Anda di halaman 1dari 6

Banda Aceh, 08 Juni 2011 Kepada Yang Mulia: Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara nomor

03/Pdt.G2011/PN -BNA. Pengadilan Negeri Banda Aceh JI. Cut Meutia No. 23 Banda Aceh 23242

Perihal: REPLIK dalam KONVENSI, serta JAWABAN dalam REKONVENSI DALAM KONVENSI Dalam EKSEPSI : 1) Menurut TERGUGAT II, Pengadilan Negeri Banda Aceh tidak berwenang mengadili karena perkara ini termasuk kedalam kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara. Menurut PENGGUGAT, perkara ini merupakan perkara perbuatan melawan hokum, maka Pengadilan Negeri Banda Aceh berwenang mengadili. Bahwa berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dinyatakan bahwa: Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut UndangUndang ini: 1. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata; 2. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum; 3. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan; 4. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana; 5. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang -undangan yang berlaku; 6. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia; 7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil pemilihan umum.

Dengan demikian, Eksepsi TERGUGAT II tentang kewenangan mengadili Pengadilan Negeri Banda Aceh haruslah ditolak.

2) Menurut TERGUGAT II, gugatan ini tidak memenuhi syarat. Menurut PENGGUGAT, gugatan ini sudah memenuhisyarat, yaitu PENGGUGAT mempunyai hak menuntut: i) Bahwa mengingat Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan pekerjaan PENGGUGAT sebagai seorang pengusaha dengan perusahaan bernama CV. Autotech, yang didirikan pada tahun 2008 berdasarkan Akte Notaris Lila Triana, SH Nomor 12 Tanggal 5 Maret 2008, maka PENGGUGAT merasa hak memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi telah dibatasi, karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan TERGUGAT II dengan cara tidak mengumuman secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh pada awal pelaksanaan tahun anggaran 2010, pada media internet , telah mengakibatkan PEGGUGAT kesulitan mengembangkan perusahaan;

ii) Bahwa mengingat Pasal 38 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan PENGGUGAT sebagai orang yang mempunyai kemampuan untuk mengikuti Pelelangan atau tender, berdasarkan bukti Sertifikat Ahli Pengadaan Nasional yang dikeluarkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), maka PENGGUGAT merasa hak untuk mendapat pekerjaan yang layak sesuai dengan bakat, kecakapan, dan kemampuan, telah dibatasi karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT II dengan cara tidak memasang pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa dengan metode pemilihan langsung yang dilaksanakan oleh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh tahun anggaran 2010, pada papan pengumuman resmi unt uk penerangan umum ; iii) Bahwa mengingat Pasal 10 dan Pasal 12 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, PENGGUGAT merasa hak untuk mengembangkan pribadi, memperoleh pendidikan, mencerdaskan diri, dan membentuk suatu keluarga serta meningkatkan kualitas hidup agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera, telah terbatasi, karena dibatasinya hak memperoleh informasi yang telah menyebabkan PENGGUGAT tidak mendapat pekerjaan yang layak, yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum yang dilakukan TERGUGAT II, dengan cara tidak mengumuman secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh pada awal pelaksanaan tahun anggaran 2010, pada media internet dan tidak memasang pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa dengan metode pemilihan langsung yang dilaksanakan oleh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh tahun anggaran 2010, pada papan pengumuman resmi untuk penerangan umum ; iv) Bahwa mengingat Pasal 16 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan kegiatan sosial PENGGUGAT sebagai Pendiri serta

Koordinator Lembaga Pengawasan Pelayanan Publik Seluruh Indonesia, maka PENGGUGAT merasa hak untuk melakukan pekerjaan sosial dan kebajikan, telah terbatasi, karena dibatasinya hak memperoleh informasi yang telah menyebabkan PENGGUGAT tidak mendapat pekerjaan yang layak, yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum yang dilakukan TERGUGAT II, dengan cara tidak mengumuman secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh pada awal pelaksanaan tahun anggaran 2010, pada media internet dan tidak memasang pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa dengan metode pemilihan langsung yang dilaksanakan oleh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh tahun anggaran 2010, pada papan pengumuman resmi untuk penerangan umum ; Hubungan Hukum dan Sengketa Hukumnya Cukup Jelas Hubungan hukum adalah hubungan yang didalamnya melekat hak pada salah satu pihak dan melekat kewajiban pada pihak lainnya. Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang artinya hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum. Pengingkaran terhadap hubungan-hubungan tersebut menimbulkan akibat hukum. Pasal pertama dari Buku III undang-undang menyebutkan tentang terjadinya perikatan-perikatan dan mengemukakan bahwa perikatan-perikatan timbul dari persetujuan atau undang -undang. Pasal 1233: Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, baik karena undang-undang . Perikatan yang berasal dari undang-undang dibagi lagi menjadi undang-undang saja dan undang-undang dan perbuatan manusia. Hal ini tergambar dalam Pasal 1352 KUH Perdata : Perikatan yang dilahirkan dari undang-undang, timbul dari undangundang saja (uit de wet allen) atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang (uit wet ten gevolge van smensen toedoen). Berdasarkan penjelasan diatas, maka menjadi jelas bahwa ada hubungan hukum ataupun perikatan antara PENGGUGAT dengan PARA TERGUGA T, yaitu hubungan hukum atau perikatan yang terjadi atau dilahirkan oleh undang-undang. Dengan tidak dilaksanakan suatu perintah undang -undang oleh TERGUGAT II, artinya telah terjadi pengingkaran terhadap hubungan-hubungan tersebut sehingga menimbulkan akibat hukum atau sengketa hukum. Dasar Hukumnya Cukup Jelas i) Bahwa PENGGUGAT mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Banda Aceh melalui mekanisme pertanggung jawaban perdata berdasarkan Pasal 17

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, yang menentukan, Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuaidengan hukum acara yang menjamin pemerikasaan yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar; ii) Bahwa PENGGUGAT mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Banda Aceh melalui mekanisme pertanggung jawaban perdata berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), yang menentukan, Setiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut; iii) Bahwa PENGGUGAT mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Banda Aceh melalui mekanisme pertanggung jawaban perdata berdasarkan Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang menentukan, majikan-majikan dan mereka yang mengangkat o rangorang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan pelayan atau Bawahan-bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang -orang ini dipakainya; Dengan demikian, Eksepsi TERGUGAT II tentang gugatan tidak memenuhi syarat haruslah ditolak. 3) Menurut TERGUGAT I, identitas PENGGUGAT tidak jelas karena memiliki identitas ganda yaitu sebagai Direktur CV. Autotech dan sebagai Pendiri serta Koordinator Lembaga Pengawasan Pelayanan Publik Seluruh Indonesia . Menurut PENGGUGAT, berdasarkan pasal 8 ayat (3) RV), Persona standi on judicio adalah Identitas para pihak yang meliputi nama, pekerjaan, alamat, kewarganegaraan. Dalam surat gugatan, identitas tersebut telah tercantum dengan cukup jelas, yaitu: Hendri, SKed, lahir di Aceh Besar, tanggal 17 November 1977, bertempat tinggal di Jalan Cendana Utama Gampong Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh, pekerjaan wiraswasta dengan jabatan direktur CV. Autotech, dan Pendiri serta Koordinator Lembaga Pengawasan Pelayanan Publik Seluruh Indonesia, untuk selanjutnya disebut PENGGUGAT Dengan demikian, Eksepsi TERGUGAT I tentang tidak jelas identitas PENGGUGAT haruslah ditolak.

4) Menurut TERGUGAT I, gugatan PENGGUGAT tidak jelas/kabur Menurut PENGGUGAT, materi gugatannya telah memenuhi persyaratan formal gugatan, sangat jelas uraian serta dalil-dalil yang dijadikan sebagai dasar gugatan, serta tidak bertentangan satu dengan yang lainnya. Mengenai tidak dijelaskan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT I, akan tetapi TERGUGAT I hanya dimintakan tanggung jawabnya terhadap perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT II, karena TERGUGAT I merupakan atasan atau pimpinan dari TERGUGAT II, hal itu telah sesuai dengan Pasal 1367 Kitab Undang -Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang menentukan, majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang -orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau Bawahan-bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang -orang ini dipakainya; Dengan demikian, Eksepsi TERGUGAT I tentang gugatan tidak jelas/kabur haruslah ditolak. 5) Menurut TERGUGAT I, gugatan Error in Persona. Menurut PENGGUGAT, kapasitas TERGUGAT I cukup jelas, yaitu i) Bahwa berdasarkan Pasal 18 Ayat (4) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, TERGUGAT I adalah kepala pemerintahan daerah propinsi yang dipilih secara demokratis; ii) Bahwa berdasarkan Pasal 1 Poin (7) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh, TERGUGAT I adalah Kepala Pemerintah Aceh yang dipilih melalui suatu proses demokratis yang dilakukan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil; iii) Bahwa berdasarkan Pasal 4 Ayat (3) Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Keuangan Aceh, TERGUGAT I selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Aceh yang telah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada TERGUGAT II selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang; Dengan demikian, Eksepsi TERGUGAT II tentang gugatan Error in Persona haruslah ditolak.

DALAM REKONVENSI Dalam POKOK PERKARA Menurut TERGUGAT I seperti disebutkan dalam gugatan rekompensi bahwa: 1) TERGUGAT I tidak ada hubungan apapun dengan proses tender namun PENGGUGAGAT mengait-ngaitkan tanggung jawab kepada TERGUGAT I, akibatnya TERGUGAT I menjadi terbebani karena perkara tersebut 2) diluar persidangan telah terjadi pemberitaan di media Harian Aceh Online pada edisi 2 Maret 2011 bahwa PENGGUGAT telah menuduh TERGUGAT I tidak mengumumkan proyek [enunjukan langsung yang dikelola oleh Dinas BMCK Aceh melaui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum. Padahal tender tersebut bukan kewenangan PENGGUGAT I, maka TERGUGAT I merasa telah mencemarkan nama baiknya 3) karena bertambahnya beban akibat gugatan PENGGUGAT dan karena merasa telah mencemarkan nama baiknya karena pemberitaan media maka TERGUGAT I menuntut ganti kerugian. Menurut PENGGUGAT: 1) Sesuai dengan Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), beban yang terima TERGUGAT I merupakan beban tanggungjawab sesuai dengan jabatannya, seperti yang telah ditentukan oleh undang -undang. Atas beban jabatan tersebut, tidak sepantasnya TERGUGAT I mengeluh dan menyalahkan PENGGUGAT. 2) Mengenai kerugian akibat pemberitaan media, tidak seharusnya TERGUGAT I menyalahkan PENGGUGAT. Bila TERGUGAT I merasa dirugikan akibat berita tersebut maka TERGUGAT I dapat menggunakan hak-haknya sesuai dengan ketentuan undangundang.Gugatan rekonvensi terhadap PENGGUGAT akibat berita dari media massa tersebut merupakan bentuk pembungkaman PENGUASA terhadap KRITIK dari masyarakatnya 3) Berdasarkan penjelasan diatas maka gugatan rekonvensi TERGUGAT I haruslah ditolak. Atau apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil adilnya (ex aequo et bono). Hormat Pemohon

Hendri, SKed

Anda mungkin juga menyukai