Anda di halaman 1dari 8

Bab 6.

Perencanaan tata ruang Rencana Tata Ruang

 perencanaan wujud struktural Contoh Pusat kota, lingkungan, prasarana jalan. pola pemanfaatan ruang Contoh Pola lokasi, sebaran pemukiman, tempat kerja, industry, pertanian, & pola penggunaan tanah perdesaan & perkotaan

Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan Mengedepankan Pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku atau stakeholder utama pembangunan. Pengembangan potensi yang ada di suatu daerah harusnya berawal dari bawah (bottom up) melalui fasilitasi pemerintah kota/kabupaten untuk kemudian dipadukan dengan sistem jaringan yang ada

Kawasan andalan adalah Kawasan yang mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah melalui pengembangan sektor-sektor atau sumber daya unggulan yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan aset manusia Prinsip tata ruang Faktor Aglomerasi kota PDB Presentasi penduduk Laju pertumbuhan pend Prasarana dasar K. Andalan berkembang >3 >0.25% >3% dr penduduk prov Jalan,pelabuhan laut, Bandar udara, prasarana listrik,komunikasi, air Besar Sudah berkembang K. andalan prospektif berkembang 1-2 >0.05% >0.5-2% dr pend. Prov 4% Jar. Jalan blm lgkap, kondisi pelabuhan laut sedang/kurang Besar Kemungkinan dikembangkan K. andalan laut

Jumlah Sumber daya alam Sector unggulan nasional

Mempunyai akses yg tinggi ke pasar. Berada diluar kws hutan lindung Sumber daya laut sudah berkembang Pusat pengolahan hsl laut yg dpt dkembangkan

Bab 7. Kebijakan Penataan Ruang dan perencanaan pembangunan RTRW harus memperhatikan: 1. Wawasan nusantara & ketahanan nasional 2. Daya dukung & daya tamping lingkungan hidup 3. Rencana pembangunan jangka panjang nasional 4. Rencana tata ruang kws strategis nasional RTRW menjadi pedoman untuk: 1. Penyusunan Rencana pembangunan jangka panjang nasional

2. Penyusunan Rencana pembangunan jangka menengah nasional 3. Pemanfaatan ruang & pengendalian 4. Pemanfaatan ruang di wilayah nasional Perencanaan proses menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui serangkaian pilihan-pilihan.  Menentukan : Menemukan (mengungkapkan dan meyakinkan).  Tindakan : Spesifik dan berkaitan dengan keinginan, visi, misi, pelaksanaan dan monev

Tepat : Dikaitkan dengan tindakan Pilihan-pilihan : Pemilihan tujuan dan kriteria Pemilihan alternatif yang memungkinkan Strategi, metode & mekanisme arahan tindakan Tipe-tipe perencanaan: 1. Perencanaan Fisik: perencanaan struktur wilayah (tata guna tanah, komunikasi, utilitas, dll). 2. Perencanaan Ekonomi : perencanaan struktur ekonomi dan tingkat kemakmurannya. 3. Perencanaan alokatif: perencanaan koordinasi, agar sistem effisien sesuai kebijakan yang ada, perencanaan ini juga digolongkan sebagai regulatory planning 4. Perencanaan Inovatif: perbaikan/pengembangan sistem, perencanaan ini biasanya disebut juga development planning. 5. Perencanaan imperatif: pengarahan yang kongkrit. SPPN Satu kesatuan perencanaan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang, menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah

 

Pendekatan proses perencanaan: Pendekatan Politik:Hasil proses politik (public choice theory of planning), misalnya Visi dan Misi dalam RPJM/D. Proses Teknokratik: Menggunakan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional bertugas untuk itu. Partisipatif: Melibatkan seluruh stakeholders, antara lain melalui Musrenbang. Proses top-down dan bottom-up: Dilaksanakan menurut jenjang kekuasaan - rakyat. Perencanaan yg ideal: Prinsip partisipatif: masyarakat turut serta prosesnya. Prinsip kesinambungan: menjamin adanya kesinambungan proses dan kemajuan target kesejahteraan. Prinsip holistik: lingkup perencanaan dilihat dari berbagai aspek, dan dalam keutuhan konsep. Memungkinkan sistem yang dapat berkembang (adaptive system). Terbuka dan demokratis (pluralistic ). Bab 8

Non spatial

Spatial

Bab 9-10. RTRW Kota Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah hasil dari suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang di Kawasan Perkotaan. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen pembangunan Kawasan Perkotaan yang dimaksudkan untuk menjamin agar program/kegiatan pembangunan dan pengelolaan Kawasan Perkotaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan serta untuk mewujudkan tertib tata ruang Kawasan Perkotaan. Kawasan perkotaan menurut besarannya dapat berbentuk: Kawasan perkotaan kecil Penduduk yang dilayani 50.000 - 100.000 jiwa. Kawasan perkotaan sedang Penduduk yang dilayani 100.000 s/d 500.000 jiwa Kawasan perkotaan besar Penduduk yang dilayani 500.000 jiwa (min.) Kawasan metropolitan/megapolitan Penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 jiwa. Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. PKSN : untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara Kebijakan pengelolaan perkotaan brdsrkan sistem perkotaan Pembangunan Sistem Pelayanan Kebutuhan Penduduk Pengelolaan Sistem Pembangunan dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Perkotaan Pengelolaan Sistem Manajemen Lahan Pengelolaan Sistem Lingkungan Perkotaan Pengelolaan Sistem Pembangunan Sosial Pengelolaan Pelestarian Warisan Budaya Pengelolaan Sistem Kerjasama Antar Daerah/Kota Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi Kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pengelolaan Kawasan Perkotaan adalah serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan Kawasan Perkotaan secara efisien dan efektif. Kawasan Perkotaan Baru adalah kawasan perdesaan yang direncanakan untuk dikembangkan menjadi Kawasan berfungsi perkotaan. UU No 32/2004 tentang Kewenangan Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan Perkotaan Kawasan perkotaan dikelola oleh pemerintah kota, atau lembaga pengelola yang dibentuk, bertanggungjawab kpd pemkot/kab. Penataan RUANG perkotaan dan penyediaan FASILITAS PELAYANAN UMUM tertentu dikelola bersama oleh daerah terkait. Dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan kawasan perkotaan, pemerintah daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. 1. Perencanaan pembangunan Kawasan Perkotaan didasarkan pada kondisi, potensi, karakteristik Kawasan, dan keterkaitan dengan Kawasan di sekitarnya. 2. Pembangunan Kawasan Perkotaan harus memperhatikan : a. Keterpaduan antar Kws Perkotaan dengan Kws Perkotaan lain b. Optimalisasi peran dan fungsi masing-2 Kawasan Perkotaan. 3. Kawasan Perkotaan dapat berbentuk :

a. Kota sebagai daerah otonom; b. Bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan; c. Bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan. 4. Lingkup perencanaan Kawasan Perkotaan memuat pengembangan, peremajaan, pembangunan, reklamasi pantai atau rawa, dan/atau perubahan fungsi lahan. Sistem dan struktur perkotaan Pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil diseimbangkan pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional, dengan fokus: Mencegah pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali (urban sprawl & conurbation) dan mengendalikan arus migrasi masuk langsung dari desa ke kota besar dan metropolitan, mengembangkan kota menengah dan kecil, dengan menciptakan kesempatan kerja dan peluang usaha, terutama di luar Pulau Jawa. peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan dan membangun daya tarik wilayah perdesaan dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi . Kewenangan pengelolaan perkotaan 1. Pemerintah pusat - Kebijakan Nasional Pembangunan Perkotaan Penyusunan Rencana Pengelolaan Perkotaan, Perumusan Program dan Pembiayaan, Pemanfaatan Pembangunan Perkotaan, Pengendalian Pembangunan Perkotaan. - Penyelenggaraan pengelolaan perkotaan Penyusunan dan penetapan norma, standar, pedoman, manual pembangunan perkotaan. - Standar2 pelayanan Pembangunan pelayanan public kesehatan, pendidikan, dll. 2. Pemerintah provinsi - Penyelenggaraan Pengelolaan Perkotaan Pengelolaan perkotaan lingkup provinsi, Koordinasi pengelolaan perkotaan antarkab/kota, Pembinaan-pengawasan pengelolaan perkotaan wil kab/kota - Koordinasi pengelolaan perkotaan Membentuk lembaga koordinasi pembangunan perkotaan di prov,penguatan terhadap lembaga koordinasi yang sudah ada,Koordinasi dan fasilitasi penyelisihan dalam penyelenggaraan pembangunan perkotaan kab/kota di wil prov. - Penyelenggaraan pengelolaan perkotaan penyusunan pedoman untuk pelaksanaan norma, standar, pedoman, manual. 3. Pemerintah Kabupaten/kota - Penyelenggaraan Pengelolaan Perkotaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota, Perumusan program dan pembiayaan pemanfaatan ruang kota,Pengendalian

pemanfaatan ruang di wilayah kota,Penetapan aturan pengelolaan perkotaan dan arah kebijakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Kota. - Penyelenggaraan pengelolaan perkotaan Pelaksanaan norma, standar, pedoman, manual, dan pedoman pelaksanaannya. Bab 11. Detil ruang Rencana Tata Ruang Wilayah dijabarkan dengan 1. Rencana Detail Tata Ruang, dan 2. Rencana Teknik Ruang. Rencana Detail Tata Ruang berfungsi sebagai pedoman: a. pengaturan tata guna tanah (Land Regulation); b. penerbitan surat keterangan pemanfaatan ruang; c. penerbitan Advise Planning; d. penerbitan izin prinsip pembangunan; e. penerbitan izin lokasi; f. pengaturan teknis bangunan; g. penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan; dan h. penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan Rencana Detail Tata Ruang memuat : a. pengertian umum, b. fungsi rencana, c. manfaat rencana, d. muatan rencana, d. proses rencana, e. produk rencana dan f. legalisasi Rencana Detail Tata Ruang Rencana Teknik Ruang memuat : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, yang selanjutnya disebut RTBL, RTBL adalah panduan rancang bangun suatu kawasan memuat: - rencana program bangunan dan lingkungan, - rencana umum dan panduan rancangan, - rencana investasi, - aturan pengendalian rencana, dan - mekanisme pengendalian. Rencana Teknik Ruang berfungsi sebagai pedoman untuk: a. penerbitan izin mendirikan bangunan; b. penertiban letak dan ukuran bangunan gedung dan bukan gedung; c. penyusunan rancang bangun bangunan gedung dan bukan gedung. RENCANA LINGKUNGAN Lingkungan adalah bagian wilayah kota yang merupakan kesatuan ruang untuk suatu kehidupan dan penghidupan tertentu dalam suatu sistem pengembangan kota secara keseluruhan. Prasarana Lingkungan adalah kelengkapan lingkungan yang meliputi antara lain jalan,

saluran pembuangan air limbah, dan saluran pembuangan air hujan. Lingkungan Perumahan adalah sekelompok rumah-rumah dengan prasarana dan fasilitas lingkungannya FASOS DAN UTILITAS UMUM Fasilitas Sosial adalah fasilitas yang dibutuhkan masyarakat di lingkungan permukiman yang meliputi antara lain pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka serta pemakaman umum. Utilitas Umum adalah fasilitas pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh instansi Pemerintah dan terdiri antara lain jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, jaringan telepon, terminal angkutan umum, pemberhentian angkutan umum, kebersihan atau pembuangan sampah dan pemadam kebakaran. BANGUNAN GEDUNG DAN BUKAN GEDUNG Bangunan gedung adalah hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, kegiatan budaya, maupun kegiatan khusus. Bangunan gedung bukan hunian adalah hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, yang tidak digunakan untuk tempat hunian atau tempat tinggal. Utilitas Umum adalah Bangunan Gedung bukan Hunian Bangunan gedung bertingkat adalah bangunan yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang di strukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal PENATAAN BANGUNAN GEDUNG Penataan bangunan gedung adalah serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan/ membangun, dan mengendalikan pemanfaatan ruang berikut sarana dan prasarananya bagi kegiatan masyarakat dan Pemerintah Membangun adalah setiap kegiatan mendirikan, membongkar memperbaharui mengganti seluruh atau sebagian dan memperluas bangunan gedung atau bangunan gedung bukan hunian Koefisien Dasar Bangunan / KDB, adalah angka perbandingan jumlah luas lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan Rencana Kota. Koefisien Daerah Hijau, yang selanjutnya disebut KDH, adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah

perpetakan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. PERIJINAN GEDUNG Izin Mendirikan Bangunan Gedung/ IMB, adalah izin yang diberikan kepada orang / badan untuk membangun dalam rangka pemanfaatan ruang sesuai pemanfaatan ruang dan sesuai dengan peruntukannya. Izin Usaha Jasa Konstruksi / IUJK adalah izin untuk melakukan usaha di bidang usaha jasa konstruksi . Izin Penghapusan Bangunan Gedung adalah suatu keputusan untuk melakukan kegiatan penghapusan bangunan gedung baik fisik maupun fungsinya. LAIK FUNGSI DAN KEANDALAN GEDUNG Laik fungsi adalah gedung yang memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang ditetapkan. Keandalan Bangunan Gedung adalah keadaan bangunan yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan. PENATAAN JALAN Ruang Milik Jalan/Rumija adalah sejalur tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan. Rumija yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran, ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang. Garis Sempadan Jalan / GSJ, adalah garis rencana yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah batas Rumija yang ditetapkan dalam Rencana Kota. GARIS SEMPADAN Garis Sempadan adalah garis yang membatasi jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu masa bangunan terhadap batas lahan yang dikuasai, antar masa bangunan lainnya, batas tepi sungai, jalan kereta: GSS = garis sempadan sungai GSJ = garis sempadan jalan GSB = garis sembadan masa bangunan GSJK = garis sempadan jalan kereta Garis Sempadan Pagar / GSP, adalah garis rencana yang tidak boleh dilampaui oleh bangunan antara bangunan dan ruang milik jalan. Bab 12. Bangunan gedung Bangunan gedung diklasifikasikan berdasarkan : - tingkatkompleksitas, - tingkat permanensi, - tingkat risiko kebakaran, - zonasi gempa,

- lokasi stategis, - ketinggian, dan - kepemilikan. Klasifikasi kompleksitas: sederhana, tidak sederhana, dan bangunan gedung khusus. Klasifikasi tingkat permanensi : permanen, semi permanen, dan bangunan gedung darurat atau sementara. Klasifikasi ingkat risiko kebakaran :tinggi, sedang, dan tingkat risiko kebakaran rendah. Klasifikasi zonasi gempa ditetapkan instansi yang berwenang. Klasifikasi lokasi kepadatan: di lokasi padat, sedang, dan bangunan gedung di lokasi renggang. Klasifikasi ketinggian bangunan: bertingkat tinggi, bertingkat sedang, dan gedung bertingkat rendah. Klasifikasi kepemilikan : milik negara, milik badan usaha, dan gedung milik perorangan. Persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung (ditetapkan oleh pemerintah) Persyaratan administratif : a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. status kepemilikan bangunan gedung; dan c. izin mendirikan bangunan gedung. Persyaratan teknis bangunan : a. persyaratan tata bangunan dan b. persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung Persyaratan peruntukan merupakan persyaratan peruntukan lokasi yang bersangkutan sesuai dengan RTRW kab/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL. Jika belum ada, maka pemda memberikan ijin sementara Persyaratan intensitas bangunan gedung meliputi persyaratan kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan. Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan: - penampilan bangunan gedung, - tata ruang-dalam, - keseimbangan, - keserasian, dan - keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta - pertimbangan adanya keseimbangan antara nilainilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa. Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan - Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagi bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

- Setiap mendirikan bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting, harus didahului dengan menyertakan analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) RTBL merupakan pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang suatu kawasan dan sebagai panduan rancangan kawasan untuk mewujudkan kesatuan karakter serta kualitas bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan. Penyusunan RTBL didasarkan pada pola penataan bangunan gedung dan lingkungan yang meliputi perbaikan, pengembangan kembali, pembangunan baru, dan/atau pelestarian untuk: a. kawasan terbangun; b. kawasan yang dilindungi dan dilestarikan; c. kawasan baru yang potensial berkembang; dan/atau d. kawasan yang bersifat campuran. RTBL ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota, dan untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan peraturan Gubernur dengan mendapat pertimbangan teknis tim ahli bangunan gedung dan dengan mempertimbangkan pendapat publik. Bab 13. Kasiba (Kawasan siap bangun) Rencana rinci tata ruang Kasiba: 1. prasarana, 2. sarana, dan 3. Utilitas Persyaratan prasarana lingkungan Kasiba adalah : a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), dan Koefisien Daerah Hijau (KDH) yang berlaku b. Dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan berupa jalan, drainase atau saluran pembuangan air hujan dan saluran pembuangan air limbah, yang terpadu dengan prasarana kawasan/wilayahnya; c. jaringan primer dan sekunder drainase atau saluran pembuangan air hujan harus dihubungkan dengan badan air (sungai, danau, atau laut) yang dapat menyalurkan atau menampung air hujan yang jatuh di atau mengalir melalui Kasiba. Persyaratan sarana lingkungan Kasiba adalah : a. Fasilitas pendidikan sesuai jumlah penduduk yang dilayani; b. Fasilitas kesehatan sesuai jumlah penduduk yang dilayani; c. Fasilitas perbelanjaan sesuai jumlah penduduk yang dilayani; d. Fasilitas tempat peribadatan sesuai dengan agama yang dipeluk para penghuninya dan jumlah pemeluk dari masing-masing agama; e. Dilengkapi dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH)= 15 m2 per jiwa dengan lokasi menyebar. dimana RTH

tersebut dapat digunakan sebagai penyeimbang lingkungan antara kawasan terbangun dan tidak terbangun, selain itu juga berfungsi sebagai sarana olah raga, rekreasi, pemakaman umum dan mitigasi jika terjadi gempa dan kebakaran; f. setiap Kasiba harus dilengkapi dengan fasilitas Pemerintahan. Pembangunan pengelolaan air limbah terpusat (offsite) di Kawasan Perumahan untuk Kasiba meliputi: a. Untuk seluruh air limbah menggunakan pipa sewer, flushing memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat b. Sistem Small Bore Sller memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Pembangunan pengelolaan persampahan di Kasiba : a. besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat. b. densitas sampah di sumber, TPS dan TPA memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat. c. untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan / Pengolahan Akhir (TPA) perlu dilakukan proses pengolahan sampah (komposter) skala rumah tangga maupun skala kawasan. Ruang Milik Jalan diperuntukan bagi ruang manfaat jalan dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur serta kebutuhan ruang, pengaman jalan paling rendah sebagai berikut: a. jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter; b. jalan raya 25 (dua puluh lima) meter; c. jalan sedang 15 (lima belas) meter; d. jalan kecil 14 (empat belas) meter. Penanganan limbah kawasan permukiman: a. Secara terpadu, tepat guna, berdaya guna b. Biayanya terjangkau c. dapat dioperasikan secara berkelanjutan, d. berkemitraan (masyarakat dan dunia usaha/swasta). e. Kapasitas memenuhi kebutuhan limbah Persyaratan sistem pembuangan limbah meliputi : a. ukuran pipa pembawa air limbah minimum 200 mm; b. sambungan pipa harus kedap air; c. jalur pipa pembawa dilengkapi dengan lubang pemeriksaan pada tiap penggantian arah pipa dan pada bagian pipa yang lurus pada jarak minimum 50 (lima puluh) meter; d. air limbah memenuhi standar sebelum dibuang ke perairan e. pembuangan dari kakus (WC) dapat digunakan tangki septik (septictank) dan bidang resapan/rembesan. Pengelolaan sampah memperhatikan beberapa aspek pencemaran: - pengendalian bau, - pengendalian penyebaran penyakit, - pengendalian lindi/leachete,

- pengendalian kebakaran sampah, dan - menjaga estetika lingkungan. Metode pengolahan sampah dengan landfill: a. Metode Sanitary Landfill yaitu cara pengolahan yang digunakan secara internasional, dimana sampah yang diangkut ketempat ini akan ditutup setiap hari dengan lapisan tanah sehingga mengurangi potensi pencemaran lingkungan ; b. Metode Control Landfill yaitu cara pengolahan sampah dengan menutup sampah yang diangkut ketempat tersebut secara periodik dengan lapisan tanah dan memadatkan serta meratakan sampah yang telah diolah lebih dahulu untuk mengurangi potensi pencemaran lingkungan akibat sampah meningkatkan efisiensi dalam penggunaan lahan untuk pengolahan. Bab 14. Penataan kawasan Permasalahan Belum melembaganya pembangunan perumahan dan permukiman yang berbasis kawasan yang terintegrasi dengan RTRW & sistem jaringan prasarana dan sarana dasar perkotaan dan perdesaan, sehingga berpotensi: 1. Tidak terkendalinya arah perkembangan kawasan perumahan dan permukiman; 2. Meningkatnya kesenjangan pemukiman dengan entitas properti lainnya; 3. Meningkatnya luasan kawasan kumuh. Pengelolaan Kasiba dan Lisiba 1. Pengelolaan Kasiba dan Lisiba BS bertujuan agar tersedia satu atau lebih Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang telah dilengkapi dengan jaringan prasarana primer & sekunder yang dibangun secara bertahap yang lokasinya sesuai RTRW; 2. Pengelolaan Lisiba adalah bagian Kasiba atau yang berdiri sendiri (Lisiba BS) bertujuan agar tersedia kaveling tanah beserta rumah dalam pola hunian berimbang, terencana dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pengertian pokok RP4D dalam konteks perencanaan 1. Merupakan skenario pembangunan perumahan dan permukiman di daerah (Propinsi, Kabupaten, dan Kota); 2. Acuan/ payung bagi seluruh pelaku pembangunan perumahan dan permukiman di daerah; 3. Merefleksikan akomodasi terhadap aspirasi masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Bab 14. Pemukiman berkelanjutan Kota adalah suatu sistem ekologis harus dapat mempertahankan aliran energi, menyediakan sumber daya materi yang penting, dan memiliki cara untuk membuang limbah. Namun kota bukan sistem yang berdiri sendiri (self-contained) karena tergantung

pada kota lain dan daerah pinggiran kota (rural/suburb) melalui transportasi dan komunikasi. Struktur kota: 1. Jaringan jalan 2. Jaringan layanan kebutuhan (air, listrik, telpon dll.) 3. Kegiatan fungsional (sosial, ekonomi, politik, pendidikan dll.) 4. Pola fisik (dapat berupa model kota memusat, sektoral, berpusat jamak, atau gabungan dari dua atau tiga model) Contoh keberhasilan: Curitiba (Brazil) sebagai model ecocity di negara berkembang Kota dengan penduduk 2,2 juta jiwa ini merupakan kota yang bersih, makmur, dan terus berkembang:  Kota ditanami pepohonan yang harus dirawat oleh masyarakat.  pembangunan tidak dilakukan di daerah rawan banjir (banjir sudah tertangani, a.l. dengan pembuatan danau buatan).  Udara bersih karena penduduk lebih banyak menggunakan sepeda.  Masyarakat miskin dapat menukarkan sampah dengan makanan atau layanan kesehatan. Bab 14. Peran masyarakat Landasan peran masyarakat 1. Masyarakat sebagai raja penguasa berarti rakyat berdaulat 2. Good Governance mengedepankan pengawasan/peran masy. 3. Mendorong kemitraan ini berarti peran masyarakat 4. Pemberdayaan Masyarakat berarti masy. perlu diperkuat Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang tersebut perlu terus didorong untuk memberi peran dan melibatkan masyarakat dengan pendekatan community driven planning.

Anda mungkin juga menyukai