Anda di halaman 1dari 9

9

Pada pasien ini terjadinya glaukoma absolut diduga disebabkan oleh glaukoma primer yang kronis yang berjalan lambat dan sering tidak diketahui kapan mulainya, karena keluhan pasien sangat sedikit atau samar. Misalnya mata sebelah terasa berat, nyeri kepala sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan anamnesis yang tidak khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan kadang-kadang penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukomanya sudah berat. Pada glaukoma simpleks (glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata terbuka) ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolut. Karena perjalanan penyakit yang demikian maka glaukoma simpleks disebut sebagai maling penglihatan3.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus mata kiri adalah 0 (nol), terdapat hiperemi pada sklera, dan kornea berwarna putih keruh. Pada pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometri diperoleh nilai TIO mata kiri pasien adalah 81,7mmH g. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya glaukoma dapat dilakukan1-3: 1. Pemeriksaan Lapang Pandang

Pemeriksaan ini penting untuk menegakan diagnosis, meneliti perjalanan penyakitnya, dan untuk menentukan sikap pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan perifer dan juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan

perifer belum menujukan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukan adanya macam10

macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, yaitu seolah olah melihat melalui teropong dan akhirnya menjadi buta. 2. Pemeriksaan oftalmoskopi

Pada pemeriksaan ini, akan terlihat penggaungan dan atrofi tampak pada papil N. II. Ada yang mengatakan, bahwa pada glaukoma sudut terbuka, didalam saraf optik didapatkan kelainan degenerasi yang primer, yang disebabkan oleh insufisiensi vaskular. Sebab menurut penelitian kemunduran fungsinya terus berlanjut, meskipun tekanan intraokulernya telah dinormalisir dengan obatobatan ataupun dengan operasi. Juga penderita dengan kelainan sistemik seperti diabetes melitus, arteriosklerosis, lebih mudah mendapat kelainan saraf optik, akibat kenaikan tekanan intraokuler, dari pada yang lain. Kelainan dikatakan bermakna bila ada pembesaran cup-to-disc ratio (CDR) lebih besar dari 0.5, dan asimetri CDR antara dua mata 0.2 atau lebih. 3. Pemeriksaan Gonioskopi

Dengan lensa gonioskopi dapat dilihat keadaan sudut bilik mata yang dapat menimbulkan glaukoma. Penentuan gambaran sudut bilik mata dilakukan pada setiap kasus yang dicurigai adanya glaukoma. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di dataran depan kornea setelah diberikan local anestesi. Lensa ini dapat digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya360 derajat.

11 4. Pemeriksaan Tonometri

Pemeriksaanini digunakan untuk mengetahui

t ekananintraokular. Alat sederhana

yang biasa digunakan adalahtonometer Schiot, yaitu dengan dilakukanindentasi

(penekanan) pada kornea. TIO > 20 mmHg di curigai adanya glaukoma. TIO > 25 mmHg pasien menderita glaukoma. 5. Tes Provokasi Tes provokasi yang sering dilakukan adalah uji kopi, uji minum air, uji steroid, uji variasi diurnal, dan uji kamar gelap.

Efek peningkatantekananintraokular di dalam mata ditemukan pada semua bentuk glaukoma, yang manifestasinya dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatantekananintraokular. Tekananintraokular yang normal berkisar antara 15-20 mmHg (dengan Schiot). Umumnyatekanan 24,4 mmHg masih dianggap sebagai batastertinggi. Tekanan 22 mmHg dianggaphigh normal dan kita sudah harus waspada2. Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofis el ganglion difus, yang menyebabkan penipisanlapisan serat saraf daninti bagian Gambar 2. Peningkatan Tekanan dalamBolaMata 12

dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofik, dan prosessus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin. Pada glaukoma, tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea1.

Pemilihan pengobatan glaukoma dapat dibagi berdasarkan jenis glaukomanya. Pengobatan ditujukan pada penyebabnya dan juga terhadap glaukomanya sendiri. Walaupun glaukoma absolut merupakan stadium akhir dari glaukoma, tetapi terapi

medikamentosa masih diperlukan. Terapi medikamentosa pada glaukoma absolut, prinsip penatalaksanaannya adalah menurunkan TIO, memberi terapi simptomatik, dan mengatasi ketidakmampuan penglihatan pasien.

Pada pasien ini diberikan obat peroral dan topical. Obat peroral yang diberikan yaitu asam mefenamat yang berfungsi sebagai analgetik dan antiinflamasi untuk mengurangi nyeri kepala yang dikeluhkan penderita. Asam mefenamat diberikan3 x 500 mg, sesuai untuk dosis dewasa. Selain itu, obat oral lain yang diberikan adalah asetazolamid yang berfungsi untuk menekan produksi humor akueus . Dosis asetazolamid 125-250 mg sampai3x sehari peroral atau 500 mg sekali atau2x sehari atau secara IV (500 mg). Pemberian obat ini dapat menimbulkan poliuria. Efek samping asetazolamid antara lain anoreksi, muntah, mengantuk, trombositopeni, granulositopeni, kelainan ginjal1,3.

Obat topical yang diberikan pada pasien antara lain Timolol 0,5 % ed2 dd gtt 1 dan Cendo carpine2 % ed 6 dd gtt1, yang fungsinya untuk menurunkan tekanan intraokular dengan menarik cairan dari dalam mata, menekan produksi 13 humor akueus dan juga mendilatasikan pupil untuk mencegah terbentuknya sinekia posterior yang permanen1,3.

Timolol maleate adalah penghambat reseptor beta adrenergik non selektif yang digunakan untuk pengobatan glaukoma dalam bentuk sediaan tetes mata dengan kadar 0,25%, 0,5% dan 0,68%. Sama seperti Brinzolamide, Timolol maleate mengurangi

tekanan pada mata akibat glaukoma. Selain itu diberikan pula Cendo carpine2-4 %,3-6 kali satu tetes sehari berfungsi membesarkan pengeluaran cairan mata1,3.

Pengobatan lain untuk glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit2,3,7. 14 BAB IV PENUTUP

Telah dilaporkan kasus glaukoma absolut pada seorang wanita usia2 8 tahun. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapat. Penderita mendapatkan terapi yang berfungsi sebagai simptomatik untuk mengurangi keluhan, menurunkan tekanan intarokular baik topikal maupun sistemik dan mendilatasi pupil untuk melepaskan atau mencegah terjadinya sinekia posterior yang permanen.

Anda mungkin juga menyukai