Anda di halaman 1dari 12

POTENSI SUMBER DAYA ALAM KEPULAUAN RIAU

TUGAS II SDAI

Disusun Oleh :

Ratu Fajrina Hanifa


07/250855/TK/32434

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011

PENDAHULUAN

Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Batas-batas dari Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai berikut : Utara : Vietnam dan Kamboja Timur : Provinsi Kalimantan Barat dan Malaysia Selatan : Provinsi Kep. Bangka Belitung dan Jambi Barat : Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota, 47 kecamatan serta 274 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil yang 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 km, sekitar 95% merupakan lautan dan hanya sekitar 5% daratan. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Ibukota Provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat internasional, serta pada bibir pasar dunia yang memiliki peluang pasar. Dengan Motto Berpancang Amanah, Bersauh Marwah, Provinsi Kepulauan Riau bertekad untuk membangun daerahnya menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat yang sejahtera, cerdas, dan berakhlak mulia. Dalam memberdayakan berbagai potensi yang ada, Provinsi Kepulauan Riau berusaha untuk tetap menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penerapan good governance dan clean government dengan memberikan kemudahan berinvestasi sehingga dapat menarik lebih banyak investor baik domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya.

Luas Wilayah Darat dan Laut

Luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau : Luas Keseluruhan : 425.214,6679 Km2 Luas Daratan : 8.209,6085 Km2 (2%) Luas Lautan : 417.005,0594 Km2 (98%)

Total Pulau : 2.408 buah Pulau Berpenghuni : 385 Pulau Bernama dan tidak berpenghuni : 965 Pulau tidak bernama dan tidak berpenghuni : 1.058

Daftar beberapa pulau di Kepulauan Riau :


                   

Kepulauan Anambas Kepulauan Badas Kepulauan Karimun Kepulauan Lingga Kepulauan Natuna Kepulauan Natuna Besar Kepulauan Natuna Selatan Kepulauan Riau Kepulauan Tambelan Pulau Abang Pulau Abang Besar Pulau Bakong atau Pulau Bakung Pulau Batam Pulau Batang Pulau Batu Berhanti Pulau Belat Pulau Benuwa atau Pulau Benua Pulau Bintan Pulau Buaya Pulau Bugi

          

Pulau Bulan Pulau Bunguran Pulau Buru Pulau Damar Pulau Combol Pulau Dompak Pulau Galang Pulau Iyu Kecil Pulau Jemaja Pulau Karimun Pulau Karimun Kecil atau Pulau Anak Karimun Pulau Kelapa Jernih Pulau Kepala Pulau Kundur Pulau Lagong Pulau Lalang Pulau Laut Pulau Lingga Pulau Mangkai

       

                      

Pulau Mapor Pulau Matak Pulau Mendarik Pulau Mesawak Pulau Midai Pulau Mubur Pulau Murih Pulau Pelampong Pulau Pengibu Pulau Penyengat Pulau Pinang Seribu Pulau Posik Pulau Raiba Pulau Rempang Pulau Sambu Pulau Sebangka Pulau Sebetul Pulau Sekatung Pulau Selayar Pulau Semiun Pulau Sentut Pulau Senua Pulau Serak

                     

Pulau Nanas Pulau Nipa atau Pulau Nipah Pulau Nongsa Pulau Panjang Pulau Papan Pulau Parit Pulau Pejantan Pulau Serasa Pulau Singkep Pulau Subi Pulau Subi Kecil Pulau Tambelan Besar Pulau Tarempa atau Pulau Tarempah Pulau Temiyang atau Pulau Temiang Pulau Timau Pulau Tokong Belayar Pulau Tokong Iyu Pulau Tokong Malang Biru Pulau Tokong Nanas Pulau Tokong Piramida Pulau Tokongboro Pulau Uwi

Sumber Daya Alam Laut

Sebagai Provinsi Kepulauan, wilayah ini terdiri atas 98% lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya Ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. Di kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya. Untuk sektor perikanan, terutama perikanan tangkap dan pengembangan budidaya perikanan yang meliputi usaha pembenihan dan pemanfaatan teknologi budidaya sangat cocok dikembangkan di Provinsi KepRi. Di Kabupaten Bintan, Karimun, dan Natuna, misalnya, terdapat budidaya ikan yang bernilai ekonomis seperti ikan kerapu, napoleon, dan kakap. Begitu pula potensi budidaya ikan air tawar dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Natuna. Pada tahun 2007, total produksi perikanan tangkap mencapai 217.094,91 ton dan produksi ikan budidaya 3.475,70 ton. Berikut ini akan di sebutkan macam-macam sumber daya alam yang di dapat dari wilayah pesisir dan lautan Kepulauan Riau.  SUMBER DAYA ALAM HAYATI

1. Estuaria Estuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Estuaria merupakan tempat bertemunya arus air sungai dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan

suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisik lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. Banyaknya unsur hara di daerah estuaria mengakibatkan tumbuh suburnya tumbuhan, termasuk makrophyta dan phytoplankton. Daerah pesisir biasanya merupakan daerah pemusatan industri, yang limbah buangannya masih mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun, maka informasi mengenai ini sangat penting untuk pengelolaannya. Dari hasil citra satelit terlihat bahwa penyebaran estuaria terdapat dalam areal yang luas di Kepulauan Riau, khususnya Pulau Bintan. 2. Mangrove Penyebaran mangrove di Provinsi Riau sebagian besar terdapat di Riau daratan, yakni di Kabupaten Indragiri Hilir. Sedangkan di Riau daratan lainnya (sebagian Bengkalis, Pelalawan, dan Rokah Hilir) mangrove hanya terdapat sebagian kecil saja, lainnya merupakan hutan pantai. Pada dasarnya mangrove mempunyai tiga fungsi utama yaitu (1) fisik meliputi menjaga garis pantai agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan, melindungi pantai dan tebing sungai dan mengolah limbah. (2) biologis ekologis meliputi tempat benih ikan, udang dan kerang dan lepas pantai, tempat bersarangnya burungburung besar, habitat alami bagi banyak biota, nursery ground, feeding ground dan selter area bagi biota perikanan. (3) ekonomi meliputi tambak, tempat pembuatan garam, rekreasi, hasil-hasil kayu dan nonkayu. Pemanfaatan kayu mangrove di Provinsi Riau secara umum digunakan untuk: (1) kayu bakar, arang dan alkohol. (2) untuk konstruksi rumah, konstruksi berat, pancang geladak, tiang dan galah banguan, material pembuatan kapal, serpihan kayu, pagar dan lain-lain. (3) alat untuk memancing, pelampung dan racun ikan, (4) untuk pertanian dan pakan ternak. (5) peralatan rumah tangga dan mainan, (6) arang, (7) chip wood yaitu serpihan buat bahan kertas (pulp). 3. Padang Lamun (seagrass beds) Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah pesisir atau perairan laut dangkal. Lamun yang hidup merupakan kelompok tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas angiospermae. Keunikan dari tumbuhan lamun dari tumbuhan laut lainnya adalah adanya perakaran yang ekstensif dan sistem rhizome. Karena tipe perakaran ini menyebabkan daun-daun tumbuhan lamun menjadi lebat, dan ini besar manfaatnya dalam menopang produktivitas ekosistem padang lamun. Disamping itu ada beberapa tumbuhan lamun yang melakukan fiksasi nitrogen ditandai dengan ditemukan mengandung epiphyte (blue-green algae), hal ini memegang peranan penting dalam kesuburan komunitas lamun, sehingga komunitas padang lamun sangat produktif. Padang lamun sangat sedikit berada di Provinsi Riau, tetapi masih dapat dilihat di daerah Riau Kepulauan, khususnya di Barelang (Batam, Rempang, Galang), Kepulauan Riau, dan Natuna. 4. Terumbu Karang (coral reefs ) Terumbu karang merupakan organisme yang hidip di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Penyebaran terumbu karang di Provinsi Riau tidak ditemui di perairan laut Riau daratan, tapi berada di

Riau kepulauan yakni sebagian besar di Natuna, kemudian Kepulauan Riau, Barelang, dan Karimun. Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada hakekatnya tidak selalu tetap, akan tetapi sering berubah karena adanya gangguan baik karena aktifitas alam maupun aktifitas manusia. Gangguan dapat berupa faktor fisik-kimia dan biologis. Faktor-faktor fisik-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan dan/atau laju pertumbuhan karang, antara lain adalah cahaya matahari, suhu, salinitas, dan sedimen. Sedangkan faktor biologis biasanya berupa predator atau pemangsanya.  SUMBER DAYA ALAM PERIKANAN

1.

2.

Perikanan Tangkap Potensi perikanan tangkap (laut) di Propinsi Riau sangat besar. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Riau (2002) menunjukkan bahwa di Selat Malaka diperkirakan potensi tersedia sebesar 141.546 ton, dengan potensi lestari sebesar 84.928 ton, sedangkan di Laut Cina Selatan potensi tersedia sebesar 602.348 ton, dengan potensi lestari 361.430 ton. Usaha penangkapan ikan di laut merupakan penyumbang terbesar dari produksi perikanan Riau. Dari total produksi sebesar 308.808,80 ton, sebesar 286.290.40 ton (92,7%) berasal dari penangkapan ikan di laut. Daerah-daerah potensial penghasil ikan tangkap di Riau terdapat di Kabupaten Kepulauan Riau, Natuna, Karimun, Bengkalis, Rokan Hilir, dan Indragiri Hilir. Perikanan Budidaya Potensi perikanan tambak di Propinsi Riau hingga saat ini belum dikembangkan secara serius. Budidaya yang dikembangkan antara lain rumput laut, kolam, keramba, tambak, Nilai produksi budidaya keramba di Riau mengalami penurunan sebesar dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh kurangnya benih ikan dan kegagalan panen. Kegagalan panen ini kemungkinan besar disebabkan oleh perairan lokasi keramba mengalami pencemaran limbah rumah tangga dan pabrik yang ada di sekitar aliran sungai. Jenis ikan yang dominan di budidayakan pada keramba adalah kakap putih (Lates calcariver) di samping kerang darah (Anadara granosa) dan kepiting (Scylla serrata).

Sumber Daya Alam Darat

Daerah daratan Provinsi KepRi yang hanya 5 persen dari keseluruhan wilayahnya, menurut penelitian Zwieryeki pada tahun 1919 hingga 1929, dapat dikatakan tanah tua. Sedangkan selebihnya yang membentang ke utara sampai dengan daerah-daerah pantai, merupakan konstruksi dari formasi jenis tanah alluvium (endapan) yang berasal dari zaman Quarter sampai dengan zaman Recen. Jenis tanah tersebut terutama terdapat di daerah-daerah pantai Provinsi KepRi sampai dengan pertengahan daratan yang berformasi sebagai daratan muda (yang kini merupakan wilayah Provinsi Riau). Dari susunan jenis tanah tersebut, menjadi jelas bahwa Provinsi KepRi jauh lebih tua apabila dibandingkan dengan formasi tanah yang ada di Provinsi Riau. Hal ini dibuktikan dengan dikenalnya arus pasang naik dan pasang surut sepanjang tahun yang pengaruhnya dirasakan sampai jauh mencapai arah hulu sungai-sungai di daratan Provinsi Riau. Dengan keadaan topografi tersebut, Provinsi KepRi memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak dan gas bumi, emas, dan lain-lain, maupun kekayaan pertanian dan perkebunannya, serta kekayaan sungai dan lautnya. Seiring diterapkannya otonomi daerah, hasil kekayaan alam Provinsi KepRi yang mulanya disalurkan ke Pemerintah Pusat (Jakarta) secara bertahap akan dinikmati langsung oleh daerah setempat, meski tidak secara keseluruhan. Hal ini mengacu pada aturan baru dari Pemerintah RI pascareformasi, yang memberi batasan dan aturan tegas mengenai pemanfaatan sumber daya alam daerah, bagi hasil dengan Pemerintah Pusat, dan kewajiban penanaman modal di daerah (lihat www.kepriprov.go.id). Peranan sektor pertanian merupakan sektor terkecil yakni hanya berkontribusi 5,32 persen terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 2007. Sektor tersebut belum berkembang maksimal karena luas lahan pertanian lebih kecil dibandingkan luas perairan. Di samping itu, tanah merah di Kepulauan Riau pun hanya dapat ditanami jenis tanaman tertentu yang masih memerlukan penelitian dan pengembangan khusus untuk meningkatkan produksinya. Pada tahun 2007, sektor pertanian padi di Provinsi KepRi memiliki lahan sawah seluas 1.792 hektar, sedangkan lahan bukan sawah yang terdiri dari lahan kering mencapai 694.924 hektar dan lahan lainnya mencapai 74.607 hektar. Luas lahan hortikultura mencapai 42.728 hektar. Lahan sawah irigasi teknis mencapai 130 hektar, lahan sawah irigasi sederhana mencapai 104

hektar, sementara lahan sawah dengan irigasi desa mencapai 309 hektar, dan lahan sawah tadah hujan seluas 1.249 hektar. Luas lahan panen padi seluruh kabupaten dan kota di Provinsi KepRi mencapai 94 hektar dan dapat memproduksi padi sebanyak 249 ton dengan rata-rata produksi 5,20 ton/hektar. Pada sektor pertanian palawija, menurut data tahun 2007 menyebutkan tanaman jagung dengan luas lahan panen 585 hektar berproduksi 1.267 ton, ubi kayu dengan luas lahan panen 708 hektar berproduksi 4.927 ton, ubi jalar dengan luas lahan panen 130 hektar berproduksi 1.159 ton, dan kacang tanah dengan lahan panen 124 hektar berproduksi 179 ton. Sementara, sayur-mayur berproduksi 723 ton, kacang panjang berproduksi 1.295 ton, bayam berproduksi 26.715 ton, dan kangkung berproduksi 842 ton. Di sektor perkebunan, komoditas yang berpotensi di Provinsi KepRi antara lain, cengkeh dengan luas lahan 14.716 hektar, kelapa seluas 39.491 hektar, karet seluas 34.891 hektar, lada seluas 449 hektar, sagu seluas 3.949 hektar, dan gambir seluas 996 hektar. Sedangkan di sektor peternakan, kambing merupakan populasi terbanyak mencapai sekitar 18.166 ekor, diikuti sapi sekitar 9.976 ekor, dan babi sekitar 4.655 ekor. Populasi unggas terdiri atas ayam buras sekitar 585.226 ekor, ayam petelur sekitar 347.800 ekor, ayam pedaging sekitar 452.510 ekor, itik sekitar 21.634 ekor, dan puyuh sekitar 26.270 ekor.
Potensi Ternak di Provinsi Kepulauan Riau Jumlah Jenis Populasi Pemotongan (ekor) (Ekor) Sapi 9.910 7.689 Kerbau 19.704 18 Kambing 351 7.646 Babi 680.380 201.465 Ayam Beras 904.417 745.110 Ayam Petelur 258.390 219.191 Ayam Pedaging 442.636 1.134.132 Itik 70.275 120.670

No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Daging (Kg) 10.021.351 3.397 94.239 8.426.640 904.593 492.335 1.508.394 136.652

Kab/Kota Bintan Karimun Natuna Batam Tg.Pinang Lingga Total

Luas Lahan menurut Jenis Lahan Tahun 2006 Komoditas (Ha) Potensi Lahan (Ha) Perkebunan Buah Sayuran 17.379 6.652 8.707 2.020 4.637,4 805,5 3.377,8 454,1 21.117 5.386 8.308 7.423 8.553,98 355,04 6.906,6 1.292,34 7.382 363 6.766 253 14.361 500 13.426 435 73.430,38 14.061,54 47.491,4 11.877,44

Produksi Tanaman Buah-Buahan Tahun 2004 Kabupaten /Kota 01. 02. 03. 04. 05. 06. Bintan Batam Karimun Natuna Tg Pinang Lingga Pisang (Ton) 1.429 393,68 867 157 74 2.920 Durian (Ton) 423 62 522 3.532 4.539 Duku Lansium (Ton) 44 20 0 301 365 Mangga (Ton) 116 99 799 1.200 14 2.228 Jeruk (Ton) 25 73 200 581 879

Prov Kep.Riau

Kabupaten /Kota 01. 02. 03. 04. 05. 06. Bintan Batam Karimun Natuna Tg.Pinang Lingga

Rambutan (Ton)

Pepaya (Ton)

Nenas (Ton)

Jambu(Ton)

Lainnya (Ton)

559 420,29 103 402 29 1.513,29

533 150,15 101 240 74 1.098,15

7.520 159,39 14.330 31 13 22.053,39

48 7 87 142

531 48 122 1.324 64 2.089

Prov Kep.Riau

Sumber Daya Alam Mineral (Pertambangan)

Sementara di sektor pertambangan, pada tahun 2007, Provinsi KepRi memiliki potensi hasil minyak, gas, timah, dan bauksit yang melimpah. Cadangan minyak bumi mencapai 298,81 Million Meter Barrel Oil (MMBO) dan cadangan gas alam mencapai 55,3 Triliun Square Cubic Feet (TSCF) yang terdapat di Kabupaten Natuna. Timah dengan jumlah cadangan mencapai 11.360.500 m3 terdapat di Pulau Karimun. Bauksit dengan total cadangan 15.880,000 ton terdapat di Pulau Bintan dan Tanjungpinang. Granit dengan total cadangan mencapai 858.384.000 m3 terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan. Sementara pasir darat dengan total cadangan mencapai 39.826.400 ton terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan.

Kepri memiliki potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, bahan galian B (vital) seperti timah, bauksit dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir dan kuarsa.
No 1 2 3 4 Jenis Bahan Galian Minyak Bumi Gas Alam Timah Bauksit Kabupaten/Kota Natuna Natuna Karimun Lingga Bintan Karimun Lingga T. Pinang Lingga Natuna Lingga Natuna Karimun Bintan Natuna Lingga Karimun Lingga Bintan Karimun Bintan Karimun Natuna Lingga Natuna Natuna Lingga Natuna Karimun Natuna Lingga Lingga Lingga Natuna Natuna Jumlah Cadangan 298,81 MMBO 55,3 TSCF 11.360.500 m3 3.832.500 m3 1.150.000 m3 4.204.840 ton 19.662.288.605 m3 16.800.000 m3 - 7.164.348.267 ton 84.930.000 m3 882.000.000 20.000.000 m3 78.013.300.931 m3 43.240.000 m3 36.555.921.955 m

5 6 7 8

Pasir Besi Zircon Antimon Granit

Pasir Darat

10 11

Pasir Laut Kuarsa

12 13 14 15 16 17 18 19 20

Granulit Diorit Andesit Rijang Feldspar Kaolin Batu setengah permata Hornfels Batuan Ultrafamic

POTENSI PERINDUSTRIAN

Industri manufaktur yang berskala kecil sampai sedang dan industri besar, terutama industri perkapalan, agroindustri dan perikanan. Saat ini industri yang paling banyak di Kepulauan Riau adalah industri elektronik seperti PCB, komponen komputer, peralatan audio dan video dan bagian otomotif. Industri ringan lainnya seperti industri barang-barang, garmen, mainan anak anak, peralatan rumah tangga. Industri lainnya fabrikasi baja, penguliran pipa, peralatan eksplorasi minyak, pra-fabrikasi minyak, jacket lepas pantai dan alat berat terdapat di Bintan, Batam dan Karimun. Disamping itu, kegiatan perdagangan di Kepulauan Riau difokuskan pada ekspor dan impor dengan total nilai ekspor di tahun 2004 mencapai USD 4.910 milyar dan impor USD 4.175 milyar yang berasal dari kegiatan ekspor 95 perusahaan ke 60 negara. Nilai Ekspor melampaui nilai impor. Selanjutnya, untuk menyongsong Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batam, Bintan, dan Karimun, nilai investasi asing yang telah ditanam mencapai US$ 543.200.000. Daftar investor asing di Kawasan BBK Tahun 2006
NO 1 2 3 4 5 6 NAMA PERUSAHAAN Batam Fast Indonesia, PT Neptune Marine, PT Cemara Intan Shipyard, PT Indo Multi Sarana Tiong Woon Co.Ltd JLH NAKER 105 205 202 1500 1000 5000 8057 BIDANG USAHA Angkutan Penyebrangan Pembuatan Kapal Pembuatan Kapal Pengembangan Industri Shipping, Kepelabuhanan Galangan Kapal, Perumahan NILAI INVESTASI (US$) 2.000.000 1.600.000 2.000.000 15.000.000 20.000.000 500.000.000 543.200.000 LOKASI Batam Batam Batam Batam Bintan Karimun

Daeju Construction Engineering Co.Ltd TOTAL

Anda mungkin juga menyukai