Anda di halaman 1dari 2

Sepak Bola danKebangsaan Kita

Oleh:Velix V.Wanggai

Aktivitas olah raga sepak bola dapat dimaknai menjadi berbagai keperluan. Tentu saja melalui olah raga sepak bola kesehatan menjadi terjaga, sepak bola adalah tontonan yang menghibur serta menjadi wahana untuk berprestasi, dan bahkan sepak bola juga menjadi sarana untuk merekatkan hubungan social kemasyarakatan, tidaksaja di Indonesia namun bias merambah keberbagai bagian dunia lainnya. Saat ini, sepak bola menjadi sarana universal yang menghubungkan dan mempersatukan umat manusia. Sepak bola, dengan demikian dapat dikatakan, merupakan salah satu institusi budaya yang membentuk dan merekatkan berbagai identitas nasional masyarakat dunia. Di banyaknegara, sepak bola bahkan telah secara nyata menunjukkan kemampuannya untuk mengangkat harkat, martabat, serta kebanggaan bangsa dan negara. Untuk itu, sepak bola dapat diupayakan untuk memberikan sumbangan yang nyata dan efektif dalam membangkitkan dan memelihara semangat kebangsaan dan nasionalisme. Dalam hubungan antar negara yang kerap mengalami kekakuan hubungan diplomatis-formal, sepak bola dapat menjadi sarana cultural untuk mempererat hubungan antarwarga dari dua negara. Sisi nasionalisme dalam sepak bola Indonesia terpancar saat euphoria dukungan masyarakat Indonesia kepada Tim nasional pada event AFF, Desember 2010. Publik pemerhati sepakbola Indonesia dibuat kagum dan terpesona akan semangat nasionalisme dua sosok pemain naturalisasi, Christian Gonzales yang mencium logo Garuda di kaosnya, dan Irfan Bachdim yang terlihat fasih menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sepak bola mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan konteks perjuangan bangsa yang menumbuhkan nasionalisme dan sikap bela tanah air. Sepak bola juga menjadi bagian dari pencarian dan pengokohan identitas kebangsaan. Indonesia dengan 230 juta penduduk tentunya memiliki potensi besar untuk mengolah dan menjadikan sepak bola sebagai bagian dari unsure pengikat identitas kebangsaan yang lebih kokoh. Melekat dengan nilai dan semangat kebangsaan dalam sepak bola, kita perlu pula mengimbanginya dengan prestasi yang membangggakan. Berbagai langkah pembinaan dan fasilitasi telah dilakukan pemerintah. Tak urung, bahkan Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono menugaskan Menteri Pemuda dan Olah Raga untuk dapat memfasilitasi naturalisasi pemain yang berketurunan Indonesia untuk berkecimpung dalam persepakbolaan nasional.

Karakter sepak bola yang mampu menembus batas negara maupun budaya telah membawa sebagian dari talenta-talenta muda yang tersebar di berbagai negara Eropa untuk kembali ke Indonesia. Para pemain sepak bola yang memiliki darah Indonesia merasa perlu dan bangga untuk bias membela Timnas Indonesia yang saat ini sedang terpuruk. Dikalangan publik pemerhati sepak bola saat ini, aspirasi yang berkembang saat ini adalah keinginan untuk melakukan reformasi persepakbolaan nasional. Di sisi lain, pada saat yang sama kita juga dirisaukan oleh berbagai gejala yang menunjukkan makin merosotnya semangat kebersamaan, menggejalanya anarkhi kelompok pendukung sepak bola berbasis kelompok dan cenderung mengarah pada semangat kedaerahan yang sempit. Melihat gejala ini, semangat dan prinsip kolektivitas, kebangsaan dan nasionalisme nampaknya menjadi hal yang krusial untuk direvitalisasi dan direaktualisasikan dalam sportivitas sepak bola di tanah air. Seluruh stake holder sepak bola nasional perlu menyadari dan menetapkan komitmen untuk membangun karakter bangsa melalui peningkatan sportivitas pelaku sepak

bola nasional. Tentu saja perlu dilakukan upaya yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menjadikan sepak bola sebagai bagian dari alat pemersatu bangsa.

Organisasi sebaga ialat Tantangan utama yang dihadapi oleh PSSI saat ini adalah semakin melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap PSSI. Kondisi ini semakin diperburuk dengan pelaksanaan kompetisi yang kurang bermutu akibat kualitas sebagian besar pemain yang kurang baik, sarana dan prasarana yang tidak memadai, kinerja perangkat pertandingan yang kurang kompeten dan minimnya pembinaan usia dini serta usia muda dalam program yang berkelanjutan. Hal ini berdampak pada meningkatnya potensi kekerasan baik yang dilakukan oleh pemain maupun supporter sehingga prestasi sepak bola nasional tidak berkembang, bila tidak dapat dikatakan menurun. Dampak ini mengerucut pada keinginan untuk melakukan reformasi terhadap organisasi dan kepengurusan PSSI saat ini. Untuk mewujudkan sepak bola Indonesia yang professional dan berprestasi di tingkat regional Asia sekaligus sebagai sarana untuk membangun karakter bangsa, maka mutlak diperlukan upaya untuk menciptakan iklim sepak bola nasional yang kondusif dan menjadi alat pemersatu bangsa. Upaya ini perlu dilakukan secara sinergis dengan upaya strategis lainnya untuk menjadikan sepak bola sebagai industry hiburan yang dapat dinikmati masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai