Anda di halaman 1dari 13

SOAL SUBJEKTIF ( URAIAN )

Disusun Guna memenuhi Tugas Evaluasi Proses dan Hasil Pembalajaran Fisika Dosen Pengampu : Winarti M.Pd.Si

Yhonis Putri P Nur Khasanah Diah Nur H Nur Fitri Dyah Arum M

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011

BAB I
1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permendiknas no. 14 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa salah satu tugas Direktorat Pembinaan SMA adalah melakukan penyiapan bahan kebijakan, standar, kriteria, dan pedoman serta pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas antara lain melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan KTSP , kurikulum ini dibuat oleh guru disetiap satuan pendidikan untuk menggerakkan pendidikan, yaitu pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum ini dapat lebih disesuiakan dengan kondisi di setiap daerah bersangkutan. Kita berharap dan berupaya mudah-mudahan perubahan kurikulum kali ini membawa berkah, dan menjadi momentum untuk perbaikan kualitas pendidikan, yang berarti juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara berkelanjutan. Dalam penilaian KTSP, banyak pendidik yang masih mengalami kesulitan untuk menyusun tes dan mengembangkan butir soal yang valid dan reliable, oleh karena itu, Direktorat Pembinaan SMA membuat berbagai panduan pelaksanaan KTSP yang salah satu di antaranya adalah panduan penyusunan butir soal. Evaluasi pendidikan merupakan bagian urgen dalam proses belajar mengajar karena posisinya sebagai pengukur sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai secara bersama-sama oleh guru dan anak didik. Salah satu bentuk evaluasi yang berkembang dan telah dilaksanakan di sekolah-sekolah adalah evaluasi dengan tes uraian. Tes uraian atau tes subjektif sudah dikenal lama dalam dunia evaluasi pendidikan. Metode ini memiliki banyak kelebihan dan juga ada kekurangannya. Untuk mengetahui hal tersebut, maka penulis akan menyajikannya dalam makalah yang sederhana ini. Semoga bisa didiskusikan lebih lanjut secara bersama-sama. BAB II PEMBAHASAN
2

TES URAIAN (TES SUBYEKTIF)

A.

Pengertian Tes Uraian Tes subyektif pada umumnya berbentuk essay examination (uraian), yang merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, menghubungkan pengertian-pengertian, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes essay dari alat penilain lainnya. Adapun ciri-ciri pertanyaan dari tes uarain adalah didahului dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya. Dan soal dalam bentuk tes ini biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90 s/d 120 menit. Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya bentuk tes obyektif. Dan ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilain hasil belajar, terutama di perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ialah: 1. Adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan

tinggi yang salah satu di antaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif. 2. Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat

penggunaan tes objektif yang berlebihan. 3. Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbiasa dengan tes objektif

yang memungkin kan mereka main tebak jawaban manakala menghadapi kesulitan dalam menjawabnya.

Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan tes uaraian di perguruan tinggi akhir-akhir ini dengan harapan dapat meningkatkan kembali kualitas pendidikan di perguruan tinggi. Tes uraian dalam banyak hal ini mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan menalar di kalangan mahasiswa dan siswa. Karena melalui tes ini para mahasiswa dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seprti analisi sintesis evaluasi, baik secara lisan maupun secara tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah. Tes uraian ini memiliki kekhususan dalam penggunaannya, yaitu : 1) 2) 3) Apabila jumlah peserta ujian relatif sedikit Apabila waktu penyusunan soal terbatas Biaya dan tenaga untuk mengadakan soal tidak memadai, waktu untuk melakukan pemeriksaan hasil cukup panjang 4) Apabila tujuan tes untuk mengukur kemampuan berfikir analitik, sinetik, dan evaluative 5) 6) Apabila pendidik ingin mengukur kemampuan dan kekayaan bacaan peserta didik Apabila pendidik ingin melihat kemampuan fantasi dan imajinasi peserta didik.

B.

Kelebihan Tes Uraian Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah : a) Dapat mengukur proses mental (keberanian) yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi. b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa

c)

Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analtis, dan sistematis

d) e)

Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.

C.

Kelemahan Tes Uraian Kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah : a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai. b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh skop bahan pelajaran yang akan di tes karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas) c) d) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsure-unsur subyektif Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

D.

Petunjuk Penyusunan Tes Uraian Adapun petunjuk penyusunan soal dalam tes ini adalah : 1) Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang di teskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif 2) Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan
5

3)

Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilainnya

4)

Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara jelaskan, mengapa, bagaimana, seberapa jauh, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan

5)

Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh yang akan menjawab

6)

Hendaknya ditegaskan midel jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.

E.

Syarat Penyusunan Tes Uraian Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut : 1) Dari segi isi Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. 2) Dari segi bahasa Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahuimakna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit membingungkan atau mengecoh siswa. 3) Dari segi teknis penyajian soal Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya. 4) Dari segi jawaban
6

Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila menjawab dianggap salah atau kurang memadai.

Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0). Bentuk uraian nonobjektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan peserta jawaban didik, dengan sehingga pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing

penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.

Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.


3 2 1

SESUAI

CUKUP/SEDANG

TIDAK SESUAI

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan Skor Sesuai Cukup/sedang Tidak sesuai 3 2 1
7

0-3

Kosong
4

0
3 2 1

Atau skala seperti berikut:

SS

TS

STS

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan Skor Sangat Sesuai Sesuai Cukup/sedang Tidak sesuai Sangat tidak sesuai Kosong 5 4 3 2 1 0

0 - 5 Skor

Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.

KARTU SOAL

Jenis Sekolah

: ............

Penyusun

: 1.

Mata Pelajaran : ........... 2.

Bahan Kls/Smt : ............


8

3.

Bentuk Soal : ............ . Aspek yang diukur : ............ Tahun Ajaran :

KOMPETENSI DASAR

BUKU SUMBER:

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI NO SOAL:

INDIKATOR SOAL KETERANGAN SOAL NO DIGUNAKAN UNTUK TANGG JUMLAH AL SISWA TK DP PROPORSI ASPEK A B PEMILIH KET. OM T

C D E

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN NO KUNCI/KRITERIA JAWABAN SOAL


9

SKOR

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran. Pedoman Penilaian Butir soal bentuk obyektif dapat diperiksa dengan mudah, cepat dan hasil penilaiannya obyektif, untuk mendapatkan penilaian yang lebih obyektif perlu diperhatikan :
1. 2. 3.

Apakah jawaban yang paling baik untuk satu butir pertanyaan uraian. Butir-butir apa saja yang harus terdapat dalam jawaban pertanyaan uraian. Apakah ada butir yang lebih penting diantara butir-butir jawaban yang diharapkan.

Penskoran
1. Soal sesuai dengan indikator

Indikator : Siswa dapat menjelaskan perbedaan gelombang longitudinal dan gelombang tranversal No 1. Kunci Jawaban Gelombang Longitudinal : gelombang getarnya arah rambat 2. Gelombang
10

Skor 2

yang searah

arah dengan

Tranversal

gelombang

yang

arah

getarnya tegak lurus dengan arah rambatnya Skor Maksimum 4

Contoh soal 1. 2. 3. 4. Apa yang dimaksud dengan gelombang? Sebutkan minimal 3 contoh gelombang berdasarkan arah getarnya? Bagaimana cara menghitung 1 panjang gelombang? Jelaskan yang terjadi pada air yang dipengarugi oleh gelombang terhadap partikel dan energi? 5. Mengapa gelombang suara tidak terdeteksi pada ruang hampa udara?

11

BAB III PENUTUP


A.

Kesimpulan Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, tuntutan menjelaskan, dengan mendiskusikan, menggunakan membandingkan, kata-kata dan menghubungkan bahasa sendiri. pengertian-pengertian, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan pertanyaan Tes uraian ini memiliki kekhususan dalam penggunaannya, yaitu :
1. 2. 3.

Apabila jumlah peserta ujian relatif sedikit Apabila waktu penyusunan soal terbatas, Biaya dan tenaga untuk mengadakan soal tidak memadai Waktu untuk melakukan pemeriksaan hasil cukup panjang, apabila tujuan tes untuk mengukur kemampuan berfikir analitik, sinetik, dan evaluatif, apabila pendidik ingin mengukur kemampuan dan kekayaan bacaan peserta didik, dan apabila pendidik ingin melihat kemampuan fantasi dan imajinasi peserta didik.

4.

Tes uraian memilika kelebihan di antaranya:


1. 2.

Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa

3.

Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis, dan sistematis

4.

Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving), adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.

Selain itu terdapat juga kekurangan dari tes uraian ini yaitu :
1.

Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai
12

2.

Kurang 13epresentative dalam hal mewakili seluruh skop bahan pelajaran yang akan di tes karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas)

3.

Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif, dan pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

B.

Saran-saran Makalah sederhana ini memiliki banyak kekurangan dan sangat terbuka untuk didiskusikan kembali secara bersama-sama. Oleh itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar bias lebih sempurna.

C.

Daftar Kepustakaan Arikunto, Suharsini. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sudjana, Nana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya Thoha, Habib. 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

13

Anda mungkin juga menyukai