Anda di halaman 1dari 5

Kerajaan Sriwijaya

Jangkauan terluas Kemaharajaan Sriwijaya sekitar abad ke-8 Masehi.

Ibu kota Bahasa Agama Pemerintahan Maharaja - 683 - 702 - 775 - 792 - 835 - 988 - 1008 - 1025 Sejarah - Didirikan - Invasi Dharmasraya Mata uang

Sriwijaya, Jawa, Kadaram, Dharmasraya Melayu Kuna, Sansekerta Buddha, Hindu Monarki Sri Jayanasa Sri Indrawarman Dharanindra Samaratungga Balaputradewa Sri Cudamani Warmadewa Sri Mara-Vijayottunggawarman Sangrama-Vijayottunggawarman 600-an 1100-an Koin emas dan perak

Sejarah
Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat. Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata. Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya di abad yang sama. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

Letak Kerajaan Sri ijaya


Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang). Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).

Nama-nama Raja yang pernah memerintah Kerjaan Sri ijaya


Tahun Nama Raja Ibukota Prasasti, catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristi a Catatan perjalanan I Tsing di tahun 671-685, Penaklukan Malayu, penaklukan Jawa Prasasti Kedukan Bukit (683), Talang Tuo (684), Kota Kapur (686), Karang Brahi dan Palas Pasemah Utusan ke Tiongkok 702-716, 724 Utusan ke Khalifah Muawiyah I dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz Utusan ke Tiongkok 728-742 Lieou-t'eng-wei-kong 743774 775 Sri Maharaja Sriwijaya Shih-li-fo-shih Belum ada berita pada periode ini Prasasti Ligor B tahun 775 di Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand dan menaklukkan Kamboja mengantikan

671

Dapunta Hyang Sri Jayanasa

atau

Srivijaya Shih-li-fo-shih

Sri Indrawarman 702 Shih-li-t-'o-pa-mo Rudra Vikraman 728

Sriwijaya Shih-li-fo-shih Sriwijaya

Pindah ke Jawa Wangsa Sailendra (Jawa Tengah atau Wangsa Sanjaya Yogyakarta) 778 Dharanindra atau Jawa Rakai Panangkaran

Prasasti Kelurak 782 di sebelah utara kompleks Candi Prambanan

Prasasti Kalasan tahun 778 di Candi Kalasan 782 Samaragrawira Rakai Warak Samaratungga Rakai Garung atau Jawa Prasasti Nalanda Mantyasih tahun 907 dan prasasti

Prasasti Karang Tengah tahun 824, 792 atau Jawa 825 menyelesaikan candi Borobudur pembangunan

840

Kebangkitan Wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan Balaputradewa Suwarnadwipa Kehilangan kekuasaan di Jawa, dan kembali ke Suwarnadwipa Prasasti Nalanda tahun 860, India

856 861959 960

Belum ada berita pada periode ini Sri Udayaditya Sriwijaya Warmadewa Se-li-hou-ta-hia-li-tan San-fo-ts'i Utusan ke Tiongkok 980 & 983: dengan raja, Hie-tche (Haji) Sri Cudamani Sriwijaya Warmadewa Malayagiri Se-li-chu-la-wu-ni-fu- (Suwarnadwipa) San-fo-ts'i ma-tian-hwa Sri MaraSan-fo-ts'i Vijayottunggawarman Se-li-ma-la-pi Kataha 990 Jawa menyerang Catatan Ati a, Sriwijaya,

Utusan ke Tiongkok 960, & 962

980

988

Utusan ke Tiongkok 988-992-1003, pembangunan candi untuk kaisar Cina yang diberi nama cheng tien wan shou Prasasti Leiden & utusan ke Tiongkok 1008 Utusan San-fo-ts'i ke Tiongkok 1017: dengan raja, Ha-ch'i-su-wa-ch'a-p'u (Haji Sumatrabhumi (?)); gelar haji biasanya untuk raja bawahan

1008

1017

1025

SangramaVijayottunggawarman

Sriwijaya Kadaram

Diserang oleh Rajendra Chola I dan menjadi tawanan Prasasti Tanjore bertarikh 1030 pada candi Rajaraja, Tanjore, India Dibawah Dinasti Koromandel Chola dari

1030

1079

Utusan San-fo-ts'i dengan raja Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) ke Tiongkok 1079 membantu memperbaiki candi Tien Ching di Kuang Cho (dekat Kanton) Utusan San-fo-ts'i dari Kien-pi (Jambi) ke Tiongkok 1082 dan 1088 Belum ada berita Laporan Chou-Ju-Kua dalam buku Chu-fan-chi berisi daftar koloni Sanfo-ts'i Srimat Trailokyaraja Dharmasraya Maulibhusana Warmadewa Dibawah Dinasti Mauli, Kerajaan Melayu, Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand

1082 10891177 1178

1183

Anda mungkin juga menyukai