Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan remaja sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena remaja yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, generasi yang sehat, dan manula yang sehat. Sedangkan remaja yang tidak sehat akan melahirkan anak yang kurang berkualitas sehingga kemampuan otaknya kurang optimal dan perkembangannya tergangggu.1 Salah satu gangguan kesehatan remaja adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi bisa disebabkan oleh kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan, meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. 2 Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan kekurangan besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia defisiensi besi sampai saat ini masih merupakan masalah nutrisi di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari setengah menderita ADB.3,4,5 Anemia merupakan penyakit yang masih cukup tinggi prevalensinya di negara berkembang terutama kelompok risiko tinggi seperti : ibu hamil dan

menyusui, anak sekolah dan prasekolah dan pekerja fisik berpenghasilan rendah yang penyebabnya oleh karena faktor gizi dan kecacingan .3,4,5

Berdasarkan hasilhasil penelitian di Indonesia pada, prevalensi anemia pada wanita hamil 50-70%, anak balita 30-40%, anak sekolah 25-35% dan pekerja fisik berpenghasilan rendah 30-40%. Menurut SKRT 1995, prevalensi ratarata nasional pada ibu hamil 63,5%, anak balita 40,1%. Anemia pada remaja masih menjadi masalah kesehatan masyarakat bila prevalensinya lebih dari 15%
3,4,5

Berdasarkan data simpus dan data jumlah remaja dari bagian PKPR Puskesmas Guntung Payung, prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja yang ditemukan secara pasif di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung sebesar 0,5 %. Untuk memastikan jumlah prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung secara tepat diperlukan penemuan penderita secara aktif. Remaja berisiko tinggi menderita anemia, khususnya kurang zat besi, pada saat mengalami pertumbuhan yang sangat cepat yaitu masa puber 6. Secara umum tingginya prevalensi anemia gizi besi antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidakcukup, penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi
7

Remaja putri

menderita anemia, hal ini dapat dimaklumi karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. Disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi lebih tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsi lebih rendah daripada pria, karena faktor ingin langsing 8. Pantang makanan tertentu dan kebiasaan makan yang salah juga merupakan penyebab terjadinya anemia pada remaja putri 9.

Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Disamping itu remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Selain itu masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal. Konsekuensi fungsional dari
8 anemia gizi menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia .

Berdasarkan

pernyataan-pernyataan

diatas,

penting

sekali

anemia

defisiesnsi besi dicegah. Salah satu cara pencegahan dengan memberikan tablet tambah darah kepada remaja putri (peserta didik) yang sedang menstruasi. B. Permasalahan Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: bagaimana upaya pencegahan anemia defesiensi besi pada remaja melalui pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri (peserta didik) yang sedang menstruasi ?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi (haid) Haid juga dikenali sebagai menstruasi. Perempuan akan mulai mengalami haid kira-kira berumur 8-16 tahun. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari siklus menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter 10. 1. Siklus Menstruasi Normal Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi 10. Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yangn berperan didalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis
10

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah 10: 1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH. 2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH. 3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin. Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormone gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus

luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan 10. Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu10: Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi). Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesterone dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim). 2. Hubungan menstruasi dengan kejadian anemia defisiensi besi Ciri-ciri menstruasi normal: 1. Lama siklus antara 21-35 hari (28+7 hari) 2. Lama perdarahan 2-7 hari 3. Perdarahan 20-80 cc per siklus (50+30 cc) 4. Tidak disertai rasa nyeri

5. Darah warna merah segar dan tidak bergumpal Pada remaja putri mulai terjadi menarche dan mensis yang disertai pembuangan sejumlah zat besi 11. Menstruasi (haid) dapat menyebabkan terjadinya anemia terutama pada remaja putri. Berdasarkan penelitian Gunatmaningsih, terdapat hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupatean Brebes yang menunjukkan bahwa responden yang sedang mengalami menstruasi mempunyai risiko 1,842 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia 12. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Arisman, yang menyatakan bahwa remaja putri yang sudah mengalami menarche, jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak (banyak yang tidak sadar kalau darah menstruasinya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi zat besi, karena jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar 20 -25 cc, jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan, atau kirakira sama dengan 0,4-0,5 mg/hari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg/hari. Oleh sebab itu remaja putri membutuhkan zat besi yang digunakan untuk mengganti zat besi yang hilang bersama darah menstruasi, disamping untuk menopang pertumbuhan serta pematangan seksual 7.

i i i

iB i i i i iB i

Zat besi merupakan mi ro elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Zat besi juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Zat besi lebih mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Ekskresi zat besi dilakukan melalui kulit, di dalam bagian -bagian tubuh yang aus dan dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedang pada wanita ekskresi zat besi lebih banyak melalui menstruasi
13

Tabel 1. Nilai ambang batas penentuan anemia 14

Anemia defisiensi besi adalah anemia mikrosifik hipokromik yang terjadi akibat defisiensi besi dalam gizi atau hilangnya darah secara lambat dan kronik 15. Anemia defisiensi besi terjadi bila jumlah besi yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit. Ketidakcukupan ini diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya sediaan zat dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi atau kehilangan darah yang kronis 16. 2. Penyebab Anemia Defisiensi Besi 7 a. Kehilangan darah secara kronis Pada wanita terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti cacing tambang, Schistosoma dan mungkin pula Trichuris trichiura. b. Asupan dan serapan tidak adekuat Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan. Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat menganggu penyerapan zat besi secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyerapan zat besi Faktor makanan 1. Faktor yang memacu penyerapan zat besi bukan heme; - Vitamin C - Daging, unggas, ikan, makanan laut lain

10

- PH rendah 2. Faktor yang menghambat penyerapan zat besi bukan heme; - Fitat ( 500 mg/hari ) - Polifenol Faktor Penjamu ( host ) 1. Status zat besi 2. Status kesehatan ( infeksi, malabsorpsi ) c. Peningkatan kebutuhan Meningkatnya kebutuhan karena kehamilan dan perdarahan. 3. Tanda dan Gejala Anemia Defisiensi Besi Anak akan tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabel. Mereka tidak tampak sakit karena perjalanan penyakitnya bersifat menahun. Tampak pucat terutama pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku, konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara. Jantung agak membesar dan terdengar murmur sistolik yang fungsional 17. 4. Kebutuhan Zat Besi Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 g per kilogram berat badan per hari, atau hampir sama dengan 0,9 mg zat besi pada lakilaki dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa 18.

11

Tabel 2. Kebutuhan zat besi berdasarkan umur 18 5. Metaboli e Zat Besi

Metabolisme dalam tubuh terdiri dari proses penyerapan, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan, dan pengeluaran. Zat besi dari makanan diserap ke usus halus, kemudian masuk ke dalam plasma darah. S elain itu, ada sejumlah zat besi yang keluar dari tubuh bersama tinja. Didalam plasma berlangsung proses turn over, yaitu sel-sel darah yang lama diganti dengan sel-sel darah baru. Jumlah zat besi yang mengalami turn over setiap harinya kira-kira 35 mg, berasal dari makanan, hemoglobin, dan sel-sel darah merah yang sudah tua yang diproses oleh tubuh agar dapat digunakan lagi. 19

12

Zat besi dari plasma sebagian harus dikirim ke sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin dan sebagian lagi diedarkan ke seluruh jaringan. Cadangan besi disimpan dalam bentuk ferritin dan hemosiderin didalam hati atau limpa. 19 Pengeluaran besi dari jaringan melalui kulit, saluran pencernaan, atau urine, berjumlah 1 mg setiap harinya. Zat besi yang keluar melalui cara ini disebut kehilangan besi basal (iron basal losses). Sedangkan pengeluaran besi melalui hilangnya hemoglobin yang disebabkan menstruasi seb anyak 28 mg/periode 19

Gambar metabolisme besi 19 6. Pengaruh Defisiensi Fe Defisiensi Fe terutama berpengaruh pada kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan alat transport O2 yang diperlu kan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak-anak sekolah telah ditunjukan adanya korelasi

13

antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun.11 7. Akibat defisiensi zat besi pada remaja putri adalah 18
 Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar,  Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal,  Menurunkan kemampuan fisik olahragawati,  Mengakibatkan muka pucat.

8. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Makanan yang adekuat. Sulfas ferosus 3x10 mg/kgbb/hari. Obat ini murah tapi kadang-kadang dapat menyebabkan enteritis. Hasil pengobatan dapat terlihat dari kenaikan hitung retikulosit dan kenaikan kadar hemoglobin 1-2 gram %/minggu. Disamping itu dapat pula diberikan preparat besi parental. Obat ini lebih mahal harganya dan penyuntikannya harus intramuskular dalam atau ada pula yang dapat diberikan secara intravena. Preparat besi parenteral hanya diberikan bila pemberian peroral tidak berhasil. Tranfusi darah diberikan bila kadar hemoglobin kurang dari 7 gram % dan disertai dengan keadaan umum yang tidak baik, misalnya gagal jantung, bronkopneumonia. Antelmintik diberikan bila ditemukan cacing penyebab defisiensi besi, (umur) dalam tiap kapsul, diberikan 3 kapsul dengan selang waktu 1 jam, semalam sebelumnya anak dipuasakan dan diberikan laksan setelah 1 jam kapsul ketiga dimakan. Pirantel pamoate 10 mg/kgbb (dosis tunggal)). Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi 17.

14

C. Tablet Tambah Darah (TTD) Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Tiap wanita dan remaja putri perlu minum tablet tambah darah. Hal ini dikarenakan 8: 1. Wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang. 2. Wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. 3. Mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia. 4. Meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus. 5. Meningkatkan status gizi dan kesehatan Remaja Putri dan Wanita. Tata cara minum Tablet Tambah Darah yaitu minumlah 1 (satu) Tablet Tambah Darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) Tablet Tambah Darah setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan. Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah harus memperhatikan sebagai berikut 8 : 1. Minumlah Tablet Tambah Darah dengan air putih, jangan minum dengan the, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.

15

2. Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam. 3. Untuk mengurangi gejala sampingan, minumlah TTD setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum TTD diserta makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dll. 4. Simpanlah TTD di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. TTD yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum (warna asli : merah darah). 5. Tablet Tambah Darah tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan darah. Tablet Tambah Darah adalah obat bebas terbatas sehingga dapat dibeli di Apotik, Toko Obat, Warung, Bidan Praktek, Pos Obat Desa namun dianjurkan menggunakan Tablet Tambah Darah generik yang disediakan pemerintah dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Disamping itu dapat juga dipergunakan Tablet Tambah Darah dengan merk dagang lain yang memenuhi kandungan seperti Tablet Tambah Darah generik 8. Tablet tambah darah dapat mencegah anemia, hal ini dibuktikan melalui penelitian Mulyawati terhadap pekerja wanita flywood di Jakarta, pemberian Tablet Tambah Darah 1 tablet setiap minggu dan satu tablet setiap hari selama 10 hari (waktu haid), dalam jangka waktu 16 minggu dapat meningkatkan kadar Hb tenaga kerja wanita, apalagi bagi yang menderita anemia dan menurut analisis

16

statistik terjadi peningkatan yang bermakna (p < 0.05). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Renuka Jayatson dkk (1999) Sri Lanka dan Hadeyeh Kianpar dkk (2000) Iran bahwa dengan pemberian TTD dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan serum ferritin 20. Penelitian dari Oppusunggu pada pekerja pesortir daun tembakau menyebutkan bahwa, dengan pemeberian tablet tambah darah 1 tablet per hari selama 90 hari (3 bulan) dapat meningkatkan kadar Hb pesortir daun tembakau.21

D. Proses Pelaksanaan Pemberian Tablet Tambah Darah di Puskesmas Guntung Payung Prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja di Puskesmas Guntung Payung memang sangat kecil (0,5 %) dibandingkan dengan angka prevalensi nasional. Penemuan penderita anemia defisiensi besi pada remaja di Puskesmas Guntung Payung hanya berdasarkan penemuan secara pasif artinya penemuan penderita tersebut berdasarkan pasien yang datang langsung ke Puskesmas kemudian dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik yang baik dan benar dan ditunjang oleh pemeriksaan laboratorium yang mendukung. Seharusnya, penemuan penderita anemia defisiensi besi pada remaja di Puskesmas Guntung Payung harus melalui penemuan secara aktif artinya petugas melakukan pemeriksaan terhadap para remaja di wilayah kerjanya dengan cara mencari penderita anemia defisiensi besi. Sebagai contoh, petugas mendatangi sekolah dan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium pada masing-masing siswa.

17

Alur proses pemberian tablet tambah darah di Puskesmas Guntung Payung:

Tablet tambah darah diminta ke bagian gizi sebanyak jumlah yang dibutuhkan siswa

Tablet tambah darah di berikan pada masing masing siswi yang sudah menstruasi (siswi SMP 8, 14, 15)

di buat laporan program pemebrian TTD

Masing-masing TTD dibungkus. Tiap bungkus berisi 6-7 TTD

Pemberian TTD dilakukan 1x/bulan

Kelemahan program : 1. Tidak adanya persiapan yang matang (tidak diikutsertakannya siswi SD yang sudah menstruasi, tidak melakukan kerjasama lintas sector lain selain dari pihak sekolah, dan tablet tambah darah berasal dari sisa atau lebihan dari program pemeberian Fe pada ibu hamil). 2. Tidak adanya pencatatan berapa jumlah tablet tambah darah yang di keluarkan dari pihak bagian gizi. 3. Tidak ada KIE dan penyuluhan tentang anemia defisiensi besi. 4. Tidak dilakukan kontrol setelah pemberian dalam jangka waktu tertentu (kontrol bisa berupa pemeriksaan Hb pada siswi yang sudah diberi TTD dan kontrol efek samping dari TTD). 5. Laporan program tidak diarsipkan.

18

E. Rencana program pemberian Tablet Tambah Darah Yang di Usulkan 1. Tujuan dan sasaran program 1. Tujuan 8 a. Umum b. Khusus : Meningkatkan status kesehatan dan gizi remaja :

a. Meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam upaya penanggulangan anemia defisiensi besi. b. Meningkatkan partisipasi dan kerjasama antara sektor kesehatan dengan sektor pendidikan untuk penanggulangan masalah anemia defisiensi besi. c. Meningkatkan kesadaran remaja akan pentingnya meningkatkan status kesehatan dan gizi dengan mencegah masalah anemia sedini mungkin. d. Melaksanakan suplementasi TTD untuk remaja putri secara mandiri. e. Menurunkan prevalensi anemia defisiensi besi pada WUS khususnya remaja putri. 2. Sasaran8 a. Langsung : Remaja Putri/peserta didik b. Tidak Langsung : 1. Remaja Putra/peserta didik 2. Guru/pendidik/Kepala Sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah 3. Pemuka/Tokoh Agama dan masyarakat

19

4. Ketua Organisasi Kepemudaan 5. Ketua Organisasidan LSM bidang kepemudaan, kesehatan,

keagamaan dan wanita 6. Ketua federasi pekerja sektor non formal 7. Petugas kesehatan (puskesmas) 8. Distributor 9. Masyarakat umum 2. Kegiatan operasional Kegiatan penanggulangan anemia defisiensi besi untuk Remaja Putri yang dilakukan, utamanya merupakan kegiatan Kegiatan suplementasi TTD dilakukan secara mandiri dengan dosis 1 tablet setiap hari selama masa haid/menstruasi.8 Persiapan8 1. Penemuan siswi yang sudah menstruasi di Sekolah Dasar. 2. Kesepakatan lintas program dan sektor terkait di tingkat Pusat, Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa. 3. Kesepakatan meliputi jajaran kesehatan dengan instansi pendidikan. 4. Penyediaan materi KIE oleh Depkes dan Depdikbud. 5. Penyediaan dan distribusi Tablet Tambah Darah. Penyediaan tablet tambah darah untuk remaja putri harus merupakan program tersendiri. Perlu pencatatan berapa jumlah TTD yang dikeluarkan untuk program ini. Pelaksanaan

20

1. KIE : penyuluhan kesehatan dan gizi termasuk penyuluhan tentang suplementasi Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri dilaksanakan secara berkala dengan mengikut sertakan 8: a. Lintas Sektor Terkait : Depkes, Depdikbud, Depag, Depdagri, Depsos, Menpora, dan lain-lain. b. Organisasi Sosial dan Keagamaan. c. Organisasi Kepemudaan dan Wanita : misalnya Pramuka, Bhakti Husada, PMR. d. LSM terkait : misalnya PP Nahdlatul Ulama, PP Muhammadiyah, Fatayat NU, PP Aisyiyah, Wanita Katolik dan lain-lain. e. Donor agency bidang kesehatan : Unicef, WHO, USAID, PATH, HKI, Mother Care dan lain-lain. f. Organisasi Profesi : IDI, POGI, IBI, PDGMI, ISFI, Persagi, IAKMI dan lain-lain. g. Media Komunikasi : seperti Televisi, PRSSNI, Biro Iklan, YPS, koran dan majalah. 2. Suplementasi Tablet Tambah Darah a. Dilaksanakan secara mandiri. b. Tablet Tambah Daerah yang dapat digunakan adalah obat generik yang harganya terjangkau oleh masyarakat. Tablet Tambah Daerah Generik dikemas dalam bungkus warna putih, berisi 30 tablet per bungkus. Harga Tablet Tambah Darah generik tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) obat generik. Disamping itu dapat juga digunakan Tablet Tambah

21

Darah dengan merek dagang yang memenuhi spesifikasi (mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat). c. Tablet Tambah Darah generik merupakan obat bebas terbatas yang dapat dibeli di Apotik, Toko Obat, Warung/Toko, koperasi/kantin sekolah dan pesantren, POD, dokter/bidan praktek swasta dan pondok bersalin. 3. Distribusi Tablet Tambah Darah generik untuk Remaja Putri. 4. Melakukan pemeriksaan Hb pada siswi yang sudah diberi TTD dan kontrol efek samping dari TTD dalam jangka waktu tertentu (90 hari setelah pemberian). Pembinaan dan pengawasan Tugas dan tanggung jawab masing-masing sektor antara lain8 1. Kecamatan : Sekolah/Puskesmas/tempat kerja/organisasi kesehatan, wanita, pemuda dan keagamaan : a. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kepada Remaja Putri. b. Menyediakan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan gizi untuk Remaja Putri.. c. Melaksanakan koordinasi dengan camat oleh jajaran kesehatan, pendidikan, agama dan instansi terkait untuk kelancaran pelaksanaan program. d. Mengadakan koordinasi dengan tempat tersedianya Tablet Tambah Darah. e. Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan gizi serta konseling.

22

2. Daerah Tingkat II : Kantor Depdikbud, Kandepkes, Dinkes, dan Kantor Depag Kabupaten/ Kotamadya : a. Melaksanakan pengadaan dan pendistribusian paket penyuluhan/

kurikulum untuk tiap kecamatan. b. Melaksanakan koordinasi dengan Pemda Tingkat II Kabupaten/ Kotamadya dan instansi terkait. c. Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor tentang distribusi Tablet Tambah Darah. d. Mengadakan pemantauan ke sekolah. 3. Daerah Tingkat I : a. Merencanakan kebutuhan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan gizi, pengadaan dan distribusi untuk tiap kabupaten/kotamadya. b. Melakukan koordinasi dengan Pemda Tingkat I Propinsi dan instansi terkait. c. Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor tentang distribusi Tablet Tambah Darah. d. Melakukan pemantauan ke Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan. 4. Pusat :

23

a. Melakukan koordinasi dalam penyusunan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan gizi, pengadaan dan distribusi untuk tiap propinsi. b. Melakukan koordinasi dengan produsen tentang penyediaan Tablet Tambah Darah. c. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor lain (Depdikbud) serta tentang pengembangan dan pelaksanaan Program Penanggulangan anemia defisiensi besi untuk Remaja Putri. d. Melakukan pemantauan ke Daerah Tingkat I Propinsi, Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan. Pencatatan dan pelaporan Depdikbud, Depkes, dan instansi terkait lain melaporkan kepada instansinya masing-masing sampat ke Tingkat Pusat. Pencatatan dan pelaporan cakupan suplementasi Tablet Tambah Darah mandiri, dilaksanakan secara tindak langsung melalui data penjualan dan survei. 8 Evaluasi Untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan program

Penanggulangan anemia defisiensi besi untuk Remaja Putri, perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Untuk evaluasi, dibutuhkan arsip atau dokumen dari pelaksaan terdahulu. Kegiatan evaluasi meliputi 8: A. Kelancaran logistik dan dana. B. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan C. Survei Cepat Kelainan. D. Penelitian atau studi.

24

Indikator keberhasilan antara lain 8: A. Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) Remaja Putri tentang anemia anemia defisiensi besi. B. Cakupan distribusi dan konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri/Wanita. C. Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah. D. Menurunnya prevalensi anemia pada Remaja Putri.

25

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat kesimpulan : 1. Anemia defisiensi besi merupakan masalah yang harus dicegah karena dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar yang pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya
manusia Indonesia.

2. Anemia defisiensi besi dapat dicegah, salah satunya dengan pemberian tablet tambah darah. 3. Program pelaksanaan pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri (peserta didik) yang sedang menstruasi meliputi persiapan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan, dan evaluasi. 4. Program pelaksaan pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri (peserta didik) yang sedang menstruasi ini membutuhkan kerjasama lintas sektoral dan harus didukung oleh segenap elemen pemerintah dan masyarakat agar program ini bisa terlaksana.

Anda mungkin juga menyukai