Anda di halaman 1dari 14

IDENTIFIKASI VITAMIN Untuk memenuhi sebagian persyaratan penilaian menempuh mata kuliah Analisis Farmasi yang dibina oleh

Bapak SJ. Raharjo, S.Si

OLEH Sulistyo Dwi Arfiani NIM : 10. 041 KH

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG Mei 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vitamin merupakan nutrien organik penting yang dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh tubuh untuk melakukan fungsi kimiawi dan umumnya vitamin tidak diproduksi oleh tubuh sehingga memerlukan asupan dari luar. Vitamin dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang larut air dan yang larut dalam lemak. Umumnya vitamin vitamin yang larut dalam air tidak berbahaya bagi tubuh dikarenakan apabila terjadi kelebihan dosis maka vitamin yang larut dalam air langsung tereliminasi dan diekskresikan melalui urine. Vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan vitamin K. Sedangkan vitamin vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B kompleks yang meliputi vitamin B1, B2, B6, B12, Nicotinamid dan vitamin C. Vitamin B dalam tubuh berfungsi untuk menghasilkan energi dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein melalui fungsinya sebagai koenzim pada berbagai reaksi metabolik dan biokimia. Vitamin B kompleks juga penting bagi pertumbuhan dan perkembangan normal sistem syaraf. Vitamin B1 atau Thiamin dalam tubuh sangat esensial untuk berbagai fungsi tubuh, produksi energi dan membantu memelihara kesehatan syaraf dan otot, membantu perawatan penyakit anemia, membantu perawatan penyakit herpes, serta membantu tubuh membuat dan memakai protein. Apabila kekurangan Vitamin B1 atau Thiamin dapat mengakibatkan beri beri. Vitamin B2 atau Ribolavin berfungsi memproduksi energi yang tersedia dari makanan, pertumbuhan pada anak- anak, memperbaiki dan memelihara jaringan tubuh dan mata, membantu menata kembali keasaman tubuh, memelihara kesehatan reproduksi, memberikan perlindungan melawan anemia dan lain-lain. Komponen dalam koenzim terdapat 2 bentuk aktif yaitu flavin adenin dinukleotida ( FAD ) dan flavo mono nukleotida ( FMN ), keduanya gugus

prostetik penerima hidrogen. Tidak ada penyakit yang berhubungan dengan kekurangan riboflavin. Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan gejala seperti iritasi, kulit merah dan keretakan kulit dekat dengan sudut mata dan bibir seperti halnya sensitivitas yang berlebihan terhadap sinar ( photophobia ). Hal ini dapat juga menyebabkan keretakan pada sudut mulut ( cheilosis ) dan kuku ( split nails ).

Vitamin B6 atau Piridoksin berfungsi untuk membuat protein, membantu keseimbangan hormon seks, antidepresi dan diuretic alami, membantu mengendalikan reaksi alergi, berperan dalam metabolisme asam amino dan asam lemak, membantu tubuh untuk mensintesis asam amino nonesensial. Selain itu juga berperan dalam produksi sel darah merah. Kekurangan vitamin B6 akan menyebabkan akibat yang bisa sangat fatal seperti kulit yang pecah-pecah bahkan bisa rusak, syaraf motorik terganggu, kelainan pada darah, retensi terhadap air ( water retention ), tangan kesemutan ( tingling hands ), iritabilitas, kejang otot atau kram otot; kurang energi, bahkan mempengaruhi psikologis seperti mimpi hal yang sama berulangkali dengan frekuensi yang tak menentu ( infrequent dream recall ) dan depresi atau ketegangan ( nervousness ). Vitamin C atau Asam Askorbat berfungsi sebagai antiskorbut, tetapi dengan berkembangnya pengetahuan akhir akhir ini vitamin C yang berupa sediaan injeksi banyak digunakan sebagai antipenuaan dini. Sedangkan apabila defisiensi Vitamin C dapat mengakibatkan sariawan dan imunitas tubuh menurun. Secara analisa farmasi vitamin termasuk dalam golongan fraksi V yang merupakan golongan yang tidak dapat di ekstraksi yaitu meliputi asam hidrofil, sulfonamide, karbohidrat, asam amino, senyawa amino kwarterner. 1.2. Tujuan
1. Mampu menjelaskan ciri khas ( struktur ) dari masing masing vitamin

2. Mampu menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia dari masing masing

vitamin
3. Mampu menjelaskan instrumentasi yang digunakan masing masing

vitamin BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN 2.1. Pembahasan Identifikasi pada suatu zat dapat dilakukan dengan menggunakan sifat fisika dan kimia penyusun senyawa, misalnya : unsur ion, logam, gugus fungsi atau molekul inti. Identifikasi pendahuluan yang dilakukan biasanya meliputi : pertama analisa organoleptis yaitu penetapan suatu zat berdasarkan warna, bau, rasa dan bentuk. Kedua tetapan fisika yaitu suatu zat bisa diukur kemurnian dengan menggunakan tetapan fisikanya meliputi titik lebur, titik beku, indeks bias, rotasi jenis, rotasi optik,dan kelarutan, dalam hal ini zat yang satu dan yang lain memiliki karakter yang berbeda. Ketiga mikroskopi, suatu zat yang berbentuk kristal maupun serbuk jika diamati di bawah mikroskop memiliki bentuk yang berbeda. Keempat cara kimia, zat yag akan dianalisa ditambahkan dengan reagen reagen tertentu akan terbentuk suatu endapan, warna, atau apabila dibakar dapat menimbulkan bau yang khas dari tiap tiap zat. Setelah dilakukan identifikasi pendahuluan, dilanjutkan dengan analisis senyawa organik atau analisis pemisahan senyawa organik yaitu cara analisis didasarkan atas pembagian senyawa ke dalam fase air dan fase yang tak tercampurkan dalam air, yakni fase pelarut organik. Cara analisis ini merupakan penyederhanaan dari stas-otto-gang ( tahun 1850 ), dalam analisis ini 105 senyawa obat dibagi menjadi 5 fraksi, yaitu : 1. Fraksi I

Yaitu golongan senyawa eter dalam suasana asam Fraksi IA: gol senyawa Asam karboksilat,gol Fenol Contoh:Asam Benzoat,Nipagin M,Paracetamol Fraksi IB: zat netral Contoh:Kloramphenicol,Hidrokortison. 2. Fraksi II Yaitu ekstrak kloroform suasana asam tartrat Golongan senyawa asam, fenol, zat netral dalam larutan klororoform Contoh: Koffein, Diazepam 3. Fraksi III Yaitu ekstrak eter dalam suasana Na alkali Berbagai basa Contoh: Kodein, Kloroquin 4. Fraksi IV Yaitu ekstrak kloroform - isopropanol dalam suasana amoniak Berbagai basa fenol Contoh: Sulfanilamid, Tetracyclin 5. Fraksi V Yaitu senyawa yang tidak bisa diekstraksi Asam hidrofil, sulfonamide, karbohidrat, asam amino, senyawa amino kwarterner

Contoh: Asam Askorbat ( vit C ), Riboflavin ( vit B2 ), Pyridoxin HCl ( Vit B6 ), Thiamin Hcl ( Vit B1 )

Setelah dilakukan analisa penggolongan dilanjutkan dengan identifikasi golongan obat yaitu obat yang dianalisa termasuk golongan Alkaloid, Barbiturat, atau Sulfonamide. Kemudian dilanjutkan dengan analisa penegasan dengan menggunakan kromatografi dan sektroskopi. Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada dalam sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan atau penukaran ion pada media berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Kromatografi yang sering digunakan yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan kromatografi gas, sedangkan kromatografi cair kualitas tinggi jarang digunakan. Spektoskopi ada dua cara yaitu pertama spektrofotometri ultra violet pada metode ini dapat dilakukan terhadap sejumlah beberapa mikrogram bahan atau hasil dari kromatrografi kertas maupun kromatografi lapis tipis. Metode ini terbatas hanya bagi senyawa yang memberikan adsorpsi secara signifikan dalam daerah spektrum ini. Kedua, spektrofotometri infra merah, metode ini lebih bagus untuk digunakan karena spektrum yang diperoleh lebih khas dan berhubungan langsung dengan struktur kimia senyawa. Keuntungan dari metode ini yaitu dapat mengidentifikasi zat tanpa pemisahan terlebih dahulu. 2..2. Tinjauan Pustaka 1. Vitamin B1 atau Thiamin

Tiamina terdiri atas cincin pirimidina dan cincin thiazola ( mengandung sulfur dan nitrogen ) yang dihubungkan oleh jembatan metilen.

Sifat fisika Thiamin adalah bentuk berupa bubuk kristal putih, bau khas ( seperti ragi ), rasa pahit. Kelarutan, dalam bentuk Thiamin HCl dan Chlorida dalam air kelarutannya 1 : 1, dalam etanol 1 : 170, dalam aseton tidak larut, dalam eter tidak larut, dalam kloroform tidak larut. Sedangkan dalam bentuk Thiamin Nitrat dalam air kelarutannya 1 : 45, dalam etanol tidak larut, dalam aseton tidak larut, dalam eter tidak larut, dalam kloroform tidak larut. Titik leleh dalam bentuk Chlorida HCl 248C, dalam bentuk Nitrat 200C. Thiamin temasuk golongan analisis V Secara kimia dapat dilakukan pemeriksaan kualitatif : 1. Sejumlah 10 mg zat ditambah dengan 3 ml N NaOH, 2 tetes larutan klium heksasianoferat ( III ) 5% yang dibuat segar, dan 5 ml isobutanol-(1), kemudian dikocok kuat kuat selama beberapa menit. Setelah terpisah, lapisan atas berfluorosensi biru ungu ( reaksi tiokrom )
2. Kepada

10 mg zat ditambahkan 1 ml Pb asetat dan 2 ml NaOH

kuning,pada pemanasanterbentuk endapan coklat-hitam (warna kuning juga dengan 3N NaOH tanpa penambahan Pb(II)asetat. Penentuan secara kuantitatif :
1. Hidroklorida, Titrasi : zat dilarutkan dalam 20 ml sama asetat dengan

pemansan lemah. Sesudah dingin, larutan direaksikan dengan 5 ml larutan raksa ( II ) asetat. Kemudian dititrasi dengan 0,05 N asam perklorat ( 1/40 mmol )sampai timbul warna biru : indikator 5 tetes larutan ungu kristal. E 1%1 cm dalam 0,1 N HCl; 415 pada 246 nm.
2.

Nitrat, Titrasi: zat dilarutkan dalam 100 ml asam asetat, kemudian dititrasi dengan 0, 05 N Asam Perklorat ( 1/40mmol ) sampai timbul warna hijau; indikator 2 tetes larutan naftol benzein E 1%1 cm dalam 0,1 N H 2SO4 ;250 pada 247 nm.

2. Vitamin B2

gambar struktur kimia Riboflavin ( Vit. B2) Vitamin B2 atau riboflavin ( 7,8-dimetil10-((2R,3R,4S)2,3,4,5-

tetrahidroksipentil) benzo [g] pteridina- 2,4 (3H,10H)- diona ) merupakan turunan dari alkohol yaitu ribitol, terdiri dari tiga cincin trisiklik bernama isoalloxazine. Riboflavin yang telah mengalami fosforilasi akan menjadi FMN ( flavin mononukleotida ) atau FAD ( flavin adenina dinukleotida ). FMN dan FAD berperan penting dalam reaksi redoks dalam tubuh karena FMN dan FAD merupakan kofaktor enzim dengan berikatan dengan enzim-enzim oksidoreduktase sebagai gugus prostetik. Sifat fisika Riboflavin adalah berupa bubuk kristal kuning jingga, rasa pahit, tidak larut dalam air, etanol, aseton, eter dan kloroform, larut dalam piridin dan dalam basa yang larut dalam air. Rotasi optik []20 - 110 sampai - 140, dapat meleleh pada suhu 280 - 285C. Riboflavin termasuk golongan analisis V Secara kimia dapat dilakukan pemeriksaan kualitatif :

1. Larutan 1 mg zat dalam 100 ml air berwarna kuning jingga pada cahaya

keluar dan berfluorosensi kuning hijau tua. Setelah ditambahkan beberapa tetes 3 N HCl atau 3 N NaOH fluorosensi ini akan menghilang. 2. Sejumlah 1 mg zat dituangi 1 ml larutan perak nitrat 5% beberapa menit kemudian terbentuk warna merah. Setelah dibiarkan beberapa lama, terbentuk endapan merah. 3. Sejumlah 10 mg zat dilarutkan dalam 5 ml asam sulfat pekat terbentuk larutan berwarna merah. Penentuan secara kuantitatif : E1% dalam air + asam asetat + natrium asetat : 790 pada 222 nm 860 pada 266 nm 277 pada 374 nm 323 pada 444 nm ( FE )

3. Vitamin B6 atau Piridoksin Hidroklorida

Piridoksin merupakan golongan senyawa alkohol. Sifat fisika Piridoksin hidroklorida adalah berupa bubuk kristal putih atau tidak berwarna, tidak berbau, rasa asam pahit. Kelarutannya dalam air 1 : 5 ( mudah larut air ), dalam etanol 1 : 100 ( sukar larut ), dalam aseton tidak larut, dalam eter tidak larut, dalam kloroform tidak larut. Titik leleh 210 C.

Piridoksin termasuk dalam golongan analisis V

Secara kimia dapat dilakukan pemeriksaan kualitatif : 1. Reaksi besi ( III ) klorida : warna merah 2. Ke dalam campuran 2 ml larutan asam sulfanilat terdiazotasi dan dalam 1 ml 3 N NaOH ditambahakan kira kira 5 mg zat ; larutan berwarna kuningtua sampai jingga. Kemudian tambahkan 2 ml 3 N asam asetat, warna berubah menjadi merah. 3. Ke dalam larutan 50 mg zat dalam 1 ml air ditambahkan 1 tetes larutan tembaga sulfat 2% dan 1 ml 3 N NaOH ; terbentuk warna biru ungu 4. Sejumlah 1 mg zat dilarutkan dalam 10 ml air. Ke dalam 1 ml larutan ini ditambahkan 1 ml larutan diklorkinonklorimida 0,04% dalam etanol mutlak dan 1 tetes lartan 6 N amoniak ; terbentuk warna biru. Kedalam 1 ml larutan lainnya ditambahkan larutan asam borat 3 %, 1 ml diklorkinon klorimida, dan 1 tetes larutan amoniak ; tidak timbul warna biru. Penentuan secara kuantitatif :
1. Titrasi : larutan zat dalam asetat [ tambahkan larutan raksa ( II ) asetat ]

dititrasi dengan 0,05 N asam perklorat ( 1/20 mmol ) sampai timbul warna biru ; indikator 3 tetes larutan ungu kristal 2. E 1%1 cm dalam air: 220 pada 254 nm 425 pada 324 nm

4. Vitamin C atau Asam Askorbat

Vitamin C Asam askorbat atau beberapa peneliti menyebutnya dengan asam heksuronat ( (5R)-

[(1S)-1,2-dihidroksetil]-3,4-dihidroksifuran-2(5H)-on

merupakan

golongan

alkohol yang berfungsi untuk memperkuat imunitas dalam tubuh. Sifat fisika asam askorbat adalah berupa bubuk kristal tak berwarna atau kuning, rasa asam, tidak berbau. Kelarutannya dalam air 1 : 4 ( sangat mudah larut ), dalam etanol 1 : 25 ( agak sukar larut ), dalam aseton tidak larut, dalam eter tidak larut, dalam kloroform tidak larut. Titik leleh ~190C. Rotasi jenis antara + 20,5 dan + 21,5. Asam askorbat termasuk dalam golongan analisis V Secara kimia dapat dilakukan pemeriksaan kualitatif :
1. Reaksi besi ( III ) klorida: terbentuk warna ungu pada pH 6 - 8,bila perlu

ditambahkan 1 ml larutan metanol piridin 10%


2. Larutan 5 mg zat dalam 5,0 ml air menghilangkan warna 10 ml pereaksi

Tillmans ( 50 mg 2,6 dikhlorofenol - indofenolnatrium dalam 100 ml air ). Demikian juga halnya dengan reduksi dalam keadaan dingin dari

larutan garam perak-amoniak, pereaksi Fehling, dan larutan kalium permanganat.

Penetapan secara kuantitatif : 1. Iodometri menurut FE 2.


2. E 1 cm1% dalam air; 580 pada 265 nm 3. Menurut FI 3, hal : 47

Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml yang berisi 250 ml larutan asam asetat P. Tutup labu, kocok secara mekanik selama 30 menit hingga tablet hancur sempurna. Encerkan dengan air secukupnya hingga 250,0 ml, campur. Masukkan sebagian larutan ke dalam labu pemusing, pusingkan hingga diperoleh beningan. Encerkan beningan dengan air bila perlu, hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 500 g asam askorbat, ke dalam labu erlenmeyer 50 ml. Tambahkan 5 ml larutan asam metafosfat asetat P dan titrasi dengan larutan baku dikhlorofenol indofenol P dan 15 ml air. Hitung jumlah asam askorbat dalam mg per larutan. Timbang dan serbukkan 20 tablet. Sejumlah serbuk yang ditimbang sesama setara dengan kurang lebih 50 mg asam askorbat, larutkan dalam 25 ml asam metafosfat P 20% b/v, encerkan dengan air secukupnya hingga warna merah jambu yang terjadi mantap selama 10 detik. Titrasi tidak boleh lebih dari 2 menit. Lakukan titrasi blank. Tiap satu ml larutan baku dikhlorofenol indofenol setara dengan 0,1 mg C6H6O6.

BAB III PENUTUP DAN KESIMPULAN 3.1. Kesimpulan Vitamin merupakan nutrien organik penting yang dibutuhkan dalam

jumlah kecil oleh tubuh untuk melakukan fungsi kimiawi. Vitamin B dalam tubuh berfungsi untuk menghasilkan energi dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein melalui fungsinya sebagai koenzim pada berbagai reaksi metabolik dan biokimia. Vitamin C berfungsi untuk memperkuat imunitas dalam tubuh Vitamin termasuk dalam golongan asam amino kwartener sehingga dalam penggolongan fraksi masuk dalam golongan V yaitu golongan yang tidak bisa diekstraksi. Identifikasi yang dapat dilakukan secara organoleptis dan untuk vitamin B2 ( Riboflavin ) dapat dilakukan pula fluorosensi menggunakan sinar UV. Reaksi penegasan yang dapat dilakukan pada sebagian besar adalah dengan menggunakan pemeriksaan secara kualitatif yaitu dengan cara penambahan reagen reagen tertentu. Secar kuatitatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan titrasi untuk Vitamin C ( Asam Askorbat ) dapat menggunakan titrasi Acidimetri. 3.2. Penutup Demikian portofolio ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan dapat meningkatkan pengetahuan kita mengenai identifikasi vitamin dan fungsinya dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA Auterhoff & Kovar, Identifikasi obat edisi 5, Jakarta Farmakope Indonesia Edisi III ISFI Jawa Barat, Cara Cepat identifikasi Obat, Bandung
http://id.wikipedia.org/wiki/Tiamina

Anda mungkin juga menyukai