Anda di halaman 1dari 3

PTSP DAN KOMITMEN KEPALA DAERAH Oleh : Nasuhaidi, S.Pd., S.Sos., M.

Si Fakta menunjukkan bahwa kondisi pelayanan publik kita sampai saat ini masih terkesan berjalan dengan prosedur yang berbelit-belit, tidak ada kepastian waktu penyelesaian perizinan, biaya tinggi, dan persyaratan yang tidak transparan, serta kadang -kadang petugas yang kurang resposif terhadap keluhan pengguna jasa layanan. Kinerja pelayanan publik masih relatif jauh dari harapan masyarakat secara umum. Beranjak dari kondisi pelayanan tersebut, Pemerintah terus berupaya memberikan solusi dengan menawarkan berbagai pola penyelenggaraan pelayanan publik, antara lain pelayanan satu atap (PTSA), pelayanan satu tempat (terpusat) dan terakhir yang lebih santer dikenal dengan istilah pelayanan terpadu satu pintu (PTSP). Ketiga konsep tersebut sebenarnya bersumber dari spirit yang sama, yakni one stop service. Upaya pemerintah untuk mencari format terbaik penyelenggaraan pelayanan terbaik tersebut sangat beralasan, mengingat kondisi iklim investasi di Indonesia sampai saat ini relatif belum menjanjikan. Berdasarkan laporan dari World Economics Forum (WEF) bahwa posisi daya saing global Indonesia berada pada urutan ke-44 dari 139 negera. Artinya, fakta ini menunjukkan bahwa pemerintah masih dituntut untuk bekerja keras guna meningkatkan daya saing Indonesia agar mampu mengambil peran dalam persaingan global. Untuk itulah peran PTSP diharapkan akan mampu mendorong terwujudnya iklim investasi yang lebih kondusif menuju peningkatan daya sing Indonesia dalam perspektif ekonomi global. Namun demikian, PTSP sebagai salah satu bentuk reformasi birokrasi di bidang pelayanan investasi belum semuanya berjalan sebagaimana yang diharapkan. Fakta menunjukkan bahwa beberapa daerah di Indonesia malah belum membentuk PTSP dengan berbagai alasan. Kemudian daerah-daerah yang telah membentuk pun masih berjalan tersendat-sendat. Hanya sebagai kecil yang sudah terbentuk, berjalan dengan penuh dinamika dan berhasil mendorong jumlah investasi di daerahnya masing-masing serta meningkatkan pendapat asli daerah (PAD) sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Best practice seperti ini telah dibuktikan dan dipraktikkan di Kota Cimahi, Bekasi, Rokan Hulu, Sragen, Serdang Bedagai, Batanghari dan Provinsi NTT, Nangro Aceh Darussalam, Riau, Jawa Barat, Kaltim dan beberapa provinsi dan kabupaten/kota lainnya di Indonesia. Pertanyaannya kemudian adalah, di mana letak kunci keberhasilan beberapa daerah yang telah mampu menjadikan pelayanan terpadu sebagai icon baru pelayanan kepada masyarakat? Jawabannya adalah komitmen dari para stakeholders di daerah yang bermuara pada komitmen

seorang kepala daerah. Diprediksi bahwa keberhasilan beberapa daerah yang berhasil membentuk dan mengoperasionalkan PTSP tidak terlepas dari tingginya komitmen para pihak yang mempunyai ekses terhadap proses pengambilan kebijakan di daerah baik dari para eksekutif mulai dari kepala daerah, Sekda, dan kepala SKPD terutama instansi teknis maupun para legistaltif (anggota DPRD).

Komitmen Kepala Daerah Komitmen dari kepala daerah sangat diperlukan karena berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan dan pengembangan PTSP. Paling tidak terdapat beberapa hal penting yang memerlukan komitmen Pemerintahan Daerah: pertama, komitmen untuk berpresepsi sama.

Biasanya jika kedua unsur yakni eksekutif dan legislatif telah telah mempunyai pandangan yang sama akan urgensi penyelenggaraan PTSP dalam upaya menggairahkan iklim investasi sebagai amanat Inpres No. 3 Tahun 2006, maka langkah berikutnya yakni pembentukan Tim Pembentukan PTSP menjadi lebih lancar. Sebagai unsur pembantu kepala daerah, Sekda, kepala SKPD dan unsur terkait lainnya tidak mungkin mengelak dari konsekuensi keputusan pimpinan di daerah. Kedua, berkomitmen untuk pembentukan kelembagaan. Langkah penting berikutnya yang sangat penting adalah pembentukan kelembagaan. Kelembagaan lahir dari perangkat hukum daerah berupa Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur organisasi dan tata kerja badan atau kantor pelayanan terpadu satu pintu. Menentukan kapasitas oragnisasi sebagai badan atau kantor juga sangat dipengaruhi oleh kemauan politis seorang kepala daerah disamping berdasarkan skor sebagaimana diatur dalam ketentuan untuk badan dengan skor 70 ke atas, dan kantor untuk skor 70 ke bawah dengan pertimbangan luas wilayah, jumlah penduduk dan pendapatan asli daerah (PAD) (pasal 7 Permendagri No. 20 Tahun 2008). Perangkat hukum sebagai turunan dari Perda atau qanun (Aceh) terdiri dari Peraturan Gubernur (Pergub) atau Peraturan Bupati (Perbup) yang menetapkan tugas pokok dan fungsi intansi pelayanan terpadu atau apa pun namanya. Ketiga, berkomitmen untuk melimpihkan kewenangan. Pelimpahan wewenang mulai pemberkasan, pemrosesan sampai penandatanganan izin menjadi roh dari pelayanan terpadu. Tanpa pelimpahan wewenang dari kepala daerah, maka kehadiran PTSP tidak akan berarti apa -apa sekali pun secara kelembagaan telah eksis. Untuk itu kepala daerah dituntut agar komit untuk melimpahkan kewenangan perizinan yang ada di beberapa SKPD teknis ke PTSP. Pada prinsipnya semua perizinan yang ada di beberapa SKPD (banyak pintu) tersebut adalah kewe nangan kepala daerah, dan dengan adanya kebijakan Pemerintah dipadukan menjadi satu pintu. Komitmen kepala daerah untuk melimpahkan sebagian kewenangannya tersebut harus didukung oleh kepala SKPD

karena secara substansi masih tetap bertanggungjawab terhada izin yang dikeluarkan secara p fungsional dilakukan melalui tim teknis yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah. Keempat, komitmen dalam hal penganggaran. Anggaran dibutuhkan mulai dari penyusunan kebijakan, penyusunan sistem dan prosedur pelayanan, p engadaan sarana dan prasarana serta perekrutan SDM. Solidnya kerja Tim Pembentukan PTSP sangat tergantung pada dana yang dianggarkan. Tanpa dana Tim akan sulit menyiapkan perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebauah badan atau kantor pelayanan terpadu. Untuk itu, kepala daerah dan eksekutif perlu memberikan jaminan dana operasional yang memperlnacar terwujudnya pelayanan masyarakat yang prima, yaitu pelayanan yang lebih cepat (faster), lebih murah (cheafer) dan lebih sederhana (more simple). Komitmen sebagai Penentu Dapat disimpulkan bahwa komitmen menjadi penting dan penentu utama. Komitmen akan memperlancar proses pembentukan kelembagaan, pelimpahan wewenang, dan penganggaran sebuah lembaga pelayanan. Keberadaan PTSP sangat tergantung pada sejauh mana komitmen kepala daerah sebagai eksekutif baik berupa ucapan-ucapan (verba) maupun secara tertulis yang berwujud pembentukan Perda, Pergub/Perbup dan keputusan kepala daerah.Salah satu kesimpulan yang dapat ditarik adalah peran pimpinan itu penting dan dapat dikatakan sebagai penentu. Jika pimpinan mendukung, maka apa yang diharapkan dapat berjalan dengan baik demikian juga sebaliknya. Bahkan, saking pentingnya peran pimpinan dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu rencana, ada satu pepatah mengatakan: fish begins to stink at the head , secara harfiah artinya ikan membusuk mulai dari kepalanya (Muhammad, 2010:57). Dapat dianalogikan bahwa banyak organisasi sangat ditentukan oleh pemimpinya. Kalau pemimpinnya baik, maka pengikutnya baik, tetapi jika pemimpinnya jelek, maka pengikutnya jelek. Benarkah demikian? Mari kita samasama membuktikannya. (Penulis adalah dosen STISIP Nurdin Hamzah Jambi, pemerhati dan praktisi pelayanan publik/nasuhaidiatar@yahoo.com)

Anda mungkin juga menyukai