Anda di halaman 1dari 4

Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Pada Instansi Pelayanan Publik di Kota Semarang, Jawa Tengah

Kegiatan koordinasi dan supervisi dilakukan di 5 layanan publik kota Semarang, yaitu: 1. Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) 2. Dinas Perhubungan (Terminal Mangkang) 3. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Pemkot Semarang 4. Kantor Samsat 5. Kantor Dinas Perhubungan Kominfo (pengurusan KIR) Target dari kegiatan ini adalah perbaikan pelayanan publik, dengan indikator : - Action Plan perbaikan yang dibuat masing-masing unit pelayanan publik dijalankan dengan konsisten. KPK secara periodik melakukan evaluasi langsung ke lapangan baik secara terbuka maupun tertutup, dan menyampaikan hasilnya kepada gubernur, walikota dan kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). - Akan dilakukan survei kepada pengguna jasa secara periodik bagaimana responnya tentang pelayanan publik Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam rangka koordinasi dan supervisi di bidang pencegahan untuk perbaikan pelayanan publik yang dilaksanakan di Semarang Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tahap I : 16 Juni 19 Juni 2009 Pengambilan film praktik-praktik korupsi/ indikasi korupsi/ indikasi penyimpangan pada ke lima kantor-kantor pelayanan publik, dengan hasil sebagai berikut: 1. Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) : Pengguna jasa mengatakan biaya operasional tambahan pengurusan advise plan dibayarnya mencapai Rp 600.000,- padahal biaya resminya sekitar Rp 50.000,2. Dinas Perhubungan (Terminal Mangkang) Petugas DLLAJR memungut uang dari bis yang akan keluar terminal. 3. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Pemkot Semarang : -Calo perantara bebas keluar masuk dan duduk bekerja di ruang kerja -Petugas meminta tambahan Rp 150.000,- untuk pengurusan ijin reklame. yang sudah

-Petugas memberikan nomor rekening banknya, agar biaya-biaya disetorkan melalui 4. Kantor Samsat : Pemberian uang kepada petugas (bukan kasir). 5. Kantor Dinas Perhubungan Kominfo (pengurusan KIR) : Konsumen menyerahkan uang di loket belakang (bukan kasir). Tahap II : 27 Agustus 2009

rekeningnya.

Beberapa jam sebelum seminar ini dilakukan, Pimpinan KPK didampingi Deputi Pencegahan, tiga orang fungsional dan seorang tenaga administrasi melakukan kunjungan mendadak ke berbagai kantor pelayanan publik, untuk mengetahui bagaimana pelayanan sesungguhnya di lapangan. 1. Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) di Gedung Moch. Ichsan, Balai Kota Hal-hal yang menjadi catatan untuk perbaikan adalah : a. Belum menggunakan sistem antri yang rapi; b. Belum ada lembar kritik dan saran bagi pelayanan serta kotak pengaduan; c. Masih terdapat banyak calo; 2. Kantor Samsat II di Jalan Hanoman Hal-hal yang menjadi catatan untuk perbaikan adalah : a. Masih terdapat banyak calo b. Masih ditemukannya pemberian uang kepada petugas bukan kasir dengan alasan sebagai pengganti biaya plastik STNK; 3. Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (pengurusan KIR) di jalan Tambakaji Hal-hal yang menjadi catatan untuk perbaikan adalah : a. Belum ada lembar kritik dan saran serta kotak pengaduan; b. Sudah menggunakan sistem antri namun masih perlu diperbaiki atau ditingkatkan lagi sistemnya karena masih belum rapi dan terorganisir; c. Masih terdapat banyak calo untuk pengurusan uji KIR kendaraan; d. Sistem pengecekan yang bersifat manual dan formalitas tanpa didukung peralatan atau mesin yang baik untuk pengecekan; e. Informasi layanan (Biaya, waktu, dan prosedur) tidak jelas; f. Loket pengurusan administrasi KIR kendaraan tidak nyaman; menyatakan biaya resmi uji kelaikan kendaraan tak lebih dari Rp 60 ribu. Kepala Seksi Keselamatan Teknis dan Sarana Dishub Kominfo Semarang, R Widijatmoko kemudian menyangkal temuan tersebut, menurutnya kemungkinan penyebabnya adalah para sopir menitipkan kepada seseorang sehingga biayanya menjadi lebih besar dibanding biaya resmi. g. Pengakuan para supir yang dikenakan biaya Rp 100 ribu Rp 350 ribu walaupun pegawai

Tahap III: 27 Agustus 2009 Kegiatan seminar ini merupakan satu kegiatan dari rangkaian kegiatan sebelumnya yaitu pengambilan film praktik-praktik korupsi/ indikasi korupsi/ penyimpangan dan inspeksi mendadak oleh Pimpinan KPK ke unit-unit pelayanan publik. Dalam seminar ini Pimpinan KPK Moch. Jasin. bertindak sebagai keynote speaker dengan tema : Pemberantasan Korupsi Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Masyarakat, Peningkatan Pengelolaan APBD, dan Reformasi Birokrasi. Narasumber lainnya menyampaikan segala hal tentang pelayanan publik, seperti aturan-aturan yang melandasi, kondisi saat ini dan upaya-upaya perbaikan yang akan dilaksanakan, terutama sehubungan dengan temuan yang disampaikan KPK pada waktu inspeksi mendadak dan pengambilan film. Dalam sambutannya di depan peserta seminar Moh Jasin menyampaikan manfaat dilaksanakannya seminar ini adalah : 1) Pemerintah provinsi , kota dan kabupaten dapat mensosialiasikan kondisi sesungguhnya tentang pelayanan publik, aturan-aturan yang mendasari, kendala yang dihadapi serta upaya yang akan dilakukan ke depan kepada masyarakat luas, seluruh jajarannya dan KPK. 2) KPK dapat menyampaikan kondisi nyata pelayanan publik, baik kepada Pemerintah provinsi, kota maupun kabupaten maupun kepada masyarakat umum. 3) Dengan demikian, kegiatan ini akan menjadi penggerak yang akan mendorong pemerintah provinsi, kota dan kabupaten untuk memperbaiki pelayanan publik. Karena : Masyarakat akan mendorong pemerintah provinsi, kota dan kabupaten yang bersangkutan untuk memperbaiki pelayanan publik sesuai rencana pemerintah sendiri seperti yang sudah di paparkan - KPK akan terus melakukan upaya supervisi dan koordinasi dengan melihat langsung kondisi pelayanan publik baik secara terbuka maupun tertutup Hasil Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2008. Hasil survey tahun 2008 yang dilakukan oleh Transparency International menempatkan Indonesia pada urutan ke 126 dari 180 negara responden dengan skor IPK sebesar 2,6. Skor IPK ini naik sebesar 0,3 dibandingkan skor IPK Indonesia tahun 2007. Peningkatan kualitas pelayanan publik. KPK memberikan perhatian yang besar terhadap instansi penyelenggara pelayanan publik karena peningkatan kualitas pelayanan publik dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi; Hasil kunjungan mendadak serta film hasil surveillance sebelum seminar dilakukan; Peningkatan pengelolaan APBD. APBD memiliki fungsi yang amat penting, yaitu : APBD

sebagai fungsi kebijakan fiskal, APBD sebagai fungsi investasi daerah, APBD sebagai fungsi manajemen pemerintahan daerah; Reformasi birokrasi mencakup pembenahan kelembagaan, proses bisnis, dan sistem manajemen sumber daya manusia secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai