Anda di halaman 1dari 10

Pendahuluan (ganti aku hun..

ra bahas kasir bahas supply chain) Dalam perspektif fungsi yang ditawarkannya, teknologi sangat penting bagi kehidupan manusia, terlebih kontribusinya dalam membantu manusia melakukan kegiatan sehari-hari, meski memerlukan bekal pengetahuan dalam proses adaptasi terkait teknologi tersebut. Teknologi berkembang dengan sangat cepat, teknologi dari jaman dahulu sampai sekarang tentunya sudah sangat berbeda, mengalami transformasi. Perkembangan serta perubahan teknologi yang ada saat ini sudah sangat maju dan makin canggih. Teknologi yang terus berkembang juga menjadi salah satu hal yang penting, aspek yang dipertimbangkan, demi kemajuan suatu bisnis. Sumber daya teknologi dapat membantu kegiatan bisnis agar lebih efektif dan lebih efisien. Masuknya teknologi dari luar negeri ke Indonesia saat ini sangat masif dan bisa dikatakan cukup mudah. Terlebih lagi beragam bentuk alat elektronik terkini yang berasal dari luar negeri memiliki akses untuk masuk ke Indonesia, baik melalui new media maupun komunikasi global, dengan tujuan untuk memajukan proses teknologi di negeri ini, agar tidak terlalu ketinggalan dengan kemajuan teknologi yang ada di negara-negara lain, yang sudah berkembang beberapa generasi di depan. Menurut Hoba (1997) di dalam Pacey (2000), kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan permesinan, namun sesungguhnya teknologi dalam hal pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena dalam perspektif tersebut teknologi dipandang sebagai perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya. Jika menurut Galbraith (1977) di dalam Pacey (2000), teknologi itu didefinisikan sebagai penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis1. Manajemen teknologi merupakan salah satu aspek esensial, salah satunya dalam kegiatan bisnis, karena pada prakteknya digunakan untuk mengelola organisasi atau perusahaan secara makro dan terintegrasi, dengan harapan agar

Pacey, Arnold. (2000). The Culture of Technology. Cambridsge, MA: The MIT Press.

dapat berjalan dengan lebih baik. Salah satu perusahaan memanfaatkan penggunaan teknologi canggih sebagai sarana kemudahan proses kerja yang ada di dalam perusahaan tersebut adalah perusahaan retail. Teknologi yang digunakan diharapkan dapat membantu, memudahkan proses kerja atau pada seluruh rangkaian kegiatan-kegiatan yang ada dalam perusahaan retail tersebut. Bisnis retail sendiri pada awalnya, sebelum menggunakan suatu teknologi yang canggih seperti saat ini, hanya menggunakan sistem manual yang membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki tingkat kapabilitas yang tinggi, harus dapat bekerja mengikuti peraturan yang diterapkan oleh pengelola serta memenuhi kebutuhan dalam perusahaan, dengan harapan tidak adanya hambatan dalam proses kerja, dalam seluruh daur kerja. Ada beberapa pertimbangan preferensi penggunaan teknologi daripada penggunaan tenaga manusia sebagai sumber daya. Tuntutan yang begitu besar bagi tenaga manusia untuk memiliki kapabilitas maksimal berpotensi terjadinya human error dalam operasi-operasi bisnis perusahaan retail. Seperti halnya supermarket yang ditangani dengan sumber daya manusia, saat memberikan label harga pada suatu produk hanya dilakukan dengan manual, dengan menempelkan label harga yang harganya ditulis dengan menggunakan pulpen memiliki kebutuhan akan tulisan tangan sumber daya manusia yang dapat dibaca dengan baik serta kemampuan menulis yang cepat. Perkembangan selanjutnya yakni dengan menggunakan seperti label harga yang dirancang secara manual dengan menggunakan alat lalu ditempel pada produk bersangkutan. Bagi toko-toko swalayan kecil yang ada saat ini sebagian memang masih menggunakan alat tersebut dikarenakan alat tersebut masih terjangkau bagi para pebisnis swalayan kecil yang ada di daerah-daerah. Akan tetapi, swalayan saat ini juga ada yang menggunakan barcode untuk mengidentifikasi produk yang ada di gudang ataupun yang akan dijual. Salah satu perusahan retail yang menggunakan teknologi dalam

pengembangan perusahaannya adalah Metro Group. Metro Group mempekerjakan sekitar 235 ribu karyawan di 25 negara (dari Jerman sampai Vietnam). Empat sektor bisnis retail yang ditekuninya mencakup sektor cash & carry (dengan merek

Metro Makro Market), sektor retail makanan (Real dan Extra), sektor non-makanan (Media Market dan Praktikker), serta sektor department stores (Galeria Kaufhof). Dengan strategi internationalization, kelompok usaha ini tumbuh berkat

mengakuisisi sejumlah jaringan retail yang lebih kecil di seluruh dunia. Di pusat distribusi Metro Group, setiap paket barang yang datang dari pabrik harus dibuka dan isinya diperiksa secara manual, baik kondisi maupun jumlahnya, dan kemudian ditentukan barang ini akan dikirim ke toko A, toko B dst. Proses ini pun akan semakin rumit ketika suatu paket terdiri dari beberapa jenis barang. Di dalam proses ini juga memerlukan tenaga kerja yang banyak dan biaya yang banyak pula untuk membayar gaji karyawan Metro Group. Dilihat dari sisi paretailnya, Metro Group tidak selalu tahu berapa aset yang mereka miliki ataupun keberadaannya (secara real time). Sebagai kompensasinya, mereka pun selalu menyetok barang. Solusi semacam ini jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan tidak seluruhnya memecahkan masalah. Belum lagi, masalah-masalah yang terkait dengan ketidakcocokan antara jumlah barang dalam system inventaris dengan hasil pengecekan fisik pada saat proses stock opname misalnya, baik akibat salah input maupun akibat pengutilan barang. Ketika konsumen sudah capai-capai datang ke Metro Group hanya untuk mendapatkan rak tempat barang yang dicari sudah kosong melompong. Usaha konsumen untuk mencari informasi ke petugas toko kapan barang akan tersedia pun sia-sia, karena sang petugas cuma bisa angkat bahu. Kalaupun konsumen berhasil mendapatkan barang yang dicari, ketika akan membayar, konsumen harus menghadapi antrean panjang di kasir. Itu belum seberapa dibandingkan ketika sampai di rumah kemungkinan ada konsumen yang mendapatkan barang yang dibeli sudah melewati batas kadaluarsa. Kemungkinan buruk ini akan membuat reputasi Metro Group menurun. Dengan menggunakan teknologi retail mutakhir setiap paket barang yang datang dari pabrik tidak harus dibuka dan isinya diperiksa secara manual, baik kondisi maupun jumlahnya, dan kemudian ditentukan barang ini akan dikirim

kemana, karena dengan teknologi RFID proses tersebut dapat dieliminasi dan dapat menghemat waktu dan biaya. Proses yang awalnya semakin rumit ketika suatu paket terdiri dari beberapa jenis barang akan menjadi lebih mudah dengan menggunakan RFID tersebut. Selain itu ketersediaan barang menjadi lebih reliable. Belanja pun semakin mudah dan nyaman. Informasi berkualitas lebih tinggi yang diberikan oleh RFID ini memungkinkan Metro Group untuk melacak masing-masing barang secara individu sepanjang value chain, meningkatkan efisiensi masingmasing proses, memperbaiki utilisasi aset, meningkatkan akurasi forecast, dan meningkatkan fleksibilitas Metro Group dalam merespon perubahan kondisi supply dan demand. Dengan cara ini, Metro Group bisa meningkatkan loyalitas pelanggan dan mendongkrak penjualan. Pada saat yang sama, juga mengoptimalkan proses dan mengurangi biaya2. Metro yang merupakan retailer terbesar di Jerman tersebut mulai menyebarkan teknologi RFID pada bulan November 2004 kepada 100 (seratus) suplier besar untuk menempelkan tag pada pallet dan cases yang akan mereka kirimkan ke Metro. Metro sendiri juga menggelar jaringan RFID di 10 pusat distribusi dan 50 tokonya. Pada 1 Januari 2006, lebih dari 250 tokonya di seluruh Jerman sudah dilengkapi infrastruktur. Proses teknologi bagi bisnis retail ataupun bagi supermarket serta swalayan yang ada, tentunya semakin lama akan semakin berkembang karena diharapkan selain bagi perusahaan itu sendiri agar lebih mudah dalam mengidentifikasi produk selain itu juga lebih memudahkan konsumen agar lebih efisien didalam melakukan kegiatan belanja, karena dengan adanya teknologi yang semakin canggih membuat semuanya lebih menjadi lebih dapat dikendalikan dengan baik.

http://www.ebizzasia.com/0213-2003/enterprise,0213,01.html

Pembahasan RFID atau Radio Frequency Identification, merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menyimpan atau menerima data secara jarak jauh dengan menggunakan suatu piranti yang bernama RFID tag atau transponder. Suatu RFID tag adalah sebuah benda kecil, misalnya berupa stiker adesif, dan dapat ditempelkan pada suatu barang atau produk. RFID tag berisi antena yang memungkinkan untuk menerima dan merespon terhadap suatu query yang dipancarkan oleh suatu RFID transceiver. Sistem RFID ini adalah salah satu teknologi yang digunakan para perusahaan retail besar. Sistem teknologi ini sebenarnya menjadi topik perbincangan di lingkungan bisnis retail, terlebih salah satu perusahaan bisnis retail yang ada di dunia yaitu Wall-Mart sudah menggunakan RFID dan terbukti dapat memperlancar system supply chain perusahaan dengan baik. RFID adalah istilah umum untuk teknologi yang menggunakan gelombang radio untuk mengkomunikasikan identitas setiap item melalui antarmuka udara. RFID bekerja mirip dengan teknologi bar code pada item yang harus ditangkap oleh pemindai atau pembaca agar bisa diidentifikasi. RFID sekarang sedang dianggap sebagai link integral dalam E-Commerce lingkungan. RFID menyediakan kecepatan data sampai ke tingkat individual item identifikasi. Hal ini dapat membantu menjembatani kesenjangan antara pelanggan, urutan dan proses pemenuhan order untuk kepuasan pelanggan. Ini berarti bahwa hal itu dapat mengaktifkan respon yang diharapkan disempurnakan dalam lingkungan E-Bisnis. RFID muncul sebagai teknologi pelengkap untuk membantu mengatasi beberapa kelemahan yang terkait dengan teknologi bar code. Sistem RFID terdiri dari transponder (tag), yang terdiri dari microchip dengan antena melingkar dan interogator (pembaca) dengan antena. Tag melekat pada barang yang akan diidentifikasi dan berkomunikasi dengan pembaca RFID tag melalui gelombang elektromagnetik. middleware RFID (software) menyediakan interface untuk

komunikasi antara perusahaan interogator dan database yang ada dan sistem informasi manajemen3. Kegunaan dari sistem RFID ini adalah untuk mengirimkan data dari piranti portable, yang dinamakan tag, dan kemudian dibaca oleh RFID reader dan kemudian diproses oleh aplikasi komputer yang membutuhkannya. Data yang dipancarkan dan dikirimkan tadi bisa berisi beragam informasi, seperti ID, informasi lokasi atau informasi lainnya seperti harga, warna, tanggal pembelian dan lain sebagainya. Penggunaan RFID untuk maksud tracking pertama kali digunakan sekitar tahun 1980 an. RFID dengan cepat mendapat perhatian karena kemampuannya dalam men-tracking atau melacak object yang bergerak. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka teknologi RFID sendiripun juga

berkembang sehingga nantinya penggunaan RFID dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Dalam suatu sistem RFID sederhana, suatu object dilengkapi dengan tag yang kecil dan murah. Tag tersebut berisi transponder dengan suatu chip memori digital yang di dalamnya berisi sebuah kode produk yang sifatnya unik. Sebaliknya, interrogator, suatu antena yang berisi transceiver dan decoder, memancarkan sinyal yang bisa mengaktifkan RFID tag sehingga dia dapat membaca dan menulis data ke dalamnya. Ketika suatu RFID tag melewati suatu zone elektromagnetis, maka dia akan mendeteksi sinyal aktivasi yang dipancarkan oleh si reader. Reader akan men-decode data yang ada pada tag dan kemudian data tadi akan diproses oleh komputer4. Suatu sistem RFID dapat terdiri dari beberapa komponen, seperti tag, tag reader, tag programming station, circulation reader, sorting equipment dan tongkat inventory tag. Keamanan dapat dicapai dengan dua cara. Pintu security dapat melakukan query untuk menentukan status keamanan atau RFID tag-nya berisi bit security yang bisa menjadi on atau off pada saat didekatkan ke reader station.

3 4

http://www.techtext.net/id/information-technology/rfid-and-the-supply-chain-part-1.html http://www.lib.itb.ac.id/~mahmudin/makalah/ict/ref/RFID.pdf

Bagi Metro Group, RFID merupakan sumber uang. Bukan dari hasil penjualan, namun dari potensi efisiensi yang bisa dipetik dari seluruh rantai pasoknya melalui revolusi proses inventory management -nya. Teknologi RFID generasi baru ini akan membuka jalan penghematan biaya inventori sampai 80 persen dan mengurangi kerugian akibat hilangnya barang sampai 69 miliar dolar AS setahunnya. Manajemen inventori merupakan salah satu fokus perhatian Metro agar bisa mewujudkan proses yang lebih baru. Berkat teknologi RFID (dalam hal ini disumbangkan oleh Intermec), Metro Group bisa mencatat dan mendokumentasi pergerakan barang dalam satu rantai arus barang. Dengan demikian, jarak ataupun lokasi setiap produk dapat dipantau. Barang-barang pun dapat dipesan sesuai permintaan, sehingga kesalahan jumlah pengiriman bisa dipangkas. Sebelum dikirimkan ke Metro Group, barang-barang terkait disortir di gudang pusat. Palet dan kardus pembungkusnya ditempeli semacam chip cerdas (smart chip). Chip ini berisi kode palang (bar code) dari barang-barang terkait dan nomor palet ataupun kardus tersebut. Pegawai gudang yang membaca data ini akan memasukkannya ke sistem manajemen merchandise yang terhubung ke Metro Group. Artinya, barangbarang itu juga terdaftar di sistem tadi sesuai dengan informasi terkait, sehingga lokasinya bisa dilacak di sepanjang rantai logistik. Untuk proses pengiriman lebih lanjut, palet dan kardus berisi barang-barang itu dibawa ke pintu keluar gudang pusat, yakni semacam gerbang elektronik yang dipasangi alat pembaca RFID. Nah, ketika melewati gerbang ini chip pada palet dan kardus tersebut akan terbaca dan datanya otomatis terkirim ke system manajemen merchandize. Status barang itu pun kini menjadi on the way menuju toko sasaran dengan truk. Dengan mendaftarkan kardus dan palet tadi, tidak hanya jumlah kesalahan pengiriman yang bisa dikurangi, tapi juga pencurian. Ketika barang-barang itu tiba di Metro Group, para pegawai akan memindahkan palet/kardus dari truk melalui gerbang masuk berperangkat RFID di bagian belakang toko. Data yang tersimpan pada chip cerdas di setiap palet/kardus itu akan terbaca dan terdaftar sebagai diterima di bagian back-store. Di sini pegawai bisa membandingkan apakah barang yang diterima sesuai order, apakah

kebanyakan atau barangkali ada yang kurang. Ketika menyimpan, pegawai akan memasukkan data dalam chip beserta nomor RFID palet/kardus, ke sistem manajemen merchandise di Metro Group menggunakan handheld scanner. Dengan cara ini, jelas tertera di mana dan dalam jumlah berapa setiap jenis barang tersebut. Datanya bisa diambil kapan pun dibutuhkan. Jika hendak mengirimkan barang-barang tadi ke ruang penjualan (untuk mengisi rak-rak toko), para pegawai akan melewati pintu keluar back-store yang juga dilengkapi RFID. Barang yang sudah melewatinya akan terekam datanya ke sistem merchandise dan statusnya menjadi dibawa ke rak toko. Kardus yang tidak kebagian tempat akan dikirimkan ke back-store, tapi di pintu back-store datanya akan direkam lagi dengan status dikembalikan ke back-store. Adapun pada kardus pengemas yang sudah dikosongkan, setelah barang-barangnya dipajang di rak toko, sebelum dikembalikan ke back-store akan dilakukan deaktivasi pada tag RFID-nya. Karena itu, tak mungkin ada barang yang tercatat dua kali (di rak toko dan di back-store). Dengan cara seperti ini, pegawai bisa tahu data pasti arus barang dari back-store ke ruang penjualan, dan responsif bila rakrak toko sudah harus diisi lagi. Selain RFID memberikan banyak keuntungan seperti yang yang dijabarkan diatas, ternyata terdapat beberapa kontroversi seputar RFID. Ada empat alasan sehubungan privasi dalam penggunaan RFID, yaitu: Pembeli suatu barang (yang dilengkapi RFID tag) tidak akan tahu keberadaan dari RFID tag atau bahkan tidak dapat untuk melepasnya. RFID tag dapat dibaca oleh pihak lain dalam jarak yang jauh tanpa sepengetahuan pemiliknya. Jika suatu barang yang mengandung RFID tag Anda beli dengan menggunakan kartu kredit, maka akan sangat mungkin untuk mengasosiasikan ID tersebut dengan identitas si pembeli.

EPC global sedang membuat suatu standar untuk memberikan suatu ID yang unik secara global dan ini dikhawatirkan akan menimbulkan masalah privasi dan juga masih belum begitu perlu untuk beberapa aplikasi5.

Penutup Kontribusi teknologi, khususnya RFID, terbukti nyata dalam kegiatan teknis, operasional dalam suatu perusahaan retailer atau swalayan. RFID bisa secara dramatis mengubah cara gudang dan pusat distribusi dikelola, sehingga lebih efisien dan akurat. Produktivitas dalam penerimaan dan check-in produk meningkat 50 sampai 80 persen. Ini akibat dihilangkannya proses pengecekan barang, penulisan informasi barang, memasukkan data ke terminal dan mencetak dokumen. Semua dilakukan secara otomatis dan terhubung secara mudah ke suatu system pengelolaan pergudangan6. Dengan menggunakan teknologi RFID tersebut setiap paket barang yang datang dari pabrik tidak harus dibuka dan isinya diperiksa secara manual, baik kondisi maupun jumlahnya. Selain itu ketersediaan barang menjadi lebih reliable. Belanja pun semakin mudah dan nyaman. Metro Group mampu untuk melacak masing-masing barang secara individu sepanjang value chain, meningkatkan efisiensi masing-masing proses, memperbaiki utilisasi aset, meningkatkan akurasi forecast, dan meningkatkan fleksibilitas Metro Group dalam merespon perubahan kondisi supply dan demand sehingga sustainability perusahaan dapat tercapai.

5 6

http://www.lib.itb.ac.id/~mahmudin/makalah/ict/ref/RFID.pdf http://www.ebizzasia.com/0215-2004/focus,0215,04.htm

DAFTAR PUSTAKA

Halomoan, Junartho (2010). Aplikasi RFID Pada Pasar Swalayan. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) Pacey, Arnold. (2000). The Culture of Technology. Cambridsge, MA: The MIT Press. Tri, Febristiana. (2009). Sistem Inventory Asset Dengan Menggunakan Teknologi RFID Pada Perusahaan Ritel Metro Group. Universitas Bandar Lampung. http://www.ebizzasia.com/0213-2003/enterprise,0213,01.html (diakses tanggal 20 Maret 2011) http://www.ebizzasia.com/0215-2004/focus,0215,04.html (diakses tanggal 20 Maret 2011) http://www.lib.itb.ac.id/~mahmudin/makalah/ict/ref/RFID.pdf (diakses tanggal 20 Maret 2011) http://www.techtext.net/id/information-technology/rfid-and-the-supply-chain-part1.html (diakses tanggal 20 Maret 2011)

Anda mungkin juga menyukai