Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan. Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik. Anatomi Konjungtiva Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian: 1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra). 2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata). 3. forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata). Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan

mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea. Histologi Konjungtiva: Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.13 Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas. (Gambar ) Etiologi Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti : a. infeksi oleh virus atau bakteri. b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang. c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.

d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis. Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh: a. entropion atau ektropion. b. kelainan saluran air mata. c. kepekaan terhadap bahan kimia. d. pemaparan oleh iritan. e. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia). Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi). Klasifikasi Berdasarkan kausanya: Bakteri Viral Alergi Clamydia

Berdasarkan gambaran klinik: Kataral Purulen, mukopurulen. Membran Folikular Vernal

Filikten

Manifestasi Klinis 1 Tanda Tanda-tanda konjungtivitis, yakni: a. konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak. b. produksi air mata berlebihan (epifora). c. kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas. d. pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan. e. pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. f. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein). g. dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah). 2 Gejala Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi. Gejala lainnya adalah: a. mata berair b. mata terasa nyeri c. mata terasa gatal d. pandangan kabur e. peka terhadap cahaya f. terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.

1. Konjungtivitis Bacterial

Jaringan sekitar mata terdapat flora normal seperti streptococci, staphylococci, dan Corynebacterium. Infeksi bisa terjadi dari kontaminasi eksternal dari sisi yang berdekatan atau melalui darah. Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi 2. Konjungtivitis Viral Adenovirus merupakan penyebab terbanyak konjungtivitis. Subtypenya dapat sebabkan keratokonjungtivitis (pink eye), dan pharingoconjunctival fever. Transmisi melalui droplet, muntahan dan air kolam renang yang sudah terkontaminasi. HSV biasanya pada anak dan berhubungan dengan folikular konjungtivitis. Penyebabnya adalah HSV type 1walaupun HSV type II bisa juga menjadi penyebab terutama pada neonatus. Infeksi rekuren biasanya pada orang dewasa dan biasanya berhubungan dengan kornea. VZV efek terhadap konjungtiva dari infeksi primer atau sekunder. Infeksi primer berasal dari cacar air dan sekunder berasal dari zoster. Infeksi dapat disebabkan karena kontak langsung dengan VZV atau zoster skin lesions atau bisa juga dari sekret saluran nafas yang terinfeksi yang tidak sengaja terhirup. 3. Konjungtivitis Allergi a. Seasonal dan Perineal Alergic Biasanya alergen adalah spt: Serbuk sari, Rumput2 liar. SAC (seasonal allergic conjunctivitis): gejalanya mirip dengan konjungtivitis akut. Saat musim semi: serbuk sari pohon Saat musim gugur: serbuk sari rumput liar b. Vernal keratoconjunctivitis inflamasi kronis pada konjungtiva (unilateral) dan berhubungan dengan gen/herediter. >90% penderita dgn penyakit ini mempunyai riwayat atopi lain spt asma,eczema atau rhinitis alergi seasonal.

c. Atopic keratoconjunctivitis Inflamasi pada konjungtiva dan kelopak mata (bilateral) dan berhubungan kuat dengan dermatitis atopic. Merupakan reaksi hypersensitivitas type I d. Giant papillary conjunctivitis Merupakanimmune mediated inflammatory. Gangguannya terletak pada konjungtiva tarsal superior. Secara histologik terdapat gambarn giant cell 4. Konjungtivitis kataral Gambaran klinisnya adalah injeksi konjungtiva dan hiperemia tarsal tanpa cobble-stone, tanpa folikel dan tanpa filikten. Berbentuk sekret serous (mukopurulen atau mukus trgntung causa). Dapat menyertai blefaritis atau obstruksi duktus nasolakrimal. 5. Konjugntivitis Purulen-Mukopurulen Gambaran: Konjungtiva tarsal hiperemia. Adanya pus terkadang disertai dengan pseudomembran sbg massa putih dikonjungtiva tarsal (purulen). Sering juga disebut konjungtivitis gonococcal. Dapat terjadi pada anak-anak (jalan lahir) dan orang dewasa Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Konjungtivitis gonorea pada bayi infeksi terjadi saat lewati jalan lahir yang berasal dari uretritis gonorea ibunya. Masa inkubasinya selama 1-3 hari,biasanya bilateral 6. Konjungtivitis Membran Adanya membran berupa massa putih di konjungtiva tarsal dan terkadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Dapat disebabkan oleh Streptococcus dan infeksi difteria. Pada penderita stevens-Jhonsons dapat disertai dengan konjungtivitis membran. 7. Konjungtivitis Filikten

Biasanya berhubungan dengan TB Paru. Gejalanya ialah: Adanya filikten pada limbus. Filikten dapat juga dijumpai pada konjungtiva tarsal,bulbi dan kornea. Bila filikten mengenai kornea dan sering kambuh, gangguan penglihatan. Komplikasi Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya: 1. glaukoma 2. katarak 3. ablasi retina 4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis 5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea 6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta 7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan Penatalaksanaan Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan

kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien. Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan. Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis. Prognosis Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

Daftar Pustaka 1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009 2. Ilyas, Sidarta, Tanzil, Muzakkir, Salamun, Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2000. 3. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000. 4. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.15. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN a. Nama: Sdr. AK b. kelamin: Perempuan c. umur : 16 tahun d. Alamat : Yogyakarta 4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Keluhan utama: kedua mata terlihat merah sejak 2 hari yang lalu, nyrocos, gatal. Riwayat Penyakit Sekarang: Mata sebelah kiri terlihat merah, terasa gatal, lengket dan berlendir sejak 2 hari yang lalu, terasa ada yang mengganjal atau berpasir Sehari kemudian mata kanan mulai terlihat merah, terasa gatal, lengket dan berlendir Tidak ada penurunan tajam penglihatan dan tidak silau terhadap cahaya. Setiap pagi pasien sulit membuka mata karena banyak kotoran berwarna kuning yang menempel pada kelopak mata. Ia merasa seperti menangis karena air matanya sering keluar. Ia menyangkal adanya demam dan keluhan lain. Tidak ada riwayat trauma. . RIWAYAT PENYAKIT DAHULU/ PENYAKIT KELUARGA Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya Saudara kandung dan orang yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang menderita keluhan yang sama dengan pasien 5. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalisata : Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos mentis kooperatif

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 86 x/ menit Nafas : 18 x/ menit Suhu : 37,8 o C Status Ophtalmikus Status Ophtalmikus Visus tanpa koreksi Visus dengan koreksi Reflek fundus Palpebra superior Palpebra inferior Margo palpebra Udem (+) Udem (+) Hordeolum (-) Khalazion (-) Aparat lakrimalis Konjungtiva tarsalis Hiperlakrimasi OD 5/5 (+) Udem (+) Udem (+) Hordeolum (-) Khalazion (-) Hiperlakrimasi OS 5/5 (+)

Hiperemis (+), Papil (-),Hiperemis (+), Papil (-), Folikel (-) Folikel (-) Khemosis (+) (+), InjeksiHiperemis non-purulen Putih Bening Cukup dalam hitam diameter 3 mm,Bulat, diameter 3 mm, (+), Injeksi

Konjungtiva forniks Konjungtiva bulbi

Khemosis (-) Hiperemis non-purulen

Konjungtiva (+), Sekret (+)Konjungtiva (+), Sekret (+)

Sclera Kornea Kamera okuli anterior Iris Pupil

Putih Bening Cukup dalam hitam Bulat,

reflex (+) Lensa Bening

reflek (+) Bening

Korpus vitreum Fundus Papil optikus Retina Macula Aa/Vv retina Teknan bulbus okuli Gerakan bulbus okuli

Bening Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Normal palpasi Bebas kesegala arah

Bening Tidak diperiksa

Normal palpasi Bebas kesegala arah

8. DIAGNOSIS KERJA Konjungtivitis viral 10. MANAJEMEN a. Preventif : Tidak memakai handuk bersama Tidak tidur satu kasur dengan saudara sekamar Menghindari pengobatan dengan menggunakan kompres yang dibuat dari dedaunan Menjaga kebersihan kulit muka dengan mencuci sebersih mungkin setiap mandi, mandi dua kali sehari b. Promotif : Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularannya, cukup istirahat Edukasi kepada pasien mengenai kebersihan diri dan lingkungan c. Kuratif : Antibiotic topical pada mata untuk pencegahan infeksi sekunder Anti histamine Analgetik anti inflamasi non steroid d. Rehabilitatif : Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang sakit jika terasa gatal

Kompres pada kulit yang bengkak dan mata yang merah dengan air hangat dua kali sehari 11. Prognosis Dubia at bonam

Anda mungkin juga menyukai