Anda di halaman 1dari 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fluida mempunyai struktur yang diskrit yang terbentuk oleh molekul molekul dan atom atom. Namun dalam deskripsi matematik untuk aliran fluida, susunan mikrostruktur ini diabaikan dan fluida dianggap sebagai materi yang terdistribusi secara kontinu. Dalam hal ini kontinu diasumsikan bahwa untuk setiap waktunya beberapa partikel fluida melewati titik titik suatu daerah yang terisi oleh fluida. Umumnya fluida diklasifikasikan berdasarkan respon fluida itu terhadap tekanan eksternal yang diberikan dan berdasarkan efek yang ditimbulkan ketika berada dibawah pengaruh shear stress. Berdasarkan respon dari tekanan eksternal maka fluida terbagi menjadi dua jenis yaitu fluida termampatkan (compresible) dan fluida tak termampatkan (incompresible) [ R.P. Chhabra; J.F. Richardson, 2008]. Sedangkan bila ditinjau berdasarkan efek yang ditimbulkan ketika berada dibawah pengaruh shear stress, maka fluida terbagi menjadi fluida Newtonian dan fluida non-Newtonian [R.P. Chhabra; J.F. Richardson, 2008]. Fluida Newtonian adalah suatu fluida yang gradien kecepatannya berbanding lurus dengan shear stress. Fluida ini akan terus mengalir sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Hal ini disebabkan oleh karena viskositas dari suatu fluida Newtonian tidak berubah ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Viskositas merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan bentuk, dimana pada fluida Newtonian viskositas absolutnya

hanya bergantung pada temperatur dan tekanan. Secara matematis, hubungan antara shear stress terhadap gradien kecepatan (shear rate) dituliskan dalam persamaan berikut [2john]: (2.1) Dimana, adalah shear stress, adalah viskositas absolut dan adalah gradien

kecepatan (shear rate). Sedangkan fluida non-Newtonian adalah suatu fluida yang akan mengalami perubahan viskositas ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut. Hal ini menyebabkan fluida non-Newtonian tidak memiliki viskositas yang konstan. Pada fluida ini hubungan antara shear stress dan shear rate tidak linier.

Gambar 2.1 Jenis aliran fluida non-Newtonian. Dari gambar 2.1, secara umum fluida non-Newtonian dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu shear-thinning atau pseudoplastic, viscoplastic, dan shear-thickening

atau dilatant.

Karakteristik

dari fluida

pseudoplastic ditunjukkan oleh

viskositasnya yang menurun seiring dengan kenaikan shear rate sehingga biasa disebut sebagai shear-thinning. Untuk fluida viscoplastic karakteristiknya ditentukan oleh nilai yield stress, dimana fluida ini akan terdeformasi atau mengalir jika nilai yield stress fluida sudah melampaui nilai shear stress minimumnya. Pada harga shear stress di bawah harga yield stress, zat bertindak sebagi bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak mengalir). Adanya harga yield stress disebabkan oleh adanya kontak antara partikel partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Sedangan untuk fluida dilatant karakteristiknya ditunjukkan oleh peningkatan viskositas seiring dengan peningkatan shear rate, sehingga disebut shear thickening [R.P. Chhabra; J.F. Richardson, 2008]. Tidak seperti fluida Newtonian, pada fluida non-Newtonian terdapat banyak model matematis untuk menjelaskan hubungan antara shear stress terhadap shear rate dari aliran fluida ini. Hal ini dikarenakan nilai viskositas pada fluida non-Newtonian yang selalu berubah terhadap pengaruh shear rate yang mengakibatkan tidak liniernya hubungan antara shear stress dan shear rate pada fluida non-Newtonian. Salah satu model matematik yang dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik dari aliran fluida non-Newtonian adalah menggunakan model viskositas Power-law. Model Power-law merupakan salah satu generalisasi sederhana dari aliran fluida non-Newtonian. Pada model ini viskositas semunya dituliskan dalam persamaan berikut [Yiguang Yan & Joel Koplik ; 2008] :

(2.2) m dan n adalah konstanta parameter tak berdimensi. Bila nilai n < 1 maka fluida bersifat shear thinning, bila n > 1 maka fluida bersifat shear thickening dan bila n = 1 maka fluida bersifat seperti fluida Newtonian. Hampir semua fenomena alam yang melibatkan aliran fluida dinyatakan dalam suatu model matematika yang diturunkan melalui prinsip fundamental fisika (hukum kekekalan massa, momentum dan energi). Teori matematik dari dinamika fluida adalah bagian dari mekanika kontinu yang mengandung berbagai macam variasi model untuk menjelaskan medan aliran di alam. Aliran fluida pada suatau media dapat digambarkan melalui persamaan Navier-Stokes. Pada dasarnya persamaan Navier-Stokes terdiri dari hukum kekekalan massa (persamaan kontinuitas), momentum dan energi. Untuk aliran tak termampatkan persamaan energi tidak digunakan karena dalam aliran tak termampatkan tidak ada perubahan rapat massa per satuan waktu. Hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum untuk aliran fluida dengan asumsi keadaan kontinu dan tak termampatkan, dan dengan kondisi isothermal dapat digambarkan oleh persamaan (2.3) berikut :
 

(2.3)

(2.4)
T

Dimana V adalah kerapatan fluida, P adalah tekanan, u adalah vektor kecepatan dan adalah stress tensor. Dengan sebagai berikut :

(2.5)

Dimana I adalah unit tensor, P adalah tekanan, strain rate tensor dirumuskan sebagai berikut :

adalah viskositas dinamik, dan

 

(2.6)

2.1

Model Rekahan dan Hukum Kubik Model rekahan yang paling sederhana digambarkan oleh dua plat sejajar

yang licin, yang dipisahkan oleh jarak h (Gambar 2.1), dimana model ini dapat mengkalkulasikan nilai konduktivitas hidrolik dengan tepat, yang dikenal dengan hukum kubik (Witherspoon et al.,1980).

Gambar 2.2 Model Rekahan sederhana dengan lebar celah h. Diasumsikan pula bahwa gradien tekanan disemua permukaan adalah :

(2.7)

Persamaan Stokes dalam arah z adalah : (2.8)

Sedangkan nilai

dalam arah x adalah : (2.9)

Dengan menggabungkan persamaan (2.9) kedalam persamaan (2.8) didapatkan nilai tiga komponen kecepatan :


(2.10)

Komponen kecepatan diatas memenuhi persamaan kontinuitas dan dengan memasukkan batas z ! s h / 2 , maka persamaan (2.10) menjadi :

(2.11)

Total flux dalam rekahan, dengan lebar w dalam arah y , didapatkan dengan mengintegralkan persamaan (2.11) dari z !  h / 2 sampai z !  h / 2 :

(2.12)

Kecepatan rata-rata didapatkan dengan membagi flux dengan wh :

(2.13)

Hukum Darcy dalam media berpori satu dimensi dapat dituliskan sebagai berikut (de Marsily, 1986) :

(2.14)

Permeabilitas aliran fluida untuk model plat sejajar diperoleh dengan memandingkan persamaan (2.13) dengan persamaan (2.14), sehingga diperoleh [Zimmerman, R.W., Chen, D.-W. and Cook, N.G.W., 1992] :

(2.15)

Anda mungkin juga menyukai