Anda di halaman 1dari 15

M

1

PROSES PRODUKSI BATU KAPUR
A. Latar Belakang
Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh
kepulauan Indonesia, seperti di Padalarang (Jawa Barat), Kalimantan Tengah (Kota Waringin
Barat, Barito Utara, Murung Raya), Palimanan (Kab. Cirebon, Jabar) dan daerah lainnya. Batu
kapur yang terdapat di alam bermacam-macam ienisnya, antara lain : kalsit (CaCO3), dolomit
(CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit (FeCO3), ankerit |Ca2Fe(CO3)4|, dan aragonit
(CaCO3) yang berkomposisi kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya.
Batu kapur banyak digunakan oleh berbagai industri untuk keperluan tertentu. Untuk
pemakaian di industri kimia, batu kapur perlu diproses terlebih dahulu dengan proses
pembakaran hingga meniadi kapur tohor (CaO) atau kapur padam |Ca(OH)2|. Selain itu batu
kapur dapat iuga dimanIaatkan untuk dibuat sebagai bahan baku nutrisi pakan ternak yang
dikenal dengan sebutan kalsium hidroIosIat (CaHPO4).
Batu kapur merupakan mineral alam yang dapat dikalsinasi meniadi kapur tohor/kalsium
oksida (CaO), yang umumnya digunakan pada proses peleburan logam, pengolahan limbah, dan
pembuatan batu bata ringan untuk gedung bertingkat/apartemen.
Batu kapur atau limestone adalah sebuah batuan sedimen dengan rumus kimia CaCO
3
terdiri dari mineral Calcite (Calsium Carbonate). Batu Kapur merupakan salah satu bahan baku
utama pada proses pembuatan semen selain tanah liat (Clay), yang merupakan sumber Kalsium
Oksida (CaO). Pada proses pembakaran Batu kapur akan terurai meniadi CaO dan CO
2
Selain
CaO terdapat unsur negatiI yang sangat tidak diinginkan didalam batu kapur yaitu MgO
(Magnesium Oksida) yang mana batu kapur dengan kandungan MgO yang tinggi akan
memberikan eIek negatiI apabila batu kapur tersebut digunakan sebagai bahan baku dalam
semen. semen yang dihasilkan akan berkualitas rendah pada aplikasinya akan mengakibatkan
pemuaian (Ekspansi), selain itu MgO dalam batu kapur akan memberikan eIek warna gelap
daripada semen yang dihasilkan Batu kapur merupakan mineral alam yang dapat dikalsinasi
M
2

meniadi kapur tohor/kalsium oksida (CaO), yang umumnya digunakan pada proses peleburan
logam, pengolahan limbah, dan pembuatan batu bata ringan untuk gedung bertingkat/apartemen.

B. Proses Produksi
Hingga saat ini, proses kalsinasi batu kapur pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan tungku tegak, hal ini dikarenakan modal awal yang relatiI murah, namun tungku
ini memiliki produktivitas yang relatiI kecil bila dibandingkan dengan tungku lorong (tunnel
kiln). Tungku tunel terdiri dari dua buah lorong yang terhubung satu sama lain, dengan paniang
tungku 13.590 mm. Didalamnya terdapat 21 buah lorri yang berisikan batu kapur berukuran 2-10
cm, yang digerakkan oleh empat buah pendorong mekanik pada kedua uiung tungku tersebut.
Proses pembakaran batu kapur dilakukan dengan menggunakan pulverized coal burner pada
masing-masing lorong. Pembakaran batu kapur di dalam lorong berlangsung selama beberapa
iam dengan temperatur ruang bakar 1100 oC.
Proses pembuatan kapur hidrolik
Bahan mentahnya adalah kira-kira 65 - 75 terdiri dari batu gamping yaitu kalsium
karbonat dengan kotoran-kotoran berupa silika, alumina, magnesia dan oxida besi.
Cara pembuatan ; kapur hidrolik dibuat dengan membakar batu kapur yang mengandung
silika dan lempung sampai meniadi klinker dan mengandung cukup kapur dan silikat akan tetapi
yang mengandung cukup kapur bebas sehingga masa klinker itu dapat menghasilkan kapur tohor
setelah berhubungan dengan air. Bilamana kadar alumina dan silika dalam batu kapur bertambah,
maka panas yang teriadi berkurang dan pada suatu saat reaksi antara kapur dan air itu berhenti.
Pada suhu tinggi alumina dan silika berpadu dengan kalsiumoxida, kalsium-silikat, dan aluminat
yang tidak mudah bergabung dengan air bila berada dalam bentuk gumpalan-gumpalan. Oleh
karena itu dalam proses pemberian air dibubuh kan kapur tohor sehingga gumpalan-gumpalan
yang besar terpecah-pecah meniadi serbuk halus akibat pengembangan kapur tohor. Produksi
kapur di Indonesia Bahan mentah yang biasa dipakai sebagai pozzolan yang
terdapat di Indonesia adalah teras bahan seperti batu apung yang disemburkan oleh gunung
berapi. Disamping teras batu apung memperlihatkan iuga siIat-siIat seperti pozzolan dan dapat
dipergunakan sebagai kapur teras (pozzolime). Hasil akhir adalah campuran dari pozzolan dan
M
3

kapur tohor. Perbandingannya berkisar antara 1 : 2 dan I : 3 de ngan kapur selalu situ bagian dan
pozzolan dua atau tiga bagian. Dapur pembakaran kapur di Indonesia berkisar antara yang paling
sederhana sampai yang cukup modern dengan cerobong vertikal. Dapur ini biasanya diisi dengan
batu kapur yang ukurannya terlampau besar, dengan akibat bahwa sebagian terbakar berlebihan,
cukup terbakar, kurang terbakar, atau tidak terbakar sehingga hasilnya kurang memuaskan.
Disamping itu dalam mematikan kapur tohor yang dihasilkan itu, seringkali dipergunakan terlalu
banyak air, sehingga kapur mati yang diperoleh kadar airnya terlalu tinggi yang
menyebabkannya segera menyerap karbondioksida dari udara dan membentuk kembali kalsium
karbonat. Di Padalarang batu kapur yang dibakar itu berukuran iauh lebih kecil dari pada yang
telah disebut diatas. Sebagai bahan pembakaran dipakai kayu dan serbuk arang batu yang
dicampurkan dalam iumlah-iumlah tertentu diantara batu kapur. Selaniutnya pembakaran
dilakukan dengan menggunakan kayu melalui dua buah lubang pembakaran dibawah. Kapur
tohor yang dihasilkan adalah ringan, suatu bukti bahwa pembakaran telah dilaksanakan dengan
baik dan kapur mati yang diperoleh adalah kering serta halus tanpa gumpalan-gumpalan.
Apabila hanya beberapa ratus kilogram kapur tohor akan dimatikan, maka dengan
menghamparkan kapur tohor itu dan kemudian memercikannya dengan air akan didapat kapur
mati yang kering serta cukup baik iika dilaksanakan dengan seksama. Namun demikian dengan
membasahi kapur tohor tersebut dengan cukup air akan diperoleh hasil yang lebih memuaskan.
Bilamana 10 atau 50 ton kapur tohor akan dimatikan perlu tersedia suatu peralatan industri
khusus guna keperluan tersebut.
Hasil akhir adalah batu kapur silikat dan kira-kira 1/4 nya adalah kapur tohor. Bahan
berbentuk halus tersebut dapat segera bergabung dengan air. Kapur hidrolik memperl.ihatkan
siIat-siIat hidroliknya, namun tidak cocok untuk bangunan-bangunan didalam air oleh karena
untuk mencapai kekerasannya kapur hidrolik membutuhkan udara segar. Udara diperlukan agar
proses karbonisasi antara kalsium hydroxida dan karbondioksida dari udara berlangsung dengan
baik. Proses ini menghasilkan kalsium karbonat yang akan mengeras, sehingga kapur mencapai
kekuatannya yang penuh.
unLuk mendapaLkan kapur Lohor secara Lradlslonal vana slap dlpasarkan blasanva dlperlukan
wakLu vana cukup lama valLu seklLar 310 harl Lermasuk wakLu unLuk mendlnalnkannva
Proses Pembuatan Kalsium Karbonat. Kalsium karbonat dengan rumus kimia
CaCO3. Batu kapur memang merupakan sumber utama kalsium karbonat. Di pasaran,
M
4

kalsium karbonat diiual dalam dua ienis yang berbeda.Yang membedakan kedua ienis produk
tersebut terletak pada tingkat kemurnian produk kalsium karbonat di dalamnya. Kedua ienis
produk kalsium karbonat atau CaCO3 yang dimaksud adalah heavv and light tvpes.
Kalsium karbonat heavv tvpe diproduksi dengan cara menghancurkan batu kapur hasil
penambangan meniadi powder halus, lalu disaring sampai diperoleh ukuran powder yang
diinginkan. Selaniutnya tepung kalsium karbonat hasil penyaringan disimpan dalam silo-silo atau
tempat penyimpanan yang berukuran besar sebelum dikemas.
Sedangkan kalsium karbonat light tvpe diperoleh setelah melalui proses produksi yang
agak rumit, dibandingkan dengan heavv tvpe. Pertama-tama batu kapur dibakar dalam tungku
berukuran raksasa, untuk mengubah CaCO3 meniadi CaO (oksida kalsium) dan gas karbon
dioksida atau CO2.

CaCO3 --~ CaO CO2

Proses selaniutnya, CaO yang terbentuk kemudian dicampur dengan air dan diaduk. Maka
terbentuklah senyawa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2. Kalsium hidroksida yang telah
terbentuk kemudian disaring untuk memisahkan senyawa-senyawa pengotor.

CaO H2O --~ Ca(OH)2

Ca(OH)2 yang telah disaring kemudian direaksikan dengan CO2 untuk membentuk CaCO3 dan
air, seperti dituniukkan oleh persamaan reaksi berikut:

Ca(OH)2 CO2 --~ CaCO3 H2O

Endapan CaCO3 hasil reaksi di atas kemudian di saring dan dikeringkan. Selaniutnya Kalsium
hidroksida dihaluskan meniadi powder CaCO3.

M
5

C. Penggunaan Batu kapur



Penggunaan batu kapur sebagai filler pada campuran AC-BC merupakan salah satu
bagian dari lapis perkerasan yang berIungsi sebagai lapis antara yang menahan beban maksimum
akibat beban lalu lintas.
Kapur putih cocok untuk meniernihkan plesteran langit-langit untuk mengapur tembok
kamar. dibidang pertanian digunakan untuk membasmi kutu-kutu dalam kandana kapur puLlh
sebaaal bahan Lambahan pada adukan Lembok menambah kekenvalan serLa memperbalkl slfaL
penaer[aannva uenaan dlcampur denaan semen valLu denaan perbandlnaan kapur puLlh semen 1 3
kapur puLlh dapaL dlLuanakan unLuk memperbalkl permukaan beLon vana Lldak menaanduna porlporl
kapur puLlh merupakan komponen uLama darl baLa vana LerbuaL darl paslr dan kapur kekuaLannva
sebaaal bahan penalkaL adalah kecll dan hanva dapaL mencapal 1/3 darl kekuaLan semen porLland
Kapur tohor merupakan salah satu bahan pembantu untuk proses pemurnian nira tebu.
Kapur tohor dibuat dari pembakaran batu kapur proses pembakaran yang memenuhi persyaratan
pemurnian nira di pabrik gula yaitu dengan kandungan CaO 90 .
Selain itu kapur iuga dapat digunakan pada industri peleburan logam (digunakan sebagai
Iluks), industri semen bahan bangunan, penetral keasaman tanah, pembuatan pupuk organik,
pengolahan air bersih serta untuk menetralisir air yang mengandung CO2.
Penggunaan Kalsium Karbonat di Industri
Banyak industri yang telah memanIaatkan kalsium kabronat. Industri yang menggunakan
kalsium karbonat antara lain :
1. Industri Cat
2. Industri pembuatan pipa PVC, dan
3. Industri pembuatan pasta gigi.
M
6

Perkembangan investasi berbagai industri di Indonesia dari tahun 1997 hingga saat ini (2003)
masih belum menuniukkan perkembangan yang menggembirakan. Begitu pula pada industri
manuIaktur, dampaknya berimbas iuga pada perkembangan bahan galian industri sebagai
industri hulu. 8 (delapan) industri manuIaktur yang banyak memanIaatkan bahan galian
industri baik sebagai bahan baku utama maupun sebagai bahan baku penolong dalam proses
produksinya adalah:
O Industri gelas dan kaca
O Industri kosmetika
O Industri pakan ternak
O Industri pupuk mineral
O Industri karet dan ban
O Industri keramik
O Industri kertas
O Pengolah limbah industri
Industri Gelas dan Kaca
Sampai dengan tahun 2002 di Indonesia terdapat 14 pabrik kaca dengan kapasitas produksi
sebesar 1,4 iuta ton dan baru terpenuhi 87,5 . Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang
berialan lambat (2) seiak 1998 mengakibatkan laiu pertumbuhan produksi kaca di Indonesia
tidak seperti yang diharapkan hanya 3,26 . Apabila dihitung persentase terhadap iumlah
penduduk Indonesia sebesar 210 iuta tahun 2002 ternyata konsumsi kaca perkapita hanya di
bawah 0,4 . Gambaran tersebut menuniukkan bahwa proses perbaikan pendapatan bagi
masyarakat Indonesia belum berhasil.

M
7


Di saat ini kelihatannya produksi masih diarahkan untuk ekspor. Selain itu, adanya situasi
politik yang belum stabil membuat para pabrikan masih menahan diri bahkan ada yang pindah
ke negeri lain yang memang lebih menguntungkan. Seperti diketahui, industri kaca termasuk
industri padat modal.
Banyaknya pungutan merupakan salah satu alasan. Hal lainnya adalah bahan baku penolong
yang masih diimpor dengan iumlah di atas 50 . Sebaliknya mineral yang dibutuhkan dalam
indusri kaca tidak meniadi masalah karena banyak tersedia di Indonesia seperti kuarsa, Ielspar,
dolomit, dll.
Industri Kosmetika
Sebetulnya kalau melihat iumlah penduduk Indonesia yang kebanyakan wanita, sangat
dimungkinkan bahwa konsumsi produk kosmetika akan semakin baik. Namun, ternyata bahwa
untuk bidang kosmetika prospek pemakaian mineral tidak akan seperti di industri lain. Masih
banyak kendala dalam pengolahan, terutama bahan baku talk yang menurut isu dapat
menimbulkan resiko kanker akibat adanya mineral yang membahayakan sebagai penyebab
kanker paru-paru kalau terlalu banyak menghisap bedak talk walaupun prosesnya lambat
karena pemakaian produk bedak sudah dimulai seiak bayi dilahirkan.
M
8


Di sisi lain, ada indikasi permintaan kosmetik Indonesia di pasar luar negeri akan kosmetik
semakin membaik dari tahun ke tahun. Itu menuniukkan bahwa kosmetik dari Indonesia sangat
diperlukan di luar negeri. Ada kemungkinan karena kosmetik dari Indonesia mengandung
bahan alami atau ramuan dari tumbuhan selain mineral industri. Dalam meningkatkan
pengembangan pemasaran, Indonesia telah melakukan ekspor kosmetik dalam iumlah yang
lumayan cukup besar dibandingkan dengan impor.
Di samping itu Kosmetik produk Indonesia meniadi salah satu komoditi ekspor, dan telah
meningkatkan devisa negara selain migas. Hal ini dapat dilihat dari permintaan melalui sesama
produsen luar negeri dengan produsen dalam negeri, yang merupakan anak perusahaan dari
perusahaan yang bergerak dalam industri kosmetik. Negara-negara tuiuan ekspor diantaranya
adalah negara kelompok Asean, Eropa, dan Timur Tengah
Industri Pakan Ternak
Walaupun mineral industri yang dicampur pada pakan ternak iumlahnya hanya 5 , namun
berpengaruh pada kehidupan ternak. Dengan demikian, pemanIaatan mineral diyakini
merupakan suatu hal pokok untuk bidang peternakan di masa mendatang karena banyak
keuntungan yang diperoleh. Ini merupakan peluang dalam pengembangan produk pakan ternak
dan prospeknya cukup baik.
M
9


Data hasil survey ke produsen pakan ternak di Indonesia memperlihatkan bahwa mineral yang
digunakan sebagai makanan tambahan bagi ternak adalah kapur, zeolit, bentonit dan garam
sodium. Sebagai pertimbangan utama, penggunaan mineral tersebut berkaitan erat dengan
harga yang cukup murah dan tersedia dalam iumlah yang cukup di berbagai tempat, serta
memenuhi siIat-siIat yang sesuai dengan persyaratan, sehingga dapat tercipta pasar regional
yang tinggi untuk bahan baku pakan ternak atau lainnya. Sementara mineral lain harganya
cukup mahal atau pasokan mineral tidak cukup ekonomis.
Industri peternakan tetap berpeluang terus meningkat, yang identik dengan peningkatan
mineral sebagai bahan baku tambahan. Peluang tersebut didasarkan kepada adanya keinginan
berusaha untuk memperoleh pendapatan tambahan. Dengan adanya tambahan pendapatan
tersebut pada tahun 2000 diperkirakan kebutuhan produk-produk ternak akan mencapai 60-70
dari tahun 1997 sehingga diperlukan pakan ternak 5-6 iuta ton walaupun dengan harga yang
masih cukup tinggi. Seialan dengan itu, pemakaian mineral pada industri pakan ternak akan
meningkat pula. Angka produksi pakan ternak sebesar seperti tahun 1997 diperkirakan akan
teriadi tahun 2003. Dengan asumsi kenaikan 12 per tahun diharapkan kebutuhan produk
pakan ternak akan meningkat sebesar 5-7,2
M
10

Industri Pupuk
Peningkatan kebutuhan pupuk akan diiringi dengan peningkatan kebutuhan bahan galian
sebagai bahan baku. FosIat, belerang dan potash merupakan sumber nutrisi utama dalam
pupuk mineral. Bahan baku ini tidak dapat digantikan oleh bahan galian yang lain.
Keterbatasan potensi sumber daya di dalam negeri akan menyebabkan peningkatan impor
bahan galian ini. Dikhawatirkan pula, peningkatan kebutuhan pupuk mineral tidak dapat
dipenuhi dengan peningkatan kapasitas produksi pabrik yang ada. Peningkatan produksi pabrik
akan terhambat pada pasokan bahan baku, terutama gas alam, seperti yang dialami pabrik
Asean Aceh Fertilizer dan Pupuk Iskandar Muda yang teriadi pada tiga tahun terakhir.


Selain itu, pola petani yang sangat tergantung pada pupuk akan menyebabkan teriadinya
keienuhan produksi pada daerah-daerah intensiIikasi padi. Keadaan ini selain menimbulkan
pemborosan iuga akan menimbulkan berbagai dampak negatiI, terutama pencemaran
lingkungan.

Industri Keramik
Industri keramik merupakan hasil keria keras yang intensiI dan memerlukan bahan baku dalam
iumlah banyak. Oleh karena itu sangat cocok untuk dikembangkan di Indonesia karena bahan
M
11

baku yang tersedia cukup banyak, tenaga keria banyak dan relatiI murah, iuga iumlah
penduduk yang besar akan merupakan pasar yang baik.

Industri keramik di Indonesia saat ini sedang memasuki tahap pemulihan setelah terpuruk
akibat bahan baku yang cukup mahal. Pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik walaupun
dengan laiu pertumbuhan sebesar 2,25 tahun 2002 dan 3-4 tahun 2003.


Pertumbuhan ekspor keramik yang menurun pada dua tahun terakir harus diantisipasi dengan
melakukan pemasaran di dalam negeri. Peningkatan konsumsi di dalam negeri dapat dicapai
apabila daya beli masyarakat bertambah atau dengan menurunkan harga produk, terutama
untuk produk tile dan genteng keramik. Yang meniadi masalah, kapan kenaikan pendapatan
mulai meningkat. Pada umumnya, masyarakat tidak ingin membeli barang murah tetapi
kualitasnya baik. Saat ini, ekspor keramik masih terbatas pada beberapa perusahaan yang
mempunyai modal dan teknologi bantuan luar negeri. Kebanyakan perusahaan domestik belum
mempunyai kesempatan untuk ikut dalam persaingan di pasar internasional, karena kualitas,
desain, produk line-ups, skala produksi yang kecil dan masih mengandalkan pasar dalam
negeri yang memerlukan produk dan harga lebih murah.
Industri Kertas
Perkembangan industri kertas di Indonesia dari tahun 1997 hingga tahun 2003 baik kapasitas
terpasang maupun realisasi produksinya terus meningkat, walaupun realisasi produksi tersebut
masih berkisar antara 68 - 75 dari kapasitas terpasang.
Perkembangan industri kertas di Indonesia sempat melewati masamasa sulit. Selama tahun
M
12

1990, Indonesia merupakan sebuah "lapangan" baru dalam industri kertas. Pemakaian bahan
galian industri pada industri kertas di antaranya adalah batu gamping, batu kapur, belerang,
kalsium karbonat, kaolin, talk, dan tawas kecenderungannya meningkat terus seiak tahun 2000.
Sementara pada tahun 1998 sampai 1999 industri kertas sempat menurun.
Pada tahun 1998 pemakaian mineral seperti :
- batu gamping di industri kertas sekitar 10.197 ton dan meningkat pada tahun 2002 meniadi
17.408 ton;
- batu kapur pada tahun 1998 hanya 184 ton dan pada tahun 2002 meniadi 247 ton;
- belerang pada tahun 1998 sekitar 54.433 ton dan pada tahun 2002 meniadi 56.610 ton;
- kalsium karbonat pada tahun 1998 sekitar 1.787 ton dan meningkat meniadi 3.051 ton pada
tahun 2002;\
- kaolin pada tahun 1998 sekitar 49.317 dan menurun terus hingga meniadi 16.138 ton;
- talk pada tahun 1998 sekitar 2.101 ton dan meningkat pada tahun 2002 meniadi 4.286 ton;
- pemakaian tawas pada tahun 1998 cukup besar sekitar 35.678 ton, tetapi pada tahun 1999
sempat menurun hanya meniadi 6.785 ton tetapi kembali meningkat meniadi 28.771 ton pada
tahun 2000 serta meniadi 30.250 ton pada tahun 2002.
Pengolah Limbah
Bahan galin industri yang dimanIaatkan sebagai bahan baku pengolah limbah diantaranya
adalah tawas, batu kapur, zeolit, kaporit dan pasir kuarsa. Prospek pemakaian bahan galian
tersebut untuk masa mendatang akan semakin meningkat seandainya peningkatan industri
yang mengeluarkan limbah cairnya meningkat. Keiadian ini dituniang oleh kesadaran
masyarakat dan pemerintah bahwa lingkungan di antaranya lingkungan air sangat perlu
dilestarikan dan dipelihara.
M
13



Pemakaian mineral pada industri pengolah limbah adalah :
O pada tahun 1998 konsumsi kaporit sebesar 890,5 ton dan pada tahun 2002 mencapai
1.039,0, ton, sedangkan pada tahun 2003 diperkirakan sebesar 1.076,1 ton;
O pada tahun 1998 konsumsi kapur untuk pengolahan limbah mencapai 24,8 ribu ton dan
pada tahun 2002 meningkat meniadi 27,2 ribu ton, untuk tahun 2003 diperkirakan
sebesar 27,8 ribu ton;
O hal inipun akan teriadi pada pemakaian pasir kuarsa, tawas, zeolit dan kapur sebagai
salah satu bahan baku pengolah limbah cair. Peluang zeolit untuk pengolah limbah
akan lebih baik karena berbagai Iaktor siIat dan karakteristik zeolit yang dimilikinya.
Begitupula dengan cadangan dan potensi zolit di Indonesia yang cukup banyak dan
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Industri Karet dan Ban
Menurut Ciullo Peter A. dan Hewitt Norman (1996) terdapat tidak kurang 15 macam karet
yang tergabung dalam kelompok karet sintetis, yaitu karet styrene butadiene (SBR), karet
Polybuta-diene (BR), karet butil Industri Karet dan Ban (IIR),karet halobutil (CHR, BHR),
karet neoprene (CR),karet nitrile (NBR), karet ethylene propylene (EPM, EPDM), karet
M
14

ployisoprene (IR), chlorinated dan chlorosulIonated polyethylene (CM, CSM), karet silikon,
Iluoroelas-tomer, polysulIides, karet epichlorohydrin, karet urethane, dan karet polyachrylate.
Karet dikenal sebagai bahan yang Ileksibel, liat, anti air dan dapat menahan/tidak tembus
udara. Keliatan dan elastisitas sulit diproses. Barang yang terbuat dari bahan tersebut meniadi
kaku dan keras dalam cuaca dingin, sedangkan pada cuaca panas meniadi halus dan lengket.
Upaya untuk memanIaatkannya secara komersial, dimulai dengan ditemukannya tali karet dan
mesin untuk pengolahan karet oleh Thomas Hancock. Selaniutnya diikuti dengan
ditemukannya vulkanisasi pada tahun 1839, yaitu proses pemanasan campuran karet dengan
belerang untuk meperkuat ikatan (crosslink) iaringan karet polimer, mem-perbaiki secara
signiIikan kekuatan karet dan elastisitas, serta memperkecil ketidakeIisienan pada suhu yang
ekstrim.

Penggunaan bahan galian industri pada industri karet dan ban diantaranya adalah kaolin,
kalsium karbonat, talk dan belerang dengan Iungsi dan kegunaannya masingmasing.
Penggunaan kaolin pada industri karet dan ban tahun 1997 sebesar 6.071 ton yang meningkat
taiam tahun 1998 dan 1999 meniadi sekitar 23.000 ton tetapi menurun meniadi 16.124 ton
tahun 2000. Kalsium karbonat dikonsumsi oleh industri karet dan ban tahun 1997 sebesar
47.769 ton tetapi menurun taiam tahun 1999 meniadi 2.331 ton dan kembali agak meningkat
tahun 1999 dan 2000 meniadi sekitar 5.313 dan 5.635 ton. Penggunaan talk di industri ini
tahun 1997-1999 berkisar antara 423 420 ton/tahun dan menurun tahun 2000. Sementara
pemakaian belerang tahun 1997 sekitar 1.706 ton menurun sampai 1999 hanya 297,45 ton,
tetapi kembali menaik tahun 2000.







M
15

Anda mungkin juga menyukai