Anda di halaman 1dari 35

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seringkali, hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekedar sebagai perwujudan paham individualisme dan liberalisme seperti dahulu. Hak asasi manusia lebih dipahami secara humanistic, sebagai hak-hak yang inheren dengan harkat martabat kemanusiaan, apapun latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin dan pekerjaannya. Konsep tentang hak asasi manusia dalam konteks modern disifatkan sebagai suatu tolok ukur bersama tentang prestasi kemanusiaan yang perlu dicapai oleh seluruh masyarakat dan Negara di dunia. Namun selama ini, jika berbicara mengenai HAM, fokus perhatian kita terhadap implementasi hak asasi manusia masih terpusat pada hal hak sipil dan hak politik warga Negara seperti hak untuk mengemukakan pendapat dan hak-hak politik warga negara. Di sisi lain, sebenarnya ada dimensi hak asasi manusia yang lain yakni hak ekonomi, sosial, dan budaya yang kerap masih terlupakan. Padahal, di depan mata kita ada ancaman serius dari terabaikannya pemenuhan hak-hak tersebut. Persoalan kemiskinan yang masih melilit bangsa, tingkat pengangguran yang masih tinggi, minimnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin, serta wabah penyakit berbahaya masih mengisi daftar panjang persoalan di negeri ini. Oleh karena itu, HAM menjadi permasalahan yang serius dan berkesinambungan. Kesinambungan itu berwujud pada usaha untuk mendudukkan persoalan HAM dalam kerangka budaya dan sistem politik nasional sampai pada tingkat implementasi untuk membentuk jaringan kerjsama guna menegakkan penghormatan dan perlindungan HAM tersebut di Indonesia. HAM juga menjadi poin penting bagi kita sebagai tenaga kesehatan, khususnya profesi perawat yang seringkali dihadapkan dengan pasien yang tentunya memiliki berbagai karakteristik berbeda. Untuk itu, permasalahan HAM diharapkan benar-benar menjadi pemikiran bersama dan sangat dipahami oleh semua pihak demi tercapainya kesinambungan dalam kehidupan. Begitu juga dengan komitmen etik keprofesian (perawat) yang kita buat, dengan didasari pedoman tentang hak-hak yang dimiliki setiap individu , akan membawa pada asuhan keperawatan yang professional, holistik serta humanistik sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah 1.1.1 1.1.3 1.1.5 1.1.6 1.1.7 1.1.8 1.1.9 Apakah definisi dari Hak ? Apa sajakah jenis-jenis dari hak ? Apakah hak-hak pada individu dengan cacat fisik dan mental, retardasi mental, individu yang akan meninggal, wanita hamil, lansia serta anak-anak ? Apa saja instrumen hukum dari hak dan kewajiban ? Apakah definisi Hak Asasi Manusia (HAM) ? Bagaimanakah sejarah perkembangan HAM ? Apa saja klasifikasi, jenis dan macam HAM ?
1.1.2 Apa peranan hak ?

1.1.4 Apakah hak dan kewajiban pada pasien/klien, perawat ?

1.1.10 Bagaimanakah pelaksanaan HAM di Indonesia ? 1.1.11 Apa saja instrumen hukum dari HAM ? 1.1.12 Apa saja yang termasuk pelanggaran HAM ? 1.1.13 Bagaimana HAM bila ditinjau dari Pancasila ? 1.1.14 Organisasi-organisasi apa saja yang bergerak di bidang HAM ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mempelajari serta memahami hak-hak dan kewajiban tiap individu serta hak asasi manusia dalam rangka sebagai pedoman dalam pelaksanaan asuhan keperawatan serta penerapan etik dalam keperawatan. 1.3.2 Tujuan Khusus Setelah mempelajari Hak Asasi Manusia, diharapkan mahasiswa mampu mengetahui : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Definisi dari Hak Peranan hak Jenis-jenis dari hak Hak dan kewajiban pada pasien/klien, perawat Hak-hak pada individu dengan cacat fisik dan mental, retardasi mental, individu yang akan meninggal, wanita hamil, lansia serta anak-anak Instrumen hukum dari hak dan kewajiban Definisi Hak Asasi Manusia (HAM) Sejarah perkembangan HAM

9.

Klasifikasi, jenis dan macam HAM

10. Pelaksanaan HAM di Indonesia 11. Instrumen hukum dari HAM 12. Yang termasuk pelanggaran HAM 13. HAM bila ditinjau dari Pancasila 14. Organisasi-organisasi yang bergerak di bidang HAM 1.4 Manfaat Setelah mempelajari serta memahami tentang hak-hak, kewajiban dan hak asasi pada manusia diharapkan kita sebagai calon tenaga perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien/klien secara profesional, dengan tetap berpedoman pada komitmen etika keprofesian (perawat) tanpa mengabaikan hak-hak yang dimiliki pasien/klien agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara menyeluruh.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hak 2.1.1 Definisi Hak Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas (Ismani, 2001) Setiap manusia mempunyai hak asasi untuk berbuat, menyampaikan pendapat, memberikan sesuatu kepada orang lain, dan menerima sesuatu dari orang lain atau lembaga tertentu. Hak tersebut dapat dimiliki oleh setiap orang. Dalam menuntut suatu hak, tanggung jawab moral sangat diperlukan agar dapat terjalin suatu ikatan yang merupakan kontrak social, baik tersurat maupun tersirat, sehingga segala sesuatunya dapat memberi dampak yang positif (Ismani, 2001). Hak menurut C. Fagin (1975) merupakan tuntutan terhadap sesuatu, dimana seseorang mempunyai hak terhadapnya, seperti kekuasaan dan hak-hak istimewa yang berupa tuntutan yang berdasarkan keadilan, moralitas, atau legalitas. Hak dapat dipandang dari sudut pandang hukum dan pribadi. Hak yang dipandang dari sudut hukum adalah hak-hak memberi kekuasaan tertentu untuk mengendalikan situasi, misalnya seseorang mempunyai hak untuk masuk restoran dan membeli makanan yang diinginkannya. Dalam hal ini, jika ditinjau dari sudut hukum, orang yang bersangkutan mempunyai kewajiban tertentu yang menyertainya yaitu orang tersebut diharuskan atau diwajibkan untuk berperilaku sopan dan membayar makanan tersebut (Fromer, 1981). 2.1.2 Peranan Hak Beberapa peranan hak adalah sebagai beriukut (Suhaemi, 2004): 1. Hak dapat digunakan sebagai pengekspresian kekuasaan dalam konflik antara seseorang dengan kelompok. contoh: seorang dokter mengatakan pada perawat bahwa ia mempunyai hak untuk menginstruksikan pengobatan yang ia inginkan untuk kliennya. Di sini terlihat bahwa dokter tersebut mengekspresikan kekuasaannya untuk menginstruksikan

pengobatan kepada klien. Hal ini merupakan haknya selaku penanggung jawab medis. 2. Hak dapat digunakan untuk memberikan pembenaran pada suatu tindakan. Contoh: seorang perawat, dalam melaksanakan asuhan keperawatannya, mendapat kritikan karena terlalu lama menghabiskan maktunya bersama klien. Perawat tersebut mengatakan bahwa ia mempunyai hak untuk memberikan asuhan keperawatan yang terbaik untuk klien sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 3. Hak dapat digunakan untuk menyelesaikan perselisihan. Seseorang seringkali dapat menyelesaikan suatu perselisihan dengan menuntut hak yang juga dapat diakui oleh orang lain. Contoh: Seorang perawat menyerankan kepada pasien agar tidak ke luar ruangan selama hospitalisasi. Pada situasi tersebut, klien marah karena tidak setuju dengan saran perawat dan klien tersebut mengatakan pada perawat bahwa ia juga punya hak untuk keluar dari ruangan bilamana ia mau. Dalam hal ini, perawat dapat menerima tindakan pasien sepanjang tidak merugikan kesehatan pasien. Bila tidak tercapai kesepakatan karena membatasi pasien, berarti ia mengingkari kebebasan pasien. 2.1.3 Jenis-jenis Hak Hak terdiri dari 3 jenis, yaitu hak kebebasan, hak kesejahteraan, dan hak legislative. a. Hak-hak kebebasan Hak mengenai kebebasan diekspresikan sebagai hak orang-orang untuk hidup sesuai dengan pilihannya dalam batas-batas yang ditentukan (Fromer, 1981). Misalnya, seorang perawat wanita yang bekerja di suatu rumah sakit, dapat memakai seragam yang dia inginkan (haknya) asalkan berwarna putih bersih dan sopan sesuai dengan batas-batas. Dalam contoh terebut terdapat dua hal penting, yaitu sebagai berikut: Batas-batas kesopanan tersebut merupakan kebijakan rumah sakit Warna putih dan sopan merupakan norma yang diterapkan untuk perawat.

b. Hak-hak kesejahteraan Hak-hak yang diberikan secara hokum untuk hal-hal yang merupakan standar keselamatan spesifik dalam suatu bangunan atau wilayah tertentu. Misalnya, hak pasien untuk memperoleh asuhan keperawatan, hak penduduk untuk memperoleh air yang bersih, dll. c. Hak-hak legislatif Hak-hak legislative diterapkan oleh hukum berdasarkan konsep keadilan. Misalnya, seorang wanita mempunyai hak legal untuk tidak diperlakukan semenamena oleh suaminya. Badman & Bandman (1986), menyatakan bahwa hak-hak legilatif mempunyai empat peranan di masyarakat, yaitu membuat peraturan, mengubah peraturan, membatasi moral terhadap peraturan yang tidak adil, memberikan keputusan pengadilan atau menyelesaikan perselisihan. 2.1.4 Hak-hak Pada Seseorang Badman&Bandman (1986) menjelaskan lima syarat yang mempengaruhi penentuan hak-hak seseorang, yaitu sebagai berikut: 1. Kebebasan untuk menggunakan hak yang dipilih oleh seseorang, orang yang bersangkutan tidak dapat disalahkan atau dihukum karena menggunakan atau tidak menggunakan hak tersebut. Contoh: Klien mempunyai hak untuk pengobatan yang ditetapkan oleh dokter, tapi dia mempunyai hak untuk menerima atau menolak pengobatan tersebut. 2. Seseorang mempunyai tugas untuk memberikan kemudahan bagi orang lain untuk menggunakan hak-haknya. Contoh: Perawat mempunyai tugas untuk meyakinkan dan melindungi hak-hak klien untuk mendapatkan pengobatan. 3. Hak harus sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, yaitu persamaan, tidak memihak, dan kejujuran. Contoh: Semua klien mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan. 4. Hak untuk dapat dilaksanakan. Contoh:

Di beberapa rumah sakit, para penentu kebijakan mempunyai tugas untuk memastikan bahwa pemberian hak-hak asasi manusia dilaksanakan untuk semua klien atau pasien. 5. pengganti. Contoh: Apabila nama pasien tertunda dari jadwal pembedahan dengan tidak disengaja, pasien dikompensasikan untuk ditempatkan bagian teratas dari daftar pembedahan berikutnya (bila terjadi kekeliruan) HAK& KEWAJIBAN PASIEN/KLIEN Hak pasien Pentingnya mengetahui hak-hak pasien dalam pelaksanaan asuhan kesehatan baru muncul pada akhir tahun 1960. tujuan dari hal tersebut adalah untuk meningkatkan mutu asuhan kesehatan dan membuat system asuhan kesehatan yang responsive terhadap kebutuhan klien (Ismani, 2001). Dewasa ini, pasien/klien dapat meminta untuk membuat keputusan sendiri dan mengendalikan diri sendiri bila ia sakit (Ismani, 2001). Kebutuhan untuk hak klien adalah hasil secara luas dari dua keadaan yaitu kerentanan klien terhadap penyakit dan kompleksitas hubungan dalam tatanan asuhan keperawatan (Suhaemi, 2004). Pernyataan hak-hak pasien Pernyataan hak-hak pasien (Patients Bill of Rights) dikeluarkan oleh The American Hospital Association pada 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang akan dirawat di rumah sakit. Pernyataan tentang hak-hak tersebut adalah: 1. 2. Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan kesehatan atau keperawatan yang akan diterimanya. Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang memeriksanya berkaitan dengan diagnosis, pengobatan, dan prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang dihadapinya. Apabila hak seseorang bersifat membahayakan, maka hak tersebut dapat dikesampingkan atau ditolak dan orang yang bersangkutan akan diberi kompensasi atau

3.

Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta risiko penting yang kemungkinan akan dialaminya, kecuali dalam situasi darurat.

4. 5.

Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hokum dan diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya. Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut program asuhan medis, konsultasi, dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan.

6. 7.

Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan kesehatan yang diberikan kepadanya. Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat lain yang lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alas an rujukan tersebut, dan rumah sakit yang ditunjuk dapat menerimanya.

8.

Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan rumah sakit dengan instansi lain, seperti instansi pendidikan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang diterimanya. Contoh: hubungan individu yang merawatnya, nama yang merawat dan sebagainya.

9.

Pasien berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila diikutsertakan sebagai suatu eksperimen yang berhubungan dengan asuhan atau pengobatannya.

10. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi dari dokternya kepada dokter lain, bila dibutuhkan dalam rangka asuhannya. 11. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang diperlukan untuk asuhan kesehatannya. 12. Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan rumah sakit yang harus dipatuhinya sebagai pasien selama ia dirawat. Sedangkan National League For Nursing (1977) meyakini bahwa hak-hak pasien adalah sebagai berikut: 1. 2. Hak memperoleh asuhan kesehatan sesuai standar professional tanpa memandang tatanan kesehatan yang ada Hak untuk diperlakukan secara sopan dan santun, serta keramahan dari perawat yang bertugas tanpa membedakan ras, warna kulit, derajat di masyarakat, jenis kelamin, kebangsaan, politis, dan sebagainya.

3.

Hak memperoleh informasi tentang diagnosis penyakitnya, prognosis, pengobatan, termasuk alternative asuhan yang diberikan, risiko yang mungkin terjadi agar pasien dan keluarganya memahami dan dapat memberikan persetujuan atas tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. hukum.

Hak legal untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan tentang asuhan keperawatan yang akan diberikan kepadanya. Hak menolak observasi dari tim kesehatan yang tidak langsung terlibat dalam asuhan kesehatannya. Hak mendapatkan privasi selama wawancara, pemeriksaan kesehatan, dan pengobatan. hak mendapatkan privasi untuk berkomunikasi dan menerima kunjungan dari orang yang benar-benar disetujuinya. hak menolak pengobatan atau partisipasi dalam pelaksanaan penelitian dan eksperimen yang dilakukan tanpa jaminan hokum bila terjadi dampak yang merugikan. Hak terhadao koordinasi dan asuhan kesehatan yang berkelanjutan. Hak menerima pendidikan / instruksi yang tepat dari petugas kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kebutuhan kesehatan dasar secara optimal. Hak kerahasiaan terhadap dokumen serta hasil komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yang diberikannya ke pada petugas kesehatan, kecuali untuk kepentingan

Kewajiban pasien Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan, agar dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan haknya. Agar pelaksanaan asuhan kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan semaksimal mungkin, diperlukan suatu kewajiban sebagai berikut (Ismani, 2001): 1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib yang ada di institusi kesehatan dan keperawatan yang memberikan pelayanan kepedanya. 2. Pasien diwajibkan untuk mematuhi segala kebijakan yang ada, baik dari dokter ataupun perawat yang memberikan asuhan. 3. Pasien atau keluarganya berkewajiban untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang penyakit yang diderita pasien kepada dokter atau perawat yang merawatnya.

4. Pasien atau keluarga yang bertanggung jawab terhadapnya, berkewajiban untuk menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan selama perawatannya. 5. pasien atau keluarganya berkewajiban untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya. HAK & KEWAJIBAN PERAWAT Hak perawat 1. 2. 3. 4. diberikan. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Perawat berhak untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan IPTEK dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus-menerus. Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur oleh institusi pelayanan maupun oleh pasien. Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya fisik maupun stress emosional. Perawat berhak diikiutsertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan. Perawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya. Perawat berhak untuk menolak dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran atau pengumuman tertulis karenan diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau peraturan perundangundangan lainnya. Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Perawat berhak untuk menolak keinginan pasie yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, serta standard an kode etik profesi. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang

11.

Perawat berhak untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak dari jasa profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan.

12.

Perawat berhak untuk memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya (Ismani, 2001). Hak-hak perawat menurut Claire Fagin (1975) : 1. Hak memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemmapuan khususnya dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 2. Hak memperoleh pengakuan sehubungan dengan kontribusinya melalui ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang dijalankan serta imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinya. 3. Hak mendapatkan lingkungan kerja dengan stress fisik dan emosional serta risiko kerja yang seminimal mungkin. 4. Hak untuk melakukan praktik-praktik profesi dalam batas-batas hukum yang berlaku. 5. Hak menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang dilakukan. 6. Hak berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh terhadap perawatan. 7. Hak untuk berpartisipasi dalam organisasi social dan politik yang mewakili perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan. Kewajiban perawat 1. 2. 3. 4. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institui yang bersangkutan. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan seuai dengan standar profesi dan batas-batas kegunaannya. Perawat wajib menghormatai hak-hak pasien. Perawat wajib merujuk pasien kepada perawat atau tenagag kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya sendiri. 5. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan dengan keluarganya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.

6.

Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing sepanjang tidak mengganggu pasien lain.

7. 8.

Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memnerikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya.

9.

Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasan klien.

10. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan. 11. perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus. 12. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya. 13. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang. 14. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja (Ismani, 2001). HAK-HAK KELOMPOK KHUSUS Hak-hak individu dengan cacat fisik dan mental Termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang tidak mampu meyakinkan keberadaan dirinya dalam kehidupan social atau perorangan secara normal. Hal ini terjadi akibat adanya kelemahan fisik maupun mental. Individu dengan kelemahan ini, sebagai warga Negara maupun sebagai makhluk Tuhan, tetap harus dihargai karena mereka mempunyai hak yang sama dengan orang yang sehat (Ismani, 2001). Hak-hak tersebut antara lain: 1. 2. 3. Hak mendapatkan penghargaan dan martabat sebagai manusia sehingga dapat menikmati kehidupan sepenuhnya dan sebaik mungkin. Hak sebagai penduduk dan berpolitik sesuai kemauan dan kemampuannya. Hak atas tindakan yang telah ditetapkan agar mereka dapat percaya diri

4.

Hak memperoleh tindakan atau pengobatan medis, psikologis, fungsional (penggunaan alat bantu) seperti protesa, rehabilitasi, social, pendidikan, dsb, yang memungkinkan dikembangkannnya kemampuan dan atau keterampilan secara maksimal agar dapat mempercepat proses integrasi dan reintegrasi social.

5. 6. 7. 8. 9.

Hak memperoleh kesejahteraan social dan ekonomi pada tingkat kehidupan yang layak (sesuai dengan kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan). Hak mendapatkan kebutuhan spesifik dan harus dipertimbangkan dalam semua tingkat perencanaan baik social atau ekonomi. Hak untuk tinggal bersama keluarga atau orang tua angkat adan berpartisipasi dalam kegiatan social, kretif, atau rekreasi. Hak mendapatkan perlindungan terhadap hal-hal yang menyangkut diskriminasi atau tindakan kejam dari pihak lain. Mereka harus mampu menggunakan kesempatan dan memanfaatkan bantuan hukum apabila bantuan tersebut diperlukan untuk pribadi atau mempertahankan hak-hak yang dimilikinya.

10. 11.

Organisasi orang cacat dapat berkonsultasi kepada instansi atau lembaga terkait mengenai hal-hal yang menyangkut hak-hak mereka. Orang-orang dengan kecacatan, keluarga, dan masyarakat harus diberikan informasi tentang hak-hak mereka (General Assembly of the United Nations, 1975). Hak-hak individu yang akan meninggal 1. Hak diperlukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba. 2. Hak mempertahankan harapannya, tidak peduli apapun perubahan yang terjadi. 3. Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan harapannya, apapun perubahan yang terjadi. 4. Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian yang sedang dihadapinya. 5. Hak berpartisipasi dalam perhatian pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatnnya. 6. Hak memperoleh dalam pengobatan dan perawatan secara berkesinambungan, walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa nyaman. 7. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian. 8. Hak untuk bebas dari rasa sakit.

9. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur. 10. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang ditinggalkan agar dapat menerimam kematiannya. 11. Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat. 12. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianutnya. 13. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya bagi orang lain. 14. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati setelah yang bersangkutan meninggal. 15. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang dapat mengerti kebutuhan dan kepuasan dalam menghadapi kematian. Hak-hak individu dengan retardasi mental 1. Hak menunjukkan tingkat maksimum dari kemampuannya yang samam dengan orang lain. 2. Hak memperoleh asuhan medis, fisioterapi, pendidikan, latihan, rehabilitasi, serta bimbingan yang tepat, yang sesuai dengan kemampuan dan potensinya yang maksimal. 3. Hak memperoleh standar hidup yang layak dan keamanan dalam hal ekonomi dan berhak melakukan pekerjaan yang produktif sesuai dengan kemampuannya. 4. Hak untuk tinggal bersama keluarga atau orang tua angkat dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk kehidupan dalam masyarakat secara layak, bila mungkin. 5. Hak atas penjagaan apabila diperlukan untuk melindungi diri dan kepentingannya. 6. Hak mendapatkan perlindungan atas tindakan kekerasan, apabila dituntut atas suatu pelanggaran, ia berhak mendapatkan pertimbangan hukum dan pengakuan penuh terhadap derajat tanggung jawab mentalnya. 7. Apabila mereka tidak mempunyai kemampuan karena keadaan cacatnya yang berat, mereka dapat dilatih untuk memahami hak mereka melalui prosedur yang berlaku yang didasarkan pada evaluasi seorang ahli.

8. Hak memperoleh perawatan, bila diperlukan, dari orang yang berpengetahuan dan mengerti akan kebutuhannya serta dapat membantu dalam menghadapi kesulitan memperoleh pengakuan terhadap dirinya. Hak-hak wanita hamil Wanita hamil termasuk dalam kelompok khusus karena pada saat wanita mengalami kehamilan terjadi berbagai perubahan fisik maupun psikologis. Hak-hak yang dimiliki wanita hamil adalah sebagai berikut: 1. Wanita hamil berhak memperoleh informasi tentang obat yang diberikan jepadanya dan pelaksanaan prosedur oleh petugas kesehatan yang merawatnya, terutama yang berkaitan dengan efek-efek yang mungkin terjadi secara langsung maupun tidak langsung, risiko bahaya yang mungkin terjadi pada diri atau bayinya selama masa kehamilan, melahirkan dan laktasi. 2. Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang menyangkut persiapan kelahiran dan cara-cara mengatasi ketidaknyamanan dan stress serta informasi sedini mungkin tentang kehamilan. 3. Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang obat-obatan yang diberikan kepadanya serta pengaruhnya secara langsung maupun tidak langsung terhadap bayi yang dikandungnya. 4. operasi. 5. Wanita hamil berhak untuk mengetahui nama obat dan nama pabriknya, bila diperlukan, sehingga dapat memberikan keterangan kepada petugas kesehatan yang professional bila terjadi reaksi terhadap obat tersebut. 6. Wanita hamil berhak untuk membuat keputusan tentang diterima atau ditolaknya suatu terapi yang dianjurkan setelah mengetahui kemungkinan risiko yang akan terjadi pada dirinya, tanpa tekanan dari pihak lain. 7. 8. 9. Wanita hamil berhak untuk memperoleh informasi tentang keuntungan suatu prosedur bagi bayi dan dirinya sesuai indikasi medis. Wanita hamil berhak didampingi oleh orang yang merawatnya selama dalam keadaan stress persalinan. Setelah melakukan konsultasi medis, wanita hamil berhak untuk memilih posisi melahirkan yang tidak menimbulkan stress bagi diri sendiri maupun bayinya. Wanita hamil yang akan dioperasi sesar, sebaiknya diberi premedikasi sebelum

10.

Wanita hamil berhak untuk mendapatkan informasi tentang orang yang menolong persalinannya serta kualifikasi profesionalnya untuk kepentingan surat keterangan kelahiran. Hak individu lansia 1. Hak untuk diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai harga diri dan martabat. 2. Hak menikmati kehidupan pada masa tua, tanpa tekanan. 3. Hak mendapatkan perlindungan dari keluarga dan instansi yang berwenang. 4. Hak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang optimal. 5. Hak untuk tinggal di lingkungan keluarga atau panti, bila ia menginginkannya. 6. Hak memperoleh pendidikan yang dibutuhkannya untuk menghabikan sisa hidupnya, misalnya pendidikan agama dan sebagainya. 7. Hak berekreasi dan mengatur hobinya, bila diinginkan. 8. Hak untuk dihargai dan menghargai dirinya dan orang lain. 9. Hak menerima kasih sayang dari anak, keluarga, dan masyarakat. Hak-hak anak Paradigma sehat yang diartikan sebagai pemikiran dasar sehat berorientasi pada peningkatan dan perlindungan anak sehat, bukan merupakan penyembuhan anak yang jatuh sakit. Kebijakan tersebut ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan tujuan untuk meningkatkan dan melindungi kondisis anak yang sehat agar lebih produktif dan inovatif sesuai dengan Undang-Undang RI, No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, BAB V Upaya Kesehatan, pasal 7 ayat 1 dan 2. Ayat (1): Kesehatan anak diselenggrakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ayat (2): Kesehatan anak dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia pra sekolah, dan usia sekolah. Untuk mencapai tujuan di atas, hak-hak anak dapat diuraikan sebagai berikut (Ismani, 2001): 1. Anak berhak mendapatkan perlindungan fisik maupun mental sejak dalam kandungan sampai dengan lahir dan sesuai dengan perkembangannya.

2. Anak berhak untuk dihargai bagaimanapun keberadaannya secara fisik maupun mental. 3. Anak berhak memperoleh kasih saying dari kedua orang tuanya dan anggota keluarga yang lain. 4. Anak berhak memperoleh pendidikan yang layak seuai dengan kemampuan keluarga atau ketentuan dan kebijakan dari suatu lembaga pemerintahan yang ada. 5. Anak berhak berkomunikasi dan mengemukakan pendapat atau alas an yang benar sesuai dengan kemampuan dan usianya. 6. Anak berhak memperoleh kesempatan bermain dan mengemukakan pendapat atau alas an yang benar sesuai dengan kemampuan dan tingkat usianya. 7. Anak berhak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, memperoleh gizi yang adekuat, rekreasi, dan perawatan serta pengobatan bila membutuhkannya. 8. Anak berhak menolak untuk dipekerjakan seperti seperti orang dewasa dalam mencari nafkah. 9. Anak berhak diperlakukan dengan baik, sopan, dan terhindar dari tindakan kekejaman atau eksplorasi. 10. Anak berhak memperoleh perlindungan hukum apabila diperlukan dalam penyelesaian masalah pidana maupun perdata yang dilakukan terhadap dirinya. 2.1.5 Instrumen Hukum Hak dan Kewajiban Berikut ini adalah isi Undang-Undang RI, No. 23 tahun 1992 tentang hak dan kewajiban tenaga medis, perawat, dan pasien. BAB I Pasal 1, ayat (1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. BAB III Hak dan Kewajiban Pasal 4 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Pasal 5

Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungannya. BAB V Upaya Kesehatan Bagian kedua: Kesehatan Keluarga Pasal 12, Ayat (1) Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat, kecil, bahagia, dan sejahtera. Ayat (2) Kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami-istri, anak, dan anggota keluarga lainnya. Pasal 14 Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, persalinan, pascapersalinan, dan masa diluar kehamilan dan persalinan. Pasal 15, Ayat (1): Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan medi tertentu. Ayat (2): a. Tindakan medis tertentu sebagaimanan dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat tersebut. b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan paertimbangan tim ahli. c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya. d. Pada sarana kesehatan tertentu. BAB VI Sumber Daya Kesehatan Bagian kedua : Tenaga Kesehatan Pasal 53, Ayat (1): Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Ayat (2): dilakukan: berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan

Tenaga kesehatan, dalam melakukan tugasnya, berkewajiban untuk mematuhi standar profei dan menghormati hak pasien. Pasal 54, Ayat (1): Terhadap tehaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. Ayat (2): Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian, ditentukan oleh Majelis Disiplin Tehaga Kesehatan 2.2 Hak Asasi Manusia (HAM) 2.2.1 Definisi HAM Seperangkat hak yang melekat pada hakikt dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demikehormatan dan perlindunganharkat dan martabat manusia.(Menurut UndangUndang No 39 tahun 1999 tentang HAM dalam pasal 1) HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia secara kodrat yang tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya karena itu hak ini bersifat luhur dan suci. Hak-hak asasi manusia mengacu pada hak-hak istimewa atau hak-hak asasi setiap orang. Misalnya, seseorang dapat mengekspresikan rasa iba, simpati, dan pemikiran-pemikirannya (Fagin, 1975). Hak asasi manusia (HAM) adalah hak untuk dapat mengekspresikan dirinya secara bebas agar dapat berkembang dengan layak untuk tumbuh, menerima upah atas pekerjaan yang dilakukannya secara bertanggung jawab (Ismani, 2001). 2.2.2 Sejarah Perkembangan HAM Hak asasi bukan merupakan hal yang baru karena hak manusia sesungguhnya sudah ada sejak manusia itu dilahirkan. Sejak nabi Musa dibangkitkan untuk memerdekakan umat yahudi dari perbudakan di Mesir, manusia sudah menyadari

tentang pentingnya penegakan hak 0 hak membela kemerdekaan, kebenaran, dan keadilan. Di babylonia terkenal Hukum Hammurabi yaitu hukum untuk menjamin keadilan bagi warganya. Hukum hammurabi yang sudah dikenal 2000 tahun sebelum masehi merupakan jaminan bagi hak hak asasi manusia. Solon 600 tahun menjelang tahun masehi di Athena mengadakan pembaharuan dengan menyusun perundang undangan mengenai keadilan, ia menganjurkan warga negara yang diperbudak karena kemiskinan agar dimerdekakan. Solon yang dianggap bapaknya ajaran demokrasi ini kemudian membentuk Mahkamah Keadilan yang disebutnya Heliaca. Majelis rakyat dinamakan ecclesia. Tokoh masyarakat Athena lainnya ialah Pericles yang menghimbau penduduk negeri itu berpartisipasi dalam lembaga permasyarakatan Ecclesia. Kaisar Romawi Flarius Justinion (527) dengan gagasannya menciptakan peraturan hukum yang kemudian menjadi pola sistem hukum modern di negara barat. Dasar hukum Justinion adalah adnya jaminan bagi keadilan dan hak hak kemanusiaan. Filosof Yunani, Socrates (470-399) dan Plato (428-348) meletakkan dasar bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak asasi manusia. Ia menganjurkan kepada masyarakat untuk melakukan sosial kontrol kepada penguasa yang zalim dan tidak mengakui nilai nilai keadilan dan kebenaran. Aristoteles (348-322) ,menganjurkan pemerintah untuk mendasarkan kekuasaanyya pada kemauan dan kehendak warga negaranya. Sejarah juga mencatat, tonggak pertama kali kemenangan hak asasi manusia terjadi di Inggris pada 15 Juni 1215 dengan lahirnya Magma Charta (Piagam agung). Prinsip dasar piagam yang dicetuskan bangsawan bangsawan Inggris ini antara lain memuat pernyataan bahwa hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja Perkembangan selanjutnya, Thomas aquino (1215-1274) mengatakan bahwa hukum dan undang undang hanya dapat dibuat atas kehendak rakyat, atau oleh seorang raja yang mencerminkan aspirasi rakyat. Kemudian John Locke (1632-1704) menggambarkan keadaan status naturalis dimana manusia sudah memiliki hak hak dasar secara perorangan. Dalam keadaan bersama sama, hidup lebih maju seperti yang disebutnya status civitis, Locke berpendapat bahwa manusia yang berkedudukan sebagai warga negara itu hak hak dasarnya dilindungi oleh negara. Kemudian muncul beberapa teori tentang fundering (pendasaran) kekuasaan negara, seperti JJ Rousseau, berpendapat bahwa kekuasaan negara itu timbulnya

karena dan berdasarkan atas suatu persetujuan atau kontrak antara seluruh masyarakat untuk membentuk pemerintahan. Teori ini terkenal dengan sebutan kontrak sosial (1762) dianut di eropa sampai ke Amerika sehingga kian meningkat pergerakan untuk menjamin dan melindungi hak hak dan kebebasan yang asasi. Mekanisme perintis lainnya adalah lahirnya Habeas Corpus Set (1670) yaitu undang undang penegasan penahanan, sebuah undang undang untuk lebih melindungi kebebasan warga negara dan mencegah pemenjaraan yang sewenang wenang Bill Of Rights ( Piagam hak hak) di Britania tahun 1689 sebuah undang undang tentang hak hak dan kebebasan-kebebasan warga negara dan menentukan penggantian raja. Demikian juga Bill of Rights Virginia, ameriuka Serikat ( 12 Juni 1776) Revolusi Amerika yang melahirkan declaration on Independence tanggal 14 Juli 1776. suatu pernyataan kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh tiga belas negara bagian, merupakan piagam hak asasi manusia karena mengandung pernyataan Bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama derajat oleh maha Penciptanya. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh penciptanya hakhidup, kemerdekaan dan kebebasan untuk menikmati kebahagiaan. Declaration Of Independence di Amerika Serikat tahun 1776 menempatkan Amerika sebagai negara yang mendapat kehormatan pertama dalam sejarah yang memberi perlindungan dan jaminan hak hak asasi manusia dalam konstitusinya. Presiden amerika Serikat yang terkenal sebagai pendekar hak asasi adalah Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson, lalu Jimmy Carter Pada ssat berkobarnya Perang Dunia II, ditandatangani Atlantic Carter, 14 Agustus 1941dengan semboyannya Rights of Self Determination. Amanat Presiden Franklin D. Roosevelt tentang the four Freedom yang diucapkannya di depan kongrtes Amerika tanggal 6 januari 1941 yakni kebebasan bertbicara dan melahirkan pikiran, kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya, kebnebasan dari rasa takut, kebebasan dari kekurangan dan kelaparan. Setelah berakhir Perang Duniua II mulai tahun 1946 PBB mendirikan Commision on human Rights untuk menyusun rancangan Piagam hak Asasi manusia, hak ekonomi, dan sosial diberi tempat disamping hak politik. Karya berupa universal declaration of human rights terdiri dari 30 pasal.

Majelis umum PBB memproklamirkan pernyataan sedunia tentang Hak Asasi Manusia sebagai a Commision Standart of Achievement for all people and nations. 2.2.3 Klasifikasi, Jenis, dan Macam HAM

Menurut Brierly, pada dasarnya para ahli berpendapat hak asasi manusia dibagi menjadi 1. 2. 3. 4. 5. Hak mempertahankan diri (self preservation) Hak Kemerdekaan (independence) Hak persamaan derajat (equality) Hak untuk dihargai (respect) Hak bergaul satu denganh yang lain (intercourse)

Menurut ajaran John Locke, Montesquieu dan JJ Rousseau, Hak Asasi Manusia meliputi : 1. Kemerdekaan atas diri sendiri 2. Kemerdekaan beragama 3. Kemerdekaan berkumpul dan berserikat 4. Hak Write of Habeas Corpus 5. Hak kemerdekaan pikiran dan pers Hak asasi menurut Konstitusi Perancis 1791 yang kemudian diamandemenkan tahun 1793 dan 1848 : 1. Makhluk dilahirkan merdeka dan tetap merdeka 2. Manusia mempunyai hak yang sama 3. Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain 4. Warga negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan dan pekerjaan umum 5. Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut u7ndang -0 undang 6. Manusia memppunyai kemerdekaan agama dan kepercayaan 7. Manusia merdeka mengeluarkan pikiran 8. Adanya kemerdekaan surat kabar 9. Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat 10. Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul

11. Adanya kemerdekaan bekerja , berdagang, dan melaksanakan kerajinan 12. Adanya kemerdekaan rumah tangga 13. Adanya kemerdekaan hak milik 14. Adanya kemerdekaan lalu lintas 15. Adanya hak hidup dan nafkah Secara garis besar jenis Hak Asasi Manusia menyangkut : Hak-hak asasi pribadi (personal rights), Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan

kepercayaan yang diyakini masing-masing Hak-hak asasi ekonomi (property rights) Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll Hak kebebasan untuk memiliki susuatu Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak Hk-hak asasi politik (political rights), Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

politik lainnya Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal equality). Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights). Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan

Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata-cara peradilan dan perlindungan (procedural rights). Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum.

Berdasarkan UU 39 tahun 1999, HAM terbagi atas : 2.2.4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Hak anak Hak atas kebebasan pribadi Hak atas kesejahteraan Hak atas rasa aman Hak berkeluarga melanjutkan keturunan Hak mengembangkan diri Hak turut serta dalam pemerintahan Hak untuk hidup Hak wanita Pelaksanaan HAM di Indonesia Prinsip-prinsip Pelaksanaan HAM di Indonesia adalah sebagai berikut : Keseimbangan Antara Hak dan Kewajiban Bersifat Relatif Keterpaduan Keseimbangan Kerja Sama Internasional yang Saling Menghormati Taat pada Peraturan Keterkaitan Sistem Politik Kesamaan Harkat dan Martabat Prinsip Memperoleh & Menuntut Perlakuan yang Sama Perlindngan Masyarakat Adat Mendahulukan Hukum Nasional Tanggung Jawab Pemerintah

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penegakkan HAM : a. Faktor Kondisi Sosial-Budaya. b. Faktor Komunikasi dan Informasi, 1) Letak geografis Indonesia yang luas 2) Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun secara baik 3) Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas. c. Faktor Kebijakan Pemerintah. 1) Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang pentingnya jaminan hak asasi manusia. 2) Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi manusia sering diabaikan. d. Faktor Perangkat Perundangan. 1) Pemerintahan tidak segera meratifikasi hasil-hasil konvensi internasional tentang hak asasi manusia. 2) Kalaupun ada, peraturan perundang-undangannya masih sulit untuk diimplementasikan. e. Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement). 1) Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi mengabaikan prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia. 2) Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layak sering membuka peluang jalan pintas untuk memperkaya din. 3) Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif, tidak konsekuen, dan tindakan penyimpangan berupa KKN 2.2.5 INSTRUMEN HUKUM HAM

1. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. 2. UU No. 5 Tahun 1998 tentang pengesahan Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia). 3. Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

4. Keppres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia. 5. Inpres No, 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Nonpribumi dalam Semua Perumusan dan penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Pemenintahan. 6. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 7. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. 8. Amandemen kedua UUD 1945 (2000) Bab XA Pasal 28A 28J mengatur secara eksplisit Pengakuan dan Jaminan Manusia. 2.2.6 Pelanggaran dan Peradilan HAM Perihal pelanggaran berat yang dimaksudkan, sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, mencakup 1. Kejahatan Genosida Adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnik, kelompok agama, dengan cara: a. membunuh anggota kelompok; b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok; c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya; d. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau e. memindahkan secara paksa anak-anak dan kelompok tertentu ke kelompok lain. Perlindungan Terhadap Hak Asasi Program, ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan

Pelanggaran HAM Berat

2. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

Adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dan serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan langsung terhadap penduduk sipil, berupa: a.pembunuhan b. d. pemusnahan Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; c.perbudakan; e.Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang f. Penyiksaan; g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara; h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, tau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional i. Penghilangan orang secara paksa; atau j. Kejahatan apartheid. Peradilan HAM Berat Pemeriksaan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat, dilakukan oleh majelis hakim pengadilan HAM yang berjumlah lima orang terdiri atas dua orang hakim pada Pengadilan HAM yang bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc. Hakim ad hoc adalah hakim yang diangkat dan luar hakim karier yang memenuhi persyaratan profesional, berdedikasi tinggi, menghayati cita-cita negara hukum dan negara kesejahteraan yang berintikan keadilan, memahami dan menghormati hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia. Peradilan HAM Internasional 1948 PBB mengeluarkan Dekiarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) yang menjadi dasar hukum internasional baru bagi persoalan HAM. lembaga bernama International Criminal Court mulai bekerja pada

2002 untuk mengadili kejahatan perang, pembersihan etnik (genosida), kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan agresi Proses Peradilan HAM Internasional Dalam rangka menyelesaikan masalah pelanggaran HAM mi pula, PBB membentuk Komisi PBB untuk Hak Asasi manusia (The United Nations Commission on Human Right).Cara kerja Komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia untuk sampai pada proses peradilan internacional : Melakukan pengkajian (studies) terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, baik dalam suatu negara tertentu maupun secara global. Terhadap kasus-kasus pelanggaran yang terjadi, kegiatan Komisi terbatas pada himbauan serta persuasi. Kekuatan himbauan dan persuasi terletak pada tekanan opini dunia internasional terhadap pemerintah yang bersangkutan. Seluruh temuan Komisi mi dimuat dalam Yearbook of Human Rights yang Mahkamah Internasional sesuai dengan tugasnya, segera menindakianjuti disampaikan kepada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. baik pengaduan oleh anggota maupun warga negara anggota PBB, serta hasil pengkajian dan temuan Komisi Hak Asasi Manusia PBB untuk diadakan penyidikan, penahanan, dan proses peradilan. Peradilan HAM Internasional Dibentuk ICC ( INTERNATIONAL CRIME COURT) 17 Juni 1998 di Roma.Dalam konferensi / sidang Unitet Nations Diplomatic Conference On Criminal Court. Disepakati bahwa kejahatan kejahatan itu adalah: 1. The Crime Of Genocide (permusuhan masal terhadap kelompok etnis atau agama tertentu 2. Crime Against Humanity (kejahatan melawan kemanusiaan) 3. War Crimes (kejahatan perang) 4. The Crimes of Agression (penyerangan suatu negara terhadap negara lain) Sanksi Internasional atas Pelanggaran HAM 1. Di berlakukannya travel warning terhadap warga negaranya 2. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing

3. Pemutusan hubungan diplomatik 4. Pengurangan bantuan ekonomi 5. Pengurangan tingkat kerjasama 6. Pemboikotan produk eksport 7. Embargo Ekonomi 2.2.7 HAM ditinjau dari Pancasila o Persamaan o Keadilan o Kasih sayang o Kehidupan yang tenteram o o o o o o o o o o o o Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Tidak diperbudak Tidak dianiaya Diakui sebagai makhluk pribadi Tidak ditangkap tanpa alasan Tidak ditahan tanpa bukti yang kuat Tidak dibuang secara sewenang-wenang Mendapatkan peradilan yang bebas Praduga tak bersalah sampai dibuktikan Sila Persatuan Indonesia Kesadaran berbangsa Jaminan dan perlindungan Anti imperialisme Anti kolonialisme Sila o o o o Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Sila Ketuhanan yang maha Esa

Permusyawaratan Perwakilan Mengeluarkan pendapat Berkumpul dan berserikat Turut serta dalam pemerintahan Memiliki kesempatan untuk menduduki jabatan negara

o o o o o

Kemerdekaan pers Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Milik Jaminan Sosial Pekerjaan Kesehatan 2.2.8 Organisasi yang bergerak di bidang HAM Banyak sekali berdiri organisasi yang berkecimpung di bidang Hak Asasi manusia, baik yang tingakat nasional maupun internasional Nasional KontraS KontraS, yang lahir pada 20 Maret 1998 merupakan gugus tugas yang dibentuk oleh sejumlah organisasi civil society dan tokoh masyarakat. Gugus tugas ini semula bernama KIP-HAM yang telah terbentuk pada tahun 1996. Sebagai sebuah komisi yang bekerja memantau persoalan HAM, KIP-HAM banyak mendapat pengaduan dan masukan dari masyarakat, baik masyarakat korban maupun masyarakat yang berani menyampaikan aspirasinya tentang problem HAM yang terjadi di daerah. Pada awalnya KIP-HAM hanya menerima beberapa pengaduan melalui surat dan kontak telefon dari masyarakat. Namun lama kelamaan sebagian masyarakat korban menjadi berani untuk menyampaikan pengaduan langsung ke sekretariat KIP-HAM. Dalam beberapa pertemuan dengan masyarakat korban, tercetuslah ide untuk membentuk sebuah lembaga yang khusus menangani kasus-kasus orang hilang sebagai respon praktik kekerasan yang terus terjadi dan menelan banyak korban. Pada saat itu seorang ibu yang bernama Ibu Tuti Koto mengusulkan dibentuknya badan khusus tersebut. Selanjutnya, disepakatilah pembentukan sebuah komisi yang menangani kasus orang hilang dan korban tindak kekerasan dengan nama KontraS. Dalam perjalanannya KontraS tidak hanya menangani masalah penculikan dan penghilangan orang secara paksa tapi juga diminta oleh masyarakat korban untuk menangani berbagai bentuk kekerasan yang terjadi baik secara vertikal di Aceh, Papua dan Timot-Timur maupun secara horizontal seperti di Maluku,

Sambas, Sampit dan Poso. Selanjutnya, ia berkembang menjadi organisasi yang independen dan banyak berpartisipasi dalam membongkar praktik kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia sebagai akibat dari penyalahgunaan kekuasaan. Dalam perumusan kembali peran dan posisinya, KontraS mengukuhkan kembali visi dan misinya untuk turut memperjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia bersama dengan entitas gerakan civil society lainnya. Secara lebih khusus, seluruh potensi dan energi yang dimiliki KontraS diarahkan guna mendorong berkembangnya ciri-ciri sebuah sistim dan kehidupan bernegara yang bersifat sipil serta jauhnya politik dari pendekatan kekerasan. Baik pendekatan kekerasan yang lahir dari prinsip-prinsip militerisme sebagai sebuah sistem, perilaku maupun budaya politik. Artinya, kekerasan disini bukan semata-mata persoalan intervensi militer ke dalam kehidupan politik. Akan tetapi, lebih jauh menyangkut kondisi struktural, kultural dan hubungan antar komunitas sosial, kelompok-kelompok sosial serta antar strata sosial yang mengedepankan kekerasan dan simbol-simbolnya. IMPARSIAL (THE INDONESIAN HUMAN RIGHTS MONITOR) IMPARSIAL adalah terjemahan dari IMPARTIALITY, yang kami terjemahkan sebagai mandat untuk membela setiap korban pelanggaran hak-hak asasi manusia tanpa membedakan asalusul sosialnya, jenis kelamin, etnisitas atau ras, maupun keyakinan politik dan agamanya. IMPARSIAL didirikan untuk menjadi wadah bagi masyarakat sipil Indonesia dalam menegakkan civil liberties dan fundamental freedom, melawan diskriminasi, membela dan mengupayakan keadilan bagi para korban, melindungi aktivis-aktivis pembela hak-hak asasi manusia, serta memaksa pelanggar hak-hak asasi manusia bertanggung-jawab di hadapan pengadilan. IMPARSIAL akan memonitor dan menyelidiki pelanggaran hak-hak asasi manusia, mengumumkannya kepada publik dan menuntut pemegang kekuasaan negara memenuhi kewajibannya untuk melindungi hak-hak warga serta mengakhiri praktek kekuasaan yang jahat. IMPARSIAL akan menggalang solidaritas di antara sesama warga dan menghimpun sokongan internasional demi mendorong pemegang kekuasaan

negara tunduk pada hukum internasional hak-hak asasi manusia, yang dicerminkan oleh setiap keputusan publik dan implementasinya. IMPARSIAL bersifat independen dari pemegang kekuasaan negara yang diawasinya, non-partisan, dan mendapatkan dana bagi aktivitasnya dari sumbersumber yang tidak mengikat, serta sumbangan dari warga masyarakat dan iuran anggota. IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia ) IKOHI berdiri pada tanggal 17 September 1998 didirikan oleh korban dan keluarga korban penghilangan paksa tahun 97/98. Dan melakukan Konggres yang pertama pada tahun 2002, empat tahun yang lalu. Sebagai organisasi korban IKOHI mempunyai visi dan misi yaitu memperjuangkan keadilan dan demokrasi bagi korban serta menggalang solidaritas antar korban pelanggaran HAM di level lokal, nasional dan internasional. Saat ini IKOHI sudah mempunyai cabang dan jaringan di 12 provinsi di Indonesia termasuk Aceh dan Papua. Untuk jaringan internasional sejak tahun 2003 IKOHI telah menjadi anggota AFAD (Asian Federation Against Involuntary Disappearances) yang bermarkas di Philipina. PRAXIS Visi praxis adalah turut serta mewujudkan tatanan sosial / masyarakat yang demokratis, berkeadilan sosial dan gender, menjaga kelestarian lingkungan, menghormati dan menegakkan Hak Asasi Manusia, sehingga kelompok masyarakat yang tertindas / terpinggirkan memiliki kekuatan ruang dan sumberdaya ekonomi, politik maupun budaya yang cukup untuk mewujudkan identitas dan cita-cita bersama dalam tatanan sosial itu. Voice of Human Rights (VHR) News Center VHR mengemban tanggung jawab untuk terus-menerus membuka ruang bagi pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang hak asasi manusia, hukum, dan demokrasi. Demos

Elsam Institute for Ecosoc Rights Kapal Perempuan Komnas Perempuan LBH APIK PBHI TRuK YLBHI Internasional HURIDOCS ( HUman Rights Information and DOCumentation Systems ) HURIDOCS merupakan organisasi berjaring global yang menggunakan teknik pendokumentasian, metode monitoring, system manajemen informasi, dan tehnik dalam melawan pelanhggaran HAM dan pencegahan tindak penindasan Amnesty International Tapol Komisi HAM PBB Human Rights Watch ACHR ( The Arab Organization For Human Rights ) OMTC ( World Organization Againts Torture ) EOHR ( Egyptian Orgtaniztion for Human Rights ) CIHRS ( Cairo Institute For Human Rights ) Derechos SAPOHR ( South African Prisioners Organisation For Human Rights ) Islamic Human Rights Commision

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 1. 2. Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas (Ismani, 2001) Beberapa peranan hak adalah digunakan sebagai pengekspresian kekuasaan dalam konflik antara seseorang dengan kelompok, untuk memberikan pembenaran pada suatu tindakan, untuk menyelesaikan perselisihan. Seseorang seringkali dapat menyelesaikan suatu perselisihan dengan menuntut hak yang juga dapat diakui oleh orang lain. 3. 4. 5. 6. Hak terdiri dari 3 jenis, yaitu hak kebebasan, hak kesejahteraan, dan hak legislative Hak dan kewajiban tiap individu adalah berbeda, seperti hak dan kewajiban pada pasien/klien, perawat, serta kelompok khusus Hak dan kewajiban untuk tenaga medis, perawat dan pasien diatur dalam Undangundang RI No. 23 tahun 1992 Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun 7. Secara garis besar jenis HAM meliputi hak asasi pribadi, hak asasi ekonomi, hak asasi politik, hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan, hak asasi sosial dan kebudayaan, Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata-cara peradilan dan perlindungan 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakkan HAM di Indonesia adalah kondisi social budaya, komunikasi dan informasi, kebijakan pemerintah, perangkat perundangan, aparat dan penindakannya 9. Organisasi-organisasi yang bergerak di bidang HAM yaitu tingkat nasional (KontraS, IMPARSIAL, IKOHI, PRAXIS, VHR News Center, dll) dan tingkat internasional (HURIDOCS, Amnesty International, Tapol, Komisi HAM PBB, dll)

3.2 Saran Setiap orang tentunya memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda. Namun, secara umum setiap manusia memiliki Hak Asasi Manusia (HAM) yang sama. Untuk itu, kita sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat, hal yang sangat penting untuk mengetahui hak-hak pasien dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan serta membuat sistem asuhan keperawatan yang responsive terhadap kebutuhan dasar klien. Selain itu, pemahaman tentang HAM tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penerapan etika keprofesian, khususnya dalam hal ini adalah profesi keperawatan. Dengan tetap berpegang teguh pada komitmen yang telah dibuat dalam profesi perawat, pelayanan kesehatan juga tetap mampu diberikan secara bersamaan kepada pasien/klien tanpa mengabaikan hak-hak asasi yang dimilikinya

Anda mungkin juga menyukai