Anda di halaman 1dari 36

47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Loa Duri adalah salah satu Puskesmas Induk dari 3 unit puskesmas yang ada diwilayah Kecamatan Loa Janan. Puskesmas ini merupakan peningkatan status puskesmas pembantu sebelumnya, dan difunfsikan sejak bulan September 1995. Wilayah kerja Puskesmas Loa Duri meliputi 486 Km terdapat 3 desa masing-masing adalah Desa Loa Duri Ilir, Loa Duri Ulu, dan Desa Bakungan. Jumlah penduduk keseluruhannya adalah 25.149 jiwa dengan 10.166 KK. Puskesmas Loa Duri Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu Puskesmas Induk yang ada di Kecamatan Loa janan dengan alamat Jl. Kesehatan dan terletak di Desa Loa Duri Ilir. Puskesmas Loa Duri berada dipinggiran kota dapat dijangkau dengan transportasi umum maupun kendaraan pribadi, jarak antara

Puskesmas dengan Pusat Pemerintahan Kecamatan yaitu 5 Km dan jarak dari Ibu kota kabupaten/ Kotamadya yaitu 24 km. Keadaan daerah di Wilayah kerja Puskesmas Loa Duri adalah dataran tinggi, rendah, sungai dan hutan.

48

2. Karakteristik Informan Informan dalam penelitian yang bisa tercapai 8 informan yang terdiri penderita Tuberculosis dalam proses minum obat Triwulan pertama tahun 2011. Identitas informan meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dapat dilihat sebagai berikut ini : a. Umur.

Umur informan berkisar antara 20-50 tahun umur yang termuda berkisar 20 tahun dan umur yang tertua berkisar 50 tahun. b. Jenis Kelamin

Karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin informan yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang dan prempuan sebanyak 6 orang. c. Status pekerjaan informan berdasarkan pekerjaan yang bekerja

Karakteristik

sebagai swasta 3 orang dan 5 informan sebagai ibu rumah tangga. d. Tingkat Pendidikan

Karakteristik informan berdasarkan pendidikan terakhir informan yaitu informan yang tidak sekolah berjumlah 1 orang, yang SD berjumlah 3 orang, yang SMP berjumlah 2 oarang, dan SMA 2 orang informan. 3. Pengetahuan Informan a. Penggunaan Jendela Kaca Dikamar Penderita

49

Secara umum pengetahuan informan tentang penggunaan jendela kaca dkamar penderita. Mengungkapkan menggunakan jendela untuk pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah, dengan hasil interview sebagai berikut : Supaya rumah endi petang, ada hawa jua tama....itu maha saya tahu. ( Agar rumah tidak gelap, dan udara juga masuk....itu saja yang saya tau ) ( Nh : April 2011 ) Iya, kan pakai nerangi, angin jua tama kedalam rumah...mungkin hawa maha....endi tahu jua saya pa. ( Iya, untuk penerangan, udara juga masuk kedalam rumah....mungkin udara saja....saya juga tidak tau pak ) ( Aw : April 2011 ) Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa informan pada umumnya mengetahui pentingnya penggunaan jendela sebagai pencahayaan dan sirkulasi udara, tetapi informan tidak memahami pentingnya pencahayaan matahari langsung kedalam rumah atau ruang dapat mematikan kuman TB Paru karena terkena sinar ultra fiolet atau panas matahari, dan pencahayaan yang cukup juga mencegah kelembapan dalam ruang. b. Pemisahan tempat tidur

50

Secara umum informan tidak mengetahui tentang pemisahan tempat tidur atau kamar tidur penderita dengan anggota keluarga lainnya, . Dengan hasil interview sebagai berikut : Endi ah....endi harus bepisah....endi tahu jua....endi paham saya pa. ( Tidak....tidak harus berpisah....tidak tau....saya tidak mengerti pak ) ( Jl : April 2011 ) Kada tahuai....yang ulun tahu pas batuk haja pak-ai....mun masalah sakamar ulun kada tahu. ( tidak tau...yang saya tau hanya batuk saja pak....apabila dengan sekamar saya tidak tau ) ( Hs : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa informan pada umumnya tidak mengetahui manfaat pemisahan kamar atau tempat tidur penderita TB Paru dengan anggota keluar lainnya, karena pemisahan tempat tidur adalah resiko perilaku penderita TB Paru yaitu kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan atau penyebaran penyakit khususnya anggota keluarga dalam satu rumah. c. Pemisahan Alat Makan

Secara umum informan tidak mengetahui pentingnya pemisahan alat makan penderita Tb Paru dengan anggota keluarga lainnya, dan informan mengatakan tidak akan menular apabila alat makan dicuci dengan bersih. Dengan hasil interview sebagai berikut :

51

Endi pang munnya dibasoh bersih-bersih....endi nular jua ha klo. ( Tidak juga apabila dicuci dengan bersih....mungkin tidak membuat menular ) ( Nh : April 2011 ) Kada pa-pa jua amunnya besamaan....yang pentingkan dibasoh, masa kawa manular....kada manular pang mun wadah makanan haja. ( Tidak apa-apa juga apabila bersama-sama....yang penting dicuci....masa bisa menular....tidak menularkan apabila tempat makan saja ) ( Hs : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa informan pada umumnya tidak mengetahui pentingnya pemisahan alat makan

penderita TB Paru dengan anggota keluarga lainnya, bahwa pemisahan alat makan adalah merupakan faktor resiko perilaku penderita TB yaitu kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang dapat mempengaruhi terjadinya penularan melalui alat makan penderita dengan anggota keluarga lainnya. d. Kebersihan dan Penjemuran Kasur umum informan untuk mengetahui tentang bau pentinggnya apek dan

Secara

penjemuran

kasur

menghilagkan

mengeringkan kasur yang lembab atau basah. Dengan hasil interview sebagai berikut :

52

Endi tahu saya pa.... yang saya tahu ngeringkan ngemeh maha ae. ( saya tidak tau pak....yang saya tau untuk mengeringkan bekas kencing saja ) ( Nh : April 2011 ) Kada tahu....tahunya menghilangkan bau benar-ai....dengan mengarinkan kalonya basah ( saya tidak tahu....yang saya tau menghilangkan bau saja....dan mengeringkan apabila basah ) ( Dr : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa informan pada umumnya mengetahui pentingnya kebersihan dan penjemuran

kasur guna menghilangkan bau apek dan mengeringkan kasur yang lembab atau basah Tetapi informan tidak mengetahui bahwa penjemuran kasur dibawah sinar matahari langsung dapat membunuh kuman TB Paru dalam waktu sekurang-

kurangnyadengan suhu 700 C dan 20 menit dengan suhu 600 C. e. Tempat Penampungan Dahak

Secara umum informan mengetahui tentang pentingnya tempat penampungan dahak guna tidak tercecernya air ludah

kesembarang tempat. Dengan hasil interview sebagai berikut : Iya ha...supaya ludahnya endi behamburan sembarangan jadi endi nular keurang. ( iya...supaya ludahnya tidak berhamburan kesembarang tempat jadi tidak menular kepada orang ) ( Nh : April 2011)

53

Iya ae pa....Supaya kawah jadinya dahanya dibuang langsung kelobang wese, jadi endi behamburan sembarangan....kawah nular keurang segar ( Iya pak....supaya bisa nantinya dahak dibuang langsung kelubang WC, jadi tidak berhamburan

sembarangan....bisa menular keorang yang sehat ) ( Aw : April 2011 ) Dari pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa informan mengetahui pentingnya penggunaan penampungan guna tidak tercecernya air ludah ketempat sembarangan, tetapi informan tidak memahami tempat penampungan dahak secara tertutup yang berisi air sabun atau larutan lisol dan membuang tampungan dahak kelobang WC atau ditimbun kelubang tanah merupakan upaya untuk mencegah timbulnya penyakit pada populasi yang sehat. f. Kebiasaan Menutup Mulut saat batuk

Secara umum informan mengungkapkan, pengetahuan tentang menutup mulut saat batuk, informan menyatakan bahwa batuk bisa menular, bila ada liur atau dahak keluar mulut pada saat batuk , melakukan tutup mulut bila ada dahaknya, berdasarkan hasil interview sebagai berikut : tahuai, Amunnya nyawa batok memang pang nular tapi munnya ada dahaknya, Tapi munnya ndida dahaknya endi papa jua, dahak maha yang molah nular ( Nh : April 2011)

54

Jaga liur maha ae supaya endi kena orang....ya supan ae....bunyi orang jua penyakit kawa nular mulai liur ( menjaga air liur aja supaya tidak terkena orang....iya membuat malu....kata orang penyakit bisa menular melalui air ludah ) ( Aw : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa informan mengetahui pentingnya menutup mulut pada saat batuk yang disertai adanya dahak, melakukan kebiasaan menutup mulut untuk etika kesopanan informan kepada orang lain bukan karena pencegahan tb. 4. Sikap Informan a. Pengunaan Jendela Kaca Dikamar Penderita.

Secara umum sikap informan terhadap penggunaan jendela kaca dikamar penderita memiliki sikap yang positif, menggunakan jendela untuk penerangan / pencahayaan dan sirkulasi udara di pagi hari. Dengan hasil interview sebagai berikut : Enggih, bagus-ai pakai nerangi kamar, hawa jua masuk, jadi rumah baik mun ada jendela. ( Iya, bagus juga untuk menerangi kamar, udara juga masuk, jadi rumah baik apabila ada jendela ) ( Hs : April 2011 ) Enggih setuju pak-ai, kawah nerangi rumah, kawah jua membunu penyakit nang halus atau kuman nang maulah gatal. ( iya saya

55

setuju pak, buat menerangi rumah, bisa membunuh kuman yang kecil yang membuat gatal-gatal ) ( Dr : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa umumnya sikap informan positif, informan menyikapi bahwa penggunakan jendela kaca guna penerangan / pencahayaan dan sirkulasi udara tetapi informan tidak memahami pentingnya penggunaan jendela untuk pencegahan penularan TB Paru. b. Pemisahan Tempat tidur

Secara umum sikap informan tentang pemisahan tempat tidur. Informan tidak terbiasa, beranggapan tidak perlu ada pemisahan tempat tidur apabila penyakitnya tidak parah dan kasihan anak masih kecil. Dari hasil interview sebagai berikut : Enggih, baik-ai jua mun dipisah, tapi mungkin pakai yang parah banar-ai, amunnya kada parah kada pa-pa klo. ( Iya,baik juga apabila dipisah, tetapi untuk yang parah saja, apabila tidak parah tidak apa-apa juga ) ( Hs : April 2011 ) Endi pa, sihannya kana munnya tidur seoranga, endi purun saya mun dibiarkan tidur seorangan maseh halus. (Tidak pak, kasihan anak saya kalau tidur sendirian, tidak sampai hati kalau tidur sendirian karena anak saya masih kecil ) ( Nh : April 2011 )

56

Endi pa terbiasa ha tidur sama-sama....endi biasa maha-ae pa. ( Tidak pak, sudah kebiasaan tidur bersama sama....tidak biasa aja pak ) ( Sv : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa umumnya informan memiliki sikap yang negatif, dalam hal ini informan menyikapi bahwa tidak terbiasa melakukan pemisahan tempat tidur, dan tidak memahami bahwa pemisahan tempat tidur penderita Tb Paru merupakan salah satu pencegahan penularan TB Paru. c. Pemisahan Alat Makan

Secara umum sikap informan tentang pemisahan alat makan . Repot, susah tidak biasa, yang penting dicuci bersih - bersih tidak akan menular, jadi tidak harus dipisah. Dengan hasil interview sebagai berikut : Endi setuju saya, tapi munnya dibasoh bersih bersih endi pa-pa jua ha klo....sudah biasa ha pa. ( saya tidak setuju, tetapi kalau dicuci dengan bersih bersih tidak apa-apa....sudah terbiasa pak) ( Tn Ls : Maret 2010 ) Kada setuju ulun pak-ai....kada perlu dipisah repoti benar ai, apalagi kadada bebinian, mungkin kada jangkit kalonya barasih dibasuh. ( Saya tidak setuju pak....tidak usah dipisah membuat

57

repot aja, apalagi saya tidak punya istri, mungkin tidak menular apabila dicuci dengan bersih ) ( Tn Id : Maret 2010 ) Kada biasa pang ulun pak-ai ngalih mun bepisah jadi kada nyaman....mungkit kada jangkit kalonya barsih basuhnya. ( Saya tidak terbiasa pak membuat repot apabila berpisah jadi tidak enak....mungkin tidak menular apabila mencucinya dengan bersih ) ( Ny Mt : Maret 2010 ) Dari hasil pernyataan diatas makan dapat disimpulkan bahwa Pada umumnya informan memiliki sikap yang negatif dalam melakukan pemisahan alat makan sebagai prilaku pencegahan penularan Tb Paru. Karena informan menyikapi bahwa tidak terbiasa melakukan pemisahan alat makan dengan anggota keluarga lainnya

disebabkan kebiasaan sehari-hari yang tidak memisahkan alat makan. d. Kebersihan dan Penjemuran kasur

Secara umum sikap informan tentang kebersihan dan penjmeuran kasur. Untuk menghilangkan bau dan debu yang dapat membuat gata-gatal. Dengan hasil interview sebagai berikut : Enggih setujuae ulun, kalonya menjamur tilam kawa

menghilangkan bau, maulah empuk jua tilam. ( Iya saya setuju,

58

apabila menjemur kasur bisa menghilangkan bau, juga membuat kasur jadi empuk ) ( Dr : April 2011 ) Setuju-ae, jemur tilamkan bersihi wadah etam tidur, baeha

munnya dijemur. ( Setuju, dengan menjemur kasur tempat tidur juga bersih, baik apabila dijemur ) ( Jl : April 2011 ) Ya setuju, tilam bersih, mun dipakai endi miang lagi. ( saya setuju, kasur bersih, apabila dipakai tidak membuat badan gatalgatal lagi ) ( Nm : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa umumnya informan memiliki sikap yang positif dalam melakukan

penjemuran kasur untuk menghilangkan bau dan untuk kebersihan kasur supaya tidak gatal-gatal. Informan menyikapi bahwa penjemuran kasur bukan karena pencegahan penularan TB Paru. e. Tempat Penampungan Dahak.

Secara umum sikap informan tetang tempat penmapungan dahak. Penampungan digunakan untuk mencegah dahak tidak tercecer, dan membuat repot karena sudah terbiasa. Seperti hasil interview sebagai berikut : Setuju ha, jadi kawa etam langsung buang daha kewese, jadi dahanya endi tercecer....takutnya nular keorang sehat....orang

59

rumah tupang. ( Setuju, jadi bisa kita langsung membuang dahaknya ke WC, jadi dahaknya tidak tercecer....nanti tertular keorang yang sehat....anggota keluarga ) ( Aw : April 2011 ) kada tapi setuju jua, maulah repot benar-ae, mun hendak babuang ludah mancari-cari wadahnya dahulu, nyaman jua ha munnya langsung haja mambuang kaluar. ( Tidak setuju juga, mebuat repot saja, apabila ingin membuang ludah mencari dulu tempatnya, enak juga apabila langsung saja membuang keluar ) ( St : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan pada umumnya informan ada yang memiliki sikap positif terbiasa menggunakan tempat penampungan dahak untuk pencegahan. Sedangkan informan yang memiliki sikap yang negatif informan tidak juga terbiasa merasa

menggunakan

penampungan

dahak.

direpotkan bila menggunakan tempat penampungan dahak, lebih mudah bila informan membuang dahak diluar. f. Kebiasaan Menutup Mulut Saat Batuk

Secara umum informan memiliki sikap yang positif terhadap kebiasaan menutup mulut saat batuk, sikap setuju, menutup mulut merupakan etika kesopanan dan untuk menjaga agar tidak terjadi percikan liur saat batuk. Dengan hasil interview sebagai berikut :

60

Iya setuju-ae....bae-ae jua pa mun bato biar liur endi kena orang, soalnya nyawa jua supan mun sampai kena orang. ( Iya setuju...baik juga pak apabila batuk air liur tidak kena orang, soalnya saya juga malu apabula terkena orang ) ( Nh : April 2011 ) Setuju banar ulun pak-ai, supaya tahu diri....munpas bakisahan lawan urang ( sangat setuju saya pak, supaya tau diri....sewaktu berbicara dengan orang ) ( Hs : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat kesimpulan bahwa umumnya

informan memiliki sikap yang positif hanya tidak didukung dengan pengetahuan bahwa menutup mulut adalah salah satu bentuk pencegahan penularan TB Paru, melainkan etika kesopanan terhadap orang lain. 5. Tindakan Informan a. Pengunaan Jendela Kaca Dikamar Penderita.

Secara umum tindakan informan tentang penggunaan jendela kaca dikamar penderita,sudah rutinitas membuka jendela setiap harinya untuk pencahayaan dan sirkulasi udara didalam rumah. Dengan hasil interview sebagai berikut : Iya pa....tiap hari-ae dibuka supaya endi petang. ( Iya Pak....setiap hari dibuka supaya tidak gelap ) ( NH, SV, ST : April 2011 )

61

Enggih pak-ai....ulun mambuka tiap baisukan....awan kamar. ( Iya Pak....Saya membuka setiap pagi....dengan kamar ) ( DR, AW, HS : April 2011 ) Iya pa....behambatan dibuka dah....semuanya ae. ( Iya Pak....Dipagi hari sudah dibuka....semua jendela ) ( JL, NM : April 2011 ) Dari hasi pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa umumnya informan melakukan tindakan penggunaan jendela kaca dikamar penderita dengan cara membuka jendela yang ada dirumah dan jendela kamar pada pagi hari disetiap waktunya dikarena kebutuhan pencahayaan dan sirkulasi udara didalam rumah bukan karena informan melakukan tindakan pencegahan dengan

penggunaan jendela kaca dikamar penderita sebagai salah satu tindakan pencegahan penularan TB Paru. b. Pemisahan Tempat tidur.

Secara umum tindakan informan tentang pemisahan tempat tidur. Umumnya informan tidak melakukan pemisahan tempat tidur karena tidak terbiasa, dan masih tidur bersama dengan suami dan anak, seperti pernyataan sebagai berikut : endi bepisah saya pa....anakku maseh halus....endi pa-pa. ( Saya tida berpisah pak....anak saya masih kecil....tidak apa-apa ) ( NH, DR, AW : April 2011 )

62

Enggih....seorangan benar ae, kadada bebinian. ( Iya....tidurnya sendiri saja karena isteri tidak ada ) ( SV, HS : April 2011 ) Enggih awan anak ulun pak-ai....awan abahnya kakanakan-ai jua. ( Iya pak dengan anak....juga dengan suami ) ( JL, NM, ST : April 2011 ) Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa informan tidak biasa melakukan pemisahan tempat tidur dengan anggota keluarga lainnya yaitu suami atau istri dan anak informan dikarenakan anak informan masih kecil. c. Pemisahan Alat Makan

Secara umum tindakan informan dalam melakukan pemisahan alat makan. Umumnya informan tidak melakukan pemisahan alat makan. Dengan hasil intervieuw sebagai berikut : Kad pak-ai....ngalih pak kalonya bapisah....kakanakan jua sambarangan haja mamakainya. ( Tidak pak...susah kalau berpisah....anak anak juga sembarangan saja memakainya ) ( DR, HS : April 2011 ) Iya, munnya cangkir aku seorangan....munnya yang lain besamaan-ae jua. ( Iya Kalau gelas punya sendiri....kalau yang lain bersama sama juga ) ( AW, NM : April 2011 )

63

Kada jua pak-ai....sama-samaai jua. ( Tidak juga pak....samasama juga ) ( NH, SV, JL, ST : April 2011 ) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa umumnya informan tidak melakukan pemisahan alat makan dengan anggota keluarga lainnya dikarenakan pola prilaku hidup informan yang sudah terbiasa dengan penggunaan alat makan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. d. Kebersihan dan Penjemuran kasur umum tindakan informan tentang kebersihan dan

Secara

penjemuran kasur

baik informan rutin menjemur kasur untuk

menghilagkan bau apek dan bau kencing anak informan, untuk membunuh kuman. Dengan hasil interview sebagai berikut : Endi pa....kana jua jarang bekameh. ( Tidak pak...Anak saya juga jarang kencinnya ) ( NH, HS : April 2011) Iya ranca ae pa....dua minggu sekali tu pang. ( Iya sering pak....kadang dua minggu sekali ) (SV, AW, JL, NM : April 2011) Enggih pak-ai....nang halus tupang rancak bakameh ditilam. ( Iya pak....anak saya yang kecil sering kencing dikasur ) ( DR, ST : April 2011 )

64

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya informan menjemur kasur merupakan suatu kebiasaan dan melakukan penjemuran kasur karena informan memiliki anak balita untuk tindakan kebersihan yang dilakaukan informan. Bukan

karena suatu bentuk tindakan pencegahan TB Paru. e. Tempat Penampungan Dahak. umum tindakan dahak. informan Informan terhadap penggunaan tempat

Secar

penampungan

menggunakan

penampungan dahak pada saat sakitnya parah, apabila masih mampu untuk bergerak tidak usah memakai tempat penampungan. Dari hasil interview sebagai berikut : Endi pa....dijendela....diluar jua....lubang selah rumah....sua-ae waktu endi dapat bangkit....dari tilam. ( Tidak

pak....dijendela....diluar juga....lubang selah rumah....dulu perna waktu tidak bisa bangun dari tempat tidur ) ( NH, ST : April 2011 ) Iya makai saya munnya malam....endi repot tama

kedalam....siang endi. ( Iya, saya memakai apabila malam hari....tidak repot masuk kedalam....siang hari tidak ) ( SV, AW : April 2011) Kada pak-ai, ulun kada mamakai....membuang haja langsung kewese. ( Tidak pak, saya tidak memakai....langsung membuang saja )

65

(DR, JL, HS, NM : April 2011 ) Dari pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa umumnya informan tidak menggunakan tempat penampungan dahak dikarenakan informan masih mampu untuk bergerak keluar rumah atau

ketempat tempat lain misalnya WC, atau lubang lubang yang ada disela-sela rumah, informan tidak menggunakan tempat penampungan dahak dikarenakan pola prilaku informan yang tidak terbiasa menggunakan tempat penampungan dahak guna

pencegahan penularan TB Paru. f. Kebiasaan Menutup Mulut Saat Batuk

Umum informan melakukan tindakan pada saat batuk dengan menggunakan tangan dan terkadang menggunakan sapu tangan agar mencegah percikan air liur keluar pada saat batuk sebagai bentuk tindakan etika kesopanan. sebagai berikut : Iya ha pa....nutupi dengan tangan....kadang jua makai saputangan. ( Iya pak....menutup dengan tangan....terkadang juga memakai sapu tangan ) ( SV, ST : April 2011 ) Ya pa....makai sapu tangan pang. ( Iya pak....saya memakai sapu tangan ) ( SV, AW : April 2011 ) Berdasarkan hasil interview

66

Enggih pak-ai....kaena liur ulun kaluar takena urang. ( Iya pak....nanti liur saya keluar kena orang ) (DR, JL, HS, NM : April 2011 ) Dari hasil pernyataan diatas dapat disimpuan bahwa umumnya informan melakukan tindakan pencegahan menutup mulut pada saat batuk dengan menggunakan tangan dan terkadang

menggunakan sapu tangan agar mencegah percikan air liur keluar pada saat batuk sebagai tindakan etika kesopanan terhadap orang lain, melainkan bukan karena tindakan menutup mulut saat batuk guna pencegahan penularan TB Paru. B. Pembahasan 1. Karakteristik Informan. Dari hasil wawancara mendalam dengan informan di wilayah kerja puskesmas Loa Duri, dapat diihat karekteristik umur informan yaitu berada diusia dewasa penuh yaitu berkisar 20 50 tahun, Dan karakteristik pendidikan informan yaitu tidak sekolah, dan lulusan SDSMP, dapat mempengaruhi pengetahuan informan, tingkat pendidikan yang rendah sulit untuk mengadopsi pengetahuan untuk membentuk sikap yang positif dan tindakan informan terhadap pencegahan. Dan penjelasan Notoadmojo 1993, pengetahuan atau konitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

67

2. Pengetahuan Informan Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya priaku atau tindakan. Berawal dari pengetahuan, akan muncul respon dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya, kemudian dari respon sikap ini akan terbentuk prilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya penelitian tindakan ternyata seseorang. perilaku Berdasarkan didasari

pengalaman

dan

yang

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 1997). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka akan tidak

berlangsung lama (Soekidjo Notoadmodjo, 2003). Menurut WHO (1998) dalam Notoadmodjo (2003) bahwa yang menyebabkan sesorang itu berperilaku karena adanya empat alasan pokok yaitu pemikiran dan perasaan penting sebagai referensi, sumber-sumber daya dan kebudayaan. Bentuk dari pikiran dan perasaan adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengaaman sendiri maupun orang lain.

68

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden. Sejalan dengan ungkapan Nanda 2005 tentang Faktor-faktor yang terkait dengan kurang pengetahuan (deficient knowledge) terdiri dari: kurang terpapar informasi, kurang daya ingat/hapalan, salah menafsirkan informasi, keterbatasan kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap sumber informasi. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan/knowledge seseorang di tentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: Keterpaparan terhadap informasi; Daya ingat; Interpretasi informasi; Kognitif; Minat belajar; Kefamiliaran akan sumber informasi. Tingkat berpengaruh pengetahuan terhadap penderita tuberkulosis sangatlah

penularan

penyakit tuberkulosis, karena

dengan penderita tahu mereka mampu untuk berprilaku, dalam mencegah penularan terhadap anggota keluargga dan lingkungan sekitar juga mengurangi tingginya angka kematian tuberkulosis yang semakin menigkat dari tahun- ketahun.

69

Hal ini sejalan dengan pendapat Soekidjo Notoatmodjo, 2003 dahwa pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil wawancara mendalam dengan informan tentang pengetahuan mengenai pencegahan penularan penyakit tuberkulosis dan apa saja yang diketahui informan, Maka diperoleh informasi dari informan bahwa pada umumnya informan tidak memahami tentang pencegahan penularan tuberkulosis, informan hanya mengetahui tuberkulosis sebagai penyakit menular. Informan tidak mengetahui apa saja yang bisa menyebabkan penularan tuberkulosis. tapi tidak memahami jenis kuman dan gejala tuberkulosis. Sedangkan untuk pencegahan seperti penggunaan jendela kaca, pemisahan tepat tidur, pemisahan alat makan, kebersihan dan penjemuran kasur, tempat penampungan dahak dan kebiasaan menutup mulut saat batuk informan tidak memahami dan tidak mendapatkan informasi tersebut dari pihak tenaga kesehatan. Sedangkan informan yang cukup memahami pencegahan dengan penggunaan penampungan dahak dan menutup mulut saat batuk mendapat pengetahuan dari

pengalaman sehari-hari dan dari media saja sedangkan dari pihak puskesmas hanya sebatas pengobatan. Sejalan dengan teori faktorfaktor pengetahuan informan masuk dalam faktor Kefamiliaran akan

70

sumber informasi, dan daya ingat informan untuk melakukan pencegahan. Sedangkan dari teori Sumber penularan adalah

penderita Tb paru pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan Dahak ). ( Depkes RI 2007) Dari teori-teori tersebut diatas dan dikaitkan dengan hasil penelitian bahwa pengetahuan penderita tuberkulosis tentang

pencegahan penularan penyakit tuberkulosis yang dilakukan oleh penderita masih rendah inforaman tidak mengetahui penularan bisa terjadi dilingkungan keluaraga dengan mudah bila tidak ada

pencegahan secara dini yang dilakukan penderita, pencegahan yang penting dilakukan penderita yaitu menutup mulut saat batu, untuk mencegah terjadinya percikan dahak yang mengadung kuman tb, melayang-layang diudara dan dihirup non penderita. Dan penggunaan penampungan dahak untuk mencegah dahak tercecer, yang bisa menghasilkan kuman TB berkembang biak, dan penggunaan jendela kaca untuk penghantar panas yang mampu membunuh kuman dalam waktu 5 menit, informan juga harus melakukan pemisahan kamar atau isolasi, untuk mencegah penularan saat tidur, pentingnya juga ada pemisahan alat makan, kuman TB bisa menular melalui alat makan, dan pentingnya penjemuran kasur untuk membunuh kuman TB yang senag hidup dikelembapan dengan panas matahari mampu

membunuh kuman TB. Sedangkan dari informan hanya mengatakan

71

penularan bisa terjadi bila batuk mengadung dahak, dan bila kondisi informan sudah parah, maka terjadi perbedaan konsep dengan konsep tentang perilaku penderita tuberkulosis, yaitu Tingkat penularan TB di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita TB. (Lubis, 1989; Notoatmodjo, 2003). 3. Sikap Informan. Sikap seseorang lebih banyak diperoleh melalui proses belajar dibandingkan dengan pembawaan atau hasil perkembangan dan kematangan. Sikap dapatdipelihara atau ditumbuhkan dan dapat pula dirangsang atau diperlemah. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
a. menerima (receiving), b. merespon (responding), c. menghargai (valuing), d. bertanggung jawab (responsible).

72

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Batasan sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup

(Notoatmodjo,2007). Pernyataan ini untuk memperoleh mengenai sikap informan terhadap pencegahan penularan penyakit tuberkulosis yang dilakukan penderita. Dengan kebiasaan menutup mulut saat batuk, tempat penampungan dahak, penggunaan jendela kaca dikamar penderita, pemisahan kamar penderita, kebersihan dan penjemuran kasur dan pemisahan alat makan. Dari hasil wawancara mendalam didapat hubungan antara

penularan penyakit tuberkulosis dengan sikap positif tidak didukung dengan tindakan informan dalam melakukan pencegahan penularan penyakit dengan dalam melakukan pencegahan seharihari, makan sangat berpengaruh dalam penyebaran penularan penyakit

tuberkulosis, sikap pencegahan bisa secara langsung mencegah di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Ada hubungan antara sikap penderita terhadap pencegahan penularan penyakit tuberklosis yang dilakukan oleh penderita. Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi yang dialami individu. Faktor

73

yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, pendidikan dan lainnya. Pendidikan, pengalaman dan pengetahuan yang baik akan berarti bila didukung dengan sikap yang positif karena akan menghasilkan perilaku yang baik pula

(Notoadmodjo, 2003). Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan tentang pencegahan penularan penyakit tuberkulosis yang dilakukan oleh penderita. Sikap informan terhadap pencegahan dengan pemisahan tempat tidur memilki sikap yang negatif karena informan tidak terbiasa melakukan pemisahan kamar atau tempat tidur, informan juga mengatakan penularan tidak akan terjadi pada saat tidur. Sedangkan menurut teori penularan TB bisa terjadi bila penderita sekamar dengan non penderita, penularan sangat nudah terjadi bila tidak ada pemisahan tempat tidur, pencegahan dengan cara melakukan pemisahan kamar bisa menekan angka penularan tuberkulosis, seperti yang diungkapkan sebagai berikut : Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan 2000, didapatkan data bahwa. Rumah tangga penderita Mempunyai kebiasaan tidur dengan balita mempunyai resiko terkena TB 2,8 kali dibanding dengan yang tidur terpisah. Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan mengenai melakukan pemisahan alat makan. Sikap informan memiliki sikap tidak setuju untuk melakukan pemisahan alat makan, informan mengangap

74

alat makan tidak menyebabakan penularan bila dicuci dengan bersih, kuman akan hilang dan aman untuk digunakan anggota lainnya. Sedangkan menurut teori penyakit tuberkulosis sangat mudah dipindahkan melalui alat makan, maka sikap informan ini tergolog sikap yang tidak mau menerima prilaku pencegahan tuberkulosis. Berarti hal ini bertentangan dengan teori bahwa penyakit sering

dipindahkan melalui piring, cangkir, gelas, dan sebagainya maka sanitasi tempat-tempat makan pada umum sekarang ini telah dikembangkan atas dasar penelitian secara ilmiah. (Depkes RI,2002) Berdasarkan hasil wawancar dengan informan tentang

penggunaan penampungan dahak, sikap informan tidak setuju untuk menggunakan tempat penmpungan dahak karena informan masih mampu bergerak untuk membuang ludah informan keluar jendela atau lobang-lobang papan, sikap informan ini sikap yang negatif karena informan tidak mau menerima prilaku pencegahan tuberkulosis untuk menggunakan penampungan dahak dalam kegiatan sehari-hari informan, sedangkan dengan penggunaan penampungan dahak informan mudah untuk membuang dahak langsung dan dahak sudah terkumpul dan tidak tercecer kelantain, maka penekanan penularan bisa terkontrol. Pemahaman informan tentang dahak tidak sejalan dengan pengertian dahak yaitu dahak manusia adalah sumber yang paling penting. Batuk, berbicara dan meludah memproduksi percikan sangat kecil berisi TB yang melayang-layang di udara. Kuman ini

75

dapat terhirup napas dan menyebabkan penyakit, makin dekat seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis Tb yang mungkin akan dihirupnya.( Crofton. 2001) Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai pencegahan penularan penyakit tuberkulosis yang

dilakukan oleh penderita.

informan memiliki sikap yang positif

terhadap kebiasaan menutup mulut saat batuk, menutup mulut dan penggunaan jendela kaca dikamar penderita juga tentang kebersihan dan penjemuran kasur, sikap karena positif informan bukan karena

pencegahan

melainkan

informan

melakukan

kebiasaan

menutup mulut untuk etika kesopanan agar percikan liur tidak terkena orang lain dan memiliki jendela untuk kebutuhan cahaya dan sirkulasi udara, sedangkan untuk penjemuran kasur, untuk menghilagkan bau apek dan bekas kencing anak informan, maka sikap informan ini bukan sikap pencegahan tuberkulosis paru, hanya sikap positif untuk kebutuhan informan, sikap informan ini karena kurangnya

pengetahuan informan tentang pencegahan tuberkulosis. Sedangkan teori penjemuran kasur berfunsi untuk membunuh kuman tuberkulosis paru. Berdasarkan teori tersebut Sinar matahari langsung membunuh TB dalam waktu lima menit, maka pemanfaatan sinar matahari adalah cara yang paling cocok untuk dilakukan didaerah tropis. Penjemuran kasur, bantal dan seprai dapat membunuh TB, panas dapat memusnahkan TB dalam waktu 20 menit pada suhu 60 C dan 5 menit

76

dalam suhu 70 C. (Tetapi kuman-kuman dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun di tempat gelap. .( Crofton. 2001) Dari teori-teori diatas dapat dikaitka antara sikap penderita dalam melakukan pencegahan penularan penyakit oleh penderita memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menekan peningkatan penularan penyakit tuberkulosis paru. Tetapi pentingnya penyuluhan secara khusus untuk penderita tentang prilaku apa saja yang penting untuk dilakukan dalam melakukan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru dan juga informasi untuk keluarga penderita agar bisa bersikap mendukung dan memantau prilaku penderita sehari-hari dalam melakukan pencegahan penularan terhadap anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya. 4. Tindakan Tindakan adalah menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Tindakan bisa terjadi karena seseorang itu memiliki motifasi yang didapat dari pengetahuan manusia itu sendiri. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita.

77

Sementara meotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita. Untuk mengukur pengetahuan kesehatan secara langsung adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan Informan tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok informan atau masyarakat tentang variable-variabel atau komponen kesehatan.(Notoadmojo,2005). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan ( praktek), sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana ( Notoadmojo, 2005 ) Berdasarkan wawncara mendalam dengan informan

mengenai tindakan informan dalam menggunakan jendela kaca dikamar penderita, maka diperoleh informasi dari informan bahwa informan rutin membuka jendela pada pagi hari tapi informan mengutamakan jendela luar bukan jendela kamar. Kadang informan ada yang lupa membuka jendela kamar, jendela luar informan sudah menerangi kamar informan. Tidak semua informan menggunakan jendela kaca ada juga informan yang menggunakan jendela biasa. Tindakan informan menggunakan jendela tidak didukung dengan pengetahuan informan tentang fungsi cahya untuk pencegahan

78

tuberkulosis, sejalan dengan teori Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya. Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai tindakan melakukan pemisahan kamar. Informasi dari informan bahwa informan tidak melakukan pemisahan kamar dengan suami dan anak informan yang masih balita. Ada yang melakukan pemisahan karena tidak memiliki istri atau suami. Pada umunnya informan tidak biasa dengan pemisahan kamar. Dan tidak mengetahui bahaya tidak dilakukannya pemisahan kamar. (Manual

Pemberantasan Penyakit Menular, 2006) Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabakan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama tuberkulosis akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain (Lubis, 1989; Notoatmodjo, 2003).

79

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan tentang tindakan informan dalam melakukan pemisahan alat makan untuk pencegahan penularan penyakit tuberkulosis. bahwa informan tidak melakukan pemisahan alat makan. Karena alat maka bukan sumber penularan bagi informan. Karena kurangnya pengetahuan informa tentang penularan melalui alat makan, maka informan tidak

memahami pentingnya melakukan pemisahan alat makan sebagai pencegahan TB. Adapun informan yang melakukan pemisahan karena usia informan yang sudah lanjut tidak ingin penyakit diderita informan tertular pada keluarga informan karena faktor usia informan terbiasa dengan alat makan terpisah. Dan memahami penularan melalui pengalaman informan bukan melalui penyuluhan petugas kesehatan, maka dapat dilihat rendahnya penyuluhan dari petugas untuk prilaku pencegahan TB. Pengertian hiygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya.

Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.(Depkes RI,2002) Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan mengenai tindakan informan melakukan penjemuran kasur dan kebersihan.

80

Informasi dari informan bahwa informan rutin melakukan penjemuran kasur untuk kebersihan kasur dan kenyamanan informan, adapun informan melakukan untuk membunuh kuman. Bagi informan

penjemuran kasur bukan untuk pencegahan tuberkulosis hanya untuk kebersihan informan. Sedangkan teori yang berlaku Dalam prilaku

pencegahan penjemuran kasur efektit untuk membunuh kuman TB dan mampu menekan penularan TB. Menjemur diudara dan dibawah sinar matahari semua bahan-bahan selimut, wol, katun dan lain-lain. Merupakan metode yang baik dan sederhana, terutama didaerah tropis .( Crofton. 2001) Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai tindakan informan dalam menggunakan alat

penampungan dahak. Informasi dari informan bahwa informan menyediakan tempat penampungan dahak dan menggunakan untuk mencegah agar dahak tidak tercecer dan terhanbur dilantai. Adapun informan yang tidak menggunakan penampungan dan ada yang tidak biasa untuk menggunakan penampungan. Bagi

informan penampungan tidaklah penting bagi informan yang masih aktif bergerak. Tindakan informan yang tidak melakukan

pencegahan mendukung penyebaran tb secara tidak langsung. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai tindakan informan melakukan kebiasaan menutup mulut

81

saat batuk. Maka di dapat informasi dari informan bahwa informan biasa melakukan tutup mulut saat batuk dengan berbagai macam alasan. Informan menutup mulut dengan menggunakan sapu tangan dan tangan saja, sedangkan informan yang menggunakan tangan mengaku tidak melakukan cuci tangan karena lupa. Tidak sesui dengan teori. Pentingnya hygien untuk penderita tuberkulosis dan lingkunganya. Pengertian hiygien adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan . (Depkes RI,2002) Berdasarkan hasil wawancara dan degan teori-teori di atas

dapat dilihat hubungan antara tindakan penderita dengan pencegahan yang dilakukan oleh penderita, Untuk menekan jumlah penderita tuberkulosis tuberkulosis pentingnya dan tindakan penderita yang dalam mencegah pada

pentingnya

tindakan

megarah

pencegahan, seperti membuka jendela kaca dikamar penderita, pemisahan tempat tidur, pemisahan alat makan, kebersihan dan penjemuran kasur, penampungan dahak dan menutup mulut saat batuk. Tindakan pencegahan ini penting untuk dipahami dan dilakukan oleh penderita untuk mencegah anggota keluarga tidak tertular. Dan perlunya partisipasi petugas kesehatan dalam memberikan

pendampingan kepada penderita juga pentingnya anggota keluarga

82

juga melakukan tindakan pencegahan dengan membantu penderita mengkontrol prliaku hidup bersih dan sehat dan juga bertindak sebagai suster pribadi untuk penderita. Ini bisa mengurangi penularan secara tidak langsung terhadap lingkungan sekitar penderia.

Anda mungkin juga menyukai