Anda di halaman 1dari 2

Asfiksia Fisiologi Asfiksi pada bayi baru lahir disebabkan oleh kompresi tali pusat, solusio plasenta, hipotensi

kehamilan, insufisiensi plasenta kronik dan kegagalan resusitasi yang baik. respon neonatal untuk asfiksia mengikuti pola prediksi. Respon awal untuk hipoksia adalah peningkatan frekuensi pernafasan, kenaikan denyut jantung dan tekanan darah. Apneu primer terjadi saat denyut jantung dan tekanan darah mulai turun. periode awal apnea berlangsung 30-60 detik. Bayi bernafas terengah-engah (3-6 per menit), sementara denyut jantung dan tekanan darah menurun secara bertahap. Apneu sekunder atau terminal terjadi setelahnya dengan penurunan denyut jantung dan tekanan darah lebih lanjut. Semakin ama durasi apneu sekunder, maka semakin besar pula resiko terjadinya hipoksia pada organ tubuh. Hipoksia akan menyerang jaringan tertentu (kulit, jaringan otot, ginjal dan saluran cerna), baru kemudian menyerang organg penting (jantung, otak dan adrenal). Resusitasi diperlukan dalam penanganan bayi yang terserang asfiksia. Selama periode apneu primer , hamper semua rangsangan fisik menyebabkan bayi bernafas. Bayi yang mengalami apneu sekunder memerlukan PPV Langkah resusitasi 1. Keringkan bayi dengan baik, letakkan didekat penghangat. Awasi jangan sampai terkena hipertermi.
2. Posisikan bayi hingga membuka jalan nafas. Lakukan suction pada mulut,

kemudian hidung
3. Nilai kondisi bayi dengan cepat. Kriteria terbaik adalah dengan menilai

usaha nafas dan denyut jantung. Tingkat depresi jantung mengindikasikan terjadi hipoksia pada otot jantung.
4. Bayi yang bernafas dan memiliki dengyt jantung diatas 100/menit,

biasanya tidak membutuhkan intervensi lebih lanjut selain penyediaan

oksigen jika sianosis. Bayi dengan denyut jantung kurang dari 100 kali/menit dengan apneu atau usaha pernafasan yang tidak teratur sebaiknya dirangsang dengan kuat. Bahu belakang bayi digosok dengan handuk sementara oksigen di sediakan dekat dengan wajah
5.

Jika bayi gagal merespon rangsangan taktil, mulai ventilasi dengan menggunakan sungkup. Gunakan sungkup yang lembut dan menutupi mulut dan hidung.

6. Kebanyakan bayi dapat diberikan resusitasi secara efektif dengan sungkup.

Jika bati tidak merespon ventilasi dengan menggunakan sungkup, lakukan reposisi kepala (sedikit ekstensi), pasang sungkup kembali dengan mempertimbangkan mulut dan orofaring, kemudian coba lagi ventilasi dengan mulut terbuka. Jika bayi tetap tidak merespon dalam 30 detik, intubasi jalan nafas adalah hal yang tepat. 7. Jika terjadi denyut jantung kurang dari 60 kali/menit dan PPV 30 detik, diperlukan penekanan pada jantung. 8. Jika dipelukan obat, obat dan dosiss pilihan adalah eponefrin (0,1-0,3 ml/kg) diberikan melalui saluran endpotrakeal atau vena umbilical.

Anda mungkin juga menyukai