Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI LINGKUNGAN

Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kualitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biayanya. Hal ini dilakukan supaya laporan biaya lingkungan dapat dijadikan informasi yang informatif untuk mengevaluasi kinerj a operasional perusahaan terutama yang berdampak pada lingkungan.Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Rumusan masalah yang akan dibahas adalah Bagaimana penggunaan laporan biaya lingkungan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kelestarian lingkungan Model laporan biaya lingkungan yang digunakan adalah model laporan biaya lingkungan yang diambil dari Hansen dan Mowen yang terdiri dari empat klasifikasi biaya lingkungan yaitu : Biaya pencegahan (prevention cost); Biaya deteksi (detection cost); Biaya kegagalan internal (internal failure cost), dan; Biaya kegagalan eksternal (external failure cost). Analisa terhadap laporan biaya lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mBiaya lingkungan Biaya lingkungan adalah dampak, baik moneter atau non-moneter terjadi oleh hasil aktifitas perusahaan yang berpengaruh pada kualitas lingkungan. Bagaimana perusahaan menjelaskan biaya lingkungan tergantung pada bagaimana perusahaan menggunakan informasi biaya tersebut (alokasi biaya, penganggaran modal, disain proses/produk, keputusan manajemen lain), dan skala atau cakupan aplikasinya. Tidak selalu jelas apakah biaya itu masuk lingkungan atau tidak, beberapa masuk zona abu -abu atau mungkin diklasifikasikan sebagian lingkungan sebagian lagi tidak.Terminologi akuntansi lingkungan menggunakan

ungkapan seperti full, total, true, dan life cycle untuk menegaskan bahwa pendekatan tradisional adalah tidak lengkap cakupannya karena mereka mengabaikan biaya lingkungan penting (serta pendapatan dan penghematan biaya).ultiple period. Manfaat -manfaat dari mengadopsi akuntansi lingkungan dapat meliputi : 1. Perkiraan yang lebih baik dari biaya sebenarnya pada perusahaan untuk memproduksi produk atau jasa. Ini bermuara memperbaiki harga dan profitabilitas 2. Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk, proses, sistem, atau fasilitas dan menjabarkan biaya-biaya tersebut pada tanggungjawab manajer 3. Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan biaya dan perbaikan dalam ukuran lingkungan dan kualitas 4. Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkungan atau ukuran perbaikan kualitas 5. Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatif untuk mengurangi biaya-biaya lingkungan. 6. Mendorong perubahan dalam proses untuk mengurangi penggunaan sumberdaya dan mengurangi, mendaur ulang, atau mengidentifikasi pasar bagi limbah 7. Meningkatkan kepedulian staf terhadap isu -isu lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja 8. Meningkatkan penerimaan konsumen pada produk atau jasa perusahaan dan sekaligus meningkatkan daya kompetitif. Didalam dunia bisnis dikenal akuntansi yang merupakan penyedia informasi dan merupakan alat pertanggungjawaban manajemen yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Didalam akuntansi konvensional, informasi dalam laporan keuangan merupakan hasil transaksi perusahaan dari pertukarang barang dan jasa antara dua atau lebih entitas ekonomi (Belkoui, 1981). Pertukaran barang antara perusahaan dan lingkungan sosialnya menjadi cenderung diabaikan akibat dari perlakukan akuntansi tersebut yang menyebabkan pengguna laporan keuangan

memperoleh informasi yang kurang lengkap terutama mengenai hal hal yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan adalah limbah produksi. Dalam UU no. 23 tahun1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha dan atau kegiatan produksi, sedangkan pencemaran diartikan sebagai proses masuknya makhluk hidup atau zat, dam energi maupun komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan itu tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Limbah produksi yang dihasilkan oleh operasional perusahaan terdapat kemungkinan bahwa lembah tersebut berbahaya bagi lingkungan sehingga lembah sebagai residu operasional perusahaan memerlukan pengelolaan dan penanganan khusus oleh perusahaan agar tidak menyebabkan dampak negatif yang lebih besar terhadap lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Sebagai sebuah bentuk tanggung jawab perusahaan dalam mengatasi masalahlimbah hasil operasional perusahaan adalah dengan dilakukannya pengelolaan limbah operasional perusahaan tersebut dengan cara tersistematis melalui proses yang memerlukan biaya yang khusus sehingga perusahaan melakukan pengalokasian nilai biaya tersebut dalam pencatatan keuangan perusahannya. Akuntansi lingkungan ini merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mengidentifikasikan, mengukur, menilai, dan melaporkan akuntansi lingkungan. Dalam hal ini, pencemaran dan limbah produksi merupakan salah satu contoh dampak negatif dari operasional perusahaan yang memerlukan sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab perusahaan sebab pengelolaan limbah yang dilakukan oleh perusahaan memerlukan pengukuran, penilaian, pengungkapan dan pelaporan biaya pengelolaan limbah dari hasil kegiatan operasional perusahaan. Perhitungan biaya dalam penanganan limbah tersebut diperlukan adanya perlakuan akuntansi yang tersistematis secara benar. Perlakuan terhadap masalah

penanganan limbah hasil operasional perusahaan ini menjadi sangat penting dalam kaitannya sebagai sebuah kontrol tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya. Proses pengukuran, penilaian, pengungkapan dan penyajian informasi perhitungan biaya pengelolaan limbah tersebut merupakan masalah akuntansi yang menarik untuk dilakukan penelitian sebab selama ini belum dirumuskan secara pasti bagaimana metode pengukuran, penilaian, pengukapan, dan penyajian akuntansi lingkungan di sebuah perusahaan. Panduan GEMI dan EPA menjelaskan klasifikasi biaya lingkungan : 1. Biaya konvensional --> biaya penggunaan material, utilitas, benda modal, dan pasokan. 2. Biaya berpotensi tersembunyi --> Biaya upfront : yang terjadi karena operasi proses, sistem, atau fasilitas Biaya backend : biaya prospektif, yang akan terjadi tidak tentu dimasa depan. Biaya pemenuhan peraturan atau setelah pemenuhan (voluntary, beyond compliance), yaitu biaya yang terjadi dalam operasi proses, sistem, fasilitas, umumnya dianggap biaya overhead 3. Biaya tergantung (contingent) --> biaya yang mungkin terjadi di masa depan dijelaskan dalam bentuk probabilistik 4. Biaya imej dan hubungan (image and relationship) --> seperti biaya pelaporan dan aktifitas hubungan masyarakat.

Akuntansi lingkungan dapat mendukung pembuatan keputusan di perusahaan dalam hal : 1. Penganggaran modal - Capital budgeting adalah proses menganalisa alternatif investasi dan memutuhkan investasi mana untuk digunakan menggunakan standar keuangan standar (seperti ROI, periode pengembalian, dan IRR) yang mana mempertimbangkan aliran pendapatan dan biaya2x dihas ilkan dari sepanjang waktu investasi. 2. Pemilihan produk - Perusahaan secara rutin membuat keputusan mengenai produk mana untuk didapatkan didasarkan pada pertimbangan biaya mereka. Biaya2x termasuk tidak hanya biaya pembelian, namun biaya yang terjadi kare na menggunakan dan membuang produk pada akhir masa penggunaannya. Mengidentifikasi biaya2x lingkungan diasosiasikan dengan siklus hidup produk pemilikan, penggunaan, dan pembuangan - dapat membantu manajer material dalam meilih mproduk dengan biaya siklus hidup terendah. 3. Manajemen limbah - Perusahaan menghasilkan sejumlah besar limbah yang pilihan pengolahan dan pembuangannya ditentukan oleh komposisi aliran limbah. Karena biaya2x pembuangan adalah biaya2x lingkungan, mencoba untuk meminimalkan biaya2x in i akan mendapat manfaat dari akuntansi lingkungan. Hambatan dalam penerapan EA: 1. Informasi yang kurang / tidak cukup sistem pendukung akuntansi. Informasi mengenai biaya lingkungan sangat kurang. Sistem akuntansi - idealnya informasi sumber biaya - umumnya tidak cukup untuk kebutuhan EA, dimana manfaat2x dari memisahkan biaya2x lingkungan dari pos overhead dalam rangka untuk menelusuri biaya ke produk atau aktifitas yang menyebabkan biaya tersebut. Dalam kelangkaan tekanan untuk mengontrol biaya2x, informasi yang kurang mengenai biaya2x lingkungan mengarah pada (1) fokus yang sempit pada reduksi harga pembelian unit, atau (2) fokus pada perubahan2x tersebut - biasanya tidak berhubungan dengan biaya2x lingkungan - dimana informasi tersedia, dan dimana penghematan

dipersepsikan tinggi. Contoh meliputi perubahan dalam staffing atau alokasi tugas, seperti peningkatan penggunaan perawat, daripada ahli fisik, atau pengurangan staf perawat. 2. Hubungan yang kurang antara bidang pembelian dan EHS. Hubungan institusion al antara pembelian atau usaha mendapatkan dan fungsi2x EHS sangat lemah. Ketika penggunaan tim pendapatan produk antar fungsi terlihat meningkat, hal ini cenderung difokuskan pada mengintegrasi secara efektif kriteria klinis kedalam keputusan pembelian, terutama usaha2x standarisasi. Input EHS cenderung secara spesifik diminta hanya bagi keputusan dengan aspek lingkungan yang jelas - seperti kontrak manajemen limbah. 3. Halangan pembelian. Seperti fasilitas di banyak sektor lain, fasilitas penjagaan kesehatan sering kali merupakan subyek pada halangan pembelian yang cenderung mengurangi alternatif2x produk dari mana mereka mungkin dipilih secara efektif. Fasilitas atau jaringan yang dimiliki melalui GPO adalah subyek pada halangan produk pilihan yang timbul dari praktek paket GPO. Perusahaan terkadang mencerminkan kekuatan pasar terbatas dan seringkali tidak mampu menegaskan keinginan lingkungan secara efektif ke pihak pabrik atau organisasi pembelian. Contoh perusahaan yang mencemari lingkungan PT Kresna Duta Agroindo atau PT KDA adalah salah satu anak perusahaan milik PT SMART yang beroperasi di kabupaten Merangin propinsi Jambi kembali membuat ulah, baru-baru ini perusahaan yang bergiat disektor perkebunan kelapa sawit ini diduga sebagai salah satu penyebab tercemarnya sungai di desa Jelatang kecamatan Pamenang. Pencemaran itu diduga berasal dari jebolnya tanggul limbah milik perusahaan. Menurut beberapa catatan laporan dari berbagai media, bahwa limbah tersebut tidak saja mencemari sungai, tapi juga mencemari sawah-sawah milik masyarakat desa Jelatang. Dan bukan hanya pada saat ini, tapi sudah 4 tahun limbah PT KDA mengganggu dan meresahkan warga desa Jelatang. Warga juga sudah berkali-kali melakukan protes, dari mengirim surat kepada pihak management hingga

melakukan demontrasi, tapi tetap saja tidak ada tanggapan berarti dari pihak perusahaan. Ini tentu menjadi catatan penting, dimana pada satu sisi PT Smart adalah aggota RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) yang tentu tidak saja berkewajiban mengkampanyekan tentang penggunaan minyak sawit berkelanjutan secara sosial dan lingkungan, tapi juga harus turut terlibat dalam memproduksi minyak sawit yang berkelanjutan dengan mematuhi standar lingkungan yang tertuang dalam Prinsip dan Kriteria minyak sawit berkelanjutan. Kejadian ini juga tentu mencoreng nama baik PT Smart, dimana disaat PT Smart sedang merealise komitment mereka secara terulis lewat Announcement of SMART Tbk`s Commitment toward environmentally sustainable production of Palm Oil yang direlease pada tanggal 04 Februari 2010 lalu, pada sisi yang lain, anak perusahaannya yaitu PT Kresna Duta Agroindo justru telah mencemari sungai di desa Jelatang di Merangin, yang tidak saja mengancam ekosistem tapi juga mengancam sumbersumber penghidupan masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai