Bab 4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang No. 22 dan No. 25 Tahun 1999 mengenai otonomi daerah saat ini menjadi salah satu paradigma yang cukup penting dalam konsep pembangunan di Indonesia. Konsep otonomi tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap manajemen pembangunan serta penataan ruang pada khususnya. Dengan adanya konsep otonomi tersebut, peran permerintah daerah khususnya pemerintah kabupaten dan kota menjadi sangat besar. Oleh sebab itu pemerintah pusat perlu mereposisikan fungsi dan peranannya di daerah, khususnya dalam pengembangan wilayah. Disamping hal tersebut di atas, dalam era demokratisasi yang terjadi saat ini, faktor pelibatan swasta dan masyarakat menjadi semakin penting. Proses bottom up planning semakin nyata untuk dilaksanakan. Dalam hal ini pemerintah sebagai salah satu stakeholder dalam kegiatan pembangunan perlu lebih pro aktif dan antisipatif sesuai fungsinya sebagai fasilitator. Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa penataan ruang terdiri atas proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Proses tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Di samping itu, penataan ruang merupakan suatu proses yang kontinu dan merupakan satu kesatuan dari mulai perencanaan, pemanfaatan sampai dengan pengendalian. Mengingat peran yang begitu besar dari penataan ruang dalam proses pembangunan suatu wialyah, sangat diperlukan kesiapan aparatur pemerintah khususnya aparatur pemerintah daerah baik tingkat Propinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Pusat sebagai pembina teknis khususnya dalam bidang penataan ruang telah menerbitkan pedoman Penyusunan dan Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Propinsi, Kabupaten dan Kawasan Perkotaan. Meskipun permasalahan penyusunan rencana tata ruang dan peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah telah didukung oleh pedoman-pedoman tersebut, tidak berarti permasalahan pemanfaatan ruang di daerah mudah selesai. Banyak sekali isu-isu penataan ruang yang terjadi di daerah yang perlu diantisipasi oleh semua pihak khususnya stakeholders penataan ruang baik pemerintah pusat dan daerah, swasta dan masyarakat. Adanya masukan-masukan dari daerah mengenai
Bab 4
permasalahan-permasalahan penataan ruang di daerah akan menjadi masukan bagi penyempurnaan NSPM yang telah dan akan disusun oleh Ditjen Penataan Ruang. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Wilayah Tengah mempunyai peran sebagai pembina teknik Penataan Ruang dan Keterpaduan Pengembangan Wilayah Tengah dengan misi utama ikut mewujudkan sikap kemandirian masyarakat dalam pembangunan bidang perumahan dan permukiman, khususnya di bidang penataan kawasan, serta ikut membina peningkatan kualitas di bidang penataan ruang, khususnya perencanaan ruang kawasan. Sejalan dengan peran tersebut serta untuk mewujudkan misi yang diemban, maka Direktorat Jenderal Penataan Ruang Wilayah Tengah akan melaksanakan kegiatan tersebut untuk menunjang keterpaduan pengembangan wilayah.
Bab 4
Bab 4
Bab 4
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : Memberikan bantuan penyusunan RTR Kawasan Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya di Singaparna. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penyusunan rencana ini pada dasarnya mengikuti Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan (Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002) dan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan (Direktorat Penataan Ruang Nasional, Ditjen Penataan Ruang KIMPRASWIL) Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkah-langkah penentuan arah pengembangan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan, perumusan Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan, dan penetapan Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan. 1. Penentuan kawasan perencanaan perkotaan Dalam menentukan kawasan perencanaan perkotaan dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan. 2. Identifikasi permasalahan pelaksanaan pembangunan kawasan Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya; Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti masalah rumah kumuh, urban heritage, kota tepi air, dsb. 3. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil analisis kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup: Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan; Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan; Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan; Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan: kebutuhan ekstensifikasi; kebutuhan intensifikasi; perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan. Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.
4. Perumusan Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang.
Bab 4
5. Penetapan rencana teknik ruang kawasan Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana teknik ruang dalam bentuk Surat Keputusan Walikota/Bupati dalam hal Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan sebagai penjabaran Rencana Detail tata Ruang Kawasan Perkotaan. Proses tersebut diatas dilakukan untuk menghasilkan rangkaian kebijaksanaan pengembangan berupa rencana pembangunan kawasan yang memiliki muatan sebagai berikut : 1) Rencana tapak pemanfaatan ruang lingkungan perkotaan, meliputi: a.Rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan (kavling); b.Rencana tata letak bangunan dan pemanfaatan bangunan; c. Rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan perkotaan hingga pedestrian dan jalan setapak, perparkiran, halte dan penyeberangan; d.Rencana tata letak jaringan utilitas lingkungan perkotaan; e.Rencana ruang hijau dan penghijauan. 2) Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan, yang meliputi: a.Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik) bangunan gedung dan bangunan bukan gedung; b.Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik) jaringan pergerakan; c. Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik) jaringan utilitas lingkungan perkotaan; d.Ketentuan (Pra Rencana Teknik) sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, ketinggian bangunan, elevasi, bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, pertandaan, bahan bangunan, dan ketentuan bangunan lainnya. 3) Pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan, yang meliputi : a.Ketentuan administrasi pengendalian pelaksanaan rencana dan program, misalnya melalui mekanisme perijinan mendirikan bangunan; b.Ketentuan pengaturan operasionalisasi penerapan pola insentif, disinsentif, hak pengalihan intensitas bangunan, hak bangunan di atas tanah/di bawah tanah; c. Arahan pengendalian pelaksanaan berupa ketentuan penata pelaksanaan/manajemen pelaksanaan bangunan; d.Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan evaluasi program (baik yang dilakukan oleh instansi yang berwenang maupun keterlibatan masyarakat dalam pengawasan), serta pengenaan sanksi (berupa teguran, pencabutan ijin, perdata maupun pidana). B. Penyusunan dan Peninjauan Rencana Tata Ruang Kabupaten Proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten meliputi tahapantahapan sebagai berikut :
Bab 4
1. Persiapan penyusunan 2. Peninjauan kembali RTRW Kabupaten sebelumnya (tahapan ini dilaksanakan untuk kabupaten yang telah memiliki RTRW yang perlu ditinjau ulang) 3. Pengumpulan data dan informasi 4. Analisis 5. Konsepsi atau perumusan konsep rencana 6. Legalisasi rencana menjadi Peraturan Daerah. Dalam pekerjaan ini hanya sampai tahapan perumusan konsep rencana, sedangkan untuk legalisasinya diserahkan prosesnya kepada pemerintah daerah yang bersangkutan.
1. Persiapan Penyusunan Dalam tahapan ini dlakukan beberapa kegiatan yang akan menunjang kelancaran penyusunan RTRW Kabupaten, yaitu : a) Menyusun kerangka acuan kerja atau Terms of Reference (TOR) termasuk di dalamnya agenda pelaksanaan dan tenaga ahli yang diperlukan. b) Membentuk tim pelaksana yang terdiri dari tim pengarah, tim teknis, dan tim supervisi. c) Persiapan teknis, antara lain meliputi : perumusan substansi secara garis besar, penyiapan checklist data dan kuesioner, penyiapan metode pendekatan dan peralatan yang diperlukan. 2. Peninjuan kembali RTRW Kabupaten sebelumnya Apabila kabupaten sudah mempunyai RTRW Kabupaten dan diperlukan suatu peninjauan kembali, maka dilakukan evaluasi terhadap RTRW tersebut yang mencakup aspek-aspek berikut : a) Kelengkapan data b) Metodologi yang digunakan c) Kelengkapan isi rencana dan peta rencana d) Tinjauan terhadap pemanfaatan rencana e) Tinjauan pengendalian f) Kelembagaan g) Aspek legalitas h) Proses penyusunan rencana Evaluasi tersebut pada dasarnya untuk menilai tingkat kesahihan rencana, pengaruh faktor eksternal, dan simpangan rencana sebagaimana dijelaskan
Bab 4
dalam Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten dan digunakan sebagai masukan bagi penentuan langkah-langkah perbaikan rencana. 3. Pengumpulan data dan informasi Tahap ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi kondisi awal wilayah dan kecenderungan perkembangannya. Data dan informasi tersebut berdasarkan runtun waktu (time series) selama sepuluh tahun terakhir hingga saat tahun penyusunan. Data dan informasi yang dikumpulkan dan diolah secara umum mencakup : a) b) c) d) e) f) g) h) Data dari peta kebijaksanaan pembangunan Data dan peta kondisi sosial ekonomi Data dan peta sumberdaya manusia Data dan peta sumberdaya buatan Data dan peta sumberdaya alam Data dan peta penggunaan lahan Data pembiayaan pembangunan Data kelembagaan
4. Analisis Analisis dilakukan untuk memahami kondisi unsur-unsur pembentuk ruang serta hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah dengan memperhatikan kebijaksanaan pembangunan wilayah yang ada. Analisis yang dilakukan meliputi analisis terhadap kondisi sekarang dan kecenderungan di masa depan dengan menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan dalam proses pengumpulan data dan informasi. Aspek-aspek yang dianalisis yaitu : a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) 5 Analisis kebijakan dan strategi pengembangan kabupaten Analisis regional Analisis ekonomi dan sektor unggulan Analisis sumberdaya manusia Analisis sumberdaya buatan Analisis sumberdaya alam Analisis sistem permukiman Analisis penggunaan lahan Analisis pembiayaan pembangunan Analisis kelembagaan
Perumusan Konsep RTRW Kabupaten Perumusan konsep RTRW Kabupaten diawali dengan identifikasi potensi dan masalah pembangunan. Identifikasi potensi dan masalah pemanfaatan ruang tidak hanya mencakup perhatian pada masa sekarang, namun juga potensi dan masalah yang akan mengemuka di masa depan. Identifikasi dari potensi dan masalah tersebut membutuhkan terjalinnya komunikasi antara perencana dengan masyarakat yang akan terpengaruh oleh rencana.
Bab 4
Langkah berikutnya adalah perumusan tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Tujuan dan sasaran perencanaan tata ruang harus mencerminkan visi dari masyarakat setempat. Selanjutnya dilakukan perumusan strategi dan kebijakan tata ruang kabupaten. Rumusan konsep RTRW Kabupaten yang dilengkapi peta-peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 : 100.000 mencakup : a) Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang b) Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya c) Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Kawasan Perkotaan dan Kawasan Tertentu d) Rencana Sistem Prasarana Transportasi, Telekomunikasi, Energi, Pengairan dan Prasarana Pengelolaan Lingkungan e) Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan dan Sumberdaya Alam lainnya f) Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan
Dalam penyusunan rencana tata ruang tersebut konsultan akan berada di lapangan melaksanakan kegiatan bantuan teknik selama minimal dua bulan.
Bab 4
Menyajikan kriteria pemberian Bantek, mekanisme pembantuan yang diusulkan serta metodologi pemberian bantuan yang efektif bagi aparat penataan ruang di daerah. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Menyajikan metodologi yang akan digunakan dalam Penyusunan RTBL, Penyusunan dan Peninjauan RTRW, metoda peninjauan RTRW dan RTBL,, serta tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Bab 4 Rencana Kerja Umum Menyajikan organisasi pelaksanaan, jadwal penugasan tenaga ahli serta pelaporan
Bagian Kedua : PENYUSUNAN DAN PENINJAUAN RTRW DAN RUTR bagian kedua akan merinci metoda serta rencana kerja dari masing-masing kegiatan yang akan dilaksanakan dalam : Advokasi pemecahan masalah konflik sektoral/spasial di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah melalui Peninjauan RTRW Kabupaten Blora. Pada bagian ini akan dibahas mengenai bagaimana rencana pelaksanaan dari sub pekerjaan Advokasi pemecahan masalah konflik sektoral/spasial di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah melalui Peninjauan RTRW Kabupaten Blora. Penyusunan RTBL Kawasan Perkotaan Singaparna Bagian ini akan membahas bagaimana rencana pelaksanaan pekerjaan dari sub pekerjaan penyusunan RTBL Kawasan pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya di Singaparna Peninjauan RTRW Kabupaten Tapin Bagian ini akan membahas bagaimana rencana pelaksanaan pekerjaan dari sub pekerjaan peninjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tapin Propinsi Kalimantan Selatan Penyusunan RTRW Kabupaten Barito Timur Bagian ini akan membahas bagaimana rencana pelaksanaan pekerjaan dari sub pekerjaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah Penyusunan RTRW Kabupaten Lamandau Bagian ini akan membahas bagaimana rencana pelaksanaan pekerjaan dari sub pekerjaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamandau Propinsi Kalimantan Tengah
Bab 4
Pada bagian ini disajikan : 1. Perangkat survey yang akan digunakan dalam tahap pengumpulan data 2. Materi Bantek tahap perencanaan untuk pembekalan anggota BKPRD di daerah (materi yang akan dijabarkan menjadi beberapa modul untuk diskusi interaktif)