Anda di halaman 1dari 25

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang. Sekolah Dasar Negeri No 64/I Muara Bulian terletak di ibu kota kecamatan

Muara Bulian. Gedung sekolah tersebut terdiri 11 ruang kelas dan 1 ruang kantor serta memiliki 1 perpustakaan. Mereka berasal dari keluarga yang ekonominya menengah keatas dengan mata pencaharian orang tua sebagai PNS, polisi dan ada juga wiraswasta. Siswa kelas 1C SDN No. 64 / I Muara Bulian dngan jumlah siswa sebanyak 25 orang, laki laki sebanyak 12 orang dan perempuan sebanyak 13 orang melaksanakan kegiatan belajar didalam ruang kelas yang berukuran luas 8 M x 8 M. Dengan sarana dan prasaran yang memadai, diantaranya mereka menggunakan penunjang lainnya seperti bangku belajar kondisinya cukup baik. Dengan sarana dan prasarana yang ada, guru selalu berusaha membelajarkan siswa menjadi siswa yang aktif, guru menerapkan metode belajar sambil bermain untuk meningkatkan daya fikir siswa. Guru mengajar dengan menggunakan panduan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), buku paket yang sesuai dengan kurikulum dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dan disepakati bersama dalam satu gugus KKG (Kelompok Kerja Guru). Namun, usaha yang dilakukan belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dipengaruhi oleh daya tangkap siswa dalam belajar masih rendah, juga dipengaruhi adanya perbedaan cara belajar siswa. 6 orang siswa masih tergantung pada apa yang diberikan guru dan 2 orang siswa yang lain lebih suka belajar dalam bentuk permainan. Cara belajar siswa lebih mengarah pada konsep mengingat penjelasan guru dari pada menemukan sendiri dalam belajar. Siswa lebih suka mengerjakan latihan yang ada pada buku paket dari pada menjawab pertanyaan secara lisan. Dengan adanya perbedaan cara belajar siswa, sering timbul beberapa masalah yang dihadapi guru ketika kegiatan belajar berlangsung. Beberapa di antaranya adalah 3 orang siswa ada yang suka bermain pada saat belajar, 2 orang siswa suka mengganggu teman nya d saat pelajaran berlangsung, 2 orang siswa sering keluar alat peraga yang lengkap serta buku paket yang jumlahnya sebanyak jumlah siswa. Selain itu, sarana

masuk di saat jam pelajaran, siswa menggunakan bahasa daerah dalam belajar, dan 3 orang siswa sulit memahami materi matematika yang dijelaskan oleh guru. Dari beberapa permasalahan yang ada, terdapat satu permasalahan yang paling utama yaitu terdapat 6 orang siswa kelas IC yang sulit memahami materi pelajaran matematika yang dijelaskan oleh guru khususnya materi penjumlahan dan pengurangan. Hal ini terlihat pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Dengan ciri-cirinya yaitu: siswa mengerjakan soal latihan tidak mengikuti petunjuk yang dijelaskan oleh guru, siswa menyembunyikan hasil kerjanya ketika guru mendekatinya, kebiasaan siswa mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah dan siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.. Dari ciri-ciri tersebut diketahui beberapa penyebabnya antara lain: siswa tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pelajaran, guru tidak menggunakan media, kurang bersemangatnya dalam belajar, siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika, dan daya tangkap 3 orang siswa tersebut rendah. Setelah di lakukan pengamatan, maka cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan pengarahan atau pendekatan individual, memberikan latihan tambahan, menggunakan media yang menarik, memberikan penguatan atau motivasi bahwa belajar matematika itu tidak sulit, dan menggunakan metode pembelajaran permainan dan menggunakan alat peraga yang menarik. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam mengerjakan latihanlatihan yang diberikan oleh guru dan teman sekelas. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Peranan Media Gambar Dalam Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa Kelas 1c SDN NO. 64/1 Muara Bulian Pada Pembelajaran Matematika..

1.2.

Rumusan masalah Bagai mana meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas 1c SDN No. 64/1 Muara Bulian dengan menggunakan media gambar pada pembelajaran Matematika.

1.3

Manfaat penelitian Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi guru dapat bermanfaat sebagai bahan masukan terhadap bidang


study Matematika dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga gambar pada pokok bahasan.

2. Bagi siswa yaitu dapat meningkatkan motivasi, kualitas serta prestasi


belajar siswa.

3. Bagi sekolah dapat meningkatkan prestasi sekolah dengan mutu yang


lebih baik.

1.4

Tujuan penelitian Mengacu terhadap masalah yang telah di rumuskan dari latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas 1c SDN No. 64/1 Muara Bulian dengan menggunakan media gambar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Proses Belajar Matematika. Kata Matematika ini berasal dari Maithema dalam bahasa yunaniyang berarti

sains, ilmu pengetahuan , atau belajar juga Mathematikas yang di artikan sebagai suka belajar. Setelah Matematika menjadi salah satu program pendidikan,Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, pengurangan. Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, dan lain sebagainya. Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali, bagi, tambah dan kurang. Sementara itu cabang matematka yang diberikan di sekolah menengah pertma adalah aljabar dan geometri bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang. Geometri ruang tidak diajarkan serempak dengan geometri ruang, geomerti lukis adalah ilmu yang kurang banyak diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak dikalangan siswa. kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh,

2.1.1. Karakteristik Matematika Tradisional


Dalam matematika traditional, guru merupakan atau dianggap sebagai gudang ilmu, guru bertindak otoriter, guru mendominasi kelas dengan kata lain guru mendominasi pembelajaran dan senantiasa menjawab dengan segera terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa. guru memberikan contoh-contoh soal. Sedangkan murid harus duduk rapi mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara si guru menyelesaikan soal-soal. Murid bertindak pasif. Murid-murid yang dapat dengan baik meniru cara-cara yang diberikan oleh guru itulah yang dianggap berhasil dalam belajar. Murid-murid pada umumnya kurang diberi kesempatan untuk berinisiatif, mencari jawaban sendiri, menyelesaikan tugas yang di berikan. Murid-murid umumnya dihadapkan kepada pertanyaan bagaimana menyelesaikan soal tetapi bukan kepada mengapa kita dapat melakukan langkah-langkah demikian. Jadi pada metode mengajarkan matematika traditional terutama

berorientasi kepada dunia guru. Guru-guru yang baik ialah guru yang dapat mengajarkan program yang sudah tetap dengan baik. Dengan kata lain, karakteristik matematika tradisional, yaitu: 1. Matematika tradisional mengutamakan keterampilan berhitung dan hafalan. 2. Penggunaan bahasa dan istilah dalam matematika tradisional sederhana. 3. Matematika tradisional menggunakan konsep-konsep lama.

2.1.2

Kelemahan Matematika Tradisional

Perubahan program matematika tradisional ke matematika modern ialah dalam cara mengajarkannya (metodologinya) dan penambahan materi baru. Metode mengajarkan matematika modern yaitu minat murid, kemampuan murid, metode menemukan sendiri harus diperhatikan. Dalam matematika modern terdapat materimateri baru yang pada matematika tradisional tidak ada atau kurang mendapat penekanan.

Dalam metode baru, kita mengubah dari situasi guru mengajar kepada situasi anak-anak belajar, dari pengalaman guru kepada pengalaman murid, dari dunia guru kepada dunia murid. Mengorganisir sekolah bukan untuk kita mengajar tetapi untuk anak-anak belajar. Guru yang modern ialah orang yang mengayom proses belajar anak. Ia menempatkan anak-anak kepada pusat kegiatan belajar, membantu dan mendorong anak-anak untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawaban-jawaban persoalan. Ilmu hitung tradisional dirasakan ilmu yang mati dan kaku, membosankan. Bila kita dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman alamiah anak untuk mengembangkan konsep-konsep matematika tentang bilangan, penjumlahan dan pengukuran di samping memelihara keterampilan yang diperlukan, maka anak-anak akan menyenangi matematika karena relevan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka akan menyadari kegunaan dan indahnya matematika karena dapat mereka pakai sebagai alat komunikasi berfikir. Mereka akan menyadari bahwa kegiatan dalam matematika dapat dipakai oleh hampir semua kegiatan-kegiatan, apakah itu ilmu sosial, musik atau pelajaran lain. Jadi, Masalah-masalah yang dihadapi matematika tradisional, yaitu: 1. Matematika tradisional mengutamakan keterampilan berhitung dan hafalan daripada pengertian. Dalam matematika modern selain mereka harus tahu berbuat demikian, yang lebih penting harus tahu mengapa mereka boleh berbuat demikian. 2. Penggunaan bahasa dan istilah dalam matematika traditional belum tepat. Matematika tradisional masih menggunakan konsep-konsep lama, padahal matematika selalu tumbuh dan berkembang sehingga konsep-konsep lama tidak begitu digunakan lagi karena sudah ada konsep baru yang jauh lebih baik.

2.1.3

Matematika Modern

Dalam metode matematika modern, guru mengajarkan siswanya dengan cara guru menempatkan siswa sebagai pusat kegiatan belajar, membantu dan mendorong siswa untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawaban-jawaban persoalan.

Adapun tujuan dari mengajarkan matematika modern agar siswa dapat belajar berpartisipasi aktif dan kreatif, yaitu; 1. Agar siswa diberikan kesempatan berfikir bebas 2. Agar siswa diberi kesempatan untuk mencari aturan-aturan, pola-pola 3. Agar siswa memperoleh latihan-latihan keterampilan yang diperlukan. Dalam pengajaran matematika modern berhasil tidaknya pengajaran ditentukan dengan beberapa faktor yaitu; a.)menyeleksi murid-murid, karena kemampuan siswa berbeda-beda meskipun umurnya sama, b.) kurikulum yang baik, c.) cara mengajar, karena guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan siswa selain menguasai metode mengajar guru juga harus memiliki penguasaan yang luas dalam bidangnya, d.) bimbingan dan penyuluhan yang lebih baik, dan e.) evaluasi hasil belajar yang lebih baik. Dalam matematika, pendekatan dedukitif merupakan pendekatan penyajian materi dari materi yang sifatnya umum menuju materi yang sifatnya khusus. Pendekatan induktif merupakan pendekatan dari hal-hal yang bersifat khusus menuju hal-hal yang bersifat umum.

2.1.4

Kelebihan Matematika Modern Dibandingkan dnegan Matematika

Tradisional pada Zamannya. Matematika modern banyak ditentang Matematika modern memiliki beberapa keunggulan daripada matematika tradisional dalam proses belajar mengajar dikelas, Perbedaan matematika modern dengan matematika tradisional yaitu; 1. matematika modern lebih mengutamakan pengertian kepada

keterampilan berhitung dan hapalan, 2. dasar dari matematika modern adalah teori himpunan, 3. matematika modern lebih mengutamakan penggunaan bahasa dan istilah yang lebih tepat, 4. matematika modern menggunakan konsep baru,

5. matematika

modern

menekankan

kepada

mempelajari

struktur

matematika secara keseluruhan, dan 6. metode mengajar yang digunakan adalah metode modern.

2.1.5

Kelemahan Matematika Modern

oleh beberapa ahli matematika. Diantara penentang itu misalnya adalah Prof. Moris Kline, yang dengan tegas mengatakan bahwa matematika modern pada dasarnya memiliki banyak kelemahan-kelemahan, misalnya: 1. Matematika modern (New Math) terlampau deduktif, maksudnya adalah bahwa dalam struktur atau sistematika, matematika modern terlalu banyak yang diawali dengan aksioma atau postulat atau aturan yang bersifat yang kemudian diambil contoh-contoh dan soal-soalnya. 2. Matematika modern kurang bersifat kongkret. Siswa sulit memahaminya klarena siswa pada umumnya memerlukan konsep yang dapat ditarik pada dua kongkret. 3. Matematika modern dianggap kurang ada hubungan dengan bidang studi yang lain. Bagaimana penerapan matematika pada ilmu-ilmu lain kurang mendapat perhatian. Akibatnya tidak mengetahui bagaimana kedudukan antara matematika dengan bidang studi lain. 4. Kline juga menyebutkan bahwa matematika modern terlalu banyak mengandung topik-topik yang kurang berfaedah, misalnya topik sistem bilangan kurang ada gunannya. 5. Masalah lain seperti juga dialami oleh masyarakat di negara kita adalah adanya keluhan yang muncul dari pihak keluarga. Mereka hampir sepakat berpendapat bahwa mereka tak mampu memberi bantuan dalam hal belajar matematika pada anak-anaknya, karena apa yang sedang dipelajari anaknya itu sama sekali tidak dikenal oleh mereka dan tak pernah mereka temui disepanjang saat-saat belajar disepanjang sekolah. 6. Matematika modern nampaknya sangat membantu bagi anak yang tergolong pandai sedangkan untuk anak-anak yang lemah semakin terseret dan amat lemah dalam kemampuan berhitung. Keadaan ini mengakibatkan munculnya ketidak seimbangan antara penemuan,

struktur, bahasa atau notasi yang akurat disatu pihak dengan keterampilan dasar dipihak lain. 7. Pengajaran matematika modern dinilai kurang memperhatikan kemampuan dasar, khususnya dalam operasi hitung pada aritmetika, sebagai akibat terlalu berorientasi pada struktur, analisis, dan kealuratan notasi dan bahasa. Misalnya seorang anak mengerti bahwa 9 + 8 = 8 + 9 (sifat komutatif padap penjumlahan) tetapi bila ditanya berapa hasli penjumlahan dari 9 + 8 anak tersebut tidak tahu. Hal-hal seperti ini jangan sampai terjadi. Beberapa masalah dari matematika modern adalah masalah topik-topik dan masalah metodologi, masalah-masalah tersebut sebagai berikut: 1. Masalah topik-topik, dalam matematika modern untuk sekolah dasar hingga sekolah menengah terdapat topik-topik baru yang pada matematika tradisional tidak ada (kurang mendapat) penekanan. Padahal, topik-topik tersebut merupakan topik-topik baru di sekolah dasar dan sekolah menengah, sehingga orang mengambil kesimpulan bahwa matematika yang diberikan tersebut adalah matematika baru.

2. Masalah metodologi, dalam mengajar seorang guru membutuhkan metodologi modern karena selain itu guru juga harus memperhatikan minat siswa, kemampuan siswa, dan metode siswa menemukan sendiri. 2.2 kerangka berfikir. Berdasarkan uraian di atas maka terdapat secara teori hubungan langsung sebab akibat antara variabel dipenden dan variabel independent. Semakin baik dan menarik media pembelajaran dan metode pembelajaran maka akan di perkirakan semakin baik motivasi siswa dalam belajar. Seperti yang di gambarkan dalam diagram berikut ini.

Pemahaman siswa rendah

Motivasi Fasilitas Guru Sumber belajar Perhatian siswa lingkungan

Media Pembelajaran dan Manajemen kelas. Pemahaman siswa membaik

2.3. hipotesis Tindakan. Berdasarkan uraian dan teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut : konsentrsi siswa selama penyajian guru akan manyajikan meteri dengan menggunakan media yang menarik dan metode pembelajaran permainan.

BAB III Metode Penelitian

3.1

Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri No. 64/I Muara bulian.Subjek penelitian adalah siswa kelas 1c berjumlah 24 orang,13 siswa laki laki dan 11 siswa perempuan.Siswa kelas 1c berumur rata rata 6 tahun.Siswa kelas 1c memiliki kecerdasan menengah dengan nilai rata rata 6,5 untuk pelajaran Matematika. Siswa kelas 1c berasal dari keluarga menengah ke atas.

3.2

Prosedur Penelitian. Penelitian tingkat ini akan dilaksanakan selama III siklus.Setiap siklus terdiri dari empat fase : perencanaan , pelaksanaan , observasi dan refleksi.

3.2.1

Perencanaan. Dalam tahap perencanaan peneliti melakukan enam kegiatan utama : meneliti kelas untuk menentukan dan merumuskan masalah,membuat RPP tindakan,membuat lembar observasi,menentukan jadwal penelitian,membuat matrik metodologi penelitian. a. Meneliti Kelas Dalam tahap meneliti kelas ini , ditemukan masalah yaitu rendahnya pemahaman siswa kelas 1C SDN No 64 /1 Muara Bulian.Dengan ciri ciri dari masalah tersebut adalah 50 % tugas dan latihan tidak dikerjakan oleh siswa , pada saat mengerjakan tugas siswa mencontek pekerjaan temannya , nilai ulangan siswa di bawah criteria ketuntasan minimal ( KKM ), siswa kurang bersemangat dalam belajar , siswa sering rebut dan mengganggu temannya.Penyebab dari masalah tersebut adalah dari guru dan siswa , guru tidak menggunakan media pada saat mengajar , siswa kurang motivasi dalam belajar , siswa kurang memperhatikan saat guru menerangkan.

b. Menentukan tindakan a) b) Memberikan apersepsi dan motivasi Membagi kelompok siswa Menerangkan materi pelajaran pada pokok bahasan penjumlahan

c)

dan pengurangan dengan menggunakan media gambar. d) e) Memberikan soal-soal latihan Mengadakan ulangan harian

f) Menyimpulkan mata pelajaran g) Memberikan tugas rumah (PR)

c. Membuat RPP tindakan Dalam membuat RPP tindkan akan berlangsung selama tiga siklus (rincian terlampir). d. Membuat lembar observasi Masalah yang diteliti adalah pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran Matematika.Pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran Matematika akan dilihat dalam factor , (1) menjawab pertanyaan guru , (2) hasil kerja siwa mengerjakan latihan tertulis , (3) kemampuan siswa menyimpulkan , (4) hasil ulangan harian , ulangan formatif. N o 1 2 3 4 5 6 NAMA Putri yusi wardana Firman Indriani lupitasari Hadit saputra R. syahid Rana julisa. Faktor yang di observasi 1 2 3 4 D D E E D E D E D D D D D D D D D D E D D D D E

Keterangan : A = 80 100 B = 70 79 C = 60 69 D = 50 59 E = 0 > 49

e. Membuat Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 1C SD Negeri No 64/I Muara Bulian tahun ajaran 2009/2010, dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam Materi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan media gambar pada :

N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jadwal penelitian 1 Penyusuan proposal Seminar proposal Proses perbaikan proposal Pelaksanaan PTK Penentuan skripsi &perbaian skripsi Pendaftaran ujian skripsi Ujian skripsi Penggandaan dan pengadaan skripsi

Bulan 2 3

f. Membuat matrik penelitian.

Matrik Metode Penelitian Judul : Nama peneliti :

N o 1

Rumusan Masalah Apakah media gambar dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa kelas 1 C SDN NO.64/1 Muara Bulian.

Variabel yang diamati Pemahama n siswa

Defenisi Instru men tes operasio nal variabel Meningk atkan pemaha man siswa. Sumber data Siswa kelas 64/1 Muara Bulian. 1C SDN NO. Cara pengambilan data tes analisis

3.2.2 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas tiga siklus, siklus pertama dilaksanakan satu kali pertemuan 2 x 35 menit pada saat pembelajaran penjunlahan sampai 20. Siklus kedua satu kali pertemuan 2 x 35 menit pada pembelajaran pengurangan sampai 20. Siklus ketiga dilaksanakan satu kali pertemuan pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan sampai 20 dengan memberikan soal latihan.

3.2.3 Observasi a. Teknik Observasi

Observasi yang dipakai adalah observasi terfokus.observasi ini ditujukan untuk mengamati aspek aspek tertentu dari pembelajaran. b. Tujuan observasi. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah endahnya pemahaman siswa. c. Prosedur observasi. 1. pertemuan pendahuluan. Yaitu sebelum observasi berlangsung. 2. Pelaksanaan observasi. Pada minggu ke 2 , 3 , 4 pada saat penelitian. 3. Diskusi balikan. Setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir 3.2.4 Refleksi Refleksi hasil dari tindakan akan diperoleh setelah dilakukan pengukuran terhadap proses maupun hasil dan tindakan. Dari hasil pengukuran itu diperoleh suatu gambaran tentang seberapa besar pengaruh tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa khususnya dalam materipenjumlahan dan pengurangan. Selain itu kita dapat menemukan kekurangan-kekurangan kita dalam melakukan tindakan.Dan kita menjadi tahu apa yang harus dipertahankan dan ditingkatkan. Dan nanti akan dilanjutkan pada siklus kedua, sampai memperoleh hasil yang maksimal dari upaya untuk meningkatakan pemahaman siswa.

Lampiran RPP.

Rencana pelaksanaan pembelajaran.


Tema Kelas / semester : Diri sandiri. : 1 / 1 ( ganjil ).

Alokasi waktu : 2x 20 menit.

I.

Standar kompetensi. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangn sampai 20.

II.

Kompetensi dasar.

Menyelesaikan masalah yang terkait penjumlahan sampai dengan 20. III. Indikator Memecahkan masalah sehari hari yang terkait dengan penjumlahan sampai dengan 20. Memecahkan masalah sehari hari yang terkait dengan pengurangan sampai dengan 20. IV. Tujuan pembelajaran Siswa dapat memecahkan masalah sehari hari yang terkait penjumlahan dan pengurangan hasil sampai 20. V. Materi pokok Operasi hitung bilangan.

VI.

Metode pembelajaran.

Tanya jawab Demonstrasi.

VII.

Langkah langkah pembelajaran. A. kegiatan awal. Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar dan model alat peraga. Mengingatkan cara duduk yang baik ketika menulis dan membaca. Mengumpulkan tugas dan PR. B. Kegiatan inti. Guru menjelaskan tentang penjumlahan dan pengurangan.

Melalui pengalaman siswa dapat mengungkap contoh contoh kejadian sehari hari yang terkait penjumlahan dan pengurangan untuk mengungkapkan fakta matematika dalam kehidupan nyata. Siswa diminta mengerjakan latihan soal penjumlahan sampai 20. C. Kegiatan akhir Evaluasi. Kesimpulan. VIII. Bahan dan sumber alat. A. Buku : Buku erlangga kelas 1 SD.

IX.

Penilaian. 1. 2. tes tertulis. 3. tes perbuatan. tes lisan.

RPP TINDAKAN

Rencana pelaksanaan pembelajaran.


Tema Kelas / semester : Diri sandiri. : 1 / 1 ( ganjil ).

Alokasi waktu : 2x 20 menit.

I.

Standar kompetensi. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangn sampai 20.

II.

Kompetensi dasar. Menyelesaikan masalah yang terkait penjumlahan sampai dengan 20.

III.

Indikator Memecahkan masalah sehari hari yang terkait dengan penjumlahan sampai dengan 20. Memecahkan masalah sehari hari yang terkait dengan pengurangan sampai dengan 20.

IV.

Tujuan pembelajaran Siswa dapat memecahkan masalah sehari hari yang terkait penjumlahan dan pengurangan hasil sampai 20.

V.

Materi pokok Operasi hitung bilangan.

VI.

Metode pembelajaran.

Tanya jawab Demonstrasi. VII. Langkah langkah pembelajaran. A. kegiatan awal. Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar dan model alat peraga. Mengingatkan cara duduk yang baik ketika menulis dan membaca. Mengumpulkan tugas dan PR. B. Kegiatan inti.

Guru menjelaskan tentang penjumlahan dan pengurangan sampai

dengan 20 dengan menggunakan media gambar.

10

12 Guru

memberikan contoh

6 penjumlahan

= sampai 20

6 dengan

menggunakan media gambar.

13

Melalui pengalaman siswa dapat mengungkap contoh contoh kejadian sehari hari yang terkait penjumlahan dan pengurangan untuk mengungkapkan fakta matematika dalam kehidupan nyata. Siswa diminta mengerjakan latihan soal penjumlahan sampai 20. C. Kegiatan akhir Evaluasi. Siswa mengerjakan latihan. Kesimpulan. Guru menyimpulkan pembelajaran.

VIII.

Bahan dan sumber alat. B. Buku C. Media : Buku erlangga kelas 1 SD. : gambar.

IX.

Penilaian. Teknik tes. 1. tes lisan. 1.keberanian menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. 2. keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak pertanyaan. 2. tes tertulis. 1.pilihan ganda. 2. isian. 3. tes perbuatan. Bentuk tes. 1. objektif tes. 2. non objektif tes.

X. 1.

Lembar Observasi. Soal latihan :

2. + =

6 3.

8 4.

6 5.

12

..

Kunci jawaban : 1. .

= 11.

2. = 14.

3. = 16.

4.

18.

5 = 15..

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA KELAS I. C SDN NO. 64 / I MUARA BULIAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

OLEH : ELIZA KURNIA DEWI NIM. A12D108020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI
2009

Anda mungkin juga menyukai