Anda di halaman 1dari 2

Bagaimana Menyikapi Kegagalan

Yang disebut kegagalan hakiki adalah ketika seseorang tidak berhasil mengenal Allah , seseorang disebut gagal ketika dia tidak mengenal dirinya sendiri,karena orang yang tidak mengenal dirinya berarti dia tidak mepunyai progress untuk memperbaiki diri dan menempatkan diri secara proporsional. Kegagalan yang berbahaya adalah kalau kita tidak ikhlas, karena apapun yang dilakukan tidak akan diterima oleh Allah SWT , dan gong kegagalan adalah su'ul khotimah, andaikata hidup ini berakhir dengan su'ul khotimah ketahuilah itu merupakan akhir kehidupan yang tidak baik,Naudzubillahi Min Dzalik. Kejadian buruk yang dialami seseorang , misalnya ditolak oleh calon mertua, itu bukan merupakan kegagalan, tetapi itu merupakan sebuah informasi untuk sukses Ketika seseorang merasa gagal dalam bisnis justru kadang-kadang kegagalan dalam bisnis membuat semakin tambah ilmu,semakin dekat dengan Allah SWT. Kegagalan itu hanya kata-kata orang yang tidak mau maju saja !, karena yang kita anggap sebuah kegagalan itu sebenarnya merupakan tahapan untuk

bisa berbuat lebih baik lagi, sesuatu yang kita anggap gagal sebenarnya suatu informasi untuk meraih kesuksesan, kegagalan hakiki adalah kalau orang tidak mau berbuat apapun. Andaikata suatu saat seseorang mengalami suatu kejadian yang belum sesuai dengan keinginannya, belum tentu dinilai sebuah kegagalan,justru ia telah sukses, sukses dalam bentuk informasi, pengalaman gagal adalah bagian dari kesuksesan, bukan berarti membenarkan kegagalan, tetapi jangan trauma dengan kegagalan. Ketika sedang ceramah kurang bagus , lalu kita malu dan tertekan sehingga tidak mau ceramah lagi , itu bukanlah suatu kemajuan,seharusnya ketika pidato merasa buruk kita sebaiknya bertobat, lalu lakukan persiapan yang lebih baik lagi, karena kalau kita sekali gagal kemudian mundur, berarti kita merasa kekuatan kitalah yang paling menentukan, padahal kesuksesan yang kita raih semuanya karena kekuasaan Allah SWT,orang yang ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan, kemudian mundur, maka dia menggangap dirinyalah yang paling mampu dan menentukan. Wallahu'alam

Anda mungkin juga menyukai