Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Sadar atau tidak sadar kontrak ada di sekeliling kita. Dalam transaksi sewa menyewa
rumah, kita menandatangani kontrak, membeli kendaraan secara kredit, kita
menandatangani kontrak, sampai memulai kerja di suatu perusahaan pun kita juga
harus menandatangani kontrak. Semua contoh tersebut sebelumnya merupakan
transaksi bisnis.
Kontrak dilakukan oleh pelaku bisnis untuk memperoleh kepastian hukum. Dalam
kontrak ini disebutkan apa yang menjadi syarat-syarat, serta hak dan kewajiban yang
berkaitan dengan bisnis mereka.
Hukum kontrak merupakan bagian hukum privat. Hukum ini memusatkan perhatian
pada kewajiban untuk melaksanakan kewajiban sendiri (self imposed obligation).
Dipandang sebagai hukum privat karena pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban
yang ditentukan dalam kontrak, murni menjadi urusan pihak-pihak yang melakukan
kontrak.
Isi kontrak disamping memuat bahasa-bahasa hukum dan bisnis, juga sangat teknis
dan spesifik, dimana pada umumnya sangat sulit untuk dipahami. Jangankan pihak
awam, pihak perusahaan pun ada juga yang kurang memahami isi kontrak.
Pada kenyataannnya seseorang itu seringkali lalai dan tidak hati-hati ketika
menyetujui kontrak tanpa memperhatikan isi dari kontrak yang sudah
ditandatanganinya. Umumnya, kesadaran baru terjadi ketika kontrak bermasalah
sehingga terjadi penyesalan. Untuk itu, pemahaman isi kontrak saat kontrak tersebut
dirancang merupakan suatu yang mutlak dilakukan, bukan setelah kontrak yang
disepakati tersebut bermasalah.
1
Pengertian Kontrak
Kontrak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak dimana
masing-masing pihak yang ada didalannya dituntut untuk melakukan satu atau lebih
prestasi. Dalam pengertian demikian kontrak merupakan perjanjian. Namun demikian
kontrak merupakan perjanjian yang berbentuk tertulis. (1)
Pada Asasnya suatu perjanjian harus dibuat dalam suatu bentuk tertentu, artinya dapat
dibuat dalam bentuk tertulis namun dapat juga dalam bentuk tidak tertulis. Akan tetapi
ada beberapa jenis perjanjian yang menurut undang-undang harus dalam bentuk
tertulis.
Melalui kontrak terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak
dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat kontrak. Dengan kata lain,
para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah mereka buat tersebut. Dalam
hal ini fungsi kontrak sama dengan perundang-undangan, tetapi hanya berlaku
khusus terhadap para pembuatnya saja. Secara hukum, kontrak dapat dipaksakan
berlaku melalui pengadilan. Hukum memberikan sanksi terhadap pelaku pelanggaran
kontrak atau ingkar janji (wanprestasi).
Pengaturan tentang kontrak diatur terutama di dalam KUH Perdata (BW), tepatnya
dalam Buku III, di samping mengatur mengenai perikatan yang timbul dari perjanjian,
juga mengatur perikatan yang timbul dari undang-undang misalnya tentang perbuatan
melawan hukum.
Dalam KUH Perdata terdapat aturan umum yang berlaku untuk semua perjanjian dan
aturan khusus yang berlaku hanya untuk perjanjian tertentu saja (perjanjian khusus)
yang namanya sudah diberikan undang-undang. Contoh perjanjian khusus: jual beli,
1
Hikmahanto Juwana, Teknik Pembuatan dan Penelaahan Kontrak Bisnis. (Jakarta: Pascasarjana FH-UI) hlm.1
sewa menyewa, tukar-menukar, pinjam-meminjam, pemborongan, pemberian kuasa
dan perburuhan.
Selain KUH Perdata, masih ada sumber hukum kontrak lainnya di dalam berbagai
produk hukum. Misalnya : Undang-undang Perbankan dan Keputusan Presiden
tentang Lembaga Pembiayaan. Di samping itu, juga dalam jurisprudensi misalnya
tentang sewa beli, dan sumber hukum lainnya.
Suatu asas hukum penting berkaitan dengan berlakunya kontrak adalah asas
kebebasan berkontrak. Artinya pihak-pihak bebas untuk membuat kontrak apa saja,
baik yang sudah ada pengaturannya maupun yang belum ada pengaturannya dan
bebas menentukan sendiri isi kontrak. Namun, kebebasan tersebut tidak mutlak karena
terdapat pembatasannya, yaitu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum, dan kesusilaan.
Aspek-aspek kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 KUH Perdata (BW), yang
menyiratkan adanya 3 (tiga asas) yang seyogyanya dalam perjanjian :
Bahwa perjanjian mempunyai kekuatan yang mengikat antara pihak-pihak itu sendiri.
Asas ini ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat (1) BW yang menegaskan bahwa
perjanjian dibuat secara sah diantara para pihak, berlaku sebagai Undang-Undang bagi
pihak-pihak yang melakukan perjanjian tersebut.
Berlakunya asas kebebasan berkontrak dijamin oleh oleh Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata, yang menentukan bahwa :
"setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya".
Jadi, semua perjanjian atau seluruh isi perjanjian, asalkan pembuatannya memenuhi
syarat, berlaku bagi para pembuatnya,sama seperti perundang-undangan. Pihak-pihak
bebas untuk membuat perjanjian apa saja dan menuangkan apa saja di dalam isi
sebuah kontrak.
Dari bunyi Pasal 1338 ayat (1) jelas bahwa perjanjian yang mengikat hanyalah
perjanjian yang sah. Supaya sah pembuatan perjanjian harus mempedomani Pasal
1320 KUH Perdata.
Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian yaitu harus ada
kesepakatan, kecakapan, hal tertentu dan sebab yang diperbolehkan.
1. Kesepakatan
Yang dimaksud dengan kesepakatan di sini adalah adanya rasa ikhlas atau saling
memberi dan menerima atau sukarela di antara pihak-pihak yang membuat perjanjian
tersebut. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan, penipuan
atau kekhilafan.
2. Kecakapan
Kecakapan di sini artinya para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-orang
yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya semua orang
menurut hukum cakap untuk membuat kontrak. Yang tidak cakap adalah orang-orang
yang ditentukan hukum, yaitu anak-anak, orang dewasa yang ditempatkan di bawah
pengawasan (curatele), dan orang sakit jiwa. Anak-anak adalah mereka yang belum
dewasa yang menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
belum berumur 18 (delapan belas) tahun. Meskipun belum berumur 18 (delapan
belas) tahun, apabila seseorang telah atau pernah kawin dianggap sudah dewasa,
berarti cakap untuk membuat perjanjian.
3. Hal tertentu
Hal tertentu maksudnya objek yang diatur kontrak tersebut harus jelas, setidak-
tidaknya dapat ditentukan. Jadi tidak boleh samar-samar. Hal ini penting untuk
memberikan jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya
kontrak fiktif. Misalnya jual beli sebuah mobil, harus jelas merk apa, buatan tahun
berapa, warna apa, nomor mesinnya berapa, dan sebagainya. Semakin jelas semakin
baik. Tidak boleh misalnya jual beli sebuah mobil saja, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Mengenal Kontrak
Seperti yang telah dibahas dalam pendahuluan, tak jarang kontrak bisnis tersebut
dibuat asal jadi dan masing-masing pihak tidak begitu memperhatikan sampai sejauh
mana kontrak yang akan disepakatinya tersebut akan mempengaruhi keberhasilan atau
malah sebaliknya justru menimbulkan kegagalan ataupun kerugian baginya.
Semuanya itu memberikan gambaran yang kuat bahwa banyak permasalahan-
permasalahan bisnis di lapangan ternyata sebagian besar dipicu oleh
kekurangpahaman para pelaku terhadap pengertian dari kontrak yang pada umumnya
menjadi dasar dari aktivitas bisnis tersebut.
Pengalaman ini harus membuat para perancang kontrak harus lebih hati-hati dalam
membuat kontrak bisnis. Kontrak bisnis bukan sekedar formalitas pengikatan atau
sekedar bukti adanya perjanjian antara para pihak yang melakukan kegiatan bisnis.
Kontrak bisnis bisa juga dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berniat curang dalam
bisnis dengan cara me-muat klausul-klausul yang menguntungkan pihaknya. Tanpa
ada yang berniat curangpun, para pihak harus hati-hati karena pihak lawan akan
mengamankan posisinya bila terjadi sengketa (dispute). Jadi masing-masing pihak
harus mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi secara lebih cermat. Apalagi untuk
proyek-proyek besar harus ekstra hati-hati. Perlu dilakukan review beberapa kali
terhadap draft kontrak oleh tim atau beberapa individu yang berbeda-beda. Harus
ditanamkan dalam ingatan bahwa sekali kontrak ditandatangani maka kesempatan
untuk merevisi atau negosiasi ulang sudah tidak dimungkinkan lagi.
Sebetulnya kontrak bisnis itu bisa bercerita banyak tentang hal-hal yang diperjanjikan.
Bila para pembuat kontrak cermat dan teliti akan terlihat bahwa aspek-aspek yang
diperjanjikan bisa direpresentasikan dengan jelas, demikian pula potensi untung-rugi
dan potensi sengketa-nya. Jadi selain cermat dan teliti, para pembuat kontrak
khususnya kontrak-kontrak besar dan internasional harus mempunyai seni membuat
kontrak dan perasaannya sudah menyatu dengan obyek yang diperjanjikan. Lebih baik
lagi bila seorang pembuat kontrak mempunyai visi bisnis yang baik sehingga dengan
mudah untuk bisa mengetahui secara detail arah dari proyek yang sedang digarap.
Adanya visi bisnis yang baik biasanya membuat seseorang lebih menyatu dengan
proyek di mana yang bersangkutan turut terlibat.
Dalam mengenali kontrak, terlebih dahulu mengetahui syarat umum kontrak, yang
terdiri dari:
• Definisi.
• Penerapan.
• Asal barang/jasa.
• Pengguanaan dokumen kontrak dan informasi.
• Hak Paten, Hak Cipta dan Merek.
• Jaminan.
• Asuransi.
• Pembayaran.
• Harga
• Amademen kontrak.
• Hak dan kewajiban para pihak.
• Jadwal pelaksanaan pekerjaan.
• Pengawasan.
• Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
• Keadaan kahar.
• Itikat baik.
• Penyelesaian perselisihan.
• Bahasa dan hukum.
• Perpajakan.
• Korespodensi.
2. Ketentuan Khusus, yang berisikan mengenai hal-hal yang lebih spesifik mengenai
bidang bisnis yang dikontrakkan. Misalnya: pengaturan khusus pengadaan barang.
Selanjutnya untuk mengenali kontrak lebih mendalam, kita harus menguasai hal
berikut:
• Mempunyai referensi serta informasi yang memadai untuk memahami seluk beluk
kontrak secara menyeluruh dan mendalam.
• Memahami jenis, konsep & definisi mengenai kontrak yang sesungguhnya serta
implementasinya secara nyata.
• Mengetahui cara menganalisa kontrak dan memanfaatkan peluang serta dapat
memprediksi resiko kontrak.
• Mengetahui cara, teknik negosiasi serta cara pengendalian kontrak.
• Memahami dengan jelas prosedur dan proses kontrak agar tidak terjadi suatu
kesalahan fatal yang merugikan.
• Mengetahui beberapa hal penting untuk dihindari dalam melakukan sebuah
kontrak konstruksi.
• Mengerti tentang strategy/cara penyelesaian kontrak yang bermasalah dengan cara
yang efektif.
Agar tidak mengalami kerugian bila terjadi sengketa, sebelum membuat kontrak
lakukan-lah hal-hal berikut untuk mengatasi kerugian akibat sengketa (dispute) pada
obyek bisnis dalam kontrak:
2. Buatlah peta proses bisnis terhadap obyek yang diperjanjikan dalam kontrak secara
detail.
4. Bila semua elemen telah selesai dianalisis dan semua potensi dispute sudah masuk
dalam daftar dispute, maka lakukanlah analisis oleh tim lain. Tujuannya adalah
sebagai verifikasi sekaligus second-opinion.
5. Apabila semua potensi sengketa telah final dan disepakati, buatlah alternatif-
alternatif untuk mengantisipasi dispute tersebut. Al-ternatif-alternatif yang ada
bisa bermacam-macam, dari menghindari terjadinya dispute sampai dengan
menghadapi pihak lawan dan menghindari potensi kerugian.
(1) Judul
(2) Pembukaan
(3) Pihak-pihak
(5) Isi
(6) Penutupan
Judul harus dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas misalnya Jual Beli Sewa,
Sewa Menyewa, Joint Venture Agreement atau License Agreement.
Pembukaan berisikan statement: Yang bertanda tangan di bawah ini atau Pada hari
ini Senin tanggal dua Januari tahun dua ribu, kami yang bertanda tangan di bawah ini.
Setelah itu dijelaskan identitas lengkap pihak-pihak. Sebutkan nama pekerjaan atau
jabatan, tempat tinggal, dan bertindak untuk siapa. Bagi perusahaan/badan hukum
sebutkan tempat kedudukannya sebagai pengganti tempat tinggal.
….dengan menerangkan penjual telah menjual kepada pembeli dan pembeli telah
membeli dari penjual sebuah mobil/sepeda motor baru merek ______ tipe ________
dengan ciri-ciri berikut ini : Engine No. ______ Chasis ______, Tahun Pembuatan
______ dan Faktur Kendaraan tertulis atas nama ______ alamat _____ dengan syarat-
syarat yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli seperti berikut ini.
Pada bagian isi dari sebuah kontrak diuraikan panjang lebar isi kontrak yang dapat
dibuat dalam bentuk pasal-pasal, ayat-ayat, huruf-huruf, angka-angka tertentu. Isi
kontrak paling banyak mengatur secara detail hak dan kewajiban pihak-pihak, dan
bebagai janji atau ketentuan atau klausula yang disepakati bersama.
Jika semua hal yang diperlukan telah tertampung di dalam bagian isi tersebut, baru
dirimuskan penutupan dengan menuliskan kata-kata penutup, misalnya:
Demikianlah perjanjian ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya atau kalau pada
pembukaan tidak diberikan tanggal, maka ditulis pada penutupan. Misalnya :
Dibuat dan ditandatangani di ________ pada hari ini ______ tanggal _____. Di
bagian bawah kontrak dibubuhkan tanda tangan kedua belah pihak dan para saksi
(kalau ada). Dan akhirnya diberikan materai. Untuk perusahaan/badan hukum
memakai cap lembaga masing-masing.
Setelah ditandatangani, maka kontrak menjadi sah dan mengikat kedua belah pihak
yang melakukan kontrak. Pada fase ini lah segala kemungkinan dispute yang bisa
terjadi dimasa yang akan datang menjadi koseksuensi bagi keduanya. Maka kenalilah
kontrak anda, jika tidak anda akan menyesal.
Referensi