Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA MODUL ULCER Oral Kandidiasis

Disusun Oleh: Robby Ramadhonie NIM: 20050340082

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

I.Pendahuluan Penyakit infeksi masih tetap merupakan problem utama kesehatan di Indonesia. Penyakit infeksi jamur masih merupakan penyakit yang relatif jarang dibicarakan. Akan tetapi akhir-akhir ini perhatian terhadap penyakit ini semakin meningkat dan kejadian infeksi jamur semakin sering dilaporkan. Hal ini mungkin akibat dari bertambahnya kecepatan tumbuh jamur sebagai akibat cara pengobatan modern, terutama penggunaan antibiotik berspektrum luas, atau kombinasi dari berbagai antibiotik, penggunaan kortikosteroid dan obat imunosuppressif lainnya, serta penggunaan sitostatika. Terdapatnya faktor predisposisi yaitu penyakit kronik yang berat termasuk penyakit kegananasan, dengan meningkatnya umur harapan hidup akan meningkatkan insiden penyakit jamur, mobilitas dari manusia tinggi sehingga kemungkinan memasuki daerah endemis fungi patogen semakin tinggi. Walaupun masih relatif jarang bila dibandingkan dengan infeksi bakterial atau virus, infeksi jamur penting karena dapat diobati dan keterlambatan pengobatan dapat berakibat fatal. Jamur merupakan protista tidak fotosintetik yang tumbuh sebagai suatu massa filamen (hifa) yang bercabang-cabang dan saling menjalin dan dikenal sebagai miselium. Meskipun hifa mempunyai dinding bersekat, dinding itu berlubang-lubang sehingga inti sel dan sitoplasma dapat melewatinya (Jawetz, 1996). Telah dikenal ribuan spesies ragi dan jamur, tetapi hanya sekitar 100 yang menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan (selebihnya pada tumbuhan). Hanya dermatofita dan spesies Candida yang sering ditularkan dari satu ke orang lain. Untuk mudahnya, infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam infeksi jamur superfisial, kutan, subkutan, dan profunda (atau sistemik) (Jeffrey & Edman, 1996). Infeksi candidiasis dikaitkan dengan lesi putih non keratotik dan lesi putih keratotik

di mulut. Dalam sekelompok pasien, candida ini pernah diisolasi dari 84% dari pasien yang menderita thrush, 75% dari pasien yang menderita antibiotik sore mouth, 77% dari pasien yang menderita angular cheilitis, 69% dari penderita denture sore mouth, serta 84% dari penderita chronic hyperplastic candidiasis (kandida leukoplakia), dan 100% dari penderita chronic mococutaneous candidiasis (Burket, 1994). Infeksi candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang dilaporkan oleh Francois Valleix pada tahun 1836, Langerbach menemukan jamur penyebab thrush pada tahun 1839, kemudian Berhout pada tahun 1923 memberi nama organisme tersebut sebagai Candida (Kuswadji, 2007).

II.Definisi Kandidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang disebabkan oleh jamur genus Candida terutama Candida albicans (C.albicans). Penyakit ini dapat berjalan akut, subakut atau kronik, terlokalisir pada kulit, mulut, tenggorokan, kulit kepala, vagina, jari, kuku, bronchi, paru-paru dan saluran pencernaan, dan dapat pula sistemik mengenai endokardium, meningen sampai septicemia (Kuswadji, 2007). Candida albicans adalah suatu organisme oportunistik derivate N-acetylhexosamine (N-acetylglucosamine yang terdiri dari agarose, N-acetylmannosamine, hyaluronic acid, colloidal chitin, and mucin) sebagai flora rongga mulut (Shepherd, 1984). Kandidiasis biasanya disebut sebagai agen infeksius oportunistik (dapat menyebabkan penyakit jika mekanisme pertahanan tubuh terganggu) (Burket, 1994).

III.Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang yang sehat sebagai saprofit (menumpang pada organisme lain, tapi tidak menyerap makanan dari si inang, melainkan mengolah dari sisa-sisa pembuangan si inang). Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat (Kuswadji, 2007).

IV.Etiologi dan Gejala klinis Thrush atau Kandidiasis merupakan prototipe dari infeksi mulut oleh jamur seperti ragi yang disebut Candida. Penyakit ini merupakan suatu infeksi superfisial dari lapisan atas epitelium mukosa mulut dan mengakibatkan terbentuknya plak atau flek putih pada permukaan mukosa yang terdiri atas sel-sel epitel yang berdeskwamasi (pelepasan kulit yang secara normal terjadi selama 2 sampai 4 minggu pertama), sel-sel radang, fibrin, ragi dan elemen miselia (Burket, 1994). Mikroorganisme Candida terdapat lebih dari 50%, orang dewasa
tanpa menunjukkan gejala infeksi. Candida dapat berubah menjadi patogen menyebabkan terjadinya infeksi dan rongga mulut perubahan ini disebabkan karena adanya perubahan situasi rongga mulut misalnya karena adanya gigi tiruan. Denture stomatitis terjadi oleh karena tekanan gigi tiruan

pada permukaan mukosa sehingga terjadi perubahan lingkungan mikroorganisme rongga mulut dan menyebabkan infeksi pada mukosa (Prijantojo,1996). Gambaran klinis candidiasis dapat ditemukan dengan jelas pada mulut, genitalia wanita, kulit, kuku, paru-paru dan organ lain, serta di daerah mukokutan. Di mulut, sariawan merupakan manifestasi utama dari oral candidiasis. Kondisi ini terutama pada bayi, pada selaput lendir pipi tampak sebagai bercak-bercak putih dan epitel terkelupas. Vulvovaginitis menyerupai sariawan, dengan rasa gatal yang hebat, pengeluaran sekret dan timbul iritasi.

Infeksi di kulit terutama terjadi pada bagian yang basah dan hangat, seperti ketiak, lipatan paha, skrotum, lipatan bawah payudara, atau di sela-sela jari. Kuku yang terinfeksi akan bengkak dan merah serta sakit, kemudian akan lepas. Candidiasis mukokutan menahun terjadi sebagai tanda kekurangan kekebalan seluler pada anak-anak (Jawetz dkk, 1991).

V.Berbagai Macam Bentuk Kandidiasis pada Mulut Kandidiasi pada mulut dibagi kedalam empat kategori yang berbeda berdasarkan gambaran klinis dan riwayat infeksi lainnya. A. Kondisi Akut 1) Acute psedomembranous candidiasis (Thrush) 2) Acute atrophic candidiasi (antibiotic sore mouth) B. Kondisi Kronis 1) Chronic atrophic candidiasis (denture sore mouth) 2) Angular cheilitis 3) Median rhomboid glossitis 4) Chronic hyperplastic candidiasis (Burket, 1994).

VI.Gambaran Klinis

VII.Candida albicans Candida albicans adalah suatu jamur lonjong bertunas, menghasilkan

pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat, gram positif, dan pada Saboroud agar terlihat koloni lunak berwarna krim dengan bau seperti ragi (Jawetz dkk, 1991). Candida albicans merupakan flora normal dari rongga mulut. Jamur jenis ini bisa ditemukan pada semua mukosa rongga mulut, tetapi paling umum bisa ditemukan pada lidah, terutama bagian punggung lidah dekat papilla circumvalata (Marsh and Martin, 1999). Candida albicans merupakan suatu ragi lonjong, bertunas yang menghasilkan

pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Ragi ini adalah anggota flora normal selaput mukosa saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita (Jawetz, 1986). A. Morfologi Candida albicans tampak sebagai ragi lonjong bertunas memanjang menyerupai hifa, gram positif, ukuran 2-3 x 4-6 m pada sediaan mikroskopik eksudat. Candida albicans membentuk koloni lunak berwarna krim dengan bau seperti ragi pada Sabouroud agar dalam suhu kamar (Jawetz dkk, 1991). Pada sediaan apus eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong, bertunas, gram-positif, berukuran 2 3 X 4 6

m, dan sel sel bertunas grampositif, yang memanjang menyurupai hifa (pseudohifa) (Jawetz, 1986). Secara Histologik, berbagai lesi kulit pada manusia menunjukkan peradangan. Beberapa menyerupai pembentukan abses, lainnya menyerupai granuloma menahun. Candida dapat dibawa kedalam selaput otak, tetapi biasanya tidak dapat menetap disini dan menyebabkan abses abses millier kecuali bila inang lemah (Jawetz, 1991).

B. Klasifikasi Klasifikasi jamur Candida Albicans adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Subphylum Class Order Family Genus Species : Fungi : Ascomycota : Saccharomycotina : Saccharomycetes : Saccaharomycetaceles : Saccharomycetaceae : Candida : Candida Albicans

C. Patogenesis dan Patologi Candida albicans dapat menyebabkan infeksi di dalam mulut yang disebut oral candidiasis yang dapat terjadi pada host dengan daya tahan tubuh yang menurun, bayi dengan sistem pertahanan tubuh yang belum matang, perubahan fisiologis, trauma jaringan, penyakit sistemik, dan pada terapi antibakteri jangka panjang (Miller and

Palenik, 1998). Candidiasis dapat terjadi pada penderita kanker, tuberkulosis, diabetes mellitus, campak, scarlet fever, typhoid fever, influenza, local cattarhal inflammation dan terapi x-ray atau terapi antibiotik spektrum luas. Manifestasi oral candidiasis melibatkan bibir dan membran mukosa mulut. Candidiasis di bibir disebut perleche, dengan gambaran erosi labial, bibir pecahpecah, dan tertutup oleh selaput putih atau abu-abu (Burnet and Scherp, 1980). Pertumbuhan jamur Candida albicans yang tidak terkontrol pada koloni jamur rongga mulut. Salah dalam posisi pemakain gigi tiruan resin akrilik yang menyebabkan

teriritasinya jaringan lunak sekitas gigi tiruan merupakan salah satu penyebab candidiasis. Jamur candida albicans merupakan salah satu yang banyak ditemukan pada pemakai gigi tiruan resin akrilik (Tari BF dkk, 2007).

VIII.Pemeriksaan Penunjang A. Pemeriksaan langsung Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram akan terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu. B. Pemeriksaan dengan biakan Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Pembenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 0C, koloni tumbuh setelah 24 jam berupa yeast like colony. Identifikasi candida albicans dilakukan dengan membiakan tumbuhan tersebut pada corn meal agar (Kuswadji, 2007).

IX.Pengobatan (Treatment) A. Menghindari atau menghilangkan faktor predesposisi Faktor-faktor predesposisi utama infeksi candida albicans adalah diabetes meilitus, kelemahan menyeluruh, imunodefisiensi, penyalahgunaan narkotika intravena, pemberian antimikroba (yang mengubah flora normal bakteri), dan obat-obatan kortikosteroid (Jeffrey & Edman, 1996).

B. Pengobatan Topikal 1) Larutan ungu gentian - 1 % untuk selaput lender, 1 - 2 % untuk kulit, dioleskan sehari 2x selama 3 hari. 2) Niastin: berupa salep, krim, dan emulsi 3) Amfoterisin B 4) Grup azol, antara lain: Mikonazol 2% berupa krim atau bedak Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dank rim Tiokonazol, bufonazol, isokonazol Siklopiroksolamin 1% larutan, krim Antimikotik yang lain yang berspektrum luas (Kuswadji, 2007).

C. Pengobatan sistemik 1) Tablet niastin untuk menghilangkan infeksi local dalam saluran cerna (obat ini tidak diserap oleh usus) 2) Amfoterisin B, diberikan intravena untuk kadidiasis sistemik

3) Kotrimazol 500 mg pervaginam dosis tunggal 4) Ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari 5) Flukonazol 150 mg dosis tunggal 6) Intrakonazol 2 x 100 mg selama 3 hari (Kuswadji, 2007).

X.Prognisis Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi (Kuswadji, 2007).

XI.Daftar Pustaka Burket, Lesi Merah dan Lesi Putih Pada Mukosa Mulut. Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosa dan Terapi: Edisi kedelapan 1994 Burnett, G. W., and Schrep, H. W., 1980, Oral Microbiology and Infectious Disease. Student ed, William and Walkins, Baltimore, London, 120, 128, 129, 524. Kuswadji. Kandidosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007: 106-9. Marsh, P., and Martin, M. V., 1999. Oral Microbiology, 4th ed, CV Wright, Oxford, 20. Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., 1986, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Jakarta: EGC Jawet E MD PhD. Medical mycology in: Review of medical microbiologi 17 th Ed, Appleton and Lange Los Altos, California 1987 : 318 -37. Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kedokteran, ed 16, EGC, Jakarta, 150-1, 383-384.

Jeffrey C, Edman. Mikologi Kedokteran. Microbiologi Kedokteran (Terjemahan) ed.20 Jakarta EGC, 1996 : 608 -37. Shepherd. M.G., & Sullivan. P.A., (1984). The Control of Morphogenesis in Candida albicans. J., Dent. Res. Vol. 63(3). Hal 435-440. Tari BF, Nalbant D, Dogruman Al F, Kustimur S. (2007). Surface Roughness and Adherence of Candida Albicans on Soft Lining Materials as Influenced by Accelerated Aging. J Contemporary Dental Practice.Vol. 5., Hal. 18-25. Prijantojo, (1996)., Peranan Chlorhexidine terhadap Kelainan Gigi dan Rongga Mulut. Cermin Dunia Kedokteran (Eds.),Vol. 113,. hal. 33-37.

Anda mungkin juga menyukai