Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana semakin meningkat.

Meningkatnya kebutuhan tersebut mendorong baik dari sektor Pemerintah maupun sektor Swasta untuk menambah pembangunan sarana dan prasarana, Salah satu sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah pembangunan bangunan, baik bangunan yang berupa bangunan sipil maupun bangunan gedung. Pembangunan bangunan gedung dan bangunan sipil dilakukan dikawasan perkotaaan dimana kawasan ini merupakan kawasan yang padat penduduk ataupun dikawasan luar perkotaan dimana ini merupakan kawasan tidak padat penduduk. Pekerjaan pemancangan merupakan salahsatu bagian dari pelaksanaan proyek

konstruksi. Pekerjaan ini merupakan bagian dari pekerjaan pondasi dimana jenis pondasi yang digunakan merupakan pondasi dalam. Pekerjaan pemancangan merupakan pekerjaan untuk memasukkan tiang pancang, baik yang berupa tiang beton precast, baja ataupun kayu kedalam tanah, dimana tiang pancang tersebut berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan tersebut ketanah kerasnya. Dalam melaksanakan pekerjaan pemancangan, dibutuhkan suatu alat berat yang disebut sebagai Alat Pancang, dimana alat ini berfungsi untuk memberikan energi yang diperlukan untuk memancangkan pondasi. ada beberapa jenis alat pancang, dan setiap jenis alat pancang mempunyai karakteristik yang berbeda beda. Adapun jenis - jenis alat pancang tersebut adalah Drop hammer, Single acting steam hammer, Double acting steam hammer, Differential acting steam hammer, Diesel hammer, Vibratory, Hydraulic hammer, Hydraulic jack pilling. Setiap alat tersebut mempunyai karakteristik masing masing baik dari segi jumlah energi yang dihasilkan, perbedaan metode pemakaian, dan besarnya resiko pemakaian. Pekerjaan pemancangan bisa dilakukan dilokasi perkotaan yang padat penduduk

ataupun yang tidak padat penduduk. Kondisi kepadatan lingkungan pemancangan ini akan mempengaruhi alternatif pemilihan jenis alat pancang yang paling tepat, karena akan berpengaruh terhadap metoda dan resiko serta dampak pekerjaan pemancangan tersebut terhadap lingkungan sekitarnya dan hal tersebut akan mempengaruhi biaya dan waktu proyek konstruksi yang akan dikerjakan. Menurut Buku Referensi Untuk Kontraktor Bangunan Gedung Dan Sipil bahwa pemilihan metode dan teknologi (Alat) yang tidak tepat

dalam suatu proyek konstruksi dapat mengakibatkan kerugian yang berupa kerugian dalam biaya, waktu dan lingkungan sekitarnya. Dari uraian tersebut, maka penulis merasa perlu diadakan penelitian untuk mendapatkan suatu jenis alat pancang yang paling tepat untuk dipakai dalam pekerjaan pemancangan tiang pancang dalam suatu kondisi pembangunan yang padat penduduk ataupun tidak padat penduduk. Dimana penelitian ini akan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan jenis alat pancang yang paling tepat. Penelitian ini akan membantu pelaksana konstruksi untuk memilih jenis alat pancang yang tepat, praktis, cepat dan aman digunakan dalam suatu proyek konstruksi yang akan dikerjakan didalam suatu kondisi yang padat penduduk ataupun tidak padat penduduk.

1.2

Perumusan Masalah
1.

Perumusan masalah utama :

Apa saja factor faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan alat pancang yang paling tepat dalam suatu proyek.
2.

Detail permasalahan meliputi :


i.

Bagaimana metode pemancangan dengan menggunakan alat Drop hammer, Single acting steam hammer, Double acting steam hammer, Differential acting steam hammer, Diesel hammer, Vibratory, Hydraulic hammer, Hydraulic jack pilling. 3. Berapa produktivitas alat Drop hammer, Single acting steam hammer, Double acting steam hammer, Differential acting steam hammer, Diesel hammer, Vibratory, Hydraulic hammer, Hydraulic jack pilling. Bagaimana resiko penggunaan alat Drop hammer, Single acting steam hammer, Double acting steam hammer, Differential acting steam hammer, Diesel hammer, Vibratory, Hydraulic hammer, Hydraulic jack pilling. Berapa biaya pemancangan untuk satuan meter pancang precast untuk alat Drop hammer, Single acting steam hammer, Double acting steam hammer, Differential acting steam hammer, Diesel hammer, Vibratory, Hydraulic hammer, Hydraulic jack pilling.

ii.

iii.

iv.

Bagaimana cara menganalisa untuk menentukan jenis alat pancang yang paling tepat dalam suatu perkotaan atau diluar perkotaan.
4.

1.3

Tujuan Penelitian a.Tujuan utama penelitian ini yaitu : Mengetahui factor faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan alat pancang yang paling tepat dalam suatu proyek.. b. Tujuan khusus penelitian ini yaitu : acting steam hammer, Double acting steam hammer, Differential acting steam hammer, Diesel hammer, Vibratory, Hydraulic hammer, Hydraulic jack pilling.
ii. Mengetahui berapa produktivitas alat Drop hammer, Single acting steam hammer,

i. Mengetahui metode pemancangan dengan menggunakan alat Drop hammer, Single

Double acting steam hammer, Differential acting steam hammer, Diesel hammer, Vibratory, Hydraulic hammer, Hydraulic jack pilling.Mengetahui berapa produktivias alat Hidroulic jack pilling.
iii. Mengetahui resiko pemakaian alat Drop hammer, Single acting steam hammer, Double

acting steam hammer, Differential acting steam hammer, Diesel hammer, Vibratory, Hydraulic hammer, Hydraulic jack pilling.Mengetahui berapa produktivias
iv.

Mengetahui alat pancang apa yang paling cocok dipakai dalam proyek perkotaan dan diluar perkotaan.

1.4 Batasan Masalah

Tugas akhir ini meneliti tentang alat pancang dimana tiang pancang yang digunakan adalah beton precast. 1. 2. Tidak membahas tentang pekerjaan tanah dan penelitian tentang kondisi tanah. Tidak membahas tentang perhitungan struktur pondasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Defenisi dan Terminologi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. Pondasi Pondasi dalam Pondasi dangkal Tiang Pancang Tiang pancang precast Drop hammer Single acting steam hammer Double acting steam hammer Differential acting steam hammer Diesel hammer Vibratory Hydraulic hammer Hydraulic jack pilling Konstruksi

15. 16. 17. 18. 19

Bangunan Gedung Bangunan Sipil Produktivitas Resiko AHP

2.2

Konsep dan dasar teori

2.1.1. Definisi Pondasi Pondasi adalah bagian dari suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper structure) ke lapisan tanah dasar yang cukup kuat daya dukungnya. Jenis-jenis pondasi dapat dibedakan menjadi : 1. Pondasi Dangkal (shallow foundation) Apabila lapisan tanah kerasnya terletak dekat dengan permukaan tanah, maka pondasi dapat diletakkan atau dibangun langsung pada lapisan tanah tersebut. Pondasi demikian dinamakan sebagai pondasi dangkal, yang kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D B). Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi: a. Pondasi langsung/telapak b. Pondasi cakar ayam c. Pondasi sarang laba -laba d. Pondasi gasing e. Pondasi grid f. Pondasi hypaar

2.

Pondasi Dalam (deep foundation) Apabila lapisan tanah kerasnya berada jauh dari permukaan tanah, maka diperlukan

suatu pondasi dalam, yang kedalamannya lebih besar daripada lebar pondasi (D > 4B sampai 5B). Pondasi dalam dibedakan menjadi: a. Pondasi sumuran b. Pondasi tiang

c. Pondasi kaison

2.1.2 Pondasi tiang

pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal kesumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasar dibawah bangunan tersebut, tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang diterimanya. atau apabila tanah pendukung yang mempunyai daya dukung yang cukup, letaknya lebih dalam.

2.1.3 Alat Pancang Fungsi alat pancang adalah untuk memberikan energi yang diperlukan untuk memancangkan pondasi. Alat pancang ini dibedakn dari jenis dan ukurannya yaitu :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Drop hammer Single acting steam hammer Double acting steam hammer Differential acting steam hammer Diesel hammer Vibratory Hydraulic hammer=

Hydraulic jack pilling

2.1.3.1

Drop hammer

Drop hammer adalah alat pancang yang terdiri dari dari palu baja yang berat dan digerakkan oleh kabel baja. Hammer diangkat dengan kabel dan dilepaskan dari dan keatas kepala pondasi. Gerakan hammer bebas dari atas kebawah, sehingga terjadi gesekan kecil pada pengarah palu. Drop hammer dibuat dalam standar ukuran yang bervariasi antara 500 lb sampai 300 lb. dan tinggi jatuh bervasriasi antara 5 ft sampai 20 ft. jika energi yang diperlukan besar diperlukan

hammer dengan berat yang lebih besar dengan tinggi jatuh yang kecil dibandingkan dengan hammer ringan dengan tinggi jatuh yang besar. 2.1.3.2 Single acting steam hammer

Single acting steam hammer adalah sebuah palu atau disebut juga ram yang dijatuhkan secara bebas. Ram diangkat dengan uap atau kompresor udara. Gerakan ram diatur oleh piston yang bergerak turun naik dengan tekanan uap atau udara yang diatur melalui katup. Piston dihubungkan dengan sebatang pipa yang digunakan sebagai tempat bergantung ram. Jika uap dimasukkan kedalam tabung tempat piston berada , maka piston akan bergerak keatas. Sesudah piston berada pada puncak tabung, maka katup akan jatuh bebas kebawah dan memukul kepala pondasi. 2.1.3.3 Double acting steam hammer

Jatuhnya ram pada double acting steam hammer sama dengan cara jatuhnya ram pada single acting stream hammer. Ram pada single acting steam hammer dijatuhkan oleh piston dengan tabung uap. Sedangkan ram pada double acting steam hammer dijatuhkan oleh tekanan uap dan udara. Dengan kata lain bahwa uap member i tekanan dua kali lebih besar kepada piston, baik saat mengangkat maupun saat jatuh. Jika gerakan piston lebih cepat maka gerakan turun naik ram akan lebih sering, disamping energi pukulan semakin besar. Untuk besaran energi yang sama yang dihasilkan oleh ram jumlah pukulan per menit, kira kira dua kali jumlah pukulan pada single acting steam hammer.

2.1.3.4

Differential acting steam hammer

Differential acting steam hammer adalah sebuah modifikasi dari double acting steam hammer. Yaitu memodifikasi tekanan uap yang digunakan untuk mengangkat dan untuk mempercepat jatuh dan turunnya ram. Ram dioperasikan dengan dua piston yaitu piston kecil dan piston besar. Piston besar beroperasi dalam silinder atas, dan piston kecil beroperasi pada piston bawah, Ram diangkat dengan perbedaaan tekanan gaya gerak pada kedua piston. 2.1.3.5 Hydraulic hammer

Hydraulic hammer tidak jauh berbeda dengan double acting hammer dan differential hammer. Hydraulic hammer beroperasi dengan menggunakan fluida hidrolik, tidak seperti hammer lain yang beroperasi dengann menggunakan fluida hdirolik, tidak seperti hammer lain yang menggunakan uap atau kompresor udara yang masih konvensional.

2.1.3.6

Diesel hammer

Pemancangan pondasi diesel hammer adalah pemancangan dengan ram yang bergerak sendiri dengan mesin diesel tanpa diperlukan sumber daya dari luar seperti kompresor dan boiler.Hammer ini sederhana dan mudah bergerak dari satu lokasi kelokasi lain. Sebuah unit diesel hammer terdiri atas vertical silinder, sebuah piston atau ram, sebuah anvil, tangki minyak, dan pelumas. Pompa solar, injector, dan pelumas mekanik. 2.1.3.7 Vibratori

Pemancangan pondasi dengan vibratory sangant evfektif yaitu berkecepatan tinggi dan ekonomis, efektif khusus pada pemancangan tanah non kohesif jenuh ai, daripada pemancangan dipasih yang kering . tanah yang sejenis , tanah keras yang sangant kohesif. Pemancangan dengan vibratory dilaengkapi dengan poros horizontal untuk memberikan beban eksentris. Poros berputar sepansang dengan dorongan langsung pada kecepatan yang bervariasi sampai mencapai 1000 rpm ( rotasi permenit ). Tenaga yang dihasilkan dengan berat rotasi membuat getaran yang digunakan untuk memancang tiang masuk kedalam tanah. Pengaruh tanah, khususny tnah jeuh air, mengurangi gesekan pada kulit antara tanah dan pondasi. Kombinsi berat aripondasi dan perlengkapan pemancangan yang ditempatkan diatas pondasi akan mempercepat pemancangan pondasi. 2.1.3.8 Hydraulic Jack Pilling Hydraulic jack adalah alat yang menggunakan tekanan statik yang tinggi untuk memancang tiang dalam dengan perlahan dan tanpa mengeluarkan suara. Mekanisme kerja alat ini adalah dengan memindahkan atau menarik tiang pancang, menjepitnya agar tegak, dan memberikan tekanan pada tiang tersebut sampai mencapai tanah keras. Dimensi tiang yang dapat dipancang untuk tiang kotak antara 0,3x0,3 m 0,4x0,4 m dengan panjang lebih dari 2,5 m, hydraulic jack juga dapat memancang tiang lingkaran dan tiang baja H hanya dengan mengganti sistem penjepitan sesuai jenis tiang.

2.1.3

Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat

membantu kerangka berfikir manusia. Metode ini mula-mula dikembangkan olehThomas L. Saaty pada tahun 70-an. Dasar berpikirnya metode AHP sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan hirarki AHP ditampilkan pada gambar berikut. adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusanberbasis pada bagaimana kriteria pembuat keputusan. Adapun struktur

Gambar 1. Struktur Hirarki AHP

Adapun langkah-langkah metode AHP adalah : 1. Menentukan jenis-jenis kriteria yang akan menjadi persyaratan calon pejabat struktural. 2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan. 3. Menjumlah matriks kolom. 4. Menghitung nilai elemen kolom criteria dengan rumus masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom. 5. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlah matriks baris hasil langkah ke 4 dan hasilnya 5 dibagi dengan jumlah criteria. 6. Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan. 7.Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks berpasangan untuk masing-masing kriteria. Sehingga akan ada sebanyak n buah matriks berpasangan antar alternatif. berpasangan antar alternatif. 8. Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif sebanyak n buah matriks, masingmasing matriksnya dijumlah per kolomnya. 9. Menghitung nilai prioritas alternative masing-masing matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus seperti langkah 4 dan langkah 5. 10. Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus masing-masing Elemen matriks berpasangan pada langkah 2 dikalikan dengan nilai prioritas kriteria. Hasilnya masing-masing baris dijumlah, kemudian hasilnya dibagi dengan masing-masing nilai prioritas 1,2,3 kriteria,.....,n sebanyak 11. Menghitung Lamda max dengan rumus max = n 13. Menghitung RC dengan rumus CR =CIRC

(3)

Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan


berpasangan pada matriks kriteria yang

diberikan konsisten. Jika CR > 01, maka maka


nilai perbandingan berpasangan pada matriks

14. Menyusun matriks baris antara alternative versus


proses langkah 7, langkah 8 dan langkah 9. 15. Hasil akhirnya berupa prioritas global sebagai nilai pengambil keputusan berdasarkan skor yang tertinggi.

kriteria yang isinya hasil perhitungan

yang digunakan oleh

kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang.

2.3 Penelitian Terdahulu 2.4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Mulai

Persiapan Penelitian: 1. 2. Studi Literatur Pengumpulan data Review penelitian terdahulu Studi kelapangan

Analisa data hasil studi literature dan studi lapangan

Didapat kesimpulan berupa perbandingan setiap jenis alat dan analisa setiap alat selesai

Anda mungkin juga menyukai