Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Atresia yang diartikan tidak mempunyai lubang dapat terjadi pada seluruh tubuh misalnya atresia ani, atresia saluran empedu, atresia esophagus. Atresia ani dalam istilah kedokteran juga disebut sebagai imperforate anus, malformasi anorektal atau kelainan ektopik anal. Atresia ani termasuk kelainan kongenital yang terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital. Pada kelainan bawaan anus ini umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar panggul (Sjamsuhidajat, 1996). Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang tergolong rendah angka kejadiannya dibandingkan penyakit lain dalam saluran pencernaan. Kejadian di Amerika Serikat 600 anak lahir dengan atresia ani. Data yang didapatkan kejadian atresia ani timbul dengan perbandingan 1 dari 5000 kelahiran (Walker, 1996) 1.2 Tujuan 1) Tujuan Umum Mampu menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan 2) Tujuan Khusus Setelah melakukan ashan keperawatan pada klien dengan atresia ani diharapkan penulis mampu: a. b. c. ani d. mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien atresia ani mendeskripsikan hasil pengkajian klien dengan atresia ani merumuskan diagnosa keperawatan pada klien atresia ani mendeskripsikan rencana yang telah ditetapkan pada klien atresia

e.

mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan atresia ani

BAB II TINJAUAN TERORITIK

2.1 Pengertian Menurut Betz, Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2003). Menurut Donna L, Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus. (Donna L. Wong, 520:2003) Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital (Dorland, 1998). Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa atresia ani (anus imperforate) adalah suatu kelainan kongenital atau kelainan bawaan dengan tidak adanya lubang pada anus, rektum atau keduanya. 2.2 Anatomi dan Fisiologi Usus besar/intestinum mayor/kolon Usus besar mempunyai panjang 5,5 cm, lebarnya 5-6 cm. lapisanlapisan usus besar dari dalam keluar, terdiri dari: (a) (b) (c) (d)
(a)

Selaput lendir Lapisan otot melingkar Lapisan Jaringan ikat Menyerap air dari otot

memanjang Fungsi usus besar: makanan (b) (c) Tempat tinggal bakteri koli Tempat feses

Seikum, dibawah seikum terdapat appendiks vermiforemis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut umbay cacing, panjangnya 6 cm.

seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesentrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup. Kolon asenden, panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Dibawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai kolon transversum. Appendiks, bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dan akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewatioleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung menyilang pada lenea terminalis masukk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang seikum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen. Kolon transversum, panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asenden sampai kolon desenden berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis. Kolon desenden, panjangnya 25 cm, terletak di bawahh abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura linelis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid. Kolon sigmoid, merupakan lanjutan dari kolon desenden terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubngan dengan rectum. Rectum, terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis terletak di depan os sacrum dan os koksigis. Anus, adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh tiga sfingter, yaitu: (a) (b) (c) Sfingter ani internus (sebelah atas) bekerja tidak menurut kehendak Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak Sfingter ani eksterna (sebelah bawah) bekerja menurut kehendak

2.3 Etiologi Atresia dapat disebabkan oleh kongenital (gen) sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin, seperti: 1) 2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan 3) Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. 4) 5) Kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani. 2.4 Patofisiologi Terjadinya anus imperforata karena kelainan congenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genitor urinary dan struktur anoretal. Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi karena abnormalitas pada daerah uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi. Anus imperforate ini terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan. gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.

Gangguan perumbuhan (factor gen) Pembentukan anus dari tonjolan embrionik

Atresia Ani

Feses tidak keluar

Vistel rektovagina

Feses menumpuk

Feses masuk uretra Mikroorganisme masuk saluran kemih

tekanan intra abdominal;

Reabsorbsi sisa metabolisme tubuh

Dysuria

Operasi: Anoplasti, klostomi

Mual, muntah
Resiko kekurangan volume cairan

Keracunan

Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Resti infeksi

G3 eliminasi BAK

Perubahan

defekasi

Trauma
jaringan

Pengeluar an tidak terkontrol

Nyeri

Perawatan tidak adekuat

Iritasi mukosa

Resti kerusakan integritas kulit

Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstuksi dan adanya 'fistula. Obstuksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya

feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki- laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika) pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis). 2.5 Klasifikasi Malformasi konginental yang dikenal sebagai anus imperforasi meliputi anus, rectum, atau batas di antara keduanya. Ada beberapa klasifikasi atresia ani, yaitu: 1) Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar. 2) Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus. 3) Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus. 4) Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum. (Wong, Whaley. 1985) Anus imperforate ringan tampak sebagai lekukan anal yang dalam dan menunjukkan reaksi otot yang kuat terhadap tusukan jarum, mengindikasikan persyarafan di tempat tersebut. Pada anus imperforate yang lebih berat mulamula tampak sebagai perineum datar tanpa lekukan dan respon otot yang buruk terhadap tusukan jarum, dan hal tersebut terjadi karena persarafan dan pembentukan otot yang terganggu. Defek yang berat mencakup adanya kelainan (anomaly). 2.6 Gambaran Klinis 1) 2) 3) 4) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak

letaknya. ada fistula).

5) 6) 7)

Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam. Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membran anal. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2003) Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir

harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. 2.7 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik 1) 2) 3) Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostic Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel Pemeriksaan sinar-X lateral inverse (teknik Wangensteen-Rice) dapat yang umum dilakukan pada gangguan ini. epithelial mekonium. menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada atau di dekat perineum; dapat menyesatkan jika rectum penuh dengan mekonium yang mencegah udara sampai ke ujung kantong rectal. 4) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak kantong rectal aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan cara menusuk jarum tersebut sambil melakukan aspirasi; jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah 1,5 cm, defek tersebut dianggap sebagai defek tingkat tinggi. 2.8 Penatalaksanaan 1) Medik a) Aksisi membran anal (membuat anus buatan) dengan cara melakukan penarikan atau pengambilan membrane. Tapi bisa juga dengan cara membrane tersebut dilubangi. Prosedur pembedahan ini biasanya dilakukan pada kasus membranosus atresia. b) Fiktusi, yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus (pembuatan anus permanen).

Prosedur operasi termasuk menghubungkan bagian atas colon dengan dinding anterior abdomen, pasien ditinggalkan dengan lubang abdomen disebut stoma. Lubang ini dibentuk dari ujung usus besar melalui insisi dan sutura ke kulit. c) Bedah definitifnya, yaitu anoplasti perineal (prosedur penarikan perineum abdominal), umumnya ditunda 9-12 bulan. Biasanya anoplasti ini dilakukan pada atresia jenis agenosis (tidak mempunyai dubur sama sekali. 2) Keperawatan Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. 2.9 Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan eliminasi BAK b.d Dysuria 2) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d vistel rektovaginal, Dysuria 3) Resiko kekurangan volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia 4) Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme masuk saluran kemih 5) Resti kerusakan integritas kulit b.d perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol 6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian 1) Biodata klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, nomor rekam medik, tanggal masuk, tanggal pengkajian, alamat dan diagnosa medis. 2) Keluhan utama Biasanya keluhan utamanya klien menangis respon dari sakit karena peningkatan intra abdominal karena tidak bisa BAB. 3) Riwayat keperawatan Dalam 24 - 48 jam klien tidak bisa BAB, perut kembung, muntah, dan ada distensi abdomen. 4) 5) Riwayat psikologis Pemeriksaan fisik Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada klien atresia ani adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengar hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina. Pada palpasi didapat adanya distensi abdomen. (Whaley & Wong,1996). 3.2 Diagnosa Keperawatan Pre Operasi 1) Dysuria 2) Dysuria 3) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d vistel rektovaginal, Gangguan eliminasi BAK b.d vistel rektovaginal, Koping ibu dan keluarga dalam menghadapi masalah anaknya.

10

4)

Resti

infeksi

b.d

feses

masuk

ke

uretra,

mikroorganisme masuk saluran kemih

11

Dx Post Operasi 1) 2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah. sekunder dari kolostomi.

3.3 Intervensi keperawatan a. 1) Dysuria Tujuan : Tidak terjadi perubahan pola eliminasi BAK setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil : Klien dapat BAK dengan normal Tidak ada perubahan pada jumlah urine Diagnosa Pre Operasi Gangguan eliminasi BAK b.d vistel rektovaginal,

Intervensi : 1. Kaji pola eliminasi BAK klien R/. Mengetahui jumlah volume cairan yang keluar 2. Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine R/ Mengetahui apakah adanya mekonium pada urin 2) Dysuria Tujuan: Menyatakan nyeri hilang, menunjukkan rileks, mampu tidur, dan istirahat dengan tepat. Kriteria Hasil : Klien merasa nyaman, tenang 1. Catat keluhan nyeri, durasi, dan intensitasn nyeri. Intervensi : R/. Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi. 2. bergerak R/. Bahasa tubuh atau petunjuk non verbal dapat secara prikologis Catat petunjuk nonverbal. Mis: gelisah, menolak untuk Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d vistel rektovaginal,

12

dan 3.

fisiologis Kaji

dapat

digunakan yang

sebagai dapat

petunjuk

untuk /

mengidentifikasi masalah. faktor-faktor meningkatkan menghilangkan terjadinya komplikasi. 4. posisi. R/ Meningkatkan relaksasi, memfokuskan perhatian, dan meningkatkan koping. 3) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Berikan tindakan nyaman, seperti pijat penggung, ubah nyeri

R/ Menunjukkan faktor pencetus dan pemberat dan mengidentifikasi

menurunnya intake, muntah Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan Kriteria Hasil : Output urin 1-2 ml/kg/jam Capillary refill 3-5 detik Turgor kulit baik Membrane mukosa lembab

Intervensi : 1. Monitor intake output cairan R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien 2. Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV R/ Mencegah dehidrasi 3. Pantau TTV R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi 4) Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra, mikroorganisme

masuk saluran kemih Tujuan : mencegah infeksi Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak adanya mekonium dalam urin Intervensi :

13

1. Kaji urine, drainage, purulen, bau, warna R/ mengetahui adanya mekonium dalam urin 2. Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran) R/. Mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh 3. Monitor tanda-tanda vital R/ Mengetahui keadaan umum klien b. 1) Diagnosa Post Operasi Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi. Tujuan: Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut. Intervensi : 1. 2. atau 1/3 kantong 3. Lakukan perawatan luka sesuai order dokter Gunakan kantong kolostomi yang baik Kosongkan kantong ortomi setelah terisi

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah. Tujuan: Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan di rumah. Intervensi : 1. 2. 3.4 Evaluasi Pre Operasi 1. Tidak terjadi dysuria 2. Klien merasa nyaman 3. Defisit volume cairan tidak terjadi 4. Tidak infeksi ada tanda-tanda Post operasi 1. 2. di rumah Kerusakan Keluarga Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan Ajarkan orang tua tentang perawatan kolostomi. tinggi kalori tinggi protein.

integritas kulit tidak terjadi memiliki pengetahuan perawatan

14

15

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh. Hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu.

16

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta Betz, Cecily L. 2003. Buku Saku Keperawatan Pediatri. EGC. Jakarta Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapiu Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia

17

Resume pertanyaan... 1. Dari Najamudin Dari penatalaksanaan medik, mana yang lebih baik prosedur operasinya? Dari penatalaksanaan medikna semua tindakan pembedahan baik tapi harus sesuai dengan jenis dari atresia ani yang diderita. Jika atresia ani agenosis (tanpa lubang anus) maka harus dilakukan prosedur tindakan anoplasti perineal. Namun jika jenis atresia membranosus maka bisa dilakukan tindakan minimal yaitu dengan aksisi membran anal (penarikan/pelubangan membrane). Kenapa jika dilakukan anoplasti perineal harus menunggu selama 12 bulan? Karena menunggu agar semua organ bayi matur dan memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Memperbaiki kondisi bayi dari keadaan kurang optimal menjadi optimal dan stabil, untuk selanjutnya apabila sudah cukup kuat untuk menerima beban pembedahan, barulah tindakan bedah dilaksanakan. Jika BB bayi kurang, maka dikhawatirkan saat pembedahaan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Dari Dwi Yanti Tindakan apa untuk eliminasi feses bayi saat menunggu selama 12 bulan? Yaitu dengan pembuatan anus sementara (kolostomi) selama 3 bulan yang selanjutnya dilakukan koreksi lebih lanjut. Tindakan kolostomi ini dilakukan agar bagian rektum dan anus diistirahatkan akibat tindakan aksisi membran anal (atresia membranosus) atau pada tindakan pemasukan anal tube (semacam selang) yang berfungsi untuk membuka lubang anus yang menyempit (anal stenosis).

18

Anda mungkin juga menyukai