Anda di halaman 1dari 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Umum Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari medium campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material pembentuk (Tjokrodimuljo, 1992). Sedangkan menurut Nawy (1985), dalam Mulyono (2004), beton didefinisikan sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari semen hidrolik (Portland Cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture atau additive). Agar dihasilkan kuat desak beton yang sesuai dengan rencana diperlukan mix design untuk menetukan masing-masing bahan susun yang dibutuhkan. Disamping itu, adukan beton harus diusahakan dalam kondisi yang benar-benar homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi segregasi. Selain perbandingan bahan susunnya, kekuatan beton oleh padat tidaknya campuran bahan penyusun beton tersebut. Semakin kecil rongga yang dihasilkan dalam campuran beton, maka semakin tinggi kuat desak beton yang dihasilkan dalam Hernando (2009). Syarat yang terpenting dari pembuatan beton adalah : 1. Beton segar harus dapat dikerjakan atau dituang. 2. Beton yang dikerjakan harus cukup kuat untuk menahan beban dari yang telah direncanakan. 3. Beton tersebut harus dapat dibuat secara ekonomis. Semen dan air dalam adukan beton membuat fasta yang disebut fasta semen. Adapun fasta semen ini selain berfungsi untuk mengisi pori-pori antara

butiran agregat halus dan agregat kasar juga mempunyai fungsi sebagai pengikat sehingga terbentuk suatu massa yang kompak dan kuat. Sesuai dengan perkembangan beton yang demikian pesat, ternyata kinerja beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu yang telah berhasil dicapai. Pada tahun 1950an, beton dengan kuat tekan 30 Mpa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Pada tahun 1960an hingga awal 1970an, kriteria beton mutu tinggi menjadi 40 Mpa. Saat ini beton disebut mutu tinggi untuk kuat tekan diatas 50 Mpa, dan 80 Mpa sebagai mutu beton sangat tinggi, sedangkan untuk 120 Mpa bisa dikategorikan sebagai beton bermutu ultra tinggi (Supartono 1998, dalam Wicaksono, 2006).

B. Bahan Penyusun Beton Beton terdiri atas dua kelompok bahan dasar yaitu kelompok aktif/bahan perekat (terdiri dari air dan semen) dan kelompok pasif/bahan pengisi (agregat halus dan agregat kasar). Kualitas beton yang dihasilkan dari pencampuran bahanbahan dasar ini meliputi kekuatan dan keawetan. Sifat-sifat beton sangat ditentukan oleh sifat-sifat bahan dasar, nilai perbandingan bahan-bahan dasar, cara pengadukan, cara penuangan adukan beton, cara pemadatan dan cara perawatan selama proses pengerasan.

C. Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya : 1. Muhammad Almi (2007) Penelitian dengan judul Kuat Tekan Beton Dengan Agregat Kasar Batu Granit Pecah Diameter Maksimal 20 mm Berdasarkan Metode Perencanaan Campuran Erntroy dan Shacklock (Fas 0,30; 0,32; 0,34; 0,36) . Pengujian dengan benda uji silinder berdiameter 100 mm dan tinggi 200 mm

dan cetakan dari pipa pvc pralon, dengan jumlah sampel sebanyak 12 sampel (3 buah untuk setiap variasi). Pengujian beton dilakukan pada umur 28 hari, dengan hasil kuat tekan beton rata-rata untuk fas 0,30; 0,32; 0,34; 0,36 berturut-turut yaitu sebesar 13,04 Mpa; 13,31 Mpa; 28,16 Mpa dan 29,12 Mpa. Kuat tekan tertinggi didapat pada beton dengan fas 0,36 yaitu sebesar 29,12 Mpa sedangkan kuat tekan terendah didapat pada beton dengan fas 0,30 yaitu sebesar 13,04 Mpa. 2. Adhitya Affandi (2008) Penelitian dengan judul Kuat Tekan Beton Metode Erntroy dan Shacklock Dengan Variasi Fas (0,33; 0,34; 0,35; 0,36; 0,38) Untuk Ukuran Agregat Kasar Maksimum 10 mm. Pengujian beton mutu tinggi kuat tekan rencana 50 MPa, dengan benda uji silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dengan jumlah sampel sebanyak 15 sampel (3 buah untuk setiap variasi). Untuk nilai slump berturut-turut yaitu sebesar 2,6 cm; 2,45 cm; 3,2 cm; 1,8 cm; 0,8 cm dan pengujian beton dilakukan pada umur 28 hari, dengan hasil kuat tekan beton yaitu sebesar 56,683 Mpa; 54,042Mpa; 51,041 Mpa; 52,250 Mpa dan 45,365 Mpa. Kuat tekan tertinggi didapat pada beton dengan fas 0,33 yaitu sebesar 56,250 Mpa sedangkan kuat tekan terendah didapat pada beton dengan fas 0,38 yaitu sebesar 45,365 Mpa. 3. Muhammad Yasir (2008) Penelitian dengan judul Pengaruh Variasi Umur Beton Dengan Bahan Tambah Superplasticizer 2% Dan Silicafume 10% Terhadap Kuat Tekan Beton Agregat Maksimum 20 mm Dengan Metode Erntroy Dan Shacklock . Pengujian dengan benda uji silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pengujian dengan hasil kuat tekan rata-rata untuk variasi umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari berturut-turut yaitu sebesar 34,329 Mpa; 45,964 Mpa; 46,049 Mpa; 44,235 Mpa dan 44,014 Mpa. Persentase laju kenaikan kuat tekan beton optimum didapat pada umur 7 hari

ke 14 hari yaitu sebesar 11,69% sedangkan persentase laju kenaikan kuat tekan beton menimum terdapat pada umur 21 ke 28 hari yaitu sebesar 4,09%. 4. Asep Bambang Martono (2008) Penelitian dengan judul Kuat Tekan Beton Dengan Agregat Kasar Batu Granit Pecah Diameter Maksimal 20 mm Berdasarkan Metode Perencanaan Campuran Erntroy dan Shacklock (Variasi Fas 0,38; 0,40; 0,42; 0,44) . Pengujian dengan benda uji silinder berdiameter 100 mm dan tinggi 200 cm dan cetakan dari pipa pvc pralon, dengan jumlah sampel sebanyak 12 sampel (3 buah untuk setiap variasi). Pengujian beton dilakukan pada umur 28 hari, dengan hasil kuat tekan tertinggi didapat pada beton dengan fas 0,38 yaitu sebesar 29,12 Mpa dengan nilai slump sebesar 0 cm sedangkan kuat tekan terendah didapat pada beton dengan fas 0,44 yaitu sebesar 13,04 Mpa dengan nilai slump sebesar 0 cm dan modulus elastis rata-rata yang didapat adalah fas 0,38; 0,40; 0,42 dan 0,44 berturut-turut adalah sebesar 3,5183 x 104 Mpa; 3,0992 x 104 Mpa; 3,7176 x 104 Mpa dan 2,8634 x 104 Mpa. 5. Guntur Nugroho (2008) Penelitian dengan judul Perancangan Beton Mutu Tinggi

Berdasarkan Metode Erntroy dan Shacklock Dengan Variasi Fas (0,38; 0,39; 0,40; 0,41; 0,42) Dan Agregat Kasar Maksimum 20 mm. Pengujian beton mutu tinggi kuat tekan rencana 50 Mpa, dengan benda uji berupa silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dengan jumlah sampel sebanyak 15 sampel (3 buah untuk setiap variasi). Untuk nilai slump berturut-turut yaitu sebesar 2,6 cm; 4,2 cm; 7,0 cm; 8,1 cm dan 9,8 cm. Pengujian beton dilakukan pada umur 28 hari, dengan hasil kuat tekan beton berturut-turut yaitu sebesar 42,2 Mpa; 39,2 Mpa; 37,1 Mpa; 34,6 Mpa dan 31,6 Mpa. 6. Rudy Nuriansyah (2009) Penelitian dengan judul Pengaruh Variasi Kadar Fly Ash Terhadap Kuat Tekan Beton Dengan Campuran Superplasticizer 2% Dan Agregat Maksimum 20 mm Dengan Metode Erntroy dan Shacklock. Pengujian

dengan benda uji silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pengujia dengan hasil kuat tekan rata-rata untuk kadar fly ash sebesar 15%; 20%; 25%; 30% berturut-turut yaitu sebesar 29,324 Mpa; 22,494 Mpa; 21,494 Mpa; 23,245 Mpa dan 19,110 Mpa. Kuat tekan tertinggi didapat patda beton dengan kadar fly ash sebesar 15% yaitu sebesar 29,324 Mpa, sedangkan kuat tekan beton terendah didapat pada beton dengan kadar fly ash 35% sebesar 19,110 Mpa. Semakin tinggi kadar fly ash maka kuat tekan beton semakin menurun, hal ini disebabkan oleh pemakaian kadar yang berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai