Anda di halaman 1dari 6

Tugas AIK IV

Makna Warna Merah Dalam Film Merah Itu Cinta (Analisis Semiotik pada Film Merah Itu Cinta Karya Rako Prijanto)

Disusun Oleh: M. Nur Hefy Hardimansyah 05220256 / VI IKom Muttawasithin B2

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2008

BAB I Ciri-ciri Orang Bertaqwa Dalam Al-Quran


A. Ciri-ciri Orang yang Matang Islamnya "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orangorang yang men- jaga kemaluannya kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memeli- hara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalat. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi." (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10) Ilmu jiwa agama adalah suatu bidang disiplin ilmu yang berusaha mengeksplorasi perasaan dan pengalaman dalam kehidupan seseorang. 1. AL-QUR'AN Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang dikategorikan orang yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah AlMu'minun dan bagian akhir dari Surah Al-Furqan.

Mereka yang khusyu' shalatnya Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna Menunaikan zakat Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain) Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10) Merendahkan diri dan bertawadlu' Menghidupkan malamnya dengan bersujud (Qiyamullail) Selalu takut dan meminta ampunan agar terjauh dari jahanam

Membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak pula kikir Tidak menyekutukan allah, tidak membunuh, tidak berzina Suka bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia, memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa (QS. Al-Furqan : 63 - 67)

2.

AS-SUNNAH Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi seorang yang disebut muslim yaitu disebut muslim itu apabila muslim-muslim lain merasa aman dari lidah dan tangannya (HR. Muslim). Sementara ciri-ciri lain disebutkan cukup banyak bagi orang yang meningkatkan kualitas keimanannya. Sehingga tidak jarang Nabi SAW menganjurkan dengan cara peringatan, seperti : "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya hendaknya dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari). "Tidak beriman seseorang sampai tetangganya merasa aman dari gangguannya " (HR. Bukhari dan Muslim). "Tidak beriman seseorang kepada Allah sehingga dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada kecintaan lainnya..." (HR. Muslim). Dengan demikian petunjuk-petunjuk itu mengarahkan kepada seseorang yang beragama Islam agar dia menjaga lidah dan tangannya sehingga tidak mengganggu orang lain, demikian juga dia menghormati tetangganya, saudara sesama muslim dan sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dia berpedoman kepada petunjuk Al-Qur'an dan mengikuti contoh praktek Rasulullah SAW, sehingga dia betul-betul menjaga hubungan "hablum minallah " (hubungan vertikal) dan "hablum minannaas" (hubungan horizontal). Ciri bahwa orang yang keagamaannya matang adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu ada empat, menurut Ali r.a.

Mengamalkan isi Al-Qur'an Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas keimanan dan amal shaleh

Sedangkan Ibnul Qoyyim, ulama abad ke 7, menyebutkan 9 kriteria bagi orang yang matang beragama Islamnya.

Dia terbina keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah kualitasnya Dia terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah serta segala yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan diri untuk meraihnya

Dia terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah Al-Kauniyah (cipataan-Nya) dan Al-Qur'aniyah (firman-Nya). Dia terbina perasaannya sehingga segala ungkapan perasaan ditujukan kepada allah, senang atau benci, marah atau rela, semuanya karena Allah. Dia terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga kalau berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan berbagai akhlak mulia

Dia terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia harus memperhatikan lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan masyarakat baik intelektualitasnya, ekonominya, kegotang-royongannya, dan lainlain

Dia terbina keamuannya sehingga tidak mengumbar kemauannya ke arah yang distruktif tetapi justru diarahkan sesuai dengan kehendak Allah. Kemauan yang mendorongnya selalu beramal shaleh

Dia terbina kesehatan badannya karena itu dia memberikan hak-hak badan untuk ketaatan kepada Allah karena Rasulullah SAW bersabda : "Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah " (HR. Ahmad)

Dia terbina nafsu seksualnya yaitu diarahkan kepada perkawinan yang dihalalkan Allah SWT sehingga dapat menghasilkan keturunan yang shaleh dan bermanfaat bagi agama dan negara.

Telah kami ringkas dan kami paparkan kriteria untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana kematangan beragama Islam seseorang

B. Ciri-ciri Orang Bertaqwa Dalam awal surat Al Baqarah ayat 2-4, karakteristik orang yang bertakwa dan kaitannya dengan kewajiban berpuasa nampak jelas disebutkan. Ciri-ciri orang bertaqwa sebagai essensi berpuasa menurut al Quran adalah sebagai berikut: 1. Pertama, ciri orang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib (unseen matters). Nampaknya Tuhan memang mendesain puasa sebagai sarana latihan agar orangorang yang beriman bertambah kepercayaannya kepada yang ghaib. Dan pusat keghaiban adalah Tuhan itu sendiri. Dengan keimanan kepada adanya Dzat yang ghaib yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Memperhatikan segala gerak-gerik manusia, seseorang secara tidak langsung dilatih untuk selalu berbuat baik. Ketika berpuasa, setiap orang beriman sedang di latih untuk menghadirkan yang ghaib Tuhan dalam segala ruang dan waktu (omni presents). Bukankah seseorang yang sedang berpuasa tatkala menyendiri di ruangan kantor, kamar yang terkunci atau tempat lain yang tidak dilihat orang bisa saja makan, minum dan berpura-pura bahwa dia sedang berpuasa ketika dihadapan orang banyak. Dengan adanya kesadaran kehadiran yang ghaib atau Tuhan (God consciousness) dalam diri orang yang berpuasa, kecenderungan untuk berbuat curang atau berbohong akan terhindarkan, dan semangat untuk selalu berbuat yang terbaik akan tumbuh karena ada kontrol sosial yang melekat dalam dirinya. 2. Kedua, orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu mendirikan shalat. Karakter taqwa ini pun dalam bulan puasa sedang digembleng oleh Allah. Di bulan puasa umat Islam bukan hanya dilatih untuk menjalankan shalat yang sipatnya wajib, bahkan shalat yang sunnah seperti shalat malam (tarawih) sangat dianjurkan di bulan ini. Harapannya, setelah puasa, fungsi shalat sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari diluar ramadhan. 3. Karakteristik ketiga disebut orang bertaqwa adalah orang yang menafkahkan sebagian rizkinya. Di bulan ramadhan ini, anjuran untuk zakat, infaq dan shadaqah betul-betul ditekankah. Dengan menggandakan pahala yang berlipat-lipat, Allah sedang melatih keshalihan sosial seorang Muslim di bulan ramadhan. Dengan harapan kesadaran social menafkahkan harta untuk membantu fakir miskin terus dijalankan oleh orang Islam diluar ramadhan. 4. Keempat, disebut orang bertaqwa kalau seseorang mempercayai bahwa Allah telah menurunkan kitab suci kepada Muhammad (Al-Quran) dan kitab-kitab yang turun sebelum Rasul terakhir itu. Nampaknya Allah ingin melatih orang Islam di bulan ramadhan agar sadar akan adanya tuntunan hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Al-Quran. Membaca dan mempelajari al Quran sangat ditekankan di bulan ini. Kepercayaan akan adanya kitab sebelum rasul Muhammad, juga merupakan kepercayaan kepada yang ghaib. 5. Kelima, ciri orang bertaqwa yang disebut Al Quran adalah orang-orang yang mempercayai akan adanya hari akhirat. Ini berarti semakin menegaskan karakter pertama orang disebut taqwa yaitu percaya kepada yang ghaib. Bukankah kepercayaan adanya hari akhirat dan hari pembalasan juga termasuk kepercayaan kepada yang ghaib. Dengan keyakinan akan adanya hari akhirat, setiap Muslim diharapkan mempunyai semangat hidup yang optimis untuk selalu berbuat baik, dengan harapan memperoleh pula kebaikan ketika hidup kembali setelah kematian. Keimanan kepada hari akhirat juga mendorong manusia untuk optimis akan adanya

keadilan yang hakiki, yaitu keadilan Ilahi. Manusia yang mempunyai keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian, tidak akan mensia-siakan kesempatan yang diberikan kepadanya, dan kecenderungan untuk bunuh diri yang sepertinya menjadi trends dalam menghindar dari masalah kehidupan yang kompleks di tanah air bisa dikurangi. 6. Akhirnya, di bulan ramadhan ini umat Islam diharapkan mampu mengkaji kembali makna puasa, al Quran dan taqwa. Dengan harapan proses latihan yang dilaksanakan pada bulan ramadhan ini bisa terefleksi pada bulan-bulan lainnya di luar puasa. Karakteristik orang yang bertaqwa seperti disebutkan Al Quran mudah-mudahan bisa digapai oleh umat Islam melalui puasa tahun ini dan bisa diaplikasikan diluar ramadhan. Bukankah kriteria orang bertaqwa yang diberikan oleh Allah merupakan kriteria manusia sempurna yang bisa menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan kriteria yang disebutkan Allah itu tidak pernah salah? Wallahu alam.

Anda mungkin juga menyukai