Anda di halaman 1dari 15

BAB XIII KEKERASAN PADA PASIEN

Tujuan Pembelajaran Setelah menyelasaikan bab ini pembaca akan dapat: y y y Memahami dan meresapi kekerasan pada pasien Mengenali tanda-tanda kekerasan Menguraikan persyaratan-persyaratan untuk laporan kekerasan Cinta dan ilmu membimbing menuju surga Tetapi rasa kasihan selalu membawaku kembali ke bumi Tangisan pilu bergema di hatiku Atas anak-anak yang kelaparan, korban-korban penyiksaan Dan terhadap orang tua yang dibiarkan tidak berdaya Aku meminta keringan kepada setan, tetapi aku tak bisa Dan aku juga menderita Ini telah menjadi hidupku Aku telah menemukan hidup yang berharga
DISADUR DARI BERTRAND RUSSEL

Kekerasan pada pasien berkenaan dengan penganiayaan atau pengabaian seseorang yang dibawah perlindungan organisasi kesehatan. Kekerasan tidak hanya terbatas pada suatu institusi saja namun bisa terjadi di rumah seperti di institusi. Ada macam-macam bentuk kekerasan- fisik, psikologis, medis, keuangan dan seterusnya. Tidak selalu mudah untuk mengenalinya karena luka yang muncul sering dihubungkan dengan sebab yang lain. Bab ini akan mengulas kekerasan pada pasien di tempat pelayanan kesehatan.

KEKERASAN PADA ORANG LANJUT USIA (LANSIA) Ulasan dari USA Today selama 2 tahun inspeksi (antara tahun 2000 dan 2002) mencatat lebih dari 5.300 fasilitas kehidupan yang didanai dan diperuntukkan bagi lansia dalam kenyataannya dapat membawa mereka kepada resiko yang mematikan. Penilitian menunjukkan adanya kekeliruan pengobatan dan keterbatasan pegawai terlatih menyebabkan banyak didapatkan luka-luka. Kekerasan pada lansia adalah perawatan yang berbahaya dan termasuk pengabaian emosi, keuangan ( misalnya pencurian atau penyalahgunaan uang atau property lansia yang dilakukan oleh seseorang dalam kedudukan yang bertanggung jawab), lisan, mental, seksual atau kekerasan fisik; hukuman fisik; dan penahanan serta pengasingan yang tidak dikehendaki. Pengabaian adalah kegagalan untuk menyediakan perawatan yang memadai untuk mecegah melukai fisik (misalnya ketidaksanggupan pegawai untuk membolak-balik pasien secara periodik untuk mencegah tekanan yang menimbulkan luka baring/dekubitus) atau kesedihan mental. Sebagian besar negara bagian telah membuat undang-undang berkenaan dengan kekerasan pada lansia. Umumnya, kekerasan pada lansia lebih jarang dilaporkan dari pada kekerasan pada anak-anak. Pengabaian fisik dan mental, seperti kekerasan secara lisan dan keuangan, dianggap bentuk yang lazim sering terjadi dalam kekerasan pada lansia. Orang-rang yang lebih tua sering gagal melaporkan insiden kekerasan karena meraka takut adanya balas dendam dan tidak dipercaya. Ancaman penempatan di panti jompo atau malu karena anggota keluarga sering terlibat mencegah para lansia mencari bantuan.

Tanda-Tanda Kekerasan atau kelalaian Tanda-tanda kekerasan atau kelalaian pada orang yang lebih tua termasuk berikut ini : Kematian yang tidak dapat dijelaskan sebabnya atau yang tidak terduga; berkembangnya luka akibat tekanan(ulkus dekubitus); pengobatan yang berlebihan dan penggunaan sedasi di tempat yang banyak perawat; terjadinya patah tulang; ledakan emosi yang tiba-tiba dan tidak terduga, agitasi, atau menarik diri; luka memar, bilur, perubahan warna, luka bakar dan yang lainnya; rambut yang tercabut dan atau perdarahan dibawah kulit kepala; dehidrasi dan atau malnutrisi tanpa adanya hubungan dengan penyakit terkait; Ragu-ragu untuk bicara lebih terbuka; cerita yang mustahil; aktivitas yang tidak biasa terhadap rekening bank; Memberikan kekuasaan kepada

pengacara atau perubahan yang baru atau menciptakan keinginan ketika seseorang tidak cakap untuk mengambil keputusan; kehilangan jati diri, keadaan medis yang tidak dapat diobati dan orang yang lebih tua mungkin tidak diberikan kesempatan untuk berbicara atas nama dirinya sendiri, Atau orang lain tanpa adanya orang yang peduli. \ Kamera tersembunyi Gale.. tidak mempersiapkan untuk melihat perawatan yang buruk dan celaan kejam yang dikatakan kepada ibunya yang sedang sakit dipanti jompo. Dia menangis seraya melihat pembantu perawat menghukum ibunya karena terjatuh untuk meluruskan kakinya yang terkena encok. Dan dia melihat dalam keadaan tidak percaya selama asisten perawat menyentakkan ibunya ke bantalan kasur karet dan mendorong ibunya ke jeruji besi tempat tidur. Semua gambar ini di tangkap oleh kamera tua kamera tersembunyi yang berada di kamar ibunya.

Dokumentasi Para pemerthati yang menduga adanya kekerasan diharapkan melaporkan temuan mereka. Gejala dan keadaan yang diduga kekerasan harus didefinisikan secara jelas dan objektif. Kekerasan pada lansia bukanlah masalah yang terlokalisir atau berdiri sendiri. Sayangnya, hal itu merembes ke masyarakat kita. Dibelakang pintu yang tertutup, buku penting tentang kekerasan keluarga, ditetapkan bahwasannya penelitian nasional pertama tentang kekerasan rumah tangga di Amerika diperkirakan terjadi pada satu sampai dua rumah yang merupakan tempat kekerasan keluarga sekurangnya sekali dalam setahun. Kita selalu mengetahui bahwa Amerika adalah masyarakat yang kerasHal yang baru dan mengejutkan bahwa keluarga Amerika dan rumah tangga Amerika mungkin sama banyak atau bahkan lebih tempat terjadinya kekrasan dari pada institusi lain atau tempat yang lain (dengan mengesampingkan kemiliteran dan saat terjadi perang), Amerika memperoleh resiko yang paling besar untuk penyerangan, luka fisik dan bahkan pembunuhan di rumah mereka sendiri oleh anggota keluarga mereka sendiri. Sulit untuk menentukan jangkauan kekerasan pada lansia, Karena kekerasan pada lansia enggan untuk diakui bahwa anak-anak mereka atau orang yang mereka cintai yang menyerang mereka. Sayangnya, Kekerasan pada lansia masih tersembunyi dari masyarakat dan penemuan

pada tahun 1990 melaporkan seterkini sekarang ini ketika dipublikasikan pertama kali pada tahun 1990. Komite Pemilihan Senat tentang penuaan malaporkan berikut ini: y y Kekerasan pada lansia kurang disukai untuk dilaporkan dari pada kekerasan pada anak. Kekerasan fisik, termasuk kealpaan, dan kekerasan finansial menjadi bentuk umum dari kekerasan yang sering terjadi, diikuti oleh penghapusan hak-hak dasar dan kekerasan psikologis. y Kebanyakan contoh kekerasan pada lansia terjadi berulang-ulang dari pada hanya sekali saja. y Korbannya seringnya berusia 75 tahun atau lebih tua dan wanita lebih sering disiksa dari pada laki-laki. y Lansia lebih sering malu untuk mengakui bahwasaanya anak mereka atau pun orang yang mereka cintai berlaku kasar terhadap mereka atau mereka takut adanya balasa dendam jika mereka protes. y Kebanyakan anggota keluarga yang berusia pertengahan, senang menghabiskan waktu untuk diri sendiri, marah terhadap orang tua yang lemah atau bergantung pada mereka. y Akhirnya, kebanyakan pelaku kekerasan adalah keluarga sendiri.

Penggungat dalam In re Estate of Smith v. OHalloran mengadakan perkara hukum dalam usahanya memperbaiki kondisi yang menyedihkan di banyak panti jompo. Pengadilan menyimpulkan bahwa:

Barang Bukti tercatat.. mendukung penemuan umum yang semuanya tidakberjalan baik dipanti jompo nasional dan pengeluaran yang sangat besar dari dana masyarakat/pajak dan usaha sungguh-sungguh dari pegawai dan karyawan tidak menghasilkan keuntungan yang sepadan. Kegagalan harapan menghasilkan rasa frustasi dan kemarahan diantara mereka yang peduli akan realitas hidup di beberapa panti jompo yang menyediakan pelayanan yang buruk yang bisa dicirikan sebagai yatim piatu pada rumah panti asuhan untuk usia itu.

Tim survey dari organisasi peduli kesehatan harus melihat tanda kekerasan pada pasien dengan memperhatikan hal berikut ini: perintah dokter untuk penahanan; perintah yang dibatasi

waktu; jumlah pasien yang secara fisisk di tahan; tipe penahanan yang digunakan; apakah penahanan atau tidak dilakukan secara benar seberapa sering pasien ditahan dan diawasi oleh pegawai; tanda pengobatan berlebihan; tanda kekerasan fisik dan mental; tanda siksaan, penghinaan atau ancaman pegawai terhadap pasien; apakah pasien nyaman dengan pegawai; jumlah pasien yang mengalami luka lebam atau luka yang lain dan bukti pengabaian pasien atau pasien dibiarkan sewaktu buang air kecil atau buang air besar tanpa dibersihkan.

Kelalaian dan kecerobohan terhadap penghuni Terdakwa dalam kasus Negara Bagian versus. Cunningham, pemiliki atau pengelola dari tempat perlindungan, merumahkan 30-37 penghuni yang sakit secara mental, mengalami kemunduran mental dan lansia. Departemen inspeksi dan pertimbangan IOWA memimpin survey yang bervariasi pada fasilitas terdakwa diantara oktober 1989 dan mei 1990. Semua survey kecuali untuk satu yang menghasilkan 50 dollar sehari ditaksir melawan terdakwa untuk regulasi pelanggaran. Pada 16 Agustus 1990, dewan juri melengkapi berkas dakwaan terdakwa dengan beberapa tuduhan kelalaian dan kecerobohan terhadap penghuni dalam pelanggaran dari bagian kode IOWA 726,7 (1989) yang menetapkan: setiap orang yang melakukan kelalaian dan kecerobohan terhadap penghuni yang berada di fasilitas pelayanan kesehatan ketika orang tersebut dengan sengaja bertindak untuk melukai fisik, mental atau kesejahteraan moral penghuni kelalaian dan kecerobohan terhadap penghuni fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tindak pidana serius Pengadilan daerah menetatapkan bahwa terdakwa memiliki pengetahuan akan keadaan berbahaya yang muncul pada fasilitas pelayanan kesehatannya tetapi dengan sengaja dan sadar menolak untuk menyediakan atau melatih pengawas yang memadai untuk menolong atau mengusahakan untuk membantu pada kondisi yang berbahaya tersebut. Penghuni yang terpapar dengan fisik yang berbahaya, tidak sehat dan kondisi lingkungan yang tidak bersih dan nyata sekali memerlukan perawatan medis dan perhatian. Kondisi ini seringnya akan dan sudah menyebabkan luka fisik dan kesejahteraan mental pada penghuni. Terdakwa ditemukan bersalah pada lima tuduhan kecerobohan dan kelalaian. Pengadilan daerah menjatuhi hukuman terhadap terdakwa satu tahun penjara untuk masing-masing dari lima tuduhan, secara bersamaan. Pengadilan daerah menangguhkan semuanya dan memerintahkannya untuk membayar 200 dolar

untuk masing-masing tuduhan, ditambah biaya tanbahan dan untuk melaksanakan pekerjaan sosial. Usul untuk pemeriksaan pengadilan yang baru ditolak dan terdakwa mengajukan banding. Pangadilan banding IOWA menyiapkan bukti yang penting untuk mendukung penemuan yang menegaskan terdakwa bertanggung jawab dan tidak layak mempertahankan panti jompo, yang menggiring penuntutan terhadap kelalaian dan kecerobohan pada fasilitas umum. Terdakwa ditemukan bersalah secara sadar bertindak dan bersikap melukai fisik dan kesejahteraan mental dengan merancang, mengarahkan atau mepertahankan keadaan berbahaya dan menjalankan usaha yang tidak aman pada fasilitas umum. Bahaya api menghalangi keamanan dari api,; fasilitas tidak layak dipertahankan (misalnya gelas pecah di kamar pasien, Terlalu banyak air panas di keran, feses yang mengering di dinding kamar mandi umum dan keterbatasan handuk dan linen, kecoak dan cacing tanah dalam penyajian makanan, ketiadaan sabun di dapur, di satu titik hanya satu batang sabun dan satu shampoo ditemukan); Fasilitas penyediaan makanan tidak bersih dan tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan makanan penghuni; dan dosis obat-obatan yang tidak sesuai yang diberikan kepada penghuni. Terdakwa membantah bahwa dia tidak merancang kondisi yang tidak aman pada fasilitas tersebut. Pengadilan banding tidak setuju. Undang-undang tidak memenuhi bahwa terdakwa merancang keadaan pada fasilitas untuk menyokong pendirian. Terdakwa merupakan pengelola dari fasilitas tersebut dan bertanggung jawab untuk keadaan yang terjadi.

Kekerasan dan pencabutan surat izin Penyelenggara panti jompo memohon penangguhan izinnya kepada departemen kesejahteraan masyarakat karena kekerasan terhadap penghuni di Nepa v commonwealth Departement of Public Welfare. Bukti yang penting mendukung penemuan departemen. Tiga orang mantan karyawan memberikan kesaksian bahwa penyelengara perawatan telah melakukan kekerasan terhadap penghuni pada kejadian berikut ini: y Dia merusak tali pinggang salah satu penghuni, menyebabkan celananya jatuh dan kemudian menangkap penghuni kedua, memaksa mereka berciuman. (Pemohon meminta maaf untuk perilaku yang memalukan penghuni tersebut karena masturbasinya di depan umum) y Dalam dua kesempatan dia memaksa penghuni untuk memindahkan tisu toilet dari kamar mandi setelah dia buang air kecil dan buang air besar. ( menolak adanya masalah buang

air besar di kamar mandi, pemohon meminta maaf bahwa hal ini akan menghentikan penghuni memenuhi kamar kecil dengan tisu toilet). y Secara lisan dia melakukan kekerasan kepada penghuni yang kesulitan bernafas dan menuduhnya berpura-pura selama dia mencoba untuk memberinya cairan.

Penyelenggara perawatan menuntut bahwa penemuan tersebut tidak berdasarkan bukti yang kuat dan meskipun terjadi, insiden tersebut tidak sama dengan kekerasan. Terdakwa berusaha tidak mempercayai saksi dengan dugaan dari penghuni dan karyawan lain yang merupakan satu dari bekas karyawannya yang berperan sebagai saksi pergi bercumbu dengan penghuni lain dan terdapat gambar lain dari penghuni laki-laki yang sedang mandi dan menempatkan botol bayi dan menghina tanda disekitar leher penghuni yang lain. Pengadilan tidak terkesan. Meskipun insiden ini, jika benar, patut dicela. Ini merupakan masalah tambahan yang tidak ada sangkut pautnya dengan reputasi saksi untuk keadaan yang sebenernya dan untuk itulah tidak bisa digunakan untuk maksud tuduhan. Pengadilan menghadirkan bukti yang kuat yang mendukung keputusan departemen dan kegiatan yang di jalankan oleh penyelenggara cukup untuk mendukung pencabutan izinnya. Kita percaya pengobatan pemohon terhadap penghuni-penghuni ini ditemukan dengan menguping pemeriksa dan benar-benar mengganggu. Penghuni-penghuni ini sudah lanjut usia dan atau secara mental tidak memiliki kemampuan dan secara keseluruhan bergantung pada pemohon saat berada dirumahnya. Sebagai penghuni, mereka diberi nama untuk

mmepertahankan martabatnya dan diperhatikan dengan hormat, serius dan bersemangat. Pemohon memberikan kesaksian dia tidak terlatih baik untuk sepakat dengan pasien yang diterimanya yang menderita masalah mental. Pemohon kurang berlatih pada daerah ini secara mutlak tidak ada permohonan maaf terhadap perilaku yang patas dicela ini yang mana dia mengatasi penghuni yang bervarisi. Dengan demikian, departemen kesejahteraan masyarakat mengesahkan perintah pencabutan izin pemohon untuk menjalankan rumah rawatan pribadi.

Pencarian yang kejam Seorang perawat pada kasus masyarakat versus Coe dituntut dengan kekerasan yang disengaja. Hukum kesehatan yang berhubungan dengan pencarian yang kejam terhadap penghuni yang berusia 86 tahun pada pusat geriatrik dan dengan pemalsuan catatan bisnis derajat pertama.

Penghuni, Mr.Gresh, memiliki penyakit jantung dan sulit mengekspresikan dirinya secara lisan. Penghuni lain menuntut bahwa dua lembar 5 dolar nya hilang. Perawat Coe mengasumsikan bahwa Gresh yang mengambilnya karena dia ketahuan mengambil uang tersebut. Perawat

memproses pencarian Gresh dan dia menolak. Penjaga keamanan diperintahkan, dan pencarian lain dilakukan. Ketika Gresh menolak lagi, penjaga keamanan melemparkan kursi di depannya dan menjepit lengannya kemudian perawat terdakwa mencari kantungnya, dan gagal mendapatkan kembali 2 lembar 5 dolar tersebut. Gresh pingsan di kursi terengah-engah mencari udara. Coe melakukan resusitasi kardiopulmoner tetapi tidak berhasil dan Gresh meninggal dunia. Coe dituntut dengan dakwaan kekerasan oleh hukum New York atas pemalsuan catatan, karena terdakwa terkait akan Penghilangan fakta yang berhubungan dengan pencarian Gresh. Fakta-fakta ini dianggap relevan dan harus dimasukkan pada catatan perawat berkenaan dengan kejadian ini. kalimat pertamanya menyatakan bahwa dalam mengawasi penghuni tersebut sangat membingungkan karena dia berbicara inkoheren. Tiba-tiba menjadi tidak ada respon.. pernyataan ini palsu. Hal ini hanya bisa benar jika suara bising dimasukkan. Sebuah usulan dibuat untuk menghilangkan dakwaan pada akhir peradilan. Pengadilan menetapkan bahwa pencarian tersebut menjadi aksi kekerasan fisik dan penganiayaan, Bukti yang tersedia cukup untuk menjamin penemuan kesalahan pada kedua tuduhan, fakta pencarian tersebut tidak dibenarkan sebaliknay merupakan prosedur illegal. Hal ini bisa berjalan baik karena insiden ini meraih perhatian sistem keadilan kriminal hanya karena, pada akhirnya, lelaki tersebut tewas. Dalam hal ini kekerasan terhadap hak penghuni dan bertentangan dengan standar kesopanan umum tetapi tidak kelihatan

membahyakan pasien, tindakan tersebut illegal dan pelaku dituntut. Tindakan kriminal tidak disahkan dengan fakta yang orang lain miliki, dengan kebebasan dari hukuman, berikatan dengan tindakan.

Pemaksanaan terhadap pengobatan Petugas medis pada In re Axelrod meninjau penentuan dari komisaris kesehatan bahwa dirinya bersalah atas kekerasan pada penghuni. Bukti menunjukkan bahwa petugas, setelah penghuni menolak pengobatan, memegang dagu pasien dan menuangkan obat ke tenggorokkannya. Tidak ada indikasi atau bukti yang meyakinan adanya kedaruratan yang

diharuskan untuk memaksa pengobatan, Pengadilan menghadirkan bukti kuat mendukung penemuan komisaris bahwa petugas bersalah terhadap kekerasan pada pasien.

Intimidasi kasar terhadap penghuni/penegakkan kedisiplinan Perlakuan kasar dan kesulitan yang dialami penghuni berusia 80 tahun dan merupakan seorang veteran dalam kasus Beasley melawan dewan pengurus personalia Negara bagian. Penghuni menampar wajah pembantu yang membantunya. Penghuni, mengaitkan

ketidakmampuannya untuk bercinta, dia mengatakan mungkin lebih baik memotongnya. Pembantu tersebut, Beasley, membalasnya dengan menyatakan bahwa jika dia tidak melakukannya lalu dia mungkin menolongnya. Pengawas perawat yang lewat pada saat itu mencatat asisten perawat dan pembantu rumah sakit yang berada dekat dengannya tertawa dan tidak melakukan apapun untuk mengintervensinya. Beasley dipecat dan dua karyawan lain ditahan selama 10 hari. Setelah negara bagian menetapkan, ketiga karyawan keluar dengan mandat pengadilan tinggi dimana Beasley dipecat ditetapkan terlalu berlebihan. Pengadilan tingkat pertama menemukan tindakan melawan yang dilakukan pembantu perawat dan pembantu rumah sakit, meskipun kejam, namun bijaksana. Pada permohonan, Pengadilan menghadirkan komentar Beasley yang tidak termasuk tindakan tidak senonoh, Dan asisten perawat di rumah rawatan dan pembantu rumah sakit tidak mengakui tidakan menertawakannya. Ketika kejadian ini diperlihatkan dalam konteks keseluruhan rekaman, hal itu tidak mendukung penemuan personel negara bagian bahwa tindakan Beasley terhadap pasien salah.

Pemberian kepedulian mematikan kekurangan Dalam kasus Pusat Pelayanan Kesehatan Montgomery versus Ballard, tiga orang perawat memberikan kesaksian bahwa pusat pelayanan kesehatan tersebut kekurangan tenaga terlatih. Satu orang perawat memberikan kesaksian bahwa dia meminta pengawasnya untuk menambah bantuan tenaga terlatih tetapi dia tidak memperolehnya. Pemilik tanah rumah

perawatan, yang sudah habis masa kontraknya sebagai hasil dari banyaknya luka baring yang sudah terinfeksi, membawa tindakan malpraktek melawan pihak pengelola perawatan rumah. Perusahan pelayanan kesehatan Amerika pertama, merupakan induk perusahaan dari pusat pelayanan kesehatan Montgomery. Pengadilan tingkat pertama memasukkan keputusan pada

putusan juri melawan pengelola rumah dan diajukan banding. Pengadilan tinggi Alabama menghadirkan laporan yang di keluhkan oleh departemen kesehatan masyarakat Alabam mengenai kekurangan yang ditemukan di rumah rawatan di terima sebagai bukti. Bukti

menunjukkan kekurangan di rumah rawatan termasuk:

1. Dokumentasi yang tidak memadai terhadap pemberian pengobatan untuk ulkus dekubitus; sebanyak 23 orang pasien ditemukan menderita ulkus dekubitus, 10 orang diantaranya terjangkit di rumah rawatan tersebut; membalut luka baring tidak merubah keadaan; catatan perkembangan perawat tidak menjelaskan keadaan pasien saat itu, terutama sekali berkenaan dengan penjelasan luka dekubitus; asuransi dan prosedur yang tidak efektif berkenaan dengan penyediaan kasa pembalut steril; penilaian perawat yang kurang; rencana perawatan pasien yang belum

memenuhi;dokumnetasi kunjungan dokter yang tidak memadai mengenai catatan anjuran dan saran dokter; Jadwal jaga tidak didokumentasikan secara konsekuen; dokumentasi yang tidak memadai perihal mobilisasi (membolak-balik) pasien; Lembaran kegiatan sehari-hari yang tidak lengkap diisi; kegiatan olah raga tidak terdokumentasi; pasien ditemukan dalam keadaan basah dan mengenakan pakaian kotor dengan kotoran yang sudah mongering; program pelatihan berkemih dan buang air besar yang kurang;

Dari sudut hukum, Induk Badan Usaha Perawatan dapat dijerat secara hukum mengenai pengabaian fasilitas perawatan, dimana Induk perusahaan memiliki hak untuk mengendalikan atau menguasai kendali jalannya perawatan setiap harinya. Terdakwa beralasan bahwa ganti rugi sebanyak 2 juta dolar lebih besar dibandingkan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kemauan masyarakat. Namun, Pengadilan tinggi Alabama menganggap ganti rugi tersebut tidaklah berlebihan. Pemeriksaan pengadilan juga mennganggap banyaknya pasien yang terluka akibat pengabaian pada kasus Mrs. Stovall setimpal, putusan tersebut untuk member pelajaran pada pihak lain yang memiliki kasus serupa dimasa mendatang.

KEKERASAN PADA ANAK

Kekerasan secara fisik dan pengabaian pada anak menyebabkan masalah medis, sosial dan hukum. Apa yang termasuk ke dalam kekerasan pada anak sulit untuk ditentukan, karena sering mustahil untuk memutuskan apakah seorang anak tersebut terluka secara disengaja atau tidak sengaja.

Definisi Seorang anak yang mengalami kekerasan adalah anak yang secara sengaja mendapatkan luka mental yang serius, emosi, seksual, dan atau fisik yang diakibatkan oleh orang tua atau orang lain yang bertanggung jawab untuk mengasuh anak tersebut. Beberapa negara bagian memperluas definisi ini dengan memasukkan perihal kelaparan. Negara bagian yang lain memasukkan pengabaian moral dalam definisi kekerasan anak. Yang lain menyebutkan pergaulan asusila; membahayakan moral anak; dan menempatkan anak pada tempat yang reputasinya buruk atau bergaul dengan gelandangan/tunawisma, orang jahat atau orang tunasusila. Kekerasan seksual juga dihitung sebagai bagian dari pengabaian dalam undangundang hukum di beberapa Negara bagian. Anak yang mengalami kekerasan umumnya ditentukan umurnya dibawah 18 tahun yang orang tuanya atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab untuk mengurusnya melakukan hal berikut ini: menimbulkan atau mengizinkan anak tersebut menderita, luka fisik yang disengaja artinya menyebabkan atau menimbulkan resiko kematian, penodaaan serius atau berlarut-larut, gangguan kesehatan fisik atau emosi yang berkelanjutan atau kecacatan yang berlarut-larut atau gangguan fungsi salah satu organ tubuh atau melakukan atau mengizinkan untuk terjadinya kekerasan, kejahatan seksual terhadap anak; dan atau membolehkan, mengizinkan atau mendorong anak terlibat dalam aksi yang dianggap melanggar hukum. Undang-undang kekerasan terhadap anak telah dibuat di kebanyakan negara bagian untuk memfasilitasi kebebasan masyarakat untuk turut berpartisipasi membuat laporan yang jujurdan baik akan adanya dugaan kekerasan pada anak. Juga banyak negara bagian yang menyediakan jaminan kekebalan terhadap tindak kejahatan. Negara bagian New York menyediakan :

Jaminan bagi seseorang , pegawai negri, atau institusi yang berpartipasi dalam membuat laporan yang jujur,, mengambil gambar atau memindahkan atau menjaga, terhadap kejahatan yang mungkin di dapat akibat dari tindakan di atas. Meskipun negara bagian yang tidak menyediakan kekebalan, seseorang yang membuat laporan akan adanya dugaan kekerasan pada anak akan

dijamin dari tindak kejahatan. Hukum negara bagian biasanya menetapkan orang-orang ( misalnya dokter, perawat dan pekerja sosial) seperti apa yang di wajib kan melaporkan dugaan kekerasan pada anak yang datang pada mereka dalam kapasitas sebagai pihak yg berwenang . di beberapa negara bagian ketidakmampauan melaporkan kasus dugaan kekerasan pada anak membawa ancaman hukuman kriminal untuk kerusan yang di hasilkan dari kegagalan tersebut

Pelaporan kekerasan Sekarang ini , semua negara bagian telah membuat undang undang untuk melindungi anak anak dari tindak kekerasan, individu individu tertentu yang tidak bertanggung jawab untuk melaporkan kejadian pada anak tetepi melaporkannya akan di lindungi. Undang-undang kekerasan pada anak bisa atau tidak menyebabkan ancaman hukum untuk kegagalan pelaporannya. Mereka yang berada di tempat pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab untuk melaporkan atau menjadi pelopor pembuatan laporan ketika mereka memiliki cukup alasan untuk menduga adanya kekerasan pada anak yang telah terjadi termasuk berikut ini: pengelola, dokter/tabib, dokter rumah sakit, petugas registrasi, orang yang menyembuhkan penyakit dengan pengobatan tulang punggung (dukun patah), petugas pelayanan sosial, psikolog, dokter gigi, ahli osteopati, ahli kaca mata, ahli penyakit kaki, professional kesehatan mental, dan relawan di perumahan.

Menemukan Tindak Kekerasan Individu yang melaporkan kekerasan pada anak sepatutnya waspada terhadap petunjuk fisik dan prilaku kekerasan dan penganiayaan yang muncul ssbagai bagian dari pola kekerasan (misalnya luka memar, luka bakar, patah tulang). Untuk mengulang petunjuk kekerasan dan penganiayaan, pelapor tidak harus sepenuhnya merasa yakin bahwa kekerasan dan penganiayaan terjadi sebelumnya. Agaknya, kekerasan dan penganiayaan harus dilaporkan kapanpun diduga telah terjadi, berdasarkan adanya tanda kekerasan dan penganiayaan dan mengasah pengalaman dan latihan pelapor. Petunjuk prilaku termasuk, tetapi tidak dibatasi, pokoknya mengurangi fungsi psikologis atau intelektual, kegagalan untuk tumbuh, tidak ada kendali terhadap gangguan, rangsangan menghancurkan diri sendiri, menurunnya kemampuan utnuk berpikir dan memberi alasan, tindakan berlebihan dan kelakuan yang buruk, kebiasaan membolos di sekolah.

Kerusakan seperti itu mesti sudah jelas diakibatkan keengganan atau ketidakmapuan seseorang bertanggung jawab untuk menjaga anak tersebut.

Pelaporan yang baik-terpercaya Setiap laporan dugaan adanya kekerasan pada anak harus dibuat dengan baik-terpercaya bahwa fakta yang dilaporkan benar adanya. Definisi benar-terpercaya digunakan pada undangundang kekerasan pada anak dapat bervariasi di suatu negara bagian dengan negara bagian yang lain. Namun, ketika evaluasi yang dilakukan dokter selaku penyelenggara kesehatan mengindikasikan penyebab yang beralasan untuk mempercayai luka pada anak bukanlah aksidental/tidak disengaja dan dokter tidak bertindak hanya berdasarkan keinginannya semata untuk mengganggu, melukai, atau mempermalukan orang tua pasien. Undang-undang umumnya mengatur ketika seseorang menghadirkan anak yang mendapatkan kekerasan atau diduga mendapatkan kekerasan, maka pegawai harus menganggap laporan tersebut serius. Undang-undang lainnya menetapkan laporan lisan dibuat segera kemudian diikuti laporan tertulis. Petugas pelayanan kesehatan diharapkan tidak berbohong dalam membuat laporan dugaan kekerasan pada anak. Pada sebagian besar negara bagian telah mengatur ancaman hukuman yang bervariasi untuk pengabaian melaporkan dugaan tindakan kekerasan pada anak. Misalnya New York menetapkan: 1. Setiap orang, pegawai negri, institusi diharapkan melaporkan kasus dugaan kekerasan pada anak atau penganiayaan. Bagi yang mengabaikan hal tersebut dianggap bersalah dan melanggar hokum. 2. Setiap orang, pegawai negri, atau istitusi diharapkan melaporkan kasus dugaan kekerasan dan penganiayaan anak. Bagi yang mengetahui dan lalai melaporkannya akan dikenakan sanksi atas kerugian yang disebabkan kelalaian tersebut.

Kebebasan dan Pelaporan yang baik-terpercaya Sangat sedikit anak kecil dan orang tuanya yang bereaksi atas kerugian yang didapat dari dokter yang salah mendiagnosa penyakit dan melaporkan kekeliruan kekerasan pada anak dalam kasus Awkerman versus Kelompok ortopedi tiga-wilayah. Pengadilan daerah Wayne mengabulkan mosi dokter untuk beberapa putusan dan penggugat mengajukan banding.

Pengadilan Banding Michigan menetapkan undang-undang pelaporan kekerasan pada anak akan menjamin kekebalan bagi orang yang melaporkan kekerasan tersebut meskipun laporan tersebut dibuat karena kesalahan diagnosis dari penyebab patah tulang pada anak yang sering terjadi, yang biasaya didiagnosis osteogenesis imperfect (pertumbuhan tulang yang tidak sempurna). Pengadilan banding juga menetapkan bahwa rasa malu dan penghinaan akibat laporan tersebut tidak akan pulih. Kebebasan tersebut tidak termasuk pada kasus malpraktek yang telah dihasilkan dari kesalahan diagnosis akan penyakit anak selama pengabaian.

ULASAN BAB 1. Kekerasan pada pasien adalah penganiayaan atau pengabaian seseorang yang berada dibawah perlindungan organisasi kesehatan. Kekerasan tidak terbatas pada institusi saja dan bisa terjadi di rumah seperti di institusi. 2. Kekerasan punya berbagai macam bentuk. Dapat berupan kekerasan fisik, psikologis, medis, financial/keuangan, dll. Tidak selalu mudah mengenalinya karena luka sering diakibatkan hal yang lain. 3. Orang yang lanjut usia sering lalai melaporkan kejadian yang sarat kekrasan karena mereka takut adanya balas dendam dan tidak dipercaya. 4. Tanda-tanda kekerasan termasuk Kematian yang tidak dapat dijelaskan sebabnya atau yang tidak terduga; berkembangnya luka akibat tekanan(ulkus dekubitus); pengobatan yang berlebihan dan penggunaan sedasi di tempat yang banyak perawat; terjadinya patah tulang; ledakan emosi yang tiba-tiba dan tidak terduga, agitasi, atau menarik diri; luka memar, bilur, perubahan warna, luka bakar dan yang lainnya; rambut yang tercabut dan atau perdarahan dibawah kulit kepala; dehidrasi dan atau malnutrisi tanpa adanya hubungan dengan penyakit terkait; Ragu-ragu untuk bicara lebih terbuka; cerita yang mustahil; aktivitas yang tidak biasa terhadap rekening bank. 5. Para pemerthati yang menduga adanya kekerasan diharapkan melaporkan temuan mereka. Gejala dan keadaan yang diduga kekerasan harus didefinisikan secara jelas dan objektif. 6. Kekerasan pada usia lanjut tidak sering dilaporkan dari pada kekerasan pada anak.

7. Seorang anak yang mengalami kekerasan adalah anak yang secara sengaja mendapatkan luka mental yang serius, emosi, seksual, dan atau fisik yang diakibatkan oleh orang tua atau orang lain yang bertanggung jawab untuk mengasuh anak tersebut. 8. Banyak Negara bagian telah membuat berbagai undang-undang tentang kekerasan pada anak untuk menyediakan kebebasan dan kekebalan masyarakat yang berpartisipasi dan membuat laporan secara benar-terpercaya terhadap dugaan adanya kekerasan pada anak. 9. Seseorang yang melaporkan kekerasan pada anak harus waspada terhadap petunjukpetunjuk fisik dari kekerasan dan penganiayaan yang biasanya muncul dengan pola (misalnya luka lebam, luka bakar, dan patah tulang).

PERTANYAAN 1. Berdasarkan ulasan kasus pada bab ini, diskusikanlah kenapa pasien sering berulang kali mengeluh tentang pelayanan kesehatan 2. Ketika penyedia pelayanan kesehatan melaporkan adanya kekerasan, haruskah pendakwa mengetahui identitas yang dituduh? Jelaskan jawabanmu 3. Haruskah penyedia pelayanan kesehatan diberi sanksi jika terbukti laporannya salah? 4. Diskusikan persoalan etik dan hokum tentang kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai