Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Lingkungan masyarakat disekitar pantai bandengan adalah desa dengan profesi penduduknya kebanyakan adalah Nelayan kecil dan operator perahu wisata dengan armada perahu ,perahu ini memiliki ukuran Panjang 6-7 meter,Lebar 2,0 SD 3,0 meter,Sarat 0,5-0,8 meter. Jumlah kepadatan penduduk asli di desa ini sangat padat dengan profesi beraneka ragam, sebagian berprofesi sebagai nelayan dengan armada perahu yang dipakai untuk menangkap ikan sedang sebagian masyarakat lainnya memanfaatkannya sebagai moda angkutan pariwisata bahari disekitar pantai bandengan. Khusus perahu yang diperuntukkan untuk kegiatan wisata bahari ada sekitar 60 buah perahu dengan operator / pemiliknya dari penduduk Asli sekitar pantai bandengan. Operator / pemilik perahu ini sudah menjadikan kegiatan wisata bahari laut sebagai kegiatan utama dengan berbagai kendalanya. Mengingat bahwa hampir semua operator / pemilik perahu yang tersebut adalah kepala keluarga dengan beban anak rata rata 4, dengan isteri tidak bekerja sedangkan hasilnya sangat berfluktuatif, maka perlu dipikirkan upaya peningkatan hasil usaha mereka agar tidak semakin terpuruk. Kegiatan angkutan wisata bahari mereka mencakup : 1. Kegiatan perjalanan wisata bahari dalam bentuk carter yang tarifnya

ditentukan berdasarkan kesepakatan antara operator kapal dan pencarternya. 2. Pemancingan, yaitu kegiatan untuk melayani para penggemar memancing ikan di laut , operator / pemilik perahu menyediakan jasa pelayanan mengantar para pemancing sampai ke tempat yang diperkirakan sebagai fishing ground dan menunggunya selama 10-12 jam, operator juga menyediakan peralatan memancing namun tidak termasuk umpan dan perbekalan konsumsi.

1.2.Permasalahan Permasalahan Perahu Wisata Pantai Bandengan, sangat komplek diantaranya adalah : o Pemanfaatan perahu wisata belum diikuti unsur unsur :
y

Keterpaduhan estetika interior dan perahunya keindahan penumpang dan perahunya.

y y

Fasilitas Keselamatan penumpang dan perahunya. Fasilitas kenyamanan penumpang.

o Tingkat permintaan yang relatif tinggi hanya pada hari-hari libur saja, itupun belum bisa dirasakan semua operator. o Upaya mendatangkan jumlah pengunjung lebih banyak oleh mereka maupun

pemerintah boleh dikatakan tidak ada. o Kebutuhan Wisata bahari belum membudaya di masyarakat kita. o Ketersediaan Armada Wisata perahu ini di lokasi tersebut jumlahnya relatif lebih banyak dari yang dibutuhkan saat ini. Belum terpenuhinya Fasilitas Keselamatan penumpang dan perahunya, sangat fatal pada usaha layanan wisata bahari ini sebab, terjadinya Kecelakaan pada wisata ini bisa berakibat : o Trauma yang mendalam bagi mereka yang sudah biasa menggunakannya o Kemungkinan kehilangan salah satu tulang punggung keluarga ataupun salah satu anggota yang keluarga yang sangat di cintainya dijadikan tumpuan pencari nafkah. o Calon Peminat pada wisata ini akan mundur / takut. o Upaya apapun untuk meningkatkan animo pada wisata ini akan ku rang berhasil apabila sumber masalah di atas tidak diatasi secara simultan terutama tercukupinya FASILITAS KESELAMATAN PENUMPANG DAN PERAHUNYA. Dan KETERPADUAN LAYANAN BERBASIS KEPUASAN KONSUMEN o Hilangnya Kerugian asset ( Perahu, barang bawaan yang berharga ) dll
2

Beberapa kasus kecelakaan angkutan wisata air dengan moda transportasi perahu telah menyebabkan korban jiwa manusia maupun harta benda. Penyebab dari semua kecelakaan ini antara lain kemungkinan ada kelebihan muatan / over load (perahu mengangkut penumpang melebihi kapasitas daya angkutnya), Kurang sadarnya penumpang maupun operator perahu dalam menyiapkan kemungkinan terjadinya kecelakaan serta perahu tidak dilengkapi dengan alat alat keselamatan penumpang dan perahu tersebut tidak disiapkan / di perhitungkan apabila terjadi kecelakaan fatal. Perlu diketahui perahu tersebut rawan tenggelam apabila terjadi kecelakaan akibat beban perahu dan mesinnya itu sendiri. yang disebabkan dari awal perahu tersebut tidak memilik daya apung cadangan yang cukup agar tidak tenggelam saat terjadi kecelakaan. Untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya musibah kecelakaan yang berakibat tenggelamnya moda transportasi wisata bahari berupa perahu maka diperlukan contoh penerapan Iptek sederhana dan terjangkau agar akibat kecelakaan tersebut dapat diminilisasi disamping harus ada sikap kehati hatian bersama, serta ada aturan baku yang harus ditegakkan oleh pemerintah dan masyarakat menyangkut kegiatan tersebut. Selain faktor keselamatan dan kenyamanan faktor keindahan dan estetika perlu juga di beri porsi yang cukup oleh pengelola, dengan tujuan minat masyarakat pada wisata bahari ini meningkat.

1.3.Tujuan Penelitian Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk memberikan aplikasi inovasi teknologi terapan sederhan dan terjangkau untuk masyarakat pemilik perahu tradisional yang

digunakan untuk sarana transportasi air dengan muatan manusia atau sebagai moda angkutan wisata bahari maupun kegiatan memancing ikan dengan harapan setelah moda angkutan ini mengadopsi teknologi terapan akan terpenuhinya unsur unsur keselamatan perahu maupun penumpangnya, Estetika perahu dan kenyamanan wisatawan dengan cara membuat perahu wisata yang baru persis dengan yang lama tetapi : 1. Menambahkan komponen sederhana pada perahu tersebut agar daya apung saat

terjadi kecelakaan mampu melawan gaya beratnya sehingga perahu sopek tersebut dan barang bawaannya tidak tenggelam saat kecelakaan walaupun perahu kebalik

ataupun miring 90 derajat (Investasi perahu tidak hilang dan kehilangan jiwa bisa dihindari ) 2. Memperbaiki Tampilan Perahu wisata dan mengfungsikan ruang ruang tertentu yang semula tidak efektif menjadi ruang / tempat daya apung cadangan. 3. Menambah dan atau melengkapi alat alat keselamatan pelayaran berupa baju apung (life jacket), pelampung penolong (life bouy), dan alat pemadam api (fire extinguisher) yang bisa dibuat oleh Operator itu sendiri dengan bantuan penerapan penerapan Iptek sederhana dan terjangkau. 4. Penataan dan Penempatan mesin agar bisa lebih efektif, apabila memungkinkan bisa dipasang secara inboart dengan dilengkapi tabung poros baling baling (stern tube) serta pemasangan instalasi kemudi (steering gear) sehingga kehilangan tenaga mesin bisa dikurangi, serta operasionalnya bisa lebih praktis. 5. Pemasangan pompa tangan untuk memompa genangan air laut yang berasal dari rembesan antar bagian papan kulit perahu dan dari ombak laut. Dengan contoh penerapan Iptek sederhana dan terjangkau pada perahu ini, aturan yang jelas dan tegas dari pemerintah dan masyarakat diharapkan masyarakat pemilik perahu bisa mengerjakan sendiri secara fungsional Perahu ini memiliki displasmen 6,0 - 7,0 ton dan mampu mengangkut sekitar 20 orang dengan aman, bila berat rata- rata per orang adalah 60 kg maka secara teknis perahu ini hanya mengangkut 1.200 Kg padahal perahu ini memiliki kemampuan angkut sekitar 4.000 Kg setelah dikurangi berat konstruksi dan mesin. Akan tetapi, perahu ini tidak memiliki sistim keamanan dan daya apung cadangan yang cukup apabila terjadi kecelakaan dilaut sehingga bisa dipastikan akan langsung tenggelam.

1.4. Sasaran a. Sasaran Teknologi Tepat Guna ini adalah, pemilik atau operator perahu wisata yang mengoperasionalkan perahu tersebut di Pantai Bandengan

b. Contoh design baru Perahu wisata yang merupakan penambahan/ penyempurnaan perahu wisata yang lama. Pada perahu wisata yang baru tersebut sudah di perhitungkan aspek aspek : 1. Estetika Perahu sehingga kelihatan indah dan kompak. 2. Kecukupan persaratan stabilitas, pada tataran adanya gaya luar. 3 Penambahan gaya yang disebabkan oleh gaya angin, gelombang dan arus air 4. Penambahan gaya yang disebabkan pergerakan penumpang, pergeseran muatan dan aktifitas-aktifitas didalam kapal yang menyebabkan pergeseran letak titik berat kapal. 5. Penambahan kemampuan daya apung cadangan perahu tersebut yang memanfaatkan ruangan ruangan dalam perahu yang tidak terpakai secara efektif sehingga, apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan perahu tersebut miring 90 derajat, ataupun terbalik maka perahu tersebut tetap dalamkondisi tidak tenggelam atau tetap mengapung. 6. Penambahan peralatan keselamatan wisatawan sehingga apabila terjadi

kecelakaan yang menyebabkan perahu tersebut miring 90 derajat, ataupun terbalik maka. Ditinjau dari segi Teknologi yang dipakai merupakan aplikasi teknologi yang murah, sederhana dan tepat guna, karena mudah diterapkan dan tidak harus memiliki keah lian yang khusus karena nelayan sendiri bisa mengaplikasikan Iptek yang kami kembangkan dengan biaya yang sangat murah, dan terjangkau oleh masyarakat.

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1. Potret Kabupaten Jepara 2.1.1 Kondisi Geografis Dan Demografi Kabupaten Jepara Secara geografis kabupaten Jepara terletak pada 3 23 20 sampai 4 9 35 Bujur Timur 5 43 30 sampai 6 47 44 Lintang Barat, sebelah ba rat berbatasan dengan laut Jawa, sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Kudus dan Pati, dan sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Demak. Kabupaten Jepara secara geografis memiliki dataran rendah yang cukup merata pada sisi utara dan dataran tinggi dengan gunung Muria di sisi selatan. Semenanjung Muria merupakan area yang berada jauh dari zona tumbukan lempeng (subduction zone) yang terdapat di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, dan juga diperkirakan tidak ada bahaya dari gunung api karena berdasarkan penelitian, Gunung Muria sudah tidak aktif sejak 320 ribu tahun yang lalu.

Gambar.Peta Wilayah Kabupaten Jepara

Jumlah penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan hasil Susenas 2006 adalah sebanyak 1.058.064 jiwa yang terdiri dari 532.459 lakilaki (50.32%) dan 525.605 perempuan (49,68%), dimana sebaran penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Mlonggo (125.581 jiwa atau
6

11,87%) dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Karimunjawa (8.427 jiwa atau 0,80%). Jika dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, pada tahun 2006, kepadatan penduduk Kabupaten Jepara mencapai 1.054 jiwa per km2. Penduduk terpadat berada di Kecamatan Jepara (2.995 jiwa per km2), sedangkan kepadatan terendah berada di Kecamatan Karimunjawa (118 jiwa per km2). Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Jepara termasuk dalam usia produktif (1564 tahun) sebanyak 699.422 jiwa (66,10%) dan selebihnya 308.867 jiwa (29,19%) berusia di bawah 15 tahun dan 49.775 jiwa (4,70%) berusia 65 tahun ke atas. Sedangkan besarnya angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Jepara adalah 512,73. Hal ini berarti bahwa setiap 1.000 orang berusia produkstif menanggung sebanyak 513 orang penduduk usia di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas. 2.1.2 Pariwisata Kabupaten Jepara Semarang memiliki Pantai yang indah Pantai Kartini dan Pantai Bandengan untuk rekreasi keluarga, dan juga wisata alam Air Terjun Songgo Langit

Gambar.Wisata Pantai Kartini Jepara Jepara memiliki seni budaya perang obor yang diadakan setiap tahun sekali, yang jatuh pada hari Senin Phing malam Selasa Pon di bulan Besar (Dzullijah) diadakan atas dasar kepercayaan masyarakat desa tegal sambi terhadap peristiwa atau kejadian pada masa lampau yang terjadi di desa tersebut.Jepara juga memiliki wisata rohani seperti makam dan masjid mantingan yang terletak 5 km arah selatan dari pusat kota Jepara di desa Mantingan kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara,serta klenteng Welahan yang diberi nama Hian Thian Siang Tee terletak 24 km kearah selatan dari pusat kota Jepara, di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara,adapun kerajinan khas kabupaten jepara seperti: mebel ukir,relief,seni patung.kaligrafi,kain lurik,dll.

Gambar. Wisata Masjid Mantingan

Gambar. Wisata Klenteng Welahan

2.2. Konstruksi Perahu Wisata Perahu yang digunakan pada wisata bahari pantai bandengan merupakan perahu penangkap ikan yang dialih fungsikan, seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Gambar. Perahu Wisata Pantai Bandengan Rancangan perahu wisata ini sangat sederhana tampa dilengkapi dengan fasilitas keselamatan bagi penumpangnya. Biasanya perahu ini dibangun oleh perajin perahu secara tradisional, tanpa adanya faktor pertimbangan kekuatan konstruksi kapal secara teknik dan gambar kerja. Bahan baku pembuatan perahu ini adalah kayu jati yang banyak ditemukan di sepanjang pulau Jawa. Perahu wisata ini merupakan alih fungsi dari perahu penangkap ikan di laut dengan radius pelayaran kurang dari 12 mil dari pantai. Namun dengan pembangunan yang secara tradisional sehingga perajin tidak memiliki penguasahaan teknologi yang memadai dalam pembangunan perahu penangkap ikan tersebut sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan baik secara nasional maupun international. Jika diperhatikan gambar perahu wisata, berikut terlihat dengan jelas bahwa segi safety perahu tidak ada, seperti : pembatasan sekat kedap air, yang dapat menjamin kapal masih tetap terapung walau satu bagian mengalami kebocoran. Tidak terdapat daya apung cadangan sebagai persyaratan untuk menjamin agar perahu tetap mengapung saat muatan melebihi kapasitas rancangan perahu awal. Biasanya saat peak
9

season penumpang perahu wisata ini meningkat jumlahnya dan untuk mengejar pemasukan maka abk perahu menaikan penumpang sebanyak-banyaknya (melebihi kapasitas rancangan awal).

Gambar. Perahu wisata dari depan Sedangkan pembangunan perahu dengan teknologi yang lebih modern mengadopsi design kapal dalam beberapa bagian dengan pembatas sekat kedap air, Gambar berikut memperlihatkan konstruksi perahu modern.

Gambar konstruksi perahu yang lebih modern

10

Gambar Perahu ukuran 5 m, dengan sekat kedap air

Gambar Perahu ukuran 15 m, dengan sekat kedap air

2.3. Sta ilitas Perahu Stabilitas perahu adalah kemampuan perahu untuk dapat kembali berada dalam kondisi tegakn lurus (even keel) saat perahu mengalami rolling akibat gangguan dari gaya luar seperti ombak, angin dan lain-lain. Stabilitas perahu ini harus diketahui oleh abk perahu agar dapat mengatur posisi muatan pada saat pelayarannya. Gambar berikut merupakan ilustrasi saat perahu oleng.

BAB III METODE PENULISAN

3.1. DESIGN PENULISAN Penulisan karya ilmiah ini ini merupakan penpenulisan dengan studi kasus menggunakan disain deskriptif yang menguraikan data, mengidentifikasi kondisi, gejala atau fenomena yang ada pada perahu wisata, perkembangan perahu wisata dan pemanfaatan perahu sebagai transportasi wisata bahari. Identifikasi awal telah dilakukan melalui studi lapangan, berdasarkan data sekunder dan primer yang mengidentifikasikan pengembangan perahu wisata dan pertumbuhan wisata bahari di Semarang Kemudian mendesign ulang perahu wisata sesuai dengan kebutuhannya sebagai alat transportasi wisata bahari yang layak baik secara teknik, safety dan memiliki nilai estetik. 3.2. ALUR PENULISAN Penulisan dilakukan dalam beberapa langkah yaitu : 1. Mengidentifikasi masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian. 2. Pengumpulan data lapangan/survey lapangan, guna mengetahui kondisi daerah pengalang kapal kayu, harga jual kapal (investasi), kapal pembanding, dll. 3. Menyusun model perahu wisata bahari, perkiraan perkembangan permintaan pariwisata bahari. 4. Analisa penentuan rute (trip assignment). 5. Menyusun kesimpulan dan saran.

14

3.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dalam penulisan ini terdiri atas : a. Data Primer Pemgumpulan data dilakukan dengan cara turun kelapangan, memperhatikan kondisi dan situasi serta fenomena pengrajin perahu wisata dari kayu, dan mengadakan wawancara terhadap responden pengguna jasa transportasi wisata bahari yang berhubungan langsung dengan permasalahan yang ada. Survey perahu wisata bahari untuk mendapatkan model perahu pembanding, yang nantinya di jadikan accuan dalam menyusun model perahu wisata bahari s b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber pustaka dan sumber informasi yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian. Tentang wisata bahari, lokasi wisata bahari di Semarang. Perkembangan wisata bahari Indonesia pada umumnya.

3.4. TEKNIK ANALISIS DATA Data hasil survey lapangan dan data sekunder, digunakan untuk menganalisa perkembangan dan mengetahui fenomena : 1. Perahu wisata, Galangan kapal kayu dan pengrajin kapal kayu di Jawa Tengah, mengunakan bantuan software pengolah data statistik. 2. Perkembangan wisata bahari di Semarang dan permintaan perahu untuk wisata bahari. 3. menyusun model perahu untuk wisata bahari, dengan bantuan software design kapal.

15

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

Dengan memanfaatkan design perahu wisata yang konvensional maka dapat disempurnakan kembali menjadi perahu wisata yang berbasis keselamatan.Pemanfaatan peralatan dan bahan yang sederhana serta proses yang mudah dirasa sangat membantu para nelayan ataupun opertor perahu wisata untuk menerapkan teknolgi sederhan ini. Proses penyempurnaan design perahu wisata ini mengadopsi dari design kapal kayu dengan penambahan sekat kedap air guna menambah daya apung,tetapi dalam hal ini merupakan penyederhanan dari apikasi tersebut.Pemasangan sekat kedap air pada perahu wisata dapatdilakukan dengan menjadikan tempat yang tidak terpakai dalam perhu sebagai penambah daya apung dengan cara mengisi ruangan-ruangan kosong tersebut dengan menggunakan botol air mineral sesuai dengan ukuran ruangan kosong dari kapal tersebut.seperti yang diterangkan dalam gambar dibawah ini:

16

DISAIN PERAHU WISATA SOPEK YANG SUDAH ADA / LAMA

PANDANGAN ATAS
1100 4800 1100

PANDANGAN SAMPING

PANDANGAN DEPAN
2569,59

900 1500

900 1500

1005,99 2200

17

900

DIS I PE

IS DISE P

S PEK Y AKAN

S DAH

PANDANGAN ATAS

PANDANGAN SAMPING

 

PANDANGAN DEPAN
,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Perahu yang digunakan dalam permasalahan ini adalah perahu nelayan atau perahu wisata yang sering dijumpai dan dipakai oleh karena itu faktor keselamatan dalah hal yang paling penting.Penambahan sarana keselamatan serta penyempurnaan design kapal yang memperhatikan faktor keselamatan adalah langkah yang diperlukan ukntuk meningkatkan KETERPADUAN LAYANAN BERBASIS KEPUASAN KONSUMEN Untuk itu kami merekomendasikan untuk para pembaca sekalian agar bisa mengembangkan dan meneliti lebih lanjut guna memperbaiki sistem nelayan tradisional. Karena pada dasarnya karya tulis ini masih banyak kekurangan.

19

DAFTAR PUSTAKA Beever, C, 1979 Fishing Boat of the World : Economic Influence Design of Fishing Craft, FAO, Fishing News Book Ltd, England. Cooper, Donald R. Dan C. William Emory, Alih Bahasa: Ellen G. Sitompul, 1996, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Erlangga, Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009, Text book Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, DKP-JICA, Jakarta Fyson, John, 1985. Design of Small Fishing Vessel, FAO-UN, Fishing News Book Ltd, England. Lewis, Edward,V, 1988, Principle of Naval Architecture Second Edition, the Soeciety of Naval Architecture And Marine Engineers, New Jersey. Marwati Djoened Poesponegoro,Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Pertumbuhan Dan Perkembangan Kerajaan Graha Ilmu, Yogyakarta Soekartawi, 1990, Teori Ekonomi Produksi, dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas, Rajawali Press, Jakarta. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Jakarta Yusrizal, 2005, Pengembangan Klaster Ukm Industri Galangan Kapal Kayu Tradisional Sebagai Dasar Pengelolaan Potensi Perikanan Di Nanggroe Aceh Darussalam (Development Of Ukm Cluster Traditional Shipyard Industries As Basic Of Potential Fishery In Nanggroe Aceh Darussalam), ITS-Master, Surabaya. Widayat dan Amirullah, 2002, Riset Bisnis, Graha Ilmu, Yogyakarta Titik Suliyati, dkk, 2001, Studi Mengenai Potensi Kelompok Pelayar Wisata Bahari Dalam Pengembangan Wisata Bahari Di Kawasan Pantai Dan Pelabuhan Tanjung Mas Dalam Rangka Memperkuat Identitas Semarang Sebagai Kota Bahari , laporan penelitian, Published by Pusat Studi Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara, Lembaga Penelitian, Universitas Diponegoro , Semarang FAO, Fishing boat construction: 2 Building a fiberglass fishing boat

20

Anda mungkin juga menyukai