Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Pendidikan berperan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia, sebab pendidikan berpengaruh langsung kepada kepribadian ummat manusia. Pendidikan sangat menentukan terhadap model manusia yang dihasilkannya. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan, mempunyai kedudukan sentral; menentukan kegiatan dan hasil pendidikan. Penyusunannya memerlukan fondasi yang kuat, didasarkan atas hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kurikulum yang lemah akan mengahasilkan manusia yang lemah pula. Pendidikan merupakan interaksi manusia pendidik dan terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi pendidik dan terdidik dalam pencapaian tujuan, bagimana isi, dan proses pendidikan memerlukan fondasi filosofis, agar interaksi melahirkan pengertian yang bijak dan perbuatan yang bijak pula. Untuk mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus tahu dan berpengetahuan yang diperoleh melalui cara berfikir sistematis, logis dan mendalam, secara radikal, hingga keakar-akarnya. Upaya menggambarkan dan menyatakan suatu pemikiran yang sistematis dan komprehensif tentang suatu fenomena alam dan manusia disebut berfikir secara filosofis. Filsafat mencakup suatu kesatuan pemikiran manusia yang menyeluruh.

Landasan Filosofis Kurikulum Pendekatan Ilmu dengan filsafat berbeda, ilmu menggunakan pendekatan analitik, mengurai bagian-bagian hingga bagian yang terkecil. Filsafat mengintegrasikan bagian-bagian hingga menjadi satu kesatuan yang menyeluruh dan bermakna. Ilmu berkaitan dengan fakta-fakta sebagaimana adanya, secara objektif dan menghindari subjektifitas. Filsafat melihat sesuatu secara das sollen (bagaimana seharusnya), faktor subjektif sangat berpengaruh. Tetapi filsafat dan ilmu memiliki hubungan secara komplenter; saling melengkapi dan mengisi. Filsafat memberikan landasan bagi ilmu, baik pada aspek ontologi, epistimologi, maupun aksiologinya.

Dalam konteks pendidikan, filsafat pendidikan adalah refleksi pemikiran filosofis untuk mengatasi permasalahan pendidikan. Filsafat memberi arah dan metodologi terhadap praktik pendidikan, sebaliknya praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filosofis.

Menurut Butler (1957:12), hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan sebagai berikut: 1. 2. Filsafat merupakan basic/dasar bagi filsafat pendidikan, Filsafat merupakan bunga bukan batang bagi pendidikan,

3. Filsafat pendidikan merupakan disiplin tersendiri yang memiliki hubungan erat dengan filsafat umum, meski bukan essensinya, dan Filsafat dan teori pendidikan adalah satu. Harapan Kurikulum Perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di dalam negeri dan isu-isu mutakhir dari luar negeri yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang pendidikan. Buat apa membuat kurikulum baru, kalau kemasannya masih juga lama. Atau bikin kurikulum baru, tapi paradigma yang digunakan masih paradigma lama. Sehingga tak berbekas dan bermakna dalam kenyataan hidup sehari-hari. Beberapa hal yang melatarbelakangi penyusunan kurikulum baru antara lain: 1. Adanya peraturan penundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap paradigma pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah antara lain pembaharuan dan divensifikasi kurikulum, serta pembagian kewenangan pengembangan kurikulum. 2. Perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan serius. 3. Kondisi masa sekarang dan kecenderungan di masa yang akan datang perlu dipersiapkan generasi muda termasuk peserta didik yang memiliki kompetensi yang multidimensional. 4. Pengembangan kurikulum harus dapat mengantisipasi persoalan-persoalan bangsa yang mempunyai kemungkinan besar sudah dan/atau akan terjadi. Kurikulum yang dibutuhkan di masa depan adalah kurikulum yang mampu memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan. Oleh karena itu kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan demokratis, persatuan dan kesatuan, kepastian hukum, kehidupan beragama dan ketahanan budaya, pembangunan daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, serta pengelolaan lingkungan. model kurikulum itu mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah kita. Kehadirannya benar-benar sesuai dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat dan bukan sekedar kebijakan sesaat seorang menteri pendidikan nasional yang kata orang ganti menteri pasti

ganti kurikulumnya. Pada tulisan ini akan dibahas pula bagaimana sebuah kurikulum itu mampu dikembangkan dan dikritisi oleh guru sendiri sebagai ujung tombak atau garda terdepan pendidikan bangsa ini. Sehingga apa yang terjadi dalam proses pendidikan kita terlihat jelas dari kacamata seorang guru yang mendidik anak bangsa ini dengan penuh ketulusan. Mereka selalu bertanya pada dirinya what is wrong in Indonesian Classroom? Sehingga mereka selalu berjiwa inovatif dan bertindak kreatif dalam menyusun kurikulumnya sendiri yang pada akhirnya akan mengantarkan mereka untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Dalam rangka mengaplikasikan apa yang telah dicanangkan oleh UNESCO melalui learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together para guru dan pengelola pendidikan dituntut mampu berkontribusi dalam menyusun kurikulum bangsa ini kearah yang lebih baik. Sesuai dengan harapan bahwa yang dibutuhkan di masa depan adalah kurikulum yang mampu memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan. Oleh karena itu kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan demokratis, persatuan dan kesatuan, kepastian hukum, kehidupan beragama dan ketahanan budaya, pembangunan daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi, serta pengelolaan lingkungan. Semoga sistem pendidikan nasional kita mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga mampu melakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan yang salah satunya melalui pembuatan kurikulum yang terbaik dan dibuat oleh bangsa itu sendiri.
Daftar Pustaka: 1. Indratno, A. Ferry T., Kurikulum Beridentitas Kerakyatan dalam Kurikulum yang Mencerdaskan, Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif, Jakarta: Kompas, 2007. 2. Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Bandung: Remaja Rosdakaraya, 2004. 3. Moh. Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan: Panduan Menciptakan Manajemen Mutu Pendidikan Berbasis Kurikulum yang Progresif dan Inspiratif, Jogjakarta: Diva Press, 2009.

Contoh Konkrit filosofis kurikulum hubungannya dengan pengembangan kurikulum berbasis karakter di TK dan SD : Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi total yang akan terjadi pada tahun 2020. Kedua tantangan tersebut merupakan ujian berat yang harus dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat itu terletak pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh. Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas SDM

Indonesia adalah dengan memperbaiki kurikulum pendidikan dan metode pengajaran di kelas. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 adalah kurikulum yang mempunyai konsep berbeda yang disesuaikan dengan tuntutan jaman dalam menyongsong globalisasi abad ke-21, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kualitas belajar dan mengajar di kelas, serta menghasilkan kualitas SDM yang handal. Namun yang menjadi masalah adalah para guru di sekolah belum siap untuk mengalirkan KBK di kelas, yang memang memerlukan pengetahuan dan keterampilan tentang metode metode pengajaran yang berbeda dengan sistem lama. Indonesia Heritage Foundation (IHF) telah mengembangkan sebuah model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter yang memfokuskan pada pembentukan seluruh aspek dimensi manusia, sehingga dapat menjadi manusia yang berkarakter. Kurikulum Holistik Berbasis Karakter ini disusun berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan Student ActiveLearning, Integrated Learning, Developmentally Appropriate Practices, Contextual Learning, Collaborative

Learning, danMultiple Intelligences yang semuanya dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan, serta dapat mengembangkan seluruh aspek dimensi manusia secara holistik. Model pendidikan holistik berbasis karakter ini telah dipakai oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam proyek pengembangan Model Penyelenggaraan BBE (Pendidikan Berorientasi Keterampilan Hidup) Melalui Pembelajaran Terpadu di TK dan SD Kelas Rendah (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, 2002), Model Pembelajaran Tematis: Kelas Layanan Khusus di SD (Direktorat Jenderal Pendidikan Da sar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, 2003), Model Pembelajaran Aku Cinta Indonesia (Departemen Perindustrian dan Perdagangan bekerja sama dengan Depdiknas, 2003) dan TOT Tingkat Nasional Model Pembelajaran Kecakapan Hidup Berbasis Karakter Bagi Instruktur/Pemandu Tingkat Propinsi, 2004. Model ini

memfokuskan pada pembentukan karakter siswa karena karakter bangsa merupakan aspek penting yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter bangsa sangat tergantung pada kualitas karakter sumberdaya manusianya (SDM). Karenanya karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak

(Erikson, 1968). Thomas Lickona - seorang profesor pendidikan dariCortland University mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah : 1. meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2. penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, 3. pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, 4. meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. 5. semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, 6. menurunnya etos kerja, 7. semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8. rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, dan 9. adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia. Selain sepuluh tanda-tanda jaman tersebut, masalah lain yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa).Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti danagama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar tahu). Padahal, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan

aspek knowledge,feeling, loving, dan acting. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang

memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Pada dasarnya, anak yang kualitas karakternya rendah adalah anak yang tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah, sehingga anak beresiko besar mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan tidak mampu mengontrol diri. Mengingat pentingnya penanaman karakter di usia dini dan mengingat usia prasekolah merupakan masa persiapan

untuk sekolah yang sesungguhnya, maka penanaman karakter yang baik di usia prasekolah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Thomas Lickona (1991) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoralyang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan. Menurut Berkowitz (1998), kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut seca ra sadar (cognition) menghargai pentingnya nilainilai karakter (valuing). Misalnya seseorang yang terbiasa berkata jujur karena takut mendapatkan hukuman, maka bisa saja orang ini tidak mengerti tingginya nilai moral dari kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memerlukan juga aspek emosi. Menurut Lickona (1991), komponen ini adalahdisebut desiring the good atau keinginan untuk berbuat baik. IHF menyediakan materi siap pakai untuk membantu para pendidik dalammelaksanakan KBK 2004 melalui penerapan model Pendidikan Holistik berbasis karakter di sekolahnya (mulai dari TK sampai SD Kelas 6). Model ini memfokuskan pada pembentukan 9 pilar karakter kepada para siswa yang dilakukan secara eksplisit, dan berkesinambungan. Selain itu, pendidikan karakter bukanlah sesuatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, akan tetapi berkaitan dengan seluruh aktivitas kehidupan. Karenanya program pendidikan 9 Pilar Karakter dapat diintegrasikan ke dalam seluruh mata pelajaran akademis (mulai dari TK sampai Sekolah Dasar, kelas 1-6). Program yang menyeluruh ini bertujuan untuk menyeimbangkan antara hati, otak dan otot (Pendidikan Holistik). Diharapkan mereka akan menjadi anak-anak yang berfikir kreatif, bertanggung jawab dan memiliki pribadi yang mandiri (manusia holistik). Penerapan Konsep Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Metode Pendidikan 9 Pilar Karakter Setiap tema Pilar Karakter diatur untuk dapat diterapkan selama 2 sampai 3 minggu. Masing masing tema Pilar terdiri dari berbagai macam contoh kegiatan praktis bagi para pendidik yang terfokus pada metode: knowing the good, feeling and loving the good and acting the good. 9 Pilar Karakter tersebut adalah:

Download

Lengkap

Via

ziddu

1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya (love Allah, trust, reverence, loyalty) 2. Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness) 3. Kejujuran/Amanah dan Arif (trustworthines, honesty, and tactful ) 4. Hormat dan Santun (respect, courtesy, obedience)Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama (love, compassion, caring, empathy, generousity, moderation, cooperation) 5. Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras (confidence, assertiveness,

creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm) 6. Kepemimpinan dan Keadilan (justice, fairness, mercy, leadership) 7. Baik dan Rendah Hati (kindness, friendliness, humility, modesty) 8. Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity) Disamping 9 Pilar karakter di atas, IHF juga mengembangkan materi untuk mengajarkan kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan pada anak. Metode yang digunakan disebut sebagai Refleksi Rutin atau Apperception. Setiap pagi anak-anak diminta untuk mengikuti kegiatan refleksi Pilar selama 15 - 20 menit sesuai dengan Pilar yang sedang diterapkan saat itu. Pemberian waktu khusus untuk refleksi memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan secara verbal pengetahuannya, kecintaannya dan bagaimana seharusnya mereka bertindak sesuai pilar. Perangkat Modul 9 Pilar Karakter Buku modul petunjuk pilar juga dilengkapi dengan 112 buku cerita (TK) dan 140 buku cerita (SD) yang berhubungan dengan pilar yang diajarkan. Dan dilengkapi juga dengan 10 buah buku kegiatan pendidikan karakter untuk anak. Modul Pilar juga dilengkapi dengan contoh surat pemberitahuan, rekomendasi serta kuesioner untuk orang tua. Surat-surat ini bertujuan mendorong orang tua untuk berpartisipasi dalam menumbuhkan dan

mengembangkan karakter positif pada anak-anak mereka. Kurikulum Holistik Berbasis Karakter (Implementasi KBK 2004)

Kurikulum Holistik Berbasis 9 Pilar Karakter akan membantu seluruh pendidik dalam menerapkan pedidikan karakter sepanjang tahun ajaran, yang diintegrasikan dalam seluruh disiplin ilmu. Masing -masing aspek dari kurikulum diterapkan dengan menggunakan pendekatan Student Active Learning,Developmentally Appropriate Practices, Integrated Learning, Contextual Learning, Collaborative Learning, dan Multiple Intelligences, yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai