Anda di halaman 1dari 4

PANCA MATRA

LIGA MUSLIM INDONESIA


PANCA MATRA adalah suatu formulasi sosiologis berbasis epistemologi Islamy (Fiqhul Waqi) dalam memandang fenomena sosial-politik kekinian (waqiiyah) sebagai rujukan faktual untuk merancang Agenda-Aksi Responsif Pembaharuan Ummat (Tajdidul Ummat) maupun fatwa hukum organisasi dalam berbagai bidang kehidupan. (Amanat Anggaran Dasar LIGA MUSLIM INDONESIA Pasal 7) 1. Ideologi (Fikratul Itiqodiyyah) Sistem pemikiran yang dipedomani secara sadar maupun tidak oleh masyarakat, yang ditopang oleh kekuatan (material-non material) tertentu sehingga mewujud dalam berbagai bentuk konsepsi, kelembagaan, kegiatan, maupun produk material tertentu. 1.1. Kategorisasi Ideologis terhadap Golongan Kaffir: a) Golongan Kaffir Kitaby yaitu Kaum Yahudi dan Nashrani b) Golongan Kaffir Non-Kitaby yaitu Kaum Musyrikin-Penganut Politheisme c) Golongan Kaffir Munafiqin yaitu Kaum Muslim-Pengkhianat Islam 1.2. Kategorisasi Ideologis terhadap Pemikiran bentukan Yahudi/Nasrani, yakni: a) Komunisme b) Liberalisme-Kapitalisme c) Sekulerisme d) Materialisme 2. Bidang Politik (Siyasah) Segala hal yang berkait dengan tatanan Kelembagaan, produk kebijakan dan prilaku aparatur politik (militer dan sipil) yang terbangun dalam zaman Mulkan Jabbarin, baik pada era Rezim Imperialis-militer Barat (Salibis) maupun era kekuasaan Rezim Pribumi/Kebangsaan. 2.1. Pola Kebijakan dan prilaku Politik Melingkupi segala kebijakan organisasial-kenegaraan dalam berbagai tingkatan dan sektornya berikut latar belakang penetapannya dan mentalitas serta tindakan aparatur politik dalam pelayanan dan pengelolaan urusan rakyat. a) Politik Pro-Barat b) Politik Transaksional c) Politik Anti-Subsidi d) Politik Privatisasi e) Politik Konflik Kepentingan f) Politik Represi g) Politik Korupsi

2.2. Kelembagaan Pemerintahan a) Sentralisme Lembaga Eksekutif b) Sentralisme Pemerintahan Pusat c) Sentralisme Pertumbuhan Makro-Ekonomi d) Sentralisme Kaum Konglomerat 3. Hukum (Syariah) Sistem hukum yang mengatur Hak dan Kewajiban serta Sanksi yang ditetapkan oleh negara maupun masyarakat dalam melaksanakan dan melindungi kepentingan personal maupun sosial, jasmani maupun ruhaninya. 3.1. Putusan Hukum berdasarkan logika kekuatan (quwwah) 3.2. Putusan Hukum berdasarkan logika akal pikiran (aqliyyah) 3.3. Putusan Hukum berdasarkan logika positivisme-modern (Penjajah Yahudi-Nasrani) 4. Sosial-Budaya (Tsaqofah Ummat) Tatanan prilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan hasrat alaminya baik pada dimensi jasmani maupun ruhani. 4.1. Budaya Keilmuan (Tsaqofah Ilmiyyah) Tatanan nilai dan prilaku serta karya manusia yang bersumber dari kemampuan kecerdasannya aqal fikriyyah maun qalbiyyah-nya. a) Superioritas positivistik-materialistik Tradisi sains modern berpijak pada realitas inderawi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan kebenaran yang absah seraya menafikan realitas takterindera (ghaibiyyah) dan metodologi qalbiyyah dalam memperoleh pengetahuan dan kebenaran. b) Superioritas ulumu-duniawiyyah atas ulumu-ddiniyyah. Sebagai implikasi logis dari berkembangannya pemikiran positivistik di atas, fungsi dan peranan ilmu-ilmu keduniaan, sebagai sarana mempermudah kehidupan manusia mendapatkan kedudukan tertinggi seraya menafikan Ulumu-ddiniyyah yang berfungsi memberikan makna dan arah atas kehidupan. c) Superioritas teknokratis Yakni aplikasi material dari ulumu-duniawiyyah dalam berbagai bentuk perangkat teknologi guna menguasai dan memanfaatkan seluruh kekayaan alam yang mengalami perkembangan yang cepat dan tanpa kendali, serta diimbangi kesadaran dan tanggungjawab moral manusia-akibat tidak berkembangnya pencerahan berbasis Ulumu-ddiniyyah, hingga mengakibatkan kerusakan tatanan ekologis dan tatanan sosial. (QS 7/56) d) Sekulerisasi Institusi Keilmuan Ketimpangan perkembangan antara tsaqofatul Ulumu-ddiniyyah dan ulum dunniawiyyah, mengakibatkan system metodologi kajian dan penemuaan serta pengajaraanya mengalami sekulerisasi baik pada level teoritis maupun praktis. Dampaknya kebenaran Agama (qalbiyyah) termaginalisasi oleh kebenaran fikriyyah dalam berbagai aspek dan dimensi kehidupan manusia, terutama dalam bidang politik dan kemasyarakatan. Islam mengidealkan kedua kebenaran tersebut dapat difungsikan secara adil dan integratif, karena pada hakikatnya keduanya bersumber dari Sang Maha Benar, Allah SWT. e) Dis-apresiasi masyarakat terhadap Ulumu-ddiniyyah Sebagai efek lanjutan dari berbagai gejala massif di atas, maka Ulumuddiniyyah kian kehilangan nilai fungsional-utilitariannya (Nilai Manfaat Sosial-

Ekonomi) dalam kehidupan, dan akibatnya masyarakat mengalami penurunan apresiasi dan antusiasme bahkan mengidap apatisme terhadap produk keilmuan maupun institusi pengajaran formal maupun non-formal Ulumuddiniyyah. 4.2. Budaya Kesenian (Tsaqofatul Funun) Tatanan prilaku dan ekspresi manusia dalam bentuk benda maupun kegiatan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan rekreatif (kesenangan) dan hasratnya terhadap nilai-nilai keindahan. a) Gejala superioritas hedonistik Ummat mengalami kehancuran supremasi spiritualitas melalui gelombang pembudayaan cara hidup berorientasi kesenangan instan. Secara sosial mewujud dalam bentuk produksi dan konsumsi legal maupun ilegal beragam alat/sarana kesenangan inderawi yang merusak kecerdasan manusia, seperti napza, miras, pesta pora, dan beragam aktivitas hobby sebagai pengalih atas kecenderungan ritualisme keagamaan. b) Gejala superioritas eksotika-fisik Ummat mengalami kehancuran makna keindahan, akibat dihadapkan pada gelombang penguatan tata nilai dan kaidah keindahan berdasarkan pada konstruksi material yang terindra an sich. Dalam realitas sosial mewujud dalam bentuk fanatisme dan pemujaan serta peneladanan terhadap hasil kreasi dan figur seni yang didominasi sisi erotisme ragawi manusia. 4.3. Budaya Ekonomi (Tsaqofah Muamalah) Tatanan pola prilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau suatu tujuan nilai komersial tertentu melalui aktivitas konsumsi, produksi/industri, maupun distribusi tertentu. a) Eksploitasi-Manipulasi atas Kekayaan alam b) Eksploitasi-Manipulasi atas Kaum Buruh/Pekerja c) Eksploitasi-Manipulasi atas Kaum Usahawan Lebih Kecil d) Eksploitasi-Manipulasi atas Pasar/Konsumen e) Eksploitasi-Manipulasi atas Alat Tukar/Mata Uang 4.4. Budaya Kemasyarakatan (Tsaqofah Ijtimaiyyah) Tatanan pola prilaku masyarakat dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan tujuan dan kepentingan seksual, genetikal, atau rekreatif tertentu. a) Gejala Desakralisasi Hubungan Gender (Laki-laki dan Perempuan) Ummat dihadapkan pada adanya gelombang penguatan dalam legimatimasi sosial maupun yuridis terhadap hubungan homo-seksual dan free seks baik atas dasar motif ekonomi maupun non-ekonomi, baik pada strata orang dewasa maupun remaja bahkan anak-anak. b) Gejala Desakralisasi Hubungan Antar Individu maupun antar kelompok Ummat mengalami kerusakan sistemik hubungan sosial akibat berkembangnya nilai dan kaijdah ekonomi sebagai faktor dominan mendorong dalam proses interaksi antar individu. Uang dan nilai serta kepentingan ekonomis menjadi patokan tertinggi dalam menakar urgensi atas status dan relasi sosial dengan sesama, bahkan dengan keluarga sekalipun. Secara faktual mewujud dalam bentuk maraknya tindakan kekerasan dan pemaksaan/perampasan/pengambilan atas hak milik yang bukan melalui cara yang benar dan etis.

c) Gejala Desakralisasi Institusi Keluarga Ummat mengalami gelombang kerusakan tatanan keluaga dalam tatanan hubungan alamiah genetis-nya. Hal ini ditandai kian mencuatnya kasus incest (hubungan seks antara sesama anggota keluarga), konflik warisan, dan malfungsi antara laki-laki dan perempuan, serta anak dengan orangtuanya. 5. Pertahanan dan Kemanan (Askariyyah) Bidang yang berkait dengan kemampuan masyarakat dalam mencegah dan menghadapi Ancaman Fisik yang secara potensial maupun aktual mengganggu Hakhak fundamental masyarakat sebagai individu maupun kesatuan sosial (Jamaah). 1.1. Ancaman Bencana/Musibah yang bersumber dari alam a) Banjir b) Gempa Bumi c) Longsor d) Letusan Gunung berapi e) Tsunami f) Wabah Penyakit 1.2. Ancaman bencana/musibah yang bersumber dari manusia atas dasar motif kriminal maupun motif politik, antara lain: a) Individu b) Kelompok Masyarakat c) Negara
Jakarta, Syaban 1432H Juli 2011M Dewan Pimpinan Pusat LIGA MUSLIM INDONESIA

JAMIDIN UMAR Ketua Umum

DEDI SURYADI Sekretaris Jendral

Anda mungkin juga menyukai