Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN PRAKTEK PENGADILAN MENGENAI KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA SEBAGAI OBJEK GUGATAN

Oleh: Prof Dr Paulus Effendi Lotulung, SH (Ketua Muda Bidang Peradilan Tata Usaha Negara di Mahkamah Agung R.I) Perkembangan praktek peradilan mengenai KTUN sebagai objek gugatan di Pengadilan TUN yang dalam beberapa tahun terakhir ini marak digugat, yaitu berupa produk-produk hukum berupa Surat Keputusan, dimana Pejabat yang menerbitkannya secara formal berada di luar lingkup Tata Usaha Negara, tetapi substansinya merupakan urusan pemerintahan, misalnya: Surat-surat Keputusan Ketua DPRD mengenai penentuan bakal calon Bupati, Walikota, dan sebagainya, ataupun juga Surat-surat Keputusan Ketua Partai Politik, dan sebagainya. Demikian juga, ada gugatan-gugatan yang objek gugatannya berupa suratsurat Keputusan Pejabat TUN yang diterbitkan atas dasar kewenangannya yang berada di luar urusan pemerintahan (eksekutif), misalnya: dibidang ketatanegaraan, atau berkaitan dengan bidang politik. Selain itu ada keputusan-keputusan TUN yang menimbulkan titik singgung dengan aspek hukum perdata dalam tugas dan fungsi pemerintahan. Bagaimanakah pembagian kompetensi mengadilinya? Kompetensi absolut Peradilan TUN diatur di dalam Pasal 1 Angka (3) UU No. 5 Tahun 1986 yang berbunyi: Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang oleh Badan dikeluarkan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat Konkret, individual dan final menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum yang perdata. Berdasarkan rumusan Pasal 1 Angka (3) di atas dapat dipahami bahwa suatu KTUN adalah produk yang diterbitkan oleh Pejabat TUN (atau Jabatan TUN) berdasarkan wewenang yang ada padanya (atributie) atau diberikan padanya dalam bidang urusan pemerintah (delegatie). Selanjutnya apa yang dimaksud dengan urusan pemerintah?

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Penjelasan Pasal 1 Angka (1) menyebutkan bahwa, yang dimaksud dengan urusan pemerintahan ialah kegiatan yang bersifat eksekutif. Dengan demikian, tidaklah termasuk di dalamnya kegiatan yang bersifat legislatif dan yudikatif (jika bertitik tolak pada teori trias polika Montesquieu dalam ketatanegaraan mengenai pembidangan kekuasaan Negara). Salah satu kata kunci yang penting dalam suatu KTUN adalah adanya wewenang atau kewenangan yang selalu harus ada dan yang menjadi dasar berpijak bagi Pejabat TUN untuk dapat melakukan tindakan-tindakan hukum dan khususnya dalam hal ini adalah menerbitkan keputusan-keputusan TUN sebagai salah satu instrumen yuridis dalam menjalankan pemerintahan. Wewenang dalam menjalankan urusan pemerintahan tersebut dapat dilakukan melalui perbuatan atau tindakan yang bersifat atau menurut hukum publik, maupun yang bersifat atau menurut hukum privat. Salah satu ciri yang terpenting dalam penerapan wewenang menurut hukum publik tersebut (terutama dalam menerbitkan Keputusan-keputusan TUN) adalah bahwa penerapan wewenang yang demikian itu membawa akibat atau konsekuensi hukum, yaitu lahirnya hak dan kewajiban yang bersifat hukum publik bagi warga masyarakat yang bersangkutan, kewenangan mana dapat dipaksakan secara sepihak (bersifat unilateral). Pada dasarnya wewenang hukum publik dikaitkan selalu pada jabatan publik yang merupakan organ pemerintahan (bestuurs orgaan) dan menjalankan wewenangnya dalam fungsi pemerintahan, yang dalam segala tindakannya selalu dilakukannya demi kepentingan umum atau pelayanan umum (public service). Pada organ pemerintahan yang demikian, melekat pula sifatnya sebagai pejabat umum (openbaar gezag). Pasal Angka (2) UU No. 5 Tahun 1986 merumuskan Badan atau Pejabat (jabatan) TUN secara sangat umum, yaitu bahwa: Badan atau Pejabat TUN adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. di atas sedemikian luasnya, sehingga Indroharto mengatakan Rumusan bahwa: Apa saja dan siapa saja yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, pada suatu saat melaksanakan suatu urusan pemerintahan, maka menurut undang-undang ini ia dapat dianggap berkedudukan sebagai Badan atau Pejabat TUN. Berdasarkan pendapat Indroharto tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pegangan dan ukuran bukannya kedudukan struktural/organisatoris dari organ

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

atau pejabat yang bersangkutan dalam struktur atau susunan pemerintahan, tetapi ditekankan pada fungsinya yang dilaksanakannya pada waktu itu, yaitu fungsi pemerintahan. Apabila pada saat itu yang dilaksanakannya adalah urusan pemerintahan berdasarkan perundang-undangan yang memberikan wewenang kepadanya, maka pada saat itu ia termasuk termasuk Pejabat TUN (sekalipun secara struktural/organisatoris ia bukan termasuk dalam jajaran pemerintahan/eksekutif) sehingga dapat digugat di Pengadilan TUN. Pandangan demikian sejalan pula dengan pendapat Prof. Mr. Nicolai di Nederland yang dalam uraiannya dalam bukunya Bestuursrecht tentang pengertian orgaan pemerintah yang terkandung dalan AWB (Algemen wet Bestuursrecht) mengatakan bahwa pembuat Undang-undang AWB bermaksud melalui kategori yang tercantum dalam Pasal 1 Ayat 1a memperluas pengertian orgaan pemerintah (bestuurs orgaan), sehingga meliputi juga instansi-instansi lain yang sebetulnya secara struktural tidak masuk dalam kategori orgaan pemerintah, tetapi yang pada saat tertentu menjalankan fungsi pemerintah/eksekutif. Dalam beberapa putusan Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia dapat dilihat juga perkembangan ke arah tersebut, dimana pengertian urusan pemerintahan dilihat lebih pada aspek fungsinya, bukan semata-mata pada aspek struktural organisasi atau segi formalmya. Tetapi sekalipun demikian tidak boleh dilupakan bahwa bagaimanapun juga harus ada peraturan sebagai landasan kewenangan untuk bertindak dalam urusan atau fungsi pemerintahan tersebut, hal mana dinyatakan pada persyaratan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (asas legalitas), sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 Angka (2) UU No. 5 Tahun 1986 yang berbunyi: Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku Permasalah kedua adalah, berkaitan dengan pemisahan antara Hukum Tata Negara (HTN) dengan Hukum Tata Usaha Negara (HAN). Walaupun kedua disiplin ilmu hukum tersebut termasuk dalam disiplin ilmu hukum publik tetapi masih selalu dipersoalkan. Secara konkrit selalu dipertanyakan adalah apakah misalnya Keputusan Presiden yang diterbitkan dalam kapasitas sebagai Kepala Negara dapat digugat di Pengadilan TUN? Pertanyaan tersebut timbul oleh karena dalam berbagai Undang-

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

undang sering dijumpai rumusan Presiden sebagai Kepala Negara dst. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan lagi seperti, misalnya: dimanakah batasnya antara Keputusan Presiden selaku Kepala Negara dengan Keputusan Presiden selaku Kepala Pemerintahan, yang merupakan Pejabat TUN yang paling tinggi? Dan apakah batas tersebut perlu ada serta diperhatikan, untuk menentukan dapat tidaknya menjadi objek gugatan di Pengadilan TUN? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul oleh karena dalam Pasal 1 Angka (3) UU No. 5 Tahun 1986 secara tegas dan eksplisit disebutkan bahwa KTUN berisi tindakan Tata Usaha Negara (tidak disebutkan berisi tindakan hukum publik). sebaliknya apabila di dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-undang AWB di Nederland dirumuskan sebagai publiek rechttelijke rechhandeling (tindakan hukum publik). Apabila ditinjau dari sistem hukum kita yang berlaku sekarang, dalam perumusan diberbagai perundang-undangan, kedua kedudukan Presiden tersebut tampak dibedakan yaitu kedudukan sebagai Kepala Negara dan kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan (eksekutif atau Tata Usaha Negara), tetapi secara fisik keduanya dilaksanakan oleh pribadi yang sama. Sehingga karenanya dibedakan pula antara kapan dan dalam hal apa Presiden bertindak sebagai Kepala Negara di satu pihak, dan sebagai Kepala Pemerintahan di lain pihak. Dengan demikian lalu ditinjau kewenangankewenangan mana yang diturunkan (derivatif) dari segi hukum ketatanegaraan dan yang dari segi hukum ketata-usahanegaraan/hukum administrasi. Hal-hal tersebut harus juga dilihat dalam kasus demi kasus (secara kasuistis). Persoalan Ketiga adalah titik singgung antara hukum privat dan hukum publik. Dalam soal titik singgung antara hukum privat dan hukum publik. Dalam soal titik singgung antara hukum publik dan hukum privat sebagai instrumen yuridis dalam tindakan-tindakan hukum pemerintahan, hendaknya dipahami dan diingat kembali bahwa penggunaan wewenang pemerintahan oleh organ-organ pemerintah dapat pula didasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum privat. Dalam hal ini dikaitkan dengan suratsurat KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata, yang diperkecualikan dari kompetensi atau yurisdiksi Peradilan Tata Usaha Negara seperti yang tertuang dalam Pasal 2 butir (1) UU No. 5 Tahun 1986 jo. Pasal 2 butir (1) UU No. 9 Tahun 2004, yang berbunyi:

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-Undang ini: (1) Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata cukuplah bahwa organ tersebut secara faktual menjalankan Jadi tidak urusan pemerintahan, tetapi harus jelas peraturan perundang-undangan yang mana yang memberikan kewenangan menjalankan urusan pemerintahan tersebut kepadanya. Hal ini harus lebih diteliti oleh Hakim. Secara kasuistis harus ditinjau dengan cermat, apakah hukum privat ataukah hukum publik yang lebih dominan didalam penggunaan wewenang oleh organ pemerintah yang bersangkutan. Sebagai titik tolak masih selalu dipakai ukuran dan pegangan bahwa manakala pemerintah melalui organnya bertindak atau melakukan tindakan-tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh setiap orang berdasarkan ketentuanketentuan perdata, atau dikatakan dianggap sebagai bertindak dalam garis yang sejajar (op een lijr) dengan warga masyarakat biasa, maka dalam hal demikian tindakannya bersifat keperdataan. Tapi sebaliknya, apabila tindakan-tindakan hukumnya didasarkan pada kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh ketentuan-ketentuan hukum publik, yang menunjukkan adanya kedudukan yang tidak sejajar dan unilateral dalam rangka pelayanan publik (publik service), maka dalam hal demikian menunjukkan adanya sifat penggunaan hukum publik. Pembedaan criteria tersebut diatas walaupun bersifat diametral tapi msih sangat relatif dan dalam setiap perkara harus dilihat secara kasuistis, dengan mendalami ciri-ciri prinsipil berbeda antara hukum privat dan hukum publik. Harus dapat dibedakan apakah suatu KTUN yang dihadapi adalah murni bersifat hukum publik ataukah murni bersifat penggunaan hukum privat sebagai instrumen yuridis, ataukah dapat diterapkan penggunaan teori melebur dalam hal penerapan hukum privat saling memasuki? Bahkan dalam keadaan tertentu, pejabat mempunyai pilihan untuk memakai instrumen yuridis hukum publik ataukah hukum privat untuk menjalankan kewenangannya. Maka dalam hal demikian hakim diingatkan dan dihadapkan pada penerapan Teori dua jalan (twee wegenleer) dimana harus ditentukan melalui instrumen yuridis yang mana dan yang lebih tepat harus dilaksanakan kewenangan yang bersangkutan.

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Perkembangan-perkembangan demikianlah yang sekarang ini mulai tampak setelah beropersionalnya Peradilan TUN.

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

DASAR-DASAR PERADILAN TATA USAHA NEGARA


0leh : YOSRAN, SH. MHum.

DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA Dalam pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas dan jelas disebutkan bahwa : Pada ayat 1. kekuasaan kehakiman dilakukan oleh mahkamah agung dan lain badan kehakiman menurut undang-undang. Ayat 2. Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman diatur dengan undang-undang. Selanjutnya sebagai peraturan pelaksanaan dari pasal 24 UUD 1945 tersebut diundangkanlah pada waktu itu Undang-undang no. 14 tahun 1970 dimana sekarang ini dengan Undang-undang no.4 tahun 2004 tentang pokok-pokok telah dirubah kekuasaan dimana dalam pasal 10 ayat 1 dinyatakan bahwa kekuasaan kehakiman, kehakiman dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan : Peradilan Umum Peradilan agama Peradilan militer Peradilan Tata Usaha Negara Berdasarkan hal tersebut maka pada tanggal 14 januari 1991 diundangkanlah melalui peraturan pemerintah yang disebut dengang Undang-Undang no. 5 Tahun 1986 dan untukini telah dirubah dan ditambah dengan Undang-undang no. 9 tahun sekarang 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. BEBERAPA KARAKTERISTIK PTUN SEHINGGA MEMBEDAKANNYA DENGAN PERADILAN LAIN.
1. Peranan Hakim yang aktif, dalam arti Hakim PTUN dituntut untuk dapat mencari kebenaran materil. 2. Kompensasi ketidakseimbangan, Penggugat diasumsikan sebagai pihak yang lemah dibandingkan tergugat yang memegang kekuasaan publik. 3. Mengarah pada sistim pembuktian bebas terbatas. Dengan dasar pasal 107 Undang-Undang n o. 5 tahun 1986. dinyatakan bahwa hakim menentukan apa yang harus dibuktikan. 4. adanya larangan putusan hakim yang ultra petita ( melebihi tuntutan). 5. adanya asas ERGA OMNES yaitu putusan tidak hanya berlaku bagi para pihak tapi juga pihak-pihak lain yang terkait. 6. adanya asas AUDI ALTERAM PARTEM, yaitu mendengarkan penjelasan para pihak.

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

7. adanya adegium POINT D INTERECHT POINT D ACTION dengan arti gugatan akan ada apabila ada kepentingan terlebih dahulu.

PROSES BERACARA DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara dikenal dengan 2 macam cara :
1. Melalui upaya administratif ( pasal 48 dan pasal 51 ayat 3 2. Melalui Gugatan ( pasal 1 angka 5 dan pasal 53 )

Pengertian Upaya administratif adalah penyelesaian sengketa tata usaha negara dalam lingkungan administrasi pemerintahan sendiri. Upaya administratif ini dikenal ada 2 macam :
1. Banding administrasi, dan 2. Keberatan

Kedua upaya tersebut diatas haruslah terlebih dahulu melihat kepada aturan dasarnya. Maksud dari Banding Administrasi adalah sengketa tata usaha negara yang dahulu terlebihdiselesaikan oleh instansi atasan atau instansi lain. Contoh kasus ; dulu sengketa kepegawaian terlebih dahulu diselesaikan oleh Badan ( BAPEK Pertimbangan kepegawaian. Kemudian jika prosedur ini telah ditempuh tapi tidak memuaskan maka gugatan dapat langsung ditujukan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bukan lagi ke PTUN Maksud dari keberatan adalah Prosedur penyelesaian oleh pembuat keputusan tata usaha sendiri. negara itu Misalnya sengketa kepegawaian prosedur ini ditempuh langsung kepada atasan mengeluarkan sk pemberhentian. yang BEBERAPA HAL YANG PENTING DAN POKOK DALAM PEMBUATAN GUGATAN
1. Tentang Subjek Gugatan, adalah pihak-pihak yang berperkara.

Pihak penggugat adalah : Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan. Pihak tergugat adalah : Badan/pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan surat keputusan.
2. Objek gugatan :

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Sesuai bunyi pasal 1 angka 3 Undang-Undang 5 tahun 1986 jo 9/2004 : Penetapan tertulis yang berisi tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang bersifat kongkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Bedasarkan bunyi pasal tersebut ada 5 kriteria objek Gugatan/ KTUN tsb :
1. 2. 3. 4. 5. adanya penetapan tertulis. berisi tindakan hukum tata usaha negara. berdasarkan peraturan perundang-undangan. bersifat kongkrit,individual, dan final. menimbulkan akibat hukum.

Selain yang tersebut diatas dalam pasal 3 ayat 1 ada objek yang berupa Keputusan Tata Usaha Negara Fiktif Negatif. ( fiktif karena tidak dalam bentuk tertulis/ diam, dan negatif mengandung makna karena penolakan. Maksudnya adalah bahwa apabila badan/ pejabat TUN tidak mengeluarkan KTUN sedangkan hal tersebut menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan telah KTUN penolakan, dalam jangka waktu tertentu sebagaimana mengeluarkan diatur pasal tersebut. Kemudian dalam pasal 2 Undang-undang no. 9 tahun 2004 juga secara tegas disebutkan termasuk dalam KTUN adalah : yang tidak
1. KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata. Ex. Jual beli, sewa menyewa 2. KTUN yang pengaturannya bersifat umum. Ex. Ttg larangan pkl 3. KTUN yang msh memerlukan persetujuan. Ex. Belum final 4. KTUN yang dikeluarkan berdasarkan KUHP. Ex. Ttg pkr lalu lintas 5. KTUN yang diperiksa oleh badan peradilan lain. 6. KTUN mengenai Tata Usaha TNI-POLRI. 7. KTUN berupa Kept. Panitia pemilihan pusat/daerah mengenai hasil pemilu.

Selanjutnya dalam pasal 49 juga disebutkan bahwa PTUN tidak berwenang memeriksa dikeluarkan : KTUN yang
a. Dalam waktu perang,bahaya, bencana alam, keadaan luar biasa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku b. Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan per-UU-an yang berlaku.

TENTANG BENTUK GUGATAN. Termuat dalam pasal 56 UU 9/2004 tentang syarat-syarat formal gugatan Dikelompokan atas 2 macam syarat-syarat isi gugatan :

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

1. Syarat formal, yaitu tentang identitas para pihak. 2. syarat materil, yaitu posita/ alasan gugatan dan tuntutan./petitum.

TENTANG TENGGANG WAKTU UNTUK MENGAJUKAN GUGATAN Termaktub dalam pasal 55 UU no.9 tahun 2004 : yaitu 90 hari sjk diterima atau diketahui SkTUN tersebut. terbitnya Contohnya : Si A menggugat SK berhenti sbg PNS diterima tgl 1 januari 2007, jadi batas waktu untuk dapat menggugat SK tsb adalah sampai dengan tanggal 30 maret 2007. Satu persoalan : PROSES PEMERIKSAAN GUGATAN DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA. TAHAP-TAHAP YANG HARUS DILALUI : Tahap I. Penelitian administrasi, dilaksanakan oleh panitera dan staff Tahap II. Terdiri dari : Proses dismissal Apakah ada permohonan schorsing Apakah ada permohonan pemeriksaan dengan CumaCuma ada permohonan pemeriksaan acara Apakah cepat. Menetapkan diperiksa dengan acara biasa. Tahap III. Pemeriksaan persiapan. Tahap IV. Sidang terbuka untuk umum. TAHAP I. PENELITIAN ADMINISTRASI Adalah pemeriksaan gugatan yang telah masuk dan didaftar dengan mendapatkan Dan telah menyelesaikan administrasi dengan membayar uang panjar perkara. Dalam penelitian administrasi ini yang perlu diperhatikan adalah :
1. 2. 3. 4. 5. dilakukan oleh petugas yang berwenang yaitu pejabat kepaniteraan adanya cap dan tanggal disudut kiri atas. tidak perlu dibubuhi materai tempel identitas penggugat harus lengkap bentuk dan isi gugatan scr formal disesuaikan dengan pasal 56

TAHAP II. PROSEDUR DISMISSAL

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Adalah suatu proses penelitian terhadap gugatan yang masuk yang dilaksanakan oleh ketua ptun. Adapun alasan-alasan dismissal secara limitatif telah diatur dalam pasal 62 ayat 1 :
1. 2. 3. 4. Pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang pengadilan. syarat-syarat sebagaimana pasal 56 tidak terpenuhi. gugatan tidak berdasarkan pada alasan yang layak. apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi dalam KTUN tersebut. 5. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktu.

TAHAP III. PEMERIKSAAN PERSIAPAN. Bertujuan untuk mematangkan perkara, segala sesuatu yang akan dilakukan diserahkan kepada kebijaksanaan ketua majelis, pihak penggugat dipanggil dalam rangka untuk menyempurnakan gugatannya dan pihak tergugat untuk dimintai keterangan seputar objek sengketa. terbitnya Hal-hal yang berkaitan dengan pemeriksaan persiapan.
a. adanya tenggang waktu 30 hari untuk perbaikan gugatan bagi penggugat. b. Jika gugatan dianggap sempurna maka tidak perlu diadakan perbaikan gugatan. c. Bukti-bukti awal dari penggugat agar sedapat mungkin dilampirkan bersamasama dengan gugatannya.

TAHAP IV. PERSIDANGAN TERBUKA UNTUK UMUM. Dalam pasal 70 ayat 1, persidangan secara formal dipimpin oleh hakim ketua sidang. tahap-tahap persidangan : Adapun
1. Pembacaan surat gugatan. 2. Jawaban tergugat, berisi tangkisan terhadap gugatan penggugat.

Terdiri dari 2 bentuk :


A. Jawaban eksepsi/tangkisan diluar pokok perkara. Terdiri dari : 1. eksepsi tentang kewenangan mengadili, atau dikenal juga dengan eksepsi tentang kompetensi absolut. 2. eksepsi tentang kewenangan relatif. 3. eksepsi lain-lain, yaitu selain tentang eksepsi absolut dan relatif. B. Jawaban atas pokok perkara, berisikan sangkalan-sangkalan terhadap dalil-dalil gugatan penggugat.

Permasalahan sering timbul oleh karena sering terjadi pihak tergugat mencampuradukan bentuk eksepsi dengan jawaban pokok perkara.

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

3. tahap replik, jawaban yang dibuat oleh penggugat untuk membantah jawaban tergugat. 4. tahap duplik, jawaban tergugat atas repliknya penggugat. 5. tahap pembuktian, alat-alat bukti yang dapat diajukan oleh para pihak adalah : A. Bukti-bukti surat atau tulisan B. Keterangan ahli C. Keterangan saksi D. Pengakuan pihak-pihak dan E. Pengetahuan hakim.

Setelah acara jawab menjawab selesai diakhiri dengan tahap kesimpulan, namun kesimpulan bukanlah merupakan suatu keharusan bagi para pihak. Selanjutnya sampai pada tahap pengambilan sikap majelis, dengan pembacaan putusan. MACAM-MACAM BENTUK PUTUSAN ( dasar pasal 71 ayat 1 )
1. Gugatan ditolak ; Penggugat tidak dapat membuktikan dalil gugatannya. 2. Gugatan dikabulkan ; Penggugat berhasil membuktikan dalil gugatannya 3. Gugatan tidak diterima ; o karena lewat waktu karena Pengadilan tidak

berwenang. Karena syarat formal gugatan tidak 4. Gugatan gugur ; Penggugat tidak hadir walau telah dipanggil secara patut. dipenuhi. UPAYA HUKUM. Dalam arti : bagi pihak yang tidak puas pada putusan PTUN dapat mengajukan permohonan pemeriksaaan ditingkat Banding yaitu ke PTTUN dalam jangka waktu 14 hari kalender sejak putusan dibacakan/diberitahukan secara sah kepada para pihak. Kemudian sama juga halnya dengan permohonan untuk pemeriksaan ditingkat kasasi oleh Mahkamah Agung RI dengan batas waktu juga 14 hari. Selanjutnya melalui perubahan UU no 5 tahun 1986 ke Undang-undang no. 9 tahun 2004 45 A (2) telah diberikan batasan untuk perkara yang bisa kasasi dalam pasal melalui no. 6 tahun 2005, Perkara TUN yang objek gugatannya berupa SEMARI keputusan Pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku diwilayah daerah yang bersangkutan tidak dapat diajukan kasasi. Kemudian upaya hukum Peninjauan kembali merupakan upaya hukum bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. Sedangkan untuk tenggang waktu mengajukan PK ini adalah 180 hari sejak diketahui kebohongan/tipu muslihat/penemuan bukti-bukti baru. Tambahan : tentang GUGATAN INTERVENSI Dasar Hukum : pasal 83 UU No. 5 th 1986 jo. UU No. 9 th 2004.

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Gugatan sebagai upaya mempertahankan hak tidak hanya oleh pihak-pihak yangKTUN tersebut tapi juga orang/badan hukum diluir pihak yang merasa oleh dituju kepentingannya dirugikan dengan terbitnya KTUN tersebut juga dapat pula ikut atau sertakan dalam proses pemeriksaan perkara yang sedang diikut berlangsung. Masuknya pihak ketiga dapat dalam 2 bentuk :
1. Karena permintaan salah satu pihak, 2. atas prakarsa hakim yang memeriksa perkara tersebut.

Dalam prakteknya hakim pada tahap pemeriksaan persiapan memanggil pihak yang terkait dengan KTUN yang menjadi objek sengketa dan diberitahukan akan ketiga hak-hak untuk membela kepentingannya.

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

PRAKTEK HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA


DASAR HUKUM - UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara; - UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. KEDUDUKAN DAN WEWENANG PTUN - Salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman, sebagai peradilan tersendiri terpisah dari peradilan umum, agama, dan militer, yang berpuncak pada mahkamah agung ri sebagai peradilan negara tertinggi.- Berwenang mengadili sengketa tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan/pejabat tata usaha negara (TUN). SIFAT KHUSUS HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA - Hakim Aktif ( Dominus Litis ); - Terdapat tenggang waktu dalam mengajukan gugatan ( 90 hari) sejak diterima atau diumumkan KTUN; - Ada Proses Dismissal oleh Ketua Pengadilan TUN; - Ada Pemeriksaan Persiapan; - Gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan TUN; (Terkait Asas Persumtion Justae Causa) - Asas Pembuktian Bebas dan terbatas ( Vrij Bewijs ); - Tidak ada Gugatan Rekonvensi; - Tidak ada Putusan Verstek; - PT. TUN dapat menjadi pengadilan tingkat pertama; - Putusan PTUN bersifat ERGA OMNES Maksud dan Tujuan HUKUM ACARA ( PERATUN ) Hukum Acara memuat cara bagaimana orang harus bertindak di muka pengadilan serta cara bagaimana pengadilan bertindak. PENGERTIAN SENGKETA TUN ( Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Thn. 1986 ) Sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara (TUN) antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan/Pejabat TUN, baik di pusat maupun didaerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan TUN, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. SUBYEK GUGATAN TUN PENGGUGAT; (Pasal 53 ayat (1) UU No. 9 Thn. 2004) - Orang , - Badan Hukum Perdata, yaitu setiap badan hukum yang bukan badan hukum publik, dapat berupa perusahaan-perusahaan swasta, organisasi, yayasan maupun perkumpulan kemasyarakatan yang dapat diwakili oleh pengurusnya sesuai dengan ketentuan dalam AD/ART-nya; TERGUGAT ; (Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Thn. 1986) - Badan / Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan TUN berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau Badan Hukum perdata.( Pasal 1 angka 6 UU No. 5 Thn. 1986 ) - Pejabat di instansi-instansi resmi pemerintah yang berada di bawah presiden selaku kepala eksekutif

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

- Pejabat di instansi-instansi dalam lingkungan kekuasaan negara di luar lingkungan eksekutif yang berdasarkan peraturan perundang-undangan melaksanakan suatu urusan pemerintahan - Pejabat badan-badan hukum perdata yang didirikan oleh pemerintah dengan maksud untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah - Pejabat instansi-instansi yang merupakan kerja sama antara pihak pemerintah dengan pihak swasta yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan- Pejabat lembaga-lembaga hukum swasta yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan OBYEK GUGATAN TUN Obyek gugatan dalam sengketa TUN adalah Keputusan TUN (Beschikking) yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN. SYARAT KEPUTUSAN TUN YANG DAPAT DIGUGAT ( Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Thn. 1986 ) - Penetapan Tertulis (bukan lisan); Tidak harus penetapan formal yang memuat konsideran dan diktum. Dapat pula berupa Nota Dinas, Surat Perintah, Memo dsb, asal dibuat secara tertulis dan memuat secara jelas dari siapa, kepada siapa dan mengenai hal apa.- Berisi tindakan hukum TUN; - Konkrit atau nyata; - Individual (tertentu); - Final, dapat dilaksanakan tanpa persetujuan lagi;- Menimbulkan akibat hukum. KEPUTUSAN TUN FIKTIF NEGATIF ( Pasal 3 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1986 ) Sikap diam dari Badan / Pejabat TUN setelah menerima surat permohonan dari orang atau badan hukum perdata, dimana Badan / Pejabat TUN tidak mengeluarkan sama sekali suatu Keputusan TUN yang dimohonkan tersebut. Sikap diam dari Badan / Pejabat TUN tersebut dianggap telah mengeluarkan suatu Keputusan TUN yang berisi penolakan KEPUTUSAN TUN yang BUKAN OBYEK SENGKETA TUN ( Pasal 2 UU No. 9 Thn 2004 ) - Perbuatan hukum perdata; - Pengaturan yang bersifat umum; - Masih memerlukan persetujuan; - Keputusan berdasar KUHP/KUHAP; - Keputusan hasil pemeriksaan badan peradilan; - Keputusan tata usaha militer; - Keputusan KPU/KPUD tentang hasil Pemilu ( Pasal 49 UU No. 5 Thn 1986 ) - Dikeluarkan dalam perang, keadaan bahaya dan bencana alam - Dikeluarkan dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum PENGERTIAN GUGATAN Permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat tata usaha negara agar keputusan yang diterbitkan dinyatakan batal atau tidak sah. SYARAT GUGATAN SENGKETA TUN ( Pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986 ) - Nama, WN, tempat tinggal dan pekerjaan Penggugat atau kuasanya; - Nama Jabatan, tempat kedudukan Tergugat; - Dasar gugatan ( POSITA ), dan hal yang diminta untuk diputus oleh PTUN ( PETITUM ); - Disertai Keputusan TUN yang digugat. ALASAN GUGATAN TUN (Pasal 53 ayat 2 UU No. 9 Tahun 2004) - Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (Onwetmatige); - Bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) atau (Algemeene

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Beginselen van Behoorlijk Bestuur ), yaitu : 1. Asas Kepastian Hukum; 2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara; 3. Asas Kepentingan Umum; 4. Asas Keterbukaan; 5. Asas Proporsionalitas; 6. Asas Profesionalitas; 7. Asas Akuntabilitas. KUASA HUKUM DALAM BERACARA DI PTUN ( Pasal 57 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 ) YANG DAPAT BERTINDAK SELAKU KUASA HUKUM : - Kuasa PENGGUGAT;Advokat atau Kuasa Insidentil yang mendapat ijin dengan Penetapan Ketua PTUN ( misalnya : suami/istri, orang dalam hub. Kel. Semenda/sedarah, atau hub. Pekerjaan ). - Kuasa TERGUGAT;Bawahan (Biro atau Bagian Hukum), Jaksa Pengacara Negara atau Advokat. UPAYA ADMINISTRATIF ( Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986 ) KEBERATAN ( Administratief Bezwaar ),kepada Badan / Pejabat TUN yang menerbitkan KTUN -> Digugat ke PTUN; BANDING ADMINISTRATIF ( Administratief Beroep ),kepada atasan / Instansi lain yang lebih tinggi yang mengeluarkan KTUN -> Digugat di PT.TUN; SUMBER WEWENANG BADAN / PEJABAT TATA USAHA NEGARA - Wewenang Atribusi (Berdasar UU) - Wewenang Delegasi (Berdasar Pelimpahan) - Wewenang Mandat (Berdasar Pemberian Kuasa) PUTUSAN AKHIR PTUN ( Pasal 97 ayat (7) UU No. 5 tahun 1986 ) - Gugatan ditolak ; - Gugatan dikabulkan ; - Gugatan tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijk Verklaard ) ; - Gugatan Gugur. ISI PUTUSAN GUGATAN DIKABULKAN - Keputusan TUN Batal / Tidak Sah ; - Memerintahkan Keputusan TUN agar dicabut ; - Memerintahkan menerbitkan Keputusan TUN yang baru ; - Ganti Rugi ; - Rehabilitasi. BADAN / PEJABAT TUN YANG TIDAK MELAKSANAKAN PUTUSAN PTUN ( Pasal 116 UU No. 9 Thn. 2004 ) - PENGENAAN UANG PAKSA ( Dwangsom) ;( Pasal 116 ayat 4 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004, besarnya ditentukan oleh pertimbangan Majelis Hakim berdasar Asas Kepatutan ) - SANKSI ADMINISTRATIF; - DIUMUMKAN DI MEDIA MASSA ; UPAYA HUKUM - BANDING KE PT.TUN ( Pasal 122-130 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 )

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

- KASASI KE MAHKAMAH AGUNG ( Pasal 131 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 ) - PENINJAUAN KEMBALI KE MAHKAMAH AGUNG ( Pasal 132 Undang-Undang No. No. 5 Tahun 1986 jo Pasal 66-76 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 )

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Anda mungkin juga menyukai