Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana dimaksud dalam UUD 1945 melalui pembagunan nasional yang berkesinambungan. (Depkes RI, 2005). Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. (Depkes RI, 2005). Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2008 tercatat sebesar 228/100.000 ribu kelahiran hidup. Sedangkan target untuk kematian bayi tahun 2009 sebesar 28/1000 kelahiran hidup dari sebelumnya tercatat 32/1000 kelahiran hidup pada tahun 2008 (kompas, 25 maret 2010). Data IBI (Ikatan Bidan Indonesia) menyebutkan penyebab AKI diantaranya adalah 4 terlalu dan 3 terlambat. Empat terlalu antara lain terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu tua (usia lebih dari 35 tahun), terlalu sering (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun), atau terlalu banyak (jumlah anak kurang dari 3 tahun lebih dari 2). Sedangkan 3 terlambat antara lain terlambat mengenali tanda bahaya dalam memutuskan dirujuk ke fasilitas kesehatan, terlambat mencapai 1 fasilitas kesehatan, serta terlambat

mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Keterlambatan ini biasanya tidak terdeteksi sejak awal karena asuhan antenatal yang tidak teratur, sehingga menyebabkan kemungkinan melahirkan dengan selamat menjadi lebih kecil (Depkes RI, 2004) Pembangunan kesehatan menitik beratkan pada program-program penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu indicator penting dalam kesehatan masyarakat. AKB telah menurun dari 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005, dan diproyeksikan terus menurun menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. AKB ini sangat penting, karena tingginya AKB menunjukkan rendahnya kualitas perawatan selama masa kehamilan, saat persalinan, masa nifas, status gizi dan penyakit infeksi. (Depkes RI, 2006). Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat

penurunan Angka Kematian Ibu adalah dengan pendekatan pelayanan ibu dan anak di tingkat dasar dan rujukan yang pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis empat pilar safe mother hood dimana pilar kedua adalah asuhan antenatal yang bertujuan untuk memantau perkembangan kehamilan dan mendeteksi kelainan atau komplikasi yang menyertai kehamilan secara dini dan ditangani secara benar. Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004) Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15%

dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan serta dapat mengancam jiwanya.Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal. Tujuan utama dari asuhan antenatal adalah untuk mempersiapkan ibu dan bayinya dalam keadaan sehat dengan cara membangun hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi tanda bahaya yang mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan

pendidikan kepada ibu (Pusdiknakes, 2002). Deteksi dini dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur, untuk menjamin mutu pelayanan antenatal perlu indikator untuk menyatakan kunjungan ibu hamil tersebut dinyatakan memenuhi standar yaitu dengan cakupan K4. Cakupan K4 merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih, sesuai jadwal yang ditetapkan (Depkes RI, 2004) Pada saat ibu memeriksakan kehamilan kunjungan pertam (K1) dan a kunjungan selanjutnya (K2, K3, dan K4) bidan tetap melakukan komunikasi terhadap ibu serta masalah yang dihadapi selama masa kehamilan. Beberapa hal dari hasil pemeriksaaan dan tuliskan di catat dikontong taksiran persalinan (Taklin). Seperti: Identitas ibu, Hari Pertama Haid Trakir (HPHT), Taksiran persalinan, riwayat ANC, Faktor resiko pada ibu dan rencana penolong.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis dari 13 orang bidan yang disurvey, 8 orang bidan yang menggunakan kantong Taksiran Persalinan dan 5 orang bidan yang tidak menggunakan kantong Taksiran Persalinan. Menurut bidan setempat pada saat survey awal yang dilakukan peneliti terhadap bidan yang tidak menggunakan kantong taksiran persalinan (5 orang bidan), didapat bahwa kebanyakan bidan jarang menggunakan kantong taksiran persalinan dikarenakan ibu hamil pada saat pemeriksaan kehamilannya tidak secara berkala sehingga menyulitkan bidan dalam memantau perkembangan kehamilan ibu tersebut dan bidan hanya mencatat pada buku register atau kohor ibu di saat ibu melakukan kunjungan ulang. Diharapkan bidan desa atau yang bertugas di ruang KIA dapat melakukan tata tertib administrasi secara keseluruhan dimana bidan tersebut di wajibkan untuk mengisi kantong taksiran persalinan setelah melakukan pemeriksaan ANC. Tujuan dari pengisian kantong taksiran persalinan tersebut untuk mengetahui status kehamilan ibu, mengetahui taksiran persalinan, mengetahui penolong serta pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan (Depkes RI). Salah satu peran bidan dalam masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat. Pengawasan antenatal merupakan cara yang mudah untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil secara normal dan dapat mendeteksi dini tanda bahaya kehamilan antara lain:

penglihatan kabur, nyeri kepala hebat dan menetap, oedem muka dan ekstremitas, perdarahan pervaginam. Minimnya penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan oleh tenaga kesehatan membuat banyak ibu hamil belum mengerti tentang tanda bahaya kehamilan (Prawirohardjo, 2003) Pengenalan tentang tanda bahaya kehamilan sedini mungkin akan lebih baik untuk ibu hamil. Selain penyuluhan dari tenaga kesehatan, kepatuhan seorang ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya sangat diperlukan agar setiap keluhan dapat ditangani sedini mungkin sehingga angka kematian ibu dapat ditekan menjadi seminimal mungk Efektifitas in. pelayanan antenatal tidak hanya diukur berdasarkan dari keberhasilan cakupan K4 saja tetapi perlu keteraturan dalam melakukan kunjungan, agar informasi yang penting bagi ibu hamil dapat tersampaikan (Depkes, 2004) Bertitik tolak dari permasalahan diatas maka peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang Gambaran pengetahuan dan sikap Bidan pada Pemanfaatan Kantong Taksiran Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin Tahun 2011. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah masih ditemukannya bidan yang tidak menggunakan kantong taksiran persalinan di wilyah kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin tahun 2011.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Diketahuinya Gambaran Pengetahuan dan Sikap Bidan pada Pemanfaatan Kantong Taksiran Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin Tahun 2011 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya Gambaran Pengetahuan Bidan pada Pemanfaatan Kantong Taksiran Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin Tahun 2011. b. Diketahuinya Gambaran sikap bidan pada pemanfaatan kantong taksiran persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin Tahun 2011 D. Manfaat penelitian 1. Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya bagi bidan tentang penggunaan kantong taksiran persalinan. 2. Bagi Mahasiswa Akbid Merangin Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan mahasiswa dan sebagai perbandingan antara fakta yang di temukan di lapangan dengan teori yang dipelajari.

3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang berarti sehingga dapat meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut. 4. Bagi Bidan Sebagai bahan masukan bagi bidan bahwa pentingnya pengisian kantong taksiran persalinan, agar bidan dapat mencegah terjadinya komplikasi secara dini dan terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi. E. Ruang Lingkup Peneliti Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Ruang lingkup tempat Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin Tahun 2011. 2. Ruang lingkup waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 3. Ruang lingkup objek atau sampel Bidan yang bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin Tahun 2011 4. Ruang Lingkup Cara Penelitian dengan cara menggunakan kuesioner dengan wawancara 5. Ruang Lingkup Tujuan Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap Bidan Pada Pemanfaatan Kantong Taksiran Persalinan Di

wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin tahun 2011. 6. Ruang Lingkup Alasan Karena masih adanya bidan yang tidak melakukan metode k antong taksiran persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin tahun 2011.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Antenatal Care (ANC) Antenatal care adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2008). Antenatal care merupakan salah satu asuhan yang diberikan untuk ibu hamil sebelum melahirkan dengan cara memeriksakan kepada dokter, bidan, atau puskesmas yang mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil hingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan menyusui, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar ( Manuaba, 2001 ). Peran bidan dalam masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat. Salah satunya dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil secara normal dan dapat mendeteksi dini tanda bahaya kehamilan Adapun metode yang . digunakan adalah menggunakan kantong taksiran persalinan. Setiap ibu hamil mengalami risiko komplikasi yang dapat mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil perlu sedikitnya empat kali 9

10

kunjungan selama periode antenatal. Setiap kunjungan ibu akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kehamilannya terutama tentang tanda bahaya kehamilan tiap trimester yang dapat mengancam keselamatan baik ibu maupun janinnya. Untuk itu pelaksanaan ANC perlu dilaksanakan oleh ibu hamil kerena bertujuan untuk: (Mansjoer, 2005) 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu dan bayi. 3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mingkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kemban secara normal. B. Kantong Taksiran Persalinan

Kantong taksiran persalinan merupakan suatu metoda atau cara untuk mencatat perkembangan ibu dan kandungannya mulai dari pertama pemeriksaan sampai pada saat ibu melahirkan (Depkes RI, 2009).

11

Pemanfaatan Kantong Taksiran Persalinan untuk dapat mengetahui kapan perkiraan ibu untuk melahirkan dapat di lihat dari kantong taksiran persalinan yang ada di tempat pelayanan terdekat. Keberadaan kantong taksiran persalinan dapat mungurangi dan mencegah terjadinya komplikasi yang terjadi pada ibu menjelang dan saat persalinan. Adapun manfaat dari kantong taksiran persalinan adalah: (Depkes RI) a. Mempercepat berfungsinya desa siaga b. Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standar c. Meningkatnya cakupan persalianan oleh tenaga kesehatan trampil d. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun e. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini f. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi g. Menurunya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi

Ada dua tujuan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, yaitu: Tujuan umum dan Tujuan khusus. 1. Tujuan umum yaitu meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih sehingga menurunkan unmet need KB pada ibu (Anonim, 2008), serta meningkatkan pelayanan ibu hamil agar melahirkan dengan aman dan selamat (Pambudi, 2008). 2. Tujuan khusus adalah dipahaminya setiap persalinan berisiko oleh suami, keluarga, dan masyarakat luas, memfokuskan pola motivasi kepada keluarga saat antenatal care oleh bidan, adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan (Anonim, 2008),

12

terdatanya sasaran dan terpasangnya stiker P4K, adanya kesiapan menghadapi komplikasi (transportasi, calon donor darah, dan dana) yang disepakati ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan, adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, kader, dukun bayi, memantau kemitraan antara bidan, dukun bayi, dan kader (Srikandi,2008). C. Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penelitian terhadap objek tertentu, dari penelitian ternyata prilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan dapat diketahui dengan wawancara. Pengukuran pengetahuan dapat dilakuakan dengan wawancara yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan dapat dikategorikan dalam tingkatan sebagai berikut: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingatkan suatu materi yang sudah dipelajari dengan kata lain tingkatan ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai sebagi suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang suatu obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

13

c.

Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil(sebenarnya).

d.

Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (sintesis) Sintesis menunjukkan kepada kemampuan untuk meyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Angka angka hasil pengukuran dan perhitungan dalam hal ini untuk pengukuran pengetahuan, dapat diproses dengan cara presentase melalui kalimat yang bersifat kualitatif, misalnya pengetahuan baik dengan presentase sebesar 76-100% pengetahuan cukup dengan presentase 56-57 % dan pengetahuan kurang dengan presentase dibawah atau kurang 56 % (Nursalam 2003):142.

14

D.

SIKAP Sikap (Attitude) adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manipulasi sikap itu tidak langsung dilihat. tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan adanya konotasi kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2003:124). Menurut WHO: sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap dapat di peroleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak terlalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.Hal ini di sebabkan oleh beberapa alas an antara lain: a. Sikap terwujud didalam suatu tindakan tergantung situasi pada saat itu. b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti suatu tindakan mengacu pada pengalaman orang lain, dan banyak sedikit pengalaman seseorang (Notoadmodjo, 2003:168). New Comb salah seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap ibu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Sikap belum merupakan predisiposisi tindakan suatu prilaku (Notoatmodjo.2007:142-143). 1. Menerima (Receiving) Diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

15

2.

Merespon (Responding) Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi dari sikap.

3.

Menghargai (Value) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendisikusikan dengan orang lain suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4.

Bertanggung Jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko adalah jawaban sikap yang paling tinggi. Dalam Hidayat (2007:90) untuk mengukur sikap seseorang tentang

gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau yang dialaminya digunakan Sekala Likert. Beberapa bentuk jawaban dari pernyataan yang masuk dalam Skala Likert adalah sebagai berikut: Pernyataan positif Sangat setuju (SS) diberi nilai Setuju (S) diberi nilai Tidak setuju (TS) diberi nilai :4 :3 :2

Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai : 1 Pernyataan Negatif Sangat Setuju (SS) diberi nilai Setuju (S) diberi nilai :1 :2

16

Tidak Setuju (TS) diberi nilai Sangat Tidak Setuju (STS)

:3 :4

Cara interprestasi untuk semua pernyataan sikap dapat berdasarkan persentase sebagai berikut ini: Angka 0-25% : Sangat tidak baik

Angka 26-50% : Tidak baik Angka 51-75% : Baik Angka 76-100% : Sangat baik (Hidayat, 2007)

17

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Konsep merupakan abstraksi yang terbetuk oleh generalisasi dari halhal khusus. Oleh sebab itu konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruksi atau yang lebih dikenal dengan variabel. Kerangka konsep penelitian dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2005: 68-69). Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu misalnya : pengetahuan, sikap (Notoatmodjo, 2005: 70). Adapun variable dependent dalam penelitian ini adalah pemanfaatan kantong taksiran persalinan, sedangkan yang menjadi variabel independent adalah pengetahuan bidan terhadap pemanfaatan kantong tafsiran persalinan dan prilaku bidan terhadap pemanfaatan kantong taksiran persalinan. Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independent - Pengetahuan bidan - Sikap bidan Variabel Dependent Pemanfaatan Kantong Taksiran Persalinan

17

18

B. Definisi Operasional Definisi Operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang diteliti serta pengembangan instrument (Notoatmodjo, 2005: 46). 1. Pengetahuan Adalah pengetahuan bidan terhadap pemanfaatan kantong taksiran persalinan. Cara Ukur Alat Ukur : Wawancara : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal Hasil Ukur : a. b. c. Pengetahuan baik jika jawaban benar dari skor total: 76 100% Pengetahuan cukup jika jawaban benar dari skor total:56 75% Pengetahuan cukup jika jawaban benar dari skor total: < 56% (Nursalam, 2007: 124). 2. Sikap Sikap adalah perilaku bidan terhadap pemanfaatan kantong taksiran persalinan. Cara Ukur Alat Ukur : Wawancara : Kuesioner

Skala Ukur : Likert Hasil ukur : Pernyataan positif

19

Sangat Setuju (SS) diberi nilai-nilai Setuju (S) diberi nilai Tidak Setuju (TS) diberi nilai Sangat Tidak Setuju (STS)diberi nilai Pernyataan negative Sangat Setuju (SS) diberi nilai Setuju (S) diberi nilai Tidak Setuju (TS) diberi nilai Sangat Tidak Setuju (STS)

:4 :3 :2 :1

:1 :2 :3 :4

Cara interprestasi untuk semua pernyataan sikap dapat berdasarkan persentase sebagai berikut ini: Angka 0-25% Angka 26-50% Angka 51-75% Angka 76-100% : Sangat tidak baik : Tidak baik : Baik : Sangat baik (Hidayat, 2007)

3. Pemanfaatan Kantong Taksiran Persalinan. Adalah untuk mengetahui kapan taksiran ibu bersalin, meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, mengurangi terjadinya komplikasi, tertanganinya komplikasi secara dini dan meningkatkan perencanaan persalinan.

20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskritif untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan, Sikap Bidan Terhadap Pemamfaatan Kantong Taksiran Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin Tahun 2011. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Notoatmodjo, 2007), adapun populasi dalam penelitian ini yaitu semua bidan desa dan yang bertugas di ruang KIA yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis yang berjumlah 35 orang bidan. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005: 79). Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik sampling. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bidan desa dan yang bekerja di ruang KIA yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis yang berjumlah 35 orang.

20

21

C. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer yang diambil melalui wawancara langsung pada bidan dengan menggunakan kuesioner. D. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko dan Puskesmas Pematang Kandis Kabupaten Merangin Tahun 2011. b. Waktu penelitian Waktu penelitian direncanakan akan dilakukan pada bulan Agustus 2011. E. Teknik Pengolahan Data 1. Teknik pengolahan data Pengolahan data awal dilakukan secara manual langkah-langkah Pengolahan data adalah: a. Pemeriksaan Data Setelah kuisoner diisi dari wawancara dari responden, data diperiksa kembali apakah semua item telah terjawab dengan sempurna. b. Tabulasi data diisi dengan baik kemudian data dimasukan dalam table distribusi frekuensi. c. Editing

22

Dilakukan untuk memeriksa kembali semua kuesoner atau satu persatu apakah kuesoner diisi sesuai petunjuk sebelumnya d. Coding Mengaplikasi semua jawabanjawaban responden kedalam

kategori-kategori dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. e. Scoring Pemberian nilai dari jawaban pengisian kuesioner dengan criteria jawaban yang benar (1) dan jawaban salah diberi nilai (0) 2. Ditahap analisa ini data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik Tertentu dengan tujuan untuk menyederhanakan data (Notoatmodjo, 2002). F. Analisa Data Analisis data dilakukan dengan cara analisis univariat, deskriptif yaitu memudahkan interprestasi data kedalam bentuk pengkajian baik dalam tekstual maupun bentuk tabular menurut variabel yang diteliti. Persentase dengan menggunakan rumus menurut Arikunto (2006):

P= n

x 100%

Keterangan: P : Persentase : Frekuensi n : Jumlah soal/pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai