Anda di halaman 1dari 21

Bebicara tentang kebudayaan Indonesia, tentu sulit sekali, tetapi sebenarnya inilah yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia

yang diwarisi nilainilai luhur nenek moyang. Untuk itu perlu dikaji sub-sub kultur yang terdapatdi tanah air mi. Budaya kedaerahan yang mempengaruhi masingmasing suku dalam khazanah budaya Indonesia yang kaya mi dapat dirumuskan. Inilah yang disebut oleh Mpu Prapanca pada beberapa abad yang Iau sebagai Bhineka Tunggal Ika Tan Hanna Mangrwa Budaya kedaerahan yang akan penulis uraikan berikut, baik yang bersifat kawula gusti maupun yang bersifat partisipan, pada satu sisi masih akan ketinggalan dalam menggunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab di bidang politik, yang disebabkan oleh isolasi dan kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, nepotisme, pnimodialismedan feodalisme. Namun bukan berarti kita berniat menggugurkan ciri ash kedaerahan. Pelestariannya tetap dijaga namun diseimbangkan dengan semangat nasionalisme, sebagaimana keseimbangan SiIa Ketiga dan Keempat Pancasila itu sendini. 1. Budaya Politik Jawa Budaya pohitik kawuia gusti sebenarnya dapat dikaji dan etika Jawa, yang terkenal tabah tetapi ulet. Mereka memang sudah sejak dulu terpatri dalam kromo inggil yang ternukil dalam berbagai falsafah hidup. Misalnya dalam kepasrahan menghadapi tantangan hidup, mereka menyebut nrimo (menenima dengan pasrah). Sebahiknya dalam meniadakan kesombongan bila memperoleh keberuntungan, mereka memakai istilah ojo dumeh (jangan mentang-mentang). Bila menghormati orang yang dituakan, lalu mengangkat seluruh jasajasanya untuk dicontoh dan membenamkan dalam-dalam apa yang keliru diperbuat oleh tokoh tersebut supaya tidak terulang lagi disebut mikul dhuwur mendem jero (memikul tinggi-tinggi, mengubur dalam-dalam). Untuk meningkatkan kebersamaan dan kekeluargaan mereka beristilah mangan ora mangan pokok-e kumpul(makan tiak makan yang penting berkumpul). Dalam memantapkan pekerjaan agartehiti dan berhati-hati walau pun

kemudian memerlukan waktu, mereka beristilah alon-alon waton kelakon (pelan-pelan asal tercapai).

Di Indonesia, kebudayaan secara etimotogi berasal dan kata Sansekerta yaitu buddhayah bentuk jamak dan kata budihi (akal) sehingga dikembangkan menjadi budi-daya, yaitu kemampuan akal budi seseorang ataupun Kelompok manusia. beberapa pakar memberikan definisi tentang kebudayaan ini, yaitu antara lanin: menurut konjaran ningrat: kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. menurut Mohammad Hatta: suatu bangsa . Menurut zoet mulder : kebudayaan adalah perkembangan terpimpin oleh manusia budaywan dari kemungkinan-kemungkinan dan tenagatenaga alam terutama alam manusia, sehingga ia merupakan satu kesatuan harmonis (culture is the dos deredelike means geleide ont wikkeling fant mogelic heden en krachten der natuur, fooral de menselickke natuur zodat zi een harminsh geeho formen). Kebudayaan dekat kaitannya dengan ilmu-ilmu seperti sosiologi,

antropologi dan psikologi, terutama karena membicarakan tentan fenomena masyarakt, tetapi dalarn membicarakan tentang Politik socara luas, aan merupakan faktor yang sangat penting karena mengkaji berbagai laku seseorang ataupun sekelompok orang (suku) yang orientasinya entang kehidupan bemegara,

penyeienggaraan administrasi negara, merintahan, hukum, adat istiadatdan norma kebiasaan yang berjaan, iikerjakan, dan dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap serta dicampurbaurkan dengan prestasi di bidang peradaban. Berbicara tentang kebudayaan Indonesia, tentu sulit sekali, tetapi sebenarnya ini;lah yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang diwarisi nilainilai luhur nenek moyang. Untuk itu perlu dikaji sub-sub kultur yng terdapat ditanah

air ini budaya kedaerahan yang mempengaruhi masing-masing suku dalam hasanah budaya Indonesia yang kaya ini dapat dirumuskan. Inilah yang disebut oleh empu prapanca pada beberapa abad yang lalu sebagai bhineka tunggal ika thanna manroa

Budaya kedaerahan yang akan penults uraikan berikut baik yang bersilat kawula gustit, maupun yang bersifat partisipan pada satu sisi masih akan ketinggalan dalm menggunakan hak dan dalam memikul tanggurg jawab di bidang politik. Yang disebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan ,ciopoti5rne.

prrnodtalicrne dan feodalisme) Namun bukan berarti kita berniat menggugurkan cirri asli kedaerahan. Pelestariannya tetap dijaga namun keseimbangan dengan semangat nasionalisme, sebagaimana keseimbangan sifat ketiga dan keemat pancasila itu sendiri. 1. Budaya Politik Jawa Budaya politik kawulo gusti sebenarnya dapat dikaji dari etika jawa yang terkenal tabah tetapi ulet. Mereka memang sudah sejak dulu tertempa dalam ckromo inggil yang tornukil dalam berhagai falsafah hidup. Misalnya dalam kepasrahan menghadapi tantangan hidup, mereka menyebut nrimo (menerima dengan pasrah. Sehaliknya dalam meniadakart kesombongan bila mernperoleh keberuntungan. mereka memakai istilah ojodumeh(jangan mentang-mentang). Bila menghorrnati onang yang dituakan, lalu mengangkat seluruh jasajasanya untuk dicontoh dan membenamkan dalam-dalam apa yang keliru diperbuat oleh tokoh tersebut supaya tidak terulang lagi disebut mikul dhuwur rnendem /ero (memikul tinggi-Jinggi, mengubur dalam-dalam). Untuk meningkatkan kebersamaan dan kekeluargaan mereka beristilah man gan ora mangan pokok-e kumpu!(makan tidak makani yang penting berkumpul). Dalarn memantapkan pekerjaan agarteliti dan berhati-hati walau pun kemudian memenlukan waktu, meneka beristilah alon-alon waton kelakon (pelan-pelan asal tencapai).

Dalam

merendahkan

diri

dan

mengurangi

kesewenang-wenangan

bertindak, walaupun terhadap bawahan sekalipun, mereka mereka member istilah, ouno yo ngono, ning ojo ngono. Hal ini sejalan denga usaha bertatakrama walau pun terhadap pihak yang retah dikatahkan. mereka memeri istilah ngluruk tanpa bolo, digdaya tan pa aji-aji menang tanpa ngasorake). dalam politik orang jawa relatif lebih meeredah dibanding suku-suku lain ct: donesia, yang terwujud dan bagaimana cara mereka memasang kris orang Bugis-Makasar, Minang kabau , Baanjarmasin dan Aceh masing-masing menyelipkan badik, keris, Mandau dan rencong mereka pada dada dan perut di depan, maka orang Jawa menyinpn kerisnya di punggung ang). agar tampak tidak mengancam. tanya mungkin ada yang menilai kurang jantan.itulah sebabnya dalam politik orang jawa lebih senang berkelahi dari belakang dari pada berhadap-hadapan 2. Budaya Politik Minangkabau Budaya politik partisipan sebenarnya dapat dikaji dari Ranah

Minangkabau, mengapa

orang Padang terkenal ulet lidah dan tidak mau

mengalah karena dalam kehidupan, mereka sudah sejak dulu rnempunyai nandangan tentang filsafat hidup , termasuk dalam hal perpolitikan. dalam mempertahankan gengsi, kewajiban dan persamaan derajat, mereka nengatakan tagak samo tin ggi, duduak samo randah (berdiri/tegak sama tinggi, duduk sama rendah). Begitu pula dalam mengelola kehidupan mereka berpedoman : nak mulia batabua urai, nak tuah tagak di nan manang, nak cadiak sun gguah baguru, nak kayo kuek mancari agar menjadi oan ,ang mulia beriakulah yang balk, ingin maju tetadanilah orang yang teld unmasil, ingin pintar belajar sungguh-sungguh, ingin kaya harus kuat/ulet berusaha). Untuk pemanfaatan tenaga kerja, mereka mengatakan bahwa, nan ambuih lasuang, nan pakak paiapeh badia, nan /urnpuah pauni an bin guang disuruahuruah, nan kuek pamhao be ban, nan cadiak rundiang (yang buta menghembus lesung, yang tuli pelepas bedil/menembak, yang lumpuh penunggu rumah, yang

menganggur untuk disuruh-suruh yang kuat pembawa beban/barang, yang pintar untuk lawan beruriding). Hal ini sejalan dengan peredaman emosi antuiast yaitu mamanjang serantang tangan, mamikua sakuek bahu, malampek saayun langkah, bakato sepajang aka (memanjang serentang tangan, memikul sekuat bahu, melompat seayur langkah, berkata sepanang akal). Bagi penyesuaian diri mereka berpedornan pada bakato di bawah-bawah, mandi di ilia-ilia(berkata di bawahbawah, mandi di hilir-hilir), sehingga tepat dengan usaha mempertahankaii pninsip, yaitu baa di urang baitu pub di awak, talanjuak ?uruih kalingkiang bakak (bagaimana halnya padaorang begitu pula pada kita, telunjuk lurus kelingking berkait). Penggambaran posisi pemimpin pemerintahan diibaratkan pohon beringin. Yaitu daun tampek berlinduang, batang nyo tampek basanda , dahannyo tampek begantuang ureknyo tampek baselo (daunnya tempat berlindung, batangya tempat bersandar, dahannya tempat bengantung akarnya tempat bersila). namun demikian tetap diPerlukan instropeksi diri sebagai berikut: kok kayo urang indak ka maminta, kok cadiak urang indak .kabatanyo, kok kuek urasg indak ka balinduang, kok bagak urang indak ka baparang (jika kaya orang tidak akan meminta, jika pintar/cerdik orang tidak akan bertanya, jika kuat orang tidak akan berlindung, jika berani orang tidak akan berketahi/ berperang). Dalam hubungan dan komunikasi politik mereka berpedoman duduak surang basarnpik-sampik, duduak basamo balapang-lapang (duduk sendin bersempi-tsempit, duduk bersama berlapang-lapang). Itulah sebabnya setelah kekalahan dalam peristiwa PRRI orang awak mi sangat berhati-hati dalam menjalin hubungan antara pemenintah daerah dengan pemerintah pusat. 3. Budaya Politik Sunda Dalam kisah leluhur Sunda beredar cerita Dayang Sumbi yang identikdengan kisah Odhipus Complex di Yunani Kuno. Bedanya di Sunda Iebih ditekankan pada kecantikan sang ihu yang senantiasa terawat tubuhnya. Sampai saat ini kebiasaan memakan daun-daunan segar masih kental di Jawa Barat yang

disengaja atau pun tidak herdampak positil untuk perawatan kulit. Namun demikian data lain memperlihatkan bahwa kawin cerai, membuang anak, serta perebutan harta warisan paling tinggi ditemukan di daerah ini. Istilah-istilah dalam perkawinan seperti nyalindung ka gelung

(berlmndung kepada istni) atau pun manggih kaya(numpang kaya) dijadikan sindiran untuk memperlihatkan bahwa unsur matenialistis menjadi rujukan utama. itulah sebabnya perkawinan muda usia masih sering ditemui. Karena rawannya usia tersebut dalam mengenal arti kehidupan perkawinan, maka Di beberapa daerah penulis menemukan seorang kepaa dsa memihki stn ampai enambelas orang. Keinginan seorang bu untuk rnerelakan anak gadisnya dipersunting menjadi istri muda kesekLin, adalah karena motivasi iar.t erta keterlindungan materi. Solihin GP mantan Gubernur jawa barat, sempat melontarkan dalam satu pertemuan, bahwa masayrakat sunda itu cengen sifatnya. Sementar itu rusadi kanta prawira dalam wawncaranya dengan televise mengkhawaturkan terabsorsinya budaya sunda oleh budaya lain. Menurut penulis, budaya sunda cukup berpengaruh, bahkan islam yang dianut mayoritas penduduk sunda cendrung terpengaruh oleh budaya sunda ketimbang sebaliknya. Dalam penyelenggaraan politik pemerintahan. baik di tingkat pemerintahan daerah maupun pemerintahan Kecamatan samat k desa-desa, terjadi hubungan akrab antara birokrat stempat dengan rakyatnya, bahkan tidak jarang dalam pestapesta rikyit masirakat menyuguhkan tartan aipong dan para ronggeng dan pesnien kepadapada para aparat pemerintah. Kalau di Irian Jaya tauannya rnengandalkan hentakkan kaki sesuai degug jabntung masyarakat tradisional, maka sudah bukan rahasia umum lagi, tarian jaipong mengekspos liuk pinggang, goyang pingtul dan buah dada. Bahkan pererian diskan lewat kutang (beha) atau hihir sehingga berkonotasi godaan seks.

Kirena pengkultus-individuan masyarakat Sunda terhadap pemerintahinilah di tanah Parahyangan jarang terjadi krittk pada pemerintah termasuk dewan perwakilan rakyatnya, dengan beirtu pemerintah melenggang dengan mulus ke puncak korupsi mereka dan rakyat merestutnya dalarn .keadaan setengah hati. 4. Budaya Politik Bugis-Makassar Sebenarnnya antara suku Bugis dan suku Makasar terdapat perbedaan, namun nnya lebih besardaripada perbedaannya sehingga dalamtulisan ni ;olongkan dalam satu kategori. Sebagai pelaut, suku Bugis dan mi cukup bertebal muka dalam pergaulan; namun andai kata lebih akan berakibat lebih fatal. Hal ini karena mereka memiliki budaya siri, sebagai penebusan rasa keters:nggungan, bila harga harkat keberadaan drininya terinjak Misalriya dalarn menjaga anak perawan mereka. Siri dapat berakibat hilangnya nyawa orang lain, untuk itu tidak diperlukan pandai bersiat karena tantangannya adlah duel dalam sarung (dengan badik terhunus- jadi keahlian silat tetap beresiko bagi pelakunya. Di bidang politik maka suku Bugis-MakaSSar ini tepat mengisi posisi legislatif karena kemampuan dan keberaniannya dalam berbantahan. Tetapi bila masyarakat bugis masyarakat bugis makasar merantau meninggalkan negerinya keakraban bagi mereka yang berada dirantau di rantau orang lalu rnuncul rasa kekeluargaat yng mendalam, dan mereka memang memiliki rasa segan terhadap yang dituakan resikonya sulit mengusut korupsi dikalangan mereka yang memeiliki hubungan kekerabatan. 5. Budaya Politik Manado Masyarakat manado paling moderat disbanding dengan suku-suku lain di indonesia. Hal inilah yang membuat orang-orang Manado lebih demokratis kenmhang suku-suku lain. Kawanua berarti kekerabatan konco atau masyarakat paguyuban Manado sendiri. Di daerah ini eksistensi kaum wanita sudah sejak dun dihormati; karena haknya, kaum wanita dipandang terbuka, bahkan sedikit genit bagi sementara masyarakat Indonesia lainnya.

Namun dampak positifnya setiap persahabatan yang dilakukan dengan orang-orang manado jarang dipecundangi karena tidak pernah di daerah ini ada istilah menohok kawan ceirng. Hampir mirip dengan masyarakat Bali yang memilik organiasi Subak, maka di Manado kegotongroyOngan dikenal dengan istilah mapalus\. Kasih sesama manusia dan kekerabatan yang diuraikan di atas banyak berperangkat dan ajaran Knistiani yang menyebarkan kasih kepada semua pihak. Di samping 1W dalam men ingkatkan surnber daya manusia, yang dalam istilah Manado, Samuel Ratulangie memberi sebutan si tou timou turno ton , terrmaksud untuk hidup dan kehidupan ini pada dasarnya adalah untuk menghidupkan rnanusia itu sendiri; ladi inilah dasar hak asasi manusia yang perlu dicontoh sisi positifnya. Legenda kuno Manado mencatat bahwa daerah mi pernah dipimpin dan dikuasai oleh mayonitaS kaum wanita; hal inilah yang membuat kaum wanitahal inilah kaum wanita didaerah ini cenderung cekatan dalarn persaingan hidup dan kehidupan. ka politik tidak dapat dituduhkan pada daorah mi dengan frontal, rus mengkaitkannya dengan keberadaan kasih itu sendiri, karena mereka juga mempunyai suatu harga diri bahkan cendrung berestetika secara melan kolis dalam menghadapi berbagai gejala dan peristiwa politik. 6. Budaya Politik Aceh Orang aceh lebih suka dikatakan sebagai penjahat ketimbang dinilai telah meninggalkan agama islam karena sudah begitu terpatri dalam darah daging budaya aceh Masyarakat aceh cukup eksis dalam hidupnya serta memiliki

ketersinggungan jiwa yang sensitive. Berkenaan dengan hasrat hati masyarakat aceh dalam menantang perjuangan dengan gigih mereka bersendi pada istilah det euron dan rumoh neugda ngcn ddrah rnaksudna: kalau turun dari rumah angan harapkan pulang nama, tetapi harus tetap pulang darahm. Hal ini dekat dengan ayat Al Quran yang rnenkatakan Faa-izza azamta fatawakal allaah

ariinya, apabila engkau telah membulatkan tekat maka serahkanlah kepada Allah SWT). sejarah memang telah rnembuktikan perjuangan rakyat Aceh melawan penjajahan Belanda. Kaum kolonialisme begitu sukar menembus daerah ini kecuali mengelabuhi para syuhada Seramhi Makkah ini. Namun demikian, sebagai akses dan keuletan rnasyarakat daerah ini, lalu tampak eksistensialis ketimbang TataIisme jihad diperlukan lebih mutlak ketimbang sufisme, bahkan tariannya saja alat genderang hampir tidak diperlukan karena cukup memukul dada. Di kampung-kampung tidak ditemui rumah ibadah agama lain selain masjid, tetapi untuk memusnahkan ganja pemerintah harus campur tangan. Untuk itu dalam penyelenggaraan polilik diperlukan pendekatan religi. Narnun sayang rasa kecewa aceh sudah bertimbun sehingga mereka tidak lagi herharap untuk menerima Undang-undang Nangroe Aceh Darussalam. budaya Politik Papua hubugan (komunitas) di daratan Irian Jaya (Papua) sangat sulit karena beratnya medan yang akan ditalui. Karena itu dalam perkembangan budaya kedaerahan sangat memiliki perbedaan satu sama lain. Sehagai contoh dapat dilihat dan banyaknya bahasa daerah di wilayah ini, sebab masing-masing daerah, lokasi, suku, tempat, dan ain-Iainnya itu, mengembangkan bahasa ibunya masingmasing yang sulit dipengaruhi daerah lain karena hubungan yang terputus. Namun demikian budava yang hampir sama pada sebagian besar orang irian jaya adalah keras hati dan gengsi, dengan begitu tidak akan tampak sikap merunduk orang, Irian dalam hormat menghormati. Dampak positifnya, bila orang irian memegang jabatan, mereka akan dengan mudah mempertahankan wibawa dan karisrnanya masing-masing. hahkan cendcrung kurang membuka aib. Pada kesumpatan lain yang urnum terjadi, bila seorang perjaka sudah meminang seorang wanita pujaan hatinya, dan ditolak oleh calon metua biasanva dikenal dengan istilah bapa mantu maka akan berekses kawin Iari, karena gengsinya menanggung celaan penolakan tersebut. Karena itu pula, calon

penyelenggaraan pelayanan pemerintahan. para aparat pemenintah. tidak dapat rnengobral janji-janji muluk yang sulit untuk dipenuhi. Terjadinya berbagai gerakan separatis di daerah ini, bukan karena tujuan politik semata tetapi kanrena adanya rasa tidak terpakai dalam pemerintahan sehingga menimbulkan rasa gengsi terrhadap kemampuannya yang sebenarnya dan ingin serta perlu untuk rnembuktikannya. Itulah sebabnya gerakan-gerakan tensebut selama ini tidak pernah terealisasi untuk bersatu dalam pulau yang luas. Pemuda pemudi irian jaya tidak sedikit yang berpendidikan tinggi walau pun berasal dari pedalaman sekali pun. Banyak di antaranya yang telah mencapai gelar tertinggi keilmuan. lnilah bukti lain dari keras hati dan gengsi itu sendiri. 8. Budaya Politik Batak Orang Batak tenkenal (paling eksistensialis) dalam menantang hidup dan kehidupan ini, sehingga di kalangan anak-anak muda dikenal istilah Batak Tembak Langsung (BTL). Maksudnya, seorang yang tinggal di pedalaman Sumatera Utara, tidak perlu harus lewat Medan untuk menuju Jakarta atau pun luar negeni sekali pun. Dalam mengemukakan pendapat, orang Batak cenderung spontan tanpa tedeng alingaling, sehingga demokrasi dalam pembangunan politik akan berkembang pesat apabila mengikuti tradisi putra Batak, terutama dalam penyenggaraan poitik di negara tercina ini. Istilah yang paling lazim di sampaikan dalarn pembicaran sehari-hari adalah ise nan mangator nagairaon . Sedangkan terhadap pihak yang dianggap sudah akrab mereka menyebut halak kitasebagai persaudaraan, di samping Iai Kalau tidak akrab sekali dengan mereka, sulit untuk menembus adat batak ini karena antar mereka terjadi kawin-rnawin yang mengentalkan kekerabatan (ada 4 adat

penkat dalam peminangan perkawinan yaitu upasuhu, upa jalobara, upa tulang, dan upa pariban. Apabila tidak terpenuhi mengakibatkansirang ala sinamiot 9. Budaya Politik Bali Unsur kehidupan masyarakat dan kebudayaan di bali, berkernbang seiring dengan berkembangnya unsur-unsur yang berasal dari budaya agama Hindu jawa terutarn berasal dari perluasan pengaruh kekuasaan Singosari dan majapahit. Hal ini tampak

dalam tradisi seperti adanya tokoh pedanda, nama-nama yang menunjukan kasta, upacara pembakaran mayat, berbagai tari dan arsitektur bermotif Hindu. ini berpenaruh pula dalam kehidupan politik. Naman kernudian terladi perkembangan budaya Bali menjadi tradisi modern seiak kemerdekaan Republik Indonesia. Ditambah pula oleh banyaknya wisatawan asing dan domestik yang masuk ke Bali. Sehingga pendidikan dan budaya serta pengaruhpengaruh masa kini telah banyak membawa perubahan, terutama dalam sistem pelapisan kasta. Tetapi yang paling penting dalam kehidupan sosial masyarakat Bali adalah adanya asas gotong rovong, baik sehagai nilai budaya maupun dalam sistern perilaku. Gotong- royong telah menjadi landasan dari berbagai bentuk kegiatan sosial di Bali, sehingga tampak sangat menggerakkan kehidupan kekerabatan dan kornunikasi masyarakat Bali. Bentuk gotong royong tersebut diberi berhagai istilah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh yaitu: 1. Ngoupin (gotong royong antar-individu atau keluarga). 2. Ngedeng (gotong royong antar-perkumpulan) 3. Ngayah (gotong royong untuk keperluan agama) ttulah sebabnya masvarakat Bali relatif jauh dari keinginan untuk memisahkan diri dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia, rasa kegotong-royongan mereka terbentuk dari budaya mereka sendiri, kendati kesempatan untuk hal tersebut rnemungkinkan melihat potensi pariwisata yang mereka miliki. Bayangkan betapa banyaknya para turis dari manca negara yang mengatakan bahwa see Bali beforeyour die artinya bila meninggal orang perlu mendambakan surga maka sebelum mati orang perlu mendambakan Bali. Sayang keberadan kasta yang sebenarnya adalah untuk menentukan tingkat pehamahaman seseorang umat Hindu terhadap agamannya disalahartikan. seorang dari kasta brahmana bila melahirkan anak seorang yang berbakat dagang seharusnya tidak perlu diberi kasta Brahmana tetapi adalah kasta weisya, bukan ikut seperti

ayahandanya yang memiliki perbedaan pengalaman makan asam garam keduniawian ini. dengan begitu tingkat Moksah seseorang terasa jauh bedanya. D. Anatisa Politik Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa Budaya Indonesia begitu beragam mulai dari Sabang sampai merauke dan ini bukan hanya persoalan budaya saja tetapi juga berbhineka ragam agama, pulau, bahasa kedaerahan, dan lain lain. Oleh karena itu para pendiri republik ini (founding fathers) duIu menciptakan konstitusi yang begitu integralistik sehingga resikonya Undang-Undang Dasar 1945 selain menciptakan multi tafsir yang dapat dimanfaatkan para penguasa eksekutif, juga akan menimbulkan kuatnya kekuasaan eksekutit karena dianggap pada kekuasaan eksekutif yang kuatlah persatuan dan kesatuan dapat diwujudkan untuk

mengantisipasi kebhinekaan yang diuraikan tersebut di muka. Sebagai contoh dapat dilihat bahwa begitu Presiden Soekarno mengumumkan dekrit (kembati ke UUD 1945) maka ketiranian orde lama pun dimulai sejak saat itu, begitu pula ketika Presiden Soeharto mengumumkan bahwa orde baru adalah secara murni dan konsekuen kembali ke UUD 1945 maka membesarlah kekuasaan eksekutif. Dalam arti begitu legislatif dikebiri melalui multi tafsir yang menguntungkan ekskutif itu sendiri, legislatif tidak mempunyai posisi untuk mengkritik pemerintah.Dengan kesadaran bahwa waktu kedewasaan republik ini sudah tiba maka sejak reformasi dilakukanlah perubahan dengan pemberian amandemen kepada UUD 1945, namun Pembukaan UUD 945 tidak akan dilakukan perubahan sedikit pun karena memiliki tujuan negara dasar Negara. Jadi apabila pada masa orde baru MPR sebagai badan yang menurut UUD 1945 sendiri berhak merubah dan mereka tidak berkedak untuk merubahnya, maka yang dimaksud adalah untuk tidak merubah pembukaan UUD 1945 itu sendiri. Lebih jauh dari pada itu segolongan anggota MPR yang melemparkan isu mengganti UUD 1945 dan Pancasila karena keduanya bukanlah kitab suci yang perlu dipertanankan, maka pancasila sebagai bagian dari kaidah dasar Negara (state

fundamental norm) sudah barang tentu tidak terlalu jauh dari keinginan membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri. Untuk topik ini akan penulis uraikan sendiri dalam kesempatan lain karena sebagai agama sudah membicarakan bagaimana munculnya rasa kebangsaan pada diri setiap individu. E. Pemilihan Umum Di indonesia telah berulang kali melangsungkan Pemilihan umum yang disebut sebagai pesta demokrasi Pancasila Rakat Indonesia. Baik sewaktu orde lama, orde baru, dan reformasi baru-baru ini. Umumnya ada dua sistem pelaksanaan pemilihan umum yang dipakai, yaitu sebagai berikut: 1. System Distrik System diselenggarakan berdasarkan lokasi daerah pemilihan, dalam arti tidak membedakan jumlah penduduk, tetapi tempat yang sudah ditentukan.jadi daerah yang sedikit penduduknya memiliki wakil yang sama dengan yang padat penduduknya. Oleh karena itu sudah barang tentu banyak jumlah suara yang akan terbuang di satu pihak tetapi malahan menguntungkan pihak yang renggang penduduknya. Tetapi karena wakil yang akan dipilih adalah orangnya Iangsung, maka akrab dengan wakinya (personan stelsel). Satu distrik biasanya satu wakil (single member constituency). 2. Sistem Proporsional Sistem ini didasari jumlah penduduk yang akan menjadi peserta pemilih, misalnya setiap 40.000 penduduk pemilih memperoleh satu wakil (suara berimbang), sedangkan yang dinilih adalah kelornpok orang yang diajukan kontestan pemilu, yaitu para partai politik (multi member constituency) yang dikenal lewat tanda gnmhar (Iisten stelsel), sehingga wakil dan pernilih kurang akrab. Hal ini cukup adil dalam keseimbangan jumlah, hahkan sisi suara dapat digabung secara nasional untuk kursi tambahan, dengan demikian partan kecil dapat dihargai tanpa harus beraliansi, karena suara pernilih dihargai. Terapi resikonya banvak wakil

setoran dari pemerintah pusat karena adakalanya salah satu jurnlah yang mernenuhi syarat tidak memiliki wakil yang tepat. Setelah bangsa Indonesa memerdekakan diri dari kungkungan penjajahan, pada

tahun 1955 dilakukan pernilihan umum yang pertama, berhasil ikut dalam kesempatan tersebut adalah partai-partai sebagai benikut: 1 Patai Nasionl Indonesia (PNI) 2. majelis styura musliminIndonesia (Masyumi) 3. Nahdatul Ulama (NU) 4. Partai Komunis Indonesia (PKI) 5. Partai Syanikat Islam Indonesia (PSII) 6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 7. Partai Khatolik 8. Partai Sosnal Indonesia (PSI) 9. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (PKI) 10. Partar Islam Perti (Persatuan Tanbiyah Islamiyah) 11. PRN 12. Partai Buruh 13. GPPS 14. PRI 15. PPPPRI 16 Partai Murba 17 Baperki 18 PIR Wongsonegoro 19 Garinda 20 Permai 21 Persatuan Daya 22 PIR Hazairin 23 PPTI 24 AKUI

25 PRD 26 PRIM 27 Acoma 28 Partai R.Soedjono Prawiro Soedarmo Setelah pemilihan Urnum tahun 1955 pemerintahan orde lama tidak lagi melakukan pemilihan umum, bahkan legeslatif menyatakan Bung Karno sebagai presiden

seumur hidup, hal ini berakhir sampai kejatuhan Bung Karma setelah peristiwa G3OS/PKI. Pemerintah orde lama mempersiapkan pemilihan umum dengan matang, yaitu dengan mernasukkan ABRI dan Korpri dalam perpolitikan dalam keberadaan Gokar,. Berdasarkan DUD 1945 utusan daerah dan utusan golongan lebih jauh juga bernuansa Golkar, karena persiapan inilah pemilihan umum baru diselenggarakan pida tahun1971 Secara lengkap peserta pemilihan umum tahun 1971 adalah sebagai berikut: 1. Colongan Karya (Golkar) 2. Partai Nasional indonesia (PNII 3. Nahciatui Ulama (NU) 4. Partaj Katholik 5. PartaiMurba 6. Partai Syariat Islam Indonesia (PSII) 7. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) 8. Partai Kristen Indonesia 9. Partai Muslirnin Indonesia 10. Partai Islam Perti Dalam pemilihan umum tahun 1977 partai-partai politik ddigabung menjadi dua partai besar yaitu partai-partai Kristen seperti parkindo dan partai katolik ditambah PNI, murba, dan IPKI menadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sedangkan kumpulan Partai-partai Islam seperti NU, Parmusi, PSII, Perti menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Dalam Pemilihan umum tahuun 1982 tidak banyak perbedaan yang mencolok disbanding pemilu tahun 1977 sebelumya, hanya saja dalam Pernilu1987 para peserta pemilihan umum (kontestan) yang selama ini mernpunai cirri-ciri sepertil: 1. Ciri keislaman dan Idiologi Islam bagi Persatuan Pembangunan. 2. Ciri demokrasi kebangsaan (nasionalisme) bagi Partai Demokrasi Indonesia 3. Ciri kekaryaan dan keadilan social bagi Golongan Karya. Ditetapkan agar hanya mempergunakan satu-satunya azas yaitu Pancasila. Dergan demikian perlombaan pengaruh antar para kontestan dalam setiap pemilihan umum adalah hanya pada program kerja masing-masing saja. Golkar yang pada rnulannya disebut sehagai Sekretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya, lahir dari usaha untuk menggalang organisasi-organisasi masyarakat dan angkatan bersenjata, muncul satu tahun sebelum meletusnya Pemberonakan G 30 S/PKI), tepatnya Golkar lahir pada tanggal 20 Oktober 1964. Dan memang tidak dapat disangkal hahwa organisasi ini lahir dari pusat dan di abajabarkan sampai ke daerah-daerah. Di samping itu untuk tidak adanya loyalitas ganda dalam tuhuh Pegawai Negeri Sipil maka Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia) yang lahir tanggal 29 Noernber 1971 ikut rnenggabungkan diri ke dalam Golkar. Golkar inilah kemudian yang dijadikan kendaraan oleh Pak Harto untuk mendukung kekuasaannya selama 32 tahun, karena tidak ada satu pun kritik dan infra struktur politik ini yang berani mempecundangi dirinya. Setelah Pak Harto jatuh dan diganti oleh Prof. Dr. BJ. Habibie. Presiden RI ketiga ini melakukan berbagai perubahan di bidang politik, di antaranya mengeluarkan: 1. UU Nornor 2 Tahun 1999 tentaig Partai Politik. 2. UU Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. 3. UU Nomor 4 Tahun 1999 tentang MPR dan DPR Itulah sebabnya setahun setelah reformasi pemilihan umum dilaksanakan. Para pesertanya tidak lagi tiga konsestan tetapi membengkak lebih dari 100 partai politik yang telah diseleksi hanya 48partai dapat ikut dalam pemilu 1999, yaitu:

1. Patai Indonesia Baru 2. Partai Kristen Nasional Indonesia 3. Partai Nasional Indonesia 4. Partai Alians, Demokrasi Indonesia 5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia 6. Partai Urnat Islam 7. Partai Kehangkitan Urnat 8. Partai Masyumi Baru 9. Partai Persatuan Pembangunan 10. Partai Syarekat Islam Indonesia 11. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 12. Partai Abul Yatama 13. Partai Kebangsaan Merdeka 14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa 15. Partai Amanat Nasional 16. Partai Rakyat Demokratik 17. Partai Syarekat Islam Indonesia 1905 18. Partai Katholik Demokrat 19. Partai Pilihan Rakyat 20. Partai Rakyat Indonesia 21. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi 22. Partai Bulan Bintang 23. Partai Solidaritas Pekerja 24. Partai Keadilan 25. Partai Nandratul Umat 26. Partai Nasional Indonesia front Marhaenis 27. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia 28. Partai Republik. 29. PartatiIslam Demokrit

30. Partai Nasional Indonesia Massa Marhaen 31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak 32. Partai Demokrasi Indonesia 33. Partai Golkar 34. Partai Persatuan 35. Partai Kebangkitan Bangsa 36. Partai Uni Demokrasi Indonesia 37. Partai Buruh Nasional 38. Partai Musyawarah Kekeluargaan Cotong Royong 39. Partai Daulat Rakyat 40. Partai Cinta Damai 41. Partai Keadilan dan Persatuan 42. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia 43. Partai Nasional Bangsa Indonesia 44. partai BhinekaTunggal lka 45. Partai Solidaritas Uni Nastonal Indonesia 46. Partai Nasiona! Demokrat 47. Partai Umat Muslimin Indonesia 48. Partai Pekerja Indonesia Untuk mengkaji Pemilu 2004 ratusan partai lagi sudah rnendaftar bahkan yang ada kini pun pecah, seperti KH. Zainudin MZ. hengkang dan PPP dan membentuk PPP Reformasi begitu juga dengan Matoni Abdul Jalil hengkang dari PKB dan membentuk kubu sendiri. Sejak reformasi beberapa tahun yang lalu dibuatlah undang-undang pemilihan umum untukmenentukan jumlah kursi sebagaimana table berikut dibawah ini S - 3000.000 Jiwa k.ursi 2 3.000.001 - 5.000.000 jw

55 krs 3 5.000 001 - 7.000.000 jiwa 5 4 7.000.001 9.000.000 Jiwa 75 kursi 5 9.000 001 - 12000000 pwa 85 kursi 6 Sumi)er: L 2.000.001 jiwa dsl. j (00 kursi Ni. .3 Tihun 1999 PajI 5 label: )urnlah kiirsi DPRD No. 1 2 3 4 5 6 Jumlah Penduduk 0 - 100.000 jtwa 100.001 - 200.000 jiwa 200.001 - 300.000 jiwa 300.001 - 400.000 jiwa 400.001 - 500.000 jiwa 500.001 pwa dst.

Jumlah Kursi 20 kursi 25 kursi 30 kursi 35 kursi 40 kursi 45 kursi Pada Pemilihan Umum tahun 2004 partai politik yang ada berjumlah 225 partai. jumlah partai yang demikian banyak ini salah satunya disehabkan banyak partai yang terpecah menjadi beberapa kubu, seperti halnya padaPartai Persatuan Pembangunan salah satu tokohnya KH. Zanudin MZ hengkang dari kepengurusan lama dan mendirikan kubu baru dengan nama Partai Bintang Reformasi. Demikiar juga yang terjadi dalam Partai Kebangkitan Bangsa, Matori Abdul jalil membentuk kubu tersendiri dalam partai tersebut. Selanjutnya hal yang sama juga terjadi dalarn tubuh beberapa partai lain. TeIepas dari rnemenuhi syarat atau tidak karena harus mewakili 50% propinsi di Indonesia, namun yang jelas dengan tumbuhnya partai-partai baru tampak kenyataan bahwa bangsa ini mencoba berpartisipasi dalam politik pemerintahan terlepasdari sebagian pendapat yang mengatakan bahwa hal tersebut hanya sekedar untuk mencari uang dan kekuasaan. Hal demikian akan terindikasi dari caranya berkategori halal atau cenderung haram karena keluar dari nilai-nilai agama, adat dan hukum negeri ini atau sejarah yang akan membuktikannya. Bnniku adalah partai peserti Pemilu tahun 2004 dengan ketus umumnys masing_naSing daii nomor urutnys yatu: 1. PNI Marhaenisme (SukmaWatI Soekarno Putri). 2. Par1ai Buruh Sosial Demokrat Dr. Muchtar Pakpahan) 3. Panlsi Bulan Bintang - PBB (Prot. Dr. Yusnii Ihta Mahendra, SH.. 4. Partai Merdeka tAdi Sasono) 5. Partai Persatuan Pembangunan - PPP (Hamzah Haz)

6. Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan - PDK (Prof. Dr. Ryaas Rasyici MAs 7. Partai Perhimpunan Indonesia Baru - PIB (Dr. Svahrir) 8. Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (Erros D1arot) 9. Partai Demokrat (Prof. Dr. S. BudhisantosO). 10. Partai Keadilan PersatLian Indonesia - PKPI (Eddy Sudradjat). 11. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (Dimmy Harvanto). 12. Partai Persatuan Nahdlatul Ummih Indonesia - PPNUI (KH. Syukron Makmun) 13. Partai Amanat Nasional - PAN (Prof. Dr. Amin Rais, MA.) 14. Pantai Karya Peduli Bangsa - PKPB (HR. Hartono). 15. Partai Kebangkitan Bangsa - PKB (AIwi Shihab, Ph.D.)

it,. Partat Keadilan Sejahtera - PKS (Dr. Fiiayat Nurwahid) 7. Pirtai ang Reformasi - iBR KH. Z rudin MZ.) (. P,irt,r )rrnikrasi ln(knes Prnup - P[)IP Megawati Soekaino Pr P,r1.i )arn, S ihteru - P) P . I .O.i)I? ,rtr K,iu - C u. - u - - PP - - PN, Rr:, ura(u,in Daerah - PPD :Oumun apta ---opor (Rachmawati Sokirnu Pu

Anda mungkin juga menyukai