Penampang yang memperlihatkan batas lempeng utama dengan pembentukan busur gunungapi
Penampang diagram yang memper lihatkan bagaimana gunungapi ter bentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan yang menghasilkan busur gunungapi, busur gunungapi tengah samudera, busur gunungapi tengah benua dan busur gunungapi dasar samudera
1. KEGEMPAAN
TIPE GEMPABUMI VULKANIK
Gempa Tipe-A : terjadi pada kedalaman > 1Km, frekuensi tinggi (>/= 3 Hz), gelombang P dan S teramati jelas. Gempa Tipe-B : terjadi pada kedalaman 0 1 Km, umumnya frekuensi rendah (< 3Hz), gelombang S kurang jelas. Gempa Letusan : mirip dengan gempa Tipe-B, tetapi terjadi saat letusan di permukaan. Tremor Vulkanik : getaran menerus atau perulangan gempa kecil, terjadi akibat gangguan yang menerus.
2. PERUBAHAN TUBUH
DISEBABKAN TEKANAN LEMAH AKIBAT ERUPSI ATAU MIGRASI MAGMA TERHADAP CELAH/REKAHAN LATERAL DAPAT MENGAKIBATKAN PENGANGKATAN TUBUH GUNUNGAPI.
Precise leveling Mengukur pengengkatan atau penurunan tubuh gunungapi Dipasang secara radial dari pusat erupsi atau sekeliling tubuh gunungapi Electronic Distance Measurement (EDM) Mengukur pembengkakan vertikal maupun hrizontal tubuh gunungapi Jarak EDM ke reflektor merupakan jarak tetap, artinya titik ukur tidak boleh berubah Koreksi dibuat untuk suhu dan tekanan udara serta uap air selama pengukuran.
Titik-titik pada lereng gunungapi umumnya memperlihatkan ungkitan sebelum terjadi erupsi Ungkitan terjadi antara puluhan sampai ratusan microradian sebelum letusan, dan jarang sekali dalam ribuan microradian.
Pengukuran Levelling
Pengukuran Levelling
3. PERUBAHAN GARVITASI
Percepatan gravitasi setempat merupakan fungsi dari ketinggian dan batuan dekat permukaan bumi Dalam tubuh gunungapi, perubahan gravitasi dapat berasal dari pengangkatan atau penurunan tubuh, perubahan berat jenis batuan yang disebabkan terobosan magma atau perubahan level air bawah permukaan, atau kedua-duanya.
Pengangkatan kira-kira 3 microgals/cm (rata-rata gravitasi bumi di seluruh dunia adalah 980 gals). 1 microgal = seper milyar seluruh lapangan gravitasi. Ciri-ciri perubahan gravitasi pergantian perubahan pembengkakan dan pengempisan dapur magma dalam tubuh gunungapi akibat pengisian dan pengosongan magma.
4. PERUBAHAN KEMAGNETAN
Perubahan kekuatan magnet bumi terjadi akibat : terobosan magma tau penekanan batuan samping Umumnya mineral yang mengandung magnet di dalam magma tidak mengalami perubahan suhu Curie, sehingga terobosannya akan mengurangi kekuatan lapangan magnet secara total Terobosan magma juga akan memagnetisasi batuan samping yang akan banyak berpengaruh terhadap lapangan magnet Perubahan kemagnetan juga disebabkan oleh pemanasan yang relatif lamban, perambatan dan penyebaran panasnya terbatas Arah dan kekuatan magnet diukur pada satu atau lebih lokasi pada tubuh gunungapi dan satu lokasi jauh dari gunungapi
5. PERUBAHAN KELISTRIKAN
Anomali tekanan dan pemanasan batuan dan air bawah permukaan dapat menyebabkan lemahnya arus listrik atau perubahan ketahanan Perubahan tersebut dapat disebabkan langsung oleh sifat listrik, tetapi mungkin juga oleh pengaruh elektromagnet, akibat perubahan lapangan magnet setempat 2 parameter dalam sifat kelistrikan : Potensi diri (Electrical Self-Potential) Sifat arus berfrekuensi sangat rendah dari sumbernya.
6. PEMANTAUAN GAS
Tekanan dan tegangan fisik di bawah tubuh gunungapi dan erupsinya sendiri adalah dipicu oleh pembumbungan magma akibat pelepasan gas, dan juga oleh uap air bawah permukaan. Pengeluaran gas seperti : H2O, CO2, CO, SO4, H2S dan hologen dipermukaan gunungapi, erat hubungannya dengan pembentukan gas di dalam magma. Sedangkan kegiatan hidrotermal disebabkan oleh interaksi magma dengan air bawah permukaan.
7. PEMANTAUAN TERMAL
Hampir semua gunungapi aktif menunjukkan manifestasi termal dipermukaan : solfatara, fumarola dll. Apabila magma bergerak ke permukaan cenderung akan meningkatkan suhu manifestasi di permukaan akibat terpanaskannya batuan samping dan air bawah permukaan. Pengukuran suhu dapat dilakukan pada : solfatara, fumarola, mataair panas, lumpur panas atau danau kawah.
8. PENGAMATAN VISUAL
Pengamatan visual gunungapi dilakukan secara rutin setiap hari dari Pos Pengamatan Gunungapi, atau secara periodik bagi gunungapi yang belum ada posnya. Pengamatan intensif dilakukan sebelum terjadi letusan yang mungkin timbulnya gejala sebagai berikut : Sinar api sepanjang rekahan di sekitar kawah Meningkatnya suhu asap atau uap air Perubahan warna tiang asap Perubahan bau asap Perubahan tubuh gunungapi secara drastis Perubahan warna air danau kawah Gejala lainnya sekitar kawah atau tubuh gunungapi
ADALAH PERISTIWA ALAM/ PERBUATAN MANUSIA YANG MENGAKIBATKAN JATUHNYA KORBAN JIWA DAN PENDERITAAN MANUSIA, KERUGIAN HARTA BENDA, RUSAKNYA LINGKUNGAN HIDUP, SERTA TERGANGGUNYA RODA PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DAPAT DIPELAJARI DAN DIKETAHUI BAHWA SUATU KAWASAN BERPOTENSI UNTUK TERJADINYA BENCANA. NAMUN TIDAK DAPAT DIKETAHUI KAPAN AKAN TERJADI DAN BERAPA BESAR KORBAN YANG AKAN TERJADI; JANGKAUAN DAMPAK BENCANA TIDAK MENGENAL BATAS WILAYAH ADMINISTRATIF DAERAH OTONOM
DIBENTUK BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN (BNPB), DENGAN UU NO 24 TAHUN 2007, BPBD PROPINSI BPBD KABUPATEN/KOTA
BENCANA
KEANGGOTAAN: WAPRES RI, MENKO KESRA, 6 KEMENTERIAN, PANGLIMA TNI, KAPOLRI DAN GUBERNUR YANG WILAYAHNYA TERKENA BENCANA BADAN GEOLOGI MELALUI DIREKTORAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI MENANGANI BENCANA GUNUNGAPI, TANAH LONGSOR, GEMPA BUMI, TSUNAMI, EROSI DAN SEDIMENTASI
MANAJEMEN BENCANA
MANAJEMEN BENCANA MELIPUTI UPAYA-UPAYA: 1. 2. PENCEGAHAN, UNTUK MENIADAKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH KORBAN AKIBAT BENCANA YANG MUNGKIN AKAN TERJADI MITIGASI, IDENTIFIKASI SUMBER-SUMBER BENCANA, MEMETAKAN DAERAH BAHAYA, PENYEBARAN INFORMASI DAN SOSIALISASI KEBENCANAAN, DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA KESIAGAAN, MEMPERSIAPKAN DIRI, INSTITUSI, DAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA YANG MUNGKIN TERJADI TANGGAP DARURAT, MENCAKUP SERANGKAIAN KEGIATAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA KORBAN BENCANA PEMULIHAN, MENCAKUP PEMULIHAN SARANA DAN PRASARANA DASAR FISIK, SOSIAL, DAN EKONOMI UNTUK MEMULIHKAN TATA KEHIDUPAN PEMBANGUNAN KEMBALI, PELAKSANAAN PERBAIKAN, PEMBANGUNAN DAN ATAU PENATAAN KEMBALI UNTUK JANGKA MENENGAH DAN PANJANG TERHADAP KERUSAKAN FISIK, SOSIAL SERTA EKONOMI
3. 4. 5. 6.
SEBARAN GUNUNGAPI DI DUNIA Daerah Lingkar Pasifik Indonesia Benua Eurasia Afrika, Laut Merah Lautan Pasifik Lautan Atlantik Lautan Hindia Jumlah 512 129 30 79 14 60 5 % 61,8 15,6 3,6 9,5 1,7 7,2 0,6
BAHAYA GUNUNGAPI
Bahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia.
Aliran lava Aliran piroklastik/awan panas Jatuhan piroklastik/hujan abu Lahar letusan Gas vulkanik beracun
LELERAN LAVA
Aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150 250 km/jam dan jangkauan aliran dapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.
AWAN PANAS
Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daundaun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat, pada volume besar dapat merubah iklim dunia serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.
G. Bromo 2004
G. Talang 2002
G. Papandayan 2002
HUJAN ABU
LAHAR LETUSAN
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air dalam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
LAHAR LETUSAN
GAS RACUN
3 4 5
Lokasi
Sulawesi Utara P. Sumbawa Jawa Barat Selat Sunda Jawa Timur Jawa Tengah Bali
Tahun
1711 1815 1822 1883 1919 1930 1963
Korban Jiwa
3.000 92.000 4.011 36.000 5.160 1.369 1.148
LAHAR HUJAN
Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur.
LAHAR
BANJIR BANDANG
Banjir Bandang 2004 yang memporak porandakan daerah Beburung dan Blanting
LONSORAN VULKANIK
Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempabumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunungapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat longsoran vulkanik.
LONGSOR
persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan sesudah terjadi letusan.
Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunungapi aktif, Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Resiko Bahaya Gunungapi yang didukung dengan dengan Peta Geologi Gunungapi, Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunungapi, Melakukan pembimbingan dan pemeberian informasi gunungapi, Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia di gunungapi, Melakukan peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan sarana dan prasarananya.
PROTAP
Prosedur Tetap Tingkat Kegiatan Gunungapi
Aktif Normal (Level I), Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan. Waspada (Level II), Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya. Siaga (Level III), Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan. Awas (Level IV), Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama.
Membentuk tim gerak cepat, Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung oleh penambahan peralatan yang lebih memadai, Meningkatkan pelaporan dan frekuensi pelaporan sesuai kebutuhan, Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah sesuai prosedur.
Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan, Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya, Memberikan saran penanggulangan bahaya, Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang, Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak, Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun, Melanjutkan memantauan rutin.
PEMBUANGAN AIR DANAU KAWAH G. GALUNGGUNG PEMBUANGAN AIR DANAU KAWAH G. GALUNGGUNG
Model rumah yang disarankan untuk daerah sekitar gunungapi, agar terhindar dari beban endapan abu gunungapi.
Kemiringan atap 45o atau lebih curam lagi, Tiang penopang atap lebih kerap dibantu dengan tiang diagonal, Dianjurkan atap terbuat dari seng agar tahan panas dari lontaran batu (pijar), Dibuat satu tiang penopang di pusat bangunan.
LETUSAN GUNUNGAPI
KERAJAAN MATARAM HANCUR MERAPI 1672 AWU 1711 AWU 1812 AWU 1856 AWU 1892 PAPANDAYAN 1772 TAMBORA 1815 GALUNGGUNG 1822 KRAKATAU 1883 KELUT 1901 KELUT 1919 MERAPI 1930 AGUNG 1963 3,000 3,000 RATUSAN 2,806 1,532 2,951 92,000 4,011 35,541 BANYAK 5,160 1,369 1,148
KORBAN
PENGUNGSI
MERAPI 928
RINCIAN JUMLAH KORBAN SETELAH ADA SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA (PERIODE SETELAH TAHUN 1980)
USAHA PENGUNGSI PENANGULANGAN LETUSAN
GAMALAMA 1980 GAMALAMA 1990 GAMKONORA 1981 GALUNGGUNG 1982 COLO 1983 MERAPI 1984 KARANGETANG 1984 SANGEANGAPI 1985 BANDAAPI 1988 KIE BESI 1988 KELUT 1990 35 LOKON 1990 LOKON 1992 KARANGETANG 1992 KRAKATAU 1993 MERAPI 1993 SEMERU 1994 MERAPI 1994 SEMERU 1995 MERAPI 1996 SANGEANGAPI
KORBAN
19,855 1 7 1 1 6 64 10,000 275 5,426 > 5,000 52,555 1,092 2,000 72,000 7,000 680 3,000 1,950 1,600 12.932
GUNUNGAPI
- BANGUNAN PELINDUNG - PERALAATAN PEMANTAUAN - JARINGAN KOMUNIKASI - KESADARAN PENDUDUK AKAN BAHAYA GUNUNGAPI
SAMPAI JUMPA