Anda di halaman 1dari 11

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang No. 22 dan No. 25 Tahun 1999 mengenai otonomi daerah saat ini menjadi salah satu paradigma yang cukup penting dalam konsep pembangunan di Indonesia. Konsep otonomi tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap manajemen pembangunan serta penataan ruang pada khususnya. Dengan adanya konsep otonomi tersebut, peran permerintah daerah khususnya pemerintah kabupaten dan kota menjadi sangat besar. Oleh sebab itu pemerintah pusat perlu mereposisikan fungsi dan peranannya di daerah, khususnya dalam pengembangan wilayah. Disamping hal tersebut di atas, dalam era demokratisasi yang terjadi saat ini, faktor pelibatan swasta dan masyarakat menjadi semakin penting. Proses bottom up planning semakin nyata untuk dilaksanakan. Dalam hal ini pemerintah sebagai salah satu stakeholder dalam kegiatan pembangunan perlu lebih pro aktif dan antisipatif sesuai fungsinya sebagai fasilitator. Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa penataan ruang terdiri atas proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Proses tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Di samping itu, penataan ruang merupakan suatu proses yang kontinu dan merupakan satu kesatuan dari mulai perencanaan, pemanfaatan sampai dengan pengendalian. Mengingat peran yang begitu besar dari penataan ruang dalam proses pembangunan suatu wialyah, sangat diperlukan kesiapan aparatur pemerintah khususnya aparatur pemerintah daerah baik tingkat Propinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Pusat sebagai pembina teknis khususnya dalam bidang penataan ruang telah menerbitkan pedoman Penyusunan dan Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Propinsi, Kabupaten dan Kawasan Perkotaan. Meskipun permasalahan penyusunan rencana tata ruang dan peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah telah didukung oleh pedoman-pedoman tersebut, tidak berarti permasalahan pemanfaatan ruang di daerah mudah selesai. Banyak sekali isu-isu penataan ruang yang terjadi di daerah yang perlu diantisipasi oleh semua pihak khususnya stakeholders penataan ruang baik pemerintah pusat dan daerah, swasta dan masyarakat. Adanya masukan-masukan dari daerah mengenai

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

permasalahan-permasalahan penataan ruang di daerah akan menjadi masukan bagi penyempurnaan NSPM yang telah dan akan disusun oleh Ditjen Penataan Ruang. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Wilayah Tengah mempunyai peran sebagai pembina teknik Penataan Ruang dan Keterpaduan Pengembangan Wilayah Tengah dengan misi utama ikut mewujudkan sikap kemandirian masyarakat dalam pembangunan bidang perumahan dan permukiman, khususnya di bidang penataan kawasan, serta ikut membina peningkatan kualitas di bidang penataan ruang, khususnya perencanaan ruang kawasan. Sejalan dengan peran tersebut serta untuk mewujudkan misi yang diemban, maka Direktorat Jenderal Penataan Ruang Wilayah Tengah akan melaksanakan kegiatan tersebut untuk menunjang keterpaduan pengembangan wilayah.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Maksud Pekerjaan
Bentuk kegiatan yang akan dilakukan dalam Bantuan Teknis (Bantek) ini adalah pendampingan/advisory terhadap pemerintah daerah dalam rangka penyusunan/peninjauan kembali RTRW Kabupaten. Yang dimaksud dengan kegiatan penyusunan/peninjauan kembali RTRW oleh Pemerintah Pusat adalah penyiapan dana dan tenaga ahli oleh Pemerintah Pusat dan dalam pelaksanaannya dilakukan melalui dan dengan keterlibatan intensif dari Pemerintah Kabupaten/Kota, serta pelibatan aktif dari berbagai stakeholders terkait lainnya dalam mewujudkan pembangunan wilayah kabupaten yang serasi, selaras dan berwawasan lingkungan serta berkesinambungan yang didukung oleh kemampuan aparat dan stakeholdrs lainnya.

1.2.2 Tujuan Pekerjaan


Tujuan dari kegiatan ini adalah membantu pemerintah daerah dalam mewujudkan suatu rencana tata ruang yang bernar-benar dapat diaplikasikan dan mendapat dukungan penuh dari stakeholders.

1.2.3 Sasaran Pekerjaan


Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut : terjembataninya pemahaman teknik, model dan alternatif dalam memecahkan masalah penataan ruang di daerah. tersusunnya Rencana Tata Ruang yang mendapat dukungan seluruh stakeholder dalam perencanaan tata ruang.

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan


1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada lima lokasi yaitu : 1. Advokasi pemecahan masalah konflik sektoral/spasial di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah melalui Peninjauan RTRW Kabupaten Blora. Di kawasan ini terjadi konflik pemanfaatan lahan antara sektor pertambangan dengan sektor lainnya. Untuk itu RTRW yang ada perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan isyu terbaru sekaligus dimutakhirkan berdasarkan informasi dan kebijakan terbaru. 2. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Perkotaan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kota Singaparna merupakan Ibukota Kabupaten Tasikmalaya. 3. Peninjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, pada Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan, 4. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Timur , Provinsi Kalimantan Tengah. 5. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Pemilihan lokasi untuk kegiatan bantuan teknis ini adalah didasarkan pada permintaan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah serta adanya kriteria umum bantuan teknis sebagai berikut : Provinsi, kabupaten, kota ataupun kawasan yang diindikasikan dapat mendukung terwujudnya Sistem Nasional (RTRWN) dan RTR Pulau (memiliki nilai strategis nasional). Kriteria ini dipenuhi untuk Bantuan Teknis di Kabupaten Blora dengan adanya (1) cadangan minyak eksploitasi sumur lama dan rencana eksploitasi sumur baru, 2) isu ketertinggalan wilayah. Provinsi, kabupaten, kota ataupun kawasan yang membutuhkan kegiatan sosialisasi, apresiasi, diseminasi, sistem, model dan penyusunan rencana tata ruang dalam upaya memperkuat dan memantapkan peran pemerintah daerah. Kriteria ini dipenuhi untuk Bantuan Teknis di Kabupaten Tasikmalaya yang sedang merealisasikan pemindahan ibukota kabupaten ke Singaparna. Kabupaten baru hasil pemekaran wilayah. Kriteria ini dipenuhi untuk Bantuan Teknis di Kabupaten Lamandau dan Barito Timur. Disamping itu kedua kabupaten ini juga menyatakan adanya kendala ketersediaan sumberdaya manusia di bidang penataan ruang. Pemerintah kabupaten yang menyatakan kesediaannya untuk sharing pendanaan dalam kegiatan penataan ruang. Kriteria ini dipenuhi untuk Bantuan Teknis di Kabupaten Tapin. Disamping itu Kabupaten Tapin juga menyatakan kesediaannya untuk melakukan sharing pendanaan dalam kegiatan Peninjauan RTRTW Kabupeten.

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

1.3.2 Ruang Lingkup Materi


1.3.2.1 Ketentuan Umum Dalam melaksanakan pekerjaan ini, konsultan melakukan kegiatan yang mencakup hal-hal sebagai berikut : Melakukan fasilitasi stakeholders daerah dalam proses penyusunan RTRW termasuk menyelenggarakan forum untuk menampung aspirasi masyarakat dan swasta. Mengikutsertakan BKPRD Propinsi atau instansi terkait di bidang penataan ruang Propinsi dalam proses pelaksanaan pekerjaan sebagai perwujudan perkuatan kelembagaan penataan ruang di tingkat propinsi. Memfasilitasi daerah dalam pembentukan Tim Teknis Daerah dan melakukan kerja sama dengan daerah dalam hal pengayan substansi RTRW. Dalah hal ini, Tim Teknis Daerah sasaran menjadi direksi yang mempunyai wewenang dalam memutuskan substansi maupun mekanisme proses pelaksanaan pekerjaan. Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi yang berkompeten di bidang penataan ruang dan telah mempunyai hubungan dengan Pemda setempat dalam pengembangan kota/kabupaten/propinsi-nya. Menyiapkan tim kerja yang bekerja secara simultan dan sinergis serta tidak saling tumpang tindih dalam pelaksanaan pekerjaan. Menempatkan tenaga ahli konsultan di daerah sebagai mitra daerah dan memberikan bimbingan teknis pada daerah (transfer pengetahuan). Penempatan tenaga ahli di daerah ini akan dilakukan pada rentang waktu minimal dua bulan. Melakukan persiapan pekerjaan, antara lain meliputi : menyiapkan tempat kerja (studio), menyiapkan metoda pendekatan yang akan dilakukan, rencana kerja, desk study akan kondisi wilayah perencanaan secara awal, serta persiapan survei. Mengadakan peta-peta yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi sesuai dengan ketentuan yang ada. Melakukan kegiatan survey ke daerah dalam rangka pengumpulan data primer dan sekuder. Melakukan kegiatan analisis secara komprehensif maupun detail. Menyelenggarakan Forum Diskusi dan Seminar RTRW baik di setiap daerah lokasi pekerjaan maupun di Pusat. 1.3.2.2 Lingkup Substansi Kegiatan Dalam kegiatan ini substansi kegiatannya adalah Penyusunan Rencana Tata bangunan dan Tata Lingkungan serta Penyusunan dan Peninjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. A. Rencana Teknis Ruang (RTR) Kawasan Pemerintahan

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : Memberikan bantuan penyusunan RTR Kawasan Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya di Singaparna. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penyusunan rencana ini pada dasarnya mengikuti Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan (Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002) dan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan (Direktorat Penataan Ruang Nasional, Ditjen Penataan Ruang KIMPRASWIL) Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkah-langkah penentuan arah pengembangan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan, perumusan Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan, dan penetapan Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan. 1. Penentuan kawasan perencanaan perkotaan Dalam menentukan kawasan perencanaan perkotaan dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan. 2. Identifikasi permasalahan pelaksanaan pembangunan kawasan Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya; Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti masalah rumah kumuh, urban heritage, kota tepi air, dsb. 3. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil analisis kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup: Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan; Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan; Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan; Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan: kebutuhan ekstensifikasi; kebutuhan intensifikasi; perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan. Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.

4. Perumusan Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang.

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

5. Penetapan rencana teknik ruang kawasan Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana teknik ruang dalam bentuk Surat Keputusan Walikota/Bupati dalam hal Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan sebagai penjabaran Rencana Detail tata Ruang Kawasan Perkotaan. Proses tersebut diatas dilakukan untuk menghasilkan rangkaian kebijaksanaan pengembangan berupa rencana pembangunan kawasan yang memiliki muatan sebagai berikut : 1) Rencana tapak pemanfaatan ruang lingkungan perkotaan, meliputi: a.Rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan (kavling); b.Rencana tata letak bangunan dan pemanfaatan bangunan; c. Rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan perkotaan hingga pedestrian dan jalan setapak, perparkiran, halte dan penyeberangan; d.Rencana tata letak jaringan utilitas lingkungan perkotaan; e.Rencana ruang hijau dan penghijauan. 2) Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan, yang meliputi: a.Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik) bangunan gedung dan bangunan bukan gedung; b.Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik) jaringan pergerakan; c. Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik) jaringan utilitas lingkungan perkotaan; d.Ketentuan (Pra Rencana Teknik) sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, ketinggian bangunan, elevasi, bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, pertandaan, bahan bangunan, dan ketentuan bangunan lainnya. 3) Pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan, yang meliputi : a.Ketentuan administrasi pengendalian pelaksanaan rencana dan program, misalnya melalui mekanisme perijinan mendirikan bangunan; b.Ketentuan pengaturan operasionalisasi penerapan pola insentif, disinsentif, hak pengalihan intensitas bangunan, hak bangunan di atas tanah/di bawah tanah; c. Arahan pengendalian pelaksanaan berupa ketentuan penata pelaksanaan/manajemen pelaksanaan bangunan; d.Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan evaluasi program (baik yang dilakukan oleh instansi yang berwenang maupun keterlibatan masyarakat dalam pengawasan), serta pengenaan sanksi (berupa teguran, pencabutan ijin, perdata maupun pidana). B. Penyusunan dan Peninjauan Rencana Tata Ruang Kabupaten Proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten meliputi tahapantahapan sebagai berikut :

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

1. Persiapan penyusunan 2. Peninjauan kembali RTRW Kabupaten sebelumnya (tahapan ini dilaksanakan untuk kabupaten yang telah memiliki RTRW yang perlu ditinjau ulang) 3. Pengumpulan data dan informasi 4. Analisis 5. Konsepsi atau perumusan konsep rencana 6. Legalisasi rencana menjadi Peraturan Daerah. Dalam pekerjaan ini hanya sampai tahapan perumusan konsep rencana, sedangkan untuk legalisasinya diserahkan prosesnya kepada pemerintah daerah yang bersangkutan.

1. Persiapan Penyusunan Dalam tahapan ini dlakukan beberapa kegiatan yang akan menunjang kelancaran penyusunan RTRW Kabupaten, yaitu : a) Menyusun kerangka acuan kerja atau Terms of Reference (TOR) termasuk di dalamnya agenda pelaksanaan dan tenaga ahli yang diperlukan. b) Membentuk tim pelaksana yang terdiri dari tim pengarah, tim teknis, dan tim supervisi. c) Persiapan teknis, antara lain meliputi : perumusan substansi secara garis besar, penyiapan checklist data dan kuesioner, penyiapan metode pendekatan dan peralatan yang diperlukan. 2. Peninjuan kembali RTRW Kabupaten sebelumnya Apabila kabupaten sudah mempunyai RTRW Kabupaten dan diperlukan suatu peninjauan kembali, maka dilakukan evaluasi terhadap RTRW tersebut yang mencakup aspek-aspek berikut : a) Kelengkapan data b) Metodologi yang digunakan c) Kelengkapan isi rencana dan peta rencana d) Tinjauan terhadap pemanfaatan rencana e) Tinjauan pengendalian f) Kelembagaan g) Aspek legalitas h) Proses penyusunan rencana Evaluasi tersebut pada dasarnya untuk menilai tingkat kesahihan rencana, pengaruh faktor eksternal, dan simpangan rencana sebagaimana dijelaskan

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

dalam Pedoman Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten dan digunakan sebagai masukan bagi penentuan langkah-langkah perbaikan rencana. 3. Pengumpulan data dan informasi Tahap ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi kondisi awal wilayah dan kecenderungan perkembangannya. Data dan informasi tersebut berdasarkan runtun waktu (time series) selama sepuluh tahun terakhir hingga saat tahun penyusunan. Data dan informasi yang dikumpulkan dan diolah secara umum mencakup : a) b) c) d) e) f) g) h) Data dari peta kebijaksanaan pembangunan Data dan peta kondisi sosial ekonomi Data dan peta sumberdaya manusia Data dan peta sumberdaya buatan Data dan peta sumberdaya alam Data dan peta penggunaan lahan Data pembiayaan pembangunan Data kelembagaan

4. Analisis Analisis dilakukan untuk memahami kondisi unsur-unsur pembentuk ruang serta hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah dengan memperhatikan kebijaksanaan pembangunan wilayah yang ada. Analisis yang dilakukan meliputi analisis terhadap kondisi sekarang dan kecenderungan di masa depan dengan menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan dalam proses pengumpulan data dan informasi. Aspek-aspek yang dianalisis yaitu : a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) 5 Analisis kebijakan dan strategi pengembangan kabupaten Analisis regional Analisis ekonomi dan sektor unggulan Analisis sumberdaya manusia Analisis sumberdaya buatan Analisis sumberdaya alam Analisis sistem permukiman Analisis penggunaan lahan Analisis pembiayaan pembangunan Analisis kelembagaan

Perumusan Konsep RTRW Kabupaten Perumusan konsep RTRW Kabupaten diawali dengan identifikasi potensi dan masalah pembangunan. Identifikasi potensi dan masalah pemanfaatan ruang tidak hanya mencakup perhatian pada masa sekarang, namun juga potensi dan masalah yang akan mengemuka di masa depan. Identifikasi dari potensi dan masalah tersebut membutuhkan terjalinnya komunikasi antara perencana dengan masyarakat yang akan terpengaruh oleh rencana.

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

Langkah berikutnya adalah perumusan tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Tujuan dan sasaran perencanaan tata ruang harus mencerminkan visi dari masyarakat setempat. Selanjutnya dilakukan perumusan strategi dan kebijakan tata ruang kabupaten. Rumusan konsep RTRW Kabupaten yang dilengkapi peta-peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 : 100.000 mencakup : a) Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang b) Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya c) Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Kawasan Perkotaan dan Kawasan Tertentu d) Rencana Sistem Prasarana Transportasi, Telekomunikasi, Energi, Pengairan dan Prasarana Pengelolaan Lingkungan e) Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan dan Sumberdaya Alam lainnya f) Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan

Dalam penyusunan rencana tata ruang tersebut konsultan akan berada di lapangan melaksanakan kegiatan bantuan teknik selama minimal dua bulan.

1.4 Keluaran / Output


Keluaran/Output dari pekerjaan ini meliputi : Laporan kegiatan Bantuan Teknik Rencana Tata Ruang, baik Rencana Tata Bangunan dan Tata Lingkungan Kawasan maupun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

1.5 Sistematika Laporan Pendahuluan


Laporan Pendahuluan ini disajikan dalam tiga bagian yang meliputi : Bagian Pertama : PELAKSANAAN BANTEK bagian ini berisikan muatan-muatan umum Pekerjaan Bantuan Teknis. Bagian pertama ini mencakup empat bab yaitu : Bab 1 Pendahuluan Pada bagian awal ini akan dipaparkan hal-hal yang mendasari pekerjaan ini. Pada bab ini akan dipaparkan : latar belakang, maksud tujuan sasaran, ruang lingkup pekerjaan, dan output pekerjaan. Bab 2 Metodologi Pelaksanaan Bantek

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

Menyajikan kriteria pemberian Bantek, mekanisme pembantuan yang diusulkan serta metodologi pemberian bantuan yang efektif bagi aparat penataan ruang di daerah. Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Menyajikan metodologi yang akan digunakan dalam Penyusunan RTBL, Penyusunan dan Peninjauan RTRW, metoda peninjauan RTRW dan RTBL,, serta tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Bab 4 Rencana Kerja Umum Menyajikan organisasi pelaksanaan, jadwal penugasan tenaga ahli serta pelaporan

Bagian Kedua : PENYUSUNAN DAN PENINJAUAN RTRW DAN RUTR bagian kedua akan merinci metoda serta rencana kerja dari masing-masing kegiatan yang akan dilaksanakan dalam : Advokasi pemecahan masalah konflik sektoral/spasial di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah melalui Peninjauan RTRW Kabupaten Blora. Pada bagian ini akan dibahas mengenai bagaimana rencana pelaksanaan dari sub pekerjaan Advokasi pemecahan masalah konflik sektoral/spasial di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah melalui Peninjauan RTRW Kabupaten Blora. Penyusunan RTBL Kawasan Perkotaan Singaparna Bagian ini akan membahas bagaimana rencana pelaksanaan pekerjaan dari sub pekerjaan penyusunan RTBL Kawasan pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya di Singaparna Peninjauan RTRW Kabupaten Tapin Bagian ini akan membahas bagaimana rencana pelaksanaan pekerjaan dari sub pekerjaan peninjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tapin Propinsi Kalimantan Selatan Penyusunan RTRW Kabupaten Barito Timur Bagian ini akan membahas bagaimana rencana pelaksanaan pekerjaan dari sub pekerjaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah Penyusunan RTRW Kabupaten Lamandau Bagian ini akan membahas bagaimana rencana pelaksanaan pekerjaan dari sub pekerjaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamandau Propinsi Kalimantan Tengah

Bagian Ketiga : LAMPIRAN

METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA

Bab 4

Pada bagian ini disajikan : 1. Perangkat survey yang akan digunakan dalam tahap pengumpulan data 2. Materi Bantek tahap perencanaan untuk pembekalan anggota BKPRD di daerah (materi yang akan dijabarkan menjadi beberapa modul untuk diskusi interaktif)

Anda mungkin juga menyukai