dan b) penjualan normal merupakan perjanjian tanpa ketentuan penyelesaian dan tanpa mekanisme pasar yang membantu penyelesaian sekaligus (seperti dijelaskan pada paragraf 10(a) dan 10(b)). Perjanjian tersebut mengatur pembelian atau penjualan selain instrumen keuangan atau instrumen derivatif, yang akan diserahkan dalam kuantitas yang diharapkan akan digunakan atau dijual oleh pihak pelapor selama periode yang wajar dalam operasi normal perusahaan. c) Perjanjian asuransi tertentu. Pada umumnya, pernyataan ini tidak berlaku terhadap jenis-jenis perjanjian yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28 Akuntansi Asuransi Kerugian dan PSAK 36 Akuntansi Asuransi Jiwa. Kontrak jaminan keuangan tertentu. Kontrak jaminan keuangan tidak d) tercakup dalam pernyataan ini apabila pembayaran dilakukan hanya untuk memberikan penggantian kepada pihak yang dijamin atas kerugian yang terjadi karena debitur lalai melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo. Sebaliknya, perjanjian jaminan keuangan yang tercakup dalam pernyataan ini adalah apabila pembayaran dilakukan sebagai akibat perubahan variabel penuh (underlying) contohnya, penurunan kredibilitas debitur tertentu. Kontrak tertentu yang tidak diperdagangkan di bursa. Kontrak yang e) tidak diperdagangkan di bursa tidak tercakup dalam persyaratan pernyataan ini, apabila variabel pokok underlying yang mendasari penyelesaian adalah salah satu dari: 1) Variabel iklim atau geologi atau variabel fisik lainnya 2) Harga atau nilai dari (a) aktiva non-keuangan dari salah satu pihak dalam perjanjian tidak mudah dikonversi menjadi kas atau (b) kewajiban non-keuangan dari salah satu pihak dalam perjanjian yang tidak mensyaratkan penyerahan aktiva yang

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.5

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

f)

mudah dikonversi menjadi kas. volume penjualan atau pendapatan jasa tertentu dari salah satu pihak dalam perjanjian. Apabila suatu kontrak memiliki beberapa variabel pokok, namun tidak seluruh variabel pokok tersebut memenuhi salah satu dari pengecualian pada paragraf 11 (e)(1), 11 (e)(2), dan 11 (e)(3), maka penerapan pernyataan ini terhadap kontrak tersebut bergantung pada karakteristik yang dominan. Dengan demikian, kontrak tersebut tercakup dalam pernyataan ini apabila variabel-variabel pokok secara keseluruhan, menunjukkan perilaku yang berkaitan erat dengan perilaku dari variabel komponen yang tidak dikecualikan. Derivatif sebagai instrumen yang digunakan untuk menghindarkan pengakuan penjualan. Instrumen derivatif (baik berdiri sendiri maupun melekat pada perjanjian lainnya) yang eksistensinya dimaksudkan untuk menghalangi pengakuan penjualan oleh satu pihak atau pembelian oleh pihak lainnya tidak tercakup dalam pernyataan ini. Contoh, eksistensi dari jaminan terhadap nilai sisa aktiva sewa guna usaha yang diberikan oleh lessor menghalangi pengakuan perjanjian sebagai sales-type lease, dimana dalam kasus ini akan diperlakukan oleh lessor sebagai operating lease. Contoh lain adalah eksistensi call option yang memungkinkan pihak yang mengalihkan untuk membeli kembali aktiva yang dialihkan, yang menghalangi pengakuan penjualan. 3)

12 Terlepas dari kondisi yang dijelaskan pada paragraf 5-11, perjanjian berikut ini tidak dikategorikan sebagai instrumen derivatif oleh entitas pelapor: a) Kontrak yang dibuat oleh entitas pelapor yang (1) didasarkan pada sahamnya sendiri dan (2) diklasifikasikan sebagai ekuitas pemegang saham dalam laporan posisi keuangan. b) Kontrak yang dibuat oleh entitas sehubungan dengan kompensasi berbasis saham (stock-based compensation) diatur dalam PSAK 53 Akuntansi Kompensasi Berbasis Saham. c) Perjanjian yang merupakan bagian kontinjen dari perjanjian penggabungan usaha. Akuntansi untuk bagian kontinjen atas penggabungan usaha diatur dalam PSAK 22 Akuntansi Penggabungan Usaha. Dalam penerapan paragraf ini, pembuat perjanjian merupakan entitas yang melakukan penggabungan usaha dengan menggunakan metode akuisisi.

55.6

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Sebaliknya, pengecualian di atas tidak berlaku bagi pihak kedua (counterparty) dalam perjanjian tersebut. Di samping itu, perjanjian dimana sebuah entitas dapat ataupun harus menyelesaikannya dengan menerbitkan instrumen ekuitas sendiri tetapi jumlah penyelesaian didasarkan sebagian maupun seutuhnya ke variabel selain sahamnya sendiri dapat menjadi instrumen derivatif bagi pembuatnya sesuai dengan persyaratan paragraf 5-11. Dalam hal itu, instrumen tersebut diperhitungkan sebagai kewajiban atau aktiva sesuai dengan persyaratan dalam pernyataan ini. Instrumen Derivatif yang Melekat

13 Perjanjian yang tidak sepenuhnya memenuhi definisi instrumen derivatif (sesuai paragrah 5-10), seperti obligasi, polis asuransi, dan sewa guna usaha, mungkin mengandung instrumen derivatif melekat secara implisit maupun eksplisit mempengaruhi beberapa atau keseluruhan arus kas atau nilai pertukaran lainnya yang merupakan persyaratan perjanjian dengan cara yang serupa dengan instrumen derivatif. Pengaruh dari pelekatan instrumen derivatif pada kontrak utama mengakibatkan modifikasi atas sebagian atau seluruh arus kas atau syarat pertukaran lainnya yang disebutkan dalam perjanjian, baik secara pasti ataupun kontinjen berdasarkan terjadinya peristiwa tertentu, berdasarkan perubahan satu atau lebih variabel pokok (underlying).

14 Instrumen derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utama dan diperlakukan sebagai instrumen derivatif menurut pernyataan ini jika dan hanya jika seluruh kriteria berikut terpenuhi: a) Karakteristik dan risiko instrumen derivatif melekat tidak secara jelas dan erat berhubungan dengan karakteristik dan risiko ekonomis kontrak utama. b) Instrumen derivatif mencakup instrumen derivatif melekat dan kontrak utama tidak dinilai kembali sesuai dengan nilai wajarnya berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum. c) Instrumen terpisah dengan kondisi yang sama dengan instrumen derivatif melekat, menurut paragraf 5-12, adalah instrumen derivatif yang tunduk pada persyaratan pernyataan ini. (Investasi awal bersih untuk instrumen derivatif majemuk tidak boleh dianggap sebagai investasi awal bersih untuk derivatif melekat).

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.7

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

15 Untuk tujuan penerapan ketentuan pada paragraf 14, instrumen derivatif melekat dengan variabel pokok berupa tingkat bunga atau index tingkat bunga yang mempengaruhi jumlah pembayaran bunga bersih yang akan dibayar atau diterima atas kontrak utama yang dibebani bunga dianggap memiliki hubungan yang jelas dan erat dengan kontrak utama kecuali memenuhi salah satu kondisi berikut: a) Instrumen majemuk yang secara kontraktual dapat diselesaikan secara terpisah, sehingga innvestor tidak akan menerima pengembalian investasi awal menyeluruh (secara substansi). b) Derivatif melekat setidaknya dapat menggandakan tingkat pengembalian awal atas kontrak utama, dan juga menghasilkan tingkat pengembalian minimal dua kali dari tingkat pengembalian investasi yang berlaku di pasar untuk kontrak dengan kondisi yang sama dengan kontrak utama dan yang melibatkan debitor dengan kualitas kredit yang sama.
16 Walaupun kondisi-kondisi di atas difokuskan pada tingkat pengembalian (rate of return) yang diperoleh investor dan pemulihan investasinya, eksistensi dari salah satu kondisi tersebut akan menyebabkan instrumen derivatif tidak dianggap memiliki hubungan yang jelas dan erat dengan kontrak utama oleh. Karena eksistensi dari kondisi tersebut dinilai pada tanggal saat instrumen majemuk diperoleh entitas pelapor, pembeli instrumen majemuk di pasar sekunder dapat secara potensial memiliki kesimpulan yang berbeda dari penerbit instrumen majemuk karena diterapkannya kondisi menurut paragraf ini pada waktu yang berbeda. 17 Namun, surat berharga yang memisahkan perdagangan bunga dan pokoknya tidak tunduk pada pernyataan ini jika (a) berasal dari pemisahan hak untuk menerima arus kas yang diperjanjikan dari instrumen keuangan yang tidak mengandung derivatif melekat yang akan diperhitungkan secara terpisah sebagai derivatif menurut ketentuan dalam paragraf 13 dan 14 dan (b) tidak memasukkan kondisi apapun yang tidak terdapat dalam instrumen keuangan asal seperti dijelaskan di atas. 18 Instrumen derivatif valuta asing melekat tidak boleh dipisahkan dari kontrak utama dan dianggap sebagai instrumen derivatif menurut paragraf 13 apabila kontrak utama bukan merupakan instrumen keuangan dan memerlukan pembayaran dalam denominasi (a) (mata uang fungsional)

55.8

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

pihak yang membuat kontrak atau (b) valuta yang dipergunakan dalam perdagangan internasional (misalnya, US dollar untuk transaksi minyak mentah). Transaksi valuta asing yang belum diselesaikan, termasuk instrumen keuangan, yang merupakan aktiva/kewajiban moneter dan mengandung pembayaran pokok, pembayaran bunga, atau keduanya yang didenominasi dalam valuta asing tunduk pada persyaratan dalam PSAK 10 untuk mengakui laba atau rugi transaksi valuta asing dalam pendapatan dan tidak dianggap mengandung instrumen derivatif valuta asing melekat berdasarkan pernyataan ini. Batasan yang sama diterapkan pada sekuritas yang tersedia untuk dijual atau untuk diperdagangkan yang menghasilkan arus kas dalam valuta asing. 19 Dalam ketentuan selanjutnya dari pernyataan ini, baik (a) instrumen derivatif yang termasuk di dalam lingkup pernyataan ini pada paragraf 5-12 dan (b) instrumen derivatif melekat yang telah terpisah dari kontrak utama sebagaimana dijelaskan pada paragraf 13 secara kolektif merupakan instrumen derivatif. Apabila instrumen derivatif melekat dipisahkan dari kontrak utama, kontrak utama harus diperhitungkan berdasarkan prinsip akuntansi diterima umum yang dapat diterapkan pada jenis instrumen tersebut yang tidak mengandung instrumen derivatif melekat. Apabila suatu entitas tidak dapat secara pasti mengidentifikasi dan mengukur instrumen derivatif melekat yang sesuai dengan paragraf 13 harus dipisahkan dari kontrak utama, keseluruhan perjanjian harus diukur dengan nilai wajar dengan pengakuan laba atau rugi dalam laporan laba rugi tahun berjalan dan tidak dapat dianggap sebagai instrumen lindung nilai menurut pernyataan ini. Pengakuan Transaksi Derivatif dan Penilaian Derivatif dan Saldo Transaksi yang di Lindung Nilainya

20 Suatu entitas harus mengakui seluruh instrumen derivatifnya di dalam laporan posisi keuangan sebagai aktiva atau kewajiban berdasarkan hak atau kewajiban menurut perjanjian. Seluruh instrumen derivatif harus disajikan dengan nilai wajar.
21 Apabila proyeksi arus kas pada masa yang akan datang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar, proyeksi arus kas tersebut harus diestimasi berdasarkan asumsi dan proyeksi yang wajar dan mendukung. Seluruh bukti yang tersedia harus dipertimbangkan dalam melakukan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.9

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

proyeksi arus kas masa yang akan datang. Bobot pertimbangan yang diberikan pada bukti yang tersedia harus sepadan dengan taraf obyektivitas verifikasi bukti tersebut. Apabila terdapat rentang estimasi jumlah atau waktu arus kas yang diperkirakan, kemungkinan hasil harus dipertimbangkan dalam penentuan estimasi terbaik atas arus kas pada masa yang akan datang. 22 Akuntansi untuk perubahan nilai wajar (laba atau rugi) derivatif bergantung pada apakah derivatif tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai bagian dari hubungan lindung nilai dan, dengan demikian, ada alasan untuk memilikinya. Baik seluruh atau proporsi tertentu dari derivatif dapat diperlakukan sebagai instrumen lindung nilai. Proporsi dinyatakan dalam persentase dari keseluruhan derivatif sehingga profil risiko eksposur bagian lindung nilai dari derivatif sama dengan yang berada dalam keseluruhan derivatif. Dengan demikian, suatu entitas tidak diperkenankan memisahkan gabungan derivatif menjadi komponen-komponen tertentu untuk kemudian menyajikan risiko yang berbeda dan memperlakukan komponen tertentu sebagai instrumen lindung nilai, kecuali pada tanggal penerapan awal menurut ketentuan transisi pada paragraf 50. Paragrafparagraf selanjutnya dalam pernyataan ini mengenai derivatif sebagai instrumen lindung nilai mencakup penggunaan sebagian derivatif sebagai instrumen lindung nilai. Dua atau lebih derivatif, atau bagian-bagian tertentu, instrumen derivatif harus dipandang sebagai suatu kesatuan dan secara bersama diperlakukan sebagai instrumen lindung nilai.

23 Laba dan rugi dari instrumen derivatif diperhitungkan seperti dijelaskan pada paragraf 24-27. 24 Bukan untuk lindung nilai. Laba atau rugi dari suatu instrumen derivatif yang tidak diperlakukan sebagai instrumen lindung nilai harus diakui sebagai pendapatan periode berjalan. 25 Lindung nilai atas nilai wajar. Laba atau rugi dari suatu instrumen derivatif yang diperlakukan sebagai dan memenuhi persyaratan sebagai instrumen lindung nilai atas nilai wajar dan saling hapus rugi atau laba akibat risiko terhadap aktiva/kewajiban yang dilindungi harus diakui sebagai laba/rugi dalam periode akuntansi yang sama, (sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 32, 33 dan 34). 26 Lindung nilai arus kas. Bagian efektif dari laba atau rugi

55.10

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dari suatu instrumen derivatif yang diperlakukan sebagai dan memenuhi persyaratan sebagai instrumen lindung nilai arus kas harus dilaporkan sebagai bagian dari ekuitas (hanya diakui dalam laporan rugi laba) pada periode yang sama dengan periode dimana arus kas yang dilindungi mempengaruhi laporan rugi laba, (sebagaimana dijelaskan pada paragraf 44 dan 46). Sisa laba atau rugi dari instrumen derivatif, apabila ada, harus diakui sebagai laba/rugi periode berjalan, (sebagaimana dijelaskan pada paragraf 44). 27 Lindung nilai valuta asing. Laba atau rugi dari lindung nilai instrumen derivatif atau instrumen keuangan bukan-derivatif yang diperlakukan dan memenuhi persyaratan sebagai instrumen nilai wajar valuta asing harus diperhitungkan sebagai berikut: a) Laba atau rugi dari instrumen derivatif atau instrumen lainnya yang digunakan sebagai lindung nilai atas komitmen (ikatan) yang didenominasi dalam valuta asing dan saling hapus rugi atau laba dari komitmen usaha yang dilindung nilainya harus diakui sebagai laba/rugi dalam periode akuntansi yang sama, (seperti dijelaskan pada paragraf 55). b) Laba atau rugi dari instrumen derivatif lindung nilai dalam suatu lindung nilai atas surat berharga yang tersedia untuk dijual dan saling hapus rugi atau laba dari surat berharga yang tersedia untuk dijual yang dilindungi harus diakui sebagai laba/ rugi dalam periode akuntansi yang sama, (seperti dijelaskan pada paragraf 56). c) Bagian efektif dari laba atau rugi dari instrumen derivatif lindung nilai dalam suatu lindung nilai atas transaksi diperkirakan akan terjadi yang didenominasi dalam valuta asing harus diakui sebagai komponen ekuitas dan hanya diakui sebagai laba/rugi dalam periode yang sama atau periode dimana transaksi yang diperkirakan akan terjadi akan mempengaruhi pendapatan, (seperti dijelaskan pada paragraf 60). Sisa laba atau rugi dari instrumen lindung nilai diakui sebagai laba/rugi periode berjalan. d) Bagian efektif laba atau rugi dari instrumen derivatif dan nonderivatif lindung nilai dalam suatu lindung nilai atas investasi bersih dalam kegiatan operasi luar negeri harus dilaporkan sebagai bagian dari penyesuaian penjabaran kumulatif, (seperti dijelaskan pada paragraf 61).

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.11

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

28 Dalam pernyataan ini, perubahan nilai wajar dari keseluruhan aktiva atau kewajiban keuangan untuk periode tertentu merupakan selisih antara nilai wajar pada awal periode (atau tanggal perolehan) dengan akhir periode yang disesuaikan untuk mengecualikan (a) perubahan nilai wajar yang diakibatkan berlalunya waktu dan (b) perubahan nilai wajar yang berkaitan dengan pembayaran yang diterima atau dilakukan, seperti pengembalian sebagian nilai aktiva atau pelunasan sebagian kewajiban. Lindung Nilai atas Nilai Wajar Umum 29 Suatu entitas dapat memperlakukan instrumen derivatif sebagai lindung nilai atas risiko perubahan nilai wajar aktiva atau kewajiban atau porsi tertentu yang diidentifikasi (transaksi/saldo yang dilindung nilai) disebabkan oleh risiko tertentu. 30 Instrumen lindung nilai yang ditentukan dan aktiva/kewajiban yang dilindung nilai memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai atas nilai wajar apabila seluruh dari kriteria berikut dan kriteria sebagaimana dijelaskan pada paragraf 31 terpenuhi: a) Pada awal timbulnya lindung nilai, terdapat kebijakan-kebijakan tertulis mengenai lindung nilai, tujuan manajemen risiko entitas dan strategi untuk melaksanakan lindung nilai, termasuk identifikasi instrumen lindung nilai, transaksi/saldo yang dilindungi, sifat dari risiko yang dilindungi, dan bagaimana menilai efektivitas instrumen lindung nilai dalam menutup risiko perubahan nilai wajar transaksi/ saldo yang dilindungi sebagai akibat dari risiko yang dilindungi. Entitas juga harus memiliki dasar yang wajar untuk menilai efektivitas instrumen lindung nilai. 1) Pada awal timbulnya lindung nilai atas nilai wajar komitmen pasti, entitas harus menyusun dokumentasi formal yang mencakup penetapan metode pengakuan laba/rugi yang timbul dari komitmen yang dilindung nilainya beserta pencatatan aktiva/kewajiban yang timbul. 2) Penetapan strategi manajemen risiko untuk lindung nilai tertentu dapat mengecualikan komponen tertentu dari perubahan nilai wajar lindung nilai derivatif tertentu, seperti perhitungan nilai tunai, dari penilaian efektivitas lindung nilai.

55.12

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

c)

Baik pada awal timbulnya lindung nilai maupun selama periode lindung nilai, hubungan lindung nilai diharapkan efektif untuk saling menghapuskan perubahan nilai wajar yang disebabkan oleh risiko yang dilindung nilai selama periode di mana lindung nilai berlaku. Penilaian terhadap efektivitas diperlukan pada saat laporan keuangan atau laporan rugi laba disajikan, dan paling tidak dilakukan setiap tiga bulan. Apabila instrumen lindung nilai (seperti kontrak opsi atthe-money) memungkinkan saling menghapuskan satu sisi laba/ rugi dari risiko yang dilindung nilainya, kenaikan (atau penurunan) nilai wajar instrumen lindung nilai diharapkan efektif dalam mengoffset penurunan (atau kenaikan) nilai wajar transaksi/saldo yang dilindung nilainya. Seluruh penilaian efektivitas harus konsisten dengan strategi pengelolaan risiko yang didokumentasikan untuk hubungan lindung nilai tertentu (sesuai dengan paragraf (a) di atas). Apabila opsi yang diterbitkan diperlakukan sebagai lindung nilai atas aktiva atau kewajiban, kombinasi dari transaksi/saldo yang dilindung nilai dengan opsi yang diterbitkan setidaknya laba mengandung kemungkinan atas hasil yang diperoleh dari perubahan menguntungkan pada nilai wajar dari instrumen gabungan sebesar kemungkinan kerugian dari perubahan yang tidak menguntungkan pada nilai wajar gabungan. Pengujian tersebut terpenuhi bila seluruh kemungkinan persentase perubahan yang menguntungkan pada variabel pokok (dari 0% sampai dengan 100%) akan menghasilkan laba atau rugi yang akan terjadi akibat perubahan yang tidak menguntungkan atas variabel pokok. 1) Gabungan opsi (contoh, interest rate collar) yang dibuat pada periode yang sama harus diperlakukan sebagai penerbitan opsi apabila baik pada awal timbulnya atau selama periode kontrak sejumlah premi bersih diterima dalam bentuk kas atau dalam bentuk nilai yang menguntungkan atau dalam bentuk lain. (Dengan demikian, collar dapat diperlakukan sebagai instrumen lindung nilai pada lindung nilai atas nilai wajar tanpa memperhatikan ketentuan pada paragraf 29 (c) kecuali terdapat penerimaan premi bersih. Selanjutnya, instrumen derivatif yang dihasilkan dari penggabungan penerbitan opsi dengan derivatif non-opsi lainnya harus diperlakukan sebagai penerbitan opsi.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.13

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Suatu instrumen non-derivatif, seperti SBI, tidak boleh diperlakukan sebagai instrumen lindung nilai, kecuali sebagaimana dijelaskan pada paragraf 55 dan 61 pernyataan ini. Transaksi Saldo yang Di Lindung Nilainya 31 Suatu aktiva atau kewajiban memenuhi syarat untuk diperlakukan sebagai transaksi yang dilindung nilainya dalam lindung nilai atas nilai wajar apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi: a) Aktiva/kewajiban yang dilindungi secara spesifik diidentifikasi sebagai keseluruhan atau sebagian dari aktiva atau kewajiban yang telah diakui atau dari komitmen yang belum diakui (unrecognized firm commitment). Aktiva/kewajiban yang dilindungi merupakan aktiva atau kewajiban tunggal (atau sebagian tertentu) atau portofolio dari aktiva sejenis atau portofolio dari kewajiban sejenis (atau sebagian tertentu). 1) Apabila aktiva sejenis atau kewajiban sejenis dilindung nilai sebagai suatu kesatuan portofolio, masing-masing aktiva dan kewajiban individu memiliki risiko yang sama atas mana mereka dilindung nilai. Perubahan nilai wajar yang diakibatkan oleh risiko yang dilindung nilai untuk masing-masing aktiva/kewajiban individu dalam portofolio yang dilindung nilai diharapkan untuk memberikan reaksi proporsional terhadap perubahan nilai wajar akibat risiko yang dilindung nilai dari portofolio secara keseluruhan. Artinya, apabila perubahan nilai wajar dari portofolio yang dilindung nilai akibat risiko yang dilindung nilai adalah 10% selama periode yang dilaporkan, perubahan nilai wajar akibat dari risiko yang dilindung nilai untuk masing-masing aktiva/kewajiban dalam portofolio diharapkan berada dalam interval yang wajar, antara 9% sampai dengan 11%. Jika perubahan nilai wajar yang diharapkan sebagai akibat dari risiko yang dilindung nilai untuk masing-masing akun/kewajiban dalam portofolio berkisar antara 7% sampai dengan 13% tidak konsisten dengan ketentuan ini. Dalam menggabungkan pinjaman ke dalam suatu portofolio yang dilindung nilai, suatu entitas dapat memilih untuk mempertimbangkan beberapa dari karakteristik berikut: jenis pinjaman, jumlah pinjaman, jenis dan lokasi jaminan, jenis tingkat bunga (tetap atau variabel)

55.14

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

2)

b) c)

dan coupon interest rate (untuk tingkat bunga tetap), jadwal pembayaran kembali, pembayaran pinjaman lebih awal (jika berfluktuasi), dan pembayaran yang diharapkan pada berbagai skenario tingkat bunga. Apabila aktiva/kewajiban yang dilindungi adalah bagian tertentu dari suatu aktiva atau kewajiban (atau dari portofolio aktiva sejenis atau portofolio kewajiban sejenis), transaksi yang dilindung nilai merupakan salah satu dari: i) persentase tertentu dari seluruh aktiva atau kewajiban (atau dari seluruh portofolio) ii) satu atau lebih arus kas kontraktual tertentu (seperti bagian dari aktiva atau kewajiban yang merupakan nilai sekarang dari pembayaran bunga selama dua tahun pertama dari instrumen pinjaman untuk periode empat tahun) iii) opsi jual (put option), opsi beli (call option), tingkat bunga maskimum (interest rate cap), atau tingkat bunga minimum (interest rate floor) yang melekat pada aktiva atau kewajiban yang bukan merupakan derivatif melekat yang diperlakukan secara terpisah sesuai dengan paragraf 13 pernyataan ini. iv) nilai sisa investasi lessor pada perjanjian sewa guna usaha direct financing atau sales type lease. v) Apabila seluruh aktiva atau kewajiban merupakan instrumen dengan arus kas variabel, transaksi/saldo yang dilindung nilai tidak dapat dianggap sebagai arus kas tetap yang dituliskan dengan arus kas variabel secara implisit (implicit fixed-to-variable swap. Aktiva/kewajiban yang dilindungi mengandung risiko perubahan nilai wajar yang dapat mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan. Aktiva/kewajiban yang dilindungi bukan (1) aktiva atau kewajiban yang dinilai kembali berdasarkan perubahan nilai wajar yang diakibatkan risiko yang dilindungi yang dilaporkan pada pendapatan periode berjalan (contoh, apabila risiko valuta asing dilindung nilainya, aktiva dalam valuta asing dimana laba atau rugi transaksi valuta asing diakui sebagai pendapatan), (2) suatu investasi dicatat dengan metode ekuitas sesuai dengan persyaratan dalam PSAK 14, (3) ke-

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.15

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

d)

e)

pentingan minoritas pada satu atau lebih anak perusahaan yang dikonsolidasi, (4) investasi ekuitas pada anak perusahaan yang dikonsolidasi, (5) komitmen untuk melakukan baik penggabungan usaha maupun untuk mengambil alih atau melepaskan suatu anak perusahaan, kepentingan minoritas, atau investasi dengan metode ekuitas, atau (6) instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan diklasifikasikan sebagai ekuitas pemegang pada laporan posisi keuangan entitas. Apabila transaksi/saldo yang dilindung nilai merupakan seluruh atau sebagian dari surat berharga hutang (debt security) (atau portofolio dari surat berharga hutang sejenis) yang diklasifikasikan sebagai surat berharga untuk tujuan investasi sampai jatuh tempo (held-to-maturity) sesuai dengan PSAK 50 Akuntansi untuk investasi dalam efek tertentu, risiko yang dilindungi merupakan risiko perubahan nilai wajar yang diakibatkan perubahan kredibilitas debitur atau apabila transaksi/saldo yang dilindungi adalah komponen opsi dari surat berharga untuk tujuan investasi sampai jatuh tempo yang memungkinkan pembayaran dimuka, risiko yang dilindungi adalah risiko perubahan keseluruhan nilai wajar dari komponen opsi tersebut. (Risiko yang dilindungi untuk surat berharga untuk tujuan investasi sampai jatuh tempo mungkin bukan risiko perubahan nilai wajar yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga pasar atau kurs valuta asing. Apabila aktiva/kewajiban yang dilindung nilainya bukan merupakan komponen opsi yang memungkinkan pembayaran dimuka, risiko yang dilindungi juga bukan merupakan risiko perubahan dalam keseluruhan nilai wajar). Apabila aktiva/kewajiban yang dilindungi merupakan aktiva atau kewajiban non keuangan (selain hak pembayaran bunga atas pinjaman yang memberikan hak telah dicatat atau komitmen non keuangan dengan komponen keuangan), risiko yang dilindungi adalah risiko perubahan nilai wajar dari seluruh aktiva atau kewajiban yang dilindungi (menunjukkan lokasi aktual dari aktiva fisik). Artinya, risiko harga dari aktiva sejenis pada lokasi yang berbeda atau dari mayoritas aktiva bukan merupakan risiko yang dilindungi. Dengan demikian, dalam lindung nilai atas risiko perubahan nilai wajar bensin,

55.16

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

f)

suatu entitas tidak memperlakukan risiko perubahan harga minyak mentah sebagai risiko yang dilindungi untuk tujuan penentuan efektivitas lindung nilai atas nilai wajar bensin. Apabila aktiva/kewajiban yang dilindung nilai adalah aktiva atau kewajiban keuangan, hak pembayaran bunga pinjaman yang telah diakui, atau komitmen non-keuangan dengan komponen keuangan, risiko yang dilindungi adalah (1) risiko perubahan keseluruhan nilai wajar dari seluruh aktiva/kewajiban yang dilindungi, (2) risiko perubahan nilai wajar yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga pasar, (3) risiko perubahan nilai wajar yang diakibatkan oleh perubahan kurs valuta asing yang bersangkutan (lihat paragraf 55 dan 56), atau (4) risiko perubahan nilai wajar yang diakibatkan oleh perubahan kredibilitas debitur. Apabila risiko yang dilindungi bukan risiko seperti yang dijelaskan pada paragraf 31 (f)(1) di atas, dua atau lebih dari risiko lainnya (risiko suku bunga pasar, risiko valuta asing, dan risiko kredit) dapat secara bersama dilindungi. Suatu entitas tidak boleh secara sederhana menganggap risiko pembayaran lebih awal sebagai risiko yang dilindungi untuk aktiva keuangan. Namun, entitas dapat menganggap komponen opsi dari instrumen yang dapat dilunasi lebih awal sebagai aktiva/kewajiban yang dilindungi dalam suatu lindung nilai atas nilai wajar entitas terhadap perubahan nilai wajar dari opsi pembayaran dimuka, untuk mencapai tujuan lindung nilai atas risiko pembayaran dimuka. Efek derivatif melekat dari kelompok risiko yang sama harus dipertimbangkan dalam penentuan lindung nilai risiko individual. Contoh, efek dari opsi pembayaran di muka yang melekat harus dipertimbangkan dalam penentuan lindung nilai risiko suku bunga pasar.

32 Laba atau rugi atas nilai wajar yang memenuhi persyaratan lindung nilai harus diperhitungkan sebagai berikut: a. Laba atau rugi instrumen lindung nilai harus diakui dalam pendapatan periode berjalan. b. Laba atau rugi (perubahan nilai wajar) dari aktiva/kewajiban yang dilindungi yang diakibatkan risiko yang dilindungi mengakibatkan penyesuaian terhadap nilai tercatat dari aktiva/kewajiban yang dilindungi dan diakui sebagai laba/rugi periode berjalan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.17

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

33 Apabila lindung nilai atas nilai wajar sepenuhnya efektif, laba atau rugi instrumen lindung nilai, disesuaikan untuk komponen (jika ada) laba atau rugi yang dikecualikan dari penilaian efektivitas berdasarkan strategi manajemen risiko entitas untuk hubungan lindung nilai tertentu, akan saling menghapuskan rugi atau laba dari transaksi/saldo yang dilindung nilainya akibat risiko yang dilindung nilai. Setiap selisih yang terjadi merupakan akibat dari ketidakefektifan dilindung nilainya, yang seharusnya diakui sebagai laba/rugi periode berjalan. Pengukuran ketidakefektifan lindung nilai untuk hubungan lindung nilai tertentu harus konsisten dengan strategi manajemen risiko entitas dan metode penilaian efektivitas lindung nilai yang didokumentasikan pada awal timbulnya hubungan lindung nilai, seperti dijelaskan pada paragraf 30 (a). Meskipun demikian, jumlah ketidakefektifan lindung nilai yang diakui pada pendapatan didasarkan pada keadaan dimana saling hapus yang pasti tidak dapat tercapai. Walaupun hubungan lindung nilai harus tunduk pada kebijaksanaan entitas mengenai kisaran yang dianggap sebagai sangat efektif menurut paragraf 30 (b) agar hubungan tersebut memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai, hal tersebut tidak akan menjamin bahwa tidak terdapat ketidakefektifan sama sekali. Ketidakefektifan lindung nilai secara langsung mempengaruhi pendapatan karena tidak akan ada penyesuaian untuk nilai tercatat aktiva/ kewajiban yang dilindungi untuk aspek ketidakefektifan dari laba atau rugi instrumen lindung nilai yang bersangkutan. 34 Apabila aktiva/kewajiban yang dilindungi diukur pada nilai wajar dengan perubahan nilai wajar dilaporkan sebagai bagian ekuitas (seperti surat berharga yang tersedia untuk dijual), penyesuaian untuk nilai tercatat transaksi/saldo yang dilindung nilainya sebagaimana dijelaskan pada paragraf 33 harus diakui sebagai laba/rugi dan tidak sebagai bagian ekuitas untuk saling menghapuskan laba atau rugi instrumen lindung nilai. 35 Penyesuaian terhadap nilai tercatat dari aktiva atau kewajiban yang dilindungi yang disyaratkan oleh paragraf 33 harus diperhitungkan dengan cara yang sama sebagaimana komponen lain dari nilai tercatat aktiva atau kewajiban tersebut. Contoh penerapan paragraf 35, penyesuaian nilai tercatat aktiva yang dilindungi nilainya dan yang tersedia untuk dijual (seperti persediaan) akan tetap menjadi bagian dari nilai tercatat aktiva tersebut sampai aktiva tersebut

55.18

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dijual, dimana pada saat tersebut seluruh nilai tercatat aktiva yang dilindungi nilainya akan diakui sebagai harga pokok dari aktiva yang dijual dalam penentuan pendapatan. Penyesuaian atas nilai tercatat dari instrumen keuangan yang mengandung bunga diamortisasi; amortisasi harus dimulai tidak lebih lambat dari saat transaksi/saldo yang dilindung nilainya tidak lagi disesuaikan untuk perubahan nilai wajar sebagai akibat dari risiko yang dilindung nilainya. 36 Suatu entitas dapat menghentikan secara prospektif pencatatan akuntansi seperti yang dijelaskan pada paragraf 33 dan 34 atas lindung nilai apabila satu dari kondisi berikut terjadi: a) Salah satu kriteria dalam paragraf 30 dan 31 tidak lagi dipenuhi. b) Derivatif tidak berlaku lagi atau dijual, diakhiri atau dieksekusi. c) Entitas membatalkan tujuan hubungan lindung nilai atas nilai wajar. 37 Dalam kondisi tersebut, entitas dapat memilih untuk menentukan secara prospektif hubungan lindung nilai yang baru dengan instrumen lindung nilai yang berbeda atau, dalam kondisi seperti yang dijelaskan pada paragraf 36 (a) dan 36 (c) di atas, transaksi/saldo yang dilindungi nilainya yang berbeda atau transaksi yang dilindungi nilainya apabila hubungan lindung nilai memenuhi kriteria pada paragraf 29 dan 30 untuk lindung nilai atas nilai wajar atau paragraf 41 dan 43 untuk lindung nilai arus kas. 38 Secara umum, apabila penilaian periodik menunjukkan ketidak patuhan terhadap kriteria efektivitas pada paragraf 30 (b), suatu entitas tidak diperkenankan mencatat penyesuaian terhadap nilai tercatat dari aktiva/kewajiban yang dilindungi seperti dijelaskan pada paragraf 23 dan 24 setelah tanggal terakhir di mana kepatuhan terhadap kriteria efektivitas ditetapkan. Namun, apabila peristiwa atau perubahan kondisi yang menyebabkan hubungan lindung nilai gagal memenuhi kriteria efektivitas dapat diidentifikasi, entitas harus mengakui dalam pendapatan perubahan nilai wajar aktiva/kewajiban yang dilindungi yang diakibatkan oleh risiko lindung nilai yang terjadi sebelum peristiwa atau perubahan kondisi tersebut. Apabila lindung nilai atas nilai wajar komitmen pasti dihentikan karena transaksi/saldo yang dilindung nilainya tidak lagi memenuhi definisi komitmen pasti, entitas harus membatalkan pengakuan aktiva atau kewajiban menurut paragraf 33 (sebagai akibat dari penyesuaian terhadap nilai tercatat komitmen) dan mengakui laba atau rugi pada periode berjalan.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.19

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Penurunan

Nilai

39 Suatu aktiva atau kewajiban yang dilindung nilainya dan diperhitungkan sesuai dengan paragraf 33-35 tetap tunduk pada persyaratan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk penilaian penurunan nilai (impairment) aktiva tersebut atau untuk pengakuan peningkatan kewajiban hutang tersebut.
40 Persyaratan untuk penurunan nilai diterapkan setelah akuntansi lindung nilai diterapkan selama periode tertentu dan nilai tercatat dari aktiva atau kewajiban yang dilindung nilainya telah disesuaikan menurut paragraf 33 pernyataan ini. Karena instrumen lindung nilai diakui secara terpisah dari aktiva atau kewajiban, nilai wajar atau arus kas yang diharapkan tidak dipertimbangkan dalam penerapan persyaratan penurunan nilai terhadap aktiva atau kewajiban yang dilindungi nilainya. Lindung Nilai Arus Kas Umum

41 Suatu entitas dapat memperlakukan instrumen derivatif sebagai lindung nilai atas risiko fluktuasi jumlah arus kas pada masa yang akan datang yang diakibatkan oleh risiko tertentu.
42 Risiko tersebut dapat dikaitkan dengan aktiva dan kewajiban yang diakui (seperti seluruh atau sebagian pembayaran bunga pada masa yang akan datang atas pinjaman dengan tingkat bunga variabel) atau transaksi yang diperkirakan akan terjadi (seperti pembelian atau penjualan yang diperkirakan akan terjadi). Instrumen lindung nilai dan transaksi/saldo yang dilindungi nilainya memenuhi persyaratan akuntansi lindung nilai arus kas apabila seluruh dari kriteria berikut dan kriteria pada paragraf 43 terpenuhi: a) Pada awal timbulnya lindung nilai, terdapat kebijakan tertulis mengenai hubungan lindung nilai dan tujuan manajemen risiko entitas dan strategi untuk melaksanakan lindung nilai, termasuk identifikasi instrumen lindung nilai, transaksi saldo yang dilindungi nilainya, sifat dari risiko yang dilindung nilai dan penilaian terhadap efektivitas instrumen lindung nilai dalam melakukan lindung nilai terhadap eksposur berfluktuasinya arus kas akibat risiko yang

55.20

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

dilindungi nilainya. Entitas juga harus memiliki dasar yang wajar untuk menilai efektivitas instrumen lindung nilai. 1) Strategi manajemen risiko entitas untuk hubungan lindung nilai tertentu dapat mengecualikan komponen tertentu dari perubahan nilai wajar derivatif lindung nilai tertentu dari penilaian efektivitas lindung nilai. 2) Dokumentasi meliputi seluruh perincian yang relevan, termasuk tanggal atau periode di mana transaksi yang diperkirakan akan terjadi, sifat tertentu dari aktiva atau kewajiban yang terlibat (jika ada), dan jumlah atau kuantitas valuta yang diharapkan dari transaksi yang diperkirakan. i) Frasa jumlah valuta yang diharapkan mengandung arti lindung nilai atas risiko pertukaran valuta asing dan memerlukan spesifikasi dari jumlah pasti dari valuta asing yang dilindung nilainya. ii) Frasa kuantitas valuta yang diharapkan mengandung arti lindung nilai atas risiko lainnya dan memerlukan spesifikasi dari kuantitas fisik (yaitu jumlah transaksi/ saldo atau unit pengukuran) yang dicakup oleh transaksi pada masa yang akan datang yang dilindungi. Apabila penjualan atau pembelian yang diperkirakan akan terjadi dilindungi terhadap risiko perubahan harga, transaksi yang dilindungi tidak dapat dispesifikasi hanya untuk jumlah valuta yang diharapkan maupun sebagai persentase dari penjualan atau pembelian selama periode tertentu. Nilai sekarang dari transaksi yang diproyeksikan akan terjadi itu juga harus dapat diidentifikasi untuk memenuhi kriteria paragraf 42 (b) untuk saling hapus arus kas. Transaksi yang diperkirakan akan terjadi yang dilindungi harus dapat dijelaskan dengan penjelasan yang cukup sehingga ketika suatu transaksi terjadi, tampak jelas apakah transaksi tersebut merupakan transaksi yang dilindungi atau bukan. Dengan demikian, transaksi yang diperkirakan akan terjadi dapat diidentifikasi sebagai penjualan 15.000 unit pertama produk tertentu yang terjual selama periode 3 bulan tertentu atau 5.000 unit pertama produk tertentu yang terjual selama periode 3 bulan tertentu, tetapi tidak dapat diidentifikasi sebagai penjualan 15.000 unit

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.21

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

b)

c)

d)

terakhir dari produk tersebut yang terjual selama periode 3 bulan (karena 15.000 unit terakhir tidak dapat diidentifikasi kapan transaksi tersebut terjadi, kecuali ketika periode telah berakhir). Baik pada awal timbulnya lindung nilai maupun pada periode berikutnya, hubungan lindung nilai diharapkan efektif dalam mencapai saling hapus arus kas yang diakibatkan risiko yang dilindung nilainya selama periode lindung nilai, kecuali yang dijelaskan pada paragraf 42 (d) berikut. Penilaian terhadap efektivitas diperlukan pada saat laporan keuangan atau laporan laba rugi dilaporkan, paling tidak setiap tiga bulan. Apabila instrumen lindung nilai, seperti kontrak opsi at-the-money memungkinkan hanya saling hapus satu sisi terhadap risiko yang dilindungi nilainya, arus kas masuk (keluar) kas dari instrumen lindung nilai diharapkan efektif untuk saling hapus dengan akibat perubahan yang terjadi terhadap arus kas keluar atau masuk dari transaksi yang dilindungi nilainya. Seluruh penilaian terhadap efektivitas harus konsisten dengan strategi manajemen risiko yang didokumentasikan untuk hubungan lindung nilai tertentu. Apabila suatu opsi yang diterbitkan diperlakukan sebagai lindung nilai terhadap fluktuasi arus kas untuk aktiva atau kewajiban tertentu, kombinasi dari transaksi yang dilindung nilai dengan opsi yang diterbitkan setidaknya memberikan kemungkinan bahwa jumlah arus kas yang menguntungkan besarnya sama dengan arus kas yang tidak menguntungkan. Pengujian tersebut terpenuhi bila seluruh kemungkinan persentase perubahan yang menguntungkan pada variabel pokok (dari 0% sampai dengan 100%) akan menghasilkan laba atau rugi yang akan terjadi akibat perubahan yang tidak menguntungkan atas variabel pokok. Apabila instrumen lindung nilai digunakan untuk memodifikasi penerimaan atau pembayaran bunga yang berhubungan dengan aktiva atau kewajiban keuangan tertentu dari suatu tingkat bunga variabel menjadi tingkat bunga variabel yang lain, instrumen lindung nilai harus mencerminkan kaitan antara aktiva tertentu (atau kelompok aktiva sejenis) dengan arus kas yang berfluktuasi dan kewajiban tertentu (atau kelompok kewajiban sejenis) dengan arus kas yang berfluktuasi. Instrumen lindung nilai juga harus efektif dalam mencapai saling hapus arus kas. Suatu keterkaitan ada apabila dasar (yaitu index tingkat bunga) dari salah satu tingkat bunga yang dipertukarkan sama dengan dasar penerimaan bunga

55.22

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

untuk aktiva yang dilindungi nilainya dan bila dasar tingkat bunga lainnya yang dipertukarkan sama dengan dasar pembayaran bunga atas kewajiban yang ditentukan. Dalam situasi seperti ini, kriteria pada kalimat pertama paragraf 43 (a) diterapkan secara terpisah terhadap aktiva dan kewajiban yang ditentukan. Instrumen non-derivatif, seperti SBI, tidak boleh ditentukan sebagai instrumen lindung nilai untuk lindung nilai arus kas. Lindung Te r j a d i Nilai atas Transaksi yang Diperkirakan Akan

43 Suatu transaksi yang diperkirakan akan terjadi memenuhi syarat sebagai transaksi yang dilindungi dalam lindung nilai arus kas, jika seluruh kriteria berikut dipenuhi. a) Transaksi yang diperkirakan akan terjadi tersebut dapat diidentifikasikan sebagai transaksi tunggal atau sekelompok transaksi individual. Jika transaksi tersebut merupakan sekelompok transaksi individual, masing-masing transaksi individu harus memiliki risiko yang sama, atas mana mereka dilindungi nilainya. Dengan demikian, pembelian dan penjualan yang diperkirakan akan terjadi tidak dapat dimasukkan ke dalam satu kelompok transaksi individual yang membentuk suatu transaksi lindung nilai. b) Besar kemungkinannya (probable) transaksi tersebut akan terjadi. c) Transaksi yang diperkirakan akan terjadi tersebut merupakan transaksi dengan pihak ketiga (eksternal) dari sudut pandang entitas pelapor dan mencerminkan kemungkinan berfluktuasinya arus kas untuk risiko yang dilindungi, yang dapat mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan. d) Transaksi yang diperkirakan akan terjadi tersebut bukan merupakan perolehan aktiva atau timbulnya kewajiban baru yang selanjutnya akan dinilai kembali (remeasured) dengan perubahan nilai wajar sehubungan dengan risiko yang dilindungi dan dilaporkan sebagai laba/rugi periode berjalan (contoh: apabila risiko valuta asing dilindungi, laba atau rugi transaksi valuta asing akibat perolehan aktiva dalam valuta asing yang diperkirakan akan terjadi akan diakui dalam laporan rugi laba). Namun, penjualan secara kredit yang diperkirakan akan terjadi dan akrual atas royalti terhadap penjualan oleh pemegang lisensi pihak ketiga yang diperkirakan akan terjadi tidak

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.23

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

e)

f)

g)

h)

dipertimbangkan sebagai perolehan piutang yang diperkirakan akan terjadi. Jika transaksi yang diperkirakan akan terjadi tersebut berhubungan dengan aktiva atau kewajiban yang telah diakui, maka aktiva atau kewajiban tersebut tidak akan dinilai kembali sesuai dengan perubahan nilai wajar, sehubungan dengan risiko yang dilindungi yang telah dilaporkan laporan laba/rugi periode berjalan. Jika fluktuasi arus kas dari transaksi yang diperkirakan akan terjadi berhubungan dengan surat berharga hutang yang digolongkan untuk tujuan investasi sampai jatuh tempo (held to maturity) sesuai dengan PSAK 50, risiko yang dilindungi adalah risiko perubahan arus kas karena cidera janji (default) atau perubahan kredibilitas debitur. Untuk fluktuasi arus kas seperti itu, risiko yang dilindungi bukan risiko perubahan arus kas sehubungan dengan perubahan tingkat bunga pasar. Transaksi yang diperkirakan akan terjadi tidak melibatkan penggabungan usaha, sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 22 dan bukan merupakan transaksi (seperti pembelian, penjualan, atau dividen yang diperkirakan akan terjadi) yang melibatkan (1) kepentingan induk perusahaan terhadap anak perusahaan yang dikonsolidasi (2) kepentingan minoritas terhadap anak perusahaan yang dikonsolidasi (3) investasi yang dicatat dengan metode ekuitas, atau (4) instrumen ekuitas dari entitas yang bersangkutan. Jika transaksi yang dilindungi merupakan pembelian atau penjualan aktiva non keuangan yang diperkirakan akan terjadi, maka risiko yang dilindungi adalah (1) risiko perubahan arus kas (ekuivalen dalam mata uang fungsional) sehubungan dengan perubahan dalam kurs valuta asing, atau (2) risiko perubahan arus kas yang berhubungan dengan seluruh perubahan dalam harga beli atau harga jual aktiva (mencerminkan lokasi aktual untuk aktiva berwujud), bukan risiko perubahan arus kas yang berhubungan dengan pembelian atau penjualan aktiva sejenis di lokasi yang berbeda atau yang memiliki komposisi utama yang berbeda. Dengan demikian, sebagai contoh, dalam melindungi risiko perubahan arus kas sehubungan dengan pembelian persediaan lempeng tembaga, suatu entitas tidak boleh memperlakukan risiko perubahan arus kas sehubungan dengan pembelian komponen tembaga dalam perunggu sebagai risiko yang dilindungi untuk tujuan penilaian efektifitas saling hapus, sebagaimana disyaratkan dalam paragraf 41(b). Jika transaksi yang dilindungi merupakan pembelian atau penjualan

55.24

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

aktiva atau kewajiban keuangan yang diperkirakan akan terjadi, atau fluktuasi arus kas masuk atau keluar dari aktiva atau kewajiban keuangan yang ada, risiko yang dilindungi adalah (1) risiko perubahan arus kas dari seluruh aktiva atau kewajiban, seperti yang berhubungan dengan segala perubahan dalam harga beli atau harga jual (tanpa memperhatikan apakah harga dan arus kas yang berhubungan dijabarkan dalam mata uang fungsional entitas atau dalam valuta asing). (2) risiko perubahan arus kas sehubungan dengan perubahan dalam tingkat bunga pasar, (3) risiko perubahan arus kas (ekuivalen dalam mata uang yang fungsional), sehubungan dengan perubahan dalam kurs valuta asing (lihat paragraf 40), atau (4) risiko perubahan arus kas karena cidera janji (default) atau perubahan kredibilitas debitur. Dua atau lebih dari risiko-risiko diatas dapat secara bersama dilindungi. Suatu entitas tidak dapat memperlakukan risiko pembayaran dimuka sebagai risiko yang dilindungi (lihat paragraf 31(f)). 44 Bagian efektif dari laba/rugi transaksi derivatif yang diperlakukan sebagai lindung nilai arus kas dilaporkan sebagai bagian ekuitas secara terpisah, dan bagian yang tidak efektif dilaporkan dalam laba/rugi. 45 Secara lebih spesifik, lindung nilai arus kas yang memenuhi syarat dapat dipertanggungjawabkan sebagai berikut: a) Jika strategi manajemen risiko yang ditentukan oleh entitas untuk suatu hubungan lindung nilai tertentu mengecualikan suatu komponen laba atau rugi yang spesifik, atau arus kas yang bersangkutan, dari transaksi derivatif untuk tujuan lindungi nilai pada saat penilaian efektivitas lindung nilai, maka komponen laba/rugi yang dikecualikan tersebut diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan. Sebagai contoh, jika efektifitas suatu lindung nilai kontrak opsi dinilai berdasarkan perubahan nilai intrinsik opsi tersebut, perubahan dalam nilai tunai opsi tersebut akan diakui sebagai laba/rugi. Nilai tunai sama dengan nilai wajar opsi dikurangi dengan nilai intrinsik opsi tersebut. b) Akumulasi pendapatan komprehensif lain yang diakui sebagai bagian ekuitas secara terpisah yang berhubungan dengan transaksi yang dilindungi harus disesuaikan ke saldo yang paling rendah dari hal-hal berikut (dalam jumlah absolut): 1) Laba/rugi kumulatif dari transaksi derivatif sejak awal

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.25

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

c)

timbulnya lindung nilai dikurangi (i) komponen yang dikecualikan seperti dijelaskan dalam paragraf 45(a) di atas, dan (ii) laba atau rugi transaksi derivatif yang sebelumnya direklasifikasi dari akumulasi pendapatan komprehensif lain yang diakui sebagai bagian ekuitas secara terpisah ke laporan laba/rugi sesuai dengan paragraf 46. 2) Bagian dari laba atau rugi kumulatif dari transaksi derivatif yang diperlukan untuk saling hapus perubahan kumulatif atas arus kas yang diharapkan dari transaksi yang dilindungi sejak awal timbulnya lindung nilai dikurangi laba atau rugi transaksi derivatif yang sebelumnya direklasifikasi dari akumulasi pendapatan komprehensif lain yang diakui sebagai bagian ekuitas secara terpisah ke laporan laba/rugi sesuai dengan paragraf 46. Penyesuaian atas akumulasi pendapatan komprehensif lain yang diakui sebagai bagian ekuitas secara terpisah harus meliputi pengakuan sebagian atau seluruh laba atau rugi dari transaksi derivatif yang dilindungi sebagai bagian ekuitas secara terpisah. Laba atau rugi harus diakui dalam laporan laba/rugi, atas sisa laba/ rugi dari lindung nilai transaksi derivatif, atau untuk menyesuaikan pendapatan komprehensif lainnya yang diakui sebagai bagian ekuitas secara terpisah sehingga diperoleh saldo yang dimaksudkan dalam paragraf 44 (b) di atas.

46 Jumlah yang diakumulasi dalam pendapatan komprehensif lain yang disajikan sebagai bagian ekuitas secara terpisah harus direklasifikasi menjadi laba/rugi dalam periode atau periode-periode yang sama saat transaksi yang diperkirakan akan terjadi dan dilindungi mempengaruhi laba/ rugi. 47 Jika transaksi yang dilindungi mengakibatkan perolehan aktiva atau timbulnya kewajiban, laba atau rugi dalam akumulasi pendapatan komprehensif lain yang disajikan sebagai bagian ekuitas secara terpisah harus direklasifikasi menjadi laba/rugi dalam periode atau periode-periode yang sama saat aktiva yang diberoleh atau kewajiban yang timbul tersebut mempengaruhi laporan laba/rugi (seperti dalam periode dimana beban penyusutan, beban bunga, atau beban pokok penjualan diakui). Namun, jika suatu entitas memperkirakan bahwa pelaporan dari rugi dalam akumulasi pendapatan komprehensif lain akan menyebabkan pengakuan

55.26

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

rugi bersih dari kombinasi instrumen lindung nilai dan transaksi yang dilindungi (dan aktiva yang diperoleh atau kewajiban yang timbul) dalam satu atau lebih periode pada masa yang akan datang, maka saldo rugi harus segera direklasifikasi sebagai laba atau rugi dalam laporan rugi laba sebesar jumlah yang diperkirakan tidak akan diperoleh kembali. Sebagai contoh, rugi harus diakui, jika derivatif yang dimaksudkan sebagai lindung nilai atas pembelian persediaan yang diperkirakan akan terjadi sampai dengan harga perolehan persediaan ditambah jumlah yang dilaporkan dalam pendapatan komprehensif lain melebihi nilai realisasi bersihnya jumlah yang diharapkan dapat diperoleh kembali melalui penjualan persediaan tersebut, (Penjelasan mengenai penurunan nilai dijelaskan dalam paragraf 51 dan 52) 48 Suatu entitas harus menghentikan perlakuan akuntansi atas lindung nilai seperti yang dijelaskan dalam paragraf 44 dan 46 sejak salah satu dari hal-hal berikut terjadi: a) Salah satu kriteria dalam paragraf 41 dan 43 tidak lagi dipenuhi. b) Derivatif telah kadaluarsa, dijual, dihentikan atau direalisasi. c) Entitas yang bersangkutan membatalkan perlindungan nilai arus kas. 49 Dalam kondisi tersebut, laba atau rugi bersih harus tetap dicatat dalam akumulasi pendapatan komprehensif lain dan direklasifikasi/diakui sebagai laba/rugi dalam periode seperti dijelaskan dalam paragraf 46. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa suatu entitas dapat menetapkan secara prospektif hubungan lindung nilai baru dengan instrumen lindung nilai yang berbeda atau, dalam kondisi seperti dijelaskan dalam paragraf 48(a) dan (c), atau suatu transaksi yang berbeda lindung nilai jika hubungan lindung nilai memenuhi kriteria yang disebutkan dalam paragraf 41 dan 43 untuk lindung nilai arus kas atau paragraf 29 dan 31 untuk lindung nilai atas nilai wajar. 50 Jika lindung nilai arus kas dihentikan karena adanya kemungkinan bahwa transaksi yang diperkirakan tidak akan terjadi, laba atau rugi bersih dalam akumulasi pendapatan komprehensif lain harus segera direklasifikasi menjadi laba/rugi dalam laporan rugi laba tahun yang bersangkutan. 51 Persyaratan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk penilaian penurunan nilai aktiva atau pengakuan atas peningkatan kewajiban diterapkan pada aktiva atau kewajiban yang menimbulkan

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.27

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

fluktuasi arus kas (seperti instrumen keuangan dengan tingkat bunga variabel), atas yaitu arus kas berfluktuasi (transaksi yang diperkirakan akan terjadi) yang telah dilindungi nilainya dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan paragraf 44 dan 46. Persyaratan untuk penurunan nilai tersebut harus diterapkan setiap periode setelah akuntansi lindung nilai diterapkan selama suatu periode, sesuai dengan paragraf 44 dan 46 pernyataan ini. Nilai wajar dari arus kas pada masa yang akan datang yang diharapkan berasal dari instrumen lindung nilai tidak boleh dipertimbangkan dalam penerapan persyaratan tersebut. Laba atau rugi atas instrumen lindung nilai dalam akumulasi pendapatan komprehensif lainnya, yang semula diakui dalam bagian ekuitas secara terpisah akan dipertanggungjawabkan seperti dijelaskan dalam paragraf 46.

52 Jika, berdasarkan persyaratan dari prinsip akuntansi yang diterima umum, suatu kerugian penurunan nilai aktiva diakui atau suatu kewajiban tambahan diakui atas kewajiban yang berhubungan dengan transaksi yang diperkirakan akan terjadi dan yang dilindungi, saldo laba bersih setelah saling hapus yang tercatat dalam akumulasi pendapatan komprehensif lain yang semula diakui dalam bagian ekuitas secara terpisah harus segera direklasifikasi menjadi laba/rugi. Demikian juga jika pemulihan kembali nilai aktiva atau kewajiban terjadi sehubungan dengan transaksi yang diperkirakan akan terjadi, saldo rugi setelah saling hapus yang tercatat dalam pendapatan komprehensif lain yang semula diakui dalam bagian ekuitas secara terpisah harus segera direklasifikasi menjadi laba/rugi dalam periode berjalan.
Lindung Nilai Valuta Asing

53 Suatu entitas dapat melakukan lindung nilai atas risiko valuta asing, seperti dijelaskan dalam paragraf 55-61: a) Lindung nilai atas nilai wajar dari suatu komitmen yang belum diakui (unrecognized firm commitment) atau dari surat berharga yang tersedia untuk dijual. b) Lindung nilai arus kas dari transaksi dalam valuta asing yang diperkirakan akan terjadi atau transaksi antar-perusahaan dalam valuta asing yang diperkirakan akan terjadi. c) Lindung nilai atas nilai investasi bersih dalam kegiatan usaha di luar negeri.

55.28

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

54 Kriteria dalam paragraf 31(c)(1) mensyaratkan aktiva atau kewajiban yang diakui yang dapat menimbulkan laba atau rugi dari transaksi dalam valuta asing bukan merupakan transaksi yang dilindungi dalam lindung nilai atas nilai wajar valuta asing atau lindung nilai arus kas karena aktiva/kewajiban tersebut dinilai kembali sesuai dengan perubahan dalam nilai tercatat sehubungan dengan risiko yang dilindungi (perubahan nilai tukar) yang dilaporkan dalam laporan laba/rugi berjalan. Demikian juga dengan kriteria dalam paragraf 43(d) yang mensyaratkan perolehan aktiva atau timbulnya kewajiban yang diperkirakan akan terjadi yang dapat menimbulkan laba atau rugi transaksi valuta asing bukan merupakan transaksi yang dilindungi dalam lindung nilai arus kas valuta asing karena, setelah perolehan aktiva atau timbulnya kewajiban, aktiva atau kewajiban tersebut akan dinilai kembali sesuai dengan perubahan dalam nilai tercatat sehubungan dengan risiko yang dilindungi yang dilaporkan dalam laporan laba/rugi berjalan. Instrumen derivatif valuta asing yang dibentuk bersama dengan anggota grup konsolidasi dapat merupakan instrumen lindung nilai dalam laporan keuangan konsolidasi hanya jika anggota grup tersebut melakukan kontrak saling hapus dengan pihak ketiga untuk melindungi risiko yang timbul dari penerbitan instrumen derivatif kepada pihak afiliasi yang menutup transaksi lindung nilai. Lindung Nilai Atas Nilai Wajar Valuta Asing 55 Komitmen yang belum diakui. Suatu instrumen derivatif atau instrumen keuangan non-derivatif yang dapat menimbulkan laba atau rugi transaksi valuta asing, dapat ditujukan untuk melindungi risiko perubahan nilai wajar dari seluruh atau sebagian dari komitmen tersebut sehubungan dengan kurs valuta asing. Hubungan lindung nilai tersebut dapat diperlakukan sesuai dengan perlakuan akuntansi yang dijabarkan dalam paragraf 32-41 jika semua kriteria lindung nilai wajar dalam paragraf 30 dan 31 telah dipenuhi. 56 Surat berharga yang tersedia untuk dijual. Suatu instrumen keuangan non-derivatif tidak dapat diperlakukan sebagai instrumen lindung nilai dalam suatu lindung nilai wajar atas risiko valuta asing terhadap surat berharga yang tersedia untuk dijual (available-for-sale securities). Suatu instrumen derivatif dapat diperlakukan sebagai lindung nilai atas perubahan nilai wajar dari suatu surat berharga hutang yang tersedia untuk dijual (atau bagian tertentu daripadanya) sehubungan dengan perubahan nilai

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.29

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tukar valuta asing. Hubungan lindung nilai tersebut dicatat dengan metode akuntansi yang dijelaskan dalam paragraf 32-40 jika semua kriteria lindung nilai atas nilai wajar dalam paragraf 29 dan 30 telah dipenuhi. Suatu surat berharga ekuitas yang tersedia untuk dijual dapat dilindungi dari perubahan nilai wajar sehubungan dengan perubahan nilai tukar valuta asing dan dapat dicatat dengan metode akuntansi yang dijelaskan dalam paragraf 32-40, hanya jika memenuhi kriteria lindung nilai atas nilai wajar dalam paragraf 29 dan 30 dan memenuhi kedua kondisi dibawah ini: a) Surat berharga tersebut tidak diperdagangkan di bursa (atau tempat jual beli lain) dimana perdagangan dilakukan dalam mata uang fungsional investor. b) Dividen atau arus kas lain bagi pemegang surat berharga adalah dalam valuta asing yang sama dengan valuta yang diharapkan akan diterima atas penjualan surat berharga tersebut. Perubahan dalam nilai wajar surat berharga ekuitas yang dilindungi sehubungan dengan risiko valuta asing dilaporkan dalam laporan laba/ rugi sesuai dengan paragraf 34 dan bukan sebagai pendapatan komprehensif lain yang dicatat sebagai bagian ekuitas secara terpisah. 57 Laba atau rugi atas transaksi lindung nilai atas nilai wajar valuta asing yang memenuhi syarat dipertanggungjawabkan sesuai dengan paragraf 23-28. Laba atau rugi atas instrumen lindung nilai non-derivatif sehubungan dengan risiko valuta asing merupakan laba atau rugi transaksi valuta asing seperti yang dijelaskan dalam PSAK 10. Laba atau rugi transaksi dalam valuta asing diakui dalam laporan laba/rugi periode berjalan bersama dengan perubahan nilai tercatat komitmen yang dilindungi. Lindung Nilai atas Arus Kas dalam Valuta Asing 58 Suatu instrumen keuangan non-derivatif tidak boleh diperlakukan sebagai instrumen lindung nilai dalam lindung nilai arus kas dalam valuta asing. 59 Suatu instrumen derivatif yang dimaksudkan sebagai lindung nilai terhadap risiko perubahan kurs valuta asing atas arus kas ekuivalen dalam mata uang fungsional, sehubungan dengan, transaksi dalam valuta asing yang diperkirakan akan terjadi (misalnya, penjualan ekspor yang

55.30

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

akan dilakukan kepada entitas diluar afiliasi dengan harga dalam valuta asing) maupun transaksi dalam valuta asing dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (misalnya, penjualan yang akan dilakukan kepada anak perusahaan di luar negeri atau royalti yang akan diterima dari anak perusahaan di luar negeri) dapat diperlakukan sebagai akuntansi lindung nilai jika seluruh kriteria berikut dipenuhi: a) Unit operasional yang memiliki risiko valuta asing merupakan salah satu pihak yang akan melakukan lindung nilai atas instrumen (dapat merupakan instrumen antara induk dan anak perusahaan - lihat paragraf 53) b) Transaksi yang dilindungi dilakukan dalam valuta yang bukan merupakan mata uang fungsional unit operasional tersebut. c) Seluruh kriteria dalam paragraf 41 dan 42 dipenuhi, kecuali kriteria yang dijelaskan dalam paragraf 42(c) yang menyatakan bahwa transaksi tersebut dilakukan dengan pihak di luar entitas pelapor. d) Jika transaksi yang dilindungi terdiri dari sekelompok transaksi individual dalam valuta asing, arus kas masuk dan keluar dalam valuta asing yang diperkirakan akan terjadi tidak boleh dimasukkan ke dalam satu kelompok. 60 Suatu lindung nilai atas arus kas dalam valuta asing harus dipertanggungjawabkan sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 44-52. Lindung Nilai Risiko Valuta Asing atas Investasi Bersih pada Kegiatan Operasi Luar Negeri

61 Suatu instrumen derivatif atau instrumen keuangan nonderivatif yang dapat menimbulkan laba/rugi transaksi dalam valuta asing, dapat diperlakukan sebagai lindung nilai atas risiko valuta asing dari suatu investasi bersih pada unit operasional di luar negeri. Laba atau rugi instrumen derivatif lindung nilai (atau laba atau rugi transaksi valuta asing dari instrumen lindung nilai non-derivatif) yang ditujukan untuk dan yang efektif sebagai lindung nilai ekonomis dari suatu investasi bersih pada kegiatan usaha di luar negeri harus dilaporkan dengan cara yang sama seperti halnya pada penyesuaian penjabaran valuta asing sebagai lindung nilai yang efektif. Investasi bersih yang dilindungi harus dipertanggungjawabkan secara konsisten sesuai dengan PSAK 11; ketentuan dalam pernyataan ini tentang pengakuan laba/rugi aktiva yang dilindungi dengan lindung nilai wajar tidak

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.31

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

berlaku untuk lindung nilai atas investasi bersih pada kegiatan usaha di luar negeri.
Pengungkapan 62 Suatu entitas yang memiliki atau menerbitkan instrumen derivatif (atau non-derivatif yang ditujukan untuk dan memenuhi syarat sebagai instrumen lindung nilai sesuai dengan paragraf 55 & 56), harus mengungkapkan tujuan pemilikan atau penerbitan instrumen tersebut, latar belakang yang diperlukan untuk memahami tujuan tersebut, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Penjelasan yang dibuat harus dapat membedakan antara instrumen derivatif (dan instrumen nonderivatif) yang ditujukan sebagai instrumen lindung nilai wajar, instrumen derivatif yang ditujukan sebagai instrumen lindung nilai arus kas, instrumen derivatif (dan instrumen non-derivatif) yang ditujukan sebagai instrumen lindung nilai atas risiko valuta asing dari investasi bersih pada kegiatan usaha di luar negeri, dan derivatif yang lain. Penjelasan tersebut juga harus mengindikasikan kebijakan manajemen risiko entitas yang bersangkutan untuk setiap jenis lindung nilai, termasuk penjelasan mengenai aktiva/kewajiban dan jenis transaksi yang dilindungi. Untuk instrumen derivatif yang tidak ditujukan sebagai instrumen lindung nilai, penjelasan yang dibuat harus menyatakan tujuan dari aktivitas derivatif yang dilakukan. Pengungkapan kualitatif mengenai tujuan dan strategi entitas tersebut untuk penggunaan instrumen derivatif akan lebih bermanfaat jika tujuan dan strategi dijelaskan sehubungan dengan profil manajemen risiko keseluruhan dari entitas yang bersangkutan. Jika memungkinkankan, suatu entitas disarankan, tetapi tidak diharuskan untuk memberikan pengungkapan kualitatif tambahan seperti yang dijelaskan di atas.

63 Pengungkapan dalam laporan keuangan lengkap untuk setiap periode pelaporan harus meliputi hal-hal sebagai berikut: Lindung nilai atas nilai wajar a) Untuk instrumen derivatif, dan instrumen non-derivatif yang dapat menimbulkan laba atau rugi transaksi valuta asing sesuai dengan PSAK 10, yang ditujukan untuk dan telah memenuhi syarat sebagai instrumen lindung nilai wajar untuk masingmasing aktiva/kewajiban yang dilindungi:

55.32

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

1)

2)

Laba/rugi bersih yang diakui dalam periode pelaporan yang mencerminkan (a) ketidakefektifan suatu lindung nilai dan (b) komponen dari laba/rugi instrumen derivatif, jika ada, yang dikecualikan dari penilaian efektivitas suatu lindung nilai dan penjelasan mengenai dimana laba atau rugi bersih dilaporkan, dalam laporan laba rugi atau dalam laporan kinerja keuangan yang lain. Jumlah laba/rugi bersih yang diakui pada saat komitmen yang dilindungi tidak lagi memenuhi syarat sebagai lindung nilai atas nilai wajar.

Lindung nilai arus kas b) Untuk instrumen derivatif yang ditujukan untuk dan memenuhi persyaratan sebagai instrumen lindung nilai arus kas dan untuk masing-masing transaksi yang dilindungi nilainya: 1) Laba/rugi bersih yang diakui pada periode pelaporan yang mencerminkan (a) ketidakefektifan suatu lindung nilai dan (b) komponen laba atau rugi instrumen derivatif, jika ada, yang dikecualikan dari penilaian efektivitas suatu lindung nilai dan penjelasan mengenai dimana laba atau rugi bersih dilaporkan, dalam laporan laba/rugi atau dalam laporan kinerja keuangan yang lain. 2) Penjelasan mengenai transaksi atau kejadian lain yang mengakibatkan reklasifikasi laba atau rugi yang dilaporkan dalam akumulasi pendapatan komprehensif lain yang semula dilaporkan terpisah dalam bagian ekuitas menjadi laba/rugi, dan perkiraan jumlah bersih atas laba atau rugi yang tersisa pada tanggal pelaporan yang diperkirakan akan direklasifikasi menjadi laba/rugi dalam periode 12 bulan mendatang. 3) Jangka waktu maksimum lindung nilai atas risiko fluktuasi arus kas pada masa yang akan datang untuk transaksi yang diperkirakan akan terjadi kecuali perkiraan transaksi yang berhubungan dengan pembayaran beban bunga mengambang atas instrumen keuangan yang ada. 4) Jumlah laba atau rugi yang direklasifikasi sebagai laba/ rugi akibat dari dihentikannya lindung nilai arus kas, karena terdapat kemungkinan bahwa transaksi yang diperkirakan, tidak akan terjadi.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.33

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Lindung nilai atas investasi bersih pada kegiatan usaha di luar negeri c) Untuk instrumen derivatif, dan instrumen non-derivatif yang dapat menimbulkan laba atau rugi transaksi valuta asing, yang ditujukan untuk dan memenuhi persyaratan sebagai instrumen lindung nilai risiko valuta asing atas investasi bersih pada kegiatan usaha luar negeri, jumlah bersih laba/rugi yang dimasukkan dalam penyesuaian penjabaran kumulatif (cumulative translation adjustments) selama periode pelaporan diungkapkan. Pengungkapan kuantitatif atas transaksi derivatif akan lebih bermanfaat, dan kemungkinan terjadinya salah pengertian dapat dikurangi, jika informasi serupa mengenai instrumen keuangan lainnya atau aktiva dan kewajiban non-keuangan yang berkaitan dengan instrumen derivatif karena suatu aktivitas, juga diungkapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam situasi demikian, suatu entitas disarankan, namun tidak diharuskan untuk memberikan suatu gambaran yang lebih lengkap mengenai aktivitasnya dengan mengungkapkan informasi yang dibutuhkan.
Pelaporan Perubahan Komponen Ekuitas

64 Suatu entitas harus menyajikan laba/rugi dari instrumen derivatif yang ditujukan dan memenuhi syarat sebagai instrumen lindung nilai arus kas, sebagai klasifikasi yang terpisah dalam bagian ekuitas lain seperti yang dijelaskan dalam paragraf 44, 45 dan 60. 65 Suatu entitas harus mengungkapkan secara terpisah saldo awal dan akhir akumulasi laba dan rugi transaksi derivatif, perubahan bersih yang berhubungan transaksi lindung nilai pada periode berjalan, dan jumlah bersih dari reklasifikasi ke dalam laba/rugi yang disajikan sebagai bagian ekuitas.
Tanggal Efektif dan Masa Transisi

66 Pernyataan ini diterapkan secara prospektif mulai berlaku efektif untuk tahun buku yang dimulai setelah tanggal 1 Januari 2000. (Penerapan keseluruhan pernyataan harus dilakukan sejak awal tahun buku; pada tanggal tersebut, hubungan lindung nilai dianggap mulai berlaku dan

55.34

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

didokumentasikan sesuai dengan ketentuan pernyataan ini. Penerapan atas sebagian ketentuan dari pernyataan ini tidak diperbolehkan. Pernyataan ini tidak dapat diterapkan secara retroaktif terhadap laporan keuangan untuk periode-periode sebelumnya). 67 Pada tanggal penerapan awal pernyataan ini, suatu entitas harus mengakui seluruh instrumen derivatif (selain instrumen derivatif melekat) dalam laporan posisi keuangan sebagai aktiva atau kewajiban pada nilai wajarnya sesuai dengan paragraf 20 dan 21. Perbedaan antara nilai tercatat suatu transaksi derivatif dengan nilai wajarnya harus dilaporkan sebagai penyesuaian transisi, seperti dijelaskan dalam paragraf 70. Entitas tersebut juga harus mengakui saling hapus laba dan rugi dari aktiva, kewajiban dan komitmen yang dilindungi nilainya dengan menyesuaikan nilai tercatat pada tanggal yang bersangkutan, seperti dijelaskan dalam paragraf 70(b). Setiap laba atau rugi dari instrumen derivatif yang dilaporkan secara terpisah sebagai laba atau rugi yang ditangguhkan (yaitu, sebagai kewajiban atau aktiva) dalam laporan posisi keuangan pada saat awal diterapkannya pernyataan ini harus dikeluarkan dari laporan posisi keuangan, dan dilaporkan sebagai penyesuaian transisi seperti dijelaskan dalam paragraf 70. Setiap laba atau rugi atas instrumen derivatif yang dilaporkan sebagai pendapatan komprehensif lain yang dicatat sebagai bagian ekuitas secara terpisah pada awal diterapkannya pernyataan ini karena instrumen derivatif tersebut dimaksudkan sebagai lindung nilai atas risiko nilai wajar surat berharga yang tersedia untuk dijual, harus juga dilaporkan sebagai penyesuaian transisi; saling hapus antara rugi dan laba dari surat berharga dipertanggungjawabkan sesuai dengan paragraf 70(b). Setiap laba atau rugi atas instrumen derivatif yang dilaporkan sebagai akumulasi pendapatan komprehensif lain pada saat awal penerapan pernyataan ini karena instrumen derivatif tersebut dimaksudkan sebagai lindung nilai atas risiko fluktuasi arus kas akibat transaksi yang diperkirakan akan terjadi sehubungan dengan surat berharga yang tersedia untuk dijual, harus tetap dicatat sebagai akumulasi pendapatan komprehensif lain dan tidak boleh dilaporkan sebagai penyesuaian transisi. Perlakuan akuntansi terhadap laba atau rugi dari instrumen derivatif yang terjadi sebelum tanggal penerapan awal dari pernyataan ini dan sebelumnya telah diakui dalam nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang dilindungi, tidak akan dipengaruhi oleh pernyataan ini. Laba atau rugi tersebut tidak boleh dimasukkan sebagai penyesuaian transisi.

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.35

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

68 Pada tanggal awal penerapan pernyataan ini, suatu entitas juga harus mengakui instrumen derivatif melekat sebagai aktiva atau kewajiban dalam laporan posisi keuangan, seperti yang dijelaskan dalam paragraf 13-19 dan dipisahkan dari kontrak utama jika instrumen yang dilekatkan tersebut diterbitkan, diperoleh, atau secara substantif dimodifikasi oleh entitas yang bersangkutan setelah tanggal 31 Desember 1997. Bagi seluruh instrumen melekat yang telah ada pada tanggal awal penerapan pernyataan ini dan yang diterbitkan atau diperoleh sebelum tanggal 1 Januari 1998 dan yang sesudahnya tidak dimodifikasi secara substantif, suatu entitas dapat memilih apakah (a) tidak menerapkan pernyataan ini pada seluruh instrumen melekat atau (b) mengakui seluruh instrumen yang dilekatkan sebagai aktiva atau kewajiban, seperti yang dijelaskan dalam paragraf 1319, terpisah dari kontrak utama. Pilihan ini tidak boleh diterapkan hanya pada sebagian dari instrumen individu melekat dan harus diterapkan pada semua instrumen melekat atau tidak diterapkan sama sekali. 69 Jika instrumen derivatif yang melekat akan dipisahkan dari kontrak utamanya, sehubungan dengan penerapan awal dari pernyataan ini, suatu entitas harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut dalam menentukan penyesuaian transisi yang berhubungan: a) Nilai tercatat dari kontrak utama pada tanggal awal penerapan harus didasarkan pada nilai wajar pada saat instrumen melekat tersebut diterbitkan atau diperoleh oleh entitas yang bersangkutan dan harus mencerminkan penyesuaian yang tepat untuk aktivitas setelah penerbitan atau perolehannya, seperti penerimaan atau pengeluaran kas setelah penerbitan atau perolehannya dan amortisasi atas premi atau diskonto dari kontrak utama sehubungan dengan pemisahan derivatif yang melekat tersebut. b) Nilai tercatat dari instrumen derivatif melekat pada tanggal awal penerapan pernyataan ini harus merupakan nilai wajar instrumen tersebut. c) Penyesuaian transisi harus merupakan selisih pada tanggal awal penerapan pernyataan ini antara (i) nilai tercatat awal instrumen melekat dengan (ii) jumlah dari nilai tercatat bersih sekarang dari kontrak utama ditambah nilai wajar dari instrumen derivatif yang melekat. Entitas tersebut tidak boleh secara retroaktif membentuk suatu hubungan lindung nilai yang dapat dibuat apabila instrumen derivatif melekat semula dipertanggungjawabkan secara terpisah dari kontrak utama.

55.36

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

70 Penyesuaian transisi yang timbul dari penerapan pernyataan ini harus dilaporkan sebagai pendapatan bersih atau pendapatan komprehensif lain, sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari perubahan dalam prinsip akuntansi dan disajikan sebagai efek kumulatif dari perubahan dalam prinsip akuntansi. Perlakuan penyesuaian transisi sehubungan dengan instrumen derivatif tersebut sebagai pendapatan bersih, atau sebagai pendapatan komprehensif lain atau dialokasikan diantara keduanya, akan tergantung pada hubungan lindung nilai yang bersangkutan, jika ada, bagi instrumen derivatif yang bersangkutan, yang menjadi dasar perlakuan akuntansi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum sebelum tanggal awal penerapan pernyataan ini. a) Jika penyesuaian transisi berhubungan dengan suatu instrumen derivatif yang ditujukan sebagai hubungan lindung nilai atas risiko fluktuasi arus kas dari transaksi yang diperkirakan akan terjadi, penyesuaian transisi harus dilaporkan sebagai penyesuaian yang mempunyai pengaruh kumulatif terhadap akumulasi pendapatan komprehensif lain yang disajikan secara terpisah dalam bagian ekuitas. b) Jika penyesuaian transisi berhubungan dengan suatu derivatif yang ditujukan sebagai hubungan lindung nilai atas risiko nilai wajar aktiva, kewajiban, atau komitmen, penyesuaian transisi tersebut harus dilaporkan sebagai penyesuaian yang mempunyai pengaruh kumulatif terhadap pendapatan bersih. Pada saat yang sama, laba atau rugi dari aktiva atau kewajiban yang dilindungi (yaitu perbedaan antara nilai wajar aktiva atau kewajiban yang dilindungi dengan nilai tercatatnya) harus diakui sebagai penyesuaian terhadap nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang dilindungi pada tanggal awal penerapan pernyataan ini, tetapi hanya sebesar nilai bersih penyesuaian transisi terhadap instrumen derivatif yang bersangkutan. Penyesuaian terhadap nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang dilindungi harus pula dilaporkan sebagai penyesuaian yang mempunyai pengaruh kumulatif terhadap pendapatan bersih. Penyesuaian transisi yang berhubungan dengan laba atau rugi yang dilaporkan dalam akumulasi pendapatan komprehensif lain dari instrumen derivatif yang ditujukan untuk melindungi surat berharga yang tersedia untuk dijual, bersama-sama dengan rugi atau laba dari surat berharga yang bersangkutan (sampai pada offset penyesuaian transisi terhadap instrumen derivatif yang bersangkutan) harus direklasifikasi sebagai penyesuaian yang mempunyai pengaruh kumulatif terhadap

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.37

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

c)

d)

pendapatan bersih dan akumulasi pendapatan komprehensif lain. Jika suatu instrumen derivatif telah dibuat dalam hubungan lindung nilai berganda terhadap risiko nilai wajar dari suatu aktiva atau kewajiban dan risiko fluktuasi arus kas dari suatu transaksi yang diperkirakan akan terjadi (diantisipasi), penyesuaian transisi atas derivatif tersebut harus dialokasikan sebagai penyesuaian yang mempunyai pengaruh kumulatif terhadap pendapatan bersih dan penyesuaian yang mempunyai pengaruh kumulatif terhadap pendapatan komprehensif lain dan harus dilaporkan sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 70(a) dan 70(b) di atas. Pada saat yang sama, semua laba atau rugi atas aktiva atau kewajiban yang dilindungi harus dipertanggungjawabkan pada tanggal awal penerapan pernyataan ini sebagaimana yang dijabarkan dalam paragraf 70(b) di atas. Penyesuaian transisi lainnya yang tidak tercakup dalam paragraf 70(a), 70(b), dan 70(c) di atas harus dilaporkan sebagai penyesuaian yang mempunyai pengaruh kumulatif terhadap pendapatan bersih.

71 Setiap penyesuaian transisi yang dilaporkan sebagai penyesuaian yang mempunyai efek kumulatif terhadap akumulasi pendapatan komprehensif lain harus direklasifikasi menjadi laba/rugi secara konsisten sesuai dengan paragraf 46 dan 47. Untuk nilai tersebut, pada tahun buku awal penerapan pernyataan ini, suatu entitas harus mengungkapkan secara terpisah jumlah laba atau rugi yang dilaporkan sebagai akumulasi pendapatan komprehensif lain dan yang berhubungan dengan penyesuaian transisi yang telah direklasifikasi sebagai laba/rugi selama periode 12 bulan setelah tanggal penerapan awal pernyataan ini. 72 Pada tanggal penerapan awal pernyataan ini, suatu entitas dapat mengubah kategori surat berharga untuk tujuan investasi sampai jatuh tempo (held to maturity) menjadi surat berharga yang tersedia untuk dijual (available-for-sale) atau kategori untuk diperdagangkan. Pada masa yang akan datang, suatu entitas dapat memperlakukan surat berharga yang dapat diubah menjadi surat berharga yang tersedia untuk dijual sebagai aktiva atau kewajiban yang dilindungi, atau memperlakukan pembayaran bunga yang berfluktuasi sebagai transaksi arus kas yang dilindungi, dalam lindung nilai atas risiko perubahan tingkat bunga pasar, perubahan nilai tukar valuta asing, atau perubahan nilai wajar secara keseluruhan. (Paragraf 31(d) mencegah suatu surat berharga untuk tujuan investasi sampai jatuh

55.38

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

tempo diperlakukan sebagai aktiva atau kewajiban yang dilindungi dalam lindung nilai wajar atas risiko tingkat bunga pasar atau risiko perubahan nilai wajar secara keseluruhan. Paragraf 43(e) juga mencegah arus kas yang berfluktuasi dari suatu surat berharga untuk tujuan investasi sampai jatuh tempo untuk diperlakukan sebagai transaksi yang dilindungi dalam lindung nilai arus kas atas risiko perubahan tingkat bunga pasar). Laba atau rugi yang belum direalisasi atas suatu surat berharga untuk tujuan investasi sampai jatuh tempo yang diubah menjadi kategori yang berbeda pada tanggal awal penerapan, harus dilaporkan sebagai pendapatan bersih atau akumulasi pendapatan komprehensif lain secara konsisten sesuai dengan persyaratan dalam paragraf 16(b) dan 16(c) PSAK 50 dan dilaporkan bersama dengan penyesuaian transisi lainnya sebagaimana yang dijelaskan dalam paragraf 70 pernyataan ini. Perubahan dari kategori surat berharga untuk tujuan investasi sampai jatuh tempo pada tanggal awal penerapan pernyataan ini tidak boleh menimbulkan keraguan atas maksud suatu entitas untuk mempertahankan surat berharga hutang lainnya hingga saat jatuh tempo pada masa yang akan datang. 73 Pada tanggal awal penerapan ini, suatu entitas dapat mengubah kategori surat berharga untuk tujuan investasi sampai jatuh tempo menjadi kategori surat berharga untuk diperdagangkan. Setelah semua penyesuaian transisi yang berhubungan dengan penerapan awal pernyataan ini diakui, sisa laba atau rugi yang belum direalisasi dalam akumulasi pendapatan komprehensif lain dari surat berharga yang telah diubah kategorinya pada tanggal awal penerapan pernyataan ini, harus direklasifikasi menjadi laba/rugi (tetapi tidak boleh dilaporkan sebagai bagian dari penyesuaian yang mempunyai pengaruh kumulatif yang timbul dari penyesuaian transisi), konsisten dengan paragraf 16(b) dari PSAK 50. Jika suatu instrumen derivatif telah melindungi risiko fluktuasi arus kas atas suatu transaksi yang berhubungan dengan surat berharga yang tersedia untuk dijual yang telah diubah menjadi kategori surat berharga untuk diperdagangkan pada tanggal awal penerapan pernyataan ini dan entitas tersebut telah melaporkan laba/rugi atas instrumen derivatif sebagai akumulasi pendapatan komprehensif lain, entitas yang bersangkutan juga harus mereklasifikasi laba atau rugi transaksi derivatif tersebut menjadi laba/rugi (tetapi tidak dilaporkan sebagai bagian dari penyesuaian yang mempunyai pengaruh kumulatif yang timbul dari penyesuaian transisi).

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

55.39

P E R N YA T A A N STANDAR AKUNTANSI

PSAK KEUANGAN

No.

5 5

IKATAN

AKUNTAN

INDONESIA

AKUNTANSI INSTRUMEN DERIVATIF DAN AKTIVITAS LINDUNG NILAI

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

DAFTAR

ISI
Paragraf

SAMBUTAN KETUA UMUM IAI

PENDAHULUAN .................................................................. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN PELAPORAN Ruang Lingkup ............................................................... Definisi ........................................................................... Instrumen Derivatif yang Melekat ................................. Pengakuan Transaksi Derivatif dan Penilaian Derivatif dan Saldo Transaksi yang Dilindung Nilainya ................................................ Lindung Nilai atas Nilai Wajar Umum ................................................................... Transaksi Saldo yang Dilindung Nilainya ............ Penurunan Nilai .................................................... Lindung Nilai Arus Kas Umum ................................................................... Lindung Nilai Transaksi yang diperkirakan Akan Terjadi ................................................................... Lindung Nilai Valuta Asing............................................ Lindung Nilai Atas Nilai Wajar Valuta Asing ...................................................................

01-03

04 05-12 13-19

20-28 29-30 31-38 39-40 41-42 43-52 53-54 55-57

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

Lindung Nilai atas Arus Kas dalam Valuta Asing ................................................................... Lindung Nilai Resiko Valuta Asing atas Investasi Bersih pada Kegiatan Operasi Luar Negeri .................................................................... Pengungkapan ................................................................ Pelaporan Perubahan Komponen Ekuitas ...................... TANGGAL EFEKTIF DAN MASA TRANSISI .................................................................

58-60

61 62-63 64-65 66-73

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

PSAK No. 55 tentang AKUNTANSI INSTRUMEN DERIVATIF DAN AKTIVITAS LINDUNG NILAI telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 7 Agustus 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 21 September 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial items). Jakarta, 21 September 1998 Komite Standar Akuntansi Keuangan Jusuf Halim Istini T. Sidharta Mirza Mochtar Wahjudi Prakarsa Katjep K. Abdoelkadir Jan Hoesada Hein G. Surjaatmadja Sobo Sitorus Timoty E. Marnandus Mirawati Sudjono Nur Indriantoro Rusdy Daryono Siti Ch. Fadjriah Osman Sitorus Jusuf Wibisana Yosefa Sayekti Heri Wahyu Setiyarso Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

SAMBUTAN KETUA UMUM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dalam memasuki era globalisasi, arus dana tidak lagi mengenal batas negara dan tuntutan transparansi informasi keuangan semakin meningkat, baik dari pengguna laporan keuangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat tersebut, Standar Akuntansi Keuangan haruslah berwawasan global. Dengan keterbatasan tenaga, waktu dan dana, Ikatan Akuntan Indonesia selalu berusaha secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu standar akuntansi keuangan agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan Indonesia dapat sejalan dengan perkembangan standar internasional. Peningkatan mutu tersebut dilakukan baik dengan penerbitan standar baru maupun dengan melakukan penyempurnaan terhadap standar yang telah ada. Upaya pengembangan standar akuntansi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Jendral Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan yang telah mendukung upaya pengembangan standar akuntansi ini melalui Sub-Tim Pengembangan Sistem Akuntansi di Sektor Swasta. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada badan dan instansi pemerintah lainnya, Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Sutanto & Rekan,

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

A KUNTANSI I NSTRUMEN D ERIVATIF

DAN

A KTIVITAS L INDUNG N ILAI

PSAK N O . 55

perguruan tinggi, asosiasi, perusahaan dan pihak lainnya yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam proses pengembangan standar akuntansi ini. Kepada seluruh anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan yang telah bekerja tanpa pamrih dengan semangat profesionalisme, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Jakarta, 21 September 1998 Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia

Drs. Soedarjono Ketua Umum

Hak Cipta 1998 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

Anda mungkin juga menyukai