2
-
w]
2
n
............................................................................. (2.1)
Persamaan ini menyatakan hubungan antara q terhadap A
2
pada
kondisi aliran yang stabil dimana:
q : laju produksi pada keadaan standar, kg/detik.
w]
: tekanan alir dasar sumur, ksc.
C : konstanta, tergantung pada satuan dari q
sc
dan p.
n : harga berkisar antara 0.5 1.0.
harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi aliran.
Persamaan grafik pada persamaan 2.1 pada sistem koordinat log-log
akan menghasilkan hubungan yang linier.
log o
sc
= log +n log A
2
..................................................................... (2.2)
A
2
=
R
2
-
w]
2
.............................................................................. (2.3)
Contoh grafik dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.
8
Gambar 2.1 Hubungan Linier antara A
2
vs o
sc
dalam Skala Log-Log
Harga C dapat dicari secara grafis, yaitu berdasarkan titik
perpotongan grafik dengan bersumbu mendatar (o
sc
). Harga n diperoleh
dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak (A
2
). Satuan ukuran
lain yang digunakan dalam analisa deliverability adalah Absolute Open
Flow Potential (AOF). Besar potensial ini diperoleh bila dalam persamaan
kita masukkan harga
w]
sama dengan nol.
=
R
2
...................................................................................... (2.4)
Analisa deliverability berdasarkan persamaan dikenal sebagai analisa
konvensional.
Permeabilitas dari reservoir gas akan mempengaruhi lama waktu aliran
mencapai kondisi stabil. Pada reservoir yang ketat kestabilan dicapai pada
9
waktu yang lama. Untuk mencapai keadaan ini maka ada 3 macam test
yang dapat digunakan untuk memperoleh deliverability yaitu:
a. Back Pressure.
b. Isochronal.
c. Modified Isochronal.
2.1. Back Pressure
Merupakan suatu metode test sumur gas untuk mengetahui
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik
(back pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari test
konvensional ini dimulai dengan menstabilkan tekanan reservoir
dengan cara menutup sumur lalu ditentukan harga
R
. Selanjutnya
sumur diproduksi diubah-ubah empat kali dan setiap kali sumur itu
dibiarkan berproduksi sampai tekanan mencapai stabil sebelum
diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi
tidak didahului dengan penutupan sumur. Gambar skematis dari
proses 'back pressure' diperlihatkan pada gambar di bawah:
10
Gambar 2.2 Skema Tekanan dan Laju Alir pada Uji Back Pressure
Analisa deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang
stabil. Untuk keperluan ini diambil tekanan alir dasar sumur,
w]
,
pada akhir perioda suatu laju produksi. Pada gambar sebelumnya
dinyatakan oleh
w]x
. Analisa data untuk keperluan pembuatan
grafik deliverability didasarkan pada metode konvensional.
2.2. Uji Datar (rifice Plate)
Uji produksi dengan metode orifice plate dilaksanakan setelah
pengujian tegak selesai, mengingat sumur di area panas bumi
Kamojang dikategorikan uap kering maka uji produksi ini dilakukan
dengan menggunakan metode orifice plate.
Uji datar dengan metode orifice plate bertujuan untuk
mendapatkan data yang sesungguhnya dari potensi sumur dan perlu
dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan
dengan pengujian tegak karena dalam uji datar ini dilakukan pada
11
berbagai variasi Tekanan Kepala Sumur (TKS) sesuai program uji
yang telah ditentukan dan pada pengujian ini dilakukan pengambilan
contoh uap dan gas yang dilakukan sebelum dan sesudah pengujian.
Pada setiap pengetesan tekanan dilakukan dalam jangka
waktu yang cukup panjang sampai tekanan kepala sumur stabil.
Biasanya tekanan stabil bervariasi antara 1 sampai dengan 6 hari
sesuai dengan perilaku sumur.
Pipa uji datar ini berukuran 6, 8 dan 10 tergantung dari
besarnya laju alir uap yang diperkirakan dan jenis orifice plate yang
sering digunakan di lapangan panas bumi Kamojang adalah jenis
orifice plate bertepi persegi (sharp edge) dengan lubang tekanan
terletak di pipa. Ada berbagai macam letak lubang tekanan, yaitu:
1. Flange Tap.
2. Corner Tap.
3. Radius Tap.
4. Pipe Tap.
5. Vena Tap.
Radius Tapping yaitu dua buah lubang tekanan ditempatkan
pada jarak masing-masing satu kali diameter (di bagian upstream)
dan setengah kali (di bagian downstream) diameter pipa uji datar
yang diukur dari titik pusat orifice untuk mencatat tekanan upstream
dan perbedaan tekanan antara upstream dan downstream dengan
alat bantu yaitu Barton Recorder dan hasilnya dicetak pada lembaran
12
Barton Chart. Tekanan upstream adalah tekanan di dalam pipa uji
datar menuju orifice plate (hulu) dan tekanan downstream setelah
orifice plate ke silencer (hilir).
Di samping itu pada pipa upstream dibuat dua buah lubang
yang dikoneksikan dengan sok berukuran untuk tempat
thermowell dan pengambilan contoh kondensat. Pada ujung akhir
pipa uji dipasang sebuah peredam bawah tanah (silencer) untuk
mengurangi tingkat kebisingan akibat kecepatan aliran uap tersebut.
Aliran massa uap dialirkan ke pipa uji datar dengan membuka
master valve dan wing valve (horizontal discharge valve) dan
menutup vertical discharge valve serta memprogram tekanan kepala
sumur dengan mengatur throttle valve pada pipa downstream. Akibat
pengaturan aliran uap pada throttle valve maka terjadilah hambatan
di orifice plate yang menimbulkan perbedaan tekanan (A) antara
sebelum dan sesudah orifice plate (hulu dan hilir).
Dengan mempergunakan alat ukur tekanan Barton Recorder
dapat diketahui harga tekanan dari differential pressure yaitu
pengukuran perbedaan tekanan antara tekanan upstream dan
tekanan downstream ( A). ni dilakukan dengan tekanan kepala
sumur tertentu sesuai dengan program. Selama pengujian untuk
setiap tekanan kepala sumur tertentu dengan program yang
dirancang sebelumnya, dilaksanakan juga dengan pengambilan
13
sampel kondensat dan gas untuk dianalisa pada laboratorium
besarnya kandungan kimia dan gas.
Rumus Dasar Perhitungan
H = . Z e
2
.A ..................................................... (2.5)
Keterangan:
M : laju alir massa (ton/jam).
C : koefisien dasar.
Z : faktor koreksi.
e : faktor ekspansibilitas.
y : rasio panas spesifik dari uap dan CO
2
.
d : diameter dalam orifice (mm).
D : diameter dalam pipa uji (mm).
D dan d dikoreksi sesuai dengan faktor panas logam pada
T
U
.
m : perbandingan luas (m) = (d/D)
2
.
E : faktor kecepatan (E) = (1 m
2
)
-0.5
.
A : selisih tekanan di upstream dan downstream (ksc).
: berat jenis fluida (kg/m
3
).
2.3. Konstruksi rifice Plate
Pengukuran laju alir massa uap di sumur mempergunakan
metode orifice plate dengan Radius Tappings. Sesuai persyaratan
yang terdapat dalam buku British Standard 1042 dengan bantuan
throttle valve yang dipasang di bagian downstream plate untuk
14
menjaga supaya tidak terjadi perubahan spesifik volume yang terlalu
besar antara bagian upstream dan downstream yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam hasil perhitungan.
Untuk menentukan diameter orifice plate yang akan dipasang
diperlukan perhitungan-perhitungan dengan bantuan hasil
pengukuran laju alir maksimum yaitu uji tegak.
Orifice plate yang akan dibahas disini adalah susunan yang
mempunyai lubang-lubang tekanan pada jarak satu kali garis tengah
pipa di sebelah upstream dan setengah kali garis tengah pipa
sebelah downstream orifice plate. Sedangkan bentuk lubang orifice-
nya adalah tajam di bagian sisi upstream. Diameter lubang tekanan
baik setelah upstream dan downstream harus sama besar dan tidak
boleh melampaui 0.1D dan permukaan lubang tekanan harus halus
tanpa ada bagian-bagian yang menonjol ke dalam pipa.
2.4. Prosedur Perhitungan Menggunakan rifice Radius Tapping
Prosedur dan urut-urutan perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Mencatat temperatur alir uap, T
U
di upstream ().
2. Mengoreksi diameter lubang orifice (d) dan diameter dalam pipa
(D) hasil pengukuran dengan menggunakan grafik pada Gambar
2,3 di bawah berdasarkan T
U
.
15
Gambar 2.3 Multiplying Factor For Thermal Expansion
3. Mencatat perbedaan tekanan pada lubang tekanan di orifice, A
(ksc).
4. Mencatat tekanan di upstream, P (ksc gauge); dan tentukan P
U
abs-nya di upstream (P
U
abs
= P
U
+ P
a
). P
a
diperoleh dari grafik
pada Gambar 2.4 di bawah ini.
16
Gambar 2.4 P
atm
vs Ketinggian
5. Menentukan berat jenis fluida (kg/m
3
) pada kondisi upstream
(kondisi T
U
dan P
U abs
).
6. Menentukan viskositas fluida, (poise) pada kondisi T
U
dan
P
Uabs
.
7. Menentukan harga specific heat ratio y sesuai grafik pada
Gambar 2.5, jika harga yang dicari tidak sesuai dengan tekanan
yang ada, dilakukan interpolasi (heat ratio).
17
Gambar 2.5 Rasio Panas Spesifik Uap (y) atau CO
2
8. Menghitung m = (d/D)
2
setelah dilakukan koreksi menggunakan
langkah 2 di atas. Harga m harus lebih besar dari 0.1 dan lebih
kecil dari 0.7.
9. Menghitung faktor kecepatan E = (1 m
2
)
-0.5
.
10. Menentukan koefisien dasar C, gunakan grafik pada Gambar 2.6
sesuai rasio luas (m) antara penampang lubang orifice dan
diameter dalam pipa uji.
18
Gambar 2.6 Konstanta Orifice Radius
11. Menghitung perkiraan laju alir massa, M
1
(kg/detik) = 0.659862 C
E d
2
.A (faktor Z dan e akan ditentukan kemudian).
12. Menghitung bilangan Reynold. Rd = 3.54 X 3600 M
1
/d, dimana
M
1
dalam kg/s, dalam Pa.s dan d dalam m.
13. Menghitung harga Z besarnya tergantung m, D dan Rd (bilangan
Reynold) Z = Z
R
X Z
D
. Tentukan Z
R
dan Z
D
dengan grafik pada
Gambar 2.7 dan 2.8.
19
Gambar 2.7 Faktor Koreksi Bilangan Reynold (Z
R
)
Gambar 2.8 Faktor Koreksi Ukuran Pipa (Z
D
)
20
14. Menentukan faktor ekspansibilitas (Ekspansibility Factor), e
sesuai dengan AP, P
U
, y dan m, atau dengan persamaan berikut
e = - {(. + .
2
)( y / )(A
0 ubs
/ )]
15. Menghitung kembali M; M = M
1
Z e.
2.5. Desain rifice
Sebelum uji produksi dengan menggunakan orifice, pertama
yang harus dilakukan adalah mendesain atau menentukan berapa
besarnya diameter orifice yang akan dipasang pada instalasi pipa
yang akan dilewati fluida. Pendesainan orifice ini penting mengingat
selama uji dengan menggunakan orifice, orifice yang telah dipasang
jarang sekali atau sulit untuk dilakukan penggantian orifice dengan
diameter yang berbeda. Desain ini dilakukan agar diameter orifice
tersebut akan mampu digunakan untuk melakukan pengukuran pada
range laju alir yang akan diukur. Untuk menentukan berapa besarnya
diameter orifice yang akan dipasang, data yang umum dipakai untuk
memperkirakan laju alir maksimum adalah dari uji tegak.
Rumus perhitungan diameter lubang orifice diperoleh dari
turunan rumus laju aliran massa, laju aliran (volume) dan persamaan
untuk mendapatkan bilangan Reynold dengan mensubstitusi mD
2
untuk d
2
. Perhitungan diawali dengan menentukan harga N yang
didapat dari persamaan 2.6 berikut.
=
3600 M
0.01252
2
.AP10000p
.............................................................. (2.6)
21
Besarnya N dapat dievaluasi dari data yang sudah diketahui
sebelumnya.
Tahapan berikutnya adalah menghitung besarnya mE yang
berhubungan dengan N dengan persamaan 2.7:
=
N
Czs
...................................................................................... (2.7)
Tetapi karena C, Z dan e tergantung harga m, besarnya mE
tidak dapat dievaluasi langsung dari persamaan tersebut di atas. Hal
ini ditemukan dengan satu metode perkiraan berikut yang
diterangkan di bawah ini dengan menggunakan hubungan:
=
N
zs
on =
CmL
C
.............................................................. (2.8)
Bilangan Reynold diperlukan pada tahapan pertengahan untuk
perhitungan mE yang diberikan oleh persamaan 2.9:
=
M
15.8 u Vm
............................................................................. (2.9)
Tahap akhir adalah menghitung rasio diameter d/D dari mE,
dan kemudian diameter lubang orifice, dengan mengikuti persamaan
2.10:
=
(mL)
2
1+(mL)
2
1
4
............................................................................. (2.10)
Dimana:
N : adalah nilai CZeEm (non-dimensional).
M : perkiraan alir laju massa (kg/s).
A : perbedaan tekanan (ksc).
D : diameter pipa uji (mm).
22
d : diameter lubang orifice (mm).
: densitas fluida (kg/m
3
).
: viskositas fluida pada lubang di upstream (poise).
C : koefisien dasar.
Z : faktor koreksi.
e : faktor ekspansibilitas.
E : faktor pendekatan kecepatan.
m : rasio luas penampang.
Rd : bilangan Reynold.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
3.1 Studi Literatur
Kegiatan ini dilakukan untuk mempelajari referensi atau buku
pustaka maupun handbook, browsing Internet, yang berkaitan
dengan laporan tugas akhir ini. Selain itu juga untuk mengetahui
dasar-dasar ilmu pengetahuan mengenai tugas yang dikerjakan.
3.2 Studi Lapangan
Kegiatan ini dilakukan untuk mencari data yang diperlukan
dalam proses pembuatan laporan tugas akhir. Studi lapangan ini
dilaksanakan di PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang
karena di area tersebut berhubungan dengan topik laporan tugas
akhir yang diambil dan merupakan tempat dimana penulis
melakukan tugas akhir tersebut.
3.3 Wawancara
Kegiatan ini dilakukan dengan bertanya langsung pada
narasumber atau konsultasi dengan pembimbing di lapangan
maupun dengan operator yang bersangkutan tentang teori-teori yang
berhubungan dengan masalah dalam laporan tugas akhir yang
dikerjakan.
24
3.4 AnaIisis
Semua informasi yang didapatkan, baik dari studi literatur,
studi lapangan dan wawancara dipadukan untuk menganalisis
permasalahan yang diambil dalam laporan tugas akhir ini.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Uji Datar (rifice Plate)
Seperti yang telah diterangkan pada Tinjauan Teori pada BAB
, Uji datar sumur MHB-16 dimulai dengan menutup sumur sampai
dicapai kondisi reservoir yang stabil. Kondisi stabil ini
merepresentasikan tingkat energy reservoir pada saat akan
dilakukan Uji Datar Tersebut. Pada kondisi stabil ini dicatat Tekanan
Reservoir (P
R
) sebesar 30.1 ksc. Lamanya penutupan sumur sampai
diperoleh kondisi stabil tergantung dari besar kecilnya permeabilitas
reservoir.
Setelah mencapai kondisi stabil, sumur diproduksikan pada
berbagai TKS dimana masing-masing TKS akan diubah saat
mencapai tekanan stabil kembali. Dalam pengujian kali ini
menggunakan metode orifice plate dengan Radius Tapping. Uji datar
ini dilakukan pada berbagai harga tekanan kepala sumur (TKS) dari
10 ksc, 12.5 ksc dan 15 ksc kemudian tekanan tersebut stabil pada
9.9 ksc, 12.3 ksc dan 14.9 ksc.
4.2. Data Lapangan
4.2.1. Desain rifice
Data lapangan untuk desain orifice sebagai berikut:
O Laju alir massa (M), kg/jam: 37890 kg/jam.
O Tekanan upstream (P
U
): 9.7 kscg.
26
O Temperatur upstream (T
U
): 185.1.
O Diameter dalam pipa (D): 10 inch.
O elta pressure (A): 0.59 ksc.
O Jenis material pipa: Gun Metal.
O Jenis material orifice: Cast Iron.
O Type tapping: Radius tapping.
4.2.2. Laju AIir Massa Uap
Data lapangan untuk perhitungan laju alir massa uap sebagai
berikut:
O Tekanan kepala sumur (TKS): 12.3 ksc.
O Tekanan upstream (P
U
): 11.89 ksc.
O Tekanan atmosfir (P
a
): 0.864 ksc.
O Temperature upstream (T
U
): 187.8 .
O Perbedaan tekanan (A): 0.36 ksc.
O Diameter orifice plate: 162.46 mm.
O Diameter pipa uji datar: 257.454 mm.
4.3. PengoIahan Data
4.3.1. Design rifice
1. Menghitung tekanan upstream (P
U
abs
) dalam bar abs:
P
U
abs
= P
U
gauge
+ P
atm
= 9.7 + 0.864 = 10.564 ksc =
10.360 bar.
27
2. Menghitung densitas steam (
s
) sebagai fungsi dari
temperatur upstream (T
U
) dan tekanan upstream (P
U
abs
)
menggunakan steam table maka didapat:
s
= 5.264 kg/m
3
.
3. Menentukan viskositas fluida, (poise) pada kondisi
upstream menggunakan steam table maka didapat:
= 1.528 x 10
-5
poise.
4. Mengoreksi diameter dalam pipa (D) hasil pengukuran
dengan menggunakan grafik pada Gambar 2.3
berdasarkan T
U
sebesar 185.1 diperoleh:
Pipa uji datar faktor koreksi ekspansi panas Gun Metal
= 1.002819
Diameter pipa uji datar koreksi (D) = 254 x 1.002819
D
corr
= 254.716 mm.
5. Menentukan harga specific heat ratio y sesuai Gambar 2.5
diperoleh:
y = 1.252.
6. Menghitung besar nilai N menggunakan persamaan 2.6:
N = 0.266.
7. Jika diasumsikan N = CmE maka harga m didapatkan
berdasarkan gambar 4.1
28
Gambar 4.1
CmE vs m
m = 0.396.
8. Menentukan koefisien dasar C menggunakan grafik pada
gambar 2.6 sesuai dengan nilai m yang didapat dari
langkah 8 sehingga diperoleh:
C = 0.607
9. Menghitung nilai mE = N/C sehingga diperoleh:
mE = 0.438.
10. Menghitung nilai d/D dari persamaan 2.10 sehingga
didapat:
d/D = 0.634.
11. Menghitung nilai d = d/D x D
corr
didapat hasil:
d = 160.955 mm.
29
12. Menghitung nilai Rd dari persamaan 2.9 diperoleh:
Rd = 9.82 x 10
15
13. Menghitung harga Z besarnya tergantung m, D dan Rd
(bilangan Reynold) Z = Z
R
X Z
D
. Tentukan Z
R
dan Z
D
dengan grafik pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8 sehingga
didapatkan:
Z = 1 X 1.0007 = 1.0007.
14. Menentukan faktor ekspansibilitas (Ekspansibility Faktor),
e sesuai dengan A P, P
U
, y dan m, atau dengan
persamaan berikut
e = - {(. +.
2
)( y / )(A
0 ubs
/ )]
e = 0.979.
15. Menghitung nilai CmE = N/( e x Z)
CmE = 0.272.
16. Mengulangi langkah 7 sampai 11 sehingga didapat d
sebesar:
d = 160.966 mm.
17. d hasil perhitungan adalah d pada working themperature.
d pada kondisi ruangan (room condition) adalah d =
d/expansi thermal material sehingga didapat:
d = 160.690 mm.
30
4.3.2. Laju AIir Massa Uap
1. Mengoreksi diameter lubang orifice (d) dan diameter
dalam pipa (D) hasil pengukuran dengan menggunakan
grafik pada Gambar 2.3 berdasarkan T
U
sebesar 187.8
diperoleh:
Orifice plate faktor koreksi ekspansi panas Cast Iron =
1.001754
Diameter orifice plate koreksi (d) = 162.46 x 1.001754
d = 162.745 mm.
Pipa uji datar faktor koreksi ekspansi panas Cast Iron
=1.001754
Diameter pipa uji datar koreksi (D) = 257.454 x
1.001754
D = 257.906 mm.
2. Menentukan P
U
abs di upstream (P
U
abs
= P
U
+ P
a
). P
a
diperoleh dari Gambar 2.4, yaitu:
P
U
abs
= 11.89 + 0.864 = 12.754 ksc.
3. Menentukan berat jenis fluida (kg/m
3
) pada kondisi
tekanan upstream sebesar 12.754 ksc = 12.507 bar
menggunakan steam table diperoleh:
= 6.3738 kg/m
3
.
4. Menentukan viskositas fluida, (poise) pada kondisi T
U
sebesar 187.8 menggunakan steam table diperoleh:
31
= 1.5294 x 10
-5
poise.
5. Menentukan harga specific heat ratio y sesuai Gambar 2.5
diperoleh:
y = 1.257.
6. Menghitung m = (d/D)
2
setelah dilakukan koreksi
menggunakan langkah 1 di atas. Harga m harus lebih
besar dari 0.1 dan lebih kecil dari 0.7 maka diperoleh:
m = (257.906/162.745)
2
= 0.398.
7. Menghitung faktor kecepatan E = (1 m
2
)
-0.5
. maka
diperoleh:
E = (1 0.398
2
)
-0.5
= 1.090
8. Menentukan koefisien dasar C menggunakan grafik pada
Gambar 2.6 sesuai rasio luas (m) antara penampang
lubang orifice dan diameter dalam pipa uji diperoleh:
C = 0.607.
9. Menghitung perkiraan laju alir massa, M
1
menggunakan
persamaan 2.5 dengan mengabaikan faktor koreksi Z dan
e sehingga didapat M
1
sebesar:
M
1
= 37.88 ton/jam. (BS appr)
10. Menghitung bilangan Reynold. Rd = 3.54 M
1
/d, dimana
M
1
dalam kg/jam, dalam Pa.s dan d dalam mm, maka
didapat:
Rd = 4732760.
32
11. Menghitung harga Z besarnya tergantung m, D dan Rd
(bilangan Reynold) Z = Z
R
X Z
D
. Tentukan Z
R
dan Z
D
dengan grafik pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8 sehingga
didapatkan:
Z = 1 X 1.0007 = 1.0007.
12. Menentukan faktor ekspansibilitas (Ekspansibility Faktor),
e sesuai dengan A P, P
U
, y dan m, atau dengan
persamaan berikut
e = - {(. +.
2
)( y / )(A
0 ubs
/ )]
e = 0.990.
13. Menghitung kembali M; M = M
1
Z e. = 32.91
ton
/
jam
. (BS corr)
Jadi laju alir uap yang diperoleh setelah dikoreksi sebesar 32.91
ton
/
jam
.
33
Tabel 4.1 Hasil Uji Datar Menggunakan Proxi
Jam TKS PU DP SUHU (Ton/Jam)
Pantauan (Kscg) (Kscg) (Kscg) (C) AG KMJ
24 Mei 2011 10.00 10 9.7 0.59 185.1 37.89 Setting TKS 10,0 ksc
13.40 10 9.7 0.57 185.1 37.27
16,00 10 9.7 0.56 184.9 36.97 PU = 600 psi
23.00 10 9.7 0.56 184.9 36.97 DP = 23 psi
06.00 10 9.7 0.57 184.6 37.30
25 Mei 2011 10.00 9.9 9.7 0.56 184.6 36.98
14.00 13.1 12.7 0.35 190.6 33.58 Setting TKS 12,5 ksc
16.00 12.5 12.24 0.38 189 34.37 dalam Pipa : 257,454 mm
23.00 12.5 12.3 0.37 189 34.01 Orifice : 162,46 mm
06.00 12.4 12.23 0.37 188.7 33.93 Koreksi Tks = +0,1 ksc
26 Mei 2011 10.00 12.5 12.17 0.37 188.8 33.83
16.00 12.5 12.17 0.37 188.7 33.84
23.00 12.4 12.07 0.37 188.7 33.69
06.00 12.4 12.3 0.37 188.4 34.04
TanggaI : 24 Mei s.d 02 Juni 2011
OPERASI AREA GEOTHERMAL KAMOJANG
UJI DATAR PRODUKSI MHB-16
TANGGAL KETERANGAN
34
Jam TKS PU DP SUHU (Ton/Jam)
Pantauan (Kscg) (Kscg) (Kscg) (C) AG KMJ
27 Mei 2011 10.00 12.4 12.08 0.37 188.5 33.72
16.00 12.3 11.99 0.37 188.3 33.59 PU = 600 psi
23.00 12.2 11.8 0.36 188.5 32.86 DP = 23 psi
06.00 12.3 12.1 0.37 188.1 33.77
28 Mei 2011 10.00 12.3 12.25 0.37 188.1 33.99
16.00 12.2 11.81 0.37 188.1 33.34 dalam Pipa : 257,454 mm
23.00 12.2 11.85 0.37 187.9 33.41 Orifice : 162,46 mm
06.00 12.2 11.81 0.37 188 33.34 Koreksi Tks = +0,1 ksc
29 Mei 2011 10.00 12.2 11.99 0.37 188.1 33.60
16.00 12.3 11.98 0.37 187.9 33.60
23.00 12.3 11.81 0.37 187.8 33.35
06.00 12.3 11.89 0.36 187.8 33.03
30 Mei 2011 10.00 12.3 11.89 0.36 187.8 33.03
16.00 15.4 15.3 0.23 189 30.27 Setting TKS 15,0 ksc
23.00 15 14.43 0.25 196.4 29.98
06.00 15 14.54 0.25 196.4 30.30
TanggaI : 24 Mei s.d 02 Juni 2011
OPERASI AREA GEOTHERMAL KAMOJANG
UJI DATAR PRODUKSI MHB-16
TANGGAL KETERANGAN
35
Jam TKS PU DP SUHU (Ton/Jam)
Pantauan (Kscg) (Kscg) (Kscg) (C) AG KMJ
31 Mei 2011 10.00 15 14.49 0.26 196.5 30.83
16.00 14.9 14.47 0.26 196.5 30.80 PU = 600 psi
23.00 15 14.538 0.25 196.3 30.30 DP = 23 psi
06.00 15 14.6 0.25 196.3 30.37
01 Juni 2011 10.00 15 14.68 0.26 196.9 31.02
16.00 14.9 14.3 0.26 196.5 30.60 dalam Pipa : 257,454 mm
23.00 15 14.43 0.25 196.3 30.18 Orifice : 162,46 mm
06.00 14.9 14.39 0.26 196.3 30.72 Koreksi Tks = +0,1 ksc
02 Juni 2011 08.30 14.9 14.53 0.26 196.8 30.86
09.00 26.6 Tutup/bleeding
TanggaI : 24 Mei s.d 02 Juni 2011
OPERASI AREA GEOTHERMAL KAMOJANG
UJI DATAR PRODUKSI MHB-16
TANGGAL KETERANGAN
36
Analisa data hasil Uji Datar dimaksudkan untuk mencari nilai
'n' dan 'C' yang selanjutnya digunakan untuk membangun
persamaan deliverabilitas (persamaan 2.1) dan Kurva Output
Produksi dari sumur MHB-16. Hubungan TKS dan Laju Produksi
pada saat stabil dari sumur MHB-16 bisa dilihat pada Tabel 4.2 dan
Gambar 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Laju Alir saat Stabil
TKS Pu dP Tu Proxi BS Appr BS Corr
deg-C
9.9 9.7 0.56 184.6 36.98 37.88 37.16
12.3 11.89 0.36 187.8 33.03 33.24 32.91
14.9 14.53 0.26 196.8 30.86 30.93 30.76
ksc ton/jam
Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Perhitungan Laju Alir saat Stabil
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 3 10 13 20 23 30 33 40
1
k
5
k
s
c
M ton/[am
roxl 8S Appr 8S Corr
Llnear (roxl) Llnear (8S Appr) Llnear (8S Corr)
37
Untuk mencari nilai n dan C digunakan plot antara Laju
Produksi (M) dan dP
2
dalam skala log-log. Hasil perhitungan dan plot
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.2.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Mencari Harga C dan n
Gambar 4.2 Plot Penentuan Nlai C dan n
Berdasarkan Gambar 4.2 didapatkan harga C(Proxi) = 10
-1.5147
= 0.03057 dan n(Proxi) = 1.058; C(BS Appr) = 10
-1.8649
= 0.01365
dan n(BS Appr) = 1.1816; C(BS Corr) = 10
-1.6427
= 0.02277 dan n(BS
Corr) = 1.1025. sehingga Output Curve untuk sumur MHB-16 dapat
direpresentasikan menggunakan persamaan 2.1. menjadi
persamaan deliverabilitas, yaitu:
1. Proksi: H = .(
R
2
- K
2
)
1.058
................................... (4.1)
2. BS Appr: H = .(
R
2
- K
2
)
1.1816
.............................. (4.2)
1038x 13147
8 09403
11816x 18649
8 09288
11023x 16427
8 09306
146
148
13
132
134
136
138
16
283 284 283 286 287 288 289 29 291 292
o
g
(
M
)
t
o
n
/
[
a
m
og(d2) ksc
2
roxl 8S Appr 8S Corr
Llnear (roxl) Llnear (8S Appr) Llnear (8S Corr)
38
3. BS Corr: H = .(
R
2
-K
2
)
1.1025
............................... (4.3)
Persamaan di atas merupakan persamaan deliverabilitas
sumur MHB-16 dari hasil Uji Datar. Kurva output produksi dibangun
dengan menggunakan persamaan di atas, dengan mengasumsikan
berbagai harga TKS. Hasil perhitungan dan Kurva Output Produksi
Sumur MHB-16 dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.3 berikut:
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Kurva Output Produksi Sumur MHB-16
Proxi BS Appr BS Corr
ksc
0 41.11 42.58 41.45
2 40.92 42.36 41.25
4 40.34 41.70 40.65
6 39.38 40.59 39.64
8 38.04 39.05 38.24
10 36.33 37.09 36.44
12 34.23 34.71 34.25
14 31.76 31.93 31.68
16 28.93 28.76 28.74
18 25.74 25.24 25.45
20 22.20 21.40 21.81
22 18.32 17.27 17.85
24 14.12 12.91 13.61
26 9.64 8.43 9.14
28 4.93 3.98 4.55
30 0.20 0.11 0.16
30.1 0.00 0.00 0.00
TKS
M
ton/jam
39
Gambar 4.3 Kurva Output Produksi Hasil Uji Datar Sumur MHB-16
4.4. AnaIisa Data
Secara umum terlihat dari Gambar 4.2 bahwa perhitungan laju
alir metode orifice dengan menggunakan BS Appr. selalu
memberikan hasil yang lebih besar dari jika prosedur BS 1042 diikuti
secara penuh (BS Corr). Hal ini terjadi karena BS Appr. (pendekatan)
tidak dilakukan koreksi terhadap bilangan Reynold dan diameter pipa.
Semakin rendah tekanan upstream maka penyimpangan terhadap
BS Corr. akan semakin besar. Hal ini berbeda pada perhitungan
dengan menggunakan software Proxi. Hasil software Proxi bahkan
mendekati nilai BS Corr. dibandingkan dengan BS Appr.
Penyimpangan BS Appr. akan semakin mengecil dengan naiknya
tekanan upstream.
0
3
10
13
20
23
30
33
0 3 10 13 20 23 30 33 40 43
1
k
5
k
s
c
M ton/[am
roxl 8S Appr 8S Corr
40
BAB V
KESIMPULAN
Uji produksi dengan metode uji datar yang dilakukan pada sumur
MHB-16 dapat memberikan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Dengan berbagai harga TKS pada keadaan stabil untuk
menentukan persamaan deliverability maka dapat diketahui lebih
banyak berbagai nilai laju alir dengan beragam harga TKS yang
berbeda.
2. Parameter yang dibutuhkan untuk uji produksi sumur MHB-16 yaitu
TKS, P
U
, A, T
U
, diameter pipa, dan diameter orifice.
3. Kapasitas produksi atau deliverability sumur MHB-16 saat TKS
sebesar 15 ksc maka diperoleh laju alir sebesar 30.39 ton/jam
(Proxi); 30.39 ton/jam (BS Appr); 30.26 ton/jam (BS Corr).
Perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara Proxi dengan BS
1042 akan menyimpang makin jauh dengan hasil perhitungan
dengan menggunakan BS 1042 jika tekanan upstream menurun.
4. Back Pressure Test dapat memberikan gambaran kapasitas
produksi sumur MHB-16 dengan mengasumsikan beberapa harga
TKS.
DAFTAR PUSTAKA
Miryani Saptadji, Neny. Teknik Panas Bumi. Bandung: TB.
http://www.ichionline.com/rar/dhinst602.pdf.
http://www.boilerroomservices.com/Facts/SteamTables.pdf.