Anda di halaman 1dari 18

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Author : Hj Sri Suryantini SPd Publish : 17-06-2011 19:57:46

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR A. Pendahuluan Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Kualitas hasil pengukuran sangat ditentukan oleh kualitas alat ukur (tes) yang digunakan. Karena itu, guru perlu menaruh perhatian besar dalam membuat tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Kualitas tes dapat dilihat dari berbagai faktor, seperti validitas dan reiabilitas tes, tingkat kesukaran dan daya beda tes, dan kejelasan masing-masing item tes. Secara umum ada 3 (tiga) ranah yang menjadi objek penilaian hasil belajar yaitu: kognitif, psikomotorik (tindakan) dan afektif (sikap). Untuk itu, maka jenis tes dan teknik penilaian hasil belajar dapat beragam, tergantung pada aspek atau ranah apa yang hendak dinilai. B. Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif. Secara umum, ranah kognitif hasil belajar dapat diukur menggunakan tes tertulis dan/atau tes lisan. Tes lisan umumnya, hanya digunakan sesekali saja dan dilakukan pada mata pelajaran yang terbatas, seperti bahasa, agama dan kesenia. Proses konstruksi tes lisan lebih sederhana dari pada tes tertulis. Hanya saja, tingkat kehandalan tes lisan umumnya kurang valid. Secara empiris uji validitas tes lisan sukar untuk dilakukan. Dalam rangka menguji kehandalan tes lisan, paling mungkin hanya dapat dilakukan uji reliabilitas kasar menggunakan teknik reliabilitas tes-retes. Tes lisan dilakukan dengan cara seperti wawancara, seorang siswa diminta menyampaikan jawabannya secara oral. Dalam pengukuran hasil belajar ranah kognitif mayoritas menggunakan tes tertulis. Proses tahapan mengkonstruksi tes tertulis secara garis besar yaitu: mengkaji kurikulum, mengembangkan indikator dan kisi-kisi, menulis item soal, uji validasi konsep, revisi/perbaikan, uji validasi empiris, seleksi soal, dan penyajian tes. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis terbagi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif. . 1. Tes Uraian/esai. Tes uraian dalah butir soal berbentuk pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan tugas harus dilakukan dengan cara mengemukakan pikiran peserta tes secara naratif. Bentuk tes uraian dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu tes uraian bebas (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response). Perbedaan dua tipe tes uraian ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk menulis dan menyatakan jawaban. Tes uraian bebas memberikan kebebasan yang lebih besar dari pada uraian terbatas. 2. Tes Objektif Tes objektif adalah tes atau butir soal yang menuntut jawaban secara lebih pasti. Bentuk tes objektif dapat mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan mudah dikoreksi. a. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah. b. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah. c. Benar Salah. Bentuk ini merupakan tes yang sederhana, karena dalam menjawab soal bentuk benar salah, siswa hanya dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu menentuak apakah pernyataan yang tertera pada butir soal benar atau salah. d. Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tingkat berpikir yang bisa terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.

Page 1

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR


Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut. materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum; konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.

C. Tes Hasil Belajar Ranah Psikomotorik. Tipe-tipe hasil belajar ranah psikomotorik dapat diukur melalui tes tindakan (perbuatan). Ada beberapa bentuk cara pengukuran untuk melilai hasil belajar ranah psikomotorik. Bentuk-bentuk penilaian hasil belajar ranah psikomotorik, antara lain: penilaian unjuk kerja, penilaian produk, penilaian proyek dan portfolio. 1. Penilaian Unjuk Kerja (Tes Tindakan) Penilaian unjuk kerja (tes tindakan) merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan ketrampilan secara fisik. Unjuk kerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan mengoperasikan suatu alat. Pengukuran dan penilaian tes tindakan (unjuk kerja) dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen: a. Daftar Cek Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya – tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. Berikut contoh daftar cek. Contoh checklists Format Penilaian (Menggunakan Daftar Tanda Cek) Nama peserta didik: ________ Kelas: _____

No.

Aspek Yang Dinilai

Ya

Tidak

Page 2

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

2.

3.

4.

5.

Page 3

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

6.

7.

Skor yang dicapai

Skor maksimum

Page 4

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR


7

b. Skala Rentang Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut, misalnya, sangat kompeten – kompeten – agak kompeten – tidak kompeten. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Berikut contoh skala rentang. Contoh rating scales Format Penilaian (Menggunakan Skala Penilaian) Nama Siswa: ________ Kelas: _____

No.

Aspek Yang Dinilai

Nilai

Page 5

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

1.

2.

3.

Page 6

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

4.

5.

Page 7

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

6.

7.

Page 8

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Jumlah

Skor Maksimum

2. Penilaian Produk a. Aspek yang Dinilai Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian yaitu: Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan peserta didik merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan peserta didik menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. Tahap penilaian (appraisal), meliputi: menilai kemampuan peserta didik membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan. b. Teknik Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

Page 9

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR


Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

3. Penilaian Proyek a. Aspek penilaian. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: Kemampuan pengelolaan Kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan mencari informasi serta dalam pengumpulan data dan penulisan laporan. Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dalam hal ini mempertimbangkan tahap pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman dalam pembelajaran. Keaslian Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek peserta didik, dalam hal ini petunjuk atau dukungan. b. Teknik Penilaian Proyek Penilaian proyek dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama pengerjaan tugas, dan terhadap hasil akhir proyek. Dengan demikian guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, kemudian menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian ini dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek (checklist) ataupun skala rentang (rating scale) Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek: a) penelitian sederhana tentang air di rumah; b) Penelitian sederhana tentang perkembangan harga sembako. c) Penugasan membuat rangkaian elektronik tertentu, misal agar menghasilkan suatu bunyi-bunyian (sirine) atau cahaya (lampu), dan sebagainya. 4. Penilaian Portofolio a. Aspek Penilaian Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan skor nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar mengelola waktu

Page 10

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR


peserta didik melalui karya peserta didik, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik, dan sebagainya. b. Teknik Penilaian Portofolio Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: Jelaskan kepada peserta didik maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri. Bersama peserta didik, tentukan sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda. Misalnya, untuk kemampuan menulis peserta didik mengumpulkan karangan-karangannya. Sedangkan untuk kemampuan menggambar, peserta didik mengumpulkan gambar-gambar buatannya. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel portofolio peserta didik beserta pembobotannya bersama para peserta didik agar dicapai kesepakatan. Diskusikan dengan para peserta didik bagaimana menilai kualitas karya mereka. Contoh; untuk kemampuan menulis karangan, kriteria penilaiannya misalnya: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Sebaiknya kriteria penilaian suatu karya dibahas dan disepakati bersama peserta didik sebelum peserta didik membuat karya tersebut. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai harapan atau standar itu. Mintalah peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik tentang bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan atau kekurangan karya tersebut dan bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio. Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya belum memuaskan, kepada peserta didik dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya setelah 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika dianggap perlu, undanglah orang tua peserta didik untuk diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan portofolio sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

D. Tes Hasil Belajar Ranah Afektif (Sikap) Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afeksi, komponen kognisi, dan komponen konasi. Komponen afeksi adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognisi adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konasi adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut. Sikap terhadap materi pelajaran. .

Page 11

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR


Sikap terhadap guru/pengajar. Sikap terhadap proses pembelajaran. . Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu materi pelajaran. . Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran, dan sebagainya. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Teknik Observasi perilaku Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah. Contoh isi Buku Catatan Harian :

No.

Hari/ tanggal

Nama peserta didik

Kejadian (positif atau negatif)

Page 12

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula untuk menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Selain itu, dalam observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek (Checklist) yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari peserta didik pada umumnya atau dalam keadaan tertentu. Berikut contoh format Penilaian Sikap. Contoh Format Penilaian Sikap dalam praktek IPA :

No.

Nama

Perilaku

Nilai

Keterangan

Bekerja sama

Berini-siatif

Page 13

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR


Penuh Perhatian

Bekerja Sistematis

1.

Ruri

2.

Tono

Page 14

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

3.

....

4.

....

Page 15

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Page 16

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Catatan: Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai: 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = sedang

4 = baik

5 = amat baik

2. Teknik Pertanyaan langsung Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan Ketertiban". Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik. 3. Teknik Laporan pribadi Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang "Kerusuhan Antar-etnis" yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya. 4. Teknik Skala Sikap (Tertulis). Penggunaan teknik ini dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada peserta didik. Kemudian peserta didik dimintai tanggapan atau jawabannya dengan cara memilih alternatif jawaban atau pernyataan yang dianggapnya sesuai dengan keadaan/perasaan dirinya. Bentuk pernyataan atau pertanyaan ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Contoh, buitr skala Sikap pada pelajaran matematika: a. Pernyataan positif: 1) Matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari : A. Sangat Setuju C. Kurang Setuju E. Sangat Tidak Setuju B. Setuju D. Tidak Setuju

Page 17

DESAIN DAN ANALISIS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

2) Belajar matematika menyenangkan: A. Sangat Setuju C. Kurang Setuju B. Setuju D. Tidak Setuju

E. Sangat Tidak Setuju

a. Pernyataan negatif: 1) Matematika merupakan pelajaran yang membosankan: A. Sangat Setuju C. Kurang Setuju E. Sangat Tidak Setuju B. Setuju D. Tidak Setuju 2) Belajar matematika menjenuhkan: A. Sangat Setuju C. Kurang Setuju E. Sangat Tidak Setuju B. Setuju D. Tidak Setuju Alternatif jawaban yang diberikan oleh peserta didik semuanya diberi bobot, misal: A=5, B=4, C=3, D=2, E=1 untuk pernyataan/pertanyaan positif; dan A=1, B=2, C=3, D=4, E=5 untuk pernyataan/pertanyaan negatif. Selanjutnya, jumlahkan skor tiap butir yang diperoleh oleh seorang peserta didik menjadi skor total. Skor total tersebut, kemudian dikonversi dalam standar penilaian tertentu, sehingga diperoleh suatu angka (skor) berdasarkan standar penilaian tersebut. Angka (skor) penilaian inilah merupakan nilai sikap terhadap matematika dari seorang peserta didik tertentu. Misalkan, seorang peserta didik memperoleh skor total dari hasil pengisian skala sikap = 110. Skala sikap yang diberikan berjumlah 30 butir/item pernyataan, dan masing-masing item memiliki jawaban A, B,C, D, E dengan botot jawaban sama seperti di atas, sehingga skor maksium teoritik skala sikap tersebut = 5x30 = 150. Standar penilaian yang digunakan menggunakan standar 1 – 10. Maka nilai sikap terhadap matematika dari peserta didik yang bersangkutan yaitu: Proses konstruksi instrumen skala sikap secara umum hampir sama dengan mengkonstruksi tes tertulis. Secara garis besar tahapan konstruksi skala sikap yaitu: mengkaji teori, pengembangan indikator dan penyusunan kisi-kisi, penulisan item instrumen, validasi konsep, revisi/perbaikan item, validasi empiris, seleksi item, penyajian skala sikap. Perbedaannya dengan konstruksi tes tertulis, yaitu: pertama: dalam teshasil belajar tertulis yang dikaji kurikulum, sedangkan dalam skala sikap yang dikaji teori yang mendukung; dan yang kedua, dalam validasi empiris tidak ada pengujian: tingkat kesukaran butir, daya beda butir, dan keberfungsian alternatif jawaban.

Page 18

Anda mungkin juga menyukai