Anda di halaman 1dari 12

Penyakit kuning di kalangan bayi yang baru lahir

Posted by Ummu Kautsar pada 13 Februari 2008 Pernyataan: Lembar fakta ini adalah bagi tujuan pendidikan saja. Silakan bertanya kepada dokter Anda atau ahli kesehatan lain untuk memastikan agar informasi ini benar bagi anak Anda. Penyakit kuning di kalangan bayi yang baru lahir merupakan warna kuning pada kulit dan putih mata. Penyakit kuning yang kelihatan dialami oleh sepertiga sampai separuh dari bayi normal yang baru lahir. Hal ini biasanya tidak menimbulkan masalah dan pada umumnya semakin pudar menjelang akhir minggu pertama setelah lahir. Jika penyakit kuning tidak pudar setelah seminggu, atau masih ada setelah dua minggu, silakan hubungi dokter Anda atau hospital setempat. Apakah penyebab warna kuning? Dalam tubuh manusia, darah yang baru sedang dihasilkan sepanjang waktu dan darah yang lama sedang dimusnahkan. Salah satu produk darah yang dimusnahkan dikenal sebagai bilirubin. Biasanya bilirubin masuk ke hati dan kemudian meninggalkan tubuh dalam bentuk tinja. Selama beberapa hari pertama setelah lahir, hati bayi tidak berfungsi dengan sama baik dibandingkan waktu kelak, jadi cenderung terjadi longgokan bilirubin dalam darah. Ini mengakibatkan warna kuning pada kulit dan putih mata. Apakah penyakit kuning berbahaya? Jika jumlah bilirubin meningkat terlalu tinggi bayi mungkin mengantuk. Tingkat bilirubin yang sangat tinggi dapat mengakibatkan masalah pendengaran dan kerusakan otak. Di rumah sakit, diperhatikan agar tingkat bilirubin tidak terlalu tinggi. Penyakit kuning juga mungkin disebabkan oleh penyakit hati. Oleh karena ini, penting agar Anda menghubungi dokter setempat. Salah satu tanda penyakit hati adalah warna tinja bayi yang pucat dan bukannya kuning tua. Bayi mana yang lebih sering menderita penyakit kuning? Bayi yang mungkin lebih sering menderita penyakit kuning termasuk: bayi yang prematur bayi yang terkena infeksi bayi Rhesus atau RH babies bayi yang mempunyai golongan darah yang berlainan dengan ibunya. Disebabkan hal ini, suatu reaksi terjadi di mana sel darah bayi dimusnahkan dengan lebih cepat. Mengukur berapa parah penyakit kuning yang diderita bayi Sejenis tes darah memeriksa tingkat bilirubin. Beberapa rumah sakit juga menggunakan alat yang diletakkan pada kulit sebagai tes pemeriksaan untuk membantu dalam menentukan apakah tes darah diperlukan. Staf rumah sakit akan melakukan tes darah jika: ada faktor risiko seperti prematuritas penyakit kuning ditemui dalam beberapa hari pertama hidup bayi Jaundice in newborn babies Perawatan Cukup minum adalah penting sekali untuk bayi yang baru lahir. Penyakit kuning sering lebih parah karena sedikit dehidrasi. Penyakit kuning yang kurang parah pada minggu pertama tidak memerlukan perawatan kecuali minuman. Penyakit kuning yang sedang dirawat dengan meletakkan bayi telanjang (dengan masker perlindungan untuk menutup

mata) di bawah lampu cerah atau cahaya yang berwarna biru. Ini dikenal sebagai fototerapi. Cahaya memecahkan bilirubin dalam kulit dan menjadikan penyakit kuning semakin pudar. Perawatan cahaya ini mungkin mengakibatkan bayi membuang tinja yang cair. Hal ini ditangani dengan meningkatkan jumlah minuman. Terkena cahaya matahari tanpa perhatian mungkin berbahaya dan mengakibatkan kulit terbakar. Dengan penyakit kuning yang parah, bayi mungkin perlu menjalani transfusi darah khusus di mana darah bayi diganti (ditukar) dengan darah yang bersih untuk membuang bilirubin dari tubuh. Apakah ada masalah jangka panjang dari penyakit kuning? Biasanya tidak ada masalah jangka panjang setelah bayi menderita penyakit kuning. Bayi yang menderita penyakit kuning yang parah harus diperiksa pendengarannya secara berkala. Hal ini sebaiknya dibicarakan dengan dokter Anda atau perawat anak kecil. Sekarang ini kerusakan otak akibat penyakit kuning yang parah jarang sekali ditemui karena tingkat penyakit kuning dipantau dengan teliti pada beberapa hari pertama kehidupan di rumah sakit atau di rumah dengan program di mana bayi pulang ke rumah secara dini. Ingatlah: Jika penyakit kuning tidak mulai pudar setelah seminggu, atau berkelanjutan setelah dua minggu, silakan hubungi dokter Anda atau rumah sakit setempat. Penyakit kuning mungkin disebabkan oleh faktor lain seperti penyakit hati. Oleh karena ini, penting agar Anda menghubungi dokter setempat, jika penyakit kuning tidak pudar.

Terapi bagi Bayi "Kuning"


Jumat, 10 Agustus 2007 - 08:58 wib

Tia, ibu muda yang bermukim di kawasan Bintaro Jaya, Tangerang, diliputi rasa cemas. Setelah lahir, Jasmine, putrinya, mengalami kuning sehingga harus diterapi sinar lampu fototerapi di rumah sakit. Setelah kadar bilirubin normal, bayinya boleh dibawa pulang. Sesuai anjuran dokter, bayinya selalu dijemur di bawah sinar matahari pagi setiap hari agar tidak kuning lagi. Namun, tiga hari sepulang dari rumah sakit, kadar pigmen kuning dalam darah (bilirubin) bayinya mencapai 20 miligram per desiliter (mg/dl) dalam darah. "Waktu itu cuaca mendung terus. ASI saya juga masih kurang lancar sehingga Jasmine kekurangan cairan," kata Tia. Oleh dokter, bayinya dinyatakan hiperbilirubin atau memiliki bilirubin berlebihan sehingga harus dirawat di bawah lampu fototerapi di rumah sakit selama beberapa hari. Tia pun berusaha tetap bisa menyusui bayinya. "Menurut dokter, Jasmine menderita kuning karena golongan darahnya berbeda dengan saya," tuturnya. Penyakit kuning sering kali dikaitkan dengan infeksi virus. Kelainan itu kerap kali dihubungkan dengan kegagalan fungsi hati dan kanker hati. Namun, pada bayi baru lahir tidak demikian keadaannya. Warna kuning secara menyeluruh atau sebagian pada kulit atau pada bagian putih bola mata tidak selalu akan berakibat buruk bagi kesehatan bayi. Menurut pakar pediatrik spesialis anak, William Sears MD, dan istrinya, Martha Sears, dalam buku The Baby Book, mayoritas bayi yang sakit kuning disebabkan meningkatnya bilirubin dan endapan atau sisa bilirubin di kulit. Bilirubin terbentuk sebagai hasil akhir proses pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah. Kadar bilirubin diukur dengan mengambil beberapa tetes darah dari tumit bayi. "Bayi baru lahir dapat mengalami jenis sakit kuning yakni normal (fisiologis) dan abnormal," kata dokter spesialis anak Hindra Irawan Satari. Karena kurang oksigen selama dalam kandungan, bayi baru lahir memiliki sel darah merah lebih banyak dari yang diperlukan. Kelebihan sel ini bergabung dengan pigmen kuning yang disebut bilirubin, dan dipecahkan oleh tubuh bayi. Selama dipecahkan, pigmen kuning dilepaskan hati melalui urine. Pada bayi baru lahir, hati belum matang sehingga tidak dapat menangani kelebihan bilirubin. Hal inilah yang membuat pigmen kuning ini menetap di kulit dan mencerminkan warna kuning selama tiga atau empat hari setelah kelahiran. Inilah penyakit kuning yang normal. Setelah sistem pembuangan bilirubin bayi matang dan kelebihan sel darah berkurang, maka penyakit kuning menghilang. "Kondisi ini tidak berbahaya bagi bayi," ujarnya. Namun, sakit kuning abnormal biasanya berkembang lebih cepat, pada 24 jam setelah kelahiran. Penyakit kuning jenis ini disebabkan oleh terlalu banyaknya sel darah merah yang terlalu cepat pecah. Kelebihan bilirubin menyebabkan kerusakan otak. Namun, hal ini jarang terjadi jika mendapat perawatan dan pencegahan modern. "Jenis penyakit kuning abnormal biasanya karena infeksi atau ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi," tutur Hindra. Sebagian dari antibodi ibu mengalir dalam darah bayi. Bila bayi memiliki golongan darah berbeda dengan ibu, terjadi "peperangan" antara sel darah merah bayi dan antibodi asing dari golongan darah ibu yang berbeda. Hasilnya, banyak sel darah merah dirusakkan, bilirubin dilepaskan, dan penyakit kuning terjadi dengan cepat. "Risiko kuning juga meningkat pada bayi prematur atau lahir tidak cukup bulan, dan bayi berat lahir rendah," kata Hindra. Penyebab lain sakit kuning pada bayi yang baru lahir adalah keadaan yang terjadi selama persalinan di antaranya tindakan operasi, pemberian alat bantu untuk memperlancar kehamilan,

dan pemakaian obat untuk melebarkan saluran persalinan. Pengobatan Untuk mencegah kuning pada bayi dan akibatnya perlu pemeriksaan kehamilan secara teratur, menggunakan sarana kelahiran dan tenaga kesehatan memadai, serta memperbaiki faktor lingkungan untuk mengurangi bahaya infeksi nosokomial. Secara awam, kuning pada bayi bisa dilihat dari perubahan warna bagian putih mata. Batas aman untuk bayi kuning bila kadar bilirubinnya tidak lebih dari 12 mg/dl. Jika kadar bilirubin di atas 20 mg/dl, bayi harus ditransfusi tukar agar bilirubin tidak melekat pada otak. "Jika terlambat ditangani, bisa merusak otak sehingga bayi mengalami gangguan tumbuh kembang, antara lain intelegensia kurang," kata Hindra. Maka dari itu, perlu ada pemeriksaan laboratorium untuk mencari tahu penyebabnya dan mengambil contoh darah untuk memantau kadar bilirubin. Jika kuning normal, cukup dijemur di bawah sinar matahari. Namun, jika kadar bilirubin terlalu tinggi, dokter memberi lebih banyak cairan dan menempatkan bayi kuning di bawah lampu fototerapi untuk memecahkan kelebihan pigmen kuning pada bayi. Menurut Sears, dokter dapat menyediakan cara lebih bersahabat untuk mengurangi penyakit kuning yang disebut bili- blanket. Jadi, bayi dibungkus dalam selimut berisi larutan pemecah penyakit kuning sehingga ibu dapat memegang dan menyusui bayinya yang sedang menerima fototerapi. Bayi tidak lagi terpisah dari ibunya dalam ruang isolasi di bawah lampu fototerapi. Perawatan ini memungkinkan bayi kuning lebih cepat keluar dari rumah sakit. Pemberian ASI "Ada satu tipe penyakit kuning yang jarang, yakni sakit kuning akibat disusui," ujar Hindra. Diperkirakan, penyakit kuning akibat disusui hanya kurang dari satu persen dari total kasus sakit kuning pada bayi yang baru lahir. Jika demikian, ibu dapat diminta berhenti menyusui selama 12 sampai 24 jam tetapi tetap memompa ASI. Pada dasarnya, ASI lebih baik dibandingkan dengan susu formula untuk membantu menghilangkan penyakit kuning. Namun, menurut Sears, jadwal menyusui dan pemisahan ibu dari bayi menyebabkan bayi lebih kuning karena pemberian makan yang terbatas membuat bayi kurang mendapat kalori. Jadi, penyakit kuning akibat penyusuan merupakan kondisi yang tidak disebabkan ASI Anda, tetapi oleh manajemen penyusuan yang lemah. Sears menyatakan, para ibu hampir tidak perlu berhenti menyusui bayi yang terkena penyakit kuning. Ibu dianjurkan mengikuti saran penyusuan yang tepat, terutama frekuensi menyusui sejak dini dan konsultasi penyusuan. Ini akan membantu mengurangi banyak penyebab sakit kuning. Sejumlah cairan dan kalori, terutama yang berasal dari ASI, diperlukan untuk membantu bayi baru lahir membersihkan kelebihan bilirubin dalam tubuh. Sumber: Kompas Penulis: Evy Rachmawati Sumber : http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehatan/0708/10/085828.htm

Sakit Kuning pada Bayi


Posted on Agustus 16, 2008 by -

Jaundice adalah warna kekuningan yang didapatkan pada kulit dan lapisan mukosa (seperti bagian putih mata) sebagian bayi baru lahir.1 Dalam bahasa Indonesia hal ini lebih sering disebut sebagai bayi kuning saja. Istilah lain yang kadang digunakan adalah ikterik. Hal ini dapat terjadi pada bayi dengan warna kulit apapun.2

Bagaimana jaundice terjadi?

Warna kekuningan terjadi karena penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin.2 Sel darah merah manusia memiliki waktu hidup tertentu. Setelah waktu hidupnya selesai, sel darah merah akan diuraikan menjadi beberapa zat, salah satunya bilirubin.1 Bilirubin ini akan diproses lebih lanjut oleh hati untuk kemudian dibuang sebagai empedu. Pada janin, tugas tersebut dapat dilakukan oleh hati ibu.2 Setelah lahir, tugas tersebut harus dilakukan sendiri oleh hati bayi yang belum cukup siap untuk memproses begitu banyak bilirubin sehingga terjadilah penumpukan bilirubin.1

Apakah jaundice berbahaya?


Sebagian besar jaundice tidak berbahaya. Namun pada situasi tertentu di mana kadar bilirubin menjadi sangat tinggi, kerusakan otak dapat terjadi.2 Hal ini terjadi karena walaupun secara normal bilirubin tidak dapat melewati pembatas jaringan otak dan aliran darah, pada kadar yang sangat tinggi pembatas tersebut dapat ditembus sehingga bilirubin meracuni jaringan otak.3 Keadaan akut pada minggu-minggu awal pasca kelahiran di mana terjadi gangguan otak karena keracunan bilirubin ini disebut sebagai acute bilirubin encephalopathy.4 Bila keadaan tersebut tidak diatasi, kerusakan otak dapat berlanjut menjadi kronik dan permanen menjadi suatu kondisi yang disebut kernicterus. Inilah alasan mengapa bayi baru lahir harus diperiksa dengan teliti untuk menilai ada tidaknya jaundice dan ditangani secara tepat jika ditemukan adanya jaundice.2 Bilirubin juga dapat menjadi sangat tinggi pada infeksi yang berat, penyakit hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan tubuh sendiri), atau kekurangan enzim tertentu.

Bagaimana penilaian jaundice dilakukan?

Penilaian jaundice dilakukan pada bayi baru lahir berbarengan dengan pemantauan tanda-tanda vital (detak jantung, pernapasan, suhu) bayi, minimal setiap 8-12 jam.4 Salah satu tanda jaundice adalah tidak segera kembalinya warna kulit setelah penekanan dengan jari. Cara menilai jaundice membutuhkan cahaya yang cukup, misalnya dengan kadar terang siang hari atau dengan cahaya fluorescent.2 Jaundice umumnya mulai terlihat dari wajah, kemudian dada, perut, lengan, dan kaki seiring dengan peningkatan kadar bilirubin. Bagian putih mata juga dapat tampak kuning. Jaundice lebih sulit dinilai pada bayi dengan warna kulit gelap. Karena itu penilaian jaundice tidak dapat hanya didasarkan pada pengamatan visual. Jika ditemukan tanda jaundice pada 24 jam pertama setelah lahir, pemeriksaan kadar bilirubin harus dilakukan. Demikian pula jika jaundice tampak terlalu berat untuk usia tertentu bayi atau ada keraguan mengenai beratnya jaundice dari pengamatan visual. Pemeriksaan kadar bilirubin dapat dilakukan melalui kulit (TcB: Transcutaneus Bilirubin) atau dengan darah (TSB: Total Serum Bilirubin).4 Kadar bilirubin yang diperoleh dari pemeriksaan ini dapat menggambarkan besar kecilnya risiko yang dihadapi si bayi, seperti terilustrasikan pada nomogram 1.

Bagaimana membedakan berbagai jenis jaundice?

Jaundice fisiologis (normal) dapat terjadi pada 50% bayi baru lahir.5 Tipe jaundice ini umumnya diawali pada usia 2-3 hari, memuncak pada hari 4-5, dan menghilang dengan sendirinya pada usia 2 minggu. Jaundice karena ketidakcocokan rhesus atau golongan darah ibu dan bayi umumnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah lahir.5 Tipe jaundice ini memiliki risiko besar untuk mencapai kadar bilirubin yang sangat tinggi. Ketidakcocokan rhesus ibu dan janin dapat terjadi jika ibu memiliki rhesus negatif sementara si janin memiliki rhesus positif. Di Indonesia, hal ini relatif jarang terjadi karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki rhesus positif. Di negara dengan proporsi rhesus negatif yang relatif besar, beberapa pemeriksaan dilakukan untuk mempersiapkan ibu dan bayi menghadapi kemungkinan ketidakcocokan rhesus. Setiap ibu hamil menjalani pemeriksaan golongan darah dan tipe rhesus.4 Jika pemeriksaan tersebut tidak dilakukan dalam kehamilan atau jika ibu memiliki rhesus negatif, maka saat kelahiran dilakukan pemeriksaan pada darah bayi untuk mengetahui golongan darah, rhesus, dan ada tidaknya antibodi yang dapat menyerang sel darah merah bayi.

Apakah ASI berhubungan dengan jaundice?


Jaundice lebih sering terjadi pada bayi yang memperoleh ASI dibanding bayi yang memperoleh susu formula. Ada dua macam jaundice yang dapat terjadi sehubungan dengan ASI:
y

Breastfeeding jaundice (5-10% bayi baru lahir)5: Hal ini terjadi pada minggu pertama setelah lahir pada bayi yang tidak memperoleh cukup ASI.6 Bilirubin akan dikeluarkan dari tubuh dalam

bentuk empedu yang dialirkan ke usus. Selain itu, empedu dapat terurai menjadi bilirubin di usus besar untuk kemudian diserap kembali oleh tubuh. Jika bayi tidak memperoleh cukup ASI, gerakan usus tidak banyak terpacu sehingga tidak banyak bilirubin yang dapat dikeluarkan sebagai empedu. Dan bayi yang tidak memperoleh cukup ASI tidak mengalami buang air besar yang cukup sering sehingga bilirubin hasil penguraian empedu akan tertahan di usus besar dan diserap kembali oleh tubuh.7 Selain itu kolostrum yang banyak terkandung pada ASI di hari-hari awal setelah persalinan memicu gerakan usus dan BAB. Karena itu, jika Anda menyusui, Anda harus melakukannya minimal 8-12 kali per hari dalam beberapa hari pertama.4 Dan penting untuk diperhatikan bahwa tidak pernah ada alasan untuk memberikan air atau air gula pada bayi untuk mencegah kenaikan bilirubin.

Untuk menilai apakah bayi telah memperoleh asupan ASI yang cukup, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan:4
y

Bayi yang memperoleh ASI tanpa suplemen apapun akan mengalami berkurangnya berat badan maksimal (< 10% berat lahir) pada usia 3 hari. Jika berat badan bayi berkurang 10% berat lahir pada hari ketiga, kecukupan ASI harus dievaluasi. o Bayi yang memperoleh cukup ASI akan BAK dengan membasahi seluruh popoknya 4-6 kali per hari dan BAB 3-4 kali pada usia 4 hari. Pada usia 3-4 hari, feses bayi harus telah berubah dari mekonium (warna gelap) menjadi kekuningan dengan tekstur lunak. Breastmilk jaundice (1% bayi baru lahir): Hal ini terjadi dalam akhir minggu pertama atau awal minggu kedua setelah lahir.6 Sebagian kecil ibu memiliki suatu zat dalam ASI mereka yang dapat menghambat pengolahan bilirubin oleh hati.6,7 Keadaan ini tidak memerlukan penghentian pemberian ASI karena tipe jaundice ini ringan dan sama sekali tidak pernah menimbulkan kernicterus atau bahaya lainnya. Tipe jaundice ini hanya memiliki sedikit sekali kenaikan bilirubin dan akan menghilang seiring dengan makin matangnya fungsi hati bayi pada usia 3-10 minggu. Secara umum, jaundice karena sebab apapun tidak pernah merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI.
o

Kapan bayi harus diperiksa setelah meninggalkan RS/RB?

Sebelum meninggalkan RS/RB, risiko bayi mengalami hiperbilirubinemia harus dinilai. Penilaian ini oleh American Academy of Pediatrics disarankan dengan melakukan pengukuran kadar bilirubin (TSB atau TcB), penilaian faktor risiko, atau keduanya. Yang merupakan faktor risiko adalah:4
Faktor risiko mayor:
y y y y

TSB atau TcB di high-risk zone Jaundice dalam 24 jam pertama Ketidakcocokan golongan darah atau rhesus Penyakit hemolisis (penghancuran sel darah merah), misal: defisiensi G6PD yang dibutuhkan sel darah merah untuk dapat berfungsi normal

y y y y y

Usia gestasi 35-36 minggu Riwayat terapi cahaya pada saudara kandung Memar yang cukup berat berhubungan dengan proses kelahiran, misal: pada kelahiran yang dibantu vakum Pemberian ASI eksklusif yang tidak efektif sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi, ditandai dengan penurunan berat badan yang berlebihan Ras Asia Timur, misal: Jepang, Korea, Cina

Faktor risiko minor:


y y y y y y y

TSB atau TcB di high intermediate-risk zone Usia gestasi 37-38 minggu Jaundice tampak sebelum meninggalkan RS/RB Riwayat jaundice pada saudara sekandung Bayi besar dari ibu yang diabetik Usia ibu 25 tahun Bayi laki-laki

Jika tidak ditemukan satu pun faktor risiko, risiko jaundice pada bayi sangat rendah. Pemeriksaan bayi pertama kali setelah meninggalkan RS/RB adalah pada usia 3-5 hari karena pada usia inilah umumnya bayi memiliki kadar bilirubin tertinggi.4 Secara detail, jadwal pemeriksaan bayi setelah meninggalkan RS/RB adalah sebagai berikut:
y y y

Jika bayi meninggalkan RS/RB < usia 24 jam pemeriksaan pada usia 72 jam (3 hari) Jika bayi meninggalkan RS/RB pada usia antara 24 47,9 jam pemeriksaan pada usia 96 jam (4 hari) Jika bayi meninggalkan RS/RB pada usia antara 48 72 jam pemeriksaan pada usia 120 jam (5 hari)

Pemeriksaan yang dilakukan harus meliputi:4


y y y y

Berat badan bayi dan perubahan dari berat lahir Kecukupan asupan ASI/susu formula Pola BAK dan BAB Ada tidaknya jaundice

Jika ada keraguan mengenai penilaian derajat jaundice, pemeriksaan kadar bilirubin harus dilakukan.4 Jika ada satu atau lebih faktor risiko, pemeriksaan setelah meninggalkan RS/RB dapat dilakukan lebih awal. Selain pemeriksaan kadar bilirubin, penyebab jaundice juga harus dicari.4 Misalnya dengan memeriksa kadar bilirubin terkonjugasi dan tidak terkonjugasi, melakukan urinalisis dan kultur urin jika yang meningkat terutama adalah kadar bilirubin terkonjugasi, melakukan pengukuran kadar enzim tertentu jika ada riwayat serupa dalam keluarga atau bayi menunjukkan tanda-tanda spesifik.

Bagaimana jaundice ditangani?

Sebagian besar jaundice adalah keadaan fisiologis yang tidak membutuhkan penanganan khusus selain dilanjutkannya pemberian ASI yang cukup. Namun pada keadaan tertentu, jaundice memerlukan terapi khusus yaitu terapi cahaya atau exchange transfusion.
Terapi cahaya

Perlu tidaknya terapi cahaya ditentukan dari kadar bilirubin, usia gestasi (kehamilan) saat bayi lahir, usia bayi saat jaundice dinilai, dan faktor risiko lain yang dimiliki bayi, seperti digambarkan pada grafik 2.4

Beberapa faktor risiko yang penting adalah


y y y y y y y y

Penyakit hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan tubuh sendiri) Kekurangan enzim G6PD yang dibutuhkan sel darah merah untuk berfungsi normal Kekurangan oksigen Kondisi lemah/tidak responsif Tidak stabilnya suhu tubuh Sepsis (keadaan infeksi berat di mana bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh) Gangguan keasaman darah Kadar albumin (salah satu protein tubuh) < 3.0 g/dL

Pada bayi yang menerima ASI yang harus menjalani terapi cahaya, pemberian ASI dianjurkan untuk tetap dilakukan. Namun ASI juga dapat dihentikan sementara untuk menurunkan kadar bilirubin dan meningkatkan efek terapi cahaya. Selama terapi cahaya, beberapa hal ini perlu diperhatikan:
y y y y y y

Pemberian ASI atau susu formula setiap 2-3 jam Jika TSB 25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 2-3 jam Jika TSB 20 25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 3-4 jam Jika TSB <20 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 4-6 jam Jika TSB terus menurun, ulangi pengukuran dalam 8-12 jam Jika TSB tidak menurun atau meningkat menuju batas perlunya exchange transfusion, pertimbangkan exchange transfusion

Pada penyakit hemolisis autoimun, pemberian -globulin (gamma globulin) direkomendasikan jika TSB tetap meningkat dengan terapi cahaya atau TSB berada 2-3 mg/dL dari batas perlunya exchange transfusion. Pemberian ini dapat diulangi dalam 12 jam. Pemberian -globulin dapat menghindari perlunya exchange transfusion pada bayi dengan ketidakcocokan rhesus atau golongan darah.

Penghentian terapi cahaya ditentukan oleh usia bayi saat dimulainya terapi tersebut, kadar bilirubin, dan penyebab jaundice. Pada bayi yang diterapi cahaya setelah sempat dipulangkan dari RS/RB pasca kelahiran, terapi cahaya umumnya dihentikan jika kadar bilirubin sudah di bawah 13-14 mg/dl. Pengukuran ulang bilirubin setelah 24 jam penghentian terapi direkomendasikan terutama pada bayi dengan penyakit hemolisis atau bayi yang menyelesaikan terapi cahaya sebelum usia 3-4 hari.
Exchange transfusion

Penanganan khusus lainnya yang mungkin diperlukan pada bayi dengan jaundice adalah exchange transfusion. Exchange transfusion adalah tindakan di mana darah pasien diambil sedikit demi sedikit dengan meningkatkan volume pengambilan pada setiap siklusnya, untuk kemudian digantikan dengan darah transfusi dengan jumlah yang sama. Panduan exchange transfusion ini dapat dilihat pada grafik 3. Cara membaca kurva pada grafik ini sama dengan kurva pada grafik panduan terapi cahaya. Exchange transfusion dilakukan dengan segera pada bayi dengan gejala acute bilirubin encephalopathy seperti meningkatnya ketegangan otot, meregangnya bayi dengan posisi seperti busur, demam, tangisan dengan nada tinggi, atau jika TSB 5 mg/dl di atas kurva yang sesuai. Jika kadar TSB berada pada level di mana exchange transfusion dibutuhkan atau 25 mg/dl, hal ini adalah keadaan gawat darurat dan harus segera ditangani. (NIH)

Bayi kuning....Gak usah panik lagi..!!!! PENYAKIT KUNING PADA BAYI BARU LAHIR

Aug 4, '08 12:19 AM untuk semuanya

Seminggu setelah kelahiran dua putri saya kena sakit kuning.Pertama sempat panik juga sih..tapi saat anak kedua udah sedikit tenang.Nah biar para Bunda gak ikutan panik kyk saya nih ada ulasan tentang penyakit kuning pada bayi. Mudah2an bermanfaat buat para Bunda yah..

Penyakit kuning (jaundice) pada kulit bayi yang baru lahir adalah hal yang biasa dan biasanya bukan penyakit yang serius. Namun ada kalanya penyakit kuning yang berat dapat mengakibatkan cerebral palsy, ketulian atau kemunduran mental. Tetapi komplikasi ini jarang sekali ditemui karena adanya pengobatan-pengobatan yang efektif untuk setiap bayi yang mengidap sakit kuning secara signifikan, yang kemudian tetap dilakukan pengobatan berjalan setelah keluar dari rumah sakit. Apakah penyakit kuning itu? Penyakit kuning adalah perubahan warna pada kulit bayi yang menjadi kekuningan yang diakibatkan karena kelebihan bilirubin dalam tubuh. Bilirubin adalah zat yang terdiri dari sel darah merah, dan kemudian hati yang menyingkirkan pigmen bilirubin melalui tinja. Pada bayi yang baru lahir, bilirubin yang diproduksi oleh tubuhnya jauh lebih banyak dibanding jumlah yang dikeluarkan sehingga mengakibatkan penimbunan bilirubin dalam darahnya. seringkali para orang tua melihatnya dari mata si bayi. Tetapi meski begitu memang sulit bila dilihat bayi terkena sakit kuning atau tidak dari matanya karena mata bayi lebih sering tertutup. Penyakit kuning biasanya terlihat pada bagian hidung dan wajah, kemudian menjalar ke arah bawah ke seluruh bagian tubuhnya. Apa yang bisa saya lakukan untuk mencegahnya? Menyusui secara rutin dengan susu formula atau normal akan sangat membantu untuk membuang kotoran dalam tubuh bayi. Apakah penyakit kuning ini berbahaya? Apakah perawatan pada penyakit ini sangat dibutuhkan? Penyakit kuning ini termasuk penyakit yang sangat berbahaya. Bilirubin adalah racun bagi selsel pada syaraf yang membentuk jaringan otak. Penyakit ini juga bisa mengakibatkan cerebral palsy, ketulian, dan kemunduran pada mental anak. Ya, perawatan sangat dibutuhkan untuk menghindari dari kemungkinan-kemungkinan yang lebih membahayakan sang anak. Bagaimana perawatan pada penyakit kuning ini dilakukan? Bisakah dihindari dengan obat? Apakah lampu pijar atau sinar matahari bisa membantu? Phototherapi (perawatan dengan sinar) sangat aman dan efektif. Bayi akan dimonitor terus selama perawatan. Pelindung mata akan digunakan untuk memproteksi mata bayi selama perawatan berlangsung. Bila penyakit kuningnya parah dan tidak merespon kerjanya phototerapi, maka transfusi darah akan diperlukan. Mungkinkah penyakit kuning ini akan kembali? Tidak. Pada setiap bayi, penyakit kuning ini akan terpecahkan setelah 1 sampai 2 minggu dan tidak akan kembali lagi. Pada bayi yang menyusui penyakit kuning ini bisa bertahan hingga 10 minggu.

Semua bayi yang baru lahir harus melakukan pemeriksaan dokter sampai solusi penyakit kuningnya terpecahkan. Bila penyakit kuning lama bertahan di tubuh si bayi ditakutkan ada hubungannya dengan hepatitis atau penyakit hati. Penting untuk diketahui, bila kotoran bayi Anda bewarna pucat atau coklat muda itu tergolong abnormal dan harus Anda periksakan ke dokter secepatnya. Sebelumnya: Obat Tradional Selanjutnya : PENGARUH MUSIK PADA ANAK USIA DINI

Anda mungkin juga menyukai