Anda di halaman 1dari 9

VESRTEK, VERZET, BANDING DAN KASASI

Makalah Ini Diajukan Sebagai Syarat Untuk Ujian Pada Mata Kuliah Hukum Acara Peradilan Agama

D I S U S U N

OLEH ZAINI YAZID HRP 220708417

PERBANDINGAN HUKUM DAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2011

PENDAHULUAN Pengadilan adalah sebuah forum publik, resmi, di mana kekuasaan publik ditetapkan oleh otoritas hukum untuk menyelesaikan perselisihan dan pencarian keadilan dalam hal sipil, buruh, administratif, dan kriminal di bawah hukum. Dalam negara dengan sistem common law, pengadilan merupakan cara utama untuk penyelesaian perselisihan, dan umumnya dimengerti bahwa semua orang memiliki hak untuk membawa klaimnya ke pengadilan. Dan juga, pihak tertuduh kejahatan memiliki hak untuk meminta perlindungan di pengadilan. Pengadilan Agama (biasa disingkat: PA) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama. Pengadilan Agama memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : perkawinan, warisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, wakaf dan shadaqah, ekonomi syari'ah.

PEMBAHASAN
A. VERZET DAN VERSTEK PENGERTIAN VERZET. Verzet adalah upaya hukum terhadap putusan yang dijatuhkan Pengadilan Negara/Agama karena tergugat tidak hadir pada sidang pertama. Upaya hukum ini disediakan bagi tergugat yang pada umumnya dikalahkan dalam putusan verstek, maka tergugat dapat mengajukan perlawanan (verzet)1. PROSEDUR PENGAJUAN VERZET. Verzet diajukan dalam waktu 14 hari setelah putusan verstek itu diberitahukan kepada Tergugat. Jika putusan verstek itu tidak diberitahukan kepada Tergugat sendiri, perlawanan boleh diterima hingga hari kedelapan sesudah mendapat teguran (aan maning) untuk melaksanakan putusan atau delapan hari setelah permulaan eksekusi (Pasal 129 ayat (3) HIR dan Pasal 153 ayat (2) R.Bg.) Dengan adanya verzet, maka kedudukan Tergugat adalah sebagai pelawan dan Penggugat sebagai terlawan. Dalam pemeriksaan verzet, yang diperiksa adalah gugatan Penggugat, maka Penggugat verstek). Verzet diajukan pada Pengadilan Agama yang memutus perkara verstek. Apabila dalam sidang verzet Penggugat tidak hadir, maka pemeriksaan tetap dilanjutkan dengan cara kontradiktoir. Jika Tergugat/ Pelawan yang tidak hadir dalam sidang verzet, maka menurut Pasal 129 ayat (5) HIR dan Pasal 153 ayat (6) R.Bg., Majelis Hakim untuk kedua kalinya dapat menjatuhkan putusan verstek, dan tuntutan pelawan (verzet) dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard). Upaya hukum terhadap putusan ini adalah banding.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 123 ayat (3) Jo. Pasal 129 HIR/Pasal 249 ayat (3) Jo. Pasal 153 RBG.
1

mempunyai

kewajiban

untuk

membuktikan

dalil-dalil

gugatannya (lihat S.E.M.A.R.I. Nomor 9 Tahun 1964 tentang putusan

Upaya hukum bagi Penggugat yang dikalahkan dalam putusan VERSTEK adalah banding, dan bagi Tergugat dapat melakukan bantahannya dalam tingkat banding, tanpa menggunakan lembaga perlawanan (verzet) dalam tingkat pertama (lihat Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947 jo. Pasal 189 HIR dan Pasal 200 R.Bg.). Jika Majelis Hakim menerima verzet yang diajukan oleh Tergugat, maka amar putusannya menyatakan pelawan sebagai pelawan yang baik (good opposant), dengan ketentuan membatalkan putusan verstek dan menolak gugatan Penggugat / terlawan. Jika Majelis Hakim tidak dapat menerima gugatan Tergugat / pelawan, maka amarnya menyatakan pelawan / Tergugat sebagai pelawan yang tidak baik dan sekaligus menguatkan putusan verstek yang terdahulu.
Perlu

juga

diketahui

bahwa pengajuan

verzet

dilakukan

melalui

Kepaniteraan pengadilan yang memutus perkara dalam tenggang waktu sebagaimana telah disebutkan di atas dengan tanpa biaya sebab verzet itu bukan perkara baru, verzet merupakan kesatuan dengan perkara yang diputus verstek, panjar biaya perkara tetap menjadi tanggungan Penggugat / terlawan2. UPAYA HUKUM PUTUSAN VERZET. Terhadap Putusan Verzet, kedua belah pihak berhak mengajukan banding. Dalam hal diajukan banding, maka berkas perkara Verstek dan Verzet disatukan dalam satu berkas dan dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama dan hanya menggunakan satu nomor perkara. PENGERTIAN VERSTEK. Putusan Verstek adalah putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim tanpa hadirnya Tergugat dan ketidakhadirannnya itu tanpa alasan yang sah meskipun telah dipanggil secara semi dan patut (default without reason). Putusan verstek ini merupakan pengecualian dari acara persidangan biasa atau acara kontradiktur dan prinsip audi et alteram partem sebagai akibat ketidakhadiran Tergugat atas alasan
Drs. H. Abd. Manan, SH. S.IP. M.Hum: Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan agama, Cet. I, Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000: hal 118-119
2

yang tidak sah. Dalam acara verstek Tergugat dianggap ingkar menghadiri persidangan tanpa alasan yang sah dan dalam hal ini Tergugat dianggap mengakui sepenuhnya secara murni dan bulat semua dalil gugatan Penggugat. Putusan verstek hanya dapat dijatuhkan dalam hal Tergugat atau para Tergugat tidak hadir pada hari sidang pertama3 JANGKA WAKTU PERLAWANAN. Jangka waktu perlawanan putusan verstek: Jika pemberitahuan isi putusan verstek diserahkan secara langsung kepada tergugat, perlawanan dapat diajukan dalam jangka waktu perlawan 14 hari setelah putusan verstek tersebut diberitahukan. Jika pemberitahuan isi putusan verstek diberitahukan tidak secara langsung kepada pihak Tergugat, perlawanan dapat diajukan sampai hari ke delapan setelah banding. Jika pada saat anmaning pun Tergugat tidak hadir, perlawanan masih dapat diajukan sampai hari ke delapan setelah perintah penyitaan.

UPAYA HUKUM PUTUSAN VERSTEK. Dalam hal Penggugat mengajukan permohonan banding atas putusan VERSTEK dan Tergugat mengajukan VERZET, maka permohonan verzet Tergugat harus dianggap banding. Jika diperlukan pemeriksaan tambahan, Pengadilan Tingkat Banding dengan putusan sela dapat memerintahkan pengadilan tingkat pertama untuk melakukan pemeriksaan tambahan yang berita acaranya dikirim ke pengadilan tingkat banding.

B. BANDING. PENGERTIAN Banding artinya ialah mohon supaya perkara yang telah diputus oleh pengadilan tingkat pertama diperiksa ulang oleh Pengadilan yang lebih tinggi
Drs. H. M. Fauzan SH., MM.Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syariyah Di Indonesia.
3

(tingkat banding), karena merasa belum puas dengan keputusan Pengadilan tingkat pertama. Yang merupakan Pengadilan tingkat pertama adalah Pengadilan Agama (PA), sedangkan yang merupakan Pengadilan Tingkat Banding adalah Pengadilan Tinggi Agama (PTA)/Pengadilan Tinggi Umum (PTU). (pasal 6 UU No.7/1989)4. PUTUSAN PENGADILAN YANG BISA DIAJUKAN BANDING
Putusan yang bersifat pemidanaan. Putusan yang menyatakan dakwaan batal demi hukum. Putusan dalam perkara cepat yang menyangkut perampasan kemerdekaan

terdakwa. Putusan pengadilan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidik atau penuntutan. SYARAT-SYARAT BANDING. Adapun yang merupakan syarat-syarat dari upaya banding adalah sebagai berikut :
Diajukan oleh pihak-pihak dalam perkara. Diajukan dalam masa tenggang waktu banding. Putusan tersebut menurut hukum boleh dimintakan banding Membayar panjar biaya banding, kecuali dalam hal prodeo. Menghadap di Kepaniteraan Pengadilan Agama yang putusannya dimohonkan

banding. Untuk pemeriksaan tingkat banding dapat dimintakan oleh pihakpihak yang berperkara. Pihak lain di luar yang berperkara tidak berhak mengajukan banding (pasal 6 UU No. 20/1947), kecuali kuasa hukumnya. Untuk masa tenggang waktu penajuan banding di tetapkan sebagai berikut : bagi pihak yang bertempat tinggal di daerah hukum Pengadilan Agama yang putusannya dimohonkan banding tersebut maka masa bandingnya 14 (empat belas) hari terhitung mulai hari berikutnya dari hari pengumuman putusan kepada yang bersangkutan. Sedangkan bagi pihak yang bertempat tinggal di luar hukum Pengadilan Agama yang putusannya dimohonkan banding tersebut maka masa bandinya ialah 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai hari berikutnya

Riduan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan,cet. 1, (Jakarta :Sinar Grafika,1994), hal. 57

dari hari pengumuman putusan kepada yang bersangkutan. (pasal 7 UU No. 20/1947). MENCABUT PERMOHONAN BANDING. Sebelum permohonan banding diputus oleh Pengadilan Tinggi Agama/Pengadilan Tinggi Umum, maka permohonan tersebut dapat dicabut kembali oleh pemohon. Apabila berkas perkara belum dikirimkan kepada Pengadilan Tinggi Agama maka : Pencabutan disampaikan kepada Pengadilan agama yang bersangkutan. Kemudian oleh panitera dibuatkan akta pencabutan kembali permohonan banding. Putusan baru memperoleh kekuatan hukum tetap setelah tenggang waktu banding berakhir. Berkas perkara banding tidak perlu diteruskan kepada PTA/PTU/PTN. Sedangkan apabila berkas perkara banding telah dikirimkan kepada PTA/PTU/PTN, maka : Pencabutan banding disampaikan melalui PA yang bersangkutan atau langsung ke PTA/PTU/PTN. Apabila pencabutan itu disampaikan melalui PA maka pencabutan itu segera dikirimkan ke PTA/PTU/PTN. Apabila permohonan banding belum diputus maka PTA/PTU/PTN akan mengeluarkan penetapan yang isinya, bahwa mengabulkan pencabutan kembali permohonan banding dan memerintahkan untuk mencoret dari daftar perkara banding. Apabila perkara telah diputus maka pencabutan tidak mungkin dikabulkan. Apabila pemohonan banding dicabut, maka putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap sejak pencabutan dikabulkan dengan penetapan tersebut. Dan pencabutan banding itu tidak diperlukan persetujuan dengan pihak lawan.

C. KASASI PENGERTIAN Kasasi artinya pembatalan putusan oleh Mahkamah Agung (MA). Sedangkan pengertian pengadilan kasasi ialah Pengadilan yang memeriksa apakah judex fatie tidak salah dalam melaksanakan peradilan. Upaya hukum kasasi itu sendiri adalah upaya agar putusan PA dan PTA/PTU/PTN dibatalkan oleh MA karena telah salah dalm melaksanakan peradilan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kasasi adalah sebagai berikut : Pembatalan atau pernyataan tidak sah oleh MA terhadap putusan hakim, karena putusan itu, menyalahi atau tidak sesuai dengan undang-undang. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa hak kasasi hanyalah hak MA, sedangkan menurut kamus istilah hokum, kasasi memiliki arti sebagai berikut : pernyataan tidak berlakunya keputusan hakim yang lebih rendah oleh MA, demi kepentingan kesatuan peradilan.5 SYARAT-SYARAT KASASI. Ada beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan kasasi, yaitu sebagai berikut : Diajukan oleh pihak yang berhak mengajukan kasasi. Diajukan masih dalam tenggang waktu kasasi. Putusan atau penetapan PA dan PTA/PTU/PTN, menurut huku dapat dimintakan kasasi. Membuat memori kasasi (pasal 47 ayat (1) UU No. 14/1985). Membayar panjar biaya kasasi (pasal 47). Menghadap di Kepaniteraan Pengadilan Agama yang bersangkutan. Untuk permohonan kasasi hanya dapat diajukan dalam masa tenggang waktu kasasi yaitu, 14 (empat belas) hari sesudah putusan atau penetapan pengadilan diberitahukan kepada yang bersangkutan (pasal 46 ayat (1) UU No. 14/1985). Apabila 14 (empat belas) telah lewat tidak ada permhonan kasasi yang diajukan oleh pihak yang bersangkutan maka dianggap telah menerima putusan

A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Peradilan Agama, Pustaka Pelajar : Yogyakarta, cet VI, 2005 hal. 45

(pasal 46 ayat (2) UU No. 14/1985). Pemohon kasasi hanya dapat diajukan satu kali (pasal 43 UU No. 14/1985). ALASAN-ALASAN KASASI. MA merupakan putusan akhir terhadap putusan Pengadilan Tingkat Banding, atau Tingklat Terakhir dari semua lingkungan Peradilan. Ada beberapa alasan bagi MA dalam tingkat kasasi untuk membatalkan putusan atau penetapan dari semua lingkungan peradilan, diantarannya ialah sebagai berikut : Karena tidak berwenang atau melampaui batas wewenang. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku. Lalai memenuhi syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan (pasal 30 UU No. 14 /1985).6 Suatu penetapan PA maupun PTA/PTU/PTN yang menurut hukum tidak dapat dimintakan banding, maka dapat dimintakan kasasi ke MA dengan alasanalasan tersebut di atas. Untuk suatu putusan PA yang telah dimintakan banding kepada PTA/PTU/PTN, maka yang dimintakan kasasi adalah keputusan PTA tersebut, karena adanya banding tersebut berarti putusan PA telah masuk atau diambil alih oleh PTA/PTU/PTN.

Ibid. 46

Anda mungkin juga menyukai