PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.
Perubahan yang sangat cepat ini merupakan fakta dalam kehidupan manusia sehingga
manusia perlu dibekali dengan kompetensi yang memadai agar menjadi peserta aktif
dalam masyarakat. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar masyarakat mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang
sains merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan dari zaman dan memasuki dunia tehnologi.
Menanggapi hal tersebut pemerintah sudah banyak berupaya untuk membenahi
proses pembelajaran dalam bidang pendidikan seperti penataran guru-guru Sains,
membentuk musyawarah guru bidang studi, bantuan alat-alat laboratorium, dan juga
melakukan penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan sistem pendidikan.
Sesuai dengan amanat Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004, Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk menyempurnakan
kurikulum 2004 menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang telah
dilakukan mulai tahun pelajaran 2006. Perubahan kurikulum ini tentunya harus diikuti
dengan penggunaan pendekatan atau strategi pembelajaran yang sesuai oleh guru dalam
proses pembelajaran di kelas.
Pendidikan Sains diarahkan untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis
yaitu dengan berbuat karena Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
1
proses penemuan. Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan
pembelajaran Sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman
produk sains. Fisika merupakan bagian dari sains yang merupakan hasil kegiatan
manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam
sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian poses ilmiah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru fisika kelas X SMA Negeri 1
Kandis Kabupaten Ogan Ilir, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi suhu
dan kalor. Kurangnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi suhu dan
kalor dapat disebabkan karena kekurangpahaman siswa dalam menerima materi
pelajaran yang menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika rendah.
Selama pembelajaran berlangsung, umumnya siswa terlihat pasif. Kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa pun biasanya hanya diselesaikan sendiri tanpa dikomunikasikan
kepada siswa lain atau kepada guru yang mengajar. Akibatnya, kesulitan-kesulitan
tersebut semakin hari semakin menumpuk tanpa ada penyelesaian.
Setelah berkolaborasi dan berdiskusi dengan guru fisika kelas X SMA Negeri 1
Kandis Kabupaten Ogan Ilir, maka perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang
di dalamnya terjadi proses belajar bersama atau belajar kelompok atau yang lebih
dikenal dengan metode pembelajaran kooperatif. Dari pembelajaran ini didapatkan
adanya proses kebersamaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Salah satu tipe
pembelajaran kooperatif adalah Numbered Head Together (NHT). Dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi-bagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat, karena metode Number Head Together (NHT)
mempunyai kelebihan: (1) Siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama
2
dengan siswa lain; (2) Siswa belajar untuk menghargai perbedaan pendapat;
(3) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran; (4) Mengurangi kecemasan;
(5) Meningkatkan motivasi dan dapat memacu siswa untuk meningkatkan usahanya;
(6) Meningkatkan hasil belajar. Selain itu, model pembelajaran ini juga mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Kesulitan-kesulitan dalam
belajar dapat didiskusikan bersama dalam tiap-tiap kelompok. Dengan demikian,
diharapkan pemahaman siswa terhadap suatu materi akan lebih baik dan akibatnya hasil
belajarnya akan meningkat.
Di samping penggunaan metode pembelajaran yang tepat, terdapat faktor-faktor
lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar fisika, di antaranya gaya belajar fisika.
Gaya belajar fisika merupakan cara yang khas dan konsisten dilakukan oleh siswa
dalam menyerap informasi. Gaya belajar fisika dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu
tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Kebanyakan siswa belum mengenal
persis gaya belajar yang dimilikinya, sehingga mereka belum dapat menerapkannya
secara optimal. Pemanfaatan sumber belajar fisika, cara memperhatikan pembelajaran
fisika di kelas, serta cara mudah bagi siswa untuk berkonsentrasi penuh saat belajar
fisika dapat digunakan untuk mengenal gaya belajar fisika.
Berangkat dari kondisi tersebut, perlu diadakan penelitian tentang pengaruh
metode pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) terhadap hasil
belajar fisika siswa di SMA Negeri 1 Kandis Kabupaten Ogan Ilir.
1.2 Masalah Penelitian
1.2.1 Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, agar penelitian dapat dilakukan dengan baik,
sebelumnya dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut :
3
1) Metode pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu cara
yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan pengajaran sekaligus
membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk
kelas kontrol.
2) Hasil belajar adalah nilai yang didapat siswa pada sub pokok bahasan suhu dan
kalor yang diperoleh dari hasil tes di akhir penelitian.
3) Siswa yang akan diteliti adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kandis Kabupaten
Ogan Ilir semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
Adakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa di SMA Negeri 1 Kandis Kabupaten Ogan
Ilir?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di muka, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar
fisika siswa di SMA Negeri 1 Kandis Kabupaten Ogan Ilir ?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :
4
1) Memberikan informasi kepada guru dan calon guru fisika tentang pengaruh
penggunaan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil
belajar fisika siswa pada sub pokok bahasan suhu dan kalor.
2) Memberikan masukan kepada guru fisika tentang keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar mengajar.
1.5 Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima oleh
penyelidik atau peneliti (Arikunto, 2006:60).
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi anggapan dasar dalam
penelitian ini adalah Metode Kooperatif Number Head Together (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa fisika pokok bahasan suhu dan kalor. Metode
Kooperatif Number Head Together (NHT) meningkatkan semangat belajar siswa fisika
pokok bahasan suhu dan kalor.
1.6 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalahan dalam penelitian ini
yang kebenarannya harus diuji sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2006:71).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh metode pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa di
SMA Negeri 1 Kandis Kabupaten Ogan Ilir
1.7 Kriteria Pengujian Hipotesis
Kriteria pengujian hipotesis dari penelitian ini adalah :
5
1
:
a
H
>
2
1 0
t t jika H
dan tolak
0
H
jika t mempunyai harga-harga lain. Dengan derajat
kebebasan untuk daftar distribusi t adalah
) 2 (
2 1
+ n n
dengan peluang
) 1 (
(Sudjana, 2005:243).
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Belajar
Kehidupan sehari-hari manusia selalu dekat dengan apa yang disebut belajar.
Belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Menurut Arief
Sadiman (1995:5), Belajar adalah suatu aktivitas secara sadar untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang bersifat pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif),
maupun yang menyangkut keterampilan (psikomotorik), secara integral dan tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan.
Karena belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempu.
Pengalaman yang diperoleh berkat interaksi antar individu dengan lingkungan
pengalaman pendidikan (Dalam Hamalik; 27) adalah sebagai sumber pengetahuan dan
keterampilan bersifat pendidikan, yang merupakan suatu kesatuan disekitar tujuan
siswa, pengalaman pendidikan bersifat kontinyu dan interaktif.
Winkel (1996:53) mengungkapkan pula bahwa Belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Menurut Suryabrata (1995:249), ada beberapa hal pokok belajar, yaitu: Bahwa
belajar itu membawa perubahan, Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah
didapatkannya kecakapan baru, Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan
sengaja.
7
Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan tingkah
laku yang berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), keterampilan
(aspek psikomotori), dimana perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar dari individu
yang sedang belajar.
2.2 Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan salah satu cabang Sains yang mempelajari gejala-gejala alam
melalui penelitian, percobaan dan pengukuran yang disajikan secara matematis
berdasarkan hukum-hukum dasar untuk menemukan hubungan antara kenyataan yang
ada di alam (Druxes, 1989:3).
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja
oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih
baik. Oleh karena itu pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik
kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud adalah meliputi pengetahuan,
ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku
siswa (Darsono, 2000:24-26).
Tujuan pembelajaran Sains Fisika di SMP dan MTs sesuai kurikulum KTSP
2006 adalah sebagai berikut.
1) Memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, prinsip dan
konsep Sains serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
2) Memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan
kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah.
8
Karakteristik Pembelajaran efektif adalah memudahkan siswa belajar sesuatu
yang bermanfaat, seperti: fakta ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi
dengan sesama, atau sesuatu hasil yang diinginkan (Jasin,1996:12). Menurut Memes
(2000:7), pengetahuan konkrit lebih mudah diterima oleh siswa daripada pengetahuan
yang masih abstrak. Dalam kondisi pembelajaran yang kondusif, yang melibatkan siswa
secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek
konkrit disertai dengan diskusi diharapkan siswa dapat bangkit sendiri untuk berfikir,
menganalisis data, untuk menjelaskan ide, untuk bertanya, untuk berdiskusi, dan
menulis apa yang dipikirkan sehingga memberi kesempatan siswa untuk
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.
2.3 Metode Pembelajaran
2.3.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran memainkan peranan yang sangat penting dan merupakan
salah satu penunjang berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Di samping kecakapan
dan keterampilan mengajar, seorang guru harus memiliki dan menguasai metode-
metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan topik pelajaran, agar hasil belajar
dapat tercapai seperti yang diharapkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:652) bahwa Metode adalah
cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan
atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.
Menurut pendapat Mursell yang dikutip oleh Slameto (1995:33) menyatakan
bahwa Pembelajaran digambarkan sebagai mengorganisasikan belajar, sehingga
dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi lebih berarti atau bermakna bagi siswa.
9
Dengan pengaturan dan pengorganisasian lingkungan belajar, maka siswa akan merasa
dituntut untuk aktif belajar. Guru berperan penting dalam mengatur lingkungan belajar
agar menarik bagi siswa. Menurut Alvin. W. Howard (dalam Slameto, 1995:32)
menyatakan bahwa Pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong,
membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah, atau mengembangkan
keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan, dan pengetahuan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan
pengajaran sekaligus membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar, sehingga pengetahuan dan kepribadian siswa dapat dikembangkan sesuai
dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
2.3.2 Metode Konvensional
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:523), Konvensional adalah
tradisional, sedangkan Tradisional artinya sikap dan cara berpikir serta bertindak yang
selalu berpegang teguh pada norma dan kebiasaan yang ada secara turun temurun.
Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan metode konvensional
adalah metode pembelajaran yang hanya berpegang teguh pada adat kebiasaan yang
ada. Dalam pengajaran fisika, metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah
metode ekspositori. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwoto (2000:75) yang
menyatakan, Cara mengajar fisika yang pada umumnya digunakan para guru fisika
adalah lebih tepat dikatakan sebagai menggunakan metode ekspositori.
Dalam metode konvensional, guru memegang peranan utama dalam menentukan
isi dan materi kepada siswa. Pada metode ini, kegiatan proses belajar mengajar
didominasi oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa bersifat pasif dan reseptif. Karena
10
siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, mengakibatkan siswa mudah
jenuh, kurang inisiatif, sangat tergantung pada guru, dan tidak terlatih untuk mandiri
dalam belajar.
2.3.3 Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode kooperatif merupakan sebuah pengembangan teknis belajar bersama.
Belajar bersama berarti belajar dengan saling membantu dan bekerja bersama sebagai
sebuah tim ( kelompok ).
Slavin (1995:22) mendefinisikan metode pembelajaran kooperatif sebagai
Metode belajar dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar anggota kelompok. Di
dalam metode kooperatif, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang siswa yang heterogen. Dalam menyelesaikan tugas secara kelompok ,
setiap anggota membantu satu sama lainnya dalam satu kelompok.
Menurut Nurhadi (2004 : 116), Alasan dikembangkannya pelajaran kooperatif,
yaitu :
1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2. Memungkinkan siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan.
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
11
7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.
10. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, kelas sosial, agama dan orientasi
tugas.
Lie (2004:31) mengemukakan bahwa Tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap belajar kooperatif. Kelompok kecil ini akan benar-benar mencerminkan
belajar kooperatif apabila telah menunjukkan 5 unsur dasar model pembelajaran
kooperatif, meliputi :
1) Saling ketergantungan positif.
2) Tanggung jawab perseorangan.
3) Tatap muka .
4) Komunikasi antar anggota.
5) Evaluasi proses kelompok.
Lebih lanjut Lie (2004) mengungkapkan beberapa manfaat dari metode
kooperatif, di antaranya :
1) Siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dengan siswa lain.
2) Siswa belajar untuk menghargai perbedaan pendapat.
3) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
4) Mengurangi kecemasan.
5) Meningkatkan motivasi dan dapat memacu siswa untuk meningkatkan usahanya.
12
6) Meningkatkan hasil belajar.
Metode kooperatif ini diharapkan bisa menjadi jalan keluar bagi dunia
pendidikan, terkait dengan rendahnya daya serap siswa terhadap materi pelajaran.
2.3.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah suatu
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagen. Noor (2005:78)
mengatakan bahwa NHT pada dasarnya merupakan sebuah varians diskusi kelompok
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam belajar bersama.
Metode kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan pembelajaran yang
melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut Ibrahim( 2000.28).
Menurut Nurhadi (2004 : 121) Metode kooperati tipe Numbered Head
Together (NHT) adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melihat kembali
bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman
mereka mengenai isi pelajaran tersebut.
Ciri khususnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili
kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya itu. Setiap tim terdiri dari siswa dengan siswa yang berkemampuan
bervariasi yaitu ssiwa yang berkemampuan tinggi, sedang dan siswa yang
berkemampuan rendah. Yang memiliki kemampuan tinggi bersedia membantu
meskipun mereka tidak dipanggil untuk menjawab.
Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau nama baik
kelompok.Yang paling lemah diharapkan sangat antusias dalam memahami
13
permasalahn dan jawabannya karena mereka merasa merekalah yang akan di tunjuk
guru menjawab.
Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini juga merupakan
upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok.
Lie (2004:59) mengemukakan bahwa, Teknik ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagi-bagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerja sama mereka.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya seperti yang dikemukakan Lie
(2004:60) sebagai berikut :
1. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri
dari 4 6 orang dan kepada masing-masing siswa dalam setiap anggota kelompok
diberi nomor 1 sampai 6 sehingga tiap siswa dalam satu tim kelompoknya memiliki
nomor yang berbeda. Kemudian guru memberikan apersepsi, motivasi dan
memberikan secara sepintas tentang materi yang akan diajarkan kepada siswa.
2. Guru memberikan sebuah tugas pada masing-masing kelompok tentang pokok
bahasan suhu dan kalor, misalnya bagaimana kalor itu bisa terjadi? Atau berbentuk
arahan, pastikan setiap siswa mengetahui apa yang dimaksud dengan kalor dalam
kehidupan sehari-hari dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Siswa menyatukan jawaban yang dianggap benar dari yang mereka pelajari
tentang pokok bahasan suhu dan kalor kapada tim kelompoknya dan menyakinkan
tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.
14
4. Guru memanggil salah satu nomor tertentu. Kemudian siswa yang nomor sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan di kelas. Disini
ketergantungan positif juga dikembangkan, dan yang kurang terbantu oleh yang
lebih, yang memiliki kemampuan tinggi bersedia membantu meskipun mereka
tidak di panggil untuk menjawab.
2.3.5 Kekurangan dan Kelebihan Metode kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT)
a. Kekurangan tipe NHT
1. Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok
2. Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang kurang mendukung
untuk diatur kegiatan kelompok
3. Agak makan banyak waktu
b. Kelebihan tipe NHT
1. Melatih siswa melakukan atau menyampaikan gagasan idenya
2. Melatih untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial.
4. Mengurangi kecemasan.
5. Meningkatkan semangat kerja sama mereka
Lie (2004 : 61)
2.6.5 Hasil Belajar
Hasil merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang
dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Suatu hasil yang dapat dicapai oleh
seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu dapat dikatakan hasil hasil belajar.
15
Hasil belajar siswa di sekolah ditunjukkan dalam bentuk penilaian, baik pada
setiap akhir materi ataupun dalam kurun waktu tertentu (Purwanto, 2004:36). Penilaian
hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses,
kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik, juga sebagai umpan balik
kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program
pembelajaran (Syah, 2003:13). Suatu pembelajaran dapat dinyatakan berhasil apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75/a) siswa terlibat secara aktif, baik
fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Ketuntasan tersebut bukan
hanya pada ketuntasan nilai kognitif, namun pada proses pembelajaran yang meliputi
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor (Mulyasa, 2009:131).
Pemahaman menuntun siswa untuk menyatakan masalah dengan kata-kata
sendiri dan memberi contoh dan suatu konsep atau prinsip. Tahapan analisis memotivasi
siswa untuk menguraikan informasi, menemukan asumsi, membedakan fakta dan
pendapat, dan menemukan sebab akibat. Tingkat yang terakhir, yaitu evaluasi berperan
menuntun siswa untuk mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-
teori yang termasuk didalamnya penilaian untuk membuat kebijakan. Tujuan ranah
kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir, yaitu kemampuan intelektual mulai dari
kemampuan mengingat hingga kemampuan memecahkan masalah.
16
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2006:89). Dengan kata lain, variabel adalah sesuatu yang
menjadi fokus peneliti untuk diamati, dikontrol dan diobservasi. Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel yaitu:
1) Variabel X
1
adalah nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menerapkan
metode metode Numbered Head Together (NHT)
2) Variabel X
2
adalah nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menerapkan
metode ceramah.
3.2 Definisi Oparional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Metode Numbered Head Together (NHT) merupakan metode pembelajaran yang
mempunyai karakteristik diantaranya diskusi dalam kelompok. Sejalan dengan itu,
siswa yang bertipe auditorial mempunyai ciri-ciri di antaranya suka berdiskusi, suka
berbicara dan lebih mudah menerima informasi yang didengar daripada yang dilihat,
sehingga siswa yang bertipe auditorial akan mempunyai prestasi yang lebih tinggi
apabila dalam pembelajaran digunakan metode Numbered Head Together (NHT)
17
2) Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai siswa berupa nilai setelah diterapkan
metode Numbered Head Together (NHT)
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2006:108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Sedangkan menurut Sugiyono (2008:560), populasi adalah sebagaian wilayah
generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kandis Kabupaten Ogan Ilir .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
TABEL 1
POPULASI PENELITIAN
No Kelas
Jumlah
Total
Laki-laki Perempuan
1 X.1 15 15 30
2 X.2 16 14 30
3 X.3 15 15 30
4 X.4 15 35 50
Jumlah 61 79 140
Sumber: TU SMA Negeri 1 Kandis Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2008:560). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian
18
eksperimen semu. Eksperimen pada umumnya dianggap sebagai metode penelitian yang
paling produktif karena dalam penelitian ini dapat menjawab hipotesis yang utamanya
berkaitan dengan hubungan sebab akibat.
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan Random Sampling yaitu
sebuah teknik sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau
elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Untuk lebih jelasnya, sampal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
TABEL 2
SAMPEL PENELITIAN
No Kelas
Jumlah
Total
Laki-laki Perempuan
1 X.3 (Kelas Eksperimen) 15 15 30
2 X.1 (Kelas Kontrol) 15 15 30
Jumlah 30 30 60
Sumber: Teknik pengambilan sampel
3.4 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eskperimen. Metode eksperimen adalah cara untuk
mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengurangi faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang
dibuat yaitu dengan menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) untuk
kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan metode
konvensional. Pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan selama 3 kali pertemuan,
19
baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada pertemuan pertama diberikan
pretest dan di akhir pertemuan ketiga diberikan posttes untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Tes
Tes diberikan guru secara tertulis setelah siswa mengikuti proses belajar
mengajar. Tes ini akan diberikan pada pertemuan terakhir sebagai pengujian kepada
siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya untuk mendapatkan
hasil belajar siswa terhadap penerapan metode Numbered Head Together (NHT)
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Analisis Data Tes
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka data tersebut akan diolah dan
dianalisis. Sebelum data dianalisis perlu diuji normalitas data dan uji hipotesis
mengenai ada tidaknya pengaruh antara variabel yang diteliti. Untuk membuktikan
hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji normalitas dan uji validitas data sebagai
berikut.
3.6.1.1 Uji Normalitas Data
Berfungsi untuk mengetahui normal tidaknya penyebaran data atau sebagai
bahan pertimbangan yang akan digunakan untuk menguji kenormalitasan data. Uji
normalitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis normal atau
tidak, karena uji statistik parametris t atau uji-t baru dapat digunkan jika data
terdistribusi secara normal.
Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah:
20
1) R = X
maks
-X
min
(Sudjana, 2005:38)
ket: R = range (daerah jangkauan data)
X
maks
= data terbesar
X
min
= data terkecil
2) K = 1 + 3,3 log n (Sudjana, 2005:39)
ket: K = banyaknya kelas
N = banyaknya data (frekuensi)
3,3 = bilangan konstanta
3) P =
K
R
(Sudjana, 2005:40)
Ket: P = panjang kelas (interval kelas)
R = range (daerah jangkauan data)
K = banyak kelas
4) Mencari Distribusi Frekuensi
x
=
i
i i
f
x f
(Sudjana, 2005:3)
Ket:
x
= rata-rata
x
i
= tanda kelas interval
f
i
= frekuensi yang berhubungan dengan tanda kelas interval
5) Mencari Modus
Mo = Bb + p
) 2 1 (
1
b b
b
+
(Sudjana, 2005:19)
Ket: Mo = modus
Bb = batas bawah kelas interval yang mengandung modus
21
b
1
= selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi
sebelumnya
b
2
= selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi
sesudahnya
p = panjang kelas interval
6) Mencari Simpangan Baku
S
2
=
( )
) 1 (
2
n n
x f x f n
i i i i
(Sudjana, 2005:22)
Ket: S
2
= simpangan baku / standar deviasi
n = banyak data
f
1
= frekuensi sesuai dengan tanda kelas interval
x
i
= tanda kelas interval
7) Menguji Kenormalan Data dengan Koefisien Kemiringan, yaitu:
SK =
S
Mo x
(Sudjana, 2005:98)
Ket: SK = koefisien kemiringan
Mo = modus
S = simpangan baku
x
= rata-rata
3.6.1.2 Uji Homogenitas
Menurut Sudjana (2002:84), pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai
sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Pengujian homogenitas
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Homogenitas Variansi
dan Uji Bartlett dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Mencari varians gabungan dengan menggunakan rumus:
22
S
2
gab
=
db
S db
2
1
.
(Sudjana, 2005:85)
Ket: S
2
gab
= varians gabungan
db = n-1 = jumlah derajat kebebasan tiap kelompok
S
1
2
= varians tiap kelompok data
2) Mencari nilai Bartlett dengan menggunakan rumus:
B = (LogS
2
gab
) db (Sudjana, 2005:85)
3) Uji Bartlett menggunakan statistik Chi Kuadrat
X
2
= (ln 10) [B-( db.LogS
1
2
)] (Sudjana, 2005:85)
Kriteria uji yang digunakan adalah apabila nilai hitung X
2
> nilai tabel X
2
maka
H
0
yang menyatakan varians homogen ditolak, dalam hal lainnya diterima.
3.6.1.3 Uji Hipotesis
Analisis data yang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai
berikut.
t =
2 1
2 1
1 1
n n
S
X X
+
f
fx
X
1
35
2709
1
X
4 , 77
1
X
5. Menetukan standar deviasi
27
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
98 , 11
54 , 143
54 , 143
1190
7338681 7509495
1 35 35
2709 214557 35
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
2
1
S
S
S
S
n n
x fi fixi n
S
Untuk membuktikan terdistribusi normal atau tidaknya data tes siswa pada kelas
eksperimen dianalisis dengan persamaan sebagai berikut :
S
Mo X
Km
Dengan
]
]
]
+
+
2 1
1
b b
b
p b Mo
Dimana
69,5
0,5 - 70 b
7 p
10
0 10 b
1
3
7 10 b
2
74,82 Mo
5,32 69,5 Mo
7(0,76) 69,5 Mo
13
10
7 69,5 Mo
3 10
10
7 69,5 Mo
+
+
,
`
.
|
+
]
]
]
+
+
28
21 , 0
98 , 11
58 , 2
Km
98 , 11
82 , 74 4 , 77
Km
S
Mo X
Km
2
2
2
Setelah dilakukan analisis diatas maka data untuk kelas eksperimen terdistribusi normal
karena Km=-0,21 terletak antara -1 dan +1
Uji Normalitas data kelas kontrol
1. Menetukan Rentnag Kelas
R = Data terbesar kelas
R = 70-40
R = 30
2. Menetukan jumlah kelas
K = 1+3,3 Log
Me
K = 1+3,3 Log 35
K = 1+3,3 Log (1,54)
K = 1+5,082
K = 6,082
Panjang Interval
P =
kelas banyak
rentang
P =
082 , 6
30
P = 4,93
P = 5
4. Menetukan nilai rata-rata tes
29
f
fx
X
2
28 , 53
35
1865
2
2
X
X
5. Menetukan standar deviasi
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
1190
100 , 102
1190
3478225 3580325
1 35 35
1865 295 , 102 35
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
S
S
S
n n
x fi fixi n
S
26 , 9
79 , 85
79 , 85
2
2
S
S
Untuk membuktikan terdistribusi normal atau tidaknya data tes siswa pada kelas kontrol
dianalisis dengan persamaan sebagai berikut :
S
Mo X
Km
Dengan
]
]
]
+
+
2 1
1
b b
b
p b Mo
Dimana
38,5
0,5 - 45 b
5 p
1
8 9 b
1
3
6 9 b
2
30
64,5 Mo
20 44,5 Mo
5(4) 44,5 Mo
4
1
5 44,5 Mo
3 1
1
5 44,5 Mo
+
+
,
`
.
|
+
]
]
]
+
+
21 , 1
26 , 9
22 , 11
Km
26 , 9
5 , 64 28 , 53
Km
S
Mo X
Km
2
2
2
Setelah dilakukan analisis diatas maka data untuk kelas kontrol terdistribusi normal
karena Km=-1,21 terletak antara -1 dan +1
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Data Tes
4.2.1.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
terdistribusi normal atau tidak. Karena uji-t baru dapat digunakan jika data tersebut
terdistribusi normal, maka dibuatlah daftar distribusi frekuensi untuk menentukan nilai
rata-rata (x), standar deviasi (S), modus (Mo) yang ditunjukkan pada lampira III dan
tabel IV dengan langkah perhitungan terlampir.
a. Uji normalitas data kelas eksperimen
Berdasarkan data perhitungan yang terlampir, maka diperoleh nilai untuk X
1
= 77,4
dan Mo = 74,82 sehingga dapat diperoleh nilai kemencengan kurva yaitu 0,21 maka
data tes siswa pada kelas eksperimen berdistribusi normal karena terletak antara -1
dan + 1.
b. Uji normalitas data kelas kontrol
31
Berdasarkan data perhitungan yang terlampir, maka diperoleh nilai untuk X
2
=
53,28dan Mo =64,5 sehingga dapat diperoleh nilai kemencengan kurva -1,21 maka
data tes siswa pada kelas kontrol terdistribusi normal karena terletak antara -1 dan
+1.
4.2.1.2 Uji Homogenitas
Setelah kedua data dari kelas X.a dan kelas X.c normal maka selanjutnya
dilakukan uji homogenitas data. Uji homogenitas data dilakukan untuk membuktikan
kesamaan varians kelompok yang membentuk sample. Dalam penelitian ini, uji
homogenitas menggunakan uji F. Dari perhitungan yang terlampir, maka diperoleh nilai
S
2
1
= 11,98 untuk kelas X.c dan nilai S
2
2
= 9,26 untuk kelas X.a . Sehingga dapat
diperoleh F hitung dengan perhitungan uji F sebagai berikut :
F =
2
2
2
1
S
S
F =
F = 0,74
Hasil F ) 35 , 35 ( 05 , 0 didapat dari tabel F = 1,29 Dari perhitungan harga F, jelas
terlihat bahwa F hitung < F
tabel
yaitu 1,29< 2,12. Dengan demikian disimpulkan bahwa
varians pada tes dalam penelitian ini adalah homogen.
4.2.1.3 Uji Hipotesis
Dari perhitungan data diatas, diketahui bahwa kedua varians berasal dari
populasi SMA Negeri 1 Kandis Kabupaten Ogan Ilir terdistribusi normal dengan
varians homogen. Untuk menguji apakah Ho diterima pada taraf signifikansinya (
)
32
adalah 5 % maka digunakan uji-t. Untuk melakukan perhitungan uji-t diperlukan
beberapa data perhitungan yang telah diketahui pada tabel V :
TABEL V
NILAI RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
X
1
= 77,4
X
2
= 53,28
S
2
1
= 11,98 S 26 , 9
2
2
n
1
= 35 n
35
2
Sebelum melaksanakan uji-t, dihitung terlebih dahulu standar deviasi dari kedua
data tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
[ ] [ ]
[ ] [ ]
[ ] [ ]
62 , 10
68
16 , 722
68
84 , 314 32 , 407
68
) 26 , 9 )( 34 ( ) 98 , 11 )( 34 (
2 35 35
26 , 9 ) 1 35 ( 98 , 11 ) 1 35 (
2
) 1 ( ) 1 (
2
2
2
2
2 1
2
2 2
2
1 1
2
+
+
+
+
gab
gab
gab
gab
gab
gab
S
S
S
S
S
n n
S n S n
S
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh S
62 , 10
gab , selanjutnya untuk
menguji hipotesis penulis menggunakan uji-t dengan langkah sebagai berikut :
33
88 , 9
44 , 2
12 , 24
) 23 , 0 ( 62 , 10
12 , 24
35
1
35
1
62 , 10
28 , 53 4 , 77
1 1
2 1
2 1
hitung
hitung
hitung
hitung
gab
hitung
t
t
t
t
n n
S
X X
t
Setelah nilai t hitung telah diketahui, maka selanjutnya membandingkan t hitung
dengan t
tabel
untuk
+
C
C
C
B B
B B
C C
C C
Setelah dilakukan uji hipotesa yang menggunakan uji-t dengan taraf signifikan
0,05 diperoleh t hitung lebih besar dari t
tabel
yaitu t hitung = 9,88 > t
tabel
= 1,664
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang ada adalah ada
pengaruh yang signifikan dari pemberian metode Numbered Head Together (NHT)
terhadap hasil belajar siswa kelas X.c pada mata pelajran fisika di SMA Negeri 1
Kandis Kabupaten Ogan Ilir, dapat diterim
4.3 Pembahasan
34
Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa, pembelajaran dengan metode Numbered
Head Together (NHT) mendapat hasil yang lebih baik, terlihat dari nilai rata-rata pada
kelas eksperimen X
1
= 77,4 sedangkan pada kelas control X
2
= 53,28.
Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa dapat terlihat aktif dalam belajar,
namun pada kelas eksperimen, siswa lebih terarah dalam pemahaman karena siswa
diberikan metode Numbered Head Together (NHT). Dari kegiatan yang dilakukan siswa
pada kelas control yang hanya tidak diterapkan metode Numbered Head Together
(NHT) terlihat siswa kurang memahami materi yang telah disampaikan sebelumnya.
Adanya pemberian metode pembelajaran sebelum materi disampaikan mampu memberi
penguatan pemahaman,yaitu dalam bentuk latihan soal, sehingga ketika diadakan tes
evaluasi terhadap materi yang telah disampaikan, siswa lebih mudah dalam
mengerjakan soal, karena telah adanya pengalaman dalam mengolah bentuk soal yang
sama. Akan tetapi walaupun demikian, masih ada beberapa siswa pada kelas
eksperimen yang mempunyai hasil tes yang rendah.
Dari analisis data pokok bahasan suhu dan kalor didapat nilai t hitung = 9,88.
Sedangkan dari daftar distribusi-t didapat harga t
tabel
= 1,664 dengan taraf signifikan
0,05 dan derajat kebebasan 38 adalah 1,682. Dengan demikian harga t hitung > t
tabel
.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal
ini berarti bahwa ada pengaruh signifikan pemberian metode Numbered Head Together
(NHT) terhadap hasil belajar siswa kelas X.c pada mata pelajaran fisika di SMA Negeri
1 Kandis Kabupeten Ogan Ilir. Dari analisis dan pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kelas eksperimen yang diterapkan pemberian metode Numbered
Head Together (NHT) mendapat hasil yang lebih baik daripada kelas kontrol yang tidak
diterapkan pemberian metode Numbered Head Together (NHT) khususnya pada pokok
bahasan suhu dan kalor.
BABV
35
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1
Kandis Kabupaten Ogan Ilir, maka dapat disimpulkan :
1. Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai rata-rata hasil tes siswa pada kelas X.c
(kelas eksperimen ) adalah X
1
= 77,4 dan nilai rata-rata hasil tes siswa pada kelas
X.a (kelas kontrol) adalah X
28 , 53
2