Anda di halaman 1dari 6

I.

Pendahuluan
Pada makalah ini, penulis mencoba untuk mengangkat kasus kejahatan etika profesi di bidang perpajakan. Kasus yang kami angkat, yaitu mengenai kasus Mafia Pajak yang dilakukan oleh mantan pegawai negeri sipil di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Indonesia, yaitu Gayus Tambunan. Fenomena Gayus dan oknum pajak, jelas sekali telah mencoreng semua pegawai atau pejabat di

lingkungan pajak di seluruh Indonesia. Iklan masyarakat soal pentingnya membayar pajak menjadi hambar ketika kasus mafia pajak terungkap kepermukaan. Meski kementerian keuangan sebelumnya dipuji sebagai panutan dalam

reformasi birokrasi, terungkapnya skandal mafia pajak setidaknya memberikan pelajaran bahwa kenaikan gaji (remunerasi) tanpa pengawasan yang ketat dan sanksi yang keras akan menciptakan peluang terjadinya penyimpangan berupa tindak korupsi. Sama halnya dengan mafia hukum, mafia pajak identik dengan praktik suap menyuap, penyalahgunaan wewenang, dan merugikan negara maupun orang lain. Mereka yang berperan sebagai aktor mafia pajak adalah petugas atau pejabat di lingkungan perpajakan, konsultan pajak, hakim dan pegawai pengadilan pajak, advokat, konsultan pajak, serta wajib pajak.

II.

Latar Belakang Kasus


Hasil pemantauan Indonesia Corruption Watch tentang korupsi di sektor perpajakan membagi korupsi pajak dalam dua jenis, yaitu internal dan eksternal. Korupsi internal terkait dengan praktik suap-menyuap untuk penempatan

petugas atau pejabat pajak. Agar dapat ditempatkan ke wilayah yang ''basah'', petugas pajak harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit kepada pejabat atau personalia yang berwenang dalam penempatan pegawai.

Korupsi eksternal berkaitan dengan praktik suap-menyuap atau pemerasan antara petugas dan wajib pajak. Dalam korupsi jenis ini, setidaknya terdapat empat pola yang biasanya dilakukan mafia pajak, yaitu :
y

Pertama, negosiasi pembayaran pajak. Karena maraknya mafia pajak, muncul kecenderungan bahwa, sebagian wajib pajak lebih suka membayar pajak kepada petugas pajak daripada kepada negara. Dengan adanya kongkalikong wajib pajak yang umumnya pengusaha atau perusahaan besar, hanya perlu membayar kurang dari setengah dari yang semestinya dibayar ke pada negara. Sementara itu, petugas pajak mendapatkan imbalan yang menggiurkan dari wajib pajak yang dibantu.

Kedua, praktik pemerasan oleh petugas pajak ke wajib pajak. Yang lazim terjadi adalah ketika petugas pajak meminta sejumlah ''uang lelah'' untuk jasa pengurusan administrasi perpajakan yang bagi orang awam sungguh rumit. Urusan pemeriksaan pajak juga bisa dipersingkat, sehingga prosedur pajak yang sering menempatkan posisi wajib pajak sebagai pihak yang lemah bisa diatsasi.

Ketiga, petugas pajak menjadi ''konsultan pajak'' bayangan atau bekerja sama dengan konsultan pajak. Dengan pola model ini, petugas pajak akan menerima gaji bulanan dari wajib pajak atau konsultan pajak yang merasa dibantu pekerjaannya. Petugas pajak akan mengutak-atik laporan keuangan perusahaan wajib pajak, sehingga beban kewajiban pajak yang dibayarkan bisa ditekan seminimal mungkin.

Keempat, kolusi dengan hakim atau pejabat di lingkungan pengadilan pajak agar perkara keberatan pajaknya dimenangkan. Praktik ini memungkinkan tingginya peluang bagi wajib pajak untuk memenangkan perkara. Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, lahir di Jakarta, 9 Mei 1979

adalah mantan pegawai negeri sipil di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Indonesia. Namanya menjadi terkenal ketika Komjen Susno

Duadji menyebutkan bahwa Gayus mempunyai uang Rp 25 miliar di rekeningnya plus uang asing senilai 60 miliar dan perhiasan senilai 14 miliar di brankas bank atas nama istrinya dan itu semua dicurigai sebagai harta haram. Dalam perkembangan selanjutnya Gayus sempat melarikan diri ke Singapura beserta anak istrinya sebelum dijemput kembali oleh Satgas Mafia Hukum di Singapura. Kasus Gayus mencoreng

reformasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang sudah digulirkan Sri Mulyani dan menghancurkan citra aparat perpajakan Indonesia.

Kronologi Kasus Terdakwa Gayus


 Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) terdakwa Gayus Halomoan P Tambunan dikirim ke Kejaksaan Agung (Kejagung) oleh tim penyidik Mabes Polri. Kemudian pihak Kejagung menunjuk 4 jaksa untuk mengikuti perkembangan penyidikan tersebut. Mereka adalah Cirus Sinaga, Fadil Regan, Eka Kurnia dan Ika Syafitri. Berkas perkara tersebut dikirim pada 7 Oktober 2009.  Di dalam SPDP, tersangka Gayus diduga melakukan money laundring, tindak pidana korupsi dan penggelapan. Analisa yang dibangun oleh Jaksa Peneliti melihat pada status Gayus yang merupakan seorang PNS pada Direktorat Keberatan dan Banding Dirjen Pajak kecil kemungkinan memiliki dana atau uang sejumlah Rp. 25 Miliar, pada Bank Panin, Jakarta.  Setelah Jaksa Peneliti menelusuri alat bukti perkara yang terdiri dari saksi-saksi, keterangan tersangka dari dokumen-dokumen dan barang bukti, ternyata berkas tersebut belum lengkap.

Mereka Yang diduga Terkait Kasus Gayus


 12 Pegawai Dirjen Pajak termasuk seorang direktur, yaitu Bambang Heru Ismiarso dicopot dari jabatannya dan diperiksa.  2 orang Petinggi Kepolisian , Brigjen Pol Edmon Ilyas dan Brigjen Pol Radja Erizman dicopot dari jabatanya dan diperiksa.  Bahasyim Assifie, mantan Inspektur Bidang Kinerja dan Kelembagaan Bappenas      Andi Kosasih Haposan Hutagalung sebagai pengacara Gayus Kompol Muhammad Arafat Lambertus (staf Haposan) Alif Kuncoro

 

Beberapa aparat kejaksaan diperiksa


Jaksa Cirus Sinaga dicopot dari jabatannya sebagai Asisten Tindak Pidana Khusus Kejati Jawa Tengah, karena melanggar kode etik penanganan perkara Gayus HP Tambunan. Jaksa Poltak Manulang dicopot dari jabatannya sebagai Direktur Pra Penuntutan (Pratut) Kejagung

Bukti-Bukti
 Polri telah melakukan penggeledahan terhadap rumah terdakwa mafia hukum, Gayus Tambunan terkait pemalsuan paspor atas nama Sony Laksono. Hasil pemeriksaan rumah Gayus di daerah Kelapa Gading, penyidik telah menemukan berbagai barang bukti perjalanan ke beberapa negara.  "Penyidik telah menemukan berbagai barang bukti yang diperlukan sekaligus dalam konteks pembuktian," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Jumat 14 Januari 2011.  Boy pun menyebutkan barang bukti yang sudah disita Polri tersebut, antara lain boarding pass dari China Air yang digunakan Gayus ketika pulang dari Macau, boarding pass Air Asia atas nama istri Gayus, Milana Anggraeni.  Meski berstatus tahanan, Gayus diduga mengajak Milana pergi ke sejumlah negara. Mereka diduga pergi ke Macau (Hong Kong), Singapura, dan Kuala Lumpur (Malaysia).  Selain Milana, untuk melengkapi keterangan yang dibutuhkan, penyidik juga berharap bisa memperoleh keterangan dari Devina, penulis surat pembaca Harian Kompas yang menguak kepergian Gayus ke luar negeri.  Dengan menggunakan paspor atas nama Sony Laksono, Gayus pelesir ke berbagai tempat. Dari manifes, terdapat seseorang yang berinisial Sony bepergian ke luar negeri dengan pesawat Mandalapada 24 September dengan tujuan Macau.  Pada 30 September, dengan menggunakan pesawat AirAsia tujuan Singapura, Sony Laksono duduk di bangku 11F.

III.

Tindak Lanjutan
 Vonis Pengadilan Pada tanggal 19 Januari 2011, Gayus Tambunan telah dinyatakan bersalah atas kasus korupsi dan suap mafia pajak oleh Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Selatan dengan hukuman 7 tahun penjara dan denda Rp. 300 juta.

IV.

Pencegahan
 Pertama, keharusan pelaporan harta kekayaan dan pemeriksaan surat

pemberitahuan (SPT) beberapa tahun terakhir dari seluruh pejabat dan petugas pajak. Mereka yang menolak atau tidak memberikan keterangan secara jujur perlu diberi sanksi keras.  Kedua, membentuk mekanisme pelaporan yang mudah dan kredibel, sehingga pelapor (whistle blower) merasa aman dan berani serta aduannya bisa ditangani secara sungguh-sungguh.  Ketiga, meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengusut transaksi para aparat pajak dan hakim pajak yang dinilai mencurigakan. Keempat, memperkuat pengawasan internal dan melakukan upaya pemecatan atau membebastugaskan pejabat serta petugas pajak yang terbukti menyimpang. Kelima, mendorong adanya penegakan hukum hingga ke pengadilan jika ada indikasi penggelapan, korupsi, dan pencucian uang. Langkah itu penting dilakukan untuk memberikan shock therapy bagi para pegawai pajak yang nakal.  Selain itu, kesadaran untuk tidak memberikan suap terhadap pegawai pajak perlu terus disosialisasikan. Yang tidak kalah penting, seluruh pihak juga harus mengawasi, bukan hanya namun penggunaan pajak seperti yang selama praktik pungutan pajak karena ini

dikampanyekan,

juga

potensi

penyimpangan yang timbul tidak kalah besar.

Anda mungkin juga menyukai