Anda di halaman 1dari 9

Book Report PRAKTEK ETIKA PENDIDIKAN di Seluruh Wilayah NKRI

BAB I ETIKA DAN MAYORITAS Etika dan mayoritas dalam membangun pendidikan.
pada dasarnya etika adalah salah satu cabang filsafat yang mendalami pertanyaan tentang moralitas, mulai dari dasar bahasa, ontology dan hakikat pengetahuan terhadap etika dan moral. Etika menjadi bersifat rasional karena mengandalkan kebebasan sebagai unsur hakiki dan etika. Kebebasan dalam praktik hidup sehari-hari mempunyai ragam yang banyak yaitu kebebasan rohani dan jasmani, kebebasan sosial, kebebasan psikologi dan kebebasan moral. Semua kebebasan adalah yang bertanggungjawab yang memiliki nilai etis dan moralitas yang tinggi. Nilai etis dan moralitas bagi pengambil kebijakan khususnya dalam penentu pejabat bidang pendidikan . komitmen tiggi oleh pejabat penentu kebijakan untuk memperoleh dan mengangkat pejabat yang terbaik dengan menempatkannya pada posisi yang tepat adalah gambaran nilai etis dan moralitas yang tinggi. Tantangan bahwa perilaku masyarakat semakin majemuk, memerlukan komitmen yang kuat memenuhi etika dan moralitas yang tiggi untuk membangun daerah bagi kepala daerah dan wakilnya. Komitmen ini menjamin bahwa pembagunan dan penyelenggaraan pendidikan didaerahnya standar yang dipersyaratkan dan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Namun demikian kepala daerah dan wakilnya akan dihadapkan pada persoalan persoalan yang rumit memungkinkan mereka bergeser dari komitmen awal, sehingga berubah menjadi memenuhi ambisi pribadi dan keuntungan pribadi yang dibungkus dengan kepentingan umum dan memajukan daerahnya. Dalam hal ini kejujuran dan ketidakjujurnya hanya dirinya dan Tuhan YME yang mengetahuinya. Jadi hanya kepala daerah dan wakilnya yang takut pada teguran-Nya yang memungkinkan dapat menjaga komitmen memenuhi etika dan moralitas yang tinggi dalam menjalankan amanah pembangunan yang diamanahkan kepadanya. Meskipun ianya akan menghadapi berbagai tantangan yang bahkan dapat mengancam diri dan keluarganya karena menjaga amanah secara konsisten ; ia akan bertahan pada kejujuran dan komitmennya memajukan daerah yang dipimpinnya. Meskipun

menegakkan komitmen sulit untuk dipertahankan dan penuh rintangan, tetapi tetap diperlukan pimpinan daerah dan wakilnya yang menjaga dengan penyelenggaraan pendidikan yang penuh etika dan moralitas yang tinggi, sehingga proses pendidikan yang diterima masyarakat memenuhi kualitas yang tinggi dan memenangkan persaingan.

Etika Pendidikan dan Pengembangan SDM.


SDM adalah kekayaan yang paling penting yang dimiliki suatu bangsa, suatu organisme dan suatu kelompok masyarakat. SDM sering disebut human resource tenaga/ kekuatan manusia (energy / power). Etika dalam penyelenggaraan pendidikan membangun dan mengembangkan SDM yang memiliki moral dan etika yang dipandang baik dan bermanfaat untuk pengembangan SDM. Kajian-kajian mendalam mengenai etika dan moralitas dalam pembangunan pendidikan untuk berbagai pihak yang berkepentingan adalah sangat penting yang bertujuan memberikan makna baru pada pendidikan itu sendiri. Dengan makna baru, sehingga pendidikan dan manejemennya berada pada ranah peningkatan etika/ mayoritas dalam perilakunya melaksanakan tugas profesionalnya sebagai penaggungjawab pendidikan, diharapkan tercipta SDM yang berkualitas menghadapi berbagai tantangan masa depan. Etika pendidikan perlu terus dikembangkan dan ditegakkan berkaitan dengan nilai moralitas dan hubungan manusiawi, prosesnya adalah pemahaman dan pembatinan dengan kegiatan mengenal dan mempraktikan nilai etis tersebut dalam perilaku sehari-hari, kunci suksesnya adalah pengendalian diri dan atiliasi dengan hasil manusiawi berjati diri dan bermartabat yang diperankan pendidikan.

BAB II PROSES UJIAN DAN MUTU PENDIDIKAN Membangun Moral Bangsa yang Sudah Terpuruk melalui Proses Ujian Sekolah yang Jujur.
Etika dan moralitas proses ujian sekolah sebagai dari upaya mengatasi berbagai keterpurukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu penting untuk didefinisikan kembali etika dan moralitas. Proses ujian nasional yang jujur diseluruh daerah NKRI akan mengangkat harkat dan martabat Indonesia menjadi lebih baik. Salah satu tujuan pendidikan adalah mengubah perilaku murid dari tidak tahu menjadi tahu. Melalui proses pendidikan murid

diharapkan menjadi orang jujur, disiplin, bertanggungjawab, hormat pada guru dan sebagainya melalui proses pendidikan. Tetapi pada fenomenanya, masih banyak terjadi yaitu masih berkembangnya budaya nyontek itu, perilaku berkarakter agaknya tidak cukup diwakili dengan istilah pintar dan sopan / bermoral saja. Dalam kehidupan sehari-hari banyak terdengar ungkapan tentang orang-orang yang dikategorikan pintar dan sopan atau bermoral, tetapi perilakunya menyalahi kaidah-kaidah karakter itu sendiri sehingga tindakan-tindakannya tidak memenuhi etika oleh karena itu, pengelolaan pendidikan yang menjunjung tinggi etika dan moralitas menerjemahkan pendidikan kedalam sejumlah keputusan dan ketetapan termasuk melaksanakan ujian yang jujur guna menentukan langkah-langkah untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

Etika Pendidikan : Dari Aspek Penglihatan Mutu Manajemen Pendidikan.


Pendidikan pada dasarnya mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya serta tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dari kegagalan. Karenanya pendidikan perlu diselenggarakan secara luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia. Warisan nilai yang berubah dalam kebudayaan dari budaya jujur menjadi tidak jujur pada saat ujian disekolah oleh peserta didik merupakan peringtan keras bahwa pendidikan harus kembali pada etika dan moralitas sebagai karakter kejujuran, kedisiplinan, berpikir visionir, kemampuan kerjasama, menegakkan keadilan adalah hal-hal kunci dalam menjaga pelaksanaan pendidikan mememuhi etika dan moralitas dan aspek peningkatan mutu pendidikan. Hidup dan bekerja dengan etika dan nilai-nilai luhur bangsa, sebenarnya kita telah berada dan sesuai fitrah alam yang selalu menjujung tinggi kebenaran. Dalam bukunya Manusia bagi dirinya, Ericfrom bercerita tentang ketidakharmonisan eksistensi manusia menimbulkan kebutuhan yang jauh melebihi kebutuhan asli kebinatangannya. Kebutuhankebutuhan ini menimbulkan dorongan yang memaksa untuk memperbaiki sebuah kesatuan dan keseimbangan antara dirinya dan alam. Dari waktu kewaktu, hanya bisa merenungi peradaban baru yang membawa bangsa semakin bodoh dan tak tau diri. Nilai-nilai luhur bangsa yang lama tergerus oleh kepentingan jangka pendek kehidupan masyarakat, harus digali melalui pendidikan. Karena pendidikan merupakan benteng yang tanggung untuk menanamkan nilai-nilai pada peserta didiknya, sehingga pendidiknya khususnya yang dilaksanakan melalui lembaga sekolah dan kampus-kampus harus tetap tegar dan berani

tampil demi tegagnya nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai yang ditanamkan melalui proses pendidikan merupakan suatu aktifitas yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa dan juga meningkatkan kualitas peradaban. Dengan demikian tampaklah bahwa bangsa Indonesia memiliki peradaban yang menjunjung tinggi etika dan moralitas kehidaupan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan bermoral.

Penggunaan Folklor dalam Modal Pembelajaran yang Efektif untuk Pencapaian Kompetensi Fisika.
Secara etis menggunakan folklore dalam komponen-komponen model pembelajaran yang efektif dapat dilakukan untuk pencapaian kompetensi fisika. Dengan penggunaan folklore tersebut interaksi pendidik dengan peserta didik berupa folklore etnik peserta didik. Kopetensi fisika adalah luaran yang dimiliki peserta didik setelah pelaksanaan proses pembelajaran, etika yang dibangun berdasarkan model pembelajaran, dipilih untuk pencapaian kompetensi. Dalam perkembangannya pembelajaran fisika pada dasarnya sekarang ini merupakan pembelajaran fisika multicultural. Etika pembelajaran fisika yang diharapkan terjadi adalah pembelajaran fisika multicultural. Pembelajaran multicultural selama ini cukup terabaikan, karena ada anggapan bahwa fisika itu bebas kultur.artinya kultur tidak berpengaruh pada hasil belajar fisika. Kultur dapat mempengaruhi keefektifan pelaksanaan proses pembelajaran yang dituntut oleh model pembelajarannya.Etika dalam memilih model pembelajaran, yang pertama adalah Apakah hasil belajar yang dicapai dengan memakai model pembelajaran yang dipilih adalah kopetensi yang dirumuskan jika menggunakan, maka gunakan model itu. Etika dalam menggunakan folklore dalam memvariasikan model-model pembelajaran melalui keempat komponen model pembelajaran berdasarkan kerangka model pembelajaran dapat

menadaptasi teori dan hasil penelitian Joyce etal dan Arends.

BAB III ETIKA DAN KEARIFAN LOKAL Etika Pendidikan Ditinjau dari kearifan Lokal Mandaling.
Penarapan etika dalam praktik pendidikan tergantung pada kondisi lingkungan masyarakat. Perilaku manusia ditentukan oleh norma, agam, adat istiadat dan peraturan perundang-undangan. Etika pendidikan dipahami sebagai nilai-nilai/ norma moral yang dijadikan pedoman perilaku dalam praktik pendidikan. Sikap dan perilaku dalam proses pendidikan terikat pada etika dan moralitas masyarakat serta dalam pelaksaan akan senantiasa dipengaruhi kearifan lokal. Implementasi dalihan na tolu sebagai landasan/ etika/ adab dalam mengelola pendidikan, harus diikuti pula dengan menghindari empat jenis-jenis penyakit-penyakit yang dapat mengganggu. Keempat tersebut adalah : (1) suuzzhon kepada orang lain,(2) sombong,(3)mengungkit-ungkit jasa yang telah diberikan kepada orang organisasi,(4) Sifat gut-gut. Pengelolaan pendidikan baik tingkat satuan pendidikan / kabupaten / kota, memerlukan suatu mekanisme yang jelas. Kejelasan mekanisme tersebut harus dilandasi dengan nilai-nilai yang disepakati bersama (shared values). Selain itu, pertemuan dalam pertemuan dalam membahas sekolah, memerlukan kesepakatan awal (initial agreement) diantara stakeholder pendidikan mau di bawa kemana pendidikan sekolah tersebut (arah). Hal itu perlu dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman (misunderstanding). Sekolah masa dimasa depan dapat bermimpi global tetapi tidak perlu malu dengan kearifan lokal, siapa tahu suatu saat justru kearifan lokal dimiliki masyarakat dapat menjadi transetter bagi masyarakat lainnya. Pemikiran ini tentu saja memiliki kelemahan, akan tetapi saat ini dan masa depan, peluang dan tantangan yang dihadapi makin kompleks dalam mempersiapkan generasi muda untuk hidup survive dalam kompetisi global.

Etika pengelolaan Pendidikan untuk Menjalin Kualitas dan Profesionalisme.


Pendidikan yang memenuhi etika adalah pendidikan yang memiliki akuntabilitas yang tinggi dalam penyelenggaraan. Hakikat kehidupan yang baik dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya pada satuan pendidikan pada dasarnya berkaitan dengan norma dan tata nilai kehidupan yang telah menjadi pola anutan masyarakat yaitu etika dan moralitas yang dapat dan harus dicapai oleh peserta didik, baik individu, kelompok, komunitas melalui

kegiatan pendidikan. Pada dasarnya hakikat masyarakat memperoleh pendidikan yang dapat memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Penyelenggaraan pendidikan, sebagai proses sosial yang terjadi dalam masyarakat dan memberi dampak pada perubahan masyarakat kea rah yang lebih baik dan menjamin kesejahteraan yang baik pula. Kenyataan yang berkaitan dengan tujuan dan kebijakan pendidikan ditetapkan setelah melalui kajian filsafat dengan mempertimbangkan kenyataan dan etika yang disepakati dan kenyataan yang sedang atau akan dialami. Proses penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan jika memenuhi etika pengelolaan pendidikan yang dapat menjamin kualitaas dan profesionalisme dalam prosesnya.

BAB IV ETIKA dan PEMBERDAYAAN PERGURUAN TINGGI Etika Pendidikan dari Perspektif Kebijakan Potensi Pendidikan Tinggi.
Pendidikan merupakan investasi yang baik dan kunci untuk mencapai keadilan sosial, kemakmuran ekonomis, baik untuk bangsa / anggotanya. Dunia pendidikan digunakan untuk menjawab tantangan perubahan global yang begitu cepat. Pada dasarnya etika dan moralitas pada pendidikan tinggi menggambarkan antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan satu sama lainnya, akan tetapi agar proses pendidikan dapat bermutu dan tepat sasaran, maka mutu dalam artian hasil (output) harus dirumuskan lebih dahulu oleh lembaga pendidikan. Pemberdayaan potensi LPTK dalam penataan lembaga-lembaga pendidikan yang penting dilakukan segera adalah menyangkut pengendalian mutu pendidikan. Sekolah merupakan unsur pelaksanaan akademik dan disdik kabupaten/kota sebagai wadah manajemen yang memfasilitasi pelaksanaan pendidikan. LPTK adalah penghasil tenaga kependidikan yang

menyelenggarakan akademik dan professional. Sedangkan masyarakat adalah pengguna hasil-hasil pendidikan. Keterpaduan lembaga-lembaga pendidikan dalam membangun komitmen mutu adalah yang paling utama.

Pembelajaran dalam Perspektif Etika dan Karakter Pendidikan.


Etika berkaitan dengan konsep perilaku yang baik dan buruk, dan karakter dengan konsep berkaitan dengan konsep kuat dan lemahnya karakter seseorang. Dengan demikian

etika dan karakter pembelajaran adalah bagaimana pembelajaran yang baik itu harus dilaksanakan untuk mengangkat harkat dan martabat peserta didik. Manusia mempunyai kemampuan berharap dan memiliki, sebab merupakan daya dorong yang membuatnya mampu menatap masa depan. Melalui proses pendidikan yang memenuhi etika dan karakter menjadi individu selalu bergerak maju kedepan. Peserta yang memiliki karakter kuat mampu berinteraksi dengan lingkungan dan memanfaatkan hal hal yang menguntungkan. Sebaliknya dengan seseorang yang berkarakter lemah mereka tidak mampu memanfaatkan keuntungan yang ada, meka perlu dibekali kemampuan agar dapat membentengidirinya dari apa yang dilihat sebagai suatu ancaman dan menagkis inisiatif memecahkan masalah dengan oranglain. Karena pendidikan merupakan p roses

pengembangan semua potensi sehingga menjadi mandiri, percaya diri, menghargai perbedaan, toleran, cinta tanah air dan berni mengemukakan hal yang benar menjadi karakter hidupnya, untuk itu proses pendidikan mengembangkan ranak efektif, kognitif, psikomotor, kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi yang memenuhi etika dan moralitas pendidikan.

Karsa Pemuliaan Etika dan Budaya Akademik Perguruan Tinggi.


Dinamika system nilai dan etika yang hidup di masyarakat sebagai jati diri bangsa, mengakibatkan perubahan budaya. Perubahan adalah keniscayaan karena sistem nil i dan a etika tidak dapat dilepas dari proses penyesuaian diri dengan kemajuan, daya saing, dan perkembangan zaman. Implikasi kebebasan akademik dan budayanya, dari sudut pandang etika kerja akademik haruslah dibedakan dengan sudut pandang yang membanggakan manusia sebatas homo sapiens. Definisi academic freedom oleh Arthur O. Lovejoy (1962) dikutip oleh Mochtar Bochori, Kebebasan Akademik : Makna, Manfaat dan Masalah, 1990. Situasi cultural Indonesia, Buchori menyarankan perlunya modifikasi dala, melaksanakan asas kebebasan akademik tanpa menghianati intinya yaitu kebebasan meneliti, mengajar dan menulis untuk lebih mendapatkan diri kepada kebenaran.

BAB V ETIKA PENDIDIKAN dalam PEMBANGUNAN DAERAH Etika Pendidikan dalam Perspektif Pembangunan Daerah
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan terkait aspek ekonomi, politik sosial saling mempengaruhi. Pembangunan daerah melalui jalur pendidikan memenuhi etika dan moralitas dalam penyelenggaraan akan memenuhi kesejahteraan. Pemerintah daerah yang memenuhi etika dalam pembangunan pendidikan adalah pemerintah daerah yang mempunyai komitmen tinggi untuk membangun pendidikan dengan jujur memenuhi standar kualitas dalam hal pelaksanaan pembelajaran disekolah maupun pengelolaan manajemen disekolah masing-masing. Penyelenggaraan pendidikan didaerah menyusun sendiri standar kualitas yang diperlukan didaerah mengacu pada standar nasional pendidikan. Ketika m enyusun standar pendidikan didaerah mengacu pada standar pendidikan, kemudian mengkaji pontensi daerah dengan melakukan refleksi mendalam. Hasil refleksi dan melakukan berbagai studi, maka ditentukan model pendidikan yang memenuhi etikan dan moralitas didaerah tersebut. Dengan demikian etika pendidikan dalam perspektif pembangunan daerah akan menjamin memn=beri kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Etika Pendidikan Ditinjau dari Perspektif Penigkatan Kualitas Kesejahteraan Masyarakat di Daerah.
Pendidikan berwawasan mulia untuk generasi bengsa dan agama yang dianut oleh bangsa Indonesia memerlukan sistem pendidikan untuk peningkatan kesejahteraan. Etika dalam penyelenggaraan pendidikan berkaitan dengan menyelenggarakan pendidikan kualitas yang dipersyaratkan dan mampu membawa kemajuan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Bahwasanya pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat seiring kemajuan Teknologi dan informasi, hendaknya presentase dalam bidang etika dan moral mendapat porsi lebih banyak serta didukung dengan keteladanan. Transparansi, akuntabilitas dalam proses pengelolaan dunia pendidikan harus terus menerus digerakkan serta mengedepankan moralitas dalam penerapannya dan jika ternyata terjadi penyimpangan semua pihak harus siap menerima resiko baik berupa sanksi administrasi, sanksi sosial, maupun sanksi hokum.

Mengubah mental dan moral serta harus tidak melakukan terlibat KKN. Guna mengejar ketertinggalan dunia pendidikan kita harus menjalin sinergi dengan berbagai pihak yang benar-benar telah menunjukkan kualitasnya dengan baik dan benar dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI) yang sesuai. Pemerintah jangan lagi menyebabkan orientasi proyek dalam berbagai sektor kebutuhan mesyarakat, khusunnya dunia pendidikan serta melakukab pemerataan sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal tetapi tetap mempunyai akses yang luas dan harus siap memberi subsidi yang besar. Demikian pemikiran yang ringkas ini disampaikan, semoga bermanfaat untuk melakukan perubahan yang beik sesuai dengan harapan kita semua.

Anda mungkin juga menyukai