Anda di halaman 1dari 13

10% Seorang pasien datang kepada dokter dan berkata: Pasien : Dok, menurut data 90% penderita penyakit

seperti saya meninggal dunia. Menurut dokter, apakah saya akan mati. Saya termasuk yang 10% hidup atau 90% meninggal? Dokter : 10% yang hidup. Pasien : Kenapa dokter yakin? Dokter : Karena sudah sembilan orang yang datang kepada saya. Semuanya kemudian meninggal. Berarti anda termasuk 10% yang hidup. Pacaran Islami Santri gaul : Tolong, pak ustadz pacaran secara Islami bolehkah? Ustadz gaul : Boleh, tetapi ada syaratnya. Santri gaul : Asyiik. Apa syaratnya? Ustadz gaul : Pertama, usahakan jangan sampai Allah melihat kita? Kedua, tidak boleh memandang auratnya, apalagi menyentuhnya. Ketiga, tidak boleh berduaan di tempat sepi, ajak keluarga, ayah, ibu, kakek, nenek, dan temanteman. Santri gaul: Berarti Ngga' Boleh Dong. Astaghfirullah ... Ustadz gaul : Boleh, tapi harus dinikahi dahulu ... Mata dan Buang Angin Memet : Kenapa buang angin membatalkan shalat dan harus wudhu. Enthong : Karena badan menjadi berhadas, tidak syah shalatnya. Memet : Kenapa tidak dibasuh saja tempat keluarnya buang angin. Enthong : Kalau engkau sakit mata? yang disuntik mana? Memet : Lengan saya. Enthong : Kenapa tidak matanya saja yang disuntikPada suatu ketika, hiduplah seorang penggembala miskin. Setiap hari ia menggiring domba-dombanya ke bukit mencari rumput segar. Dari sana ia memandangi desa tempat ia tinggal bersama keluarganya. Ia tuli, tetapi itu tak jadi masalah baginya. Suatu hari istrinya lupa mengirim bungkusan makan siangnya; juga tidak menyuruh anak mereka untuk membawakannya. Sampai tengah hari kiriman itu tidak datang juga. Si penggembala itu berpikir, Aku akan pulang dan mengambilnya. Aku tidak dapat berdiam di sini sepanjang hari tanpa sepotong makanan. Namun ia tidak dapat meninggalkan domba-dombanya. Tiba-tiba ia memperhatikan seorang pemotong rumput di tepi bukit. Ia menghampirinya dan berkata, Saudaraku, tolong jaga domba-dombaku ini dan awasi jangan sampai tersesat atau berkeliaran. Aku akan kembali ke desa karena istriku begitu bodoh lupa mengirim makan siangku. Ternyata pemotong rumput itu juga tuli. Ia tidak mendengar satu kata pun yang diucapkan, dan sama sekali salah paham terhadap maksud si penggembala. Katanya, Mengapa aku harus memberi rumput untuk ternakmu? Sedangkan aku sendiri memiliki seekor sapi dan dua ekor kambing di rumah. Tidakkah kau lihat, aku ini harus pergi jauh demi mencari rumput bagi ternak-ternakku.

Tidak, tinggalkan aku. Aku tidak ada urusan dengan orang sepertimu yang hanya ingin enaknya sendiri mengambil milikku yang cuma sedikit ini. Ia menggerakkan tangannya dan tertawa kasar. Si penggembala tidak mendengar apa yang dikatakan oleh si pemotong rumput. Katanya, Oh, terima kasih kawan, atas kebaikkan dan kesediaanmu. Aku akan segera kembali. Semoga keselamatan dan berkah tercurah atas dirimu. Engkau telah meringankan bebanku. Ia segera berlari ke desa menuju gubuknya yang sederhana. Di sana ia mendapati istrinya sakit demam dan sedang dirawat oleh para istri tetangga. Kemudian, si penggembala itu mengambil bungkus makanan dan berlari kembali ke bukit. Ia menghitung domba-dombanya dengan cermat. Semuanya masih lengkap seperti semula. Ia lalu melihat si pemotong rumput masih sibuk memotong rumput segar. Si penggembala ini berkata pada dirinya sendiri, Ah, betapa luar biasa pribadi si pemotong rumput ini. Benar-benar dapat dipercaya. Ia sudah menjaga domba-dombaku agar tidak terpencar bahkan tidak mengharapkan terima kasih dariku. Aku akan memberinya domba pincang ini. Sebenarnya domba pincang ini akan kusembelih sendiri, namun biarlah aku berikan pada si pemotong rumput itu agar bisa jadi makan malam yang lezat bagi keluargnya. Ia pun memanggul domba pincang yang dimaksud di atas bahunya, menuruni bukit dan berteriak pada si pemotong rumput, Wahai saudaraku!, ini hadiah dariku, karena engkau telah menjaga domba-dombaku selama aku pergi. Istriku yang malang menderita demam, itulah mengapa ia tidak mengirimkan aku makan siang. Pangganglah domba ini untuk makan malammu nanti malam; lihat domba ini kakinya pincang dan memang akan aku sembelih! Tetapi disisi lain, si pemotong rumput tidak mendengar kata-katanya dan berteriak marah, Penggembala busuk! Aku tidak tahu apapun yang terjadi selama kau pergi. Jadi jangan salahkan aku atas kaki pincang dombamu! Sedari tadi aku sibuk memotong rumput, dan tidak tahu mengapa hal itu terjadi! Pergilah, atau aku akan memukulmu! Si penggembala itu amat heran melihat sikap marah si pemotong rumput, tetapi ia tidak dapat mendengarkan apa yang dikatakannya. Tiba-tiba ada seorang melintas di antara mereka dengan menunggang seekor kuda yang bagus. Si penggembala menghentikan si penunggang kuda itu dan berkata, Tuan penunggang kuda yang mulia, aku mohon katakan padaku apa yang diucapkan oleh pemotong rumput itu. Aku ini tuli, dan tidak tahu mengapa ia menolak pemberianku berupa seekor domba ini, malah marah-marah seperti itu. Si penggembala dan si pemotong rumput mulai saling berteriak pada si penunggang kuda untuk menjelaskan kemauannya masing-masing. Si penunggang kuda itu turun dan menghampiri mereka. Ternyata penunggang kuda itu pun sama tulinya. Ia tidak mendengar apa-apa yang kedua orang itu katakan. Justru, ia ini sedang tersesat dan hendak bertanya dimana dirinya saat

ini. Tetapi ketika melihat sikap keras dan mengancam dari ke dua orang itu, akhirnya ia berkata, Benar, benar, saudara. Aku telah mencuri kuda ini. Aku mengakui, tetapi aku tidak tahu kalau itu milik kalian. Maafkan aku, karena aku tidak dapat menahan diriku dan bertindak mencuri. Aku tidak tahu apa-apa tentang pincangnya domba ini! teriak pemotong rumput. Suruh ia mengatakan padaku mengapa pemotong rumput itu menolak pemberianku, desak si penggembala, aku hanya ingin memberikannya sebagai penghargaan tanda terima kasihku. Aku mengaku mengambil kuda. Aku akan kembalikan kuda ini. kata penunggang kuda, tapi aku tuli, dan tidak tahu siapa di antara kalian pemilik sesungguhnya kuda ini. Pada saat itu, dari kejauhan, tampak seorang guru tua berjalan. Si pemotong rumput lari menghampirinya, menarik jubah lusuhnya dan berkata, Guru yang mulia, aku seorang tuli yang tidak mengerti ujung pangkal apa yang dibicarakan oleh kedua orang ini. Aku mohon kebijaksanaan anda, adili dan jelaskan apa yang mereka teriakkan. Namun, si Guru tua ini bisu dan tidak dapat menjawab, tapi ia mendatangi mereka dan memandangi ketiga orang tuli tersebut dengan penuh selidik. Sekarang ketiga orang tuli itu menghentikan teriakan mereka. Guru itu memandangi sedemikian lama dan dengan tajam, satu per satu hingga ketiga orang itu merasa tidak enak. Matanya yang hitam berkilauan menusuk ke dalam mata mereka, mencari kebenaran tentang persoalan tersebut, mencoba mendapatkan petunjuk dari situasi itu. Tetapi ketiga orang tuli itu mulai merasa takut kalau-kalau guru tua itu menyihir mereka atau mengendalikan kemauan mereka. Tiba-tiba si pencuri kuda meloncat ke atas kuda dan memacunya kencang-kencang. Begitu juga si penggembala, segera mengumpulkan ternaknya dan menggiringnya jauh ke atas bukit. Si pemotong rumput tidak berani menatap mata guru tua itu, lalu ia mengemasi rumputnya ke dalam kantong dan mengangkatnya ke atas bahu dan berjalan menuruni bukit pulang ke rumahnya. Guru tua itu melanjutkan perjalanannya, berpikir sendiri bahwa kata-kata merupakan bentuk komunikasi yang tidak berguna, bahwa orang mungkin lebih baik tidak pernah mengucapkannya! Sumber Jalan Sufi / The Way of Sufi

Sebelum Kamu Mengeluh


1. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik,Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali 2. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

3. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa,Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan. 4. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk didalam hidupnya. 5. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri anda,Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup6. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat 7. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu,Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul 8. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya,Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan 9. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir,Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan 10. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu,Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda. 11. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa. 12. Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,Tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa kamu masih hidup ! Life is a gift Live it Enjoy it Celebrate it And fulfill it. 13. Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu 14. Cinta diciptakan tidak untuk disimpan atau disembunyikan 15. Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,Mereka cantik/tampan karena anda mencintainya.

16. Its true you dont know what youve got until its gone, but its also true You dont know what youve been missing until it arrives!!!

Senyum adalah Ibadah


Racun Jake sedang berbaring di tempat tidur karena sakit hanya menunggu waktu. Isterinya, Susan berada di sampingnya. Susan memegang tangan yang lemah dan menangis sesegukkan. Ketika Susan berdoa, ia memandang isterinya dan bibir yang pucat mulai berkata secara perlahan. Susan, isteriku, ia berbisik. Suamiku, jangan berbicara, istirahatlah. Susan, saya harus mengakui sesuatu, ia berkata dengan lemah. Tidak ada yang perlu di akui, jawab Susan dengan bersedih. Semuanya baik-baik saja, tidurlah, kata isterinya sambil menangis. Tidak saya ingin mati dengan damai. Susan, saya telah berlaku curang dengan kakakmu, teman baikmu, dan ibumu. Saya tahu, jawabnya. Karena itulah saya meracuni kamu Beda Tiga cowok temen kuliah ketemu di sebuah cafe. Bejo : Eh, Blo, kalo gak salah dulu kamu pacaran sama Dewi. Kenapa gak jadi menikah? Tablo : Ortuku nggak setuju. Beda agama. Eh, kamu sama Cintya, gimana? Bejo : Ortuku gak setuju. Beda etnik. Temen ketiga, Jeko diam. Tablo dan Bejo menatapnya. Berdua tanya, Eh, Ko, gimana hubunganmu sama Karen Katanya bubar juga, kenapa? Jeko menarik napas : beda kelamin! DUNGU

Diruang kuliah, seorang dosen senior sedang memarahi mahasiswanya: menjawab saja tidak becus, eh malah bercanda dan ngobrol seenaknnya. Skarang sia-sia disini, yang merasa dungu BERDIRI !!!! sang dosen membentak. Beberapa menit suasana hening. Tiba-tiba dari bangku belakang seorang mahasiswa berdiri. Jadi kamu yakin betul, kamulah si dungu itu ??? Bukan begitu pak, saya cuma tidak tega melihat Bapak berdiri sendiri. Dapat Undian 200 Juta Seorang nenek hampir berusia 90 tahun, ketika ia memenangkan lotere berhadiah 200 juta rupiah. Sanak keluarganya sangat cemas mendengar berita ini, karena ia menderita penyakit jantung. Mereka kwatir bahwa berita itu akan mengejutkannya. Kita lebih baik menyuruh dokternya saja untuk menyampaikan berita ini, usul anak yang tertua. Dokter segera datang dan situasinya diterangkan kepadanya. Kalian tidak perlu cemas, katanya, Saya sudah terlatih dalam saat-saat genting semacam ini. Saya yakin saya dapat menyampaikan kepadanya secara halus. Saya jamin keselamatannya. Segalanya akan beres, bila saya yang menangani. Dokter mendatangi nenek tua itu dan pelan-pelan mengutarakan tentang berbagai permainan. Nah, kata dokter,seandainya nenek memenangkan lotere, apa yang akan nenek lakukan-katakanlah menang dua ratus juta rupiah. Apa yang akan saya lakukan? nenek belik bertanya, Akan saya berikan separuhnya kepada dokter. Pasti! Dokter itu jatuh mati karena serangan jantung. Pertanyaan untuk sang Putri Pada pemilihan putri Indonesia kemarin ada sebuah cerita yang tidak ter-expose. Cerita ini terjadi pada saat seleksi

(wawancara) antara Juri dengan peserta dari DKI yang akhirnya jadi juara. Begini ceritanya : Juri : Selanjutnya, tolong anda sebutkan tokoh idola Anda Putri DKI : Ehm sebagai seorang yang nasionalis, saya mengidolakan orang Indonesia dia adalah PANGERAN DIPONEGORO Begitu mantap dan meyakinkan kata-kata yang meluncur dari putri DKI iniJuripun begitu terkesan dan kagum padanya, seorang gadis cantik dan muda muda seperti dia ternyata sangat nasionalis dan bangga dengan tokoh dalam negeri. Kemudian Juri melanjutkan pertanyaan dengan pertanyaan-pertanyaan yang ringan-ringan saja, tentunya seputar Pangeran Diponegoro. Kalau begitu, anda pasti tahu kapan Pangeran Diponegoro meninggal kan ? Tapi, reaksi sang putri sangat mengagetkan Juri, dengan terbata-bata dan penuh rasa kaget dia bertanya, APPAAA ??? MENINGGAAALLL ???INNALILLAAHI Tentu saja Juri ikut-ikutan kaget dan kecewa dengan reaksi putri DKI itu.Singkat cerita, tanya jawab itu selesai sudah. Tapi, tidak demikian dengan sang putri DKI Kabar mengenai meninggalnya Pangeran Diponegoro sangat menyedihkan hatinya. Sampai di luar ruangan, dia bergegas menemui salah seorang peserta lainnya, dari Yogya. Tanpa menunda waktu, putri DKI mengkonfirmasi kebenaran berita meninggalnya sang idola, Pangeran Diponegoro Mbak, maaf ya apa benar sih Pangeran Diponegoro sudah meninggal ???, begitu tanya putri DKI kepada putri Yogya. Tentu saja pertanyaan itu menggelikan bagi putri Yogya

tapi, bagaimanapun dijawabnya juga, Lho, kan sudah lama mbak masa mbak nggak tahu sih ? Putri DKI langsung memotong, Ooo, sudah lama ya, kok saya belum pernah denger ya ? Kapan sih mbak ??? Dengan menahan geli, putri Yogya menjawab, Yaa sekitar delapanbelas tigapuluh (1830) mbak Kembali putri DKI memotong, HAAHH DELAPANBELAS TIGAPULUH ???, HABIS MAGHRIB DONG !!!.. Foto Suatu hari sebuah kelas berfoto bersama. Setelah foto jadi, Bu Guru membujuk anak-anak untuk membeli, tiap orang satu foto.Iapun berkata kepada murid-muridnya, Kalian seharusnya membeli foto ini, mumpung semua teman kalian di sini lengkap terkumpul. Foto ini akan memberikan kenangan yang manis. Suatu hari nanti ketika kalian sudah besar-besar dan melihat foto ini, saya yakin kalian pasti akan senang. Tak seorangpun berkata-kata, lalu Bu Guru melanjutkan, Coba bayangkan, nanti kalian akan melihat foto ini dan berkata, `Oh ini si Tina, sekarang jadi dokter. Ini Totok, sekarang jadi pejabat, ini Tari yang sekarang jadi artis, ini Seorang murid lelaki di belakang menyela, Yang ini Bu Guru, sekarang sudah meninggal. Kisah Kelahiran Papa.. cerita dong, tentang kelahiranku.. Hmm, anakku.. memang, sudah saatnya kamu tahu.. lima tahun lalu, papa dan mamamu pertama kali bertemu di sebuah chat room yahoo. via e-mail, kami janjian kopdar (kopi darat) di sebuah cyber-cafe. kami memesan tempat khusus. mama setuju untuk men-download dari hard disk papa. Segera papa bersiap meng-upload. ternyata tak satupun dari kami memakai firewall, dan sudah telat untuk memencet tombol delete. akhirnya sembilan bulan kemudian muncul pop-up kecil berisi pesan: youve got male.. Tumor otak Dokter: Dengan menyesal harus saya katakan pada Anda bahwa Anda terkena tumor di otak. Mr. Bean: Horee!!! (melompat kegirangan)

Dokter: Anda mengerti maksud saya bukan? Mr. Bean: Tentu saja, apakah Anda kira saya bodoh? Dokter: Mengapa Anda begitu gembira? Mr. Bean: Karena itu membuktikan bahwa saya mempunyai otak.

Semangkuk Bakmi
Pada malam itu, Sue bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Sue segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang. Pemilik kedai melihat Sue berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu ia berkata Nona, apakah engkau ingin semangkuk bakmi ? Tetapi, aku tidak membawa uang, jawab Sue dengan malu-malu. Tidak apa-apa. Aku akan mentraktirmu, jawab sang pemilik kedai. Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untuk mu. Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi dengan sepiring sayuran. Sue segera makan beberapa suap dan kemudian air matanya mulai berlinang. Ada apa Nak ? tanya si pemilik kedai. Ah, tidak apa-apa. Aku hanya terharu jawab Sue sambil mengeringkan air matanya. Bahkan, seorang yang baru aku kenal pun mau memberi aku semangkuk bakmi ! Tetapi, Ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, langsung mengusir aku dari rumah. Ibu mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah. Sebaliknya, engkau, orang yang baru aku kenal ternyata begitu peduli dengan keadaanku. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri ujar Sue yang ternyata tidak mampu membendung gejolak isi hatinya. Pemiliki kedai itu, setelah mendengar perkataan Sue, tampak menarik nafas panjang dan kemudian berkata Nona, mengapa engkau berpikir seperti itu ? Renungkanlah hal ini. Aku hanya memberimu semangkuk bakmi, dan untuk itu engkau pun menjadi sangat terharu. Coba bayangkan, Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu semenjak engkau masih kecil hingga akhirnya beranjak dewasa. Mengapa engkau tidak berterima kasih kepadanya? Malah, engkau bertengkar dengan beliau.

Sue terhenyak mendengar perkataan tadi. Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut ? Untuk semangkuk bakmi dari seseorang yang baru aku kenal, aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada Ibuku yang telah memasak selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan, hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengan Ibu, renung Sue dalam hati. Sue pun segera menghabiskan bakmi tersebut dengan cepat. Lalu, ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus dia ucapkan kepada Ibunya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengatakan Ibu, aku minta maaf, aku tahu bahwa aku memang bersalah. Maafkan aku. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ternyata sang Ibu telah mencari Sue ke semua tempat. Ketika ia bertemu dengan Sue, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah Sue, cepatlah masuk. Ibu telah menyiapkan makan malam. Segeralah kamu makan makanan itu, akan menjadi dingin jika kamu tidak memakannya sekarang, ujar sang Ibu sambil tersenyum. Pada saat itu, Sue tidak dapat menahan air matanya dan ia pun menangis sejadi-jadinya di pangkuan sang Ibu. Ibu, maafkan aku kata Sue sambil terisak. Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk sebuah pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi, kepada orang yang sangat dekat kepada kita, khususnya orangtua kita, kita harus ingat bahwa kita hendaknya berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita. Renungan : Kita tidak boleh melupakan jasa orangtua kita. Sering kali kita menganggap pengorbanan mereka merupakan suatu proses alami. Tetapi, kasih dan kepedulian orangtua kita adalah sebuah hadiah paling berharga yang diberikan kepada kita sejak kita lahir. Mereka membesarkan kita tanpa mengharapkan balasan dari kita. Renungkan dan pikirkanlah mengenai hal ini. Apakah kita sudah menghargai pengorbanan tanpa syarat dari orangtua kita ? LENTERA Keemosian yang membahana terlebih kepada orangtua, tak ada guna dan bahkan bisa berakibat fatal. Penyesalan tiada artinya, akibat dari keputusan yang diambil dari balutan rasa emosi. Orangtua ataupun keluarga adalah bagian dari jiwa yang tak mungkin kita rela untuk menyakiti mereka. Cintai dan curahkan kasih dan sayang untuk mereka, seperti kita takkan bertemu mereka esok.

Nasrudin mengambil tangganya dan menggunakannya untuk naik ke pohon tetangganya. Tetapi sang tetangga memergokinya. Sedang apa kau, Nasrudin ? Nasrudin berimprovisasi, Aku punya sebuah tangga yang bagus, dan sedang aku jual. Dasar bodoh. Pohon itu bukan tempat menjual tangga! kata sang tetangga, marah. Nasrudin bergaya filosof. Tangga, bisa dijual di mana saja.

Nasrudin diundang berburu, tetapi hanya dipinjami kuda yang lamban. Tidak lama, hujan turun deras. Semua kuda dipacu kembali ke rumah. Nasrudin melepas bajunya, melipat, dan menyimpannya, lalu membawa kudanya ke rumah. Setelah hujan berhenti, dipakainya kembali bajunya. Semua orang takjub melihat bajunya yang kering, sementara baju mereka semuanya basah, padahal kuda mereka lebih cepat. Itu berkat kuda yang kau pinjamkan padaku, ujar Nasrudin ringan. Keesokan harinya, cuaca masih mendung. Nasrudin dipinjami kuda yang cepat, sementara tuan rumah menunggangi kuda yang lamban. Tak lama kemudian hujan kembali turun deras. Kuda tuan rumah berjalan lambat, sehingga tuan rumah lebih basah lagi. Sementara itu, Nasrudin melakukan hal yang sama dengan hari sebelumnya. Sampai rumah, Nasrudin tetap kering. Ini semua salahmu! teriak tuan rumah, Kamu membiarkan aku mengendarai kuda brengsek itu! Masalahnya, kamu berorientasi pada kuda, bukan pada baju.

Malam itu Nasrudin menggosok kayu membuat api. Api kecil itu ditiup-tiupnya. Mengapa api itu kau tiup? tanya sang darwis. Agar lebih panas dan lebih besar apinya, jawab Nasrudin. Setelah api besar, Nasrudin memasak sop. Sop menjadi panas. Nasrudin menuangkannya ke dalam dua mangkok. Ia mengambil mangkoknya, kemudian meniup-niup sonya. Mengapa sop itu kau tiup? tanya sang darwis. Agar lebih dingin dan enak dimakan, jawab Nasrudin. Ah, aku rasa aku tidak jadi belajar darimu, ketus si darwis, Engkau tidak bisa konsisten dengan pengetahuanmu. Ah, konsistensi. Nasrudin sedang dalam perjalanan dengan pastur dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka tinggal sepotong kecil roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu. Setelah debat seru, akhirnya mereka bersepakat memberikan roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling relijius. Tidurlah mereka. Pagi harinya, saat bangun, pastur bercerita: Aku bermimpi melihat kristus membuat tanda salib. Itu adalah tanda yang istimewa sekali. Yogi menukas, Itu memang istimewa. Tapi aku bermimpi melakukan perjalanan ke nirwana, dan menemui tempat paling damai.

Nasrudin berkata, Aku bermimpi sedang kelaparan di tengah gurun, dan tampak bayangan nabi Khidir bersabda Kalau engkau lapar, makanlah roti itu. Jadi aku langsung bangun dan memakan roti itu saat itu juga.

Nasrudin sedang merenungi harmoni alam, dan kebesaran Penciptanya. Oh kasih yang agung. Seluruh diriku terselimuti oleh-Mu. Segala yang tampak oleh mataku. Tampak seperti wujud-Mu. Seorang tukang melucu menggodanya, Bagaimana jika ada orang jelek dan dungu lewat di depan matamu ? Nasrudin berbalik, menatapnya, dan menjawab dengan konsisten: Tampak seperti wujudmu. Nasrudin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa. Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nasrudin berkomentar: Aku rasa engkau benar. Petugas majelis membujuk Nasrudin, mengingatkan bahwa terdakwa belum membela diri. Terdakwa diwakili oleh pengacara yang pandai mengolah logika, sehingga Nasrudin kembali terpikat. Setelah pengacara selesai, Nasrudin kembali berkomentar: Aku rasa engkau benar. Petugas mengingatkan Nasrudin bahwa tidak mungkin jaksa betul dan sekaligus pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah ! Nasrudin menatapnya lesu, dan kemudian berkomentar: Aku rasa engkau benar.

Hari Jum`at itu, Nasrudin menjadi imam Shalat Jum`at. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Sang Mullah, Api ! Api ! Api ! Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya, Dimana apinya, Mullah ? Nasrudin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya, Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah. Kebetulan Nasrudin sedang ke kota raja. Tampaknya ada kesibukan luar biasa di istana. Karena ingin tahu, Nasrudin mencoba mendekati pintu istana. Tapi pengawal bersikap sangat waspada dan tidak ramah. Menjauhlah engkau, hai mullah! teriak pengawal. [Nasrudin dikenali sebagai mullah karena pakaiannya] Mengapa ? tanya Nasrudin.

Raja sedang menerima tamu-tamu agung dari seluruh negeri. Saat ini sedang berlangsung pembicaraan penting. Pergilah ! Tapi mengapa rakyat harus menjauh ? Pembicaraan ini menyangkut nasib rakyat. Kami hanya menjaga agar tidak ada perusuh yang masuk dan mengganggu. Sekarang, pergilah ! Iya, aku pergi. Tapi pikirkan: bagaimana kalau perusuhnya sudah ada di dalam sana ? kata Nasrudin sambil beranjak dari tempatnya. Nasrudin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai, Seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, Nasrudin menukas, Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukum lah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan. Hakim mencoba bertaktik, Tapi coba kita lihat cendekiawan seperti Anda. Kalau Anda memiliki pilihan: kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan dipilih? Nasrudin menjawab seketika, Tentu, saya memilih kekayaan. Hakim membalas sinis, Memalukan. Anda adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan Anda memilih kekayaan daripada kebijaksanaan? Nasrudin balik bertanya, Kalau pilihan Anda sendiri? Hakim menjawab tegas, Tentu, saya memilih kebijaksanaan. Dan Nasrudin menutup, Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya. Suatu hari seorang Kyai diajak berjalan-jalan ke surga, maka dilihatnyalah keadaan di sana sebagai berikut: Ada seorang bangsawan berjalan-jalan dengan fasilitas mobil Ferrarinya. Kemudian ia juga melihat seorang dokter yang mengendarai sebuah mobil kijang Innova terbaru. Tak lama kemudian lewatlah seorang Pendeta berjalan-jalan dengan mobil Volvo. Tetapi sejenak kemudian lewat seorang Presiden dengan mobil Mercy terbaru. Kemudian Kyai ini pun bertanya kepada Malaikat yang mengajaknya: Mengapa Presiden itu mendapat fasilitas mobil Mercy terbaru sedangkan seorang Pendeta hanya mendapat fasilitas berupa mobil Volvo? . Malaikat itupun menjawab: Karena seorang Presiden jarang sekali yang masuk ke sini.

Anda mungkin juga menyukai