Anda di halaman 1dari 8

TK-4090 KERJA PRAKTEK

PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG START UP SEKSI SINTESIS PABRIK AMONIA PUSRI IV

Disusun Oleh : Denli 13007039

SEMESTER I-2010/2011 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

TUGAS KHUSUS 2 START UP SEKSI SINTESIS PABRIK AMONIA PUSRI IV

Start up dan shut down merupakan tindakan serangkaian yang terjadi di berbagai pabrik. Start up dilakukan setelah suatu pabrik di shut down dengan tujuan tertentu. Di PT PUSRI maupun di pabrik-pabrik pada umumnya melakukan shut down karena dua hal, yaitu karena keadaan darurat sehingga pabrik harus dimatikan atau akan dilakukannya perbaikan terjadwal.

Shut down yang terjadi karena keadaan darurat (emergency shut down) terjadi pada waktu yang tidak dapat ditentukan. Salah satu contoh emergency shut down harus dilakukan adalah ketika terjadi kerusakan pada salah satu alat yang dapat mengganggu atau membahayakan apabila proses diteruskan.

Shut down pabrik urea juga dilakukan rutin untuk melakukan perbaikan tahunan atau lebih dikenal turn around. Turn around dilakukan setiap tahun dengan rentang waktu sekitar dua bulan antara pabrik urea PUSRI yang satu dengan yang lainnya.

Turn around direncanakan membutuhkan waktu sekitar 24 hari, namun seringkali waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama. Sebagai contoh turn around yang dilakukan di PUSRI 2 pada tahun 2010 yang membutuhkan waktu lebih dari 30 hari.

Pada saat turn around, PUSRI tidak hanya melibatkan operator-operator yang ada di setiap pabrik, namun juga menggunakan jasa pihak luar. Untuk tambahan tenaga, koperasi karyawan PUSRI selalu menyiapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses turn around. Pada saat turn around juga diberlakukan jadwal yang berbeda untuk operator pabrik. Jika pada hari biasa operator pabrik bekerja 8 jam sehari dengan 2 hari libur setiap pekannya, pada saat turn around operator pabrik bekerja 12 jam sehari tanpa 2 hari libur.

Pada saat turn around, engineer-engineer di departemen teknik produksi telah membuat perencanaan apa saja yang akan dilakukan. Pemeriksaan pada awal turn around juga memperjelas perlakuan apa saja yang diperlukan pada setiap peralatan proses.

Setelah shut down karena emergency atau karena turn around dilakukan, maka akan dilakukan start up untuk memulai kembali aktivitas pabrik. Prosedur Start Up Seksi Sintesis Pabrik Amonia Pusri IV adalah sebagai berikut.

1. Start Up Syn Gas Compressor (103-J) Bila analisa gas pada suction drum 104-F menunjukkan bahwa gas tersebut sudah memenuhi syarat sebagai umpan ke amonia converter (total oksida maksimum 10 ppm), maka persiapan untuk menstart syn gas compressor sudah bisa dilakukan. Langkah pertama adalah mengalirkan air pendingin ke intercooler 116-C dan after cooler 124-C. Langkah berikutnya adalah menjalankan lube oil dan seal oil pump.

Gas kemudian dimasukkan ke suction compressor secara hati-hati dengan membuka sedikit block valve pada pipa suction (SG-6) yang terletak antara compressor dan suction drum. Tekanan sistem compressor dinaikkan sedikit demi sedikit sampai memiliki tekanan yang sama dengan 104-F.

Setelah lube oil dan seal oil beroperasi, langkah-langkah berikutnya adalah: Buka sampai lebar kick back valve di line SG-51 Buka sampai lebar controller minimum flow FIC-7 dan 8 Biarkan MOV-1 serta by passnya 76 mm yang terletak didischarge compressor tetap tertutup selama mesin dijalankan dengan total kick back Steam mulai dimasukkan ke turbin tekanan tinggi dan tekanan rendah 103-J dengan increament kecil Steam dimasukkan ke turbin tekanan rendah dengan memperhatikan pembukaan steam pada turbin tekanan tinggi. Naikkan speed compressor sampai 4000 rpm, kemudian naikkan kecepatan speednya sampai melewati critical vent hingga 6000 rpm.

Langkah-langkah terebut diharapkan membuat mesin melewati kedua critical speed dari HP Case maupun LP Case. Jika semua telah dilakukan pada HP turbine, maka steam balance tidak akan terganggu. Jika diperlukan, sebagian beban ke turbin LP Case dinaikkan sedikit demi sedikit agar kecepatan kritis dapat tercapai.

Dari 6000 rpm, kecepatan kompresor dinaikkan secara bertahap ke kecepatan pengaturan minimum, yaitu sekitar 7260 rpm. Kenaikan kecepatan diusahakan dilakukan oleh turbin HP. Jika pada saat valve turbin terbuka penuh kompresor tidak mencapai kecepatan minimum, maka diperlukan inlet condensing turbine yang lebih besar.

Selanjutnya PRC-6 diatur secara manual untuk mencapai kecepatan minimumnya (0,2 Kg/cm2). Setelah itu, kecepatan kompresor dapat diatur oleh controller. Dalam keadaan ini, pembukaan steam valve ke condensing turbine sudah sempurna. Berikutnya steam yang dihasilkan oleh steam drum 101-F di let down ke sistem 40 kg/cm2 seluruhnya atau sebagian melalui 103-J topping turbine. Sisa steam 106 Kg/cm2 yang tidak di let down melalui topping turbine, di let down melalui PIC-13. Pada waktu valve inlet topping turbine terbuka, maka by pass valvenya harus dalam keadaan tertutup.

2. Prosedur pemanasan 105-D

Compressor syn gas pada saat ini beroperasi total kick back tanpa ada aliran ke synthesis converter. Synthesis Loop diarahkan untuk diamati apakah terdapat gejala kebocoran. Pemanasan pendahuluan diperlukan agar batas-batas temperatur dan tekanan yang disyaratkan tercapai untuk menjamin tidak terjadinya keretakan dan kerapuhan.

Sebelum aliran ke loop dimulai, perlu dilakukan penggantian pressure gauge dengan rentang pembacaan tinggi (PI-27). Penggantian ini hanya untuk sementara selama proses pemanasan pada tekanan rendah, sebelum dilakukan tes kebocoran.

Persiapan pemanasan synthesis converter dapat diuraikan sebagai berikut:

Biarkan MOV-1 dan by passnya 76 mm tertutup. Begitu juga untuk MOV-2. Buka secara lebar HCV-10 Buka secara lebar HCV-11 Buka secara lebar kedua car seal open valve pada pipa yang menuju differential pressure repture discharge (SP-35). Repture disc ini digunakan untuk melindungi 121-C terhadap adanya beda tekan yang terlalu besar pada salah satu sisinya dan akan pecah bila beda tekanan mencapai 84,4 Kg/cm.

Tutup semua quench inlet valve ke converter (MIC-13, 14, 15, dan 16) Tutup semua outlet valve 108-F purge gas separator, yaitu block valve pada control valve MIC-29 dari 110-F dan double block by pass valve.

Mulai alirkan amonia ke 129-C dari 110-F dan atur controller tekanan PIC-10 sebesar 3,5 kg/cm2. Tekanan minimum ini diperlukan untuk mencegah pembekuan air di dalam exchanger pada bagian sintesis gas.

Tutp plug valve pada inlet line SG-29 ke start up heater 102-B.

Setelah dilakukan pengaturan operasi synthesis loop tersebut, gas sintesis dapat dimasukkan ke dalam sistem secara perlahan-lahan. Bila tekanan sistem mencapai 3,5 kg/cm2(ditunjukkan oleh pressure gauge), maka vent valve (V-25) mulai dibuka pada pipa suction recycle ke compressor. Atur banyaknya gas yang dimasukkan ke loop sampai tekanan sistem (PI-27) mencapai 14 kg/cm2. Banyaknya aliran gas yang divent di compressor suction drum perlu di atur kembali agar tekanannya tetap 25,1 kg/cm2. Tekanan synthesis loop jangan melebihi 14 kg/cm2.

Start aliran amonia dengan 120-J ke discharge LP Case 103-J. Tujuan dari injeksi adalah untuk menjadikan larutan amonia dari uap air yang terkandung di dalam gas jenuh pada synthesis loop yang berasal dari gas sintesis baru, agar menurunkan titik beku larutan untuk mencegah pembekuan di dalam 118-C dan 119-C yang beroperasi masing-masing pada 7,2
o

Cdan -33 oC.

Kadar amonia pada 118-C dan 119-C diukur. Sebelum pendinginan 118-C dan 119-C ke temperatur normal,larutan amonia harus sudah mengandung 25% amonia. Injeksi amonia ini harus diberikan terus-menerus selama synthesis loop beroperasi sekali jalan.

Bila operasi recycle sudah dimulai, injeksi dapat dihentikan, karena amonia di dalam gas recycle akan berfungsi juga mencegah pembekuan. Selanjutnya, start penghangatan metal shell dari converter secara perlahan minimum 38 oC., sebelum leak test dapat dilakukan. Untuk keperluan tersebut, air pendingin yang mengalir ke 124-C dikurangi agar temperatur syn gas outletnya mencapai 52 oC. Pasang termometer di themowell pada discharge line untuk pengukuran temperatur ini. Aliran gas dari 103-J akan melalui kedua saluran normalnya, kemudian digabung kembali di outlet 118-C dan 119-C belum ada refrigerant, sehingga pendinginan yang terjadi minimal.

Aliran gas kemudian melalui tube 120-C dan 121-C, melintasi HCV-11 (terbuka lebar) ke bagian bawah converter lalu ke atas di antara shell dan basket catalyst, melintasi exchanger 122-C lalu ke 123-C BFW exchanger akan menerima panas dari BFW yang panas.

Gas ini akan masuk shell side dari 121-C dan memberikan panas kepada aliran feed gas converter. Dengan pengaturan aliran seperti tersebut di atas akan dicapai penghangatan shell secara bertahap. Selanjutnya aliran gas dibuang pada vent (V-25) di recycle suction line ke compressor 103-J. Pertahankan tekanan yang sudah ditetapkan 14 kg/cm2 (PI-27) untuk mengatur aliran pada by pass MOV-1, untuk menghangatkan shell converter.

Cek dan catat temperatur logam dengan teratur, penghangatan akan berlangsung pelan-pelan sebagai hasil pertukaran panas dengan BFW panas dari 123-C. Fase penghangatan ini dilangsungkan pada tekanan 14 kg/cm2 dengan gas keluar converter divent V-25 sampai temperatur metal shell mencapai 28 oC. Perlu ditekankan bahwa tekanan 14 kg/cm2 selama pemanasan ini tidak boleh dilampaui samapi temperatur shell mencapai 38 oC. Inilah temperatur minimum yang diinginkan, sebelum tekanan vessel dapat dinaikkan lebih tinggi. Bila kondisi tersebut telah tercapai, leak

test dapat dilakukan, untuk menjaga temperatur tersebut maupun temperatur yang lebih tinggi, kemungkinan tidak akan timbul masalah selama venting synthesis gas tidak terputus. Apabila temperatur shell converter turun sampai di bawah 30 oC, tekanan sistem juga harus diturunkan berangsur sampai maksimum 14 kg/cm2.

3. Pelaksanaan Leak Test pada Synthesis Gas Loop

Leak test dilakukan bersamaan dengan menaikan tekanan secara bertahap dari 21 sampai 28 kg/cm2. Setiap tahap diperiksa adanya leak-leak dan dilakukan pengikatan apabila diperlukan.

Dalam tes ini disertakan pula 102-B dan pipa-pipa rangkaiannya. Bila temperatur shell telah mencapai 38 oC atau lebih, maka leak test dapat dimulai dengan mengatur tekanan menggunakan by pass MOV-1.

Tukar pressure gauge sementara yang memiliki rentang rendah dengan pressure gauge normal. Secara perlahan, naikkan tekanan loop sampai kira-kira 35 kg/cm2, meskipun kick back valve terbuka lebar, tekanan discharge akan tetap terjadi karena adanya tahanan valve dan pipanya, maka pengaturan aliran ke syn loop dilakukan dengan hati-hati.

Perlu diperhatikan juga converter feed effluent exchanger (121-C) karena susunan pipapipanya didesain dengan beda tekanan maksimum 21 kg/cm2.

Oleh karena itu, kenaikan maupun penurunan tekanan harus dilakukan secara seragam dari tube maupun shell sidenya agar discharge DP-35 tidak pecah dan mungkin 121-C akan rusak. Perbedaan tekanan 21 kg/cm2 melintasi exchanger ini tidak boleh dilewati. Bila pada tekanan 35 kg/cm2 ini ditemukan kebocoran, lanjutkan menaikkan tekanan loop dari 21 ke 28 kg/cm2, lakukan inspeksi dan perbaikan tiap kenaikkan apabila diperlukan.

Tekanan loop terus dinaikkan hingga 140 kg/cm2 atau tekanan maksimum yang dapat dicapai dengan menthrottle kick back valve ke setting minimum di atas compressor surge point dan naikkan kecepatan sedikit demi sedikit sampai kecepatan maksimum yang dapat dicapai dari steam yang tersedia.

Bila diperlukan throttle vent 75 mm (V-25) pada recycle suction line (SG-35), tetapi jangan sampai tertutup habis. Dengan cara tersebut, diharapkan tekanan loop untuk keperluan tes kebocoran dapat mencapai sekitar 123 kg/cm2.

Jika sistem converter telah dianggap rapat, turunkan vent ke sistem dengan menurunkan kecepatan kompresor. Kelebihan gas di PIC-4 pada 104-F diatasi dengan menurunkan tekanan syn loop ke 84 kg/cm2 untuk persiapan katalis synthesis converter.

Anda mungkin juga menyukai