Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Meskipun banyak masyarakat yang sudah mengetahui bahaya penyakit Diabetes Mellitus, namun masih banyak juga yang belum tanggap terhadap penyakit ini dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit ini. Karena masyarakat merasa mempunyai ketidaktahuan bagaimana proses perjalanan penyakitnya, maka masyarakat juga banyak yang tidak tahu langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar mereka terhindar dari penyakit ini. Penulis membuat paper ini yang berisi tentang epidemiologi diabetes miletus/perkembangan penyakit diabetes mellitus beserta prevalensi di Indonesia dan dunia, konsep Host-AgentEnvironment, riwayat alamiah penyakit, faktor risiko, etiologi, dan program pencegahan serta penanggulangannya.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Menurut hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal the Lancet, jumlah orang dewasa di seluruh dunia yang mengidap diabetes telah berlipat ganda dalam tiga dasawarsa terakhir, melonjak hingga hampir 350 juta orang. Indonesia menempati urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita Diabetes Mellitusnya terbanyak setelah India, China, Uni Sovyet, Jepang, dan Brasil. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230.000 pasien diabetes per tahunnya, sehingga pada tahun 2030, badan kesehatan dunia WHO memperkirakan ada 21,3 juta penderita diabetes di Indonesia, WHO

juga mempredikisi di tahun 2025 Indonesia bakal menjadi negara ke-5 terbesar untuk penderita diabetes setelah India, China, Amerika dan Pakistan. Menurut data Depkes tahun 2008, prevalensi diabetes di Indonesia adalah 5,7 persen, namun hanya 1,5 persen saja yang terdiagnosa. Sulawesi Utara adalah provinsi dengan jumlah penderita diabetes terbesar di Indonesia, terutama kota Manado. karena sering mengadakan pesta, jadi pola makannya kurang terkontrol dan cenderung berlebihan. (http://www.masbied.com/search/menurut-who-jumlah-

penderita-diabetes-melitus/). Penulis melakukan penelitian tentang bagaimana pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien Tn F.P dengan diagnosa Diabetes Miletus di ruang ICU RSUP PROF Dr. R.D Kandou Manado. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : bagaimana pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien Tn F.P dengan diagnosa Diabetes Miletus di ruang ICU RSUP PROF Dr. R.D Kandou Manado. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien Tn F.P dengan diagnosa Diabetes Miletus di ruang ICU RSUP PROF Dr. R.D Kandou Manado. 1.3.2 Tujuan Khusus : Mengetahui Asuhan Keperawatan Diabetes Miletus di ruang ICU RSUP PROF Dr. R.D Kandou Manado Sebelum dan pengobatan. sesudah menjalani proses

1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Penulis : Sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian akhir juga dapat menjadi bahan acuan untuk menambah pengetahuan. 1.4.2 Institusi : Menjadi masukan bagi institusi guna menambah Literatur / referensi untuk kelengkapan perkuliahan. 1.4.3 Lahan Praktek : bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya penerapan asuhan

Dapat digunakan sebagai meningkatkan

mutu pelayanan Kesehatan khususnya

keperawatan pada pasien dengan diagnosa Diabetes Miletus. 1.5 Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini adalah dengan cara : 1.5.1 Wawancara : Wawancara dilakukan pada klien, keluarga klien, perawat-sejawat dan dokter di ruang ICU PROF Dr. R.D Kandou Manado. 1.5.2 Observasi : Observasi dilakukan pada klien selama 7 hari dengan pengamatan

langsung pada klien. Mengkaji data dari klien untuk mengetahui keadaan dan perkembangan klien untuk mendapatkan kesimpulan tentang penerapan asuhan keperawatan.

1.5.3 Dokumentasi : Pengumpulan data yang berhubungan dengan diagnosa Diabetes Miletus. Dari catatan medik di ruang ICU RSUP PROF Dr. R.D Kandou Manado. 1.5.4 Kepustakaan : Mengunakan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan pasien di ruang ICU RSUP PROF Dr. R.D Kandou Manado. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teoritis yang meliputi Konsep medik dan Konsep dasar asuhan keperawatan. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Medik 2.1.1 Definisi Diabetes Miletus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter dengan tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria, di tandai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga dengan gangguan metabolisme lemak dan protein (Askandar 2000). Gangren adalah proses atau keadaan yang di tandai dengan adanya jaringan mati atau neukrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses neukrosis yang disebabkan oleh infeksi. Gangren kaki diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah sedang atau besar ditungkai (Askandar 2001). 2.1.2 Etiologi 2.1.2.1 DM Tipe I a. Faktor genetik b. Imunologi c. Faktor lingkungan 2.1.2.2 DM Tipe II a. Usia b. Obesitas

c. Riwayat keluarga 2.1.3 Patofisiologi Pada pasien diabetes mellitus terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pangkreas telah di hancurkan oleh proses autoimun hiperglikemia, puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post prondial (sesudah makan) Jika glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibat, glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria) Ketika glukosa yang berlebihan disekresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan elektrolit yang berlebihan. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih sehingga menimbulkan rasa haus (polidipsi) Defisiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan berat badan menurun. Dapat mengalami peningkatan selera makan (pholipagia) akibat menurunnya simpanan kalori, gejala lain mencangkup kelelahan dan keletihan, namun kadar glukosa akan meningkat jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin. 2.1.4 Manifestasi klinis 1. 2. Poliuria Polidipsi

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Poliphagia BB menurun Lemah Kontraksi usus menurun Kegemukan Injeksi Perubahan gaya hidup

2.1.5 Penanganan Medik 1. insulin 2. agen hiperglikemi oral 3. golongan sulfanuria 4. golongan lifosit 5. gliburide 6. diit 7. agen hipoglikemi 8. pengaturan aktivitas fisik 2.1.6 Komplikasi 1. Mikroangiopati 2. Hipoglikemi 3. Diabetes ketoasidosis 4. Ulkus atau gangrene 2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. 2. Glukosa Aseston plasma

3. 4. 5. 6. 7.

Natrium Kalium Fosfor Trombosit Ureum kreatinin

2.2 Konsep Keperawatan 2.2.1 Pengkajian Merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004). DATA DASAR PENGKAJIAN a. Aktivitas/Istirahat Gejala : Tanda : b. Sirkulasi Gejala: Tanda : adanya riwayat hipertensi ; IM akut takikardia Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi. c. Integritas Ego Gejala : Tanda : d. Eliminasi Gejala : Tanda : perubahan pada pola berkemih (poliuria), nokturia urine encer, pucat kuning; poliuri stress; tergantung pada orang lain ansietas, peka rangsangan lemah, letih, sulit bergerak/berjalan takikardia dan takipneu pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas

e. Makanan/Cairan Gejala : Tanda : d. Neurosensori Gejala : Tanda : pusing/pening, sakit kepala disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma hilang napsu makan, mual/muntah kulit kering/bersisik, turgor jelek

e. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Tanda : f. Pernapasan Gejala : Tanda : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen lapar udara. Battuk dengan/tanpa sputum perulen (infeksi) abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat) wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati

g. Keamanan Gejala : kulit kering, gatal; ulkus kulit Tanda : demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi

h. Seksualitas Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita. i. Pemeriksaan Diagnostik 1. Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dL, atau lebih 2. Elektrolit : natrium, kalium, fosfor 3. Insulin darah 4. Hemoglobin glikosilat 5. Trombosit darah

6. urine 2.2.2 Diagnosa Merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial. Yang dimaksud masalah actual adalah masalah yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah kemungkinan akan timbul kemudian (ANA, 1995). Diagnosa Keperawatan teoritis yang muncul pada MCI AKUT INFERIOR (Rencana Asuhan Keperawatan edisi3 hal. 84 ) : 1. kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic 2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin 3. resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi 4. resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen 5. kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan kesehatan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi 2.2.3 Perencanaan Diagnosa 1 osmotic Tujuan stabil Intervensi : : mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital : kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis

10

a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik b. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine c. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa d. Ukur barat badan setiap hari Rasional : a. Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia b. Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan c. Merupakan indicator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat d. Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti Diagnosa 2 : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin Tujuan : mencerna jumlah kalori/nutien yang tepat

Intervensi : a. b. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen

11

d.

Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit

Rasional : a. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat b. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari

kebutuhan terapeutik c. Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung d. Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik Diagnosa 3 : resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar

glukosa tinggi Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan

resiko infeksi Intervensi : a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan b. Pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik c. Posisikan pasien pada posisi semi fowler d. Bantu pasien untuk melakukan higiene oral Rasional : a. Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial b. Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih

12

c. Memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang d. Menurunkan risiko terjadinya penyakit mulut/gusi Diagnosa 4 : resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual

berhubungan dengan perubahan kimia endogen Tujuan : mempertahankan tingkat mental biasanya

Intervensi : a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental b. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi c. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri, atau kehilangan sensori pada paha/kaki d. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi Rasional : a. Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal b. Edema/lepasnya retina, hemoragis, katarak, atau paralisis otot ekstraokuler sementara mengganggu penglihatan yang

memerlukan terapi korektif dan perawatan penyokong c. Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat d. Meningkatkan keamanan paisen terutama ketika rasa

keseimbangan dipengaruhi. Diagnosa 5 : kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan

kebutuhan kesehatan berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit

13

Intervensi : a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk pasien b. Bekerja dengan pasien dalam manata tujuan belajar yang diharapkan c. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan diluar rumah d. Tinjau ulang program pengobatan Rasional : a. Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar b. Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerjasama pasien dengan prinsip-prinsip yang dipelajari c. Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program. d. Pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat meningkatkan penggunaan yang tepat. 2.2.4 Implementasi Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam pelaksana rencana an tindakan terdapat 2 jenis tindakan, yaitu tindakan mandiri perawat dan tindakan kolaborasi (A. A A Hidayat, 2004).

14

2.2.5 Evaluasi Merupakan langkah terakhir dari proses perawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan memahami respon terhadap intervensi keperawatan,

kemampuan dalam

kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (A. A A Hidayat, 2004).

15

16

Anda mungkin juga menyukai