Anda di halaman 1dari 3

LUPUS ATAU LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (SLE) DEFINISI PENYEBAB Penyebab SLE masih belum diketahui dengan jelas.

Meskipun demikian, terdapat banyak bukti bahwa pathogenesis SLE bersifat multifaktor, yaitu faktor genetik, lingkungan, hormonal terhadap respon imun, jangkitan kuman atau virus, obat-obatan dan juga sinaran Ultraviolet. 1) Faktor Risiko genetik a. Jenis kelamin Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini membayangkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita memainkan peranan besar, walaubagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita masih dalam kajian. Rasio wanita : pria adalah 8 : 1. b. Umur Manifestasi SLE muncul antara 20-40 tahun c. Etnik Kasus SLE ditemukan pada Afro-American 1/250; Asia 1/300; kulit putih 1/1000 penduduk d. Turunan Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walaubagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE). Les terdapat 20 kali lebih sering dalam keluarga dimana ada anggota dengan penyakit tersebut dibandingkan dalam keluarga non-SLE dalam keluarga yang ada anggota

dengan SLE saudara sekandung mempunyai 2% kemungkinan mendapat penyakit ini, anak orang tua dengan SLE kemungkinan 5% mendapat penyakit ini, anak kembar dari satu telur 30% kemungkinan mendapat SLE kalau saudara kembarnya menderita penyakit ini. 2) Faktor risiko hormon

Hormon estrogen menambah risiko SLE, sedangkan androgen mengurangi risiko ini. Satu penelitian menunjukkan bahwa pemberian pengganti hormon dalam menopaus tidak mempengaruhi hasil terapi SLE. 3) Sinar Ultra Violet (SUV) a. SUV tidak menyebabkan SLE, tapi mengurangi supresi imun, sehingga terapi menjadi kurang efektif. b. Banyak penderita dengan SLE peka terhadap SUV. Setelah cukup lama terpajan SUV biasanya SLE kambuh atau bertambah berat. 4) Imunitas Pada orang sehat terdapat toleransi terhadap otot antigen oleh sel B dan sel T (oto-toleransi). Apabila terdapat penurunan oto-toleransi, terbentuklah oto-antibodi terhadap macam-macam oto-antigen. Pada penderita dengan SLE terdapat sel-B yang hiperaktif dan atau intoleransi terhadap sel-T. 5) Obat Obat tertentu pada persentase kecil sekali penderita tertentu dan diminum dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat. Ada sejumlah obat yang dapat menginduksi penyakit SLE pada orang yang peka, suatu sinudrom yang menyerupai SLE. Sindrom ini memiliki hampir semua gejala SLE, termasuk uji ANA yang positif, tetapi jarang menyerang ginjal dan SPP. Gejala-gejala SLE yang timbul akan menghilang dalam waktu beberapa minggu setelah obat yang menyebabkannya dihentikan. Hasil pemeriksaan ANA akan kembali menjadi negative dalam waktu beberapa bulan kemudian. Hidralazin dan prokainamid adalah dua dari kelompok obat-obatan yang paling sering menimbulkan gangguan ini. Selain itu ada juga beberapa obat yang mampu menimbulkan ANA positif, misalnya penisilamin, isoniazid, klorpromazin, dan obat-obatan anti-konvulsan seperti barbiturate, fenitoin, etosuksimid, metsuksimid, dan primidon. Beberapa obat dapat menyebabkan eksaserbasi SLE pada pasien yang sebelumnya berada dalam keadaan remisi. Kelompok ini mencakup sulfonamide, penisilin, dan kontraseptif oral. (Patofisiologi Sylvia volume 2 hal. 1394) a) Hidralazin b) prokainamid c) penisilamin

d) isoniazid e) klorpromazin f) obat-obatan anti-konvulsan seperti barbiturate, fenitoin, etosuksimid, metsuksimid, dan primidon 6) Infeksi Tidak ada satupun jenis virus, kuman atau parasit yang spesifik yang mencetuskan SLE. Penderita dengan SLE cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang-kadang SLE akan kumat setelah infeksi. 7) Stres Stres yang berat dikatakan dapat mencetuskan SLE pada penderita yang sudah mempunyai kecenderungan akan penyakit ini.

GEJALA

Anda mungkin juga menyukai