Anda di halaman 1dari 7

Rhabdovirus Asam nukleat inti Virus Rabies merupakan anggota famili rhabdovirus yang penting dalam bidang medis.

Memiliki RNA beruntai tunggal tertutup dalam kapsid berbentuk peluru dikelilingi oleh amplop lipoprotein. Karena RNA genom memiliki polaritas negatif, virion mengandung RNA-dependent RNA polymerase. Virus Rabies memiliki tipe antigen tunggal. Antigenisitas berada pada amplop glikoprotein di duri-duri.

Gambaran klinis Rabies pada awalnya adalah penyakit pada hewan rendah dan disebarkan kepada manusia melalui gigitan hewan buas (gila) atau melalui kontak dengan air ludah hewan buas. Penyakitnya berupa suatu ensefalitis akut, fulminan, dan fatal. Masa inkubasi pada manusia

yng khas adalah 1-2 bulan. Tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak daripada dewasa. Spektrum klinis dapat dibagi menjadi 3 fase : fase prodromal pendek, fase neurologi akut, dan koma. Prodromal berlangsung 2-10 hari, bisa menunjukkan gejala2 non spesifik apa saja seperti berikut ini : malaise, anoreksia, nyeri kepala, fotofobia, mual dan muntah, nyeri tenggorokan, dan demam. Biasanya terdapat sensasi abnormal disekitar tempat infeksi. Selama fase neurologi akut, passien menunjukkan tanda2 disfungsi sistem saraf seperti kegelisahan, kecemasan, dan halusinasi. Terlihat over aktivitas simpatis menyeluruh, meliputi lakrimasi, dilatasi pupil, dan meningkatkan salivasi, serta berkeringat. Sebagian kecil pasien akan menunjukkan hidrofobia (takut pada air). Aktivitas menelan yang terus menerus menimbulkan spasme dan nyeri otot tenggorokan. Fase diikuti oleh serangan kejang atau koma, dan kematian biasanya terjadi 2-7 hari setelah onset. Penyebab utama kematian adalah kelumpuhan pernapasan. Rabies paralitik terjadi pada sekitar 20% pasien, yang tersering adalah pada mereka yang infeksi virus rabies kalelawar. Perjalanan penyakit yang lebih lambat, pada beberapa pasien bertahan selama 30 hari. Pasien jarang dapat sembuh dan bertahan hidup. Pada kasus ensefalitis atau myelitis dengan penyebab yang tidak diketahui atau pada seseorang yang tinggal atau mengadakan perjalanan keluar AS, sebaiknya dicurigai telah terkena rabies. Kebanyakan kasus rabies di AS bersifat individual tanpa paparan yang diketahui. Karena lamanya masa inkubasi, orang biasa lupa pada paparan yang mungkin terjadi. Orang yang menderita rabies kalelawar sering kali tidak ingat bahwa ia pernah digigit kalelawar. Masa inkubasi pada anjing umumnya berkisar antara 3-8 minggu, tetapi bisa lebih cepat, yaitu 10 hari. Secara klinis, penyakit pada anjing dapat dibagi menjadi 3 fase yang sama seperti pada rabies manusia. Pengambilan, pengiriman dan penyimpanan spesimen Untuk mendiagnosa Rabies, selain memperhatikan riwayat penyakit, gejala klinis dan gambaran patologi, pemeriksaan spesimen secara laboratoris perlu dilakukan. Diagnosa secara laboratoris didasarkan atas penemuan antigen rabies, penemuan badan negeri dan penemuan virus rabies pada spesimen yang diperiksa. Oleh karena itu pemilihan bahan

pemeriksaan serta cara pengepakan dan pengirimannya ke laboratorium adalah satu faktor penting untuk menunjang proses diagnosa. Koleksi spesimen sebaiknya diperhatikan semenjak proses euthanasia secara baik dan benar menurut kaidah-kaidah kesejahteraan hewan. Prose euthanasia sebaiknya dilakukan sehingga tidak merusak bagian kepala. Hal ini dapat dilakukan dengan injeksi barbiturate atau non barbiturate atau gas. Kemudian bangkai secepatnya didinginkan untuk menghambat proses dekomposisi dan autolysis dari otak yang dapat menggangu proses diagnosis selanjutnya(Trimarchi and Smith, 2002). Pengambilan sampel jaringan untuk prosedur diagnosis laboratorium adalah salah satu faktor yang penting. Pengambilan sampel jaringan yang tepat akan menunjang diagnosa, karena badan negri sebagai ciri patognomonis pada Rabies tidak dapat selalu ditemukan pada semua jaringan dalam tubuh tetapi pada jaringan-jarinagan syaraf besar, seperti hipokampus, ganglia, mesenfalon dan otak kecil. Kelenjar ludah dapat mengandung antigen dan virus tetapi badan negeri tidak selalu dapat ditemukan pada kelenjar ludah HPR. Kontaminasi pada spesimen merupakan suatu faktor yang dapat menganggu pemeriksaan dan khususnya untuk isolasi virus. Pengiriman sampel sebaiknya seharusnya dilakukan sedemikian rupa sehingga virus dalam spesimen tetap terjamin sampai ke laboratorium. Untuk pemeriksaan diperlukan spesimen dapat berupa bangkai, kepala atau spesimen sampel jaringan seperti hipokampus, otak kecil dan spesimen lainnya sebanyak masingmasing 3 gram atau lebih. Spesimen, kemudian dimasukkan dalam kontainer logam

(kontainer pertama) ditutup rapat dan disimpan dengan kedinginan 4C atau dibekukan sampai saat pengiriman. Untuk mendiagnosa diperlukan sebanyak 6 buah preparat, masing-masing 2 buah untuk hippocampus (terpenting) otak besar bagian luar dan otak kecil dari masing -masing otak. Menurut cara membuatnya, terdapat 3 jenis preparat yakni preparat sentuh (impression method), preparat ulas (smear method) atau preparat putar (rolling method). Kelenjar ludah penting artinya untuk mengetahui risiko pengigitan, karena itu perlu disertakan sebagai bahan pemeriksaan. Kelenjar ludah dapat dimasukkan dalam botol spesimen. Tutup botol/vial rapat-rapat dan simpan dalam keadaan dingin.

Tanda pengenal perlu disertakan/ditempelkan pada kontainer (botol/vial) yang berisi bahan pemeriksaan. Tanda pengenal berisi: Nama jaringan/organ, bahan pengawet/fixative yang dipakai, species hewan dan tanggal pengambilan. Pengepakan dan Pengiriman Sampel Spesimen sebaiknya dijaga dalam suhu refrigerator (4-8 0C)pada saat dilakukan transport. Penggunaan gliserol sebagai media transport sebaiknya dihaindari karena akan mengurangi intensitas immunofluoresecence meskipun telah dilakukan pencucian, khusunya penggunaan aseton fiksasi untuk proses konjugasi. Pendinginan yang hanya dilakukan sekali tidak akan menggangu proses diagnosis selanjutnya. Proses thawing dan pendinginanyang dilakukan berulang kali akan berefek terhadap sensitifitas dari proses diagnosis selain proses dekomposisi pada SSP juga dapat menyebabkan terganggunya proses diagnosis khususnya untuk kesalahan diagnosis menjadi negatif palsu. Untuk itu jika bangkai telah mengalami proses dekomposisi sebaiknya segera pengambilan spesimen jaringan dikirimkan ke laboratorium. Pengiriman. Untuk mencapai hasil yang baik dan mengurangi kerusakan terhadap spesimen sebaiknya proses transport dilakukan sesegera mungkin dan dilakukan secara langsung, bisa dilakukan melalui layanan pengiriman atau kurir dengan menyertakan keterangan atau surat pengantar specimen dan perlu disertakan dengan pengiriman bahan pemeriksaan dan paket diberi tulisan "paket ini berisi bahan pemeriksaan penyakit yang disangka anjing gila (rabies)". Alamat laboratorium yang dituju dan alamat pengirim ditulis dengan jelas. Sehingga menjadi perhatian bagi penyedia layanan kurir sehingga mengurangi risiko kontaminasi terhadap lingkungan dan mengurangi kerusakan spesimen pada saat proses transportasi.

Rubellavirus Asam nukleat inti dan Sifat virus rubella RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA komplementer, yang bertindak sebagai cetakan RNA genom. Virion :

berselubung, nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3-4 jenis protein utama. Protein selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 60-70 nm. Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran sel. Spektrum hospes luas. Gambaran klinis Gambaran klinis infeksi rubella serupa dengan penyakit lain dan kadang-kadang tidak tampak gejala dan tanda infeksi. Pada orang dewasa mula-mula terdapat gejala prodromal berupa malaise, mialgia dan sakit kepala. Pada anak-anak sering tidak diketahui gejala prodromal ini, atau apabila ada sangat minimal. Onset dari gejala prodromal sering dilaporkan dengan munculnya limfadenopati postaurikuler, yang biasanya dilanjutkan dengan munculnya ruam setelah 6-7 hari. Bercak-bercak berupa exanthema yang khas yaitu makulo papular yang sentrifugal mulai dari dada atas, abdomen kemudian ekstremitas yang akan menghilang dalam 3 hari. Kadang-kadang timbul arthralgia yang tergantung dari virulensi virus. Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trimester I.. Mula-mula replikasi virus terjadi dalam jaringan janin, dan menetap dalam kehidupan janin, dan mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga menimbulkan kecacatan atau kelainan yang lain. Infeksi ibu pada trimester kedua juga dapat menyebabkan kelainan yang luas pada organ. Menetapnya virus dan dan interaksi antara virus dan sel di dalam uterus dapat menyebabkan kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti anemia hemolitika dengan hematopoiesis ekstra meduler, hepatitis, nefritis interstitial, ensefalitis, pankreatitis interstitial dan osteomielitis. Patogenesis Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Selanjutnya virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang -kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubela telah diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru. Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi

terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi. Cara penularan dan pencegahan Cara penularan Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas. Bayi- bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 50 %, dan dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian bayi - bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut. Pencegahan Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup. Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. Hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat berisiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang. Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus,

sebaiknya ibu diterangkan tentang risiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.

Anda mungkin juga menyukai